Kliping All About Geologi

12
Produksi Minyak Indonesia Terancam Hanya 300.000 Barel Per Hari Rabu, 4 Maret 2015 | 11:26 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Produksi minyak pada 2019 diperkirakan hanya akan mencapai 600.000 barel per hari (bph) jika tidak ditemukan cadangan baru. Dalam APBNP 2015, lifting minyak dipatok 825.000 barel per hari. Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Said Didu mengatakan, bahkan pada tahun-tahun berikutnya produksi minyak ditaksir lebih rendah, hingga akhirnya pada 2025 produksi minyak Indonesia hanya di level 300.000 bph. "Kalau tidak ditemukan cadangan baru, sebagus apapun lembaganya, yang bisa dikerjakan bisa jadi hanya sampai 100.000 bph," kata Said dalam diskusi IRESS, Jakarta, Rabu (4/3/2015). Adapun lembaga yang dimaksud Said adalah lembaga yang secara konstitusional berwenang mengelola minyak dan gas nasional. Saat ini pemerintah tengah menyusun revisi Undang-undang Migas No 22 tahun 2001. Said mengatakan, dalam hal ini pemerintah memiliki dua opsi tersisa. Pertama, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) digabung dengan PT Pertamina (Persero). "Kedua, SKK Migas bisa menjadi BUMN Khusus, sedangkan Pertamina tetap menjadi operator. Tentu ini dengan berbagai prokontra," ucap Said. Dalam diskusi sama, Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara mengapresiasi pemerintah yang telah memasukkan RUU Migas sebagai salah satu program prolegnas. Dia bilang, pengelolaan sektor migas semestinya dilakukan oleh BUMN. Penul is : Estu Suryowati Edito : Erlangga

description

kliping yang berkaitan dengan geologi

Transcript of Kliping All About Geologi

Page 1: Kliping All About Geologi

Produksi Minyak Indonesia Terancam Hanya 300.000 Barel Per HariRabu, 4 Maret 2015 | 11:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Produksi minyak pada 2019 diperkirakan hanya akan mencapai 600.000 barel per hari (bph) jika tidak ditemukan cadangan baru. Dalam APBNP 2015, lifting minyak dipatok 825.000 barel per hari.Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Said Didu mengatakan, bahkan pada tahun-tahun berikutnya produksi minyak ditaksir lebih rendah, hingga akhirnya pada 2025 produksi minyak Indonesia hanya di level 300.000 bph. 

"Kalau tidak ditemukan cadangan baru, sebagus apapun lembaganya, yang bisa dikerjakan bisa jadi hanya sampai 100.000 bph," kata Said dalam diskusi IRESS, Jakarta, Rabu (4/3/2015). 

Adapun lembaga yang dimaksud Said adalah lembaga yang secara konstitusional berwenang mengelola minyak dan gas nasional. Saat ini pemerintah tengah menyusun revisi Undang-undang Migas No 22 tahun 2001. Said mengatakan, dalam hal ini pemerintah memiliki dua opsi tersisa. Pertama, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) digabung dengan PT Pertamina (Persero).

"Kedua, SKK Migas bisa menjadi BUMN Khusus, sedangkan Pertamina tetap menjadi operator. Tentu ini dengan berbagai prokontra," ucap Said. Dalam diskusi sama, Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara mengapresiasi pemerintah yang telah memasukkan RUU Migas sebagai salah satu program prolegnas. Dia bilang, pengelolaan sektor migas semestinya dilakukan oleh BUMN.

Penulis

: Estu Suryowati

Editor: Erlangga Djumena

Hidup di Patahan SumatraAndri, Buyung, Luhur | 2012-05-22 19:49:15.20

Page 2: Kliping All About Geologi

Bumi Sumatera senantiasa bergerak sejak zaman Peleozoikum-Mesozoikum-Tersier

hingga saat ini. Pergerakan ini dicerminkan dengan aktifnya tingkat kegempaan tinggi

dan aktivitas vulkanisme di wilayah ini. Pulau Sumatera merupakan bagian dari

Lempeng Eurasia yang bergerak sangat lambat dan berinteraksi dengan Lempeng

Hindia-Australia. Zona pertemuan antara kedua lempeng tersebut membentuk palung

yang dikenal dengan nama zona tumbukan atau subduksi. Akibat benturan tersebut

terbentuk sejumlah sesar (patahan) di Pulau Sumatera baik yang terdapat pada zona

prismatik akresi yang terletak di antara zona subduksi, pantai Pulau Sumatera dan di

darat Pulau Sumatera. Sesar Sumatera menyayat Pulau Sumatera mulai dari Aceh

hingga Teluk Semangko, Provinsi Lampung, kurang lebih sepanjang 1.650 kilometer.

