KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang...
Transcript of KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM KARANGAN FIKSI …/Kohesi... · Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang...
1
KOHESI DAN LINIERITAS WACANA DALAM
KARANGAN FIKSI SISWA MAN TEMPURSARI,
MANTINGAN, NGAWI
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia
Rina Kurniawati
S 840908028
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sistem arti dan bentuk dalam merealisasikan arti. Pada
prinsipnya, bahasa terwujud untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena
itu, bahasa terstruktur menurut kebutuhan manusia pada bahasa. Dengan kata lain,
struktur bahasa ditentukan oleh fungsi yang dilakukan bahasa atau fungsi yang
disampaikan penutur melalui bahasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
masyarakat. Menurut pendapat Halliday (1985 : 13) "Language is functional in
the sense that is designed to account for how language is use". Hal ini berarti
bahwa pemakaian bahasa sebagai sistem arti dan bentuk tergantung pada konteks
pemakaian bahasa.
Konteks sangat mempengaruhi realisasi ragam bentuk bahasa dalam suatu
teks. Konteks direalisasikan dalam bentuk ekspresi tipikal melalui realisasi pilihan
kosa- kata dan struktur - strukturnya. Dalam hal ini Martin dan Eggins (1994 : 15-
18) menyatakan bahwa : "Each text appears to carry with it some influences from
the context in which it was produced. Context, we could say, gets into text by
influencing the words and structure producers use". Dengan kata lain fungsi dan
tujuan berbeda sesuai dengan konteks akan melahirkan bentuk bahasa yang
berbeda dalam suatu teks. Isi suatu teks direalisasikan dalam kesatuan makna.
Suatu teks adalah satu satuan semantik atau makna (Halliday dan Hasan 1980 : 1).
Satuan makna dinyatakan dalam bentuk-bentuk kalimat pada teks, dan kalimat -
1
3
kalimat tersebut terikat satu sama lain membentuk kesatuan makna. Dengan kata
lain terdapat suatu sistem yang menghubungkan makna antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya sehingga menjadi sebuah kalimat yang padu dan utuh
yang mempunyai fungsi sama dalam sebuah penggunaan kosakata dan kalimat
tertentu. Kohesi bersifat semantis, konsep tersebut mengacu pada hubungan
makna yang terdapat di dalam teks dan yang menentukannya sebagai teks. Kohesi
sangat berbeda dengan struktur informasi dalam suatu teks. Kohesi bersifat
potensial untuk menghubungkan suatu elemen dengan elemen lainnya dalam suatu
teks. Oleh karena itu kohesi merupakan bagian komponen teks dalam sitem
linguistik (Halliday dan Hasan, 1976 : 4).
Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu
kohesi adalah 'organisasi sintaktik. Organisasi sintaktik ini adalah merupakan
wadah ayat-ayat yang disusun secara padu dan juga padat. Dengan susunan
demikian organisasi tersebut adalah untuk menghasilkan tuturan. Ini bermaksud
bahwa kohesi adalah hubungan di antara ayat di dalam sebuah wacana, baik dari
segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu. Dengan
penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan dapat
menghasilkan wacana yang baik. Hal itu juga dijelaskan oleh Cook (1989: 127),
yaitu sebagai berikut.
Where there has been knowledge of cohesion in language teaching, there has sometimes been implicit assumption that cohesive links must operate between sentences in the same way in the firstand second language, in other words, through straightforward translation equivalents. Even now, when extensive research has been done on cohesion, there is still a reluctance to give it much prominence in language pedagogy.
4
Kohesi dalam bahasa mengajarkan asumsi tersembunyi antara bahasa
pertama dengan bahasa kedua, dengan kata lain melalui terjemahan secara
langsung. Sekarangpun telah dilaksanakan riset mengenai kohesi, namun ada
suatu hambatan untuk memberi keunggulan dalam pendidikan bahasa.
Dalam kohesi, kaedah-kaedah yang digunakan adalah berdasarkan
penyampaian informasi lama dan informasi baru. Kaedah-kaedah itu adalah
seperti kaedah perujukan, kaedah penggantian, kaedah pengguguran, kaedah
konjungsi dan kohesi leksikal. Wacana juga dicirikan oleh kesinambungan
informasi yang diartikan sebagai kesatuan makna. Kesatuan makna dalam wacana
ini pula dapat dilihat dari segi makna logika dan makna kohesi.
Kohesi merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada perkaitan
kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Manakala
menurut Halliday dan Hasan (1976: 5) bahwa kohesi merupakan satu set
kemungkinan yang terdapat dalam bahasa untuk menjadikan suatu 'teks' itu
memiliki kesatuan. Hal ini berarti bahwa hubungan makna baik makna leksikal
maupun makna gramatikal, perlu diwujudkan secara terpadu dalam kesatuan yang
membentuk teks. Halliday dan Hasan (1976: 7) menjelaskan konsep kohesi
sebagai berikut.
"Cohesion is expressed through the stratal organization of language. Language can be explained as a multiple coding system comprising three levels of coding or 'strata'. The semantic (meaning), the lexicogrammatical (forms) and the phonological and orthographic (expression). Meanings are realized (coded) as forms, and the forms are realized in turn (recoded) as expressions. To put this in everyday terminology,
5
meaning is put into wording and wording into sound or writing."
Halliday dan Hasan (1976: 7) telah mencoba melihat kohesi makna itu
dari dua sudut, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kedua gramatikal ini
terdapat dalam sesuatu kesatuan teks. Kohesi ini juga memperlihatkan jalinan
ujaran dalam bentuk kalimat untuk membentuk suatu teks atau konteks dengan
cara menghubungkan makna yang terkandung di dalam unsur. Kaedah kohesi ini
lebih dikenali dalam istilah perujukan, penggantian, pengguguran, konjungsi dan
gramatikal leksikal. (Efri Yoni Baikoen, 2008: 1).
Moeliono (1992: 34) suatu kalimat dikatakan sempurna apabila dalam
kalimat tersebut ada dua unsur kohesi dan koherensi. Kohesi merujuk ke
perpautan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pendapat ini
diperjelas oleh Tarigan (1990: 96-97) suatu kalimat dikatakan sempurna apabila
dalam kalimat merupakan organisasi sintaksis, sebagai tempat kalimat-kalimat
disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan.
Pemakaian kalimat secara kohesi dalam karangan siswa SMA ini penting
untuk diperhatikan, sebab pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa SMA tidak
terlepas dari materi pelajaran mengarang. Hal ini searah dengan pendapat Hafera
(2003: 5) yang mengatakan bahwa mengarang adalah suatu keterampilan yang
dapat dimiliki oleh siapa saja. Maksudnya, kegiatan mengarang ini dapat dimiliki
banyak orang dengan berbagai lapisan tingkat pendidikan sebagai suatu
keterampilan. Untuk itu, penting diperhatikan sebagai tindak lanjut pembinaan
6
terhadap penguasaan kosa kata anak (siswa SMA) dalam berbahasa. Pentingnya
penguasaan dan pemakaian bahasa secara tertulis yang diwujudkan dalam
karangan akan melatih siswa SMA sedikit demi sedikit dapat mempergunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Selain kohesi, karangan yang baik adalah karangan yang memiliki sifat
linier. Linieritas adalah suatu urutan yang dikenakan pada bahasa (Robins, 1992:
394). Kemudian, Brown dan Yule (1996: 124) berpendapat bahwa mengurutkan
kata-kata menjadi kalimat dan mengurutkan kalimat-kalimat menjadi teks
merupakan masalah linierisasi. Sifat linier merupakan masalah tersendiri bagi
penulisnya. Artinya, penulis terkadang tidak peduli terhadap kelinieran wacana
paragraf yang telah ditulisnya.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun
untuk mencapai tujuan daya informasi yang tepat dan baik. Dalam suatu penulisan
dibutuhkan penggunaan kalimat yang efektif. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pemahaman terhadap bahasa tulis (Tarigan, 1990: 90). Jos Daniel
Parera (dalam Sumiyo, dkk, 2000: 33), kalimat dikatakan efektif apabila kalimat
ini didukung oleh (a) kesepadanan antara struktur bahasa dan atau cara jalan
pikiran yang logis dan masuk akal. (b) kepararelan atau paralelisme bentuk bahasa
yang dipakai untuk tujuan-tujuan efektif tertentu. (c) ketegasan dalam
menonjolkan pikiran utama. (d) kehematan dan pilihan kata atau penyusunan
pikiran yang kadang kala bertumpuk-tumpuk dalam satu kalimat. (e) kevariasian
dalam menyusun kalimat.
7
Penulis akan selalu menghadapi masalah linierisasi. Untuk itu, penulis
harus terlebih dahulu menentukan titik awal penulisannya. Titik awal atau titik
tolak ini disebut juga topik, yaitu hal yang dibicarakan dalam wacana atau topik
pokok pikiran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibatasi sejauh mana
keteraturan urutan bagian-bagian yang utuh dan terpadu dalam sebuah wacana
dapat diartikan linieritas. Kemudian, pengungkapan kalimat yang berputar-putar,
meloncat-loncat, dan menyimpang dari topik dalam sebuah wacana bersifat tidak
linier. Sifat yang tidak linier dapat dikatakan bahwa alam pikiranya bersifat siklis,
tidak staight to the point, dan melingkar ( Dick Hartoko, 1992: 126).
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk peranti kohesi yang terdapat dalam karangan fiksi.
2. Bagaimanakah tingkat linieritas wacana pada karangan fiksi?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendiskripsikan dan menjelaskan bentuk peranti kohesi yang terdapat dalam
karangan fiksi.
2. Mendiskripsikan dan menjelaskan linieritas wacana pada karangan fiksi.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis
Sebagai tambahan khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan pembaca
dalam bidang linguistik tentang kohesi.
8
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa, khususnya siswa setingkat SMA dapat memahami kohesi dan
linieritas dalam bahasa secara praktis sesuai dengan fungsinya.
b. Bagi guru, khususnya guru bahasa Indonesia sebagai tambahan pengetahuan
dalam memahami kohesi leksikal, gramatikal dan linieritas dalam bahasa
tulis.
c. Bagi masyarakat sebagai sumbangan pengetahuan dalam bidang linguistik,
khususnya dalam kebahasaan yang membahas kohesi dan linieritas.
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pengertian Teks, Konteks, dan Wacana
Cook (1994:23) berpendapat bahwa hal yang sentral dalam pengertian
wacana adalah teks dan konteks. Istilah, konteks dan teks, diletakkan bersama
seperti ini, mengingatkan bahwa dua hal ini merupakan aspek dari proses yang
sama. Ada teks dan teks lain yang menyertainya: teks yang menyertai teks itu,
adalah konteks. Namun, pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu meliputi
tidak hanya yang dilisankan dan ditulis, melainkan termasuk pula kejadian-
kejadian yang nirkata (non-verbal) lainnya-keseluruhan lingkungan teks itu.
a. Teks
Ada beberapa definisi teks yang dikemukakan oleh ahli-ahli bahasa,
antara lain oleh Halliday dan Hasan (dalam Mulyana, 2005:131) yang menyatakan
bahwa teks adalah bahasa yang berfungsi, yaitu bahasa yang sedang
melaksanakan tugasnya dalam konteks situasi tertentu pula. Ricoeur (dalam Alex
Sobur, 2004:53) menyatakan bahwa teks adalah wacana (berarti lisan) yang
difiksasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga nampak adanya hubungan antara
tulisan dengan teks.
8
10
Haliday dan Hassan (1976: 1) berpendapat bahwa :
A text is a unit of language in use. It is not a grammatical unit, like a clause or sentence; and it is not defined by its size. A text is sometimes envisaged to be some kind of super-sentence, a grammatical unit that is larger than a sentence but it is related to a sentence in the same way that a sentence is related to a clause, a clause to a group and so on.
Sebuah teks adalah terdiri dari unit-unit bahasa dalam penggunaannya.
Unit-unit bahasa tersebut adalah merupakan unit gramatikal seperti klausa atau
kalimat namun tidak pula didefenisikan berdasarkan ukuran panjang kalimatnya.
Teks terkadang pula digambarkan sebagai sejenis kalimat yang super yaitu sebuah
unit gramatikal yang lebih panjang daripada sebuah kalimat yang saling
berhubungan satu sama lain. Jadi sebuah teks terdiri dari beberapa kalimat
sehingga hal itulah yang membedakannya dengan pengertian kalimat tunggal.
Selain itu sebuah teks dianggap sebagai unit semantik yaitu unit bahasa yang
berhubungan dengan bentuk maknanya. Dengan demikian teks itu dalam
realisasinya berhubungan dengan klausa yaitu satuan bahasa yang terdiri atas
subyek dan predikat dan apabila diberi intonasi final akan menjadi sebuah
kalimat.
Menurut Cook (dalam Eriyanto, 2001:9), teks adalah semua bentuk
bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetepi juga semua
jenis ekspresi komunikasi, ucapan , musik, gambar, efek suara, citra, dan
sebagainya. Riyadi Santoso (2003:15) menyatakan bahwa bahasa selalu muncul
dalam bentuk teks dan selalu merealisasikan suatu perilaku verbal baik itu yang
bersifat sentral atau dominan maupun yang bersifat periferal atau yang
11
melengkapi dalam proses sosial non kebahasaan. Lebih lanjut Riyadi Santoso
menyatakan bahwa bahasa selalu muncul dalam bentuk teks dan selalu dikelilingi
oleh lingkungannya, baik fisik maupun non fisik yang secara langsung
mendukung keberadaan suatu teks; atau dengan kata lain teks selalu dalam
konteksnya dan membawakan suatu fungsi sosial tertentu.
Crystal dalam Nunan (1993:6) menuliskan bahwa teks adalah wacana
dalam bentuk lisan, tulisan, atau tanda yang diidentifikasi untuk tujuan analisis.
Bentuk teks dapat berupa percakapan, poster,. Dengan demikian, pengertian teks
adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk mengekspresikan fungsi
atau makna sosial dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural.
b. Konteks
Konteks adalah konsep yang penting dalam analisis wacana. Menurut
Nunan (1993:7-8) konteks mengacu pada situasi yang memunculkan suatu
wacana. Nunan membedakan konteks dalam dua jenis. Pertama, konteks linguistik
yaitu bahasa yang melingkupi atau menyertai wacana dalam analisis. Kedua
adalah non-linguistik di mana wacana terjadi. Konteks non-lingistik memasukkan
jenis kejadian komunikatif (misal: ukuran ruangan, penataan perabot), partisipan
dan hubungan antar partisipan dan latar belakang pengetahuan serta asumsi dalam
kejadian komunikatif.
Cook (1989:10) menyatakan bahwa konteks adalah situasi yang berupa
budaya’ hubungan sosial dengan partisipan, apa yang kita ketahui, dan asumsi kita
terhadap apa yang diketahui oleh pengirim pesan yang mempengaruhi ketika kita
12
menerima pesan. Faktor-faktor tersebut adalah faktor di luar studi kebahasaan.
Lebih lanjut Cook menyatakan bahwa konteks adalah semua situasi dan hal yang
berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam
bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan
sebagainya.
Konteks adalah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks
dapat dianggap sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu pembicaraan atau
dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan
dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang
melatar belakangi peristiwa tuturan itu (Mulyana, 2005:21).
Sumarlam (2003:47) menyatakan bahwa konteks wacana adalah aspek-
aspek dalam (internal) wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal
melingkupi sebuah wacana. Konteks wacana dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa (ekstra linguistic
context) disebut dengan konteks situasi dan konteks saja (Molinowski dalam
Halliday dan Hasan, 1992:8).
Anton M. Moeliono dalam Mulyana (2005:23) menyatakan bahwa
konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan,
topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saluran. Dalam kajian sosiolinguistik,
Hymes (dalam Wardhaugh, 1992:245) menggunakian istilah Speaking sebagai
akronim untuk merumuskan faktor-faktor penentu peristiwa tutur. Faktor-faktor
itu bisa berupa:
13
1) (Setting and scene) latar dan suasana. Latar mengacu pada waktu dan
tempat, misalnya suasana nyata di mana tuturan terjadi. Suasana mengacu
pada keadaan psikologi yang abstrak (formal, informal), atau definisi
budaya dari suatu kejadian. Dalam kedaan tertentu, partisipan bebas untuk
mengubah situasi.
2) (Participants) peserta tuturan, termasuk kombinasi dari pembicara-
pendengar, pemberi tutur-yang diberi tuturan, atau pengirim dan penerima.
Mereka umumnya memenuhi aturan tertentu. Misalnya dalam percakapan
melalui telepon, percakapan tersebut melibatkan pengirim pesan (sender)
dan penerima pesan (receiver).
3) (Ends) hasil, mengacu pada harapan yang dihasilkan dari pertukaran
sebagaimana tujuan pribadi dari partisipan yang mencari penyelesaian
pada kejadian tertentu. Misalnya dalam persidangan di pengadilan,
partisipan dalam persidangan tersebut (saksi, jaksa, pembela, dan hakim)
memiliki tujuan yang berbeda-beda dari tuturan yang mereka kemukakan.
4) (Act sequence) pesan/amanat mengacu pada bentuk dan muatan aktual
dari yang dikatakan: kata-kata yang tepat untuk digunakan, bagaimana
kata-kata itu digunakan, dan hubungan dari apa yang dikatakan, dan
hubungan dari apa yang dikatakan pad topik aktual yang dipegang. Perilku
tutur dalam perkuliahan akan berbeda dengan perilaku tutur dalam
perdagangan.
5) (Key) kunci mengacu pada tekanan, tata cara, atau semangat di mana pesan
tertentu disampaikan, misalnya santai, serius, sarkatik, dan sebagainya.
14
Kunci juga bisa ditandai dengan perilaku non verbal, misalnya gerak
tubuh. Seorang pendengar akan lebih menekankan perhatiannya pada
kunci daripada muatan aktualnya.
6) (Instrumentalities) sarana mengacu pada pilihan saluran atau media,
misalnya lisan, tertulis, atau telegrafik, dan pada bentuk aktual dari tutur
yang digunakan seperti bahasa, dialek, kode, atau register yang dipilih.
7) (Norms of interaction and interpretation) norma-norma interaksi dan
interpretasi mengacu pada tingkah laku tertentu dan milik yang mengena
untuk pembicaraan dan juga mengetahui bagaimana tingkah laku tersebut
mungkin dilihat oleh seorang yang tidak berbagi dengannya, misalnya
keras volume suara, ketenangan.
8) (Genre) jenis mengacu pada jenis pembatas yang jelas dari tuturan, seperti
puisi, peribahasa, doa, perkuliahan, dan editorial.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks situasi
memiliki hubungan yang sangat erat dengan banyak unsur yang
mempengaruhinya (Halliday dan Hasan , 1994: 13). Selanjutnya, Brown dan
Yule (1996: 12) berpendapat bahwa teks adalah rekaman verbal tindak
komunikasi. Meskipun teks dalam tulis berupa rentetan kata-kata dan kalimat-
kalimat, tetapi sebenarnya yang penting dicermati adalah teks itu terdiri atas
makna-makna.
Atas dasar itu, maka teks dan wacana saling berkaitan. Wacana adalah
pembicaraan yang mengandung pesan dan makna. Pesan yang disampaikan dapat
berbentuk lisan, seperti pidato, khutbah, dan ceramah. Adapun, pesan yang
15
berbentuk tulisan, misalnya skripsi, tesis, disertasi, makalah, artikel, dan
karangan. Menurut Van Dijk (dalam Hamid, 1988: 21) wacana adalah kesatuan
beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat dengan erat. Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Stubbs (1983: 1) bahwa wacana adalah pengaturan bahasa
di atas kalimat atau klusa. Artinya,wacana itu lebih luas dan lebih besar dari
kalimat, seperti percakapan dan teks tertulis.
Wacana dapat diangkat sebagai istilah linguistik yang berupa satuan
lingual yang paling besar. Ini berarti analisis wacana (discourse analysis)
merupakan cabang linguistik yang mengkaji satuan lingual di atas kalimat.
Wacana dapat dianalisis dari segi internal dan eksternal (Praptomo Baryadi, 2002:
3). Analisis wacana dari segi internal meliputi jenis wacana, struktur yang
membangun wacana, dan hubungan antarkalimat yang membentuk wacana.
Analisis wacana dari segi eksternal yang dianalisis meliputi hubungan wacana
dengan ekstra lingual, yaitu yang berkaitan dengan pembicara atau penulis, hal
yang diinformasikan, dari penyimak atau pembaca. Dengan demikian, analisis
wacana merupakan analisis bahasa dalam penggunaannya.
Konteks dalam wacana tulis penting untuk diperhatikan. Hal ini
disebabkan makna sebuah teks sering ditentukan oleh pengertian yang terdapat
pada teks lain. Pemahaman sebuah wacana harus melibatkan unsur-unsur
linguistik, seperti semantik, sintaksis, dan fonologi. Di samping unsur-unsur
linguistik itu, juga melibatkan unsur lainnya yang disebut konteks. Menurut
Hamid (1988: 92) konteks adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling teks yang
16
meliputi: pembicara, pendengar, situasi, pengetahuan akan dunia, pengalaman
masa lalu, topik pembicaraan, waktu, saluran, dan cara penyampaiannya.
Hasan Alwi (1999: 48-486) mencoba mendiskripsikan penanda kohesi di
dalam bahasa Indonesia yang meliputi: (1) hubungan sebab-akibat, (2) hubungan
unsur-unsur yang mengungkapkan pertentangan, pengutamaan, perkecualian,
konsesi, dan tujuan (3) pengulangan kata atau frase, (4) kata-kata yang
berkoreferensi dan (5) hubungan leksikal. Kebanyakan wacana menunjukkan
bentuk lahir yang kohesif dengan pemakaian penanda kohesif tersebut. Namun,
yang penting suatu wacana yang kohesif yang menyiratkan koherensi, yaitu
hubungan semantis yang mendasari wacana itu. Jadi, yang paling penting adalah
suatu wacana memiliki hubungan yang kohesif sekaligus koheren.
c. Wacana
Istilah wacana telah dibahas oleh banyak ahli bahasa. Cook (1994:24)
mendefinisikan wacana sebagai kelenturan penggunaan bahasa, pengambilan
makna dalam konteks untuk pemakaiannya, dan dirasa bertujuan, bermakna, dan
berkaitan.
Bahasan dari istilah wacana juga dikemukakan oleh Crystal dalam Nunan
(1993:7) menyatakan bahwa wacana adalah rentangan yang berkelanjutan
(terutama bahasa lisan), yang lebih panjang daripada sebuah kalimat, sering
merupakan unit yang koheren, seperti argumen, lelucon atau narasi. Nunan
(1993:7) menyatakan bahwa analisis wacana melibatkan kajian bahasa dalam
penggunaan. Tujuan utama dari analisis wacana adalah untuk menunjukkan dan
17
menginterpretasikan hubungan antara regularitas dan makna serta tujuan yang
diekspresikan melalui wacana.
Firth (dalam Alex Sobur, 2004:10) menyatakan bahwa wacana adalah
bahasa dan tuturan yang ada dalam rangkaian kesatuan situasi penggunaan yang
utuh sehingga makna suatu bahasa berada pada rangkaian konteks dan situasi.
Dapat diartikan bahwa dalam wacana terdapat hubungan antara konteks-konteks
yang terdapat di dalam teks.
Wacana dimaknai sebagai teks dalam konteks bersama-sama. Titik
perhatian analisis wacana adalah mengambarkan teks dan konteks secara bersama-
sama dalam suatu proses komunikasi (Eriyanto, 2001:9). Alex Sobur berpendapat
bahwa wacana adalah semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan
mempunyai efek dalam dunia nyata. Johnstone (2002:2) menyatakan bahwa para
penganalisis wacana biasanya berarti kejadian aktual dari suatu komunikasi dalam
media bahasa, Komunikasi sendiri dapat melibatkan media lain selain bahasa.
Pengertian wacana menurut Carlson dalam Tarigan, 1993:23-24) adalah
rentangan ujaran yang berkesinambungan (urutan kalimat-kalimat individual).
Wacana tidak hanya terdiri dari untaian ujaran atau kalimat yang secara
gramatikal teratur rapi.
Mulyana (2005:21) menyatakan bahwa wacana adalah wujud atau bentuk
bahasa yang bersifat komunikatif, interpretatif, dan kontekstual. Dalam pemakaian
bahasa diperlukan adanya interpretasidan pemahaman konteks wacana. Hodge dan
Kress (1988:6) menuliskan bahwa wacana adalah sisi di mana organisasi bentuk-
18
bentuk sosial yang berhubungan dengan sistem tanda dalam produksi teks yang
selanjutnya memproduksi kembali atau mengubah rangkaian makna dan nilai
yang memeperbaiki suatu budaya.
Dari berbagai pengertian yang telah dinyatakan oleh para ahli bahasa,
wacana adalah teks dan konteks yang dimaknai secara bersama-sama. Hal ini
seperti apa yang dinyatakan oleh Eriyanto. Teks dan konteks dapat
menggambarkan suatu proses komunikasi. Dapat dikatakan bahwa suatu teks
muncul karena adanya konteks situasi dan konteks kultural di dalamnya. Dengan
demikian kepaduan suatu wacana dapat dikaji dari kedua unsur tersebut.
2. Analisis Wacana
Mohammad A. S. Hikam (dalam Eriyanto, 2001:4) membahas bahwa ada
tiga perbedaan paradigma analisis wacana dalam pandangannya mengenai
bahasa. Pertama, bahasa dilihat sebagai jembatan antara menusia dengan objek di
luar dirinya. Salah satu ciri pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan
realitas sehingga orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai
yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu
dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik. Analisis wacana
dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian
bersama.
Pandangan kedua menyatakan bahwa bahasa tidak hanya dilihat sebagai
alat untuk memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek sebagai
penyampai pernyataan. Pandangan ini menganggap bahwa subjek memiliki
19
kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap
wacana. Analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar
maksud-maksud dan makna-makna tertentu.
Pandangan ketiga sering disebut sebagai pandangan kritis. Bahasa dalam
pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam bentuk
subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun startegi-strategi di dalamnya.
Dalam pandangan ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan
kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan
representasi yang terdapat dalam masyarakat. Analisis wacana kategori ini disebut
sebagai analisis kritis (Critikal Discourse Analysis/CDA).
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti
latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi,
dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu (Eriyanto, 2001:8). Cook
(dalam Eriyanto, 2001:8) menyatakan bahwa analisis wacana juga memeriksa
konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan
mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana
perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap
masing-masing pihak. Bahasa dipahami dalam konteks secara keseluruhan. Titik
perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara
bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Kajian bahasa di sini memasukkan
konteks, karena tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi,
dan sebagainya (Eriyanto, 2001:9).
20
Lebih lanjut Eriyanto mendeskripsikan bahwa ada beberapa konteks yang
penting yang berpengaruh terhadap produksi wacana.
a. Partisipan wacana
Partisipan wacana adalah latar siapa yang memproduksi wacana.
Produksi wacana yang dihasilkan oleh partisipan wacana dipengaruhi oleh jenis
kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, dan agama.
b. Seting sosial tertentu
Konteks yang memepengaruhi setting sosial tertentu terhadap produksi
wacana adalah tempat, waktu, posisi pembicara (penutur) dan pendengar (mitra
tutur), dan lingkungan fisik. Untuk mengkaji suatu wacana, faktor konteks situasi
dan konteks kultural menjadi bagian yang kuat dalam melatar belakangi suatu
teks. Suatu tuturan akan memiliki makna dalam suatu komunikasi apabila
partisipan dalam tuturan dapat memahami konteks dari apa yang dituturkan.
Seperti apa yang dinyatakan oleh Eriyanto bahwa bahasa memasukkan konteks,
karena tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi, dan
sebagainya (Eriyanto,2001:9).
Tarigan (1993:24) menuliskan bahwa analisis wacana adalah telaah
mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Kita menggunakan bahasa dalam
kesinambungan atau untaian wacana. Tanpa konteks, tanpa hubungan-hubungan
wacana yang bersifat antarkalimat dan suprakalimat maka kita sukar
berkomunikasi dengan tepat satu sama lain.
21
Semantik adalah kerangka analisis wacana. Van Dijk (dalam Alex Sobur
(2004:78) memberikan pengertian semantik sebagai makna lokal (local meaning),
yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi
yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Analisis wacana
memusatkan perhatian pada dimensi teks (makna yang eksplisit ataupun implisit).
Semantik mendefinisikan bagian yang penting dari stuktur wacana dan
menggiring kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa.
Analisis wacana melihat bahasa dalam teks dan konteks secara bersama-
sama dalam suatu komunikasi. Bukan hanya susunan struktur kalimat saja yang
menjadi perhatian, namun makna dari suatu kalimat juga unsur yang penting
dalam analisis wacana. Dalam analisis wacana, penafsiran makna tidak hanya
dilakukan pada pernyataan yang nyata dalam teks, namun juga harus dianalisis
dari makna yang tersembunyi. Konteks situasi yang melatarbelakangi terjadinya
suatu bentuk komunikasi sangat terkait dalam proses analisis wacana.
3. Konteks Situasi
Halliday dan Hasan dalam buku Cohesion in English menyatakan bahwa
suatu teks tidak dapat dievaluasi tanpa mengetahui sesuatu tentang konteks
situasi. Petunjuk-petunjuk linguistik dan situasi digunakan dalam mengkaji suatu
teks. Secara linguistik, fitur-fitur yang terikat dalam teks, pola hubungan,
ketergantungan secara struktur, yang mengacu pada kohesi akan direspon. Secara
situasi, semua pengetahuan tentang lingkungan: apa yang terjadi, bagian apa dari
22
bahasa yang berperan, dan siapa yang terlibat juga dipertimbangkan (Halliday,
Hasan, 1976:20).
