Klinik Sanitasi Diare
-
Upload
uci-maharani -
Category
Documents
-
view
372 -
download
19
Transcript of Klinik Sanitasi Diare
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Dan yang sekarang dirasakan bahwa upaya
pengobatan penyakit dan upaya peningkatan/ perbaikan kualitas lingkungan
dikerjakan secara terpisah dan tidak terintegrasi dengan lainnya. Petugas
paramedis/ medis melaksanakan upaya penyembuhan/ pengobatan tanpa
memperdulikan dan atau mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi
lingkungan perumahan/ permukiman pasien.
Puskesmas secara umum mempunyai misi untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata dan terjangkau sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat
wilayah kerjanya, dengan membina peran serta masyarakat di wilayah
kerjanya dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang antara lain dilakukan
dengan upaya kesehatan inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat guna
.Klinik sanitasi sendiri merupakan salah satu serangkaian unit
pelayanan dari puskesmas. Klinik sanitasi juga merupakan wahana
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan pemberantasan
penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas
pukesmas. Melalui Klinik Sanitasi ketiga unsur pelayanan kesehatan yaitu
promotif, preventif dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui
pelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di
luar maupun di dalam gedung. Sehingga Klinik sanitasi bukan sebagai unit
pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan
pukesmas, bekerja sama dengan program lain dari sektor terkait di wilayah
kerja pukesmas.
Masalah penyakit lingkungan berbasis wilayah meliputi penyakit
karena infeksi baru atau karena kekambuhan merupakan ancaman kesehatan
masyarakat yang harus diantisipasi, karena berpotensi terjadinya Kejadian
Luar Bjuiasa (KLB), menyebar dalam tempo singkat dan menimbulkan
dampak luar biasa terhadap kehidupan masyarakat serta merupakan salah satu
ancaman serius di masa mendatang. Untuk itu dibutuhkan kolaborasi lintas
sektor, lintas program maupun lintas negara dalam manajemen
penanggulangannya, termasuk keterlibatan aktif lembaga pendidikan
kesehatan.
Kejadian luar biasa yang menjadi masalah hingga saat ini adalah
Penyakit Diare karena merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta semakin luas
penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan.
Penyakit Diare adalah sebuah penyakit yang mana tinja atau feses berubah
menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam
24 jam dan dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Selama masyarakat masih belum bisa menjaga sanitasi lingkungan maka
kejadian Diare ini selalu ada terbukti dari peningkatan kasus diare pada setiap
tahunnya.
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut mencret) adalah sebuah
penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-
menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan.
Di Dunia diare adalah penyebab kematian ke tiga, paling umum diare
menyebabkan kematian pada balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta
orang per tahun.
Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia.
Padahal berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya
perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus
dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang
menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas,
khususnya di daerah-daerah miskin.
Oleh karena itu kami melakukan klinik sanitasi pada pasien Diare di
kelurahan Notoprajan dan Kelurahan Ngampilan Yogyakarta. Sedangkan
pemilihan tema Diare karena sebagian warga desa Tahunan masih ada yang
terjangkit diare. Kebanyakan dari masyarakat membuang sampah di sungai,
lingkungan permukiman yang kurang memenuhi syarat dan disebabkan
pengaruh lain seperti perilaku individu, sarana MCK, perilaku terhadap
makanan dan alat makan atau masak. Kegiatan Klinik sanitasi di wilayah ini
meliputi pelaksanaan tindakan pre, post dan pemeriksaan air yang merupakan
upaya dari pengendalian diare.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat rencana usaha penyelenggaraan Klinik
Sanitasi Puskesmas.
