KOEFISIEN PARTISI

19
KOEFISIEN PARTISI A. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform-air. B. LANDASAN TEORI Pengetahuan tentang partisi penting untuk ahli farmasi, karena prinsip ini melibatkan beberapa bidang ilmu farmasetik. Termasuk disini pengawetan system minyak air, kerja obat pada tempat yang tidak spesifik, absorpsi dan distribusi obat ke seluruh tubuh. Suatu zat dapat larut ke dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling bercampur. Jika kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan berdistribusi diri diantara kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke dalam pelarut tidak bercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk

description

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO PERCOBAAN III

Transcript of KOEFISIEN PARTISI

Page 1: KOEFISIEN PARTISI

KOEFISIEN PARTISI

A. TUJUAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap

koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran

pelarut kloroform-air.

B. LANDASAN TEORI

Pengetahuan tentang partisi penting untuk ahli farmasi,

karena prinsip ini melibatkan beberapa bidang ilmu farmasetik.

Termasuk disini pengawetan system minyak air, kerja obat pada

tempat yang tidak spesifik, absorpsi dan distribusi obat ke

seluruh tubuh. Suatu zat dapat larut ke dalam dua macam

pelarut yang keduanya tidak saling bercampur. Jika kelebihan

cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam campuran dari dua

cairan tidak bercampur, zat itu akan berdistribusi diri diantara

kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu

ditambahkan ke dalam pelarut tidak bercampur dalam jumlah

yang tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut

tetap berdistribusi diantara kedua lapisan dengan perbandingan

konsentrasi tertentu (Marten, dkk., 2009).

Untuk meningkatkan fluks obat yang melewati membran

kulit, dapat digunakan senyawa-senyawa peningkat penetrasi.

Fluks obat yang melewati membran dipengaruhi oleh koefisien

Page 2: KOEFISIEN PARTISI

difusi obat melewati stratum corneum, konsentrasi efektif obat

yang terlarut dalam pembawa, koefisien partisi antara obat dan

stratum corneum dan tebal lapisan membran. Peningkat

penetrasi yang efektif dapat meningkatkan koefisien difusi obat

ke dalam stratum corneum dengan cara mengganggu sifat

penghalangan dari stratum corneum. Peningkat penetrasi dapat

bekerja melalui tiga mekanisme yaitu dengan cara

mempengaruhi struktur stratum corneum, berinteraksi dengan

protein interseluler dan memperbaiki partisi obat, coenhancer

atau cosolvent kedalam stratum corneum (Sukmawati, A., dan

Suprapto, 2010).

Pada ekstraksi solven, pembagian solut antara dua cairan

yang tidak saling larut memberikan banyak kemungkinan yang

menarik bagi pemisahan-pemisahan secara analitik. Dari pelarut

yang digunakan salah satunya adalah air, oleh karena itu,

koefisien partisi dalam hal ini secara nyata dipengaruhi oleh sifat

kimia pelarut kedua. Pelarut kedua yang banyak digunakan

adalah eter, kloroform dan hidrokarbon. Biasanya senyawa

dilarutkan dalam air, kemudian diekstraksi dengan pelarut

organik. Kelarutan merupakan fungsi dari kompetisi antara

interaksi zt terlarut –zat terlarut, sedangkan koefisien

distribusi/partisi dipengaruhi oleh interaksi zat terlarut-pelarut.

Keadaan ini akan menjadi lebih kompleks karena tercampurnya

Page 3: KOEFISIEN PARTISI

secara parsial semua pelarut dan masing-masing fase akan jenuh

oleh fase lainnya (Wulandari, Y., dan Mirzayanti, 2000).

Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi

hasil reaksi. Proses reaksi ini ada yang berlangsung sangat

cepat, cepat dan ada yang berlangsung lambat maupun sangat

lambat. Pembahasan tentang kecepatan atau laju reaksi disebut

kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara

menentukan laju reaksi dan faktor yang mempengaruhinya.

Salah satu penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya. Ada

yang yang reaktif dan ada yang kurang reaktif. Pada umumnya

faktor yang berpengaruh adalah sifat pereaksi, konsentrasi, suhu

dan katalis. Jumlah yang terlibat dalam suatu reaksi disebut

kemolekulan reaksi. Jumlahnya ada yang satu, dua dan tiga,

yang berturut – turut disebut unimolekuler, bimolekuler dan

termolekuler. Sedangkan menurut ordenya, ada reaksi berorde

satu, dua, tiga atau pecahan (Purwani, M.V., dan Suyanti, 2011).