Dalam studi wacana, aspek-aspek kebahasaan sering disebut dengan
istilah aspek internal dan aspek situasi disebut aspek eksternal. Halliday dan
Hasan (1970:20) juga menambahkan bahwa ketika membuat suatu penilaian
terhadap suatu wacana, peneliti bahasa terikat untuk membuat observasi pada dua
perhatian. Yang pertama adalah hubungan dalam bahasa, yaitu pola makna yang
direalisasikan oleh tata bahasa dan kosa-kata. Kedua, hubungan antara bahasa dan
fitur-fitur yang relevan dengan materi pembicara (penutur) dan pendengar (mitra
tutur) serta lingkungan sosial dan ideologi penutur dan mitra tutur. Syafi’ie (dalam
Alex Sobur, 2004:57) mendefinisikan konteks sosial (social context) adalah
realisasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antar pembicara
(penutur) dengan pendengar.
Hamid Hasan Lubis (1993:12) menyatakan bahwa jika terjadinya kalimat
atau wacana mempertimbangkan faktor-faktor non-linguitik, maka penganalisisan
haruslah mempertimbangkan hal-hal tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi
kondisi, situasi, pembicara, pendengar, topik pembicaraan, dan yang lain yang
semestinya dianalisis agar kesimpulan lahirlah saja, namun juga kesimpulan
batiniah.
Sumarlam (2003:47) menyatakan bahwa konteks situasi dan budaya
dalam wacana dapat dilakukan dengan berbagai prinsip penafsiran dan prinsip
analogi. Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah:
23
a. Prinsip penafsiran personal, yaitu berkaitan dengan siapa sesungguhnya
yang menjadi partisipan di dalam suatu wacana.
b. Prinsip penafsiran lokasional, yaitu berkenaan dengan tempat atau lokasi
terjadinya suatu situasi (keadaan, peristiwa, dan proses) dalam rangka
memahami wacana.
c. Prinsip penafsiran temporal, berkaitan dengan pemahaman mengenai
waktu.
d. Prinsip analogi, digunakan sebagai dasar baik oleh penutur maupun mitra
tutur untuk memahami makna dan mengidentifikasi maksud dari (bagian
atau keseluruhan) sebuah wacana.
Lebih lanjut menurut Sumarlam (2003:47), di samping pemahaman
mengenai konteks, inferensi juga merupakan proses yang sangat penting dalam
memahami wacana. Inferensi adalah proses yang harus dilakukan oleh pendengar
atau pembaca untuk memahami maksud pembicara atau penulis. Pemahaman
tersebut dapat dilakukan berdasarkan konteks sosial dan budaya serta pengetahuan
tentang dunia (knowledge of world).
Vand Dijk (1985:6) menyatakan bahwa wacana khususnya dalam media
terdapat fitur-fitur konteks, yaitu dalam produksi dan resepsi sebagaimana dalam
situasi dan budaya. Kebanyakan hasil karya media massa memasukkan dimensi
sosial dalam proses komunikasi.
Scott Jacobs dalam Littlejohn (1999:83-84) menyatakan bahwa ada tiga
jenis masalah yang ditangani dalam Analisis Wacana. Pertama, masalah makna
24
(problem of meaning). Dalam masalah makna, hal yang penting untuk diketahui
adalah bagaimana seseorang memahami pesan. Dalam hal ini, informasi apa yang
ada dalam suatu struktur pernyataan, ada sesuatu yang membuat orang lain dalam
makna pernyataan tersebut.
Kedua, analisis wacana adalah masalah tindakan, atau mengetahui
bagaimana mendapatkan sesuatu yang dilakukan melalui percakapan. Kita
memiliki pilihan ketika kita ingin melakukan sesuatu, misalnya menyuruh,
meminta, atau menyapa. Di sinilah seseorang menentukan bagaimana seseorang
menyatakan sesuatu.
Dalam mengkaji suatu wacana, pemahaman terhadap wacana tersebut
perlu mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu hubungan dalam bahasa, yaitu
pola makna yang direalisasikan oleh tata bahasa kosakata. Selain hubungan
dalam bahasa, antara bahasa dan fitur-fitur yang relevan dengan materi pembicara
(penutur) dan pendengar (mitra tutur) serta lingkungan soaial dan ideologi penutur
dan mitra tutur untuk diperhatikan seperti apa yang dinyatakan oleh Halliday dan
Hasan (1976:20).
Di dalam Spoken Discourse: A Model for Analysa (1981: 4),wacana
adalah satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku linguistik
(bahasa) atau yang lainnya (Edmonson, 1981: 4). Di sini wacana terikat dengan
peristiwa yang terstruktur, dan lebih jauh dijelaskan pula bahwa teks adalah
urutan-urutan ekspresi linguistik yang terstruktur membentuk keseluruhan yang
padu atau uniter. Dengan demikian, di dalam hal ini penulis wacana membedakan
25
wacana yang terikat peristiwa (urutan ekspresi linguistik yang membentuk
keseluruhan yang padu (uniter) dari teks terstruktur.
Wacana dikatakan pula sebagai salah satu istilah umum dalam contoh
pemakaian bahasa, yakni bahasa yang dihasilkan oleh tindak komunikasi
(Richards, dkk, 1985: 45). Tata bahasa, dikatakannya mengacu pada kaidah-
kaidah pemakaian bahasa, pada bentuk unit-unit gramatikal, seperti; frase, klausa,
dan kalimat, sedangkan wacana mengacu pada unit-unit bahasa yang lebih besar,
seperti paragraf-paragraf, percakapan-percakapan, dan wawancara-wawancara.
Struktur wacana sebagai suatu organisasi tulisan harus ada dalam sebuah wacana
tulis, seperti karangan yang menjadi penelitian ini.
4. Kohesi dalam Bahasa Indonesia
Menurut Sarwiji Suwandi (dalam Hairston, Halliday dan Hasan 1992:
65) mengemukakan bahwa kohesi adalah perangkat sumber-sumber kebahasaan
yang dimiliki setiap bahasa sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk
mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya. Ahli lain berpendapat bahwa
kohesi merupakan perekat, yang melekatkan bagian-bagian karangan. Menurut
Gutwinski (1976: 26), kohesi ialah hubungan antarkalimat dan antarklausa dalam
sebuah teks, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal. Sejalan
dengan pendapat itu menurut Nunan (1993: 21), kohesi - yang disebutnya peranti
pembentuk teks (teks formatting device) ialah kata atau frasa yang memungkinkan
penulis atau pembicara menyusun hubungan antarkalimat atau antarujaran dan
yang membantu mempertautkan kalimat-kalimat dalam sebuah teks. Pendapat
26
senada dikemukakan oleh Richard, Platt, dan weber (1985: 45) bahwa kohesi
adalah hubungan gramatikal dan atau leksikal antarunsur dalam sebuah teks.
Pendapat senada dikemukakan pula oleh Richards, Platt, dan Weber (1985: 45)
bahwa kohesi adalah hubungan gramatikal dan atau leksikal antarunsur dalam
sebuah teks. Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Hasan Alwi dkk. (1993:
481), yang menegaskan bahwa kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur
yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian
yang apik atau koheren.
Pendapat–pendapat di atas memberikan gambaran yang makin jelas
mengenai konsep koherensi dan kohesi. Koherensi berbeda dari kohesi; yang satu
mengenai hubungan antarkalimat menurut nalar, yang lain, menyangkut hubungan
pengungkapan hubungan itu secara verbal. Kohesi membuat karangan menjadi
padu dan konsisten sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Halliday dan Hasan (1976: 5-6) mendeskripsikan secara lengakap jenis
peranti kohesi yang terdapat dalam bahasa Inggris. Seacara garis besar peranti
kohesi itu meliputi lima macam dan yang oleh penulisnya kemudian
dikelompokkan menjadi empat kategori. Peranti kohesi itu adalah (1) pengacuan
(reference), (2) penyulihan (substitution) (3) penghilangan (ellipsis), (4) konjungsi
(conjungtion), dan (5) kohesi leksikal (lexikal cohesion).
Agak berbeda dengan pendapat Halliday dan Hasan yang telah diuraikan
di atas, Cook (1989: 15-21) mengemukakan dua hubungan di dalam penggunaan
bahasa, yaitu hubungan formal (pengacuan pada fakta-fakta di luar bahasa).
27
Uraian di dalam tulisan ini dibatasi pada hubungan formal sebab- sebagaimana
juga ditandaskan Cook-yang di bicarakan berkenaan dengan teks. Hubungan
formal antarkalimat dan antarklausa dikenal sebagai peranti kohesi (cohesion
device). Lebih lanjut Cook menjabarkan peranti kohesi–dalam bahasa Inggris –
tersebut atas (1) bentuk verba (verb form), (2) kesejajaran atau paralelisme
(paralelism), (3) ekspresi pengacuan (referring ekspresssions), yang dibedakan
atas anafora dan katafora (4) repetisi dan rantai leksikal (repetition and lexal
chains), ( 5) penyulihan (substitution), (6) penghilangan (elipsis), dan (7)
konjungsi (conjungtion).
Apabila dibandingkan secara cermat pendapat Cook di atas tampak
banyak persamaannya dengan pendapat Halliday dan Hasan. Perbedaan lebih pada
penggunaan istilah; misalnya, dalam hal penggunaan istilah hubungan formal dan
hubungan kontekstul. Hubungan formal pengertiannya dapat disejajarkan dengan
hubungan endoforis sebagaimana yang dikemukakan Halliday dan Hasan;
sedangkan hubungan kontekstual dapat disejajarkan dengan hubungan eksoforis
yang bersifat situasional. Perbedaan antar kedua pendapat di atas, tampak pada
pengklasifikasian jenis peranti kohesi. Cook memasukkan bentuk verba dan
kesejajaran sebagai bentuk peranti kohesi tersendiri.
Anton M Moeliono, dkk. dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(1999:427) menyatakan bahwa kohesi merupakan hubungan perkaitan
antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan
semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana. Kebanyakan wacana
atau teks menunjukkan bentuk lahir yang kohesif dengan pemakaian sarana
28
kohesi, namun kohesi juga menyiratkan hubungan semantis yang mendasari
wacana itu.
Hal ini berarti pula bahwa kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam
sebuah wacana baik dalam strata gramatikal maupun strata leksikal tertentu
(Gutwinsky, 1976:26). Kohesi adalah hubungan semantik atau hubungan makna
antara unsur-unsur di dalam teks dan unsur-unsur lain yang penting untuk
menafsirkan atau menginterpretasi teks, pertautan logis antarkejadian atau makna-
makna di dalamnya; keserasian antara unsur yang satu dengan unsur yang lain
dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik (Moeliono, 1989: 343)
dalam Sumarlam dkk (2005: 173). Hubungan kohesif sering ditandai dengan
pemarkah gramatikal (kohesi gramatikal) maupun pemarkah leksikal (kohesi
leksikal). Historically the "tie that binds" the group has been cohesion, which has
been defined as the close knittedness or attraction of members for the group
(Cartwright, 1968).
5. Kohesi Gramatikal
Analisis kohesi gramatikal merupakan analisis dari segi bentuk atau
struktur lahir wacana. Dalam Sumarlam (2003: 23) dinyatakan bahwa hubungan
anatarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk
yang disebut sebagai kohesi (cohesion) dan hubungan makna atau hubungan
semantis yang disebut koherensi (coherence). Halliday dan Hasan membagi
kohesi menjadi dua jenis yaitu kohesi gramatikal (grammatical cohesion) dan
kohesi leksikal (lexical cohesion). Dalam analisis wacana, segi bentuk atau
29
struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal wacana; sedangkan segi makna
atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal wacana.
Halliday dan Hasan (dalam Sumarlam, 2003: 23) merinci aspek
gramatikal wacana meliputi: (1) pengacuan, (2) penyulihan, (3) pelesapan, (4)
perangkaian. Dalam hal ini akan kami jelaskan mengenai aspek aspek gramatikal
secara rinci sehingga makna kalimat tersebut menjadi jelas dan dapat dipahami.
a. Pengacuan
Pengacuan atau referensi adalah jenis kohesi gramatikal yang berupa
satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual yang lain (atau suatu
acauan) yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan tempatnya, pengacuan
dibedakan menjadi dua jenis: (1) pengacuan endofora apabila acuannya (satuan
lingual yang diacu) berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, dan (2)
pengacuan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana.
Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu pengacuan anaforis (anaphoric reference) dan pengacuan
kataforis (cataphoric reference). Pengacuan anaforis adalah salah satu kohesi
gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual
tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, atau
mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah disebut
terdahulu. Pengacuan kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang
berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang
30
mengikutinya, atau mengikuti anteseden di sebelah kanan, atau mengacu pada
unsur yang baru disebutkan kemudian. Jenis kohesi gramatikal pengacuan
diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu (1) pengacuan persona (saya, kami,
kita, dia, -nya, mereka), (2) pengacuan demonstratif (waktu: kini, sekarang, yang
lalu, yang akan datang; tempat: sini, ini, itu, sana), dan (3) pengacuan komparatif
(seperti, tidak berbeda dengan, sama dengan).
b. Penyulihan
Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang
berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan
lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Dilihat dari segi
satuan lingualnya, substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal,
frasal, dan klausal.
(1) Substitusi nominal
Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori
nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang berkategori nomina, dalam
hal ini bila terdapat satuan lingual yamg berkategori nomina yang dapat
digantikan dengan satuan lingual lain yang juga berkategori sama, maka substitusi
itu disebut substitusi nominal. Contoh kata derajat, tingkat diganti dengan
pangkat, kata gelar diganti titel. Agar lebih jelas perhatikan contoh berikut.
(a) Bagus sekarang sudah berhasil mendapat gelar Sarjana Sastra.
31
Titel kesarjanaannya itu akan digunakan untuk mengabdi kepada nusa dan
bangsa melalui sastranya.
(b) Hanya saja, jangan sampai lupa: derajat yang sudah kita peroleh sekarang
ini sedapat mungkin bawalah sebagai bekal untuk meraih tingkat yang
lebih tinggi. Pilihlah sekolah yang murid-muridnya sudah menjadi
berpangkat.
Pada contoh (a) satuan lingual nominal gelar yang telah disebut
terdahulu telah digantikan oleh satuan lingual nomina pula yaitu kata titel yang
disebutkan kemudian. Sementara itu, pada contoh (b) nomina derajat
disubstitusikan dengan nomina tingkat lalu pada tuturan yang sama
disubstitusikan lagi dengan nomina pangkat. Baik pada contoh (a) maupun (b)
karena satuan lingual yang berkategori nomina itu digantikan dengan satuan
lingual lain yang juga berkategori sama, maka substitusi itu disebut substitusi
nominal.
(2) Substitusi verbal
Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori
verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba.
Apabila terdapat penggantian satuan lingual berkategri verba satu digantikan
verba yang menyerupai maka terjadilah substitusi verba (antara verba satu
menggantikan verba yang lain). Coba perhatikan contoh substitusi verbal berikut
ini.
32
(a) Wisnu mempunyai hobi mengarang cerita pendek. Dia berkarya sejak
masih di bangku sekolah menengah pertama.
(b) Kita kadang berusaha dengan setengah hati, padahal jika kita mau
berikhtiar dengan sungguh-sungguh tentu akan menjadi lebih baik
hasilnya.
Pada contoh (1) tampak adanya penggantian satuan lingual berkategori
verba mengarang dengan satuan lingual yang lain yang berkategori sama, yaitu
berkarya.Demikian pula pada contoh tuturan (2) verba berusaha digantikan
dengan verba berikhtiar. Dengan demilkian terjadi substitusi verbal pada kedua
contoh tersebut.
(3) Substitusi frasal
Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa
kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. Pada substitusi ini
antara kalimat pertama dengan kalimat kedua dan ketiga disubstitusikan sehingga
terjadi perbedaan antara kalimat satu, dua dan ketiga dengan kalimat yang sama.
Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikut.
(1) Aku tidak meneruskan pertanyaanku. Ayahku juga tidak berbicara.
Dua orang sama-sama diam.
(2) Maksud hati mau menengok orang tua. Mumpung hari Minggu,
senyampang hari libur.
33
Tampak pada contoh (1) kata aku pada kalimat pertama dan ayahku
pada kalimat kedua disubstitusi dengan frasa dua orang pada kalimat ketiga,
sedangkan pada contoh (2) frasa hari Minggu pada kalimat kedua disubstitusikan
dengan hari libur pada kalimat yang sama.
(4) Substitusi klausal
Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa
klausal atau kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa.
Pada kalimat ini yang satu berfungsi sebagai klausa atau kalimat tersebut
disubstitusikan oleh satuan lingual yang lain, sehingga antara klausa dan tuturan
dalam masing-masing kalimat jelas, dan dapat dicermati dalam contoh-contoh
kohesi gramatikal. Contoh subtstitusi klausal dalam kalimat adalah sebagai
berikut.
S: ’’Jika perubahan yang dialami oleh Rudi tidak bisa diterima dengan baik
oleh orang-orang di sekitarnya; mungkin hal itu disebabkan oleh
kenyataan bahwa orang-orang itu banyak yang sukses seperti Rudi’’.
T: ’’Tampaknya memang begitu.’’
Pada percakapan diatas terdapat substitusi klausal, yaitu tuturan S yang
berupa satuan lingual klausa atau kalimat itu disubstitusikan oleh satuan lingual
pada tuturan T yang berupa kata begitu. Atau sebaliknya, kata begitu pada
tuturan T menggantikan klausa atau kalimat pada tuturan S.
34
Dari contoh-contoh kohesi gramatikal melalui penyulihan atau substitusi,
baik substitusi nominal, verbal, frasal, maupun klausal, maka substitusi tersebut
selain mendukung kepaduan wacana juga mempunyai fungsi lain yang sangat
penting. Dalam hal ini, penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual
lain dalam wacana itujuga berfungsi untuk (1) menghadirkan varasi bentuk, (2)
menciptakan dinamisasi narasi,(3) menghilangkan kemonotonan, dan (4)
memperoleh unsur pembeda.)
Another kind of formal link between sentences is the substitution of words like do or so for a word or group of words which have appeared in an earlier sentence. it would be very long-winded if we had always to answer a question like do you like mangoes? with a sentence like Yes I like mangoes. It is much quicker, and it mean the same, if we say Yes I do or Yes I think so. Unfortunately, much traditional language teaching, in zeal for practising verb tenses and using new vocabulary, has concentrated exclusively on longer forms (Answer with a full sentence please!) and deprived students of briefer, more authentic option (Cook 1989:20).
Macam kalimat formal adalah penggantian kata-kata seperti lakukan atau
kira-kira untuk kelompok kata-kata yang sudah nampak adalah suatu kalimat lebih
awal. Sangat bertele-tele jika kita harus selalu menjawab suatu pertanyaan, seperti
apakah kamu suka mangga? dengan kalimat.Ya aku suka mangga. lebih cepat, dan
arti yang sama, jika kita katakana,ya aku lakukan atau ya aku berpikir, maka,
Sungguh, banyak bahasa tradisional dalam katakerja dan penggunaan kosa kata
baru, sehingga memusatkan dengan suatu kalimat penuh dan para siswa pilih
yang lebih ringkas, lebih asli (Cook 1989: 20).
35
c. Pelesapan (elipsis)
Pelesapan (elipsis) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang
berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan
sebelumnya. Unsur satuan lingual yang dilesapkan itu dapat berupa kata, frasa,
klausa, atau kalimat. Fungsi pelesapan dalam wacana ini ialah untuk (1)
menghasilkan kalimat yang efektif (efektif kalimat), (2) efisiensi, yaitu untuk
mencapai nilai ekonomis dalam pemakaian bahasa, (3) mencapai aspek kepaduan
wacana, (4) bagi pembaca/pendengar berfungsi untuk mengaktifkan pikirannya
terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa, dan (5) untuk
kepraktisan berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan. Cook (1989:
20) juga menjelaskan mengenai pelesapan atau elipsis sebagai berikut.
Sometimes we do not even need to provide a substitute for a words or phrase which has already been said. We can simply omit it, and know that the missing part can be reconstructed quite succesfully. Instead of answering would you like a glass of beer? with yes I would like a glass of beer we can just say Yes I would knowing that like a glass of beer will be understood. Or if someone says What are you doing? we can just answer Eating a mango instead of I am eating a mango because we know that I am is understood and does not have to be said. Omitting part of sentences on the assumtion that an earlier sentence or the context will make the meaning clear is known as ellipsis (Cook 1989: 20).
d. Perangkaian (konjungsi)
Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal
yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur lain
dalam wacana.Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa,
36
klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya
alinea dengan pemarkah lanjutan, topik pembicaraan dengan pemarkah alih topik.
Perangkain dapat berupa satuan lingual satuan lingual dan, atau, tetapi, namun,
sebab, karena, meskipun, jika, dll. Konjungsi berbeda dengan pengacuan,
substitusi, dan elipsis dalam hal bukan suatu upaya untuk mengingatkan pembaca
akan adanya wujud, tindakan, keadaan, dan lain sebagainya yang disebutkan lebih
dahulu. Dengan kata lain, konjungsi bukanlah hal yang dimaksudkan oleh para
linguis sebagai hubungan anaforis, Namun, konjungsi di-masukkan ke dalam
kohesi karena konjungsi memarkahi hubungan yang hanya dapat dimengerti
sepenuhnya melalui pengacuan ke bagian lain teks. Halliday dan Hasan
menunjukkan empat jenis hubungan yang dimarkahi oleh konjungsi, yakni
konjungsi temporal, kausal, aditif, dan adversatif.
Yet another type of formal relation between sentences -and perhaps the most apparent -is provided by those word and phrases which explicitly draw attention to the type of relationship which exists between one sentences or clause and another. These are conjunctions. These are conjunctions. These words may simply add more information to what has already been said (and, furthermore, add to that) or elaborate or exemplify it (for instance, thus, in other words). they may contrast new information with old information, or put another side to the argument (or, on the other hand, however, conversely) (Cook 1989: 21).
Jenis hubungan formal antar kalimat yang paling nyata disajikan oleh
ungkapan dengan tegas, dan menarik perhatian kepada jenis yang ada hubungan
antara satu kalimat atau anak kalimat/ketentuan lain. adalah kata penghubung.
(Ini). Kata-Kata (ini) yang bisa dipastikan menambah lebih, informasi apa yang
37
telah dikatakan dalam merinci atau menerangkan dengan contoh itu (sebagai
contoh, seperti itu, dengan kata lain). mereka boleh membandingkan informasi
baru dengan informasi lama atau menaruh sisi lain kepada argumentasi ( atau,
pada sisi lain, bagaimanapun, dan sebaliknya) Cook 1989: 21).
Penelitian dalam persepsi konjungsi kohesif mungkin lebih banyak
daripada dalam bidang lain. Ini disebabkan oleh fakta bahwa para ahli psikologi
perkembangan selalu tertarik pada perkembangan persepsi tentang hubungan logis
dan sebagian lagi karena para ahli pendidikan percaya bahwa kata-kata
penghubung merupakan bagian penting dalam struktur teks ilmiah.
Greer (dalam Nunan1992: 22) menunjukkan bahwa suatu aspek penting
pertumbuhan penalaran adalah perkembangan pemahaman tentang kata-kata
penghubung yang logis dan bahwa pemerolehan pengertian lebih merupakan
kemampuan yang berkembang dan bersinambung dari-pada suatu proses semua-
atau-tidak sama sekali.
Gardner (dalam Nunan 1992: 22) menunjukkan bahwa persepsi kata-kata
penghubung terikat konteks dan merupakan faktor penting dalam membaca sains
pada tingkat sekolah menengah. Stoodt (dalam Nunan 1992: 22) menemukan sutu
korelasi yang dinyatakan oleh konjungsi dan pemahaman bacaan. Ada juga
perbedaan yang cukup besar dalam kesukaran pada berbagai jenis konjungsi.
Suatu kelompok studi lain yang penting telah menyelidiki kegunaan
pemarkah-pemarkah itu sendiri dalam persepsi kohesi. Pearson (dalam Nunan
38
1992: 23) menemukan bahwa subjek penelitian mengalami kesukaran yang lebih
besar dalam memahami hubungan-hubungan implisit daripada eksplisit. Pada
tingkat perguruan tinggi, Irvin menemukan bahwa keeksplisitan dan urutan klausa
adalah penting untuk memahami hubungan kausal yang timbal balik. Kintsch
(dalam Nunan 1992: 22) juga menemukan bahwa pemahaman orang dewasa akan
informasi yang dinyatakan secara eksplisit dikurangi saat informasi itu dibuat
implisit. Diphak lain, Freebody dan Anderson (dalam Nunan 1992: 23), dengan
memakai teks yang didalamnya kohesi ’direndahkan’ ke berbagai tingkatan,
berpendapat bahwa alat-alat kohesi tidak amat mempengaruhi pemahaman. Studi
ini tampaknya menunjukkan bahwa hubungan tekstual itu sendirilah yang
menentukan kesukarannya bukan petunjuk kohesi. Dalam tiga penelitian yang
dikutip di dalamnya pemarkah merupakan hal penting, kalimat-kalimat yang
mengandung hubungan itu sengaja ditulis ulang untuk mengaburkan hubungan-
hubungan itu sendiri. Hal ini mungkin akan mempengaruhi keterbacaan
Lautamatti (dalam Nunan 1992: 24 ). Mungkin juga kasusnya adalah bahwa
hubungan logis yang diisyaratkan oleh konjungsi lebih sukar daripada jenis kohesi
lain dan hubungan-hubungan ini perlu dimarkahi secara eksplisit bila sedang
menangani isi yang tudak lazim. Sudah dikemukakan bahwa konjungsi mewakili
tipe kohesi yang berbeda dengan pengacuan, pelesapan, substitusi, serta kohesi
leksikal karena bukan merupakan petunjuk jalan maupun petunjuk cara bagaiman
kedudukakan suatu bagian teks dihubungkan dengan bagiannya yang lain.
39
e. Pronomina
Sebagai alat yang berfungsi menciptakan kepaduan wacana, pronomina
banyak digunakan dalam wacana bahasa Indonesia. Pronomina atau kata ganti
terdiri dari kata ganti diri, kata gant penunjuk, dan lain-lain. Kata ganti diri dalam
bahasa Indonesia adalah: a) saya, aku, kita, kami. b) engkau, kamu, kau, kalian,
Anda. c) dia, mereka. Penggunaan kata ganti diri di atas dapat kita lihat dan baca
pada contoh berikut ini.
Salsa, Bila, dan Clara sedang duduk-duduk di beranda depan rumah Pak
Karjo. Mereka sedang asyik berincang-bincang. Sebenarnya mereka sedang
menanti saya dan Hendra. Untuk belajar bersama-sama. Saya tiba dan menyapa
mereka dengan ucapan selamat sore. Hendra belum juga tiba. Mungkin dia
terlambat datang karena mobinya mogok. Sebentar kemudian dia pun tiba.
’’Maaf, saya terlambat, tadi kendaraan padat benar di jalan. Mungkin kalian
sudah jengkel menanti saya. Sasa menjawab dengan tersenyum: ’’Tidak apa-apa,
kami memaafkan kamu, Hendra! Teman-teman mari kita mulai membicarakan
dan mengerjakan pekerjaan rumah kita: pelajaran bahasa Indonesia.’’ Kami asyik
berdiskusi, dan semua tugas dapat kami selesaikan dengan baik.
6. Kohesi Leksikal
Kepaduan wacana selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi
gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal atau kohesi leksikal. Kohesi leksikal
ialah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis. Dalam hal ini, untuk
40
menghasilkan wacana yang padu pembicara atau penulis dapat menempuhnya
dengan cara memilih kata-kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang
dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan
pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik
antarasatuan lingual . Muller, Natascha (2005: 6) as the result of a fused lexical
or grammatical system...language(s).
Halliday dan Hasan (1976: 4) menyatakan bahwa pengertian kohesif atau
sisipan adalah konsekuensi dari pembicara dwi bahasa upaya untuk menciptakan
koherensi antara ucapan-ucapan dalam bahasa yang berbeda. Dengan mengulangi
satu pokok leksikal dari ucapan sebelumnya bahkan jika bahasa interaksi telah
berubah, seorang pembicara membentuk kohesi leksikal antara kedua ucapan-
ucapan. Menafsirkan penyisipan sebagai akibat dari kohesi leksikal berfungsi
untuk menjelaskan beberapa karakteristik linguistik lintas dari penyisipan, yaitu
dominasi kata benda (seperti kohesi leksikal dibatasi pada dasarnya item kelas
terbuka), dan asimetri antara bahasa (sebagai pilihan leksikal dipengaruhi oleh
konteks di mana pokok leksikal digunakan dan pilihan bahasa dibatasi dalam
beberapa konteks). Lebih jauh lagi, analisis menghilangkan kebutuhan untuk
membedakan antara kata-kata pinjaman, kesempatan ini pinjaman, atau
codeswitches item tunggal, sebagai pokok leksikal tidak lagi didefinisikan dalam
hubungan dengan leksikon bahasa dalam konteks yang terjadi, melainkan oleh
dari kohesif di mana ia berpartisipasi.
Pendapat Halliday dan Hasan di atas diperkuat oleh Angermeyer (2002:
1) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa pemilihan kata untuk
41
membuat kohesif suatu wacana dipengaruhi oleh konteks yang berbeda-beda.
Seorang penutur harus memperhatikan konteks ini dalam memilih kata yang tepat
untuk menunjang kohesinya. Penelitian Morgan (2000: 280) juga menyatakan
bahwa seorang anak yang dwi bahasa akan menggunakan kohesi sesuai
konteksnya. Mereka akan memilih kata-kata yang tepat untuk mendukung
komunikasinya. Dalam penelitian yang lain, Knouse (2006: 1) menyatakan bahwa
wacana yang kohesif dapat mempermudah komunikasi dalam sebuah kelompok
tertentu.