2. Mahasiswa mampu menambah pelayanan kesehatan yang sudah ada
sebelumnya dengan melaksanakan protap penyehatan rumah pasien
penyakit Diare
C. Manfaat
1. Bagi puskesmas
a. Merupakan suatu masukan bagi puskesmas dalam pemecahan suatu
masalah kesehatan lingkungan khususnya pada klinik sanitasi
b. Sebagai acuan atau pedoman dalam mengetahui derajat tingkat
kesehatan di wilayah kerja puskesmas
2. Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa dapat membandingkan dan menerapkan ilmu yang
diperoleh pada bangku perkuliahan dengan dilapangan khususnya mata
kuliah klinik sanitasi
3. Bagi konsumen atau masyarakat
Sebagai alternatif pencegahan penyakit Diare sehingga penyakit-penyakit
yang berbasis lingkungan dapat berkurang.
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1. Pelaksanaan praktek kerja lapangan di wilayah kerja Puskesmas
Ngampilan di Kelurahan Ngampilan dan Kelurahan Notoprajan.
2. Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan pada tanggal tanggal 12-23
Oktober 2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian
Penyakit diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah
tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja).
Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang
meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer
lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu
diare akut dan kronis (Mansjoer, A.1999, 501). Penyebab diare yang
utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan kemudian diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
2. Penyebab diare
a. Faktor infeksi
1) Infeksi internal ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi
internal sebagai berikut
2) Infeksi bakteri : Vibrio E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
3) Infeksi virus : Enterovirus (Virus Echo, Coxsackle,
Poliomyelitis), Adeno virus, Rot a virus, Astronovirus dan lain-
lain.
4) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolitica, Giarda lamblia,
Balantidium coli); Jamur (Candida aibicans)
5) Infeksi parenteral adalah infeksi luar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut, tonsilits/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, encephalitis. Keadaan ini terutama pada bayi
dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat
2) Malabsorpsi lemak
3) Malabsorpsi protein
c. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas jarang tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar ( perawatan anak sakit, 1997 dan
pedoman diare,2000)
3. Tanda dan Gejala
a. Anak sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer.
b. Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
d. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya defekasi
4. Materi Pelaksanaan Tindakan Penyehatan Rumah Pasien Diare
a. Pengertian
Penyehatan rumah pasien Diare adalah perbaikan kualitas air dari
cemaran E.Coli dengan pemberian klorinasi Ca(OCl)2 0,2 ppm,
pemberantasan lalat dapur dengan residual baygon pada dinding
dapur dan prepelen minyak cengkeh pada lemari makan pada saat
kunjungan rumah pasien diare.
b. Dasar Kegiatan
Rekam medis serta catatan rujukan dokter
c. Tujuan
1) Menyehatkan air dari cemaran E. Coli
2) Menurunkan density lalat dapur sampai
3) Menurunkan density kecoa sampai 2 ekor/plate/24 jam
d. Uraian Kegiatan
1) Mempelajari Rekam Medis catatan rujukan dengan diagnosa
akhir utama GEA (Gastro Enteritis Akut)
2) Konsultasi keadaan sumber air rumah pasien dari catatan nama
pasien, kepala keluarga dan alamat tempat tinggal
3) Menyiapkan bahan Natri Hypocolrit 12%, botol sampel, cell
lemm lalat, minyak cengkeh, baygon cair, kuas, gelas ukur, alat
tulis, stopwatch dan formulir kunjungan rumah
e. Kunjungan rumah pertama
1) Mengukur density lalat dengan umpan sirup pada lem lalat
selama 15 menit di dapur
2) Mengambil sampel air sumber air pre klorinasi dengan botol
sampel steril
3) Mengukur volume dan pH air
4) Melakukan klorinasi dengan Natri Hyplocorid sesuai volume air
sumur dengan waktu kontak 2 menit
Volume air x 0,2 ppm (dosis)
5) Kebutuhan NaOcl = ---------------------------------------
% NaOcl
6) Mengambil sampel air sumur post klorinasi dengan botol steril.
7) Mengukur density kecoa dengan umpan pelet pada lem lalat di
lemari makan dan dapur selama 24 jam
f. Kunjungan rumah ke dua
1) Melaporkan hasil kepadatan lalat, kecoa MPN E. Coli kepada
keluarga pasien
2) Penguasan minyak cengkeh di lemari makan
3) Melakukan residual baygon di dinding bawah kompor
menggunakan kuas.
