Klt
-
Upload
alfa-dina-prianoto -
Category
Documents
-
view
7 -
download
2
description
Transcript of Klt
I. Nomor Percobaan : V (lima)
II. Tanggal Percobaan : 6 November 2014
III. Nama Percobaan : Kromatografi Lapis Tipis
IV. Tujuan Percobaan :1. Mengetahui cara pemisahan asam amino dengan
Kromatografi Lapis Tipis
2. Mengetahui harga Rf asam amino
V. Alat dan Bahan :
Alat Bahan
1. pipet tetes
2. gelas ukur
3. beker gelas
4. neraca analitik
5. bunsen
6. tabung reaksi
7. rak tabung reaksi
8. pengaduk
9. penjepit tabung
10. stirrer
1. silika gel G
2. pelarut etanol
3. larutan ninhidrin
4. larutan Kuprinitrat
5. larutan asam amino (arginin,
asam glutamate,histidin dan
alanin)
6. aquadest
VI. Dasar Teori
Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-
komponen berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi masing-masing komponen di
antara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kecepatan perpindahan
tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan kemampuan masing-masing komponen untuk
diserap (adsorpsi) atau perbedaan distribusi di antara dua fasa yang tidak bercampur
(partisi). (Tim Dosen Kimia Organik, 2012: 39).
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi,
komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase
gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran, sedangkan fase gerak akan
melarutkan zat komponen campuran. (Anonymous, 2008)
Kromatografi adalah suatu metoda pemisahan campuran senyawa atau
komponen tersebut antara dua fasa yaitu
Fase diam (stationary phase) merupakan salah satu komponen yang penting dalam
proses pemisahan dengan kromatografi karena adanya interaksi dengan fase diamlah
terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen senyawa analit. Fase
diam dapat berupa bahan atau porous (berpori) berbentuk molekul kecil atau cairan
yang umumnya dilapisi pada padatan pendukung (Denikrisna, 2010).
Fase gerak (eluen) merupakan pembawa analit dapat bersifat inert maupun
berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak ini tidak hanya dalam bentuk cairan
tapi juga dapat berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai sebagai carrier gas
senyawa mudah menguap (volatile) (Denikrisna, 2010).
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan sebagai
berikut; (a) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan;
(b) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melekat pada permukaan padatan
halus (adsorpsi=penyerapan); (c) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk
bereaksi secara kimia (penukar ion). Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa
gerak dan harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan
cara melarut di dalamnya, teradsorpsi, atau bereaksi secara kimia (penukar ion).
Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel.
Hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan identifikasi (analisis kualitatif),
penetapan kadar (analisis kuantitatif), dan pemurnian suatu senyawa (pekerjaan
preparatif) (Soebagio, 2000:54).
Kromatografi jenis ini menggunakan alumunium oksida, serbuk selulosa atau
silika gel sebagai adsorben yang berupa lapis tipis yang diletakkan di atas selmbar kaca.
Seperti halnya kromatografi kertas, larutan yang mengandung beberapa asam amino
diteteskan di atas adsorben dan dibiarkan bergerak. Penggunaan fase gerak pada
kromatografi lapis tipis biasanya menggunakan pelarut seperti : metanol, asam asetat,
etanol, aseton, etil asetat, eter, kloroform.
Sebagai persiapan untuk menggunakan kromatografi lapis tipis, bubuk serbuk
fasa diam diratakan terlebih dahulu pada lempeng kaca, ketebalan kaca tergantung pada
tujuan pemisahan kromatografi. Untuk tujuan analisis, tebalnya kira0kira 0,25 mm
sedangkan untuk praparatif 5 mm. Kecuali dipakai lapisan tipis gel maka setalah bubur
merata maka lempeng dikeringkan.
Kromatografi lapis tipis (KLT) seperti halnya kromatografi kertas tidak mahal
dan sesederhan melakukannya, kromatografi ini memiliki keuntungan kecepatan diatas
kromatografi kertas, prosesnya mungkin memerlukan waktu kira-kira setengah jam.
Kromatografi lapis taipis sangat terkenal dan digunakan secara rutin dalam banyak
laboratorium.
Teknik KLT dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schaiber. Adsorbent
dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Fase
bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini dikenal
juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan
dan sensitive. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali
senyawa-senyawa yang terpisahkan. (Khopkar, 2010: 164).
Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silica gel, tetapi
kadangkala bubuk selulosa dan tanah diatome, kieselguhr juga dapat digunakan. Untuk
fase diam hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, dispersi koloid
plastik, silica terhidarsi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada pengadsorpsi
digunakan suatu aplikator. Sekarang ini telah banyak tersedia kromatografi lapisan tipis
siap pakai yang dapat berupa gelas kaca yang telah terlapisi, kromatotube dan
sebagainya. Kadar air dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat hasil analisis yang
reprodusibel (Khopkar, 2010:164).
Pada identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah kandungan itu diisolasi dan
dimurnikan, pertama-tama yang harus kita tentukan dahulu golonannya, kemudian
barulah ditentukan jenis senyawa dalam golongan tersebut. Sebelum itu, keserbasamaan
senyawa tersebut harus diperiksa dengan cermat, artinya senyawa harus membentuk
bercak tunggal dalam beberapa system KLT dan/atau KKt. Golongan senyawa biasanya
dapat ditentukan dengan uji warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum
UV. Identifikasi lengkap dalam golongan senyawa bergantung pada pengukuran sifat
atau cirri lain, yang kemudian dibandingkan dengan data dalam pustaka. (Harborne,
1987:20).
Kromatografi bermanfaat untuk menguraikan suatu campuran. Dalam
kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase, fase diam dan fase
gerak. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul
campuran terserap pada permukaan partikel-partikel ke dalam sejumlah cairan yang
terikat pada permukaan. Laju perpindahan suatu molekul zat terlarut tertentu di dalam
kolom atau lapisan tipis zat penyerap secara langsung berhubungan dengan bagian-
bagian molekul tersebut di antara fase bergerak dan fase diam. Jika ada perbedaan
penahanan secara selektif, maka masing-masing komponen akan bergerak sepanjang
kolom dengan laju yang tergantung pada karakteristik masing-masing penyerapan.
(Khopkar, 2008)
Kromatografi lapis tipis memiliki keuntungan jika dibandingkan dengan
kromatografi kertas, diantaranya : Noda zat yang timbul sesudah kromatografi tidak
banyak melebar jika dibandingkan dengan noda semula oleh sebab itu maka hanya
sedikit saja senyawa yang diperlukan, tidak memerlukan waktu yang banyak, senyawa-
senyawa yang tidak menguap serta terlalu labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis
dengan KLT, dapat memeriksa adanya zat pengotor dalam pelarut.
Untuk mengidentifikasi komponen yang satu dengan yang lainnya digunakan
faktor refensi (Rf). Jarak ynag ditempuh komponen dapat diperbesar menggunakan
pelarut polar, sebaliknya ukuran identitas bercak dapat untuk mempekirakan kadar dari
masing-masing komponen yang terdapat dalam campuran. Untuk zat yang bersifat asam
/ basa kuat yang tidak dapat dilakukan dengan kromotografi kertas dapat dipisahkan
dengan KLT.
Pemisahan pada KLT didasarkan pada penyerapan, pembagian, pertukaran ion,
dan gabungan dari ketiganya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi Rf adalah
adanya ion, kesamaan larutan lainnya, adanya kation dlam kosentrasinya. Dan faktor
yang mempengaruhi gerak dan harga Rf yaitu sifat dari penyerap dan derajat aktivitas,
Struktur kimia dari senyawa dipisahkan, Kerapan dari satu pasang penyerap, Pelarut.
VII. Prosedur Percobaan
Pembuatan lapis tipis.
Plat gelas yang dipakai harus bersih, terutama bebas dari lemak. Timbag 25
gram Silica gel G dan aduk ini dengan 50 ml air dengan pengaduk magnetik sampai
homogen. Suspensi ini dimasukkan ke alat pembuatan lapis tipis (alat Stahl atau alat
buatan dalam negeri). Tebal lapis tipis adalah sekitar 250 mu. Biarkan lapis tipis ini
ditempatnya kira-kira 10 menit. Sesudah ini boleh dipindah tempatnya dan dibiarkan
kering diudara selama semalam.
Meneteskan larutan zat yang akan diperiksa.