Martin (1981a) menegaskan bahwa sementara kohesi leksikal
menimbulkan masalah, namun sumbangannya terhadap koherensi dalam teks
sangat berarti tidak dapat diabaikan (hlm. 1). Dalam pandangan martin, kohesi
leksikal menjadi masalah karena lebih direalisasikan melalui unsur-unsur kelas
terbuka daripada unsur-unsur kelas tertutup. Yang dimaksudnya di sini ialah
bahwa bertentangan dengan, katakanlah hubungan pengacuan atau konjungsi yang
dimarkahi oleh daftar unsur leksikal yang terbatas, tidak ada batas bagi unsur-
unsur yang dapat merealisasikan hubungan leksikal. Sebenarnya, kata penuh saja
dalam bahasa Inggris dapat termasuk dalam bentuk kohesi ini. Inilah yang
menyebabakan ketidak-mungkinan menetapkan perangkat unsur-unsur leksikal
yang muncul bersama-sama secara teratur. Tambahan masalahnya adalah fakta
bahwa banyak hubungan leksikal terikat teks sekaligus terikat konteks. Kata dan
frase, baik yang berkolokasi maupun yang dianggap sebagai sinonim dalam satu
teks, mungkin bukan sinonim dalam teks lain. Misalnya, di luar konteks, unsur-
unsur my neighbour (tetengga saya) dan the scoundrel) (si kurang ajar itu) tidak
42
ada hubungannya sama sekali. Akan tetapi dalam teks berikut keduanya ada
hubungan:
My neighbour has just let one of his trees fall into my garden. And the scoundrel refuses to pay for the damage which was caused.(Tetangga saya baru saja membiarkan salah satu pohonnya rebah ke dalam pekarangan saya. Dan si kurang ajar itu tidak mau membayar ganti rugi untuk kerusakan yang terjadi.)
Dengan adanya begitu banyak hubungan kohesi leksikal yang terikat teks
itu tidaklah mungkin untuk menyusun suatu daftar istilah lengkap yang dapat
diacu dalam bahasa Inggris. Paling-paling, daftar demikian hanya dapat
memberikan sebagian analisis kohesi leksikal dalam bahasa Inggris.
Meskipun (atau bahkan karena) sifatnya yang problemantis itu, maka
kohesi leksikal pada umumnya adalah tipe kohesi yang paling menarik.
Pengetahuan dasar pembaca memainkan peranan yang lebih jelas dalam
persepsinya tentang hubungan leksikal yang amatbanyak daripada tentang tipe
kohesi lain. Pola kolokasi misalnya, hanya akan tampak kohesif pada seseorang
yang memiliki jaringan semantik yang dibutuhkan oleh pokok yang dihadapi.
Alasan inilah yang menyebabkan kohesi leksikal mungkin amat mengecewakan
bagi linguais, tetapi amat menarik bagi pengajar bahasa.
Sifat terikat teks dari banyak hubungan leksikal serta peranan pemelajar
dalam menanggapinya menciptakan masalah bagi linguis yang ingin memeberikan
suatu pembahasan semantik terhadap kohesi leksikal. Martin (1981a) menjelaskan
43
masalah ini sebagai berikut: suatu masalah yang timbul dalam analisis hubungan
ini dalam teks harus menentukan berapa step (langkah) dalam suatu taksonomi
suatu unsur dapat terpisah dan masih ikut membentuk kohesi. Misalnya rose
‘mawar’ dan flower ‘bunga’ secara intuitif tampak berkolokasi lebih erat
daripada rose ‘mawar’ dan plant ‘tumbuhan’; dan meskipun orang dapat dapat
menerima mosquito ‘nyamuk dan insect ‘serangga’ orang akan meragukan
kolokasi antar mosquito ‘nyamuk dan animal ‘binatang’. Apakah unsur-unsur
akhir terlalu jauh jaraknya dalam taksonomi untuk dihubungkan? Masalah ini
lebih berat pada taksonomi bagain /penuh seperti halnya door-knob ‘tombol pintu’
dan door ‘pintu’ adalah kohesif tetapi door-knop ‘tombol pintu’ house ‘rumah’
tampak berhubungan secara samar-samar (halm.8) .
Halliday dan Hasan (1976:278) menggunakan istilah kata-kata umum
(general word) sebagai elemen kohesi ketika memandangnya dari sudut leksikal.
Reiterasi (reiteration) adalah bentuk kohesi leksikal yang melibatkan pengulangan
(repetisi) satuan leksikal, pada satu skala, penggunaan suatu kata umum mengacu
kembali kepada satuan leksikal, dan pada skala yang lain sejumlah hal di antara
penggunaan sinonimi, sinonimi dekat (near-synonym) atau superordinat. Halliday
dan Hasan (1976:284) menyebutkan bahwa ada bagian yang paling problematik
dalam kohesi leksikal, yaitu kohesi yang dicapai melalui asosiasi satuan-satuan
leksikal yang menyertai keberadaannya secara teratur. Kolokasi adalah kohesi di
mana pasangan tidak banyak tergantung pada hubungan semantik, karena
kecenderungannya untuk berbagai lingkungan leksikal yang sama. Halliday dan
44
Hasan juga menyinggung adanya bentuk kohesi leksikal yang lain yaitu lawan
kata dan hiponimi.
Verhaar (2004:394) menyatakan bahwa unsur-unsur leksikal dalam
bahasa dapat dibandingkan menurut hubungan semantik di antaranya. Menurut
verhaar, hubungan semantik itu dapat berupa sinonim, antonim, homonim, dan
hiponim. Kohesi leksikal ialah hubungan antarunsur dalam wacana secara
semantik. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan
pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara
satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana
(Sumarlam, 2003:35). Sumarlam memebedakan kohesi leksikal dalam wacana
menjadi enam macam, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata),
kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), antonimi (lawan kata),
dan ekuivalensi (kesepadanan).
a. Repetisi (pengulangan)
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau
bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah
konteks yang sesuai (Sumarlam, 2003: 34) dalam Sumarlam dkk (2004: 9). Ada
delapan macam repetisi, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anaphora, epistrofa,
simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.
45
b. Sinonimi (padan kata)
Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang
sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain
(Abdul Chaer, 1990: 85) dalam Sumarlam dkk (2004: 10). Dalam istilah bahasa
Indonesia sinonimi mempunyai pengertian persamaan atau arti kata.
Sinonimi (synonym) adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau
sama dengan bentuk yang lain: kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata,
atau kailimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanya kata-kata saja
(Kridalaksana dalam Sarwidji dan Saliman, 2000: 90). Istilah sinonimi yang
sering kita jumpai adalah bentuk- bentuk kata yang memiliki makna kurang lebih
sama, dengan makna sebelumnya sehingga kita dengan mudah dapat mengartikan
kata-kata tersebut dengan bahasa yang sering kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Fatimah-Djajasudarma (1993:36), sinonim digunakan untuk
menyatakan kesamaan arti karena dalam sejumlah perangkat kata dijumpai
memiliki makna sama atau satu sama lain memiliki makna sama atau hubungan
antara kata-kata yang mirip (dianggap mirip) maknanya. Misalnaya kata buruk
dan jelek adalah dua kata yang bersinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah
tiga buah kata yang bersinonim; mati, wafat, meninggal, dan mampus adalah
empat buah kata yang bersinonim.
46
Menurut tafsiran yang sempit, dua unsur merupakan sinonim-sinonim
jika mempunyai arti yang sama seperti dijelaskan oleh Ullmann (dalam Lyon,
1995: 439) bahwa kata-kata yang dapat dideskripsikan sebagai sinonimi-sinonimi
hanya yang dapat saling menggantikan dalam sembarang konteks tanpa perubahan
sedikit pun, baik arti kognitif ataupun emotif. Hal tersebut berkaitan dengan
anggapan umum bahwa kata-kata tidak pernah merupakan sinonimi dalam suatu
konteks apabila tidak terdapat arti yang sama dalam semua konteks.
Hubungan antara dua kata yang bersinonim bersifat dua arah, kata bunga
bersinonimi dengan kata kembang maka kata kembang juga bersinonimi dengan
kata bunga, tetapi dua kata yang bersinonim itu kesamaannya tidak sama 100%,
hanya kurang lebih saja ( Agusta dan Ulman dalam Chaer, 1995: 85). Dari
pengertian kembang dan bunga pada kalimat tersebut mempunyai arti yang sama,
kedua hal tersebut sering kita gunakan dan kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari.
Sering ditemukan bahwa sinonim adalah dua buah kata yang sama
maknanya. Namun peninjauan terhadap sinonim tidak saja mengenai makna tetapi
juga masalah penggunaanya. Dua bentuk bahasa (termasuk kata) yang bersinonim
tidak selalu dapat dipakai untuk mengganti yang satu dengan yang lainnya. Pada
suatu tempat kata bunga mungkin dapat ditukar dengan kata kembang, tetapi di
tempat lain tidak dapat.
Menurut Keraf (2004: 34) sinonimi adalah suatu istilah yang dapat
dibatasi sebagai, (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki
47
makna yang sama, atau (2) keadaan di mana dua kata atau lebih memiliki makna
yang sama. Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
sinonimi tidak ada unsur pembeda, namun seperti yang sudah dipaparkan diatas
sinonimi adalah kata yang mempunyai arti yang sama atau lebih kurang sama.
c. Antonimi
Antonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang
lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroperasi dengan satuan
lingual yang lain. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi
lima macam, yaitu (1) oposisi mutlak, (2) oposisi kutub, (3) oposisi hubungan, (4)
oposisi hirarkial, dan (5) oposisi majemuk.
d. Kolokasi
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan
pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan.Bagi yang mengenal
kolokasi adalah melihat artian kolikasi dari dua sudut, yaitu sudut sintaksis dan
sudut semantik. Kedua hal ini dapat dijadikan pijakan dalam mengartikan kolokasi
yaitu dengan melihat secara sintaksis ataupun secara semantik. Untuk lebih jelas
perhatikan contoh berikut.
1. Dari Sudut Sintaksis
(a) Dalam Harun Aminurrashid (2001:19) sebagai berikut:
Ketika itu nama Brunei dikenali sebagai Puni, kerana ibu kotanya bernama Puni. Pada zaman Sultan Muhyiddin iaitu Sultan Brunei
48
yang ke-XIV baharulah Kerajaan Brunei itu dipindahkan ke tempat yang ada sekarang.
(b) Dalam Tarigan, H.G.(1995: 138) sebagai berikut:
Di perkarangan itu, ditanam keperluan dapur sehari-hari;
umpamanya: bayam, tomato, cili, ubi kayu, kacang panjang, lobak, kubis
dan lain-lain. Di perkarangan itu, ditanam bahan ubat-ubatan tradisional;
misalnya: misai kucing, lengkuas, halia, kunyit dan sebagainya… dijual
ke pasar: sebagai contoh: bayam, cili, halia, kunyit dan sirih.
2. Dari Sudut Semantik
Contoh dalam Tarigan, H.G. (1995: 136) sebagai berikut:
Kerajaan berusaha bersungguh-sungguh meningkatkan perhubungan di tanah air kita, iaitu perhubungan darat, laut dan udara. Dalam bidang perhubungan darat telah digalakkan pemanfaatan kereta api dan kenderaan bermotor. Kenderaan ini meliputi kereta, motosikal dan lain-lain.
e. Hiponimi
Konsep hiponimi berkaitan dengan kata umum dan kata khusus. Dalam
relasi makna, kata umum mengacu ke hipernim; sedangkan kata khusus mengacu
ke hiponim. Sarwiji Suwandi (2008: 142) Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan
bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupkan bagian dari
makna satuan lingual yamg lain. Sehingga mudah untuk membedakan hiponim
dan hipernim
49
Menurut Krialaksana (dalam Sarwiji Suwandi dan Saliman 2000: 103),
hiponimi (hyponymy) adlah hubungan dalam semantik antar makna spesifik dan
makna generik atau antara anggota taksonomi dan nama taksonomi. Apabila
dilihat secara etimologis, istilah hiponimi berasal dari Yunani kuno, anoma, yang
berarti ’nama’ dan hypo yang berarti ’di bawah’.Bertumpu pada kata tersebut,
secara harfiah hiponimi dapat diartikan nama yang termasukdi bawah nama lain.
Secara semantik Verhaar (dalam Chaer, 1995: 98) menyatakan hiponim
ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain.Menurut
Keraf (2004: 38) hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas-
bawah, atau dalam suatu makna terkadang sejumlah komponen yang lain.Konsep
hiponimi dalam bahasa Indonesia dapat mengacu pada kata benda dan kata sifat
(adjektif). Konsep hiponimi mengandaikan adanya kelas atas dan kelas bawah,
adanya makna sebuah kata yang berbeda di bawah makna kata lainnya. Leksem-
leksem yang berada di tingkat bawah (makna spesifik) disebut dengan hiponim
atau subordinat, sedangkan leksem yang berada di tingkat atas (makna generik)
disebut dengan hipernim atau superordinat.
Hubungan antar leksem-leksem yang merupakan hiponim dengan leksem
yang memayunginya (superordinat) disebut dengan hiponimi, sedangkan
hubungan antar leksemyang satu dengan leksem yang lain yang sama-sama
sebagai hiponim disebut sebagai kohiponim (ko dari co- berarti ’ bersama-sama’)
(Sarwiji dan Saliman, 2000: 103). Misalnya antar kata mawar dan kata bunga.
50
Makna yang tercakup dalam kata bunga. Dapat dikatakan mawar adalah bunga;
tetapi bunga bukan hanya mawar, bisa juga melati, dahlia, kenanga, kamboja,
sakura, dan anggrek.
Jika relasi antara dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan
berhomonim bersifat dua arah, maka relasi antara dua kata yang berhiponim,
bersifat searah (Abdul Chaer, 1995: 99). Leksem mawar berhiponim dengan
bunga, maka leksem bunga berhipernim dengan mawar (leksem bunga terletak
diatas). Dengan kata lain, mawar adalah hiponim dari bunga, sedangkan bunga
adalah hipernim dari mawar (atau jenis bunga lainnya).
f. Ekuivalensi
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu
dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paragraf. Dalam hal ini, sejumlah
kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya
hubungan kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata membeli,dibeli,
membelikan, dibelikan, dan pembeli, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang
sama yaitu beli. Demikian pula belajar, mengajar, pelajar, pengajar, dan pelajaran
yang dibentuk dari bentuk asal ajar juga merupakan hubungan ekuivalensi. Agar
lebih jelas perhatikan contoh berikut.
(1) Maya adalah siswi pelajar teladan di sekolahnya. Dia sangat tekun
dalam belajar. Materi yang diajarkan oleh guru pengajar di sekolah
dapat dipahaminya dengan baik.
51
(2) Siska gemar membaca buku. Baik buku pelajaran maupun buku
bacaan. Dia mempunyai banyak buku dan hampir semuanya sudah
dibaca. Siska bercita-cita
7. Linieritas dalam Karangan
Susunan kalimat dalam karangan berkaitan dengan alur pikir penyusunan
kalimat. Ada susunan kalimat dengan alur yang runtut linier dan bukan linear.
Linier adalah terletak pada satu garis lurus (KBBI, 1991: 596) dan linier adalah
berbentuk garis (KBBI, 1991: 594). Di samping itu, untuk menentukan sebuah
paragraf itu memiliki alur susunan kalimat yang bersifat linier atau tidak linier
dapat didasarkan pada struktur tematis. Oleh karena itu, proses pengaturan linier
dalam wacana selalu berhubungan dengan tematisasi. Setiap kalimat terdiri atas
bagian tema (T) dan rema (R). Penggunaan tema (theme) – rema (rheme) sama
dengan topik (topic) – komen (commen) tetapi memiliki perbedaan pada
konotasinya (Halliday, 1985: 39). Struktur tematis (T-R) menandakan bahwa tema
selalu berposisi sebelah kiri dan rema sebelah kanannya. Jadi, tema merupakan
konstituen paling kiri pada kalimat (Brown dan Yule, 1996: 125). Posisi ini
ternyata menunjukkan bahwa tema merupakan konstituen yang mengandung
informasi yang lebih penting dan rema merupakan konstituen yang mengandung
informasi yang kurang penting (Baryadi, 2002: 89). Hal yang hampir sama
diungkapkan oleh Brown dan Yule (19996: 134) bahwa tema merupakan peranan
utama dalam wacana.
52
Analisis struktur tematis pada alur susunan kalimat dalam sebuah
karangan hanya ditentukan dua sifat, yakni susunan kalimat yang bersifat linier
dan susunan kalimat yang tidak bersifat tidak linier. Adapun susunan tema – rema
yang diungkapkan oleh Zuhud (1991: 182) menghasilkan tiga macam progresi,
yakni linier, paralel, dan campuran. Progresi linier, jika tema mengacu ke unsur
rima sebelumnya. Sedangkan, progresi campuran, jika dalam wacana terdapat
progresi linier dan progresi paralel. Ketiga macam progresi itu dapat dijadikan
pijakan untuk menentukan linieritas susunan kalimat dalam sebuah karangan.
8. Prosa Fiksi
Menurut Herman J. Waluyo (2006:2) Karya sastra berbentuk prosa fiksi
berupa uraian atau karya yang terurai, bercerita, dipaparkan secara langsung (orate
provorsa). Ada kata “fiksi” disini karena apa yang diceritakan itu merupakan buah
imajinasi yang secara mudahnya dikatakan fiktif atau tidak nyata. Meskipun fiktif
namun ada kaitannya dengan kenyataan, yaitu kenyataan yang diolah di dalam
pikiran pengarang. Maka dunia yang ditampilkan dalam prosa fiksi disebut “dunia
sekunder” yaitu dunia rekaan yang direka-reka oleh pengarang.
Menurut Rahmanto (2004: 8) menyatakan bahwa bentuk cerita pendek
biasanya juga lebih memungkinkan untuk dipakai, sebagai aktivitas siswa untuk
membandingkan dengan cerita lainnya dengan penilaian mana yang asli dan mana
yang kena pengaruh atua bahkan jiplakan/turunannya. Bentuk ini juga mudah
53
untuk dihubungkan dengan tugas-tugas penulisan kreatif yang dapat dikerjakan
oleh para siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yamg relevan dengan penelitian yang dilakukan ini
adalah Kualitas Tugas Akhir Mahasiswa yang dilaporkan pada tahun 1999 oleh
Mardianti Busono dari Universitas Negeri Yogyakarta yang berupa skripsi. Hasil
laporan ini dimuat dalam Jurnal Kependidikan, No. 2, Tahun XX1X diterbitkan
oleh Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.
Kesimpulan hasil laporan penelitian tersebut adalah mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta dalam pembentukan paragraf masih belum baik
dan dalam pergantian paragrafnya juga masaih belum runtut. Hasil penelitian ini
juga menemukan penggunaan kata sambung yang masih dipakai pada permulaan
atau awal kalimat. Secara garis besar penelitian penelitian yang dilakukan oleh
Mardiati Busono dengan penelitian ini memiliki topik yang sama. Namun, ada
sedikit perbedaan tentang pengkajiannya, yakni dalam penelitian ini difokuskan
pada aspek koherenitas dan linieritas wacananya.
Hasil penelitia yang lain adalah Kesalahan-Kesalahan Umum
Penyusunan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Karangan Mahasiswa Universitas
Diponegoro yang dilaporkan pada tahun 1999. Peneliti adalah Tina Hartrina dari
Universitas Diponegoro dari semua fakultas yang ada. Hasil laporan penelitian itu
dimuat dalam Jurnal Lingua Artistika, No 3, Tahun XXII yang diterbitkan oleh
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.
54
Hasilnya dapat disimpulkan bahwa bahwa penyusunan kalimat bahasa
Indonesia mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang masih banyak kesalahan.
Adapun yang paling tinggi penulisannya adalah ketidaklengkapan penuliasan
kalimat.
Penelitian sugono dalam Sarwiji Suwandi(1995) yang naskah aslinya
berupa disertasi untuk memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra di Universitas
Indonesia, yang dipertahankan pada 23 Februari 1991 merupakan salah satu
peranti kohesi dalam bahasa Indonesia. Dalam penelitian itu, dia memusatkan
perhatian pada kohesi yang mengacu pada pada subyek, dan kohesi itu
diwujudkan dalam pelesapan-ditandai dengan sifat (zero). Diwujudkan dengan
pelesapan subjek tersebut tidak terlepas-seperti ditegaskan penulisannya-dari
ihwal pemakaian pronomina, penyulihan, pengulangan, ataupun konjungsi.
Penelitian itu menelaah ketakhadiran subjek klausa (atau kalimat) sebagai alat
kohesi yang mempertautkan klausa (atau kalimat) itu dengan konteks yang
mendahuluinya atau mengiringinya. Kohesi, menurutnya, adalah perpautan
antarkalimat dalam wacana dan perpautan antarklausa dalam kalimat. Dengan
mengacu pada pendapat Halliday dan Hasan, dikemukakannya bahwa kohesi itu
diwujudkan, antara lain, melalui (1) pelesapan (deletion), (2) pemakaian
pronomina , (3) penyulihan, (4) penyebutan ulang, dan (5) pemakaian konjungsi.
Penelitian yang telah dilakukan yang relevan dengan penelitian ini adalah
tesis yang ditulis oleh Medi Widodo, mahasiswa Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Penelitian tersebut berjudul Keterpaduan Wacana pada Buku
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X SMA. Penelitian tersebut
55
menganalisis wacana pada buku pelajaran, sedangkan analisis wacana yang
dibahas dalam penelitian ini adalah prosa fiksi dan nonfik
C. Kerangka Berpikir
1. Kohesi dalam wacana
Kohesi sangat penting dalam suatu wacana hal ini karena kohesi bersifat
semantis, konsep tersebut mengacu pada hubungan makna yang terdapat di dalam
teks dan yang menentukannya sebagai teks. Kohesi sangat berbeda dengan
struktur informasi dalam suatu teks. Kohesi bersifat potensial untuk
menghubungkan suatu elemen dengan elemen lainnya dalam suatu teks
Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu
kohesi adalah 'organisasi sintaktik. Organisasi sintaktik ini adalah merupakan
wadah ayat-ayat yang disusun secara padu dan juga padat. Dengan susunan
demikian organisasi tersebut adalah untuk menghasilkan tuturan. Ini bermaksud
bahwa kohesi adalah hubungan di antara ayat di dalam sebuah wacana, baik dari
segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu. Dengan
penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan dapat
menghasilkan wacana yang baik.
2. Linieritas dalam karangan
Linieritas dalam suatu karangan sangat penting, hal ini dikarekan penulis
selalu menghadapi masalah linierisasi. Untuk itu, penulis harus terlebih dahulu
menentukan titik awal penulisannya. Titik awal atau titik tolak ini disebut juga
topik, yaitu hal yang dibicarakan dalam wacana atau topik pokok pikiran. Oleh
56
karena itu, dalam penelitian ini akan dibatasi sejauh mana keteraturan urutan
bagian-bagian yang utuh dan terpadu dalam sebuah wacana dapat diartikan linier.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini tidak bergantung pada tempat karena data yang dianalisis
berupa dokumen yang cukup dapat dianalisis di mana pun (rumah, sekolah,
perpustakaan).
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu bulan Juni
2009 sampai dengan Januari 2010. Adapun urutan waktu pelaksanaan kegiatan
penelitian ini akan disajikan dalam tabel berikut.
No
Kegiatan
Bulan
Juni Juli Agustus September
1. Persiapan survei awal
sampai penyusunan
proposal
X X X x
2. Seleksi informan,
penyiapan instrumen dan
alat/media
X x
58
3. Pengumpulan data x X X X x X
4. Analisis data
X
x
x
X
5. Penyusunan lapor
x
x
x
X
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif kualitatif. Dalam
penelitian ini akan dideskripsikan secara kualitatif mengenai kohesi dan linieritas
wacana pada karangan siswa, yang meliputi kohesi, koherensi, dan linieritas
wacana. Data penelitian yang sudah terkumpul kemudian disusun atau
diidentifikasikan, dianalisis, diinterpretasikan, dan disimpulkan sehingga
memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang sistematis dan
nyata.Pendekatan atau metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain), pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya.
Selanjutnya, menurut Sutopo (2002: 183), pendekatan kualitatif akan mampu
menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan penuh nuansa
yang lebih berharga daripada sekedar pernyataan jumlah ataupun frekuensi dalam
bentuk angka. Dengan demikian, penelitian ini berupaya menangkap dan
59
mendeskripsikan atau menjelaskan secara kualitatif gambaran dari suatu keadaan,
dalam hal ini kohesi dan linieritas wacana dalam karangan fiksi siswa MAN
Tempursari, Mantingan, Ngawi.
C. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dikumpulkan dengan cara lokasional
(Sudaryanto, 1993: 33—34), yaitu tempat asalnya data yang merupakan si
pencipta bahasa atau penutur sebagai informan atau narasumber. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tulis, yaitu berupa karangan
fiksi siswa MAN Tempursari, Mantingan, Ngawi.
D. Teknik Penentuan Subjek
Teknik penentuan subjek penelitian yang akan digunakan bukan teknik
statistik, tetapi lebih bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasar
pada konsep teoretik yang digunakan, keinginan pribadi, dan karakteristik empiris
(Sutopo, 2002). Oleh sebab itu, penentuan subjek yang akan digunakan lebih
bersifat purposive.
Penentuan subjek yang dimaksud di sini adalah pemilihan terhadap data
yaitu, berupa karangan fiksi siswa kelas X MAN Tempursari, Mantingan, Ngawi
yang akan dianalisis kohesi dan linearitas sesuai dengan objek kajian.
60
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
dokumen. Data dalam kajian ini diambil dari data tulis, yaitu berupa tulisan siswa
kelas X MAN Tempursari. Analisis dokumen dilakukan dengan membaca
karangan fiksi siswa kelas X.
F. Validitas Data
Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Dalam
penelitian ini setelah didapatkan data melalui teknik di atas, selanjutnya akan
dilakukan triangulasi data untuk menjaga validitas data yang dikumpulkan dalam
penelitian. Menurut Sutopo (2002) triangulasi data, yaitu mengumpulkan data
sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda. Dalam hal ini
berbagai teori mengenai kompetensi menulis. Dengan demikian, kebenaran data
yang satu akan diuji oleh data yang diperoleh dari sumber data yang lainnya.
Adapun dalam penelitian ini data yang diperoleh dari hasil karangan fiksi siswa
diuji dengan teori menulis yang telah dijabarkan dalam kriteria penilaian
kompetensi menulis siswa.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik baca markah. Teknik
baca markah artinya pemarkahan yang terjadi menunjukkan kejatian satuan
lingual atau identitas konstituen tertentu dan kemampuan membaca peranan
pemarkah berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto,
1993: 95). Artinya metode baca markah ini peneliti dalam menganalisis
61
berdasarkan data dapat menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas tentang
satuan lingual yang dianalisis sesuai dengan kemampuan membaca peranan.
Setelah menggunakan metode markah, langkah selanjutnya menggunakan metode
agih untuk menganalisis data transformasi sematan. Metode agih yaitu satuan
metode dengan lingual sebagai alatnya. Dalam metode agih ini secara keseluruhan
ada rumusan salah satu unsur lingual dapat digantikan kedudukannya oleh unsur
lain (Sudaryanto, 1993: 15).
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan dideskripsikan dan dijelaskan hasil penelitian dan
pembahasannya secara jelas sesuai dengan rumusan masalah penelitian, yaitu
mengenai jenis peranti kohesi yang terdapat dalam karangan fiksi dan tingkat
linieritas karangan fiksi siswa MAN Tempursari. Hasil penelitian dan
pembahasan dalam penelitian akan dipaparkan dan dideskripsikan sebagai berikut.
A. Hasil Penelitian
1. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah struktur lahir wacana atau wacana dalam segi
bentuk. Halliday dan Hasan membagi kohesi menjadi dua jenis yaitu kohesi
gramatikal (grammatical cohesion) dan kohesi leksikal (lexical cohesion). Dalam
analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal
wacana; sedangkan segi makna atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal
wacana. Berikut adalah contoh-contoh aspek gramatikal wacana Kekasihku
Sahabatku, Pacar Malam Minggu , dan Pertemuan yang Singkat.
a. Pengacuan (Referensi)
Pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau satuan acuan) yang
mendahului atau mengikutinya. Kohesi gramatikal pengacuan diklasifikasikan
menjadi tiga macam, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan
63
pengacuan komparatif. Berikut adalah contoh-contoh pengacuan pengacua
tersebut
(1) Pengacuan persona
Pengacuan persona direlisasikan melalui pronomina persona (kata ganti
orang), yang meliputi persona pertama (persona I), kedua persona (II), dan
(persona III), baik tunggal maupun jamak. Pronomina persona I tunggal, dan III
tunggal ada yang berupa bentuk bebas (morfem bebas), dan ada pula yang terikat,
ada yang melekat di sebelah kiri (lekat kiri) dan ada yang melekat di sebelah
kanan (lekat kanan). Dengan demikian satuan lingual aku, kamu,dan dia, misalnya
masing-masing merupakan pronomina persona I, II, dan III tunggal bentuk bebas.
Adapun bentuk terikatnya adalah-ku (misalnya pada kata kutulis), kau- (pada
kautulis), dan di-(pada ditulis) masing-masing adalah bentuk terikat lekat kiri;
atau –ku (misalnya pada istriku), -mu (pada istrimu), dan –nya (pada istrinya)
yang masing-masing merupakanbentuk terikat lekat kanan.
Pengacuan pronomina persona yang ditemukan pada cerpen Kekasihku
Saudaraku, Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat yang berupa kata aku,
saya, terikat lekat kiri- ku ,yang merupakan pronomina persona I tunggal,
pronomina persona I jamak kami, kita, kamu dan mu yang merupakan pronomina
persona II tunggal, dan dia yang merupakan pronomina III tunggal lekat kiri -di
dan lekat kanan –nya dan pronomina persona bentuk III jamak mereka. Dapat
disimak pada contoh berikut ini.
64
1. “Put…….. aku ingin kembali seperti dulu lagi, aku ingin melewati hari-hariku bersamamu” (71.KS)
2. Pak, sudah aku bilang aku ini gak bersalah!” (169.PMM)“.
3.“Aku tuch suka ngoleksi barang-barang unik tuch sejak………….sejak kapan yach, lupa tuch”. “Thok……thok…..thok!”suara ketukan dipintu…….”siapa?” (224.PS)
Kata aku pada tuturan di atas merupakan pronomina persona I tunggal
bentuk bebas yang mengacu pada (orang yang menuturkan tuturan itu). Kata aku
sebagai sudut pandang orang pertama pelaku utama dalam suatu cerita. Dengan
alasan yang sama maka aku pada tuturan (1) mengacu pada Marcell, dan aku
pada tuturan (2) mengacu pada Kania, sedangkan kata aku pada tuturan (3)
mengacu pada Risma, (kohesi gramatikal pangacuan endofora yang kataforis
melalui pronomina persona I tunggal bentuk bebas) .