Rumus formulasi insektisida
25 x y
X = -----------
C
x = Kebutuhan pestisida
c = Konsentrasi propoxur residu 4 gr / liter
y = Dosis 10 gram / liter
4) Mengukur kepadatan lalat dan kecoa
g. Kunjungan rumah ke tiga
1) Menyampaikan hasil density lalat dan kecoa setelah residual
baygon dan minyak cengkeh
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Kunjungan
No Tanggal Kegiatan
1 12 Oktober 2012 Pembutan media dan pembelian bahan
2 13 Oktober 2012
Melihat data penyakit Diare yang ada di
Puskesmas dan peninjauan lokasi dan
perizinan
3 15 Oktober 2012Kunjungan pertama rumah 1, 2, 3, 4 dan
penanamam pada media
4 17 Oktober 2012 Melihat hasil media dan uji penegasan
5 18 Oktober 2012Kunjungan pertama rumah 5 dan 6 serta
penanaman pada media
6 19 Oktober 2012Melihat hasil pada uji penegasan dan
kunjungan kedua rumah 1, 2, 3, dan 4
7 20 Oktober 2012Kunjungan ketiga rumah 1, 2, 3, 4 dan melihat
hasil media rumah 5,6 serta uji penegasan.
8 22 Oktober 2012Melihat hasil uji penegasan rumah 5 dan 6
serta kunjungan kedua rumah 5 dan 6
9 23 Oktober 2012 Kunjungan ketiga rumah 5 dan 6
10 24-27 Oktober 2012 Penyusunan laporan
B. Langkah Kegiatan
1. Melihat data penyakit Diare di Puskesmas
a. Meminta data dari petugas Higiene Sanitasi (HS) Puskesmas tentang
penderita Diare.
b. Mempelajari data tentang lokasi penderita Diare
2. Meninjau daerah KLB penderita
a. Mencari daerah KLB.
b. Mengunjungi rumah Diare.
3. Melaksanakan kunjungan dengan petugas surveilens Puskesmas
a. Menentukan wilayah kunjungan penderita diare
b. Memberi tahu kepada penderita/keluarga penderita akan diadakan
kunjungan sampai 3 kali kunjungan dengan ada tindakan pada hari
sebelumnya.
4. Mengisi form 1 dan 2 (terlampir)
5. Penyusunan laporan
a. Membandingkan kepadatan lalat pre dan post tindakan.
b. Membandingkan kepadatan kecoa pre dan post tindakan.
c. Membandingkan jumlah E.coli pre dan post tindakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No Nama Pasien
Density Hasil MPN
E.coli/100 mlKecoa Lalat
Pre Post Pre Post Pre Post
1 Wildhan Nur A. 0 0 7 2 22 8
2 Suradiono 0 0 1 0 40 2
3 Alvino Mahardika 0 0 2 0 166 0
4 Tari 0 0 5 0 >1898 0
5 Sinta Yuda R. 0 0 25 4 4 0
6 Laila Listyaningsih 0 0 2 0 5 0
B. Pembahasan
1. Kunjungan kepada Wildhan Nur A. (Rumah Pertama)
Dari hasil kunjungan pertama rumah 1 di dapatkan hasil bahwa
density lalat sebanyak 7 ekor, tidak ditemukan kecoa, pH air sumur pre
klorinasi 6,4 dan setelah post klorinasi pH menurun menjadi 6,2, serta
didapatkan volume air sumur 353,250 L. Dari volume air sumur tersebut
diperoleh kebutuhan NaOcl 12% sebanyak 0,5 ml. Dikarenakan
ditemukannya lalat pada umpan sirup pada kunjungan pertama maka
dilakukan sebuah tindakan pada kunjungan kedua. Pada kunjungan
kedua dilakukan tindakan berupa residual baygon didinding bawah
kompor dan penguasan minyak cengkeh di dekat tempat penyimpanan
makanan, karena pada rumah pertama tidak memiliki lemari makan,
maka penguasan minyak cengkeh dilakukan dekat dengan tempat
meletakkan makanan yang kemudian dilakukan perhitungan density lalat
dan kecoa. Setelah post tindakan didapatkan density lalat menurun
menjadi 2 ekor.