Zat asam amino yang diperiksa, paling banyak 0,5 – 2,0 ug dalam 0,5 ul,
diteteskan pada plat silica gel kira-kira 1 cm dari tepi bawah. Jika banyak macam zat
yang akan diselidiki maka ini dapat diteteskan sejajar dengan jarak kira-kira 1 cm antara
dua zat dan kira-kira 1,5 cm dari tepi sisi. Penetesan harus dilakukan dengan hati-hati
seklai supaya permukaan lapis tidak rusak. Tempat-tempat pada plat yang akan ditaruh
(ditetesi) dengan alrutan-larutan zat tersebut, sebelum diberi titik dengan ujung pensil
yang runcing, guna mengetahui kelak titik-titik permulaan. Lubang-lubang yang kecil
ini tidak akan banyak mempengaruhi bentuk noda.
Sebelum eluaen dijalankan maka tetesan-tetesan tersebut harus dibiarkan dulu sampai
kering.
Ruang Kromatografi.
Ruang kromatografi harus dapat ditutup dengan rapat. Ruang ini diisi dengan
eluaen sedemikian sehingga apabila plat dimasukkan bagian bawahnya terendam
sampai bawah tempat tetesan zat-zat yang diselidiki. Dinding ruang harus dilapisi
dengan kertas saring yang dibasahi dengan eluen. Ini supaya ruang kromatografi mudah
dan cepat dijenuhi dengan uap eluen.
Cara melakukan elusi.
Plat-plat yang telah ditetesi asam amino dan yang telah kering, dimasukkan ke
dalam ruang kromatografi. Disini yang dipakai adalah kromatografi mendaki.
Hendaknya suhu dibuat tetap. Kromatografi diberhentikan setelah berjalan sekitar 10
cm. Pada batas ini semulad diberi tanda garis dengan ujung pensil yag runcing. Plat
diambil dan dikeringkan pada suhu kamar.
Cara perwarnaan.
(a) dengan hati-hati disemprot dengan larutan ninhidrin. Asam asetat yang ditambahkan
dimasukkan untuk menjaga pH sekitar 5, juga apababila fase gerak yang dipakai bersifat
alkali.
Kemudian plat dikeringkan pada 60oC selama 30 menit atau 110oC selama 1`0 menit.
Kalau dipanasi lebih lama, maka nantinya plat akan berwarna sedikit rose.
(b) untuk menstabilkan noda-noda setelah diwarnakan dengan ninhidrin, maka plat
kemudian disemprotkan dengan larutan penyemprot kuprinitrat (lihat bab metrial).
Maka akan terjadi ikatan komplek Cu-ninhidrin yang berwarna. Warna ini hanya stabil
apabila tidak ada asam bebas. Maka sesudah disemprot, plat harus dikenakan uap
amonia. Juga plat tidak boleh terdisoasiasi dalam suasana basa antara pH 7-9. walau
disosiasi ini reversibel. Di atas pH 9 disosiasi tersebut bersifta irreversibel
VIII. Hasil Pengamatan
Sampel Jarak Warna
Alanin 3,5 cm orange
Glisin 2,6 cm ungu
Glutamat 2,2 cm merah
Arginin 3,3 cm kuning
IX. Persamaan Reaksi
X. Analisa Data
Alanin :
Data yang diperoleh pada saat praktikum 3,5cm
Rf = 3,5 / 10 = 0,35
Rf(t) = 0,38
Glisin :
Data yang diperoleh pada saat praktikum 2,6cm
Rf = 2,6 / 10 = 0,26
Rf(t) = 0,26
Arginin :
Data yang diperoleh pada saat praktikum 2,2cm
Rf = 2,2 / 10 = 0,22
Rf(t) = 0,20
Glutamat :
Data yang diperoleh pada saat praktikum 3,3cm
Rf = 3,3 / 10 = 0,33
Rf(t) = 0,36
XI. Pembahasan
Pada percobaan mengennai kromatografi lapis tipis ini dilakukan untuk
mengetahui cara pemisahan dengan kromatografi lapis tipis serta menentukan harga Rf
dari beberapa macam asam amino yang diujikan. Asam amino yang diuji dalam
percobaan ini ialah alanin, glisin,arginin dan glutamat . keempat asam amino ini
mewakili masing-masing dari golongan asam amino.
Pada percobaan yang dilakukan kaca yang digunakan harus benar-benar bersih
bebas dari lemak oleh karena itu dibersihkan menggunakan sabun yang tidak
mengandung lemak seperti sunlight;, dan dikeringkan di udara. Fase gerak dan fase
diamnya adalah eluen dalam hal ini adalah campuran ethanol:air dan silica gel.