4. Ikut saya “ kata Pak Hanna tiba-tiba Elan nurut” (137.KS)“.
5. Elan dan Pak Hanna duduk di tepi tempat latihan basket team Elan.” Sekarang cerita sama saya, sebenarnya kamu ada masalah apa? "Tanya Pak Hanna penuh wibawa (138.KS)”.
6. Saya tahu kamu baru ada masalah sama Putri, semua siswa di sekolah ini juga sudah tahu Lan” (141.KS)“.
Dengan ciri-ciri yang disebutkan itu, Ø kata saya merupakan jenis kohesi
gramatikal pengacuan endofora (karena acuannya disebutkan berada di dalam
teks), yang bersifat kataforis (karena acuannya disebutkan kemudian atau
antesendennya berada di sebelah kanan melalui satuan langual berupa pronomina
persona I tunggal bentuk bebas. Keterkaitan kalimat di atas antarkalimat (4) dan
(5) kedua kalimat tersebut satu sama lain saling berhubungan secara padu.
65
7. Mantanku “jawab Putri singkat,”maksud kamu Marcell? “Tanya Elan penasaran. “iya!”, kok dia sampai sini? “ lanjut Elan (57.KS).
8. Terserah kamu mau ngomong apa, tapi inilah kenyataannya, selama ini aku belum bisa mencari penggantimu, karena aku tidak menginginkan hal itu, aku ingin kamu adalah cinta pertama dan terakhirku” (67.KS)“.
9. Hay……… kaptenku ………!!! “sapa cewek itu yang tak lain adalah Putri (4.KS)
Sementara itu, -ku merupakan Pronomina persona I tunggal bentuk
terikat lekat kanan. Dengan ciri-ciri yang sama semacam ini maka –ku adalah
jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora yang anaforis melalui pronomina
persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan.
10. Sekarang nona ikut kami ke kantor keamanan, “tapi aku gak nglakuin apa-apa. “pokoknya ikut kami!. Cewek beserta dua satpam itu menuju ruang keamanan, (168.PMM).
11. Kenapa sih Kalian gak nggak percaya banget sama aku?, “sekali lagi kami minta maaf karena kami hanya menjalankan tugas”, “tapi kalau sampai terbukti tidak bersalah, kalian harus menerima akibatnya!”,tak berapa lama pintu diketuk dan seorang satpam muncul! dari balik pintu bersama seorang cowok dibelakangnya (170.PMM).
Pronomina persona jamak kami pada contoh (10) mengacu pada (orang
yang dicerikatakan, yang dalam (11) adalah Satpam.
12. Put kamu kenapa? Kamu sakit ? tanya Elen panik, enggak kok, aku cuma sedikit pusing”, kalau begitu kita pulang aja yuk (29.KS)“.
13. Kita kekantin aja yuk, nanti aku ceritain disana” (46.KS)“.
Pronimina persona I jamak kita pada contoh nomor (12) mengacu pada
Elan dan Putri, sedangkan kata kita pada contoh nomor (13) mengacu pada Putri
dan Marcell.
66
14. Kamu sering kesini ya?......hayo pasti sama cewek!!!kok gak ajak-ajak sich……? “ ledek Putri, Elan cuma tersenyum tak lama kemudian pelayan datang dan mereka memesan makanan (21.KS).
15. “Apa?! maaf ! aku tidak akan pernah maafin kalian termasuk kamu, karena kamu biang keroknya, permisi selamat siang! “cewek itu keluar ruangan sambil mendobrak pintu (172.PMM).
16. Kamu tuch aneh, yang lainnya aja belajarnya cuma kalau mau ujian aja”. “Sedia payung sebelum hujan!” (213.PS).
Kata kamu pada contoh nomor (14) mengacu pada Elan, dan Kamu pada
cotoh nomor (15) mengacu pada Roni, sedangkan kamu pada contoh nomor (16)
mengacu pada Risma, (kohesi gramatikal pengacuan endofora yang anaforis
melalui pronomina persona II tunggal bentuk bebas.
17. Aku masih menyimpan rasa itu, selama ini aku belum bisa melupakanmu, kamu begitu indah untuk aku lupain, dan aku tidak sanggup mengubur cinta yang pernah ada diantara kita “jawab Marcell tulus (52.KS).
18. Put…….. aku ingin kembali seperti dulu lagi, aku ingin melewati hari-hariku bersamamu” (70.KS)“.
19. “Put, cowok yang tadi dirumahmu itu siapa ?” Tanya Marcell (77.KS)“.
Bentuk –mu pada cotoh di atas merupakan pronomina persona II tunggal
terikat lekat kanan yang mengacu pada Putri, (adalah jenis kohesi gramatikal
pengacuan edofora yang anaforis melalui pronomina persona II tunggal bentuk
bebas).
20. Mantanku “jawab Putri singkat,”maksud kamu Marcell? “Tanya Elan penasaran. “iya!”, kok dia sampai sini? “ lanjut Elan (57.KS).
67
21. “Copet………….Copet………! Tangkap dia ! “seorang satpam berteriak-teriak memanggil temannya yang lain dan mengejar seorang cewek di depannya, cewek itu terlihat begitu bingung, “lepas ! aku bukan copet” cewek itu berontak (167.PMM)“.
22. “ Itulah dulu, apa sekarang kamu mau debat lagi sama dia?.. “ Ye ………ya ngga’lah,dia dan aku kan beda muhrim”, makanya……ngga usah terlalu dipikirin, entar ibadahnya lupa lagi!” (239.PS).
Kata dia pada tuturan nomor (20) mengacu pada Marcell, dan dia pada
contoh nomor (21) mengacu pada Kania, sedangkan dia pada contoh nomor (22)
mengacu pada Haris (merupakan kohesi gramatikal pengacuan endofora yang
anaforis melalui pronomina persona III tunggal bentuk bebas).
23. Beliau selalu menganggap bahwa kegagalan adalah awal dari keberhasilan, di tengah kesibukannyapun beliau masih menyisihkan waktunya untuk anak dan istrinya, beliau beliau tidak pernah mengabaikan keluarga, beliau tidak pernah membuat kecewa keluarga, semua bangga pada beliau Mama, Risma maupun yang lainnya (297.PS).
Kata beliau pada contoh di atas yang mengacu kepada Almarhum Papa
Risma , satuan lingual ini merupakan kohesi gramatikal pangacuan endofora yang
anaforis melalui pronomia persona III tunggal bentuk bebas).
24. Elan duduk di antara teman–teman dan teamnya, terlihat seorang cewek dari seberang berjalan mendekatinya (3.KS).
25. “Copet………….Copet………! Tangkap dia ! “seorang satpam berteriak-teriak memanggil temannya yang lain dan mengejar seorang cewek di depannya, cewek itu terlihat begitu bingung, “lepas ! aku bukan copet” cewek itu berontak (167.PMM).
26. Mama maupun Risma berkaca-kaca suasana haru terlukis di ruang keluarga sebuah rumah yang terbilang begitu besar, rumah itu telah dibangun dari hasil jerih payah Papa dan Mama sebelum Papa meninggal, dan dari hasil pekerjaan yang halal tentunya,
68
dulu sewaktu Papa mesih hidup beliau adalah seorang yang pemberani selalu optimis dalam mengerjakan suatu hal, beliau tidak pernah lengah dan tidak mudah putusasa (296.PS).
Bentuk -di dan-nya pada cotoh nomor (24) di mengacu pada mewakili
dari beberapa orang, dan -nya mengacu pada Elan, dan contoh nomor (25)
mengacu pada jarak yang dekat antar pelaku, dan nya mengacu pada Satpam.
Sedangkan bentuk- di pada kalimat nomor (26) mengacu pada tempat/mengacu
pada suasana/keadaan yang dilukiskan pada cerita tersebut.
27. Mereka masuk kedalam café itu, dan mengambil tempat duduk diantara tempat duduk yang kosong, dan segera memesan makanan, sampai pesanan diantarpun belum ada seucap katapun yang terlontar dari mereka, dan tiba-tiba tangan Marcell menggenggam jari-jari Putri (64.KS).
28. Kan ke kantin yuk ! “ajak May dan Dila sahabatnya. “Ok!. Mereka bertiga menuju kantin, dan segera memesan makanan, tak berapa lama pesanan datang. Ketika mereka sedang asik ngobrol dan bercanda tiba-tiba satu gelas tumpah di baju Kania (175.PMM).
Pronomina persona mereka pada tuturan (27) mengacu pada Putri dan
Elan, sedangkan pada tuturan (28) mengacu pada Kania, May, dan Dila, yang
antesedennya berada di sebelah kiri, atau telah di sebut terdahulu. Satuan lingual
mereka adalah pronomina persona III bentuk jamak bebas (jenis kohesi gramatikal
pengacuan endofora yang anaforis karena acuannya telah disebutkan dahulu).
(2). Pengacuan Demonstratif
Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pronominal demonstratif waktu (temporal) dan pronominal
demonstratif tempat (lokasional). Dapat disimak pada kalimat berikut ini.
69
29. Detik-detik terakhir pertandingan membawa penonton dalam ketegangan, akhirnya score keluar dengan 08 : 06 untuk SMAN 1 Jakarta (2.KS).
30. Mini Partynya ditunda besok, soalnya anak-anak juga masih capek , gimana mau gak’? (10.KS).
31. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB, Elan sudah mulai mengeluarkan mobilnya dari garasi, jantung Elan mulai berdegup tidak teratur, dia mulai memepersiapkan hati dan mentalnya, untuk jalan sama Putri, karena malam ini Elan berencana menembak putri sudah hampir satu tahun memendam perasaannya (13.KS).
32. Putri hanya mengangguk, malam ini terdapat sedikit kekecewaan dalam hati Elan, dia merasa rencana yang telah dia persiapkan matang-matang telah gagal total, keresahan dan kegundahan selalu menyelimuti hati Elan malam ini (30.KS).
33. Ungkap Putri, tiba-tiba hujan lebat turun mengguyur taman kota di sore ini hingga membasahi tubuh Putri, seakan-akan langit ikut menangis melihat kegundahan hati Putri, Putri tertegun diatas tanah (151.KS)“.
34. Jantung Putri berdegup tak teratur, keringat dingin keluar dari tubuh Putri, Putri menatap lekat wajah Marcell, dia tak menyangka bisa bertemu dengan cowok yang pernah mengisi hatinya itu setelah 2 tahun lebih berpisah (44.KS).
Pronominal demonstratif detik-detik pada tuturan (29) mengacu pada
waktu yang hampir usai. Pengacuan tersebut termasuk jenis pengacuan endofora
yang anaforis karena antesedennya berada disebelah kiri , besok pada tuturan (30)
mengacu pada waktu yang akan datang, jam sudah menunjukkan pukul 19.00
WIB pada kalimat (31) menunjukkan waktu yang ada, pada kalimat nomor (32),
dan (33) kata malam ini, menunjukkan pada waktu yang lewat. Pengacuan ini
termasuk jenis pengacuan edofora yang kataforis sebab antesendennya terletak di
sebelah kanan. Pronomina demonstratif seperti yang tertera pada nomor (34)
70
setelah 2 tahun lebih. Pengacuan ini termasuk pengacuan endofora yang anaforis
karena antesendennya telah disebutkan terdahulu.
(3) Pengacuan Komparatif
Pengacuan Komparatif (perbandingan) ialah kohesi gramatikal yang
bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang memepunyai kemiripan atau
kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap sifat watak, prilaku, dan sebagainya.
Analisis pengacuan komparatif adalah sebagai berikut.
35. Dia begitu mempesona, matanya indah banget seperti mata elang, dan senyumnya begitu menawan dan mempesona, “Kania tersenyum ingat akan hal itu, tiba-tiba dia ingat kata-kata May bahawa benci dan cinta bedanya tipis, “apa mungkin aku jatuh cinta?” gumam Kania, tapi lagi-lagi dia tersenyum sendiri”, “siapa nama tu cowok?” pakiran Kania dipenuhi bayang-bayang wajah Roni, rasanya malam ini matanya sulit untuk terpejam (196.PMM).
36. ”Kenapa aku jadi mikirin Haris terus sich? ” pikir Risma. Risma mencoba untuk membuang bayangan itu tapi bayangan itu semakin sulit untuk pergi dari pikiran Risma, akhirnya Risma berpikir untuk mengenang Haris sebagai saingan dalam hal apapun, umum mapun Agama, Risma selalu berusaha untuk selalu tampil optimis dan berfikir positif, keinginannya untuk mengalahkan ikhwan bernama Haris semakin bertambhnya hari semakin menjadi-jadi (284.PS).
Satuan lingual seperti pada tuturan (35) adalah pengacuan komparatif
yang berfungsi membandingkan antara indahnya mata Roni dengan mata elang
yang tajam hingga bisa menaklukkan lawan-lawannya. Sementara itu, satuan
lingual bagai pada tuturan (36) mengacu pada perbandingan dalam hal
kompetensi antara Risma dan haris yang selalu bersaing untuk mendapatkan hasil
71
yang terbaik dalam hal Ilmu Pengetahuan Umum maupun dalam hal Agama,
karena keduanya selalu kompetitif.
Pada cotoh-contoh di atas banyak ditemukan klasifikasi pronomina
persona dan penunjukan. Pada ketiga contoh cerpen di atas ditemukan beberapa
jenis pronomina yang antara lain pronomina persona I tunggal berupa, aku,
saya, dan pronomina lekat kanan- ku, sedangkan pronomina I tunggal gua/gue,
ana/ane dan terikat lekat kiri ku tidak kami temukan pada ketiga contoh cerpen di
atas. Dan pronomina I jamak, kami semua tidak kami temukan, sedangkan
pronomina persona II tunggal kata anta/ente, dan terikat lekat kiri –kau juga
tidak terdapat pada ketiga cerpen tersebut. Dan pronomina persona II jamak kata
kamu semua, kalian, dan kalian semua juga tidak di temukan. Dan pronomina
persona III tunggal kami dapatkan kata ia, dia, beliau yang tertera pada ketiga
cerpen tersebut, juga teriakat lekat kiri –di, dan lekat kanan – nya. Tidak kami
temukan kata ia pada ketiga cerpen tersebut. Dan pronomina persona III jamak
hanya terdapat kata mereka, sedangkan kata mereka semua tidak kami temukan.
b. Penyulihan ( Substitusi)
Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang
berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan
lingual yang lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Kemunculan
aspek penyulihan (substitusi) dapat dilihat di bawah ini.
72
(1). Substitusi nominal
37. Elan…………..Elan……….” suara riuh penonton terdengar nyaring dari supporter chair, pertandingan bola basket semakin memanas, sang pemainpun semakin bersemangat, penonton tak henti-hentinya mengeluarkan suaranya untuk mendukung idola-idolanya (I.KS).
38. Kania berjalan didekat lapangan basket, dia tidak menyadari kalau ada sebuah bola basket yang melambung kearahnya. “Awas …………! “Roni berlari kearah Kania dan menarik tangan Kania hingga tubuh Kania jatuh didadanya dan bola itu mendarat dengan sendirinya, mata Kania sempat beradu dengan sepasang mata yang indah milik Roni, mata itu seindah mata elang (193.PMM).
39. ”O.................e............tidak kok”. O jadi gara-gara ikhwan itu, kalau sepengetahuan saya dia itu adalah ikhwan yang sangat berprestasi, dia sudah banyak mengikuti perlombaan di berbagai negara, dia sudah pernah mengikuti lomba olimpiade anak teladan ke Singapore untuk mewakili Kabupaten Jawa Timur, kalau ngga salah sich namanya Haris ”jelas Diana (272.PS).
Substutusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori
nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori nomina
pada tuturan (37)) satuan lingual suara riuh yang telah disebut terdahulu
digantikan oleh satuan lingual nomina yaitu kata suaranya yang disebutkan
kemudian. Dan satuan lingual yang juga berkategori sama terdapat pada nomor
(38) sepasang mata yang indah milik Roni yang sudah disebutkan terdahulu
diganti dengan kata mata itu seindah mata elang yang disebutkan kemudian.
Sedangkan pada nomor (39) kata ikhwan itu digantikan dengan namanya Haris
yang disebutkan kemudian.
73
(2) Substitusi Verbal
Substutusi verbal adalah penggantian satuan lingual lainnya yang
berkategori verba. Misalnya, kata mengarang digantikan berkarya, berusah
digantikan berikhtiar. Subtitusi semacam itu dapat diperhatikan pada tuturan
berikut.
40. “Kamu ?! “Putri begitu terkejut melihat orang itu yang tak lain adalah Elan, tiba-tiba tangan Putri melayang di pipi Elan, Putri begitu emosi, dan tak bisa mengendalikan diri hingga dia tega menampar Elan (153.KS)“.
41. “Hai……..”sapa Roni sembari mematikan mesin motornya. “Mau bareng ?”tanya Roni. “Ya kalau ngga keberatan sih” jawab Kania, “yuk berangkat !”, Kania segera naik ke motor Roni, disepanjang perjalanan yang tergambar adalah suasana hening, tak terdengar seucap katapun dari Kania maupun Roni, tapi keduanya merasakan desiran darah mereka, tak teratur, hingga akhirnya samapai juga di sekolah (200.PMM).
42. Mama maupun Risma berkaca-kaca suasana haru terlukis di ruang keluarga sebuah rumah yang terbilang begitu besar, rumah itu telah dibangun dari hasil jerih payah Papa dan Mama sebelum Papa meninggal, dan dari hasil pekerjaan yang halal tentunya, dulu sewaktu Papa mesih hidup beliau adalah seorang yang pemberani selalu optimis dalam mengerjakan suatu hal, beliau tidak pernah lengah dan tidak mudah putus asa (296.PS).
Pada contoh (40) tampak adanya penggantian satuan lingual berkategori
verba Tangan Putri melayang di pipi Elan dengan satuan lingual lain yang
berkategori sama, yaitu menampar. Demikian pula contoh nomor tuturan (41)
verba suasana hening digantikan dengan tak terdengar seucap katapun. Dan
pada tuturan (42) tampak adanya penggantian satuan lingual optimis dagantikan
dengan satuan lingual tidak mudah putus asa. Dengan demikian terjadi substitusi
verbal pada ketiga contoh tersebut.
74
(3) Substitusi frasalSubstitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. Dapat disimak pada kalimat berikut ini.
43. Berita tentang keretakan persahabatan antara Putri dan Elan terdengar center dipenjuru sekolah, karena nama mereka sangat popular disekolah ini, Elan sang kapten basket dan Putri sang Primadona sekolah, jadi berita mereka cepat banget tersebar, dan nama Marcell lah yang sering disebut-sebut sebagai orang ketiga yang menghancurkan persahabatan anatara Elan dan Putri (115.KS).
44. Hal ini membuat telinga Marcell panas (116.KS).
Satuan lingual yang berupa kata ini pada tuturan (43) mensubstitusikan
satuan lingual frasa pada tuturan (44).
45. Mobil Elan berhenti pad sebuah taman kota, Elan berdiri di bawah sinar rembulan bersama bintang-bintang yang terlihat begitu damai seolah bertolak belakang dengan perasaannya malam ini (112.KS).
46. Huh……..Elan hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, ingin rasanya dia marah pada dirinya sendiri, karena kecerobohannya hingga jatuh cinta pada Putri yang akhirnya membuat persahabatan ini hancur, tapi semua ini sudah terlanjur dan tak ada gunannya disesali, yang harus dia lakukan adalah meminta maaf pada Putri (113.KS).
Satuan lingual frasa bertolak belakang dengan perasaannya malam
ini pada tuturan (45) disubstitusi oleh satuan lingual Ini pada tuturan (46).
47. Elan kembali termenung, melintas difikirannya tentang bayangan masa lalunya bersama Putri, biasanya setiap Elan letihan pasti Putri selalu setia menemaninya dan membawakan minum serta handuk untuknya, tapi sore ini semua itu tidak tejadi lagi, dan mungkin saat ini Putri sedang asyik jalan-jalan sama Marcell untuk membangun hubungan yang baru (102.KS).
48. Malam ini Elan sengaja datang kerumah Putri, niatnya dia ingin minta maaf tentang semua ini (103.KS).
75
Satuan lingual frasa masa lalunya bersama Putri pada tuturan (47)
disubstitusikanoleh satuan lingual ini pada tuturan (48).
49. Putri dan Marcell berjalan berdampingan melewati koridor-koridor kelas, tapi pagi ini terasa aneh, yang biasanya anak-anak selalu menyapa saat bertemu dengan Putri, tapi kini sepi, celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda yang biasanya terlontar dari cowok-cowok kini tak terdengar lagi , malah pandangan aneh yang dijumpai (82.KS).
50. Ini ada apa sih? tanya Putri dalam hati (83.KS)“.
Satuan lingual yang berupa kata ini pada tuturan (49) mensubstitusi
satuan lingual kalimat pada tuturan (50).
(4). Substitusi klausal
51. Mendengar hal itu Putri langsung berdiri dan tanpa disadarinya tangannya telah melayang dipipi Elan, Putri sangat marah, dia langsung mengambil langkah seribu, dia berlari melewati lapangan basket, tak disadarinya sebuah bola basket melayang kearahnya, tapi tiba-tiba sebuah tangan berhasil menariknya, hingga tubuh ramping itu (41.KS).
52. Putri tersandar pada dada bidang cowok itu, saat melihatnya mata Putri langsung terbelalak (42.KS).
Pada tuturan (51) terdapat tuturan yang berupa satuan lingual kalimat
yang disubstitusikan oleh satuan lingual lain yaitu pada tuturan (52).
53. Aku masih menyimpan rasa itu, selama ini aku belum bisa melupakanmu, kamu begitu indah untuk aku lupain, dan aku tidak sanggup mengubur cinta yang pernah ada diantara kita “jawab Marcell tulus (52.KS).
54. Putri menundukkan kepalanya, tetesan-tetesan lembut meleleh dari mata cantik Putri, dia tak memungkiri bahwa hatinya juga masih sangat mencintai Marcell, dan maka dari itulah Putri gak mau pacaran lagi karena hatinya masih setia untuk Marcell (53.KS).
76
Kata itu pada tuturan (53) mensubstitusikan satuan lingual kalimat pada
tuturan (54).
55. Di kelas Elan hanya bisa memandang Putri, biasanya kalau di kelas mereka selalu membuat gaduh dengan canda dan gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam, Elan sadar bahwa Putri sangat marah sama dia, tapi dia juga merasa penasaran banget sama cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang tak lain adalah Marcell, karena rasa penasarannya yang begitu tinggi dia beranikan nyamperin Putri (55.KS).
56. Hai Put………! “sapa Elan”. “Hai balas Putri sengit”. “Ngomong-ngomong cowok yang tadi sama kamu di kantin itu siapa?” (56.KS).
Satuan lingual klausa cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang
tak lain adalah Marcell pada tuturan (55) disubstitusi oleh satuan lingual itu
pada tuturan (56).
57. Mulai pagi ini Putri tidak berangkat bareng Elan tapi dia dijemput sang pujaan hati yaitu Marcell , meskipun sebenarnya Elan juga datang kerumah Putri, tapi Putri sengaja menolaknya dan lebih memilih Marcell (77.KS).
58. Put, cowok yang tadi dirumahmu itu siapa ?” Tanya Marcell (78.KS).
Satuan lingual klausa Elan juga datang kerumah Putri pada tuturan
(57) disubstitusikan oleh satuan lingual itu pada tututran (58).
59. Tapi Lan kamu jangan lemah gini dong! Kita harus basmi tu cowok, soalnya gara-gara tu cowok Putri juga berubah!” (93.KS).
60. Please aku mohon jangan lakukan itu! cegah Elan. Tapi kenapa? “Tanya Rendy tidak mengetahuinya (94.KS).
Satuan lingual klausa basmi tu cowok pada tuturan (59) disubstitusikan
oleh satuan lingual itu pada tuturan (60).
77
61. Alah ……..Makan tu kata maaf “Putri menarik tangannya dan mendorong tubuh Elan hingga beberapa langkah, dan Putri langsung melangkah pergi dari hadapan Elan (133.KS)“.
62. Elan duduk tertegun dan berpikir, sebenci itukah Putri membenci dirinya? Apakah dirinya salah karena mencintai Putri? bukankah manusia itu berhak mencintai, dan dicintai? Elan beranjak pergi dan melangkahkan kakinya melewati koridor-koridor kelas dengan langkah yang begitu gontai, fikirannya sudah gak karu-karuan, dia berjalan sambil melamun hingga tak sadar dia menabrak Pak Hanna yang tak lain adalah pembimbing team basket sekolah (134.KS).
Satuan lingual klausa makan tu kata maaf pada tuturan (61)
disubstitusikan oleh satuan lingual itu pada tuturan (62).
c. Pelesapan (Elipsisis)
Pelesapan (ellipsis) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa
penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan
sebelumnya. Unsur atau satuan lingual yang dilesapkan itu dapat berupa kata,
frasa, klausa, atau kalimat.
Kohesi gramatikal berupa (ellipsis) tampak pada wacana cerpen
Kekasihku Saudaraku. Pada tuturan (82.KS) pelesapan terjadi atas satuan lingual
kata celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda. Dapat diungkapkan menjadi
(82.KS).
63. Putri dan Marcell berjalan berdampingan melewati koridor-koridor kelas, tapi pagi ini terasa aneh, yang biasanya anak-anak selalu menyapa saat bertemu dengan Putri, tapi kini sepi , celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda yang biasanya terlontar dari cowok-cowok kini tak terdengar lagi , malah pandangan aneh yang dijumpai (82.KS).
64. Putri dan Marcell berjalan berdampingan melewati koridor-koridor kelas, tapi pagi ini terasa aneh, yang biasanya anak-anak selalu
78
menyapa saat bertemu dengan Putri, tapi kini sepi , celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda yang biasanya terlontar dari cowok-cowok kini celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda tak terdenga , malah pandangan aneh yang dijumpai (82.KS).
Pada tuturan (65) terdapat pelesapan satuan lingual frasa yang berupa
satuan lingual dia kelihatan tidak semangat. Demi efektivitas kalimat, maka
dilakukan pelesapan. Tuturan (86.KS) dapat diungkapkan menjadi tuturan (66).
65. Pandangannya kosong, dia kelihatan tidak semangat, hati Putri terasa sakit, Putri merasa iba melihat keadaan Elan tapi dia juga masih merasa sangat jengkel kalau ingat saat itu, bagi Putri kejadian itu sangat memalukan karena didalam kamus persahabatan dalam hidupnya tak ada kata cinta dalam persabatan, Ø sesaat kemudian Randy datang dan mendekati Elan (86.KS).
66. Pandangannya kosong, dia kelihatan tidak semangat, hati Putri terasa sakit,Putri merasa iba melihat keadaan Elan tapi dia juga masih merasa sangat jengkel kalau ingat saat itu, bagi Putri kejadian itu sangat memalukan karena didalam kamus persahabatan dalam hidupnya tak ada kata cinta dalam persabatan, dia kelihatan tidak semangat sesaat kemudian Randy datang dan mendekati Elan (86.KS).
d. Perangkaian (Konjungsi)
Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 136) Konjungsi adalah kata tugas yang
menghubungkan dua klausa atau lebih. Berdasarkan hasil analisis dapat
ditemukan konjunsi koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi
antarkalimat.
(1) Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur
atau lebih dan kedua unsur itu memiliki status yang sama. Perhatikan contoh
berikut ini.
79
67. Selama ini dia diketahui telah dekat sama Elen sang kapten basket SMA I Jakarta, tapi bukan untuk pacaran, melainkan hanya sebatas persahabatan (5. KS).
Konjungsi melainkan pada tuturan (67) menyatakan hubungan
pertentangan antara kalusa satu yang terletak di depan dengan klausa yang
disebutkan setelah konjungsi melainkan .
68. Mendengar hal itu Putri langsung berdiri dan tanpa disadarinya tangannya telah melayang dipipi Elan, Putri sangat marah, dia langsung mengambil langkah seribu, dia berlari melewati lapangan basket, tak disadarinya sebuah bola basket melayang kearahnya, tapi tiba-tiba sebuah tangan berhasil menariknya, hingga tubuh ramping itu (41.KS).
Konjungsi tapi pada tuturan (68) menunjukkan adanya hubungan
pertentangan antara satuan lingual kalimat (tiba-tiba sebuah tangan berhasil
menariknya, hingga tubuh ramping itu).
69. Setelah sampai di depan kelas XI A2, Putri dan Marcell berpisah karena Putri harus berhenti sedangkan Marcell masih harus berjalan lurus dan belok untuk menuju kelasnya (84.KS).
Konjungsi dan pada tuturan (69) menunjukkan hubungan aditif antar
satuan lingual kata disebelah kiri dengan kata sebelah kanannya. Satuan lingual
dan pada tuturan (84.KS) menunjukkan adanya hubungan penambahan (aditif).
Hubungan penambahan tersebut antara kata di sebelah kiri dengan kata di sebelah
kanannya. Demikian juga dengan konjungsi dan pada tuturan (82.KS) yang
menambahkan klauasa di sebelah kiri dengan klausa di sebelah kanannya. Satuan
lingual dan pada tuturan (77.KS) menghubungkan antara kata Putri sengaja
menolaknya dan lebih memilih Marcell.
70. Risma pergi meninggalkan Mama dan mencoba pergi ke dapur untuk mencari Mbok Inah, tapi tak di sangka dan tak diduga,
80
Mbok Inah tergelatak dengan darah yang berlumuran di tubuhnya dan di samping Mbok Inah, dan Mang Ma’un masih hidup sedangkan Mbok Inah sudah meninggal, Risma menjerit dan wajahnya memucat (329.PS).
Konjungsi sedangkan pada contoh (70) juga berfungsi menghubungkan
dua klausa yang sama kedudukannya, yaitu klausa Mang Ma’un masih hidup,
dan Mbok Inah sudah meninggal. Konjungsi sedangkan menyatakan hubungan
perlawanan.