Air yang terdapat pada sumur digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
yaitu untuk mandi, mencuci, memasak dan air minum. Kondisi sumur
berada di luar rumah dan dalam keadaan yang terbuka dan berlumut.
Pondasi bangunannya untuk lantai tidak kedap air sehingga air langsung
bisa merembes walaupun sudah ada aliran untuk pembuangan. Selain itu
sumber air bersih juga berdekatan dengan home industry pembuatan
tahu, dimana home industry ini juga banyak didatangi lalat. Jarak yang
dekat dengan septic tank juga memungkinkan menyebabkan pencemaran
E.Coli pada sumber air bersih ini. Selain itu tidak adanya SPAL pada
home industry tahu ini, sehingga saluran pembuangan limbahnya pun
berdekatan dengan sumber air bersih ini. Dari hasil pemeriksaan E.Coli
pre klorinasi didapatkan 22MPN E.Coli dalam setiap 100 ml dan terjadi
penurunan yang signifikan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap post
klorinasi dengan hasil 8 MPN E.Coli dalam setiap 100ml. Dan jumlah
tersebut masih memenuhi baku mutu untuk air bersih.
2. Kunjungan kepada Suradiono (rumah 2)
Dari kunjungan rumah ke2 pada kunjungan pertama di dapatkan
hasil density lalat hanya 1 ekor dan tidak ditemukan kecoa. pH air sumur
pre klorinasi adalah 6,2 dan setelah dilakukan klorinasi pH air sumur
menurun menjadi 6,0. Volume air sumur adalah 75,360 L sehingga
didapatkan kebutuhan Natri Hypoclorit hanya 0,125 ml.
Jarak antara sumur gali dengan septic tank sangat dekat berkisar
sekitar 5 meter, disamping itu ada septic tank tetangga yang jarak dengan
sumur kurang dari 10 meter,kurang lebih 7 meter. Hal ini menyebabkan
besar kemungkinan bahwa air sumur gali yang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari telah tercemar oleh E.coli. Jarak antar rumah yang
dekat dengan lahan yang terbatas tidak memungkinkan mengatur jarak
antara septic tank dengan sumber air lebih dari 10 meter, dan hal ini
menjadi suatu masalah. Selain itu pasien diare pada rumah kedua tidak
pernah memasak makanannya sendiri. Pasien selalu membeli makanan
diluar rumah sehingga kemungkinan penyebab diare selain air yang
tercemar juga makanan yang dibeli tidak sehat, bisa disebabkan dari
proses pengolahan yang tidak hygiene, atau letak penjualan makanan
yang memungkinkan tercemar atau dihinggapi oleh lalat sehingga
menyebabkan pasien ini sering kali menderita diare. Dari hasil
pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan 40MPN E.Coli dalam setiap
100 ml dan terjadi penurunan yang signifikan setelah dilakukan
pemeriksaan terhadap post klorinasi dengan hasil 2 MPN E.Coli dalam
setiap 100ml. Dan jumlah tersebut masih memenuhi baku mutu untuk air
bersih.
3. Kunjungan kepada Alvino Mahardika (Rumah 3)
Dari hasil kunjungan pertama di rumah ketiga, maka didapatkan
hasil bahwa density lalat sebanyak 4 ekor dan tidak ditemukan kecoa, pH
air sumur sebelum klorinasi adalah 6,5 dan setelah diklorinasi pH menurun
menjadi 6,2. Volume air sumurnya adalah 441,5625 L, sehingga
didapatkan kebutuhan NatriHypocloritnya sebanyak 0,7 ml. Pada
kunjungan kedua dilakukan residual baygon didinding bawah kompor dan
penguasan minyak cengkeh didalam lemari makan. Tindakan tersebut
dilakukan karena didapatkannya density lalat pada umpan sirup di
kunjungan pertama.