Pergeseran Sistem Sesar Sumatera sangat aktif dengan kecepatan bervariasi antara 27

milimeter per tahun di daerah Danau Toba, 15 mm per tahun di daerah Danau Maninjau

(Sieh dan kawan-kawan, 1991), dan 4-6 mm per tahun di daerah Danau Ranau (Bellier

dan kawan-kawan, 1991). Akibat dari aktifnya pergerakan Sistem Sesar Sumatera ini

menimbulkan fenomena alam yang destruktif, yaitu terjadi gempa di sepanjang

lintasannya. Sistem Sesar Sumatera juga merupakan salah satu sistemsesar geser aktif

terbesar di dunia dan juga merupakan struktur utama di Pulau Sumatera yang sangat

memengaruhi corak geologi pulau tersebut. Sesar ini melewati 2.286 desa, 258

kecamatan, 43 kabupaten kota, dan 7 provinsi dengan total jumlah penduduk sekitar

3,8 juta jiwa yang sewaktu-waktu terancam jiwanya (Potensi Desa, BPS 2011).

Adanya Subduksi aktif dan patahan di Sumatera menyebabkan munculnya Bukit Barisan

sejajar patahan, yang merupakan lapisan permukaan tanah yang terangkat. Sementara

itu, di Selat Sunda terjadi mekanisme tekanan dan regangan, yang menimbulkan

struktur geologi yang unik, seperti munculnya Gunung Krakatau di selat itu. Sepanjang

Bukit Barisan berderet-deret lembah yang lurus memanjang, seperti Lembah Semangko

(Teluk Semangko di Lampung), Lembah Kepahiang, Ketahun, Kerinci, Muara Labuh,

Singkarak Maninjau, Rokan Kiri, Gadis, Angkola, Alas, Tangse, dan Aceh. Lembah-

lembah ini merupakan zona lemah Patahan Besar Sumatera. Di sini kulit bumi retak,

dan satu sisi dengan sisi lainnya bergerak horizontal. Pergerakan pada umumnya ke

kanan, yaitu blok timur bergerak ke tenggara dan blok barat sebaliknya. (Dwi

Rustiono/Litbang Kompas)

Page 3: Kliping All About Geologi

Inilah Danau Terakhir di MarsKamis, 13 Agustus 2015 | 21:15 W

IB

Brian Hynek/Laboratory for Atmospheric and Space PhysicsIlustrasi danau terakhir di Mars

KOMPAS.com — Hasil riset terbaru yang dipublikasikan di jurnalGeology pada 5 Agustus 2015 lalu mengungkap danau terakhir di Mars. Danau itu berada di dekat lokasi pendaratan wahana Opportunity milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Eagle Crater.

Brian Hyek dari University of Colorado-Boulder, seorang geolog, melakukan analisis mineral dengan wahana NASA yang mengorbit Mars menggunakan teknik digital mapping. Hasil analisis menunjukkan bahwa danau yang luasnya diperkirakan 46 kilometer persegi itu berusia 3,6 miliar tahun. Waktu 3,6 miliar tahun lalu adalah saat ketika Mars mengering.

"Danau ini berumur panjang, dan kami mampu menetapkan batasan umur maksimumnya," kata Hynek seperti dikutip situsIFLScience.com, Rabu (12/8/2015). "Kami bisa cukup yakin bahwa danau ini merupakan salah satu danau terakhir yang dimiliki oleh Mars."

Menurut Hynek, danau itu terbentuk ketika sebuah lembah terbentuk, dikelilingi perbukitan dan dialiri air. Air mulai mengumpul, membentuk kolam, dan akhirnya semakin banyak sehingga menjadi danau. Namun, air kemudian menguap dan mengering. Akhirnya, yang tersisa adalah endapan

Page 4: Kliping All About Geologi

garam.

Berdasarkan analisis endapan, Hynek mengungkapkan bahwa danau itu miskin garam. Kandungan garam danau itu hanya 8 persen dari kandungan danau lautan di Bumi. Karenanya, Hynek mengatakan bahwa danau terakhir di planet merah itu mungkin bisa mendukung kehidupan. 

Editor

: Yunanto Wiji Utomo

Fosil Mamut Berusia 20.000 Tahun Ditemukan di SwissSenin, 10 Agustus 2015 | 13:23 WIB

KOMPAS.com — Akhir Juli 2015 lalu, para pekerja bangunan di kota Rotkreuz, Swiss, menemukan fosil tulang belulang mamut (gajah raksasa/mammoth) yang jutaan tahun pernah menghuni daratan Swiss.

Fosil mamut yang diduga berusia lebih dari 20.000 tahun ditemukan di tengah-tengah pengerjaan proyek bangunan di kota Rotkreuz, Swiss.