(2) Konjungsi Subordinatif
Dalam Sarwiji Suwandi (2008: 137) Konjungsi Subordinatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih , dan klausa atau lebih dan
klausa itu memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu
merupakan anak kalimat (klausa subordinatif). Temuan tentang jenis-jenis
konjungsi subordinatif itu dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini sehingga
jelas maksud dan tujuannya.
(a) Konjungsi Subordinatif Waktu
Konjungsi subordinatif ini menunjukkan keterangaan waktu baik
sekarang, mendatang, sebelumnya, sesudahnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh berikut.
71. Risma ……….kini kekagumanku, semakin menjadi, setelah aku melihat keberhasilanmu di berbagai bidang, Risma ……….kamu begitu cantik (232.PS).
72. Kan ke kantin yuk ! “ajak May dan Dila sahabatnya. “Ok!. Mereka bertiga menuju kantin, dan segera memesan makanan, tak berapa lama pesanan datang, ketika mereka sedang asik ngobrol dan bercanda tiba-tiba satu gelas tumpah di baju Kania (175.PMM).
81
73. Sesaat dia melihat Putri bersama Marcell berjalan berdampingan dengan bergandengan tangan dan terlihat begitu mesra , emosi Elan tiba-tiba memuncak, di dibrelnya bola basket yang ada ditangannya dengan tidak teratur, dia juga melempar bola dengan sembarangan hingga hampir mengenai kepala Rendy, tapi untungnya Rendy cepat menangkap bola itu, Elan segera duduk dan terlihat Rendy berjalan kearahnya dan ikut duduk didekat Elan (88.KS).
Pada contoh (71) kata setelah menghubungkan (Risma ……….kini
kekagumanku, semakin menjadi, aku melihat keberhasilanmu di berbagai bidang,
Risma ……….kamu begitu cantik). Konjungsi setelah menunjukkan waktu yang
sudah terlewatkan, sedangkan pada contoh nomor (72) ) Kan ke kantin yuk ! ajak
May dan Dila sahabatnya. “Ok!. Mereka bertiga menuju kantin, dan segera
memesan makanan, tak berapa lama pesanan datang, menghubungkan, mereka
sedang asyik ngobrol dan bercanda tiba-tiba satu gelas tumpah di baju Kania. Kata
ketika pada (73) menyatakan keterangan waktu yang berlangsung pada saat
kejadian itu terjadi. Dan kata sesaat menunjukkan keterangan waktu bersamaan
dengan apa yang terjadi dan dilewati pada saat itu
(b) Konjungsi Subordinatif Syarat
Konjungsi ini berupa keterangan syarat pengecualian dari perbuatan yang
dilakukan. Berikut adalah contoh konjungsi subordinatif keterangan syarat.
74. Kenapa sih Kalian gak nggak percaya banget sama aku?. “Sekali lagi kami minta maaf karena kami hanya menjalankan tugas”, “tapi jika sampai terbukti tidak bersalah, kalian harus menerima akibatnya!”, tak berapa lama pintu diketuk dan seorang satpam muncul! dari balik pintu bersama seorang cowok dibelakangnya (170.PMM).
75. “Kalau gitu bareng yuk ! Risma tersentak matanya melihat Kak Doni, ingin rasanya dia menampar, dan mencaci maki Kak Doni, tapi cepat dia menguasai diri, dan berusaha tuk tersenyum (243.PS).
82
Pada contoh (74) konjungsi jika merupakan penghubung antara kata
(kenapa sih Kalian gak nggak percaya banget sama aku?. “Sekali lagi kami minta
maaf karena kami hanya menjalankan tugas, dan jika sampai terbukti tidak
bersalah, kalian harus menerima akibatnya!”, tak berapa lama pintu diketuk dan
seorang satpam muncul! dari balik pintu bersama seorang cowok dibelakangnya).
Kata penghubung jika merupakan kata penghubung yang menyatakan syarat. Dan
pada contoh (75) konjungsi kalau merupakan kata syarat dari Kak Doni yang
ditujukan kepada Risma.
(c) Konjungsi Subordinatif Penyebaban
Konjungsi ini berupa keterangan sebab yang diakibatkan oleh perbuatan
atau hal-hal yang dilakukan. Berikut adalah contoh konjungsi subordinatif
penyebaban.
76. “ Kamu tu kenapa sih? Seperti petugas sensus aja, ingin tahu urusan orang lain!!! “suara Putrii meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua, semua terheran-heran melihat Putri membentak Elan karena selama ini Putri terkenal sebagai cewek yang lembut dan gak suka, kekerasan, apa lagi mereka berdua dikenal sebagai sahabat yang tak pernah bertengkar, makanya semua siswa merasa heran melihat Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya (58.KS).
77. ”Tapi Risma happy khan?”. ”Kalau masalah happy sich, happy banget Ma, sebab disana Risma mendapat pengalaman yang banyak, dan mengesankan banget, kenang Risma.”Pasti kamu lelah bangetkan sayang? (304.PS).
Pada contoh (76) konjungsi karena menghubungkan antara (“Kamu tu
kenapa sih? Seperti petugas sensus aja, ingin tahu urusan orang lain!!! “suara
Putrii meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua, semua terheran-
83
heran melihat Putri membentak Elan, dan selama ini Putri terkenal sebagai cewek
yang lembut dan gak suka, kekerasan, apa lagi mereka berdua dikenal sebagai
sahabat yang tak pernah bertengkar, makanya semua siswa merasa heran melihat
Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya).
Konjungsi karena merupakan kata penghubung yang disebabkan oleh suatu
kejadian yang dialami oleh pelaku pada tuturan tersebut. Dan kata sebab pada
contoh (77) Menghubungkan antara (Tapi Risma happy khan?” dan kalau masalah
happy sich, happy banget Ma, dan disana Risma mendapat pengalaman yang
banyak, dan mengesankan banget, kenang Risma.”Pasti kamu lelah bangetkan
sayang?. Konjungsi sebab merupakan penyebab alasan yang dapat memperkuat
keyakinan tokoh Risma dalam cerita tersebut.
(d) Konjungsi Subordinatif Pengakibatan
Konjungsi ini berupa akibat yang ditimbulkan dari sikap yang dilakukan.
Beikut adalah contoh konjungsi subordinatif pengakibatan.
78. Pagi ini terasa begitu dingin, hingga rasa malaspun menyelimuti tubuh-tubuh orang yang masih terlelap, Elan terbangun dari tidur, dia terkejut melihat Putri tidur disampingnya (166.KS).
79. ”Kre..........k pintu kamar di buka, Risma meletakkan barang-barannya diatas tempat tidur, dia rebahkan sejenak tubuhnya diatas kasur, Rumah Risma begitu besar, sehingga kamar Rismapun terbilang cukup luas, namun demikian Risma tidak pernah menyombongkan diri, di depan orang lain, toh...............kekayaannya tidak akan di bawa mati, dan miskin tidak jadi penghalang untuk masuk surga, so buat apa membangga-banggakan harta kekayaan ke orang lain, apalagi di hadapan umum (308.PS).
80. “Hai……..”sapa Roni sembari mematikan mesin motornya. “Mau bareng ?”tanya Roni. “Ya kalau ngga keberatan sih” jawab Kania. “Yuk berangkat !”, Kania segera naik ke motor Roni.
84
Disepanjang perjalanan yang tergambar adalah suasana hening, tak terdengar seucap katapun dari Kania maupun Roni, tapi keduanya merasakan desiran darah mereka, tak teratur, hingga akhirnya sampai juga di sekolah (200.PMM).
Pada contoh (78) konjungsi hingga menghubungkan antara (pagi ini
terasa begitu dingin, dan rasa malaspun menyelimuti tubuh-tubuh orang yang
masih terlelap, Elan terbangun dari tidur, dia terkejut melihat Putri tidur
disampingnya). Konjungsi hingga merupakan kata penghubung yang menyatakan
akibat dari suasana pagi yang dingin. Dan contoh (79) kata sehingga
menghubungkan antara (”Kre..........k pintu kamar di buka, Risma meletakkan
barang-barannya diatas tempat tidur, dia rebahkan sejenak tubuhnya diatas kasur,
rumah Risma begitu besar, dan kamar Rismapun terbilang cukup luas, namun
demikian Risma tidak pernah menyombongkan diri, di depan orang lain,
toh...............kekayaannya tidak akan di bawa mati, dan miskin tidak jadi
penghalang untuk masuk surga, so buat apa membangga-banggakan harta
kekayaan ke orang lain, apalagi di hadapan umum). Konjungsi sehingga
mrupakan kata penghubung akibat yang ditimbulkan dari suasana/keadaan rumah
Risma. Sedangkan pada contoh (80) kata sampai menghubungkan antara
(“Hai……..”sapa Roni sembari mematikan mesin motornya. “Mau bareng ?”tanya
Roni. “Ya kalau ngga keberatan sih” jawab Kania. “Yuk berangkat !”, Kania
segera naik ke motor Roni. Disepanjang perjalanan yang tergambar adalah
suasana hening, tak terdengar seucap katapun dari Kania maupun Roni, tapi
keduanya merasakan desiran darah mereka, tak teratur, hingga akhirnya, dan juga
di sekolah). Kata sampai merupakan kata penghubung akibat yang dituju/tujuan
tempat dari pelaku cerita.
85
(e) Konjungsi Subordinatif Tujuan
Konjungsi ini berupa keterangan tujuan yang akan dicapai oleh pelaku.
Untuk lebih jelasnya berikut contoh konjungsi subordinatif tujuan.
81. Setelah sampai di depan kelas XI A2, Putri dan Marcell berpisah karena Putri harus berhenti sedangkan Marcell masih harus berjalan lurus dan belok untuk menuju kelasnya (83.KS).
82. Mama ngga papa sayang, Mama meraih tubuh putri kecilnya. Ya udah Mama duduk di sini dulu supaya tenang, biar Risma ambilkan minum buat Mama. Tak berapa lama Risma datang membawa segelas air dingin untuk Mama, terlihat ada kecemasan di wajah Mama. ”Mama kenapa? Mbok Inah Ris, mbok Inah ngga ada. Apa? biar Risma lihat ke dapur dulu (328.PS).
Pada contoh (81) kata untuk menghubungkan antara (setelah sampai di
depan kelas XI A2, Putri dan Marcell berpisah karena Putri harus berhenti
sedangkan Marcell masih harus berjalan lurus dan belok, dan menuju kelasnya).
Maksud dari kata untuk pada kalimat tersebut menyatakan tempat yang hendak
di tuju oleh tokoh dalam cerita tersebut yaitu Putri, dan Marcell. Sedangkan
konjungsi supaya pada kalimat tersebut meghubungkan antara, Mama ngga papa
sayang, Mama meraih tubuh putri kecilnya. Ya udah Mama duduk di sini dulu,
dan tenang, biar Risma ambilkan minum buat Mama. Tak berapa lama Risma
datang membawa segelas air dingin untuk Mama, terlihat ada kecemasan di wajah
Mama. ”Mama kenapa? Mbok Inah Ris, mbok Inah ngga ada. Apa? Biar Risma
lihat ke dapur dulu). Konjungsi Supaya pada (82) menyatakan tujuan yang di
maksud yaitu agar Mama Risma menjadi lebih tenang.
86
(f) Konjungsi Subordinatif Cara
Konjungsi ini berupa keterangan cara yang dilakukan oleh pelaku.
Uuntuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
83. Sesaat dia melihat Putri bersama Marcell berjalan berdampingan bergandengan tangan dan terlihat begitu mesra , emosi Elan tiba-tiba memuncak, di dibrelnya bola basket yang ada ditangannya dengan tidak teratur, dia juga melempar bola dengan sembarangan hingga hampir mengenai kepala Rendy, tapi untungnya Rendy cepat menangkap bola itu, Elan segera duduk dan terlihat Rendy berjalan kearahnya dan ikut duduk didekat Elan (88.KS).
84. Selang beberapa lama lomba telah dimulai terlihat Risma sedang mengerjakan soal-soal dengan tenang, Risma terlihat begitu tenang dan lancar-lancar aja untuk mengerjalan soal-soal yang ada, didepannya, kini waktu sudah habis, dan Risma sudah menyelesaikan soal-soal tepat waktu, Risma menghampiri gurunya. ”Gimana Ris,?” ”Alhamdulillah lancar” (268.PS).
Pada contoh (83) konjungsi dengan menghubungkan (sesaat dia melihat
Putri bersama Marcell berjalan berdampingan bergandengan tangan dan terlihat
begitu mesra , emosi Elan tiba-tiba memuncak, di dibrelnya bola basket yang ada
ditangannya tidak teratur, dia juga melempar bola dengan sembarangan hingga
hampir mengenai kepala Rendy, tapi untungnya Rendy cepat menangkap bola itu,
Elan segera duduk dan terlihat Rendy berjalan kearahnya dan ikut duduk didekat
Elan). Kata dengan pada kalimat tersebut menyatakan keterangan cara. Sedangkan
pada contoh (84) konjungsi dengan menghubungkan kata (selang beberapa lama
lomba telah dimulai terlihat Risma sedang mengerjakan soal-soal, dan kata
tenang, Risma terlihat begitu tenang dan lancar-lancar aja untuk mengerjalan soal-
soal yang ada, didepannya, kini waktu sudah habis, dan Risma sudah
menyelesaikan soal-soal tepat waktu, Risma menghampiri gurunya. ”Gimana
87
Ris,?” ”Alhamdulillah lancar”. Konjungsi dengan pada kalimat tersebut juga
menyatakan keterangan cara.
(g) Konjungsi Subordinatif Konsesif
Konjungsi ini menunjukkan keterangan tak bersyarat. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh berikut.
85. Roni memandangi langit-langit kamarnya dia masih terbayang wajah Kania, ternyata dia satu sekolah sama aku, kira-kira dia kelas berapa ya? namanya siapa ya?, Roni masih mengingat-ingat wajah Kania, meskipun Kania sudah benci setengah mati tapi Roni tetep saja penasaran sama dia (180.PMM).
Konjungsi meskipun pada (85) menghubungkan antara kalimat (Roni
memandangi langit-langit kamarnya dia masih terbayang wajah Kania, “ternyata
dia satu sekolah sama aku, kira-kira dia kelas berapa ya? namanya siapa ya?”,
Roni masih mengingat-ingat wajah Kania, dan kalimat Kania sudah benci
setengah mati tapi Roni tetep saja penasaran sama dia). Konjungsi meskipun pada
kalimat di atas menyatakan kata penghubung tak bersyarat.
(h) Konjungsi Subordinatif Penjelasan
Konjungsi ini berupa berupa keterangan penjelasan yang digunakan
untuk menjelaskan maksud yang disampaikan. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh berikut.
86. Tapi mereka tidak memungkiri akan ada benih- benih cinta diantara mereka , karena tidak dapat ditutupi bahwa telah tumbuh benih cinta di hati Elan. Dengan wajah Putri yang jelita telah membuatnya jatuh cinta (6.KS) .
88
Konjungsi bahwa pada contoh di atas menghubungkan kata (tapi mereka
tidak memungkiri akan ada benih- benih cinta diantara mereka , karena tidak
dapat ditutupi, dan telah tumbuh benih cinta di hati Elan. Dengan wajah Putri
yang jelita telah membuatnya jatuh cinta). Kata bahwa pada kalimat tersebut
merupakan bentuk penegas.
(i) Konjungsi Subordinatif Pengandai
Konjungsi ini menunjukkan keterangan pengandai yang menunjukkan
harapan atau keinginan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
87. “Kak, Risma ngga biasa”. “Kenapa?”. “ Kalaupun Risma jelaskan, Kak Doni juga ngga bakal ngerti”. “ Ya udah kalau gitu, aku duluan yach, Risma mengangguk, dan tersenyum, Kak Doni mengendarai motornya kembali, hati Risma mulai sedikit tenang, dari kejauhan Kak Doni menoleh, Rismapun tersenyum, belum berapa jauh ada seseorang yang menghampirinya, dia dalah Romi, ya…….dia memang kak Romi sang kapten basket, yang tangguh di S’mania, itu adalah sebutan sekolah Risma, memang selain Kak Doni, Kak Romi juga sering memeperhatikan Risma, selain mereka berdua masih banyak lagi, ada Kak Roy, Kak Cristyan, Kak Erce, Kak Eno, dan juga ada satu angkatan dengan Risma, kebanyakan dari Kakak kelasnya, banyak juga sich yang satu angkatannya apalagi di kelas, Risma selalu jadi idola oleh teman-temannya (245.PS).
Kata penghubung kalaupun pada contoh (87) menghubungkan antara
kata (“Kak, Risma ngga biasa”. “Kenapa?”, dan kata Risma jelaskan, Kak Doni
juga ngga bakal ngerti”. “ Ya udah kalau gitu, aku duluan yach, Risma
mengangguk, dan tersenyum, Kak Doni mengendarai motornya kembali, hati
Risma mulai sedikit tenang, dari kejauhan Kak Doni menoleh, Rismapun
tersenyum, belum berapa jauh ada seseorang yang menghampirinya, dia dalah
Romi, ya…….dia memang kak Romi sang kapten basket, yang tangguh di
89
S’mania, itu adalah sebutan sekolah Risma, memang selain Kak Doni, Kak Romi
juga sering memperhatikan Risma, selain mereka berdua masih banyak lagi, ada
Kak Roy, Kak Cristyan, Kak Erce, Kak Eno, dan juga ada satu angkatan dengan
Risma, kebanyakan dari Kakak kelasnya, banyak juga sich yang satu angkatannya
apalagi di kelas, Risma selalu jadi idola oleh teman-temannya). Kata penghubung
kalau di atas menyatakan kata penghubung pengandaian.
(3) Konjungsi Antarkalimat
Dalam Sarwiji Suwandi (2008: 139) berbeda dengan konjungsi di atas,
konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain
dalam sebuah wacana. Oleh karena it, konjungsi ini selalu memulai suatu kalimat
baru. Pemakaian konjungsi antarkalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
88. Tapi saat semua itu baru diketahui anak-anak bersamaan dengan hadirnya kamu, aku mohon kamu yang sabar ya……….ini cuma kesalah pahaman kok, “pinta Putri” (118.KS).
89. ”O..........tadi itu, aku emang sengaja kok soalnya aku tuch merasa risih melihat kamu jalan sama laki-laki, apalagi bukan muhrimmu kan ngga baik itu, risih...........atau iri? goda Risma (250.PS).
90. Bagaimana sayang belajarnya disana?”. ”Alhamdulillah Risma berhasil Ma, selain itu Risma juga mempunyai banyak pengalaman, dan juga Risma mempunyai banyak teman dari berbagai negara, kami dapat memperkuat tali silaturahmi, dengan sesama muslim diseluruh dunia, pokoknya Risma senang...........banget tapi ada sedihnya juga sich disana soalnya Risma ngga bisa melihat wajah Mama dan teman-taman Risma, Mama hanya tersenyum (300.PS)
91. ”Kre..........k pintu kamar di buka, Risma meletakkan barang-barannya diatas tempat tidur, dia rebahkan sejenak tubuhnya diatas kasur, Rumah Risma begitu besar, sehingga kamar Rismapun terbilang cukup luas, namun demikian Risma tidak pernah menyombongkan diri, di depan orang lain,
90
toh...............kekayaannya tidak akan di bawa mati, dan miskin tidak jadi penghalang untuk masuk surga, so buat apa membangga-banggakan harta kekayaan ke orang lain, apalagi di hadapan umum (308.PS)”.
92. Kamu tu kenapa sih? Seperti petugas sensus aja, ingin tahu urusan orang lain!!! “suara Putri meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua, semua terheran-heran melihat Putrii membentak Elan karena selama ini Putri terkenal sebagai cewek yang lembut dan gak suka, kekerasan, bahkan mereka berdua dikenal sebagai sahabat yang tak pernah bertengkar, makanya semua siswa merasa heran melihat Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya (58.KS)“.
Tapi pada contoh (88) menyatakan kata hubung pertentangan, dan
apalagi pada contoh (89), menyatakan adanya hal lain yang bertentangan dengan
ajaran agama, pada contoh (90) menyatakan akibat dari sikap positif Risma dalam
berbagai pengalaman hidup. Sedangkan konjungsi namun pada contoh (91)
menyatakan hubungan pertentangan (dalam hal sikap tokoh yang selalu bersifat
rendah hati kepada sesamanya). Dan kata bahkan pada (92) menguatkan hal yang
dinyatakan sebelumnya.
2. Aspek Leksikal Wacana Kekasihku Sahabatku, Pacar Malam Minggu ,
dan Pertemuan yang Singkat
Kohesi leksikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana secara
sistematis. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan
pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara
satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana
(Sumarlam, 2003:35). Sumarlam memebedakan kohesi leksikal dalam wacana
menjadi enam macam, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata),
91
kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), antonimi (lawan kata),
dan ekuivalensi (kesepadanan).
a. Repetisi (Pengulangan)
Kohesi leksikal yang berupa pengulangan dapat dibedakan atas
pengulangan parsial dan pengulangan utuh. Pengulangan parsial dapat dilihat pada
contoh berikut ini.
93. Putri berbaring diatas tempat tidur, kenangan-kenangan masa lalunya bersama Marcell melintas dipikirannya, keceriaan-keceriaan di masa lalu mampu membuatnya tersenyum sendiri mengingat hal itu. “Aku berharap semoga cinta kita abadi” ucap Putri dalam hati (74.KS).
94. “Copet………….Copet………! Tangkap dia ! “seorang satpam berteriak-teriak memanggil temannya yang lain dan mengejar seorang cewek di depannya, cewek itu terlihat begitu bingung, “lepas ! aku bukan copet” cewek itu berontak (167.PMM).
95.” Nih ” April megeluarkan sebuah majalah Annida, da lihat waah Haris terpampang di cover depan dan e...bukankah yang disamping Haris itu Risma ? wah ternyata Haris dan Risma menjadi cover depan majalah Annida pada terbitan bulan ini, terlihat senyuman manis mengebang di bibir Risma dan dipadu dg rona merah di wajahnya, hal itu menabah kecantikan pada diri Risma (320.PS).
Pada contoh-contoh di atas terdapat pengulangan parsial, yaitu pada (93)
masa lalunya, pada contoh (94) terdapat pengulangan cewek itu, dan pada
contoh (95) terdapat pengulangan majalah Annida. Sehingga pada contoh-contoh
tersebut dapat ditemukan pengulangan secara parsial.
Sementara itu pengulangan utuh dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Dilihat dari fungsi sintaktiknya, unsur yang diulang itu dapat berupa subjek,
pelengkap, maupun keterangan.
92
96. Tiba-tiba HPnya berbunyi, terlihat tanda panggilan masuk di sana dan ternyata Elan, mengetahuai hal itu Putri langsung menjauhkan barang mungil itu karena entah mengapa Putri merasa malas untuk berbicara sama Elan, Putri masih sangat marah dengan apa yang diucapkan Elan tadi pagi, dia tidak menyangka Elan tega menghianati persahabatan mereka, dia telah menodai tali persahabatan dengan cinta yang ada di hatinya, bagi Putri dalam persahabatan tidak boleh ada cinta, karena itu akan merusak arti sebuah persahabatan yang sesungguhnya, dan Putri sangat membenci hal itu (75.KS).
97. Kenapa sih Kalian gak nggak percaya banget sama aku?. “Sekali lagi kami minta maaf karena kami hanya menjalankan tugas”. “Tapi jika sampai terbukti tidak bersalah, kalian harus menerima akibatnya!”. Tak berapa lama pintu diketuk dan seorang satpam muncul! dari balik pintu bersama seorang cowok dibelakangnya (170.PMM).
98. Beliau selalu menganggap bahwa kegagalan adalah awal dari keberhasilan, di tengah kesibukannyapun beliau masih menyisihkan waktunya untuk anak dan istrinya, beliau tidak pernah mengabaikan keluarga, beliau tidak pernah membuat kecewa keluarga, semua bangga pada beliau, Mama Risma maupun yang lainnya (297.PS).
Pada contoh-contoh pengulangan diatas terdapat pengulangan utuh yaitu
pada contoh (96) terdapat kata persahabatan yang diulang sebanyak tiga kali,
dalam hal ini sahabat yang dimaksud adalah teman akrab atau teman dekat pada
penokohan dalam cerita tersebut. Dan pada contoh (97) terdapat kata ulang
seorang pada kalimat tersebut yang maksudnya adalah satu orang, sedangkan
pada contoh (98) terdapat kata ulang beliau sebanyak tiga kali, kata beliau
digunakan untuk memberikan kesantunan untuk orang yang dihormati.
b. Sinonimi (Padan Kata)
Dalam Sarwiji Suwandi (2008: 142) Penggunaan kohesi leksikal yang
berupa sinonimi terjadi jika suatu wacana menggunakan kata atau frasa yang
93
memiliki kesamaan atau kemiripan makna untuk menghubungkan dua kalimat
atau lebih guna mewujudkan kesatuan makna.
99. Putri hanya mengangguk, malam ini terdapat sedikit kekecewaan dalam hati Elan, dia merasa rencana yang telah dia persiapkan matang-matang telah gagal total, keresahan dan kegundahan selalu menyelimuti hati Elan malam ini (30.KS).
100. Dia begitu mempesona, matanya indah banget seperti mata elang, dan senyumnya begitu menawan dan mempesona. “Kania tersenyum ingat akan hal itu, tiba-tiba dia ingat kata-kata May bahawa benci dan cinta bedanya tipis. “Apa mungkin aku jatuh cinta?” gumam Kania, tapi lagi-lagi dia tersenyum sendiri”. “Siapa nama tu cowok?” pakiran Kania dipenuhi bayang-bayang wajah Roni, rasanya malam ini matanya sulit untuk terpejam (196.PMM).
101. Risma pergi meninggalkan Mama dan mencoba pergi ke dapur untuk mencari Mbok Inah, tapi tak di sangka dan tak diduga, Mbok Inah tergelatak dengan darah yang berlumuran di tubuhnya dan di samping Mbok Inah ada Mang Ma’un masih hidup sedang Mbok Inah sudah meninggal, Risma menjerit dan wajahnya memucat, sejak kecil Risma paling takut dengan darah, setelah mendengar jeritan Risma, Mama langsung lari menuju dapur, sekarang bukan hanya bukan hanya Mang Ma’un dan Mbok Inah yang tergelatak di lantai, tapi jug Risma tidak pingsan melainkan lemas, kini Mama menelpon kesana kemari untuk mencari pertolongan, akhirnya setelah beberapa lama ada pertolongan. Hampir 1 hari penuh mengurusi pemakaman Mbok Inah, dan kini tinggal Mbok Mi, Mang Ma’un, dan mang Ujang yang bekerja di Rumah Risma (329.PS).
Pada tuturan (99) kepaduan wacana didukung oleh aspek leksikal yang
berupa sinonimi antara kata keresahan dengan kata kegundahan. Kedua kata
tersebut mempunyai makna sepadan. Dan pada contoh (100) kata menawan dan
mempesona juga memiliki hubungan yang sepadan. Sedangkan pada contoh
(101) Kata tak di sangka dan tak di duga pada kalimat tersebut juga memiliki
hubungan yang setara atau sepadan.
94
c. Hiponimi
Konsep hiponimi berkaitan dengan kata umum dan kata khusus. Dalam
relasi makna, kata umum mengacu ke hipernim; sedangkan kata khusus mengacu
ke hiponim. Pemakaian hiponimi dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
102. Berita tentang keretakan persahabatan antara Putri dan Elan terdengar center dipenjuru sekolah, karena nama mereka sangat popular disekolah ini, Elan sang kapten basket dan Putri sang Primadona sekolah, jadi berita mereka cepat banget tersebar, dan nama Marcell lah yang sering disebut-sebut sebagai orang ketiga yang menghancurkan persahabatan antara Elan dan Putri (115.KS).
103. Seperti malam bertabur bintang begitulah suasana hati Kania malam ini, ditatapnya langit-langit kamar, bayangan Kania menerawang menembus pada kejadian siang tadi, ingatannya kembali pada saat-saat Roni menyelamatkannya dari hantaman bola basket (195.PMM).
104.”O.................e............tidak kok”. O jadi gara-gara ikhwan itu, kalau sepengetahuan saya dia itu adalah ikhwan yang sangat berprestasi, dia sudah banyak mengikuti perlombaan di berbagai Negara, dia sudah pernah mengikuti lomba olimpiade anak teladan ke Singapore untuk mewakili Kabupaten Jawa Timur, kalau ngga salah sich namanya Haris ”jelas Diana (272.PS).
Pada contoh (102) , relasi makna hiponimi terlihat pada pemakaian frasa
berita dan center. Berita merupakan hipernim; sedangkan center merupakan
hiponim. Berbeda dengan contoh (103) frasa bintang merupakan hiponim,
sedangkan hipernimnya adalah malam. Dan pada contoh (104) Negara
merupakan hipernim , sedangkan Singapore merupakan hiponim. Dari contoh
tersebut dapat diketahui bahwa sebuah kata atau frasa dapat digolongkan sebagai
hipernim dan dapat pula sebagai hiponim. Penggolongan tersebut sangat
bergantung pada relasi kata itu dengan kata lainnya.
95
d. Kolokasi (Sanding Kata)
Kolokasi atau sanding kata adalah kohesi leksikal yang berfungsi untuk
mendukung kepaduan suatu wacana/asosiasi yang tetap antara kata dengan kata
lain yang berdampingan. Untuk keterangan lebih lanjut perhatikan contoh berikut.
105. Mobil Elan berhenti pada sebuah taman kota, Elan berdiri di bawah sinar rembulan bersama bintang-bintang yang terlihat begitu damai seolah bertolak belakang dengan perasaannya malam ini (12.KS).
106. Huh……..Elan hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, ingin rasanya dia marah pada dirinya sendiri, karena kecerobohannya hingga jatuh cinta pada Putri yang akhirnya membuat persahabatan ini hancur, tapi semua ini sudah terlanjur dan tak ada gunannya disesali, yang harus dia lakukan adalah meminta maaf pada Putri (113.KS).
107. Sekarang aku tahu alasan kamu Put, kenapa selama ini kamu menutup hatimu untuk cowok lain, aku tahu kalau ternyata semua ini karena Marcell, selama ini kamu masih mencintai Marcell, dan selalu setia padanya, dan kini semuanya telah berakhir, penantianmu tak sia-sia Put karena kini telah terbukti bahwa Marcell telah kembali untukmu “ungkap Elan pada malam” (114.KS).