Page 4: KOEFISIEN PARTISI

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat-alat yang akan digunakan pada percobaan ini adalah:

Corong pisah

Filler

Gelas kimia

Pipet tetes

Pipet ukur

Statif dan Klem

Tabung Erlenmeyer 3 buah

2. Bahan

Page 5: KOEFISIEN PARTISI

Bahan-bahan yang akan digunakan pada percobaan ini adalah:

Akuades ( H2O )

Besi (III) Klorida ( FeCl3 )

Kloroform (CHCL3)

Larutan buffer pH 3, pH 4, dan pH 5

D. PROSEDUR KERJA

- diambil 25 ml dan di masukkan dalam erlenmeyer

- ditambahkan dengan kloroform p.a masing-masing 10 ml

- diinkubasi selama 20 menit- dimasukkan dalam corong pisah - didiamkan- dimasukkan dalam tabung

percobaan- diukur volume fase air (salisilat)- diukur volume fase lipida

( kloroform)

Dapar salisilat dengan

pH 3,pH 4 dan pH 5

Dapar salisilat

( fase air )

Kloroform

( fase lipid )

Page 6: KOEFISIEN PARTISI

- Ditambahkan FeCl3

- Dimasukkan dalam kuvet dan spektrofotometer dan diukur absorbansinya

- Dihitung APC ( koefisien partisi semunya )

Hasil pengamatan ?

E. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel pengamatan

No.

pHVolume pelarut

Absorbansikloroform Air

1.23

345

4,8 ml3,9 ml4 ml

10,2 ml10 ml10 ml

0.111 A1,583 A1,668 A

2. Perhitungan

a) Untuk pH = 3 [H+] = 10-3

Menghitung kadar obat atau asam salisilat dalam fase air mula-mula.

[H+] = Ka. [asam][ garam]

10-3 = 1,06. 10-3 X

0,01−X

10-3 = X

0,01−X

Page 7: KOEFISIEN PARTISI

1,06. 10-3

1,06 X = 0,01 – X1,06 X + X = 0,012,06 X = 0,01

X = c2º = 4,8. 10-3 M Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai kesetimbangan

A = . I.c0,111 = 401. 0,1. c0,111 = 40,1. c

c = c2' = 0,11140,1

= 2,7 . 10-3 M

Menghitung APC

APC = (C2 –C 2' ). a

C2' . b= (4,8 . 10-3 – 2,7 . 10-3) . 10,2 ml

2,7 . 10-3 . 4,3 ml= 2,1 . 10-3 . 10,2 ml 2,7. 10-3 . 4,3 ml= 21,42 11,61= 1,844

b) Untuk Ph = 4 [H+] = 10-4

Menghitung kadar asam salisilat dalam fase air mula-mula

[H+] = Ka. [asam][ garam]

10-3 = 1,06. 10-3 X

0,01−X

10-4 = X

0,01−X1,06.10-3

10-1 = X

0,01−X1,0610-1 (10-2 – X) = 1,06 X10-3 – 10-1 = 1,06 X10-3 = 1,06 X + 0,1 X10-3 = 1,16 XX = c2º = 10-3

1,16

Page 8: KOEFISIEN PARTISI

= 0,86 . 10-3

Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai kesetimbangan

A = . I. c1,583 = 401. 0,1. c1,583 = 40,1 . cc = c2' = 1,583

40,1

= 0,0394 M

= 39,4 . 10-3 M.

Menghitung APC

APC = (C2 –C 2' ). a

C2' . b= (0,86 . 10-3 – 39,4 . 10-3) . 10 39,4 . 10-3 . 3,9= -38,54 . 10-3 10

153,66 . 10-3

= -2,5

c) Untuk pH = 5

Menghitung kadar asam salisilat dalam fase air mula-mula

[H+] = Ka. [asam][ garam]

10-3 = 1,06. 10-3 X

0,01−X

10-5 = X

0,01−X1,06.10-3

10-2 = X

0,01−X1,061,06 X = 10-2 (10-2 – X)1,06 X = 10-4 – 10-2 X1,06 X + 0.01 X = 10-4

1,07 X = 10-4

Page 9: KOEFISIEN PARTISI

C2º = X = 10-4 = 0,93 . 10-4 M 1,07

Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai kesetimbangan

A = . I. c1,668 = 401 . 0,1 . c1,668 = 40,1 . cc = c2 = 1,668

40,1

= 0,0415 M

Menghitung APC

APC = (C2 –C 2' ). a

C2' . b= (0,93 . 10-4 – 415 . 10-4 M) . 10 ml

415. 10-4 . 4 ml= -414,07 . 10-4 . 10

415. 10-4 . 4 = -4,1407

1,66= -2,49

F. PEMBAHASAN

Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit

antara fase organik dan fase air setelah mencapai

kesetimbangan. Pengetahuan tentang partisi penting untuk ahli

farmasi, karena prinsip ini melibatkan beberapa bidang ilmu

farmasetik. Termasuk disini pengawetan sistem minyak-air, kerja

Page 10: KOEFISIEN PARTISI

obat pada tempat yang tidak spesifik, absorpsi dan distribusi

obat ke seluruh tubuh .

