Klinik Sanitasi Diare

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Dan yang sekarang dirasakan bahwa upaya pengobatan penyakit dan upaya peningkatan/ perbaikan kualitas lingkungan dikerjakan secara terpisah dan tidak terintegrasi dengan lainnya. Petugas paramedis/ medis melaksanakan upaya penyembuhan/ pengobatan tanpa memperdulikan dan atau mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi lingkungan perumahan/ permukiman pasien. Puskesmas secara umum mempunyai misi untuk menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat wilayah kerjanya, dengan membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang antara lain dilakukan dengan upaya kesehatan inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat guna .Klinik sanitasi sendiri merupakan salah satu serangkaian unit pelayanan dari puskesmas. Klinik sanitasi juga merupakan wahana masyarakat untuk

Transcript of Klinik Sanitasi Diare

Page 1: Klinik Sanitasi Diare

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat. Dan yang sekarang dirasakan bahwa upaya

pengobatan penyakit dan upaya peningkatan/ perbaikan kualitas lingkungan

dikerjakan secara terpisah dan tidak terintegrasi dengan lainnya. Petugas

paramedis/ medis melaksanakan upaya penyembuhan/ pengobatan tanpa

memperdulikan dan atau mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi

lingkungan perumahan/ permukiman pasien.

Puskesmas secara umum mempunyai misi untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata dan terjangkau sesuai dengan

kebutuhan masyarakat, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat

wilayah kerjanya, dengan membina peran serta masyarakat di wilayah

kerjanya dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang antara lain dilakukan

dengan upaya kesehatan inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat guna

.Klinik sanitasi sendiri merupakan salah satu serangkaian unit

pelayanan dari puskesmas. Klinik sanitasi juga merupakan wahana

masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan pemberantasan

penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas

pukesmas. Melalui Klinik Sanitasi ketiga unsur pelayanan kesehatan yaitu

promotif, preventif dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui

pelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di

luar maupun di dalam gedung. Sehingga Klinik sanitasi bukan sebagai unit

pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan

pukesmas, bekerja sama dengan program lain dari sektor terkait di wilayah

kerja pukesmas.

Masalah penyakit lingkungan berbasis wilayah meliputi penyakit

karena infeksi baru atau karena kekambuhan merupakan ancaman kesehatan

masyarakat yang harus diantisipasi, karena berpotensi terjadinya Kejadian

Page 2: Klinik Sanitasi Diare

Luar Bjuiasa (KLB), menyebar dalam tempo singkat dan menimbulkan

dampak luar biasa terhadap kehidupan masyarakat serta merupakan salah satu

ancaman serius di masa mendatang. Untuk itu dibutuhkan kolaborasi lintas

sektor, lintas program maupun lintas negara dalam manajemen

penanggulangannya, termasuk keterlibatan aktif lembaga pendidikan

kesehatan.

Kejadian luar biasa yang menjadi masalah hingga saat ini adalah

Penyakit Diare karena merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta semakin luas

penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan.

Penyakit Diare adalah sebuah penyakit yang mana tinja atau feses berubah

menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam

24 jam dan dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Selama masyarakat masih belum bisa menjaga sanitasi lingkungan maka

kejadian Diare ini selalu ada terbukti dari peningkatan kasus diare pada setiap

tahunnya.

Diare (atau dalam bahasa kasar disebut mencret) adalah sebuah

penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-

menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan.

Di Dunia diare adalah penyebab kematian ke tiga, paling umum diare

menyebabkan kematian pada balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta

orang per tahun.

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia.

Padahal berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya

perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus

dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang

menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas,

khususnya di daerah-daerah miskin.

Oleh karena itu kami melakukan klinik sanitasi pada pasien Diare di

kelurahan Notoprajan dan Kelurahan Ngampilan Yogyakarta. Sedangkan

pemilihan tema Diare karena sebagian warga desa Tahunan masih ada yang

Page 3: Klinik Sanitasi Diare

terjangkit diare. Kebanyakan dari masyarakat membuang sampah di sungai,

lingkungan permukiman yang kurang memenuhi syarat dan disebabkan

pengaruh lain seperti perilaku individu, sarana MCK, perilaku terhadap

makanan dan alat makan atau masak. Kegiatan Klinik sanitasi di wilayah ini

meliputi pelaksanaan tindakan pre, post dan pemeriksaan air yang merupakan

upaya dari pengendalian diare.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu membuat rencana usaha penyelenggaraan Klinik

Sanitasi Puskesmas.