Pada wacana di atas, tampak pemakaian kata perasaannya, dia marah
pada dirinya sendiri, dan ungkap Elan pada malam yang saling berkolokasi
untuk mendukung kepaduan wacana tersebut.
e. Antonimi
108. Di kelas Elan hanya bisa memandang Putri, biasanya kalau di kelas mereka selalu membuat gaduh dengan canda dan gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam, Elan sadar bahwa Putri sangat marah sama dia, tapi dia juga merasa penasaran banget sama cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang tak lain adalah Marcell, karena rasa penasarannya yang begitu tinggi dia beranikan nyamperin Putri (55.KS).
96
109.“Kamu tu kenapa sih? Seperti petugas sensus aja, ingin tahu urusan orang lain!!! “suara Putri meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua, semua terheran-heran melihat Purti membentak Elan karena selama ini Putri terkenal sebagai cewek yang lembut dan gak suka, kekerasan, apa lagi mereka berdua dikenal sebagai sahabat yang tak pernah bertengkar, makanya semua siswa merasa heran melihat Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya (58.KS).
Pada wacana di atas terjadi antara satuan lingual gaduh,dengan diam.
Kata-kata tersebut adanya realitas sangat gaduh, gaduh sekali, agak gaduh, sangat
diam, diam sekali, agak diam. Pada wacana diatas terdapat antara satuan lingual
membentak, dengan lembut . Kata-kata tersebut adanya hubungan pertentangan
antar keduanya, yaitu adanya realitas memebentak sekali, agak membentak,
lembut sekali, , agak lembut.
3. Linieritas Wacana
Suatu kalimat dapat dikatakan linier apabila hubungan antarpropisisinya
berurutan secara sistematis. Artinya, alurnya tidak meloncat-loncat, tidak
berputar-putar, dan tidak ada penyimpangan. Sebaliknya, alur yang bersifat tidak
linier, yaitu hubungan antarproposisinya tidak berurutan. Artinya, alurnya
meloncat-loncat, berputar-putar, dan ada penyimpangan.
Kekohesifan sebuah wacana dapat dilihat ada atau tidak adanya
hubungan kohesi antar teksnya. Penanda kohesi sebagi pembentuk jaringan
antarteks dapat dibagi menjadi lima macam, yakni (1) referensi , (2) penggantian,
(3) pelesapan, (5) hubungan leksikal, dan konjungsi ( Halliday dan Hasan, 1976:
6; lihat juga Hamid, 1988: 28; Zuhud, 1991: 18; dan Ramlan, 1993: 12). Alwi
(1999: 48-486) mencoba mendiskripsikan penanda kohesi di dalam bahasa
97
Indonesia yang meliputi: (1) hubungan sebab-akibat, (2) hubungan unsur-unsur
yang mengungkapkan pertentangan, pengutamaan, perkecualian, konsesi, dan
tujuan (3) pengulangan kata atau frase, (4) kata-kata yang berkoreferensi dan (5)
hubungan leksikal. Kebanyakan wacana menunjukkan bentuk lahir yang kohesif
dengan pemakaian penanda kohesif tersebut. Namun, yang penting suatu wacana
yang kohesif yang menyiratkan koherensi, yaitu hubungan semantis yang
mendasari wacana itu. Jadi, yang paling penting adalah suatu wacana memiliki
hubungan yang kohesif sekaligus koheren.
Untuk menganalisis wacana dalam penelitian ini digunakan metode yang
disarankan oleh Halliday dan Hasan (dalam Zuhud, 1991: 181), yaitu dengan
pendekatan mikrostruktur dan pendekatan makrostruktur. Pendekatan
mikrostruktur adalah metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antarkalimat dalam paragraf, sedangkan pendekatan makrostruktur
adalah metode analisis data yang digunkan untuk mengetahui hubungan
antarparagraf dalam wacana.
Sesuai dengan perumusan masalah maka dalam penelitian ini digunakan
pendekatan mikrostruktur, yaitu untuk menentukan penempatan kalimat topik
dalam paragraf, dan kohesifitas wacana dalam paragraf. Dalam metode analisis
wacana tentang pendekatan mikrostruktur dibagi menjadi dua macam progresi ,
yaitu progresi tematis (thematic progression) dan progresi semantis (semantic
progression). Progresi temantis terdiri atas tiga macam, yaitu progresi linier,
progresi paralel, dan progresi campuran. Untuk mngetahui progresi tematis
digunakan model analisis struktur tematis (Brown dan Yule, 1996: 140). Namun,
98
model analisis tema rema yang meliputi linier, paralel, dan campuran dapat
dijadikan pijakan untuk mengetahui sebuah paragraf itu bersifat linier atau tidak
linier tentang alur susunan kalimatnya.
Berkaitan dengan alur susunan kalimat, maka dapat ditentukan alur
susunan kalimat yang bersifat linier, yaitu jika hubungan antarproposisinya
berurutan secara sistematis. Artinya alurnya tidak meloncat-loncat, tidak berputar-
putar, dan tidak ada penyimpangan.
Di samping itu untuk mengetahui kohesifitas wacana digunakan
pendekatan progresi semantis, yaitu dengan alat atau penanda kohesi yang
disarankan oleh Halliday dan Hasan (1976: 6). Ada lima macam alat kohesi yaitu
(1) Pengacuan ’referensi’, (2) Penggantian ’substitusi’, (3) Pelesapan ’elipsis’, (4)
Hubungan leksikal ’lexical cohesion’, dan (5) Konjungsi ’conjunction’.
Berkenaan dengan kohesifitas dan koherenitas wacana, maka dapat
dikatakan bahwa sebuah wacana yang baik apabila di dalamnya terdapat
kepaduan, baik kepaduan bentuk maupun kepaduan makna. Kepaduan itu dapat
diketahuai dari ada atau tidak kohesif atau koheren atau tidak koheren dapat
dilihat dari pemakaian penanda kohesinya. Parameter pemakaian penanda kohesi
dalam analisis paragraf ini adalah yang yang diungkapkan oleh Halliday dan
Hasan (1976: 6) seperti tersebut di atas korpus data yang dianalisis berjumlah (16)
buah paragraf. Hasil analisis penelitian terhadap (3) korpus data tersebut
diklasifikasikan berdasarkan struktur wacana yang meliputi (1) paragraf pembuka,
(2) paragraf penghubung, dan (3) paragraf penutup.
99
a. Analisis Paragraf Pembuka
1. Korpus Data Pembuka/P1
“(K1) Elan…………..Elan……….” suara riuh penonton terdengar nyaring dari supporter chair (T1), pertandingan bola basket semakin memanas, sang pemainpun semakin bersemangat, penonton tak henti-hentinya mengeluarkan suaranya untuk mendukung idola-idolanya(R1). (K2) Detik-detik terakhir pertandingan membawa penonton dalam ketegangan (T2), akhirnya score keluar dengan 08 : 06 untuk SMAN 1 Jakarta (R2). (K3) Elan duduk diantara teman –teman dan teamnya (T3), terlihat seorang cewek dari seberang berjalan mendekatinya (R3). (K4) “Hay……… kaptenku ………!!! “sapa cewe itu yang tak lain adalah Putri (T4), selama ini dia diketahui telah dekat sama Elen sang kapten basket SMA I Jakarta, tapi bukan untuk pacaran, melainkan hanya sebatas persahabatan (R4). (K5) Tapi mereka tidak memungkiri akan ada benih- benih cinta diantara mereka (T5), karena tidak dapat ditutupi bahwa telah tumbuh benih cinta di hati Elan (R5). (K6) Dengan wajah Putri yang jelita (T6) telah membuatnya jatuh cinta (R6.(K7) “Put ntar malam ada acara gak? “tanya Elan “ acara ? kayaknya gak ada dech………. Jawab Putri manja(T7) keluar yuk !!! ya itung-itung ngrayain kemenangan ini (R7).” (K8) Lho emang kamu gak ngadain mini party sama anak-anak basket yang lain(K8),”mini Partynya ditunda besok, soalnya anak-anak juga masih capek , gimana mau gak’?”. “Boleh, tapi kamu jempit aku ya……..” . Ok ! aku jemput kamu dimana?”(R8). (K9) “Dikuburan !!! ya dirumahlah …………. Kamu pikir aku pocongan??? “jawab Putri sewot (T9) “iya………iya……………! gitu aja kok sewot” kata Elen sambil mencubit pipi Putri, yang dicubit tersenyum manja. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB, Elan sudah mulai mengeluarkan mobilnya dari garasi, jantung Elan mulai berdegup tidak teratur, dia mulai memepersiapkan hati dan mentalnya, untuk jalan sama Putri, karena malam ini elan berencana menembak putri sudah hampir satu tahun memendam (R9). (K10) Perasaannya akhir malam ini, dia memberanikan diri untuk memngungkapkan semuanya mobil Elan mulai memasuki pekarangan rumah putri (T10), tak lama kemudian bel berbunyi Mbok Minah ter gopang-gopang untuk membukakan pintu, saat pintu terbuka melihat seuntai senyum dari bibir elan. “ Eh mas Elan ……. tambah cakep aja mas!” goda mbok minah?. “Ah si Embok bisa saja, Putri ada kan Mbok?”(R10).
Keterangan:
Kode dalam kurung sebagai wujud analisis data merupakan tambahan penulis, yakni K (Kalimat), T (Tema), dan R (Rema).
KKW (Kohesifitas dan Koherensi Wacana) dan ASK (Alur Susun Kalimat).
100
1) KKW Pembuka/P1
Hubungan antara K1 sampai dengan K10 bersifat kohesif dan
koheren. Hubungan tersebut tampak pada pemakaian kata pertandingan
pada K2 yang mengulang kata yang sama pada K1. Kemudian pada
kalimat-kalimat berikutnya merupakan keterangan dari kalimat
sebelumnya. Hubungan kohesif yang diwujudkan dengan pengulangan itu
menjadikan paragraf itu koheren.
2) ASK Pembuka/P1
Paragraf pembuka ini terdiri atas 10 kalimat yang memiliki alur susun
tema-rema. Pada K1 adalah T1 (suara riuh penonton), R1 ( pertandingan
bola basket). Sedangkan pada T2 mengacu pada R1. Pada K3 adalah (T3)
yang berupa kata teamnya (R3) berupa kata berjalan mendekatinya. (R4)
kata cewek itu mengacu ke R3. Sedangkan pada R5 merupakan bentuk
kalimat yang mengacu pada R4. Selanjutnya R6 (membuatnya jatuh cinta)
merupakan bentuk yang mengacu ke R5 (tumbuh benih cinta). Sedangkan
R7 mengacu pada R2 (SMAN 1 Jakarta). Pada K8 berupa kata anak-anak
basket yang mengacu pada (R6) yang membuatnya jatuh cinta. Sedangkan
pada T(10) kata mengungkapkan semuanya mengacu pada (R6)
membuatnya jatuh cinta.
Berdasarkan analisis struktur tema, rema maka pargraf ini
dikembangkan lewat fokus (pertandingan bola basket) yang terdapat pada
R1 (kalimat topik/K1) dikembangkan oleh K2 dengan model
pendefinisian. Kemudian, fokus pada K2 pada K2 (penonton, team,
101
kapten). Pada kalimat diatas setelah dianalisis memiliki keruntutan kalimat
sehingga alur susunan kalimatnya bersifat linier.
2. Korpus Data Pembuka/P2
(K1) “Ada kok mas, mari masuk dulu……..”belum sempat masuk ke dalam rumah tiba-tiba Putri nongol dari balik pintu (T1) “hay Lan……berangkat yuk!!” Elan menggandeng tangan Putri dan segera membukakan pintu mobil (R1). (K2) Setelah masuk dalam mobil mereka telah siap berangkat (T2) suasana malam di kota Metropolitan ini sangat indah tidak seperti suasana di siang hari yang sangat penat, banyak polusi, dan sangat bising karena banyak kendaraan (R2). (K3) Mobil Elan berhenti didepan sebuah kafe, mereka berdua berjalan memasuki kafe itu dan mengambil posisi dipojok ruangan kafe (T3), suasananya terlihat sangat romantis dengan lampu yang menyala remang-remang para dara muda yang datang kesini untuk mencari keromantisan, kafe ini sangat digemari oleh kaum muda, namanya aja kafe “cinta”(R3). (K4) Wah kafe ini romantis banget……….” Putri merasa kagum (T4). “Kamu sering kesini ya?......hayo pasti sama cewek!!!kok gak ajak-ajak sich……? “ ledek Putri, Elan Cuma tersenyum tak lama kemudian pelayan datang dan mereka memesan makanan (R4) .(K5) Elan memadang wajah Putri yang sangat cantik, hatinya selalu mengagumi wajah itu, ingin rasanya memilikinya, dia berfikir sungguh beruntung cowok yang bisa dapatkan hati cewek itu, dan dia ingin cewek itu (T5), dan dia ingin cowok yang beruntung itu adalah dirinya, dan dia akan merasa hidupnya sangat sempurna (R5).“ (K6) Lan ………….tiba-tiba tangan Putri menyentuh jari-jari Elan dan menggenggamnya (T6), mata Elan terbelalak , aliran darah dan jantungnya mulai tak teratur (R6). “ (K7) Kok kamu ngliatin aku sampai segitunya sih…..? “lanjut Putri. Enggak kok (T7), aku cuma kagum aja melihat kamu, malam ini rasanya spesial ……… banget” ungkap Elan, wajah Putri langsung merona (R7). “ (K8) Ah kamu bisa aja, makan yuk duh laper banget nih……..” (T8). Beberapa menit kemudian suasana jadi tenang hanya suara sendok yang terdengar setelah selesai tiba-tiba………………(R8).“ (K9) Put……… “ tangan Elen menggenggam lembut tangan Putri (T9), saat Putri mengangkat wajahnya terlihat keanehan disana, wajahnya kelihatan pucat banget (R9). “(K10) Put kamu kenapa? kamu sakit ? tanya Elan panik, enggak kok, aku cuma sedikit pusing(T10)”, kalau gitu kita pulang aja yuk. Putri hanya mengangguk (R10).
102
1) KKW Pembuka/P2
Perpautan bentuk pada paragraf ini tampak dengan pamakaian penanda
kohesi hubungan leksikal repetisi (pengulangan). Kata masuk (K1)
merupakan bentuk yang diulang kembali pada (K2, K3), begitu juga kata
suasananya mengacu pada ruangan cafe, dan memilikinya pada (T5)
mengacu pada (T4) yaitu Putri, sementara hidupnya pada (R5) mengacu
pada (R1) yaitu Elan dan pada (T6) kata menggenggamnya mengacu pada
(T1) yaitu Putri, dan kata jantungnya (R6) mengacu pada (T5) yaitu Elan.
Wajahnya pada (T9) mengacu pada (T7) wajah Putri. Dengan penanda
kohesi tersebut maka semua kalimat saling berkaitan, sehingga memiliki
hubungan yang kohesif sekaligus koheren.
2) ASK Pembuka/P2
Berdasarkan analisis struktur tema, rema maka paragraf ini
dikembangkan lewat konstituen suasana (T2). Dalam kalimat tersebut
suasana dalam cerita tersebut sebagai gagasan pokoknya. Suasana dalam
cerita tersebut sebagai gagasan pokoknya. Suasana malam, suasana di
siang hari, (R3) suasana terlihat sangat romantis.
Oleh karenanya, gagasan pokok itu dapat ditayangkan, bagaimana
suasananya?. Jawabanya teretera pada (R2,R3, dan R8) dengan penjelasan
yang bervariasi. Pada K2 membandingkan 2 hal yang bertentangan yaitu
suasana malam di kota Metropolitan yang sangat indah, dengan suasana
siang hari yang sangat penat, banyak polusi, dan sangat bising karena
banyak kendaraan (R2). Sedangkan pada (K4) mengulang kata romantis
103
pada (R3). Pada (K4 dan K5) yang merupakan penanda kohesi yang
mengacu pada (K3) yaitu cafe dan kata itu K5 yang mengacu pada wajah
Putri, sedangkan pada (K6) kata mata berkaitan dengan (K7) yaitu kata
ngliatin. Dan terdapat pennda kohesi pada (T8) kata setelah yang
merupakan konjungsi subordinatif dan kata disana pada (R9) dan
konjungsi syarat kalau pada (R10).Setelah di analisis struktur tematis,
susunan kalimat paragraf ini memiliki urutan kalimat yang sistematis.
Maka, alur susunan kalimatnya bersifat linier.
3. Korpus Data Pembuka/P3
(K1) Malam ini terdapat sedikit kekecewaan dalam hati Elan (T1), dia merasa rencana yang telah dia persiapkan matang-matang telah gagal total, keresahan dan kegundahan selalu menyelimuti hati Elan malam ini (R1). (K2) Direbahkannya tubuh diatas tempat tidur (T2), bayangan wajah Putri yang cantik jelita selalu memenuhi pikirannya (R2).” (K3) Put……kapan ya aku bisa mengungkapkan semua isi hatiku?(T3) aku ingin kamu tahu betapa besar rasa kasih dan sayangku, aku sangat mencintaimu put…….” Ungkap Elen dalam hati (R3). (K4) Angin bertiup begitu kencang, dinginnya malam ini menusuk hingga ketulang (T4), mata Elan mulai terpejam dan lelap (R4). (K5) Suasana pagi ini terasa begitu sejuk, bunga-bunga di taman sekolah menari-nari dengan begitu indahnya (T5), Elan dan Putri duduk diatas bebatuan (R5). (K6)“Lan ………..sebenarnya kamu mau ngomong apa sih? Sampai ngajak aku ke taman segala?(T6)” tanya Putri penuh selidik (R6). (K7)“ Put…......aku sayang sama kamu” ungkap Elan (T7), mata Putri terbelalak sesaat kemudian Putri tertawa (R7).“(K8) Aku juga sayang sama kamu (T8)“ aku seneng banget punya sahabat seperti kamu”(R8). (K9) Sahabat???(jawab Elen). “Iya jawab Putri (T9). Put …….tapi perasaanku beda……”(R9). (K10) Maksud kamu, “aku cinta sama kamu…..?(T10)” Mendengar hal itu Putri langsung berdiri dan tanpa disadarinya tangannya telah melayang dipipi Elan (R10).
1) KKW Pembuka/P3
Analisis paragraf ini bahwa alur susun kalimat (bersifat tidak linier).
Berdasarkan temuan analisis tersebut, maka dapat dipastikan bahwa
paragraf ini tidak koheren. Hal ini didasarkan secara argumentatif bahwa
104
kalimat dalam paragraf tersebut berbelit-belit, dan berputar-putar, sehingga
dapat dipastikan paragraf tersebut tidak koheren.
2) ASK Pembuka/P3
Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu kekecewaan dalam hati
Elan. Di samping itu adanya kalimat yang informasinya berputar-putar.
Kalimat tersebut adalah dia merasa rencana yang telah dia persiapkan
matang-matang telah gagal total, keresahan dan kegundahan selalu
mnyelimuti hati Elan malam ini (R1) dan kata suasana pagi ini terasa
begitu sejuk, bunga-bunga di taman sekolah menari-nari dengan begitu
indahnya (T5), juga kalimatnya melompat-lompat. Atas dasar itu, maka
alur susunan kalimat pada paragraf ini tidak linier.
4. Korpus Data Pembuka/P4
(K1) Putri sangat marah, dia langsung mengambil langkah seribu, dia berlari melewati lapangan basket (T1), tak disadarinya sebuah bola basket melayang kearahnya, tapi tiba-tiba sebuah tangan berhasil menariknya, hingga tubuh ramping Putri tersandar pada dada bidang cowok itu, saat melihatnya mata Putri langsung terbelalak (R1). “(K2) Marcell……” Ucap Putri , “Putri” ucap marcell, jantung Putri berdegup tak teratur, keringat dingin keluar dari tubuh Putri (T2), Putri menatap lekat wajah Marcell, dia tak menyangka bisa bertemu dengan cowok yang pernah mengisi hatinya itu setelah 2 tahun lebih berpisah (R2). (K3) Marcell……..ngapain kamu di sini ? ”tanya Putri gugup (T3) “kita kekantin aja yuk, nanti aku ceritain disana ”(R3). (K4) Marcell menggandeng tangan Putri , mereka berjalan beriringan menuju kantin, (T4) Elen melihatnya, hatinya terasa disayat dengan pisau sembilu, melihat hal itu Elan segera beranjak dari taman dan mengikuti mereka berdua (R4). (K5) Dua gelas jus jeruk sudah diatas meja, Putri dan Marcell duduk berhadapan, mereka masih terbawa pikiran masing-masing (T5), mereka masih terbawa pikiran masing-masing, mereka hanyut dalam perasaan rindu (R5). “(K6) Put…….” Suara Marcell terdengar begitu berat, “ada apa cell?”, “tak terasa 2 tahun lebih kita gak bertemu (T6), aku kangen banget sama kamu Put, dan selama ini aku kangen banget sama kamu Put,
105
dan selama ini aku masih menjaga semuanya” (R6). (K7) Maksud kamu apa cell? “ (T7) tanya Putri tak memahaminya (R8). (K8) Aku masih menyimpan rasa itu, selama ini aku belum bisa melupakanmu (T8), kamu begitu indah untuk aku lupain, dan aku tidak sanggup mengubur cinta yang pernah ada diantara kita “jawab Marcell tulus (R8). (K9) Putri menundukkan kepalanya, tetesan-tetesan lembut meleleh dari mata cantik Putri (T9), dia tak memungkiri bahwa hatinya juga masih sangat mencintai Marcell (R9). (K10) Dan maka dari itulah Putri gak mau pacaran lagi (T10), karena hatinya masih setia untuk Marcell (R10).
1) KKW Pembuka/P4
Paragraf ini terdiri atas 10 kalimat. Pada (K1) inti paragraf ini
terletak pada kalimat Putri sangat marah dan pemakaian konjungsi
pertentangan tapi yang tertera pada (R1). (R2) inti kalimatnya adalah dia
tak menyangka bisa bertemu dengan cowok yang mengisi hatinya itu
setelah 2 tahun lebih berpisah kalimat setelah mengacu pada keterangan
waktu. Sedangkan pada (K3) kata sini merupakan penanda kohesi. Dan
pada (K4) melihat hal itu mrngacu pada kata sebelumnya (K3) yang
mengacu pada Marcell menggandeng tangan Putri. (K5) kata masing-
masing merupakan kata ulang yang mengacu pada Putri dan Marcell. (K7)
kata tak memahaminya kata -nya disini mengacu pada kalimat sebelumnya
(K6) yang berupa kata aku masih menyimpan rasa itu, selama ini aku
belum bisa melupakanmu sama dengan yang tertera pada (K8). Kata
tetesan-tetesan merupakan kata ulang dan kata tetesan-tetesan (air mata
yang keluar). Dan kata karena merupakan konjungsi antarkalimat. Dengan
penanda kohesi tersebut semua kalimat saling berkaitan, sehingga
memiliki hubungan bentuk dan makna. Oleh karena itu, paragraf ini
memiliki hubungan yang kohesif sekaligus koheren.
106
2) ASK Pembuka/P4
Pada (K1) kata marah sebagai (T1) dan selebihnya adalah R1 berupa
konjungsi antarkalimat yang tersambung pada kalimat berikutnya pada
(K2 hingga K10). Sehingga alur susunan kalimat pada paragraf tersebut
menunjukkan linieritas.
5. Korpus Data Pembuka/P5
(K1)“Kenapa kamu menangis Put? “ tangan Marcell mengusap pipi Putri, lembut , tapi tiba-tiba terdengar bel masuk kelas, sudah bel (T1), semua ini kita bicarakan nanti setelah pulang sekolah(” putus Putri, “ya udah kalau gitu, nanti aku tunggu kamu dan kita pulang bareng” Putri menganngguk (tanda setuju) (R1). (K2) Di kelas Elan hanya bisa memandang Putri, biasanya kalau di kelas mereka selalu membuat gaduh dengan canda dan gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam (T2), Elan sadar bahwa Putri sangat marah sama dia, tapi dia juga merasa penasaran banget sama cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang tak lain adalah Marcell, karena rasa penasarannya yang begitu tinggi dia beranikan nyamperin Putri (R2).“ (K3) Hai Put………! “sapa Elan”(T3), “hai balas Putri sengit”(R3). “(K4) Ngomong-ngomong cowok yang tadi sama kamu di kantin itu siapa?” (T4), mantanku “jawab Putri singkat, (R4)”. (K5) Maksud kamu Marcell? (T5)“Tanya Elan penasaran (R5). (K6) “iya!”, kok dia sampai sini? lanjut Elan “(T6) Kamu tu kenapa sih? Seperti petugas sensus aja ingin tahu urusan orang lain!!! (R6). “(K7) Suara Putri meninggi, semua siswa menoleh kearah mereka berdua (T7), semua terheran-heran melihat Purti membentak Elan karena selama ini Putri terkenal sebagai cewek yang lembut dan gak suka kekerasan (R7). (K8) Apa lagi mereka berdua dikenal sebagai sahabat yang tak pernah bertengkar (T8), makanya semua siswa merasa heran melihat Putri membentak Elan, dan hal itu membawa Elan kembali ke tempat duduknya (R8).(K9) Saat jam pelajaran di mulai Elan dan Putri terlihat begitu tenang (T9), keduanya terlihat pendiam, sesekali Elan masih melirik kearah Putri, tapi Putri tak menanggapinya, jam-jam pelajaran berjalan begitu hampa bagi Elan, sampai jam pelajaran terakhir usai, Elan masih terlihat murung (R9). (K10) Pelajaran telah usai (T10), semua siswa keluar dari kelas masing-masing (R10).
107
1) KKW Pembuka/P5
Paragraf ini terdiri atas 10 kalimat. Inti kalimat pembicaraan
paragraf ini adalah biasanya mereka selalu membuat gaduh dengan canda
dan gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam. Antara K1 dengan K2
tidak ada penanda kohesi yang menjadikan keduanya koheren. Demikian
juga antara K2 dengan K3, hingga K10 secara prinsip hubungan
antarkalimat ini tidak koheren.
2) ASK Pembuka/P5
Kata kenapa kamu menangis Put? Tangan Marcell mengusap pipi
Putri lembut, tapi tiba-tiba terdengar bel masuk kelas, sudah bel (T1) dan
semua ini kita bicarakan nanti setelah sekolah (Putus Putri), ya udah
kalau gitu, aku tunggu kamu dan kita pulang bareng. Putri mngangguk
(tanda setuju) (R1). Klausa di kelas Elan hanya bisa mamandang Putri,
biasanya kalau di kelas mereka selalu membuat gaduh dengan canda
gurau mereka, tapi hari ini mereka hanya diam (T2) tidak mengacu dan
mengulang kepada K1, selanjutnya pada K3, K4, K5 sampai dengan K10
tidak mengacu dan mengulang kalimat sebelumnya sehingga alur susunan
kalimat pada paragraf tersebut tidak linier.
b. Analisis Paragraf Penghubung
1. Korpus Data Penghubung/P1
(K1) Putri segera bergegas keluar, dia segera berjalan menuju parkir (T1), karena Marcell telah menunggunya disana, Putri tetap tetap melangkah meskipun dia tahu Elan memanggilnya berulang-ulang kali (R1). (K2) Putri menemui Marcell di tempat parkir (T2) dan segera masuk kedalam
108
mobil (R2). (K3) Mobil Marcell melaju mulus menggilas aspal jalan raya yang panas (T3), diperjalanan mereka berdua (Marcell dan Putri) hanya berdiam diri sambil mengatur aliran darah masing-masing, hingga akhirnya mobil berhenti pada sebuah café (R3).(K4) Mereka masuk kedalam café itu, dan mengambil tempat duduk diantara tempat duduk yang kosong (T4), dan segera memesan makanan, sampai pesanan diantarpun belum ada seucap katapun yang terlontar dari mereka, dan tiba-tiba tangan Marcell menggenggam jari-jari Putri (R4). “ (K5) Put kamu tahukan apa maksud kata-kataku dikantin tadi?”(T5) tanya Marcell, tapi Putri masih terdiam (R5). “(K6) Put aku masih sayang sama kamu”(T6) ungkap Marcell. “Kamu bohongkan cell? “tanya Putri tak percaya (R6).“(K7) Terserah kamu mau ngomong apa, tapi inilah kenyataannya, selama ini aku belum bisa mencari penggantimu, karena aku tidak menginginkan hal itu (T7), aku ingin kamu adalah cinta pertama dan terakhirku” (R7). “(K8) Marcell……….kamu tahu gak gimana perasaanku?”(T8) tanya Putri (R8). “(K9) Cell………….aku juga masih sayang sama kamu, akupun masih sangat mencintaimu (T9), dan karena itulah aku gak pernah mau pacaran lagi, karena akau percaya bahwa kamu pasti kembali lagi “ lanjut Putri”(R9). “(K10) Put…….. aku ingin kembali seperti dulu lagi (T10), aku ingin melewati hari-hariku bersamamu”(R10).
1) KKW Penghubung/P1
Perpautan bentuk pada paragraf ini tampak dengan pemakaian
penanda kohesi hubungan leksikal, yakni repetisi (pengulangan kembali).
Kata parkir (K1) merupakan bentuk yang di ulang kembali pada (K2).
Penanda kohesi yang lain adalah penggantian frasa mereka berdua yang
mengacu pada (Marcell dan Putri). Kemudian pada kata-kataku
merupakan kata ulang (T5) dan kata tapi merupakan konjungsi
antarkalimat sedangkan kata tanya pada kalimat sebelumnya (K5, K6) dan
kata lagi pada (K9) mangacu pada (K8) dan (K10). Oleh karena itu dari
temuan analisis ini maka paragraf ini di samping memiliki hubungan yang
kohesif sekaligus koheren.
