Kode etik profesi dan kode etik guru indonesia
-
Upload
yokhebed-fransisca -
Category
Documents
-
view
47.213 -
download
23
Transcript of Kode etik profesi dan kode etik guru indonesia
KODE ETIK PROFESI
A. Pengertian Kode Etik
Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, atau pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan, pekerjaan, bahkan berperilaku.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam mengarungi kehidupannya
di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi
tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya. Dalam kode etik profesi juga terdapat
larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh mereka yang merupakan anggota profesi. Tidak hanya itu, kode etik
profesi pun berisi tentang tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di dalam masyarakat. Dengan demikian kode etik profesi berperan sebagai
sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
B. Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar pihak luar jangan sampai memandang rendah suatu profesi. Oleh
karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan
atau perilaku anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi tersebut
terhadap dunia luar. Dari segi ini, kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau material)
maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir
para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para
anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan
kesejahteraan para anggotanya. Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi,
1
kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada para anggotanya untuk
melaksanakan profesinya dengan baik.
3. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian
profesi, sehingga bagi anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode
etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran
agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian
para anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, setiap anggota profesi diwajibkan
untuk aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan
yang dirancang organisasi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
C. Fungsi Kode Etik
Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai
bidang. Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan
bervariasi. Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang
bersifat nasional, misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan
Penasehat HUKUM Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi
2
Indonesia dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang telah
memiliki kode etik.
D. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan
mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres
organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang
secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas
nama anggota-anggota yang bukan atau tidak menjadi anggota profesi tersebut. Kode etik
suatu profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di
kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung
(menjadi anggota) dalam organisasi profesi yang bersangkutan.
Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung di
dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada jaminan bahwa profesi
tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang
melakukan pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.
E. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Sering kita jumpai bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, sehingga
hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu dapat
meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila hanya demikian, maka
aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi
aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang bersifat memaksa, baik berupa sanksi
perdata maupun sanksi pidana.
Sebagai contoh, jika seseorang anggota profesi bersaing secara tidak jujur atau
curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika kecurangan itu dianggap serius maka ia
dapat dituntut di pengadilan. Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran
kode etik akan mendapat celaan dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap
terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu, menandakan
bahwa organisasi profesi itu telah mantap dan tidak main-main.
3
F. Kode Etik Guru Indonesia
Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh
dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru,
baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat.
Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan
dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI
dari seluruh tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XIII tahun 1973, dan kemudian
disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik
Guru Indonesia yang telah disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut.
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut
bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.
4
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Sumber:
http://etikaprofesidanprotokoler.blogspot.com/2008/03/tujuan-kode-etik-profesi.html
http://julidvo.wordpress.com/2012/12/19/kode-etik-profesi-guru/
http://prenggodigdo.blogspot.com/p/pengertian-profesi-dan-kode-etik.html
http://rizqtea.blogspot.com/2012/07/tujuan-kode-etik-profesi.html
http://www.sarjanaku.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html
5