2. Mahasiswa mampu menambah pelayanan kesehatan yang sudah ada

sebelumnya dengan melaksanakan protap penyehatan rumah pasien

penyakit Diare

C. Manfaat

1. Bagi puskesmas

a. Merupakan suatu masukan bagi puskesmas dalam pemecahan suatu

masalah kesehatan lingkungan khususnya pada klinik sanitasi

b. Sebagai acuan atau pedoman dalam mengetahui derajat tingkat

kesehatan di wilayah kerja puskesmas

2. Bagi mahasiswa

Agar mahasiswa dapat membandingkan dan menerapkan ilmu yang

diperoleh pada bangku perkuliahan dengan dilapangan khususnya mata

kuliah klinik sanitasi

3. Bagi konsumen atau masyarakat

Sebagai alternatif pencegahan penyakit Diare sehingga penyakit-penyakit

yang berbasis lingkungan dapat berkurang.

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

1. Pelaksanaan praktek kerja lapangan di wilayah kerja Puskesmas

Ngampilan di Kelurahan Ngampilan dan Kelurahan Notoprajan.

2. Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan pada tanggal tanggal 12-23

Oktober 2012

Page 4: Klinik Sanitasi Diare

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Pengertian

Penyakit diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah

tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja).

Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang

meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer

lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu

diare akut dan kronis (Mansjoer, A.1999, 501). Penyebab diare yang

utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat yang

tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam

rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)

pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam

rongga usus dan kemudian diare timbul karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke

dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan

toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.

Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya

hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya

dapat menimbulkan diare pula.

Page 5: Klinik Sanitasi Diare

2. Penyebab diare

a. Faktor infeksi

1) Infeksi internal ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi

internal sebagai berikut

2) Infeksi bakteri : Vibrio E.Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

3) Infeksi virus : Enterovirus (Virus Echo, Coxsackle,

Poliomyelitis), Adeno virus, Rot a virus, Astronovirus dan lain-

lain.

4) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolitica, Giarda lamblia,

Balantidium coli); Jamur (Candida aibicans)

5) Infeksi parenteral adalah infeksi luar alat pencernaan makanan

seperti otitis media akut, tonsilits/tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, encephalitis. Keadaan ini terutama pada bayi

dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorpsi

1) Malabsorpsi karbohidrat

2) Malabsorpsi lemak

3) Malabsorpsi protein

c. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas jarang tetapi dapat terjadi

pada anak yang lebih besar ( perawatan anak sakit, 1997 dan

pedoman diare,2000)

3. Tanda dan Gejala

a. Anak sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau

encer.

b. Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu

makan berkurang.

Page 6: Klinik Sanitasi Diare

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

empedu.

d. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya defekasi

4. Materi Pelaksanaan Tindakan Penyehatan Rumah Pasien Diare

a. Pengertian

Penyehatan rumah pasien Diare adalah perbaikan kualitas air dari

cemaran E.Coli dengan pemberian klorinasi Ca(OCl)2 0,2 ppm,

pemberantasan lalat dapur dengan residual baygon pada dinding

dapur dan prepelen minyak cengkeh pada lemari makan pada saat

kunjungan rumah pasien diare.

b. Dasar Kegiatan

Rekam medis serta catatan rujukan dokter

c. Tujuan

1) Menyehatkan air dari cemaran E. Coli

2) Menurunkan density lalat dapur sampai

3) Menurunkan density kecoa sampai 2 ekor/plate/24 jam

d. Uraian Kegiatan

1) Mempelajari Rekam Medis catatan rujukan dengan diagnosa

akhir utama GEA (Gastro Enteritis Akut)

2) Konsultasi keadaan sumber air rumah pasien dari catatan nama

pasien, kepala keluarga dan alamat tempat tinggal

3) Menyiapkan bahan Natri Hypocolrit 12%, botol sampel, cell

lemm lalat, minyak cengkeh, baygon cair, kuas, gelas ukur, alat

tulis, stopwatch dan formulir kunjungan rumah

e. Kunjungan rumah pertama

1) Mengukur density lalat dengan umpan sirup pada lem lalat

selama 15 menit di dapur

2) Mengambil sampel air sumber air pre klorinasi dengan botol

sampel steril

3) Mengukur volume dan pH air

Page 7: Klinik Sanitasi Diare

4) Melakukan klorinasi dengan Natri Hyplocorid sesuai volume air

sumur dengan waktu kontak 2 menit

Volume air x 0,2 ppm (dosis)

5) Kebutuhan NaOcl = ---------------------------------------

% NaOcl

6) Mengambil sampel air sumur post klorinasi dengan botol steril.