Renata Huber dari Departemen Budaya dan Arkeologi Swiss mengatakan bahwa penemuan fosil mamut tersebut sungguh menarik. Pasalnya, penemuan fosil mamut terakhir kali terjadi pada 50 tahun lalu.

Namun, sayangnya, meski seluruh area tempat ditemukannya fosil mamut itu telah diselidiki, tim tidak bisa mendapatkan keseluruhan tulang-tulang mamut untuk merekonstruksikannya secara utuh, seperti yang sebelumnya dilakukan pada temuan fosil mamut di Zurich. 

Page 5: Kliping All About Geologi

Hingga kini, para ahli sedang berupaya untuk menyelidiki usia pasti fosil mamut tersebut untuk kemudian dipakai sebagai data terkait penelitian spesies purba penghuni Bumi jutaan tahun lalu. (Difa Restiasari)

Editor : Tri WahonoSumber

: National Geographic Indonesia

Merancang Sistem Penyebaran Informasi Gempa AkuratSelasa, 4 Agustus 2015 | 13:20 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com - Wajah Tasril (50), warga Medan Baru, Kota Bengkulu, tampak serius usai membaca sebuah media massa yang menyebutkan potensi gempa bermagnitudo 9 dan tsunami di kawasan Mentawai yang dapat menyapu pesisir Bengkulu. Tasril ingat betul, pada tahun 2000 gempa 7,3 SR menghantam Bengkulu. Ayahnya yang memasuki usia senja saat itu tertimbun tumpukan beton dan bata. Meski selamat, namun luka dan lebam memenuhi sekujur tubuh ayahnya. 

Bencana itu menghancurkan ribuan bangunan, permukiman, sekolah, sarana ibadah. Sebanyak 94 orang meninggal dunia ribuan warga terluka. Berselang beberapa tahun kemudian gempa juga menyapa wilayah ini. Kali ini dampaknya sedikit. 

Page 6: Kliping All About Geologi

Tasril mengatakan, persiapan siaga bencana di Bengkulu kini memang. mulai membaik, Tiap wilayah memiliki taruna siaga bencana. Namun, masih ada kelemahan dalam konten dan cara penyebaran informasi.

"Ada banyak informasi yang beredar pada saat terjadi gempa bumi sehingga masyarakat kebingungan informasi dari mana yang harus dipegang," kata Tasril ketika ditemui Senin (3/8/2015). Beberapa informasi yang beredar, lanjut dia, terkadang justru membuat masyarakat takut. Termasuk pemberitaan media yang kadang bukan memberi pencerahan malah cenderung hanya menakuti. 

"Media kadang saat seperti itu banyak menakut-nakuti, tidak diikuti kita takut, akhirnya kami waspada saja, kendaraan, surat-surat berharga selalu siaga kalau terjadi bencana mudah dibawa evakuasi," jelasnya. Kebingungan masyarakat seperti yang dialami Tasril mendapat perhatian dari pihak terkait, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memiliki otoritas dalam menyebarkan informasi kegempaan.

Kepala BMKG Bandara Fatmawati, Bengkulu, Agus Lacuda, mengatakan bahwa terkait informasi kegempaan, BMKG yang berwenang merilis. Ia meminta agar informasi BMKG dijadikan rujukan oleh masyarakat.

"Banyak saya lihat lembaga yang tak berwenang berbicara di media menyoal kegempaan bahkan membuat masyarakat resah, saya tegaskan gempa tak ada yang bisa diprediksi dia datang begitu saja," beber Agus. 

BMKG mempunyai data informasi kegempaan, iklim, cuaca, ketinggian gelombang, dan lainnya yang itu sangat penting bagi masyarakat umum. Hanya saja informasi tersebut belum banyak diakses, padahal data tersebut selalu diperbarui di internet dan media massa. 

Untuk mengoptimalkan, kini BMKG merangkul Telkom merancang penyebaran informasi cuaca, iklim, gelombang dan kegempaan pada publik melalui sistem pesan singkat atau SMS, di mana data-data milik BMKG akan dibagikan langsung ke masyarakat. 

"Ini sangat berguna tidak saja soal kegempaan tetapi, untuk nelayan, petani, dan masyarakat luas, bagaimana mekanismenya memang ini baru tahap ide yang akan dibicarakan dengan Telkom," jelas Agus. 

General Telkom Witel Bengkulu, Nugroho Setio Budi, mengaku pihaknya siap membantu BMKG guna melayani masyarakat. "Saat ini kami menggagas pengiriman titik koordinat tempat berkumpulnya ikan pada nelayan,' katanya."Pengiriman itu menggunakan SMS para nelayan, bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bengkulu, titik koordinat itu kami dapatkan dari Dinas

Page 7: Kliping All About Geologi

Kelautan dan Perikanan (DKP)," imbuhnya. "Itu ide bagus, dan informasi BMKG dapat langsung diterima di ponsel seluruh masyarakat terkait cuaca, iklim termasuk gempa bumi atau sunami," demikian Nugroho.