Percobaan yang telah dilakukan ini untuk mengetahui

pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam

lemah dalam campuran pelarut air. Percobaan kali ini dilakukan

pembuatan larutan dengan pH 3, 4,dan 5. Adapun larutan yang digunakan yakni

FeCl3, kloroform-air, dan asam salisilat pekat dalam bentuk buffer. Digunakan

larutan buffer fosfat bertujuan agar dapat mempertahankan harga pH larutan.

Sedangkan pH yang digunakan dalam percobaan berbeda-beda bertujuan untuk

mengetahui absorbsi obat. Sebelum diambil 2 ml fase air pada larutan dapar

terlebih dahulu dilakukan pemanasan. Pemanasan tersebut bertujuan agar fase

organik dan fase air yang terdapat dalam larutan dapat terpisah sehingga fase air

yang ada didalam larutan tersebut dapat diambil. Pada proses pengukuran

absorbansi asam salisilat dalam air pada pH 3 nilai absorbansinya yaitu 0,111, pH

5 sebanyak 1,583 dan pada pH 5 nilai absorbansinya yaitu 1,668. Dari hasil

tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi pH maka akan semakin tinggi pula

nilai absorbansinya. Pembacaan absorbansinya hanya menggunakan fase airnya

saja, karena fase air dalam tabung merupakan campuran dari obat salisilat dengan

ionnya dan untuk mempermudah pengambilan cairan. Tujuan penambahan larutan

buffer fosfat adalah untuk membentuk kompleks warna agar dapat dilakukan

pembacaan absorbansi pada spektrofotometer visibel. Sebelum dibaca

absorbansinya terlebih dahulu didiamkan selama 6-10 menit sebagai operating

time, tujuannya agar asam salisilat dapat membentuk kompleks seluruhnya

Page 11: KOEFISIEN PARTISI

dengan FeNO3 1%. Terbentuk reaksi kompleks warna antara asam salisilat dengan

FeNO3 1% sehingga muncul warna ungu.

Selain pada absorbansi pH juga berpengaruh terhadap koefisien partisi,

dapat dilihat dari hasil pengukuran koefisien partisi semu (APC) dari asam

salisilat dalam kloroform dan dalam air. Pada pH 3 nilai APC yaitu 1,844, pada

pH 4 yaitu -2,5 dan pada pH 5 yaitu -2,49. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa

seharusnya semakin besar pH maka koefisien partisi juga semakin besar, tetapi

pada pH 4 dan 5 terjadi penurunan. Yang seharusnya nilai APC pH 3 lebih besar

dari pada pH 4 dan 5. Kesalahan dalam praktikum ini disebabkan karena pH yang

sudah rusak atau kurangnya tingkat ketelitian pada saat melakukan praktikum.

Faktor utama yang mempengaruhi absorpsi obat adalah sifat fisika kimia, yakni

koefisien partisi.

Koefisien partisi (P) menggambarkan rasio pendistribusian obat ke dalam

sistem dua fase (lemak dan air). Permukaan membran biologis berupa lipid,

sehingga dapat dianggap bahwa penerobosan obat melalui usus dapat dianggap

sebagai kompetisi molekul obat diantara lingkungan air dan lipid membran. Oleh

sebab itu, prinsip kimia menentukan perpindahan obat dari lingkungan air ke fase

lipid membran.

G. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa pengaruh pH terhadap koefisien partisi adalah mempengaruhi kecepatan

absorpsi pada obat, yang mana obat-obat tersebut bersifat asam atau lemah yang

Page 12: KOEFISIEN PARTISI

menyebabkan sebagian akan terionisasi jika dilarutkan dalam air. Dalam artian

jika suatu senyawa pada obat yang bersifat asam atau basa mengalami ionisasi

sebesar 50% (pH = pKa). Maka koefisien partisinya setengah dari obat-obat yang

tidak mengalami ionisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Marten, 2009, Farmasi Fisik edisi 3 Jilid 1, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Page 13: KOEFISIEN PARTISI

Purwani, M.V., dan Suyanti, 2011, Kinetika Pelarutan Itrium Hidroksida Dalam HCl, Jurnal Iptek Nuklir Ganendra, Vol. 14 (1), Halaman 28-38.

Sukmawati, A., dan Suprapt, 2010, Efek Berbagai Peningkat Penetrasi Terhadap Penetrasi Perkutan Gel Natrium Diklofenak Secara In Vitro, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11. (2), Halaman 117-118.

Wulandari, Y., dan Mirzayanti, 2000, Pemurnian Gliserol Dari Proses Transesterifikasi Minyak Jarak dengan Katalis Sodium Hidroksida, Jurnal Teknik Kimia, Vol. 11 (5), Halaman 28-29.

Page 14: KOEFISIEN PARTISI

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I

PERCOBAAN III

KOEFISIEN PARTISI

OLEH

NAMA : DIAH ASTARI SALAM

NIM : O1A1 14 135

KELOMPOK : V (LIMA)

KELAS : D

ASISTEN : NUR SALIMAH TAANO

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2015