7) Mengukur density kecoa dengan umpan pelet pada lem lalat di

lemari makan dan dapur selama 24 jam

f. Kunjungan rumah ke dua

1) Melaporkan hasil kepadatan lalat, kecoa MPN E. Coli kepada

keluarga pasien

2) Penguasan minyak cengkeh di lemari makan

3) Melakukan residual baygon di dinding bawah kompor

menggunakan kuas.

Rumus formulasi insektisida

25 x y

X = -----------

C

x = Kebutuhan pestisida

c = Konsentrasi propoxur residu 4 gr / liter

y = Dosis 10 gram / liter

4) Mengukur kepadatan lalat dan kecoa

g. Kunjungan rumah ke tiga

1) Menyampaikan hasil density lalat dan kecoa setelah residual

baygon dan minyak cengkeh

Page 8: Klinik Sanitasi Diare

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Kunjungan

No Tanggal Kegiatan

1 12 Oktober 2012 Pembutan media dan pembelian bahan

2 13 Oktober 2012

Melihat data penyakit Diare yang ada di

Puskesmas dan peninjauan lokasi dan

perizinan

3 15 Oktober 2012Kunjungan pertama rumah 1, 2, 3, 4 dan

penanamam pada media

4 17 Oktober 2012 Melihat hasil media dan uji penegasan

5 18 Oktober 2012Kunjungan pertama rumah 5 dan 6 serta

penanaman pada media

6 19 Oktober 2012Melihat hasil pada uji penegasan dan

kunjungan kedua rumah 1, 2, 3, dan 4

7 20 Oktober 2012Kunjungan ketiga rumah 1, 2, 3, 4 dan melihat

hasil media rumah 5,6 serta uji penegasan.

8 22 Oktober 2012Melihat hasil uji penegasan rumah 5 dan 6

serta kunjungan kedua rumah 5 dan 6

9 23 Oktober 2012 Kunjungan ketiga rumah 5 dan 6

10 24-27 Oktober 2012 Penyusunan laporan

B. Langkah Kegiatan

1. Melihat data penyakit Diare di Puskesmas

a. Meminta data dari petugas Higiene Sanitasi (HS) Puskesmas tentang

penderita Diare.

b. Mempelajari data tentang lokasi penderita Diare

2. Meninjau daerah KLB penderita

a. Mencari daerah KLB.

Page 9: Klinik Sanitasi Diare

b. Mengunjungi rumah Diare.

3. Melaksanakan kunjungan dengan petugas surveilens Puskesmas

a. Menentukan wilayah kunjungan penderita diare

b. Memberi tahu kepada penderita/keluarga penderita akan diadakan

kunjungan sampai 3 kali kunjungan dengan ada tindakan pada hari

sebelumnya.

4. Mengisi form 1 dan 2 (terlampir)

5. Penyusunan laporan

a. Membandingkan kepadatan lalat pre dan post tindakan.

b. Membandingkan kepadatan kecoa pre dan post tindakan.

c. Membandingkan jumlah E.coli pre dan post tindakan.