109
2) ASK Penghubung/P1
Pada paragraf ini ditemukan bagian-bagian alur susunan kalimat. Hal
ini tampak pada kalimat (R1) Putri tetap melangkah meskipun dia tahu
Elan memanggilnya berulang-ulang kali. Kata meskipun termasuk
konjungsi subordinatif kosesif dan kata berulang-ulang merupakan bentuk
perulangan kata. Sedangkan pada (T4) kata mereka mengacu pada (K3)
yaitu mereka berdua (Marcell dan Putri). Sedangkan pada (K5) kata
terdiam mengulang kata berdiam yang berasal dari kata diam pada (K3).
Dan pada (K7) kata tapi merupakan konjungsi pertentangan. (T9) kata
karena merupakan konjungsi sebab yang mengacu pada pada (K7) yang
berupa kata selama ini aku belum bisa mencari penggantimu. Pada kalimat
tersebut masih memiliki urutan yang berkaitan, sehingga cerita yang
disampaikan masih bersifat nyambung, walaupun pada paragraf tersebut
terjadi loncatan deret kalimat atau loncatan susunan kalimat. Namun
kalimat tersebut masih berkaitan satu sama lain maka alur susunan kalimat
ini termasuk linier.
2. Korpus Data Penghubung/P2
“(K1) Cell aku juga menginginkan hal itu, kamu maukan jadi cewekku lagi?” tanya Marcell lembut (T1), dan Putri mengangguk pelan, hingga terlihat senyuman merekah dari bibir Marcell (R1). (K2) Malam ini terasa indah bagi Putri (T2), dia tak menyangka bakal balikan sama Marcell lagi, hati Putri sangat berbunga, semua terasa indah bagai malam bertabur bintang (R2). (K3) Dia berharap kejadian yang dulu (T3) yang mampu membuat hubungannya bersama Marcell kandas takkan terulang lagi (63). (K64) Putri berbaring diatas tempat tidur, kenangan-kenangan masa lalunya bersama Marcell melintas dipikirannya (T4), keceriaan-keceriaan di masa lalu mampu membuatnya tersenyum sendiri mengingat hal itu
110
(R4). “(K5) Aku berharap semoga cinta kita abadi”(T5) ucap Putri dalam hati (R5). (K6) Tiba-tiba HPnya berbunyi, terlihat tanda panggilan masuk di sana, dan ternyata Elan (T6), mengetahuai hal itu Putri langsung menjauhkan barang mungil itu karena entah mengapa Putri merasa malas untuk berbicara sama Elan (R6). (K7) Putri masih sangat marah dengan apa yang diucapkan Elan tadi pagi(T67), dia tidak menyangka Elan tega menghianati persahabatan mereka (R67). (K8) Dia telah menodai tali persahabatan dengan cinta yang ada di hatinya (T8), bagi Putri dalam persahabatan tidak boleh ada cinta, karena itu akan merusak arti sebuah persahabatan yang sesungguhnya, dan Putri sangat membenci hal itu (R8).(K9) Mulai pagi ini Putri tidak berangkat bareng Elan tapi dia dijemput sang pujaan hati yaitu Marcell (T9) , meskipun sebenarnya Elan juga datang kerumah Putri, tapi Putri sengaja menolaknya dan lebih memilih Marcell (R69). “ (K10) Put, cowok yang tadi dirumahmu itu siapa ?”(T10) Tanya Marcell (R10).
1) KKW Penghubunga/P2
Hubungan kohesif paaragraf ini tampak pada pemakaian klausa dia
tidak menyangka bakal balikan sama Marcell lagi (T2) yang di ulang
dengan struktur berbeda tetapi memiliki makna yang sama pada (R3)
hubungannya bersama Marcell kandas takkan terulang lagi. Kemudian
(T4) menjelaskan kata kenang-kenangan masa lalunya bersama Marcell
melintas di pikirannya. Sedangkan pada (T1) terdapat kata lagi , (T5)
terdapat interjeksi harapan beruoa kata semoga, (T6) terdapat penanda
kohesi disana pada bagian tema. Pada (T7) kata persahabatan diulang
kembali pada (T8) dan menggunakan penanda kohesi pada kata pagi ini
pada (T9) pada kalimat tersebut juga digunakan konjungsi subordinatif
konsesif kata meskipun yang menghubungkan klausa sebelumnya oleh
karena itu paragraf ini disamping memiliki hubungan kohesif sekaligus
koheren.
111
2) ASK Penghubung/P2
Pada paragraf ini ditemukan bagian rema pada rema kalimat. Rema
tersebut adalah pada (R2) hati Putri sangat berbunga, semua terasa indah
bagai malam bertabur bintang, yang mengacu pada (T3, T4, T5). Jadi
semua tema pada kalimat sesudahnya mengacu ke rema pada kalimat
sebelumnya. Atas dasar itu, maka alur susunan kalimat pada paragraf ini
menunjukkan linieritas.
3. Korpus Data Penghubung/P3
“(K1) Dia namanya Elan (T1), emang kenapa?”(R1). (K2) Enggak kok (T2), cuma kelihatannya kalian akrab banget”(R2). (K3) Dia temen sekelasku, sebenarnya dia sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri (T3), setelah kau meninggalkanku dulu (R3). (K4) Dia hadir untuk menghiburku dan akhirnya kami akrab dan akhirnya kami bersahabat” jelas Putri, tak ada respon dari Marcell (T4), mereka berdua lalu diam sampai mobil Marcell memasuki halaman Sekolah (R4). (K5) Putri dan Marcell berjalan berdampingan melewati koridor-koridor kelas (T5), tapi pagi ini terasa aneh, yang biasanya anak-anak selalu menyapa saat bertemu dengan Putri, tapi kini sepi (R5). (K6) Celoteh-celoteh nakal dengan nada menggoda yang biasanya terlontar dari cowok-cowok kini tak terdengar lagi (T6), malah pandangan aneh yang dijumpai . “Ini ada apa sih? tanya Putri dalam hati (R6).(K7) Setelah sampai di depan kelas XI A2 (T7), Putri dan Marcell berpisah karena Putri harus berhenti sedangkan Marcell masih harus berjalan lurus dan belok untuk menuju kelasnya (R7). (K8) Putri masuk kelas dan segera duduk ditempat duduknya (T8), belum sempat menaruh tasnya Putri melihat Elan duduk melamun dipojok kelas (R8). (K9) Pandangannya kosong (T9), dia kelihatan tidak semangat, hati Putri terasa sakit (R9). (K10) Putri merasa iba melihat keadaan Elan tapi dia juga masih merasa sangat jengkel kalau ingat saat itu (T10), bagi Putri kejadian itu sangat memalukan karena didalam kamus persahabatan dalam hidupnya tak ada kata cinta dalam persabatan, sesaat kemudian Randy datang dan mendekati Elan (R10).
112
1) KKW Penghubunga/P3
Paragraf ini terdiri dari 10 kalimat yang memiliki hubungan yang
kohesif, meskipun kalimat ini tergolong panjang. Hubungan kohesif ini
tampak dengan jelas pada penggunaan konjungsi pada (R3) dan
konjungsi setelah, kata ini dan lagi pada (T6) konjungsi karena pada
(T7) dan (K10) yang berupa kata tapi dan karena, sedangkan kata akrab
(R4) mengulang kata (R2), dan bentuk-ku (T3) mengacu pada kalimat
sebelumnya yaitu (T1) kata mereka berdua (R4) mengacu pada (K5)
yaitu Putri dan Marcell bentuk- nya pada pandangannya (T9) mengacu
pada kalimat sebelumnya (R8) secara anaforis kata pandangannya
mengacu pada Elan. Hubungan kohesif yang diwujudkan dengan
konjungsi dan pengulangan menjadikan paragraf ini kohesif dan koheren.
2) ASK Penghubung/P3
Kalimat yang membentuk paragraf ini sangat erfektif karena
kalimatnya yang runtut tampak pada (T1) yang berupa kalimat tannya
kenapa dan jawabannya tertera pada kalimat (T2). Kalimat (K3)
merupakan kalimat yang panjang dan memiliki banyak informasi
contohnya dia hadir untuk menghiburku (T4). Pagi ini terasa aneh (R5)
untuk menghiburku celoteh-celoteh nakal (T6) pada kalimat ini berupa
kata ulang, dan terdapat penanda kohesi yang berupa konjungsi yang
berupa konjungsi karena yang mengacu pada alasan sebab (R7). (T8)
Kata belum mengacu pada waktu yang belum terjadi dan pada ((R9) kata
113
hati Putri terasa sakit mengacu pada kalimat sebelumnya yaitu melihat
Elan duduk melamun di pojok kelas. Penanda kohesi yang berupa
konjungsi subordinatif sebab yaitu karena dan pertentangan tapi yang
menghubungkan antarkalimat sehingga kalimat tersebut kohesif dan
koheren, dan informasi yang disampaikan dalam kalimat masih
nyambung. Maka alur susunan paragraf ini termasuk linier.
4. Korpus Data Penghubung/P4
“(K1) Lan, nanti Pak Hanna minta kita kumpul dilapangan basket sepulang “ucap Rendy, Randy adalah salah satu anggota team basket sekolah (T1), Randy cukup popular di sekolah ini, ya………..meskipun tak sepopuler Elan sang kapten basket (R1). (K2) Jam istirahat Elan gunakan bermain basket dilapangan, biasanya kalau jam istirahat seperti ini dia pergi kekantin bersama Putri untuk mengisi perut dengan semangkuk bakso (T2), tapi kali ini dia lebih memilih menghabiskan waktunya dengan bola basket yang selama ini telah akrab dengan hidupnya (R2). (K3) Sesaat dia melihat Putri bersama Marcell berjalan berdampingan (T3) dengan bergandengan tangan dan terlihat begitu mesra (R3). (K4) Emosi Elan tiba-tiba memuncak (T4), di dibrelnya bola basket yang ada ditangannya dengan tidak teratur (R4). (K5) Dia juga melempar bola dengan sembarangan hingga hampir mengenai kepala Rendy (T5), tapi untungnya Rendy cepat menangkap bola itu, Elan segera duduk dan terlihat Rendy berjalan kearahnya dan ikut duduk didekat Elan (R5).“(K6) Kamu kenapa Lan ? kok kelihatan emosi benget ? (T6) kamu ada masalah? “tanya Rendy (R6). “ (K7) Aku gak tau Ran” jawab Elan ingat kata-kata Pak Hanna kan ? kalau kita dalam keadaan emosi sebisa mungkin kita tidak mememgang bola basket (T7), dan tidak boleh melampiaskan pada bola basket, karena itu bisa membahayakan orang yang ada disekitar kita”(R7). (K8) Aku gak tau Ren”!! “Lan aku tau kamu kecewakan dengan semua ini ? dan sekarang hubungan kamu sama Putri juga jauh (T8), aku menyadari semua ini dimulai dari kedatangan anak baru itu, kalau aku perhatiin mereka juga akrab banget”(R8).“(K9) Sudahlah Ren , gak usah bahas mereka”.(T9) “Tapi Lan kamu jangan lemah gini dong! Kita harus basmi tu cowok, soalnya gara-gara tu cowok Putri juga berubah!”(R9). (K10) Please aku mohon (T10) jangan lakukan itu! cegah Elan (R10).
114
1) KKW Penghubunga/P4
Dalam paragraf ini terdapat bentuk konjungsi yang menghubungkan
antarkalimat. Hubungan antara (K1 hingga K10) saling koheren sehingga
kohesifitas dan koherenitas paragraf tampak pada kalimat tersebut. Pada
paragraf ini ditemukan pemakaian penanda kohesi hubungan gramatikal
konjungsi yang berupa (ini pada T1, kalau T2, sesaat T3, dan kata ulang
tiba-tiba T4, hingga T5), dan kata tanya kenapa (T6) yang jawabannya
ada pada kalimat (T7) dan terdapat konjungsi subordinatif kalau pada
(R8). Sedangkan kata gara-gara merupakan kata ulang dan juga
merupakan konjungsi (T9) dan kata itu juga merupakan penanda kohesi.
2) ASK Penghubung/P4
Paragraf ini terdiri atas 10 kalimat yang panjang sehingga sebenarnya
bisa diurai menjadi 15 kalimat. Namun sesuai dengan data aslinya maka
(T1-nya) adalah konstituen kita dan (R1-nya) adalah bentuk selebihnya
berupa kumpul di lapangan basket sepulang sekolah ucap Rendy, Rendy
adalah salah satu anggota team basket sekolah (T1). Kemudian (T2-nya)
adalah jam istirahat Elan gunakan untuk bermain basket di lapangan.
Dan (T3) sesaat dia melihat Putri bersama Marcell berjalan
berdampingan, (T4) berupa kata emosi Elan tiba-tiba memuncak, (T5)
dia juga melempar bola dengan sembarangan (T6) kelihatan emosi
banget. (T7) kalau kita dalam keadaan emosi sebisa mungkin kita tidak
memegang bola basket. Pada paragraf tersebut kata emosi diulang
115
sebanyak tiga kali yaitu (T4, T6, T8) perluasan kata emosi pada kalimat
teresbut mengemukakan tentang sifat-sifat orang yang memiliki emosi
tinggi, yaitu mudah marah, tidak bersikap tenang, dan sering membuat
suasana tidak nyaman. Sedangkan pada (T8) menggunakan penanda
kohesi ini sebagai bentuk acuan terhadap bentuk kelihatan emosi banget.
(T9) kata ulang gara-gara merupakan kata ulang yang mengacu pada
kedatangan anak baru itu (T10). Pada kalimat tersebut terdapat penanda
kohesi itu yang mengacu pada kalimat sebelumnya (T9) yang berupa kita
harus basmi tu cowok. Maka, susunan kedua kalimat dalam paragaraf itu
runtut dan tidak ada pelanturan. Dengan demikian alur susunan kalimat
dalam paragraf ini bersifat linier.
5. Korpus Data Penghubung/P5
(K1) Tapi kenapa? “Tanya Rendy tidak mengetahuinya.(T1) “Mereka CLBK”. Maksud kamu ? mereka pernah jadian, jadi aku mohon jangan lakukan apapun “pinta Elan sambil berlalu”(R1).(K2) Mungkinkah benar kalau cinta itu butuh pengorbanan ?inilah yang sedang dirasakan oleh Elan (T2), semua ini dirasakan Elan begitu berat , persahabatan yang telah dia bangun bersama Putri kini telah telah hancur, cintanyapun bertepuk sebelah tangan, tak pernah terfikirkan olehnya semua ini akan terjadi, Elan hanya bisa memandang Putri dari kejauhan, melihat Putri begitu bahagia bersama Marcell hati Elan terasa begitu sakit (R2). (K3) Tapi Elan tak ingin membuat Putri lebih kecewa lagi dari pada dirinya (T3), dia gak ingin merebut kebahagiaan Putri, meskipun kini hatinya begitu sakit Elan tetap berusaha tegar demi kebahagiaan Putri, karena kebahagiaan Putri adalah kebahagiaannya juga (R3).(K4) Sore ini Elan duduk sendiri di lapangan basket belakang rumahnya yang berada tepat didekat kolam renang miliknya (T4), kini bola hanya dia genggam dengan kedua tangannya (R4). (K5) Tanpa memainkannya, fikirannya selalu tentang Putri (T5), tiba-tiba Hp milik Elan berbunyi tanda panggilan masuk, segera diraihnya benda mungil itu (R5). (K6) Lan kamu dimana sih ? anak-anak udah pada nungguin kamu nih (T6) ……….suara dar seberang yang tak lain adalah Rendy (R6).(K7) Hari ini aku absen dulu ya …….soalnya aku lagi males banget (T7), kalian latihan sendiri dulu ya…….(R7). (K8) Tapi Lan kamu kan kapten kami
116
(T8), masak ……………..” belum selesai Rendy bicara telf sudah diputus sama Elan (R8). (K9) Telf sudah diputus sama Elan (T9), Elan kembali termenung, melintas difikirannya tentang bayangan masa lalunya bersama Putri (R9). (K10) Biasanya setiap Elan latihan pasti Putri selalu setia menemaninya dan membawakan minum serta handuk untuknya (T10), tapi sore ini semua itu tidak tejadi lagi, dan mungkin saat ini Putri sedang asik jalan-jalan sama Marcell untuk membangun hubungan yang baru (R10).
1) KKW Penghubunga/P5
Paragraf ini terdiri atas 10 kalimat dan kesepuluhnya memiliki
hubungan yang kohesif, meskipun kalimatnya tergolong panjang.
Hubungan kohesif itu tampak dengan jelas pada pemakaian penanda
kohesi ({tapi pada T1}, {kalau T2}, {lagi dan meskipun T3, {T4 ini}, {-
nya T5, {kata ulang anak-anak}, {lagi T7}, {tapi 8}, {sudah T9}, {-nya
T10}). Pada kata penghubung tersebut menghubungkan klausa
sebelumnya. Oleh karena itu, paragraf ini disamping memiliki hubungan
yang kohesif juga sekaligus koheren.
2) ASK Penghubung/P5
Pada paragraf ini ditemukan bagian-bagian yang memiliki bagian
tema dan rema. Seperti yang tertera (R2) cintanyapun bertepuk sebelah
tangan, tak pernah terfikirkan olehnya semua ini akan terjadi. Dan kata
bahagia yang diulang kembali pada (3). Kata kini pada (R4) mengacu
pada lapangan bola basket dan (R5) kata tiba-tiba HP milik Elan
berbunyi tanda penggilan masuk yang diacu oleh (R6). Suara dari
seberang yang tak lain adalah Rendy. Sedangkan (R7) dan (R8) terdapat
117
hubungan keterkaitan antarkalimat yang berupa kalian pada (R7) dan
diacu kata selanjutnya berupa kapten kami. Pada T10 kata semua itu
tidak terjadi lagi mengacu pada bayangan masa lalunya bersama Putri.
Atas dasar itu maka alur susunan kalimat pada paragraf ini menunjukkan
linieritas. Alur linier ini tampak dengan jelas pada urutan kalimat yang
ditelaah secara struktur tematis.
6. Korpus Data Penghubung/P6
(K1) Malam ini Elan sengaja datang kerumah Putri (T1), niatnya dia ingin minta maaf tentang semua ini (K1). “(K2) Malam Mbok, Putri ada?” (T2). “Tanya Elan pada pembantu rumah Putri (R2). “(K3) ada kok Mas” (T3). Mas Elan sekarang kok jarang ke sini sih? “tanya Mbok Minah dan Elan hanya tersenyum (R3). “(K4) Putri ada di mana Mbok?”. (T4) ‘ Non Putri ada di taman” (R4). (K5) Ya udah aku ke sana dulu ya………..” dengan perasaan ragu Elan melangkahkan kakinya menuju taman dia ingin segera bertemu sama Putri dan minta maaf padanya supaya persahabatan mereka kembali utuh lagi (T5), tapi Elan menghentikan langkahnya saat mendengar tawa Putri bersama seseorang cowok yang tak lain adalah Marcell (R5). (K6) Melihat hal itu Elan mengurungkan niatnya dan segera bergegas pulang meski hatinya begitu sakit (T6), tapi Elan tidak ingin menghancurkan kebahagiaan itu hanya gara-gara kedatangannya malam ini (R6). “(K7) Mas Elan mau kemana ?” (T7). Tanya Mbok Minah yang kebetulan melihat Elan (R7). “ (K8)Aku mau pulang Mbok” (T8) . Lho kok buru-buru banget Mas? emang sudah ketemu sama non Putri? trus juga gak biasanya Mas Elan main seburu-buru ini (R8). (K9) Aku gak jadi aja Mbok soalnya sepertinya Putri lagi bahagia banget sama Marcell (T9), ya udah aku pergi dulu ya Mbok” Elan segera masuk mobil dan pergi dari halaman rumah Putri (R9). (K10) Mobil Elan berhenti pada sebuah taman kota (T10), Elan berdiri di bawah sinar rembulan bersama bintang-bintang yang terlihat begitu damai seolah bertolak belakang dengan perasaannya malam ini (R10).
1) KKW Penghubunga/P6
Analisis paragraf ini bahwa alur susunan kalimat (bersifat tidak
linier). Berdasarkan temuan analisis tersebut, maka dapat dipastikan
118
bahwa paragraf ini tidak koheren. Hal ini terlihat pada inti pada kalimat
berikut ini,dengan perasaan ragu Elan melangkahkan kakinya menuju
taman dia ingin segera bertemu sama Putri dan minta maaf padanya
supaya persahabatan mereka kembali utuh. Pada kalimat ini tidak
terdapat hubungan antarkalimat secara argumentatif bahwa paragraf ini
kalimatnya berbelit-belit. Sehingga kalimatnya tidak kohesif dan
koheren.
2) ASK Penghubung/P6
Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu berupa Elan
mengurungkan niatnya dan segera bergegas pulang meski hatinya begitu
sakit. Disamping itu kalimat ini informasinya berputar-putar. Hal itu
dapat terlihat pada kata Pada kalimat tersebut terlalu berlebihan sehingga
menjadi tidak efektif. Juga pada kalimat berikutnya, Elan berdiri di
bawah sinar rembulan bersama bintang-bintang yang terlihat begitu
damai seolah bertolak belakang dengan perasaannya malam ini Paragraf
ini sebenarnya kesinambungan antarkalimatnya tidak efektif, sehingga
alur susunan kalimatnya tidak linier.
7. Korpus Data Penghubung/P7
(K1) Huh……..Elan hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, ingin rasanya dia marah pada dirinya sendiri, karena kecerobohannya hingga jatuh cinta pada Putri yang akhirnya membuat persahabatan ini hancur (T1), tapi semua ini sudah terlanjur dan tak ada gunannya disesali, yang harus dia lakukan adalah meminta maaf pada Putri(R1).(K2) Sekarang aku tahu alasan kamu Put, kenapa selama ini kamu menutup hatimu untuk cowok lain, aku tahu kalau ternyata semua ini karena Marcell (T2), selama ini kamu masih mencintai Marcell, dan
119
selalu setia padanya, dan kini semuanya telah berakhir, penantianmu tak sia-sia Put karena kini telah terbukti bahwa Marcell telah kembali untukmu. “Ungkap Elan pada malam”(R2). (K3) Berita tentang keretakan persahabatan antara Putri dan Elan terdengar center dipenjuru sekolah, karena nama mereka sangat popular disekolah ini (T3), Elan sang kapten basket dan Putri sang Primadona sekolah, jadi berita mereka cepat banget tersebar, dan nama Marcellah yang sering disebut-sebut sebagai orang ketiga yang menghancurkan persahabatan anatara Elan dan Putri. Hal ini membuat telinga Marcell panas (R3). (K4) Cell………..kamu yang sabar ya…….mereka itu gak tau dengan apa yang sebenarnya terjadi, (T4) persahabatan anatara aku dan Elan itu sudah renggang sebelum kamu datang (R4). (K5) Tapi saat semua itu baru diketahui anak-anak bersamaan dengan hadirnya kamu (T5), aku mohon kamu yang sabar ya……….ini cuma kesalahpahaman kok. “Pinta Putri” (R5).“(K6) Tapi Put aku gak bisa kayak gini, aku gak mau dianggap sebagai orang ketiga”. “ Cell aku yakin semua ini akan berakhir (T6), ya mungkin cinta kita emang lagi diuji, untuk mengukur seberapa besar, dan seberapa tinggi kesetiaan diantara kita”(R6). “ (K7) Put aku beruntung banget memiliki cewek seperti kamu (T7), aku gak akan pernah melepasmu lagi (R7). (K8) Marcell menggenggam tangan Putri (T8) dengan begitu lembut hingga muncul kedamaian dihati keduanya (R8). “ (K9) Jangan pernah tinggalkan aku lagi Cell” (T9), pinta Putri. Aku janji Put” keduanya tersenyum bahagia (R119).“(K10) Elan, aku mau ngomong!” (T10), Putri menarik tangan Elan (R10).
1) KKW Penghubunga/P7
Kata dalam-dalam pada (K1) berupa kata ulang dan kata
karena merupakan konjungsi subordinatif penyebaban, sedangkan kata
mereka pada (K4) mengacu pada (K3) Putri dan Elan. Dan (K5) kata
tapi merupakan konjungsi antarkalimat yang mengacu pada (K4)
persahabatan dan terdapat kata ulang anak-anak yang mengacu pada
teman di sekolah Elan, Putri, dan Marcell. (K6) kata orang ketiga
diartikan sebagai perusak hubungan orang lain. Dan kata seperti
menyatakan konjungsi pertentangan, sedangkan bentuk- nya pada pada
kata keduanya mengacu pada kesetiaan (K8). Selanjutnya kata lagi
merupakan konjungsi gabungan (K9). Dengan penanda kohesi tersebut
120
semua kalimat saling berkaitan sehingga memiliki hubungan
antarkalimat. Oleh karena itu, paragraf ini memiliki hubungan yang
kohesif sekaligus koheren.
2) ASK Penghubung/P7
Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu keretakan persahabatan
antara Putri dan Elan (K3). Selanjutnya pada (K1) kata ini merupakan
penanda kohesi gramatikal yang mengacu pada jatuh cinta pada Putri
pada kalimat sebelumnya dan bentuk-nya mengacu pada menutup
hatimu untuk cowok lain, aku tahu kalau ternyata semua ini karena
Marcell pada (K2). Dan kata persahabatan (K3) di ulang pada kalimat
berikutnya (K4). Dan satuan lingual itu mengacu pada berita tentang
keretakan persahabatan antara Putri dan Elan terdengar center
dipenjuru sekolah yang tertera pada (K3). Sedangkan satuan lingual ini
pada (K6)satuan lingual ini mengacu pada Marcelllah yang sering
disebut-sebut sebagai orang ketiga yang menghancurkan persahabatan
anatara Elan dan Putri pada (R3). Kata seperti pada (K7) mengacu
pada Putri sang Primadona (R3). Pada (R8) konjungsi hingga mengacu
pada (R9) keduanya tersenyum bahagia. Atas dasar itu maka alur
susunan kalimat pada paragraf ini menunjukkan linieritas. Alur linier ini
tampak dengan jelas pada urutan kalimat yang ditelaah secara struktur
tematis.
121
c. Analisis Paragraf Penutup
1. Korpus Data Penutup/P1
“(K1) Kamu mau ngomong apa sih Put? Sakit ni……………..lepasin tangan aku dong!!!” Pinta Elan (T1), Putri segera melepaskannya (R1). (K2) Sekarang jelasin ke aku (T2), apa maksud semua ini?” (R2).”(K3) Maksud apa? “Tanya Elan bingung”. Alah……….. gak usah sok-sok gak tau deh……….Lan kita emang lagi ada masalah (T3), tapi aku mohon jangan bawa-bawa nama Marcell dalam masalah ini!” (R3). “ (K4) Put aku gak ngerti (T4) dengan semua omongan kamu”(R4). “(K5) Kamu tu munafik tahu gak sih? Kamu tega menghasut teman-teman (T5) dengan mengadu domba Marcell” (R5). (K6) Putri bicara dengan nada yang tinggi (T6). “ Put ………..Elan memegang kedua tangan Putri (R6).. “(K7) Put aku gak setega itu (T7), Ok kalau emang aku punya salah aku minta maaf” ungkap Elan tulus (R7). “ (K8) Alah ……..makan tu kata maaf “Putri menarik tangannya dan mendorong tubuh Elan hingga beberapa langkah (T8), dan Putri langsung melangkah pergi dari hadapan Elan (R8).
(K9) Elan duduk tertegun dan berpikir (T9), sebenci itukah Putri membenci dirinya? (T9) Apakah dirinya salah karena mencintai Putri? Bukankah manusia itu berhak mencintai, dan dicintai? (R9). (K10) Elan beranjak pergi dan melangkahkan kakinya melewati koridor-koridor kelas dengan langkah yang begitu gontai (T10), fikirannya sudah gak karu-karuan, dia berjalan sambil melamun hingga tak sadar dia menabrak Pak Hanna yang tak lain adalah pembimbing team basket sekolah (R10).
1) KKW Penutup/P1
Analisis paragraf ini bahwa alur susunan kalimat (bersifat tidak
linier). Berdasarkan temuan analisis tersebut, maka dapat dipastikan
bahwa paragraf ini tidak koheren. Hal ini terlihat pada juga pada
kalimat berikutnya, fikirannya sudah gak karu-karuan, dia berjalan
sambil melamun hingga tak sadar dia menabrak Pak Hanna yang tak
lain adalah pembimbing team basket sekolah (T10) didasarkan secara
argumentatif bahwa paragraf ini pada kalimatnya berbelit-belit.
Sehingga kalimatnya tidak kohesif dan koheren.
122
2) ASK Penutup/P1
Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu berupa apakah dirinya
salah karena mencintai Putri. Disamping itu kalimat ini informasinya
berputar-putar. Hal itu dapat terlihat pada kata temen-temen kamu sudah
banyak yang ngomong, terus sekarang kamu gak semangat lagi dalam
team, kamu juga sudah beberapa kali tidak ikut latihan, saya cuma
ingin keterbukaan kamu Lan…………”. Elan masih terdiam. Pada
kalimat tersebut terlalu berlebihan sehingga menjadi tidak efektif. Juga
pada kalimat berikutnya, fikirannya sudah gak karu-karuan, dia
berjalan sambil melamun hingga tak sadar dia menabrak Pak Hanna
yang tak lain adalah pembimbing team basket sekolah (T10). Paragraf
ini sebenarnya kesinambungan antarkalimatnya tidak efektif, sehingga
alur susunan kalimatnya tidak linier.