Air sumur sebagai sumber air bersih digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari seperti mencuci peralatan makan dan minum, memasak,
mandi, dan mencuci pakaian. Kondisi dapur yang digunakan dalam
proses masak memasak kotor sehingga memungkinkan menyebabkan
makanan dan minuman yang dimasak tidak sehat dan dapat
menyebabkan diare, selain itu letak jamban/kamar mandi yang
bersebelahan dengan sumur juga memungkinkan pencemaran air sumur.
Dari hasil pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan 166MPN E.Coli
dalam setiap 100 ml dan terjadi penurunan yang signifikan setelah
dilakukan pemeriksaan terhadap post klorinasi hingga mendapatkan hasil
0 MPN E.Coli dalam setiap 100ml
.
4. Kunjungan kepada Tari (rumah 4)
Dari hasil kunjungan pertama rumah keempat didapatkan density lalat
sebanyak 5 ekor dan tidak ditemukan kecoa. pH air sumurnya adalah 6,4
sebelum dilakukan klorinasi dan menurun menjadi 6,1 setelah dilakukan
klorinasi. Volume air sumurnya adalah 1338,5 L sehingga didapatkan
kebutuhan natri Hypocloritnya adalah 2,23 ml. dengan waktu kontak 2
menit dilakukan klorinasi dan diambil sampel air post klorinasi
menggunakan botol steril.
Jarak sumur sebagai sumber air bersih dengan septic tank
bersebelahan sekitar 1 meter, sehingga jumlah E.Coli yang didapatkan
setelah pemeriksaan pada sumur gali ini sangat banyak bahkan tidak
terdeteksi, ditambah septic tank yang pernah mengalami kebocoran
karena bangunan septic tank yang tidak kedap air sehingga besar sekali
kemungkinannya bahwa pasien diare pada rumah keempat disebabkan
oleh mengkonsumsi/menggunakan air yang telah tercemar. Dari hasil
pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan jumlah E.coli yang sangat
banyak bahkan tidak terdeteksi >1898MPN E.Coli dalam setiap 100 ml,
hal ini tentu saja karena jarak septic tak dan sumur yang berdampingan
dan bangunan septic tank yang tidak kuat sehingga pernah mengalami
kebocoran beberapa waktu sebelum kejadian diare. Dan terjadi
penurunan yang signifikan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap post
klorinasi hingga mendapatkan hasil 0 MPN E.Coli dalam setiap 100ml.
Sehingga bisa dikatakan bahwa klorinasi yang dilakukan efektif.
5. Kunjungan kepada Sinta Yuda Ramadani (rumah 5)
Dari hasil kunjungan pertama pada rumah kelima didapatkan density
lalat yang sangat banyak mencapai 25 ekor, hal ini kemungkinan
disebabkan karena kondisi jamban/kamar mandi yang tidak sehat, adanya
penumpukan sampah disekitar rumah, dan letak rumah yang dekat
dengan aliran sungai yang kotor, akan tetapi tidak ditemukan kecoa. pH
air 7,2 sebelum klorinasi dan menurun hingga 6,8 setelah dilakukan
klorinasi. Volume air sumurnya 351,68 L sehingga didapatkan kebutuhan
Natri hypocloritnya sebanyak 0,35ml dilakukan klorinasi dengan waktu
kontak 2 menit dan diambil sampel post klorinasi menggunakan botol
steril. Dari hasil pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan 4 MPN
E.Coli dalam setiap 100 ml dan terjadi penurunan yang signifikan setelah
dilakukan pemeriksaan terhadap post klorinasi dengan hasil 0 MPN
E.Coli dalam setiap 100ml.