Page 10: Klinik Sanitasi Diare

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Nama Pasien

Density Hasil MPN

E.coli/100 mlKecoa Lalat

Pre Post Pre Post Pre Post

1 Wildhan Nur A. 0 0 7 2 22 8

2 Suradiono 0 0 1 0 40 2

3 Alvino Mahardika 0 0 2 0 166 0

4 Tari 0 0 5 0 >1898 0

5 Sinta Yuda R. 0 0 25 4 4 0

6 Laila Listyaningsih 0 0 2 0 5 0

B. Pembahasan

1. Kunjungan kepada Wildhan Nur A. (Rumah Pertama)

Dari hasil kunjungan pertama rumah 1 di dapatkan hasil bahwa

density lalat sebanyak 7 ekor, tidak ditemukan kecoa, pH air sumur pre

klorinasi 6,4 dan setelah post klorinasi pH menurun menjadi 6,2, serta

didapatkan volume air sumur 353,250 L. Dari volume air sumur tersebut

diperoleh kebutuhan NaOcl 12% sebanyak 0,5 ml. Dikarenakan

ditemukannya lalat pada umpan sirup pada kunjungan pertama maka

dilakukan sebuah tindakan pada kunjungan kedua. Pada kunjungan

kedua dilakukan tindakan berupa residual baygon didinding bawah

kompor dan penguasan minyak cengkeh di dekat tempat penyimpanan

makanan, karena pada rumah pertama tidak memiliki lemari makan,

maka penguasan minyak cengkeh dilakukan dekat dengan tempat

meletakkan makanan yang kemudian dilakukan perhitungan density lalat

dan kecoa. Setelah post tindakan didapatkan density lalat menurun

menjadi 2 ekor.

Page 11: Klinik Sanitasi Diare

Air yang terdapat pada sumur digunakan untuk kebutuhan sehari-hari

yaitu untuk mandi, mencuci, memasak dan air minum. Kondisi sumur

berada di luar rumah dan dalam keadaan yang terbuka dan berlumut.

Pondasi bangunannya untuk lantai tidak kedap air sehingga air langsung

bisa merembes walaupun sudah ada aliran untuk pembuangan. Selain itu

sumber air bersih juga berdekatan dengan home industry pembuatan

tahu, dimana home industry ini juga banyak didatangi lalat. Jarak yang

dekat dengan septic tank juga memungkinkan menyebabkan pencemaran

E.Coli pada sumber air bersih ini. Selain itu tidak adanya SPAL pada

home industry tahu ini, sehingga saluran pembuangan limbahnya pun

berdekatan dengan sumber air bersih ini. Dari hasil pemeriksaan E.Coli

pre klorinasi didapatkan 22MPN E.Coli dalam setiap 100 ml dan terjadi

penurunan yang signifikan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap post

klorinasi dengan hasil 8 MPN E.Coli dalam setiap 100ml. Dan jumlah

tersebut masih memenuhi baku mutu untuk air bersih.

2. Kunjungan kepada Suradiono (rumah 2)

Dari kunjungan rumah ke2 pada kunjungan pertama di dapatkan

hasil density lalat hanya 1 ekor dan tidak ditemukan kecoa. pH air sumur

pre klorinasi adalah 6,2 dan setelah dilakukan klorinasi pH air sumur

menurun menjadi 6,0. Volume air sumur adalah 75,360 L sehingga

didapatkan kebutuhan Natri Hypoclorit hanya 0,125 ml.

Jarak antara sumur gali dengan septic tank sangat dekat berkisar

sekitar 5 meter, disamping itu ada septic tank tetangga yang jarak dengan

sumur kurang dari 10 meter,kurang lebih 7 meter. Hal ini menyebabkan

besar kemungkinan bahwa air sumur gali yang digunakan untuk

kebutuhan sehari-hari telah tercemar oleh E.coli. Jarak antar rumah yang

dekat dengan lahan yang terbatas tidak memungkinkan mengatur jarak

antara septic tank dengan sumber air lebih dari 10 meter, dan hal ini

menjadi suatu masalah. Selain itu pasien diare pada rumah kedua tidak

pernah memasak makanannya sendiri. Pasien selalu membeli makanan

diluar rumah sehingga kemungkinan penyebab diare selain air yang

Page 12: Klinik Sanitasi Diare

tercemar juga makanan yang dibeli tidak sehat, bisa disebabkan dari

proses pengolahan yang tidak hygiene, atau letak penjualan makanan

yang memungkinkan tercemar atau dihinggapi oleh lalat sehingga

menyebabkan pasien ini sering kali menderita diare. Dari hasil

pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan 40MPN E.Coli dalam setiap

100 ml dan terjadi penurunan yang signifikan setelah dilakukan

pemeriksaan terhadap post klorinasi dengan hasil 2 MPN E.Coli dalam

setiap 100ml. Dan jumlah tersebut masih memenuhi baku mutu untuk air

bersih.