2. Korpus Data Penutup/P2
“(K1) Aduh Pak maaf, saya gak sengaja”(T1), ucap Elan spontan(1). (K2) Pak Hanna langsung merangkul pundaknya. (T2) “ ikut saya “ kata Pak Hanna tiba-tiba Elan nurut” (R2). (K3) Elan dan Pak Hanna duduk di tepi tempat latihan basket team Elan.” Sekarang cerita sama saya, (T3) sebenarnya kamu ada masalah apa? "Tanya Pak Hanna penuh wibawa (R3). “(K4) Gak ada masalah apa-apa kok Pak (T4)“ elak Elan, dan Pak Hanna langsung tertawa (R4). “(K5) Elan …………Elan…………kamu gak usah bohong sama saya, (T5) temen-temen kamu sudah banyak yang ngomong, terus sekarang kamu gak semangat lagi dalam team, kamu juga sudah beberapa kali tidak ikut latihan, saya cuma ingin keterbukaan kamu Lan…………”. Elan masih terdiam (R5).“(K6) Saya tahu kamu baru ada masalah sama Putri (T6), semua siswa di sekolah ini juga sudah tahu Lan”(R6). (K7) Makasih Pak, Bapak sudah sangat perhatian sama saya, tapi untuk kali ini saya tidak ingin cerita sama orang lain dulu Pak (T7), karena saya takut semuanya malah jadi tambah ribet” Ungkap Elan (R7). “(K8) Ya udah
123
kalau kamu tidak mau cerita, saya tidak akan memaksa (T8), ya sudah kalau begitu saya pergi dulu, kamu masih mau tetap di sini?”(R8).“(K139) Cell…………..please dengerin aku dulu, Ok, aku tahu kamu marah sama aku (T9), tapi kamu juga harus tahu donk……….kalau aku gak salah, ini semua gara-gara Elan yang sikapnya kekanak-kanakan ucap Putri (R9). “(K10) Udahlah Put aku tu dah capek harus kayak gini (T10), di sana-sini disebut sebagai perusak hubungan orang lain. “Marcell begitu kesal”(R10).
1) KKW Penutup/P2
Paragraf ini kami bagi menjadi 10 kalimat yang menghubungkan
antarkalimat selain itu terdapat kata ulang tiba-tiba pada (R2) dan kata
ulang lagi merupakan konjungsi gabungan. (R5) dan satuan lingual ini
merupakan penanda kohesi (R6). Menggunakan konjungsi tapi, karena
yang merupakan konjungsi pertentangan dan penyebaban dan pada (T7)
mengacu pada (R6). (K8) kata kalau menyatakan syarat. (R9) kata tapi
merupakan konjungsi pertentangan. Dan satuan lingual sana--sini
merupakan penanda kohesi gramatikal. Paragraf ini keruntutan
kalimatnya tidak tampak dan meloncat-loncat sehingga tidak kohesif
juga koheren.
2) ASK Penutup/P2
Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu berupa Saya tahu kamu
baru ada masalah sama Putri. Disamping itu temen-temen kamu sudah
banyak yang ngomong, terus sekarang kamu gak semangat lagi dalam
team, kamu juga sudah beberapa kali tidak ikut latihan, saya cuma
ingin keterbukaan kamu Lan…………”. Elan masih terdiam kalimat ini
informasinya berputar-putar. Hal itu dapat terlihat pada kata (R5). Juga
pada kalimat berikutnya Cell…………..please dengerin aku dulu, Ok,
124
aku tahu kamu marah sama aku (T139), tapi kamu juga harus tahu
donk……….kalau aku gak salah, ini semua gara-gara Elan yang
sikapnya kekanak-kanakan ucap Putri (R9) sehingga menjadi tidak
efektif. Paragraf ini sebenarnya tidak berkesinambungan
antarkalimatnya tidak efektif, sehingga alur susunan kalimatnya tidak
linier.
3. Korpus Data Penutup/P3
“(K1) Tapi Cell ini bukan salahku, aku mohon Cell……..aku tu sayang banget sama kamu (T1), aku gak mau kejadian yang dulu itu terulang lagi (R1). “(K2) Air mata yang jatuh dipipi Putri (T2), seolah mengiring ucapan Putri (R2). “(K3) Ah gak tau ah!!! Aku mau pulang dan istirahat (T3), Marcell beranjak dan segera masuk ke dalam mobil miliknya (R3). “ (K4) Marcell tunggu Marcell!! “ Putri mengetuk kaca mobil (T4), tapi Marcell tak menggubrisnya, dan segera menghidupkan mesin mobilnya (R4).“(K5) Marcell tunggu, aku mohon……….aku sayang banget sama kamu (T5), aku gak mau kehilangan kamu (R5). “(K6) Ungkap Putri, tiba-tiba hujan lebat turun mengguyur taman kota di sore ini hingga membasahi tubuh Putri (T6), seakan-akan langit ikut menangis melihat kegundahan hati Putri, Putri tertegun diatas tanah (R6). (K7) Tiba-tiba sebuah payung melindunginya dari air hujan (T7), Putri terkejut dan mencoba berdiri, untuk melihat siapa orang yang telah membawa payung itu (R7).“(K8) Kamu ?! “Putri begitu terkejut melihat orang itu yang tak lain adalah Elan, tiba-tiba tangan Putri melayang di pipi Elan (T8), Putri begitu emosi, dan tak bisa mengendalikan diri hingga dia tega menampar Elan (R8). (K9) Elan segera memegang pipinya yang terasa sakit ,(T9) karena tamparan Putri, Putri langsung lari dari hadapan Elan (R9). “(K10) Putri tunggu! “Elan mencoba mengejarnya (T10), Putri terus berlari hingga Elan berhasil menarik tangannya. “Put tunggu!”. Lepasin aku, aku benci sama kamu”. “Putri mencoba berontak”(R10).
125
1) KKW Penutup/P3
Konjungsi tapi pada (K1) berupa konjungsi pertentangan,
sedangkan kata nya pada (K3) mengacu pada Marcell. Dan (R6) kata
seakan-akan merupakan kata ulang.dan satuan lingual itu pada (T7)
mengacu pada sebuah payung melindunginya dari air hujan. Dengan
penanda kohesi tersebut semua kalimat saling berkaitan sehingga
memiliki hubungan antarkalimat. Oleh karena itu, paragraf ini memiliki
hubungan yang kohesif sekaligus koheren. Meskipun kalimatnya
melompat-lompat, dan kalimat yang digunakan tidak efektif.
2) ASK Penutup/P3
Paragraf ini memiliki gagasan pokok yaitu“Putri begitu terkejut
melihat orang itu yang tak lain adalah Elan, tiba-tiba tangan Putri
melayang di pipi Elan (T8). Selanjutnya pada (K1) kata tapi merupakan
pertentangan. Atas dasar itu maka alur susunan kalimat pada paragraf ini
menunjukkan tidak linier. Alur linier tidak tampak dengan jelas pada
urutan kalimat yang ditelaah meloncat-loncat dan berputar-putar sehingga
alur susunan kalimatnya tidak linier.
4. Korpus Data Penutup/P4
“ (K1) Put, Ok, aku tahu kamu marah sama aku, mungkin sampai benci sama aku, tapi please Put sekarang kamu pulang, ini hujan lebat benget (T1), aku gak, mau kalau kamu samapai sakit”(R1). (K2) Alah………….. gak usah sok care sama aku, kamu itu…………”kalimat itu…………….” Kalimat Putri menggantung (T2), tubuhnya jatuh diatas tanah. Elan segera membopongnya dan membawanya pulang (R2).
126
(K3) Sampai malam Putri belum terbangun, mungkin dia sengaja untuk sekalian tidur, Elan menunggu dibawah terlihat tidak tenang (T3), wajahnya terlihat begitu capek”(R3). (K4) Mbok Minah mencoba mendekati Elan sambil membawakan secangkir kopi. “Tapi Mbok gimana dengan Putri?(T4). Mas Elan gak usah terlalu khawatir mungkin non Putri langsung tidur, ya udah, ya Mas, Mbok tinggal dulu”. Elan duduk diatas sofa ruang tamu rumah Putri, dia merasa badannya begitu capek, hingga tak terasa dia telah tertidur (R4). (K5) Jam menujukkan pukul 22.30 WIB, Putri bangun dan menuruni tangga, dia melihat Elan tertidur dengan begitu pulas, tiba-tiba dia merasa bersalah kepada Elan (T5), Putri berjalan mendekati Elan (R5). “ (K6) Non Putri………..”Mbok Minah terkejut melihat Putri (T6). “Sssssssssssstt………”Putri member isyarat, dan Mbok Minah mengangguk, Putri menyuruhnya untuk segera pergi tidur (R6).
“(K7) Lan……………….aku minta maaf, gak seharusnya aku bersikap kaya gini sama kamu, karena aku sadar ini semua bukan salah kamu (T7), kamu suka sama akupun itu bukan salah kamu (R7). (K8) Aku bertengkar sama Marcell juga bukan salah kamu, aku tahu kenapa teman-teman bersikap seperti itu sama Marcell (T8), semata-mata, karena mereka care sama persahabatan kita, maka dari itu aku bener-bener minta maaf sama kamu Lan”(R8). “(K9) Ungkap Putri (T9), tapi Elan masih terjaga dalam tidurnya” (R9). (K10) Pagi ini terasa begitu dingin, hingga rasa malaspun menyelimuti tubuh-tubuh orang yang masih terlelap (T10), Elan terbangun dari tidur, dia terkejut melihat Putri tidur disampingnya (R10).
1) KKW Penutup/P4
Paragraf ini kami bagi dalam 10 kalimat yang menghubungkan
antarkalimat. Oleh karena itu, pemakaian penanda kohesi pun tampak
tidak berfungsi untuk menghubungkan antarkalimat di dalam paragraf itu.
Misalnya konjungsi tapi pada (K2) tidak ada kaitannya dengan (K1)
maupun (K3) begitu selanjutnya (K4 hingga K10). Kesimpulannya,
paragraf ini tidak kohesif juga tidak koheren.
2) ASK Penutup/P4
Paragraf ini terdiri atas sepuluh kalimat yang tidak saling
berhubungan. Hal ini tampak pada kalimat aku tahu kamu marah sama aku
127
mungkin sampai benci sama aku (K1). (K2) nggak usah care sama aku ,
tubuhnya jatuh diatas tanah (K3), Mbok Minah mencoba mendekati Elan
(K5). Mbok Minah terkejut melihat Putri (K6). Lan aku minta maaf, gak
seharusnya aku bersikap kayak gini sama kamu (K7). Aku bertengkar
sama Marcell juga bukan salah kamu (K8). Ungkap Putri (K9) pagi ini
begitu dingin.
Pada paragraf ini kalimatnya berbelit-belit dan berputar-putar. Hal
ini tampak pada (K1) aku tahu kamu marah sama aku mungkin sampai
benci sama aku, tapi please ini hujan lebat. Kalimat tersebut berlebihan
sehingga menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Harusnya cukup dengan
salah satu kalimat saja misalnya dengan kata marah atau benci dipilih
salah satu saja. Selanjutnya kerancuan kalimat tampak pada sekarang
hujan lebat tidak ada kaitannya dengan marah atau benci. Maka atas
dasar itu alur susunan kalimat paragraf ini bersifat tidak linier.
128
A. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kohesi gramatikal
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa peranti kohesi, antara lain; (1)
pengacuan (reference), (2) penyulihan (substitution) (3) penghilangan (ellipsis),
(4) konjungsi (conjungtion), dan (5) kohesi leksikal (lexikal cohesion). Berikut ini
penjelasan secara singkat kelima peranti kohesi tersebut.
a. Pengacuan
Dalam wacana fiksi siswa yang sudah dianalisis, terdapat beberapa
bentuk pengacuan, antara lain (1) pengacuan persona, (2) pengacuan demonstratif,
dan (3) pengacuan komparatif. Di bawah ini penjelasan secara singkat ketiga
bentuk pengacuan tersebut.
(1) Pengacuan Persona
Kekasihku Saudaraku
Dalam wacana cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu dan
Pertemuan Singkat ditemukan beberapa jenis penggunaan pengacuan persona.
Penggunaan pengacuan persona pada wacana cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar
Malam Minggu dan Pertemuan Singkat. Berikut ini tabel pengacuan persona pada
cerpen ”Kekasihku Saudaraku”.
129
Tabel 2. Pengacuan Persona Cerpen Kekasihku Saudaraku
Wacana
Judul
Pronomina Persona I
Pronomina Persona II
Pronomina Persona III
Tunggal Jamak Tung-gal
Tung-gal
Tunggal Jamak
Aku kita Kami kamu kalian
-nya dia Mereka
Cerpen Kekasihku
Saudaraku
41 2 - 30 - 19 27 5
Adapun bentuk persona yang ditemukan dalam cerpen ” Pacar Malam
Minggu” dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Pengacuan Persona Cerpen Pacar Malam Minggu
Wacana
Judul
Pronomina Persona I
Pronomina Persona II
Pronomina Persona III
Tunggal Jamak tunggal
jamak Tunggal Jamak
Aku Kita
Kami kamu kalian
-nya dia Mereka
Cerpen Cerpen Pacar
Malam Minggu
10 - 3 7 1 24 9 -
130
Adapun bentuk persona yang ditemukan dalam cerpen ” Pertemuan
Singkat” dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Pengacuan Persona Cerpen Pertemuan Singkat.
Wacana
Judul
Pronomina Persona I
Pronomina Persona II
Pronomina Persona III
Tunggal
Jamak tunggal jamak Tunggal Jamak
Aku Kita kami Kamu kalian
-nya dia Mereka
Cerpen Cerpen Pertemuan Singkat
9 1 3 16 - 38 4 4
Dari temuan penggunaan kohesi gramatikal berupa pengacuan persona,
cerpen Kekasihku Saudaraku tidak ditemukan pengacuan persona berupa
pronomina persona I bentuk jamak. Berbeda dengan cerpen Pacar Malam Minggu
pronomina persona I jamak, dan pronomina persona II tunggal yaitu berupa kata
kalian yang mengacu pada Satpam. Penggunaan pengacuan persona yang
ditemukan paling dominan berupa pengacuan persona I bentuk tunggal aku yang
mengacu pada tokoh utama sebagai pelaku utama dalam cerita tersebut. Perbedaan
penggunaan pengacuan pronomina persona dari ketiga cerpen tersebut dapat
dilihat secara lengkap pada tabel berikut.
131
Tabel 5. Adapun bentuk persona yang ditemukan Hasil dari Ketiga
Cerpen (Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu dan Pertemuan
Singkat) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Wacana
Judul
Pronomina Persona I
Pronomina Persona II
Pronomina Persona III
Tunggal Jamak Tung-gal
Jamak Tunggal Jamak
aku Kita kami kamu Kalian
-nya dia Mereka
Cerpen Cerpen Pertemuan Singkat
41 2 _ 30 _ 19 27 5
Pacar Malam Minggu
10 _ 3 7 1 24 9 _
Pertemuan Singkat
9 1 3 16 _ 38 4 4
(2) Pengacuan Demonstratif
Dari hasil analisis pada karangan fiksi siswa MAN, telah ditemukan
penggunaan kohesi gramatikal berupa pengacuan demonstratif (waktu, dan
tempat). Pengacuan demonstratif digunakan dalam wacana pada cerpen
Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat, dapat
dilihat pada tabel berikut.
132
Tabel 6. pengacuan demonstratif yang ditemukan dalam cerpen
Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat
adalah sebagai berikut.
Pengacuan Demonstratif Waktu Tempat
Kekasihku Saudaraku Detik-detik Di rumah Putri
Pacar Malam Minggu Malam hari Di rumah kania
Pertemuan Singkat Pagi hari Di rumah Risma
Penggunaan pengacuan demonstratif pada cerpen Kekasihku Saudaraku,
Pacar Malam Minggu tidak terdapat perbedaan. Pada ketiga cerpen tersebut
ditemukan pengacuan waktu lebih dominan dalam penggunaanya diantara ketiga
cerpen tersebut.
(3) Pengacuan Komparatif
Tabel 7. Pengacuan komparatif telah ditemukan (satuan lingual, pembanding)
cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat.
Dapat dilihat pada tabel berikut.
Pengacuan Komparatif Satuan lingual pembanding
Kekasihku Saudaraku
Pacar Malam Minggu Kekasihku Saudaraku
Seperti, bagai
- -
Indahnya mata Roni, dengan mata elang
- -
Pengacuan komparatif pada contoh di atas penulis gunakan untuk
perbandingan dua hal yang mempunyai kemiripan.
133
b. Penyulihan (substitusi)
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk penyulihan atau
substitusi (nominal, verbal, frasal, klausal) pada karangan fiksi siswa. Di bawah
ini akan dipaparkan secara singkat dalam bentuk tabel.
Tabel 8. substitusi cerpen Kakasihku Saudaraku, dan Pacar Malam Minggu dan
Pertemuan Singkat
Cerpen Substitusi nominal
Substitusi verbal
Substitusi frasal
Substitusi Klausal
Kekasihku Saudaraku
Suara riuh, suaranya
Tangan Putri melayang di pipi Elan, menampar
Bertolak belakang dengan perasaannya malam ini, diganti ini, Masa lalunya bersama Putri, diganti ini
Sebuah tangan, diganti itu, cinta yang pernah ada Cowok yang tadi bersama Putri di kantin yang tak lain adalah Marcell, Elasn juga datang ke rumah Putri,
Pacar Malam Minggu
Suara mata yang indah milik Roni, mata itu seindah mata elang
Suasana hening, tak terdengar seucap kata pun
-
Pertemuan Singkat
Ikhwan itu, Haris
Optimis, tidak putus asa
Penggunaan substitusi dari ketiga crepen tersebut banyak ditemukan pada
cerpen Kekasihku Saudaraku, yang berupa substitusi klausal. Sedangkan pada
134
substitusi frasal dan klausal tidak ditemukan pada cerpen Pacar Malam Minggu,
dan Pertemuan singkat.
c. Pelesapan (elipsis)
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk pelesapan atau elipsis
pada karangan fiksi siswa. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat dalam
bentuk tabel.
Tabel 9. Pelesapan cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu dan
Pertemuan Singkat
Elipsisis Kalimat Pelesapan kalimat
Kekasihku Saudaraku Celoteh-celoteh nakal dengan nada yang menggoda
Celoteh-celoteh nakal dengan nada yang menggoda tak terdengar
Pacar Malam Minggu - -
Pertemuan Singkat - -
Pada contoh substitusi dia atas ditemukan beberapa pelesapan tak
terdengar yang berfungsi sabagai pelengkap. Sedangkan pada cerpen Pacar
Malam Minggu, dan Pertemuan Singkat tiadak kami temukan pelesapan.
d. Konjungsi
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk konjungsi atau
penghubung pada karangan fiksi siswa. Di bawah ini akan dipaparkan secara
singkat dalam bentuk tabel.
135
Tabel 10. Konjungsi cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu dan
Pertemuan Singkat
Cerpen Koordianatif Subordinatif Antarkalimat
Kekasihku Saudaraku
melainkan, tapi, dan
Waktu (sesaat), penyebaban (karena), pengakibatan (hingga), tujuan (untuk), cara (dengan), penjelasan (bahwa, dengan)
Tapi, bahkan
Pacar Malam Minggu
Waktu (ketika), syarat (jika), pengakibatan (sampai), kosesif (meskipun)
Peryemuan Singkat
Sedangkan Waktu (setelah), syarat (kalau), penyebaban (sebab), pengakibatan (sehingga), tujuan (supaya), cara (dengan), pengandai (kalaupun)
Apalagi, selain itu, namun
Pada tabel diatas ditemukan konjungsi subordinatif pada cerpen
Kekasihku Saudaraku sangat dominan jika dibandingkan dengan konjungsi
koordinatif dan antarkalimat pada cerpen Pacar Malam Minggu, dan Pertemuan
Singkat.
2. Kohesi leksikal
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk kohesi leksikal pada
karangan fiksi siswa. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat dalam bentuk
tabel.
136
Tabel 11. kohesi leksikal cerpen Kekasihku Saudaraku, Pacar Malam Minggu
dan Pertemuan Singkat
Cerpen Repetisi Sinonimi hiponimi kolokasi antonimi Kekasihku Saudaraku
Masa lalunya (masa lalu), persahabatan
Keresahan (kegundahan)
Berita (center)
perasaannya Gaduh (diam), mebentak (lembut)
Pacar Malam Minggu
Cewek itu, seorang,
Menawan (mempesona)
Bintang (malam)
Dia marah pada dirinya
Pertemuan Singkat
Majalah Annida, beliau
Tak disangka (tak diduga)
Negara (Singapore)
Ungkap Elan pada malam
Pada analisis kohesi leksikal tabel di atas tampak bahwa analisis ketiga
cerpen tersebut antonimi tidak tampak pada cerpen Pacar Malam Minggu dan
Pertemuan Singkat.
3. Linieritas Wacana
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk linearitas wacana pada
karangan fiksi siswa. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat dalam bentuk
tabel.
Tabel 12. Pembahasan Hasil Penelitian Linieritas Wacana
No Paragraf KKW ASK
1 Pembuka /P1 Kohesif dan Koheren Linier
2 Pembuka /P2 Kohesif dan Koheren Linier
3 Pembuka /P3 Tidak kohesif dan Koheren
Tidak linier
4 Pembuka /P4 Kohesif dan Koheren Linier
137
5 Pembuka /P5 Tidak kohesif dan Koheren
Tidak linier
6 Penghubung/P1 Kohesif dan Koheren Linier
7 Penghubung/P2 Kohesif dan Koheren Linier
8 Penghubung/P3 Kohesif dan Koheren Linier
9 Penghubung/P4 Kohesif dan Koheren Linier 10 Penghubung/P5 Kohesif dan Koheren Linier
11 Penghubung/P6 Tidak kohesif dan Koheren
Tidak linier
12 Penghubung/P7 Kohesif dan Koheren Linier
13 Penutup/P1 Tidak kohesif dan Koheren
Tidak linier
14 Penutup/P2 Tidak kohesif dan Koheren
Tidak linier
15 Penutup/P3 Tidak kohesif dan Koheren
Tidak linier
16 Penutup/P4 Tidak kohesif dan Koheren
Tidak linier
Berdasarkan hasil pembahasan dari 16 paragraf di atas, di bagi menjadi
paragraf pembuka yang berjumlah 5 buah dan yang tidak kohesif dan koheren
sebanyak 2 buah , penghubung berjumlah 7 buah, dan terdapat sebuah paragraf
yang tidak kohesif dan koheren dan penutup berjumlah empat buah dan semuanya
tidak kohesi dan koheren juga tudak linier. Demikian halnya dengan hasil analisis
penggunaan peranti keterpaduan (kohesi), baik dari aspek gramatikal maupun
leksikal cukup memenuhi syarat keterpaduan wacana.
138
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini hanya menganalisis wacana pada cerpen siswa yang ditulis
oleh siswa MAN Tempursari, Mantingan, Ngawi. Jadi tidak meneliti keseluruhan
cerpen yang terdapat pada cerpen tersebut. Artinya, penelitian ini tidak meneliti
wacana cerpen. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Peranti/penanda keterpaduan yang berupa pengacuan dan konjungsi
menjadi alat yang paling dominan diantara elipsis, substitusi dari aspek
gramatikal. Peranti keterpaduan yang berupa ellipsis dan substitusi relatif
tidak dominan. Sementara itu, aspek leksikal didominasi oleh pemunculan
peranti repetisi. Peranti lainnya yang berupa sinonimi, antonimi, kolokasi,
hiponimi, dan ekuivalensi tidak menunjukkan keseringan pemunculan atau
pemakaiannya.
2. Tingkat koherensi dan linieritas pada paragraf pembuka dalam cerpen ini
memiliki tingkat koherenitas dan linieritas yang tinggi. Artinya, tujuh buah
paragraf yang telah dianalisis ada sebuah paragraf penghubung yang tidak
koheren dan tidak linier.
3. Tingkat koherensi dan linieritas pada paragraf penutup dalam cerpen
karangan siswa memiliki tingkat koherenitas dan linieritas yang rendah
Artinya, empat buah paragraf yang telah dianalisis semua paragraf penutup
tidak koheren dan tidak linier;
137
139
4. Secara keseluruhan dari 16 paragraf dalam cerpen yang ditulis oleh siswa
MAN Tempursari, Mantingan, Ngawi memiliki tingkat koherensi dan
linieritas yang sedang. Hal ini dibuktikan bahwa ada tujuh paragraf dari
lima belas paragraf yang tidak koheren dan tidak linier.
Atas dasar temuan di dalam penelitian ini, maka untuk mencapai hasil
yang maksimal dalam penulisan cerpen, khususnya dalam karangan. Siswa perlu
serius mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian, mereka dapat
memahami hal-hal pokok dalam komposisi.
B. Implikasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa wacana dalam sebuah paragraf yang
koheren dipastikan bersifat linier dan paragraf yang tidak koheren dapat
dipastikan tidak linier. Koherensi sebuah paragraf berhubungan sangat signifikan
dengan linieritas. Paragraf yang kohesif dapat saja tidak koheren tetapi tetap
memiliki sifat yang tidak linier.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu diupayakan peningkatan
pembelajaran menulis karangan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1. Menambahkan peranti kohesi baik leksikal maupun gramatikal dalam
penulisan karangan, sehingga dapat diketahui keterpaduan bentuk dalam
sebuah paragraf.
2. Menunjukkan kelinieran kalimat supaya kalimat tersebut terlihat urut dan
teratur pola susun kalimatnya.
140
C. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di muka, peneliti
perlu menyampaikan beberapa saran sebagai berikut
1. Saran untuk Guru
Penggunaan seluruh peranti kohesi wacana, selalu dimanfaatkan dalam
penulisan karangan meskipun frekuensi pemakaiannya masih jarang digunakan .
2. Saran untuk Siswa
a. Dalam membuat karangan siswa harus memeperhatikan keterpaduan
wacana antarkalimat sehingga kalimat tersebut menjadi kohesif dan
koheren.
b. Kebiasaan menulis sangat menentukan tingkat penulisan yang tinggi,
maka siswa perlu banyak berlatih menulis agar keruntutan dalam kalimat
dijadikan prioritas dalam menentukan kosa-kata yang dipilih sehingga
kelinieran kealimat dapat terlihat.
141
DAFTAR PUSTAKA
Angermeyer, Philipp Sebastian. 2002. “Lexical cohesion in multilingual conversation”. International Journal of Bilingualism December 01. (Dalam http://www.accessmylibrary.com/article-1G1-95794125/lexical-cohesion-multilingual-Bilingualism) diunduh pada 1 Januari 2010 Pukul 20.00 WIB.
Anton, Moeliono M. Et al. (Ed).1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Baryadi Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta : Pustaka Gondo Suli.
Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana (“edisi terjemahan oleh Soetikno dari judul asli Discourse Analysis”). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE.
Cook, Guy. 1989. Discourse. Oxford: University Press.
Cartwright, 1968). “Cohesion”. International Journal of Management, Sep 2006 (Dalamhttp://findarticles.com/p/articles/mi_qa5440/is_200609/ai_n21399904/ ) diunduh pada 4 Februari 2010 Pukul 20.10 WIB.
Dick Hartoko. 1992. “Pemakaian Bahasa Indonesia Sebagai Selubung Kenyataan” dalam PELLBA 5. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya.
Edmonson, W. 1981. Spoken Discourse: A Model for Analysis. London: Longman.
Efri .2005.“Wacana’’(dalam http://baikoeni.multiply.com/journal) diunduh pada 12 Juni 2009, pukul 16.33 WIB.
Fuad Abdul Hamid. 1988. “Keterpelajaran dalam konteks Pemerolehan Bahasa” dalam PELLBA II. Jakarta: Unika Atmajaya.
Gorys, Keraf,. 1955. Eksposisi. Jakarta: Grasindo.
142
Gudwinski, Waldemar. 1976. Cohesion in Literary Texts: A Study of Some Gramatical and Lexikal Features of English Discourse. The Hague: Mouton.
Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar. London:Edward Arnold.
Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan 1976.Cohesion in English. London: Longman.
__________.1994. Bahasa , Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial (“edisi terjemahan oleh Asruddin Barori Tou dari judul asli Languag, Context, and Text: Aspek of Language in a social semiotic perspective”). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Harimurti, Kridalakasana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hasan Alwi, , et al. 1999. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Henry Guntur Tarigan dan Jago Tarigan. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa .
__________ . 1993. Pengajaran Wacana. Bandung:Angkasa.
Herman. J. Waluyo. 2006 Teori Pengkajian Sastra: Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Knouse, Stephen B. 2006. “Task Cohesion: A Mechanism for Bringing Together Diverse Teams”. International Journal of Management, Sep 2006. (Dalam http://findarticles.com/p/articles/mi_qa5440/is_200609/ai_n21399904/) diunduh pada 1 Januari 2010 Pukul 20.00 WIB.
Lamuddin Finoza. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia
Morgan, Gary. 2000. “Discourse cohesion in sign and speech”. International Journal of Bilingualism, Vol. 4, No. 3, 279-300.
143
Muller, Natascha. 2005. lexical cohesion. International Journal of Bilingualism Cantone June 1. (Dalam www.IndonesianCupid.com) diunduh pada 4 Februari 2010 pukul 20.05 WIB
Nikmah Nurul Hidayati. 2007. “Menyelami Analisis wacana Melalui Paradigma Kritis’’. (dalam http://dictum4magz.wordpress.com), diunduh pada Mei 2009 pukul 14.35.
Nunan, David. 1992. Mengembangkan Pemahaman Wacana: Teori dan Praktek, terjamahan EllyW. Silangen. Jakarta: Rebia Indah Prakasa.
Oshima, Alice dan Ann Hogue.1997. Introduction to Academic Writing. New York: Longman.
Ramlan, M. 1993. Paragraf, Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offiset.
Reid, Joy M. 1988. The Process of Composition (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall Regents.
________.1994 .The Process of Paragraf Writing (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall Regents.
Richards, J. 1974. Eror Anlysis. London: Longman.
Robins, r.h. 1992. Linguistik Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.
Sabarti Akhadiah, dkk.1992. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.
Sarwiji Suwandi. 1990. Pengantar Semantik. Surakarta: Universaitas Sebelas Maret.
. 2008. Serbalinguistik. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Stubbs, Michael. 1983. Discourse Analysis: The Sociolinguistik Analysis of Natural Language. Oxford: Basil Blackeell.
Suparno dan Martutik. 2008. “Kajian Wacana Bahasa Indonesia (dalam http://massofa.wordpress.com), diunduhpada 27 Juni 2009 pukul 17.05.
Tina Hartrina. 1999. “Kesalahan-Kesalahan Umum Penyusunan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Karangan Mahasiswa Universitas Diponegoro” dalam
144
Lingua Artistika, No. 3, Tahun XXII. Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Zuchridin Suryawinata. 1991. Bahasa Indonesia untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Malang: YA3.
Zuhud, Dudih A. 1991.’’Unsur-Unsur Pemhaman Wacana” dalam Bianglala Bahasa. Bandung: ITB Bandung.