Pada awalnya dilakukan pembuatan lapisan dari silica gel. pembuatan lapisan
tipis dengan menambahkan 10 gr silika gel dengan 25 ml air yang diaduk menggunakan
stirrer dan dituangkan keatas plat kaca. Kami melakukan pengulangan sebanyak satu
kali karena lapisan silica gel kami pada awalnya terlalu tebal dan bergelombang. Oleh
karena itu untuk membuat lapis tipisnya frame pada pinggiran kacanya harus dibuat rata
serta pada saat penarikan seilikanya harus dalam satu kali tarikkan agar permukaannya
tidak bergelombang dan rata.
Pada penetesan asam amino perlu dilakukan secara hati-hati agar lapis tipis
silika gelnya tidak rusak. Penetesan asam amino yang kami lakukan dengan jarak 1,5
cm dari tepi bawah dan tepi samping. Eluen yang akan dijalankan diukur sepanjang 10
cm. Eluen pun berjalan tergantung dengan lapis silikan gel yang dibuat. Bila lapisan
silika gel yang kita buat terlalu tebal maka eluen pun akan berjalan lambat, dan juga
sebaliknya. Oleh karena itu, pembuatan lapisan silikanya diusahakan setipis mungkin
dan merata. Dan bila sudah sampai 10 cm, maka eluen yang berjalan dihentikan.
Kemudian dikeringkan.
Untuk melihat bercak noda dari jarak asam amino dapat disemprotkan dengan
larutan ninhidrin agar terbentuk warna. Di sini, ninhidrin berfungsi untuk melacak
jalannya asam amino dengan menimbulkan warna merah pada asam amino. Kemudian,
plat kacanya harus dikeringkan kembali pada suhu kamar.
Selain itu, warna yang terbentuk tidaklah stabil. Maka perlu adanya penyemprotan
larutan lagi dengan larutan Kuprinitrat. Sehingga terbentuklah noda yang berwarna
ungu. Hal ini terjadi karena terbentuknya Cu-ninhidrin. Bagus tidak hasilnya sangat
dipengaruhi oleh tebal atau tipisnya silika gel yang dibuat. Setelah disemprot, pada
silica gel muncul bercak – bercak atau noda. Noda yang dihasilkan untuk alanin
bewarna orange dengan nilai Rf 0,35 , glisin berwarna ungu dengan nilai Rf 0,26 ,
arginin berwarna kuning dengan nilai Rf 0,22 , sedangkan asam glutamat merah dengan
nilai Rf 0,33.
Dari analisa data yang diperoleh, Rf untuk teori dan praktek agak berbeda. Hal
ini dapat saja disebabkan oleh kesalahan pada saat membuat lapisan silika gelnya,
kesalahan pada pembuatan larutan sampel yang digunakan, penetesan sampel pada plat
yang tidak merata serta dengan jarak yang terlalu dekat.
XII. Kesimpulan
1. Kaca yang digunakan harus bebas dari lemak. Hal ini bias menyebabkan terganggu
nya jalan kromatografi
2. Pada percobaan kromatografi lapis tipis menggunakan silika gel sebagai fase diam
serta eluen yaitu campuran etanol dan aquadest sebagai fase gerak.
3. Identifikasi asam amino dapat dilihat pada noda atau bintik yang dihasilkan,
sehingga kita dapat menghitung Rf dari asam amino dengan cara membandingkan jarak
yang ditempuh oleh asam amino dengan jarak yang ditempuh oleh eluen pada plat.
4. Untuk memberikan warna pada noda atau bintik yang dihasilkan kita dapat
menggunakan larutan ninhidrin dan larutan kuprinitrat sebagai penstabil warnanya
karena terjadi ikatan kompleks Cu- ninhidrin yang berwarna.
5. Nilai Rf terbesar yang didapatkan pada percobaan kromatografi lapis tipis adalah
nilai pada asam amino alanin sebesar 0,35 yang merupakan golongan asam amino gugus
non polar.
6. Ketidakberhasilan dalam melakukan percobaan ini disebabkan pada saat lapisan
silika gelnya yang terlalu tebal atau bergelombang , kesalahan pada pembuatan larutan
sampel yang digunakan, penetesan sampel pada plat yang tidak merata serta dengan
jarak yang terlalu dekat.