3. Kunjungan kepada Alvino Mahardika (Rumah 3)

Dari hasil kunjungan pertama di rumah ketiga, maka didapatkan

hasil bahwa density lalat sebanyak 4 ekor dan tidak ditemukan kecoa, pH

air sumur sebelum klorinasi adalah 6,5 dan setelah diklorinasi pH menurun

menjadi 6,2. Volume air sumurnya adalah 441,5625 L, sehingga

didapatkan kebutuhan NatriHypocloritnya sebanyak 0,7 ml. Pada

kunjungan kedua dilakukan residual baygon didinding bawah kompor dan

penguasan minyak cengkeh didalam lemari makan. Tindakan tersebut

dilakukan karena didapatkannya density lalat pada umpan sirup di

kunjungan pertama.

Air sumur sebagai sumber air bersih digunakan untuk kebutuhan

sehari-hari seperti mencuci peralatan makan dan minum, memasak,

mandi, dan mencuci pakaian. Kondisi dapur yang digunakan dalam

proses masak memasak kotor sehingga memungkinkan menyebabkan

makanan dan minuman yang dimasak tidak sehat dan dapat

menyebabkan diare, selain itu letak jamban/kamar mandi yang

bersebelahan dengan sumur juga memungkinkan pencemaran air sumur.

Dari hasil pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan 166MPN E.Coli

dalam setiap 100 ml dan terjadi penurunan yang signifikan setelah

dilakukan pemeriksaan terhadap post klorinasi hingga mendapatkan hasil

0 MPN E.Coli dalam setiap 100ml

.

Page 13: Klinik Sanitasi Diare

4. Kunjungan kepada Tari (rumah 4)

Dari hasil kunjungan pertama rumah keempat didapatkan density lalat

sebanyak 5 ekor dan tidak ditemukan kecoa. pH air sumurnya adalah 6,4

sebelum dilakukan klorinasi dan menurun menjadi 6,1 setelah dilakukan

klorinasi. Volume air sumurnya adalah 1338,5 L sehingga didapatkan

kebutuhan natri Hypocloritnya adalah 2,23 ml. dengan waktu kontak 2

menit dilakukan klorinasi dan diambil sampel air post klorinasi

menggunakan botol steril.

Jarak sumur sebagai sumber air bersih dengan septic tank

bersebelahan sekitar 1 meter, sehingga jumlah E.Coli yang didapatkan

setelah pemeriksaan pada sumur gali ini sangat banyak bahkan tidak

terdeteksi, ditambah septic tank yang pernah mengalami kebocoran

karena bangunan septic tank yang tidak kedap air sehingga besar sekali

kemungkinannya bahwa pasien diare pada rumah keempat disebabkan

oleh mengkonsumsi/menggunakan air yang telah tercemar. Dari hasil

pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan jumlah E.coli yang sangat

banyak bahkan tidak terdeteksi >1898MPN E.Coli dalam setiap 100 ml,

hal ini tentu saja karena jarak septic tak dan sumur yang berdampingan

dan bangunan septic tank yang tidak kuat sehingga pernah mengalami

kebocoran beberapa waktu sebelum kejadian diare. Dan terjadi

penurunan yang signifikan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap post

klorinasi hingga mendapatkan hasil 0 MPN E.Coli dalam setiap 100ml.

Sehingga bisa dikatakan bahwa klorinasi yang dilakukan efektif.

5. Kunjungan kepada Sinta Yuda Ramadani (rumah 5)

Dari hasil kunjungan pertama pada rumah kelima didapatkan density

lalat yang sangat banyak mencapai 25 ekor, hal ini kemungkinan

disebabkan karena kondisi jamban/kamar mandi yang tidak sehat, adanya

penumpukan sampah disekitar rumah, dan letak rumah yang dekat

dengan aliran sungai yang kotor, akan tetapi tidak ditemukan kecoa. pH

air 7,2 sebelum klorinasi dan menurun hingga 6,8 setelah dilakukan

klorinasi. Volume air sumurnya 351,68 L sehingga didapatkan kebutuhan

Page 14: Klinik Sanitasi Diare

Natri hypocloritnya sebanyak 0,35ml dilakukan klorinasi dengan waktu

kontak 2 menit dan diambil sampel post klorinasi menggunakan botol

steril. Dari hasil pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan 4 MPN

E.Coli dalam setiap 100 ml dan terjadi penurunan yang signifikan setelah

dilakukan pemeriksaan terhadap post klorinasi dengan hasil 0 MPN

E.Coli dalam setiap 100ml.