6. Kunjungan kepada Laila Listyaningsih (rumah keenam)
Dari hasil kunjungan pertama rumah 6 di dapatkan hasil bahwa
density lalat sebanyak 1 ekor, tidak ditemukan kecoa, pH air sumur pre
klorinasi 6,4 dan setelah post klorinasi pH menurun menjadi 6,2, serta
didapatkan volume air sumur 778,9 L. Dari volume air sumur tersebut
diperoleh kebutuhan NaOcl 12% sebanyak 1,3 ml. Dikarenakan
ditemukannya lalat pada umpan sirup pada kunjungan pertama maka
dilakukan sebuah tindakan pada kunjungan kedua. Pada kunjungan kedua
dilakukan tindakan berupa residual baygon didinding bawah kompor dan
penguasan minyak cengkeh di dekat tempat penyimpanan makanan,
Dikarenakan pada rumah keenam tidak memiliki lemari makan, maka
penguasan minyak cengkeh dilakukan dekat dengan tempat meletakkan
makanan yang kemudian dilakukan perhitungan density lalat dan kecoa.
Setelah post tindakan didapatkan density lalat menurun menjadi 2 ekor.
Air yang terdapat pada sumur digunakan untuk kebutuhan sehari-
hari yaitu untuk mandi, mencuci, memasak dan air minum. Kondisi sumur
berada di luar rumah dan dalam keadaan yang terbuka sehingga pernah
mengalami pencemaran oleh limbah home industry disekitarnya sehingga
sumur ini pernah tidak dipergunakan dalam beberapa waktu. Dari hasil
pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan 5MPN E.Coli dalam setiap
100 ml dan terjadi penurunan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap post
klorinasi dengan hasil mencpai 0 MPN E.Coli dalam setiap 100ml.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pemeriksaan MPN E.Coli dan melakukan perhitungan terhadap
density lalat dan kecoa, maka dari enam pasien diare diduga dua pasien
diare mengkonsumsi air sumur dengan kandungan E.Coli yang melebihi
baku mutu, satu pasien disebabkan oleh perantara makanan, satu pasien
diduga dipengaruhi/disebabkan oleh vector lalat yang banyak disekitar
rumahnya, dua psaien lagi diduga karena pernah terjadinya pencemaran di
sumurnya, sehingga dua pasien tersebut mengkonsumsi air yang tidak
sehat dengan proses pemasakan yang belum benar sempurna..
2. Sumur yang digunakan pasien mengandung E. Coli, dengan jumlah
tertinggi >1898 MPN E.Coli dalam setiap 100ml air sumur dan terenah
4MPN E.Coli dalam setiap 100 ml air sumur.
3. Lima sumur yang diberi perlakuan mengalami penurunan jumlah E. Coli
yang signifikan hingga mencapai 0 MPN E.Coli dalam setap 100 ml air
sumur.
B. Saran
Dari hasil praktik pemeriksaan yang kami lakukan di wilayah
kecamatan Ngampilan memberikan saran :
1. Memperhatikan kondisi makanan dan minuman yang akan dikonsumsi
serta tempatnya
2. Menggunakan air yang bersih dan bebas E. Coli
3. Merebus air hingga mendidih sebelum diminum
4. Menerapkan pola hidup sehat terutama pada keluarga
5. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar rumah
DAFTAR PUSTAKA
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC.
Jakarta
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis.
Ed 6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr.
Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Lapangan Mata Kuliah Klinik Sanitasi Wilayah Kerja Puskesmas
Mantrijeron.
Kelompok : Kunjungan Rumah Pasien Diare Kelas Reguler
Lokasi : Puskesmas Mantrijeron.
Laporan Praktik Klinik Sanitasi telah diselesaikan dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Yogyakarta, 10 November 2012
Menyetujui,
Pembimbing Praktik Dosen Mata Kuliah
Sigit Sudaryanto, SKM, M.Pd Muryoto, SKM, M.Kes
NIP. 196308281987031002 NIP.195312061976061001
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Pembimbing Lapangan