XIII. Daftar Pustaka
Anonim.2013.Laporan Kromatografi Kolom dan Lapis Tipis(online). http://nurulcuxma.
blogspot.com/2013/04/laporan-kromatografi-kolom-dan.html.(diakses pada 11
november 2014)
Anonim .2012.Laporan Kromatografi Lapis Tipis(online ) .http://imeldagustia.blogspo
t.com/2012/05/laporan-kromatografi-lapis-tipis.html. (diakses pada 11
november 2014)
Anonim.2013.Laporan Pemisahan Senyawa-Senyawa(online). http://qworo.blogspot.
com/2013/10/laporan-pemisahan-senyawa-dengan.html .(diakses pada 11
november 2014)
Lehninger, 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: ERLANGGA
Poedjadi, Anna, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI
Khopkar, S.M, 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
XIV. Lampiran
1. Menganalisa secara kualitatif dengan cara kromatografi lapis tipis satu dimensi. Suatu
larutan asam amino yang bersedia dan hitung berapa harga Rfnya?
Jawab :
10 gram silica gel G dalam 25 ml air diaduk sampai homogen, kemudian dituangkan ke
atas lempeng kaca yang telah diukur pinggir kanan dan kirinya 1 cm dan ditempeli
dengan plester. Setelah itu larutan silica gel G dituangkan dan diratakan. Keringkan.
Setelah kering silica gel G tersebut dikur dari bawah sepanjang 1,5 cm dan diberikan
tanda atau garis dengan pensil. Pada garis itu ditotolkan dengan asam amnio, masing-
masing adalah alanin, glisin,asam glutmat, dan arginin. Lalu masukkan plat tersebut ke
dalam ruang kromatografi yang telah diisi dengan eluen (etanol : aquadest). Setelah itu
dikeringkan. Kemudian disemprotkan dengan ninhidrin dan dikeringkan kembali selama
30 menit. Kemudian disemprotkan kembali dengan kuprinitrat. Setelah itu diukur jarak
asam amino tersebut adalah sebagai berikut serta harga Rf nya :
Dari hasil pengamatan diketahui jarak yang ditempuh oleh pelarut untuk plat adalah 10
cm. sedangkan untuk asam amino adalah :
Harga Rf pada Alanin sebesar 0,35
Harga Rf pada Glisin sebesar 0,26
Harga Rf pada Arginin sebesar 0,22
Harga Rf pada Asam Glutamat sebesar 0,33
2. Tuliskan reaksi antara ninhidrin dengan asam amino!
Reaksi Asam amino dengan ninhidrin
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi Rf pada KLT?
Jawab :
Kepolaran senyawa, jenis pelarut, jarak penetesan, dan fasa diam (adsorbennya).
4. Terangkan bagaimana orang melakukan analisa kuantitatif suatu zat tertentu dengan
cara kromatografi lapis tipis?
Jawab :
Dengan menyemprotkan lempeng dengan asam sulfat 50% atau 25% dalam etanol
kemudian dipanaskan sehingga semua bahan organic akan terbakar dan tampak sebagai
noda-noda coklat. Mengamati lempeng dengansinar UV sehingga noda-noda yang
menyerap sinar UV atau sebaliknya dengan memancarkannya. Bahan sample ditotolkan
pada salah satu sudut lempeng sebagai suatu titik dan pemisahahn dilakukan setelah
lempeng kering. Kemudian dipisahkan lagi dengan satu system solven yang lain dengan
arah tegak luus dari arah semula.
5. Terangkan bagaimana cara melakukan kromatografi lapis tipis dua dimensi dan
bilakah orang terpaksa melakukan cara itu?
Jawab:
Dengan mengamati kepekatan warna yang diperoleh. Untuk cara ini, sample diteteskan
dipojok kanan bawah dari plat TLC yang berukuran 20 x 20 cm, kira-kira 2 cm dari tepi
kanan dan dari bawah. Setelah pengembangan pertama selesai, plat dikeringkan. Untuk
mencegah terjadinya kerusakan senyawa yang dipisahkan selama pengeringan
sebaiknya dilakukan dengan aliran gas N2. setelah dikeringkan, plat dikembangkan
dengan menggunakan system pelarut yang kedua dengan memutar arah plat 90o.
menggunakan cara ini mendapatkan hasil pengembangan yang lebih baik dengan
penggunaan dua macam system pelarut, dan apabila pengembangan satu dimensi
mendapatkan hasil yang kurang sempurna.