6. Kunjungan kepada Laila Listyaningsih (rumah keenam)

Dari hasil kunjungan pertama rumah 6 di dapatkan hasil bahwa

density lalat sebanyak 1 ekor, tidak ditemukan kecoa, pH air sumur pre

klorinasi 6,4 dan setelah post klorinasi pH menurun menjadi 6,2, serta

didapatkan volume air sumur 778,9 L. Dari volume air sumur tersebut

diperoleh kebutuhan NaOcl 12% sebanyak 1,3 ml. Dikarenakan

ditemukannya lalat pada umpan sirup pada kunjungan pertama maka

dilakukan sebuah tindakan pada kunjungan kedua. Pada kunjungan kedua

dilakukan tindakan berupa residual baygon didinding bawah kompor dan

penguasan minyak cengkeh di dekat tempat penyimpanan makanan,

Dikarenakan pada rumah keenam tidak memiliki lemari makan, maka

penguasan minyak cengkeh dilakukan dekat dengan tempat meletakkan

makanan yang kemudian dilakukan perhitungan density lalat dan kecoa.

Setelah post tindakan didapatkan density lalat menurun menjadi 2 ekor.

Air yang terdapat pada sumur digunakan untuk kebutuhan sehari-

hari yaitu untuk mandi, mencuci, memasak dan air minum. Kondisi sumur

berada di luar rumah dan dalam keadaan yang terbuka sehingga pernah

mengalami pencemaran oleh limbah home industry disekitarnya sehingga

sumur ini pernah tidak dipergunakan dalam beberapa waktu. Dari hasil

pemeriksaan E.Coli pre klorinasi didapatkan 5MPN E.Coli dalam setiap

100 ml dan terjadi penurunan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap post

klorinasi dengan hasil mencpai 0 MPN E.Coli dalam setiap 100ml.

Page 15: Klinik Sanitasi Diare

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil pemeriksaan MPN E.Coli dan melakukan perhitungan terhadap

density lalat dan kecoa, maka dari enam pasien diare diduga dua pasien

diare mengkonsumsi air sumur dengan kandungan E.Coli yang melebihi

baku mutu, satu pasien disebabkan oleh perantara makanan, satu pasien

diduga dipengaruhi/disebabkan oleh vector lalat yang banyak disekitar

rumahnya, dua psaien lagi diduga karena pernah terjadinya pencemaran di

sumurnya, sehingga dua pasien tersebut mengkonsumsi air yang tidak

sehat dengan proses pemasakan yang belum benar sempurna..

2. Sumur yang digunakan pasien mengandung E. Coli, dengan jumlah

tertinggi >1898 MPN E.Coli dalam setiap 100ml air sumur dan terenah

4MPN E.Coli dalam setiap 100 ml air sumur.

3. Lima sumur yang diberi perlakuan mengalami penurunan jumlah E. Coli

yang signifikan hingga mencapai 0 MPN E.Coli dalam setap 100 ml air

sumur.

B. Saran

Dari hasil praktik pemeriksaan yang kami lakukan di wilayah

kecamatan Ngampilan memberikan saran :

1. Memperhatikan kondisi makanan dan minuman yang akan dikonsumsi

serta tempatnya

2. Menggunakan air yang bersih dan bebas E. Coli

3. Merebus air hingga mendidih sebelum diminum

4. Menerapkan pola hidup sehat terutama pada keluarga

5. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar rumah

Page 16: Klinik Sanitasi Diare

DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC.

Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis.

Ed 6. EGC. Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr.

Soetomo. Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Page 17: Klinik Sanitasi Diare

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Lapangan Mata Kuliah Klinik Sanitasi Wilayah Kerja Puskesmas

Mantrijeron.

Kelompok : Kunjungan Rumah Pasien Diare Kelas Reguler

Lokasi : Puskesmas Mantrijeron.

Laporan Praktik Klinik Sanitasi telah diselesaikan dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Yogyakarta, 10 November 2012

Menyetujui,

Pembimbing Praktik Dosen Mata Kuliah

Sigit Sudaryanto, SKM, M.Pd Muryoto, SKM, M.Kes

NIP. 196308281987031002 NIP.195312061