Penulis

: Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Editor : Yunanto Wiji Utomo

Terungkap, 12.800 Tahun Lalu Bumi Dingin Mendadak akibat Hantaman AsteroidSenin, 3 Agustus 2015 | 19:39 WIB

KOMPAS.com - Bumi pernah dingin mendadak sekitar 12.800 tahun lalu. Penelitian terbaru mengungkap bahwa sebab musabab dari peristiwa itu adalah hantaman asteroid.James Kenneth, geolog Universitas California di Santa Barbara meneliti deposit material di 30 lokasi yang diyakini jejak-jejak hantaman asteroid. Analisis mengungkap bahwa deposit itu berasal dari masa 12.835 - 12.735 tahun lalu, sezaman dengan periode pendinginan global yang kerap disebut Younger Dryas. Penurunan suhu mencapai lima derajat celsius.

"Ini menunjukkan adanya sebab akibat antara peristiwa hantaman asteroid dengan pendinginan Younger Dryas," kata Kenneth seperti dikutip Daily Mail, Jumat (31/7/2015)."Kami melakukan tes untuk menentukan apakah semua lapisan deposit itu berasal dari rentang waktu yang sama dan secara statistik terbukti berasal dari peristiwa yang sama," imbuh Kenneth.

Page 8: Kliping All About Geologi

"Analisis kami menunjukkan 95 persen peluang bahwa umur deposit itu konsisten dengan satu peristiwa hantaman obyek antariksa yang sama," katanya.

Sebab musabab pendinginan Younger Dryas telah lama menjadi teka-teki. Ada yang mengatakan bahwa sebabnya adalah terhentinya arus laut dari wilayah tropis ke subtropis. Ada juga yang mengatakan bahwa sebabnya adalah letusan gunung.Studi ini memberi pandangan baru tentang sebab pendinginan global waktu itu. Sekaligus, memberi petunjuk tentang sebab kepunahan mamut.

Sebelum masa Younfer Dryas, mamut mendominasi Bumi. Jika memang terkonfirmasi bahwa pendinginan itu disebabkan hantaman asteroid, maka bisa dikatakan bahwa kepunahan mamut dipicu peristiwa kosmik. Mamut bernasib sama dengan dinosaurus.

Editor

: Yunanto Wiji Utomo

Jajaran Gunung Berapi Purba Ditemukan di Samudra HindiaSenin, 13 Juli 2015 | 12:38 WIB

KOMPAS.com — Jajaran gunung berapi yang diperkirakan berusia 50 juta tahun dan sudah tidak aktif lagi ditemukan di lepas pantai Sydney. Posisinya 240 km dari garis pantai pada kedalaman 4,9 km di bawah permukaan.

Page 9: Kliping All About Geologi

Penemuan ini terjadi secara kebetulan saat kapal peneliti The Investigator milik lembaga penelitian Australia, CSIRO, sedang melakukan penelitian terkait lobster.Pakar biologi kelautan, Profesor Iain Suthers, yang memimpin penelitian, menyatakan temuan ini sangat mengejutkan.

"Perjalanan kapal peneliti ini tidak hanya berhasil mengidentifikasi perputaran arus di perairan sekitar Sydney yang merupakan tempat persemaian bibit lobster, tetapi kami juga menemukan gunung berapi bawah laut," katanya.

Temuan itu menunjukkan empat kawah gunung berapi yang berupa kaldera, yang terbentuk sesudah letusan. 

Jajaran pegunungan ini memiliki panjang 20 km dan lebar 6 km. Kawah yang terbesar berdiameter 1,5 km dengan ketinggian 700 meter dari dasar laut.

Meskipun gunung tersebut sudah tidak aktif, menurut Profesor Richard Arculus dari Australian National University, tipe gunung ini penting bagi penelitian ilmu bumi karena menjadi semacam jendela menuju dasar laut.

"Keberadaannya bisa menjelaskan bagaimana Selandia Baru dan Australia terpisah antara 40-80 juta tahun lalu," kata Profesor Arculus.

Keberadaan gunung bawah laut itu tidak pernah terdeteksi selama ini sebab kapal The Investigator merupakan yang pertama di Australia dengan kemampuan melakukan foto sonar untuk laut dalam.

"Kemampuan kapal peneliti lainnya hanya menjangkau 3 km foto sonar bawah laut," kata Profesor Arculus.

"Sementara itu, The Investigator memiliki kemampuan memetakan dasar laut pada kedalaman tak terbatas," ujarnya.Kapal peneliti ini membawa 28 ilmuan dari berbagai perguruan tinggi di Australia.

Editor: Yunanto Wiji Utomo

Sumber

: Australia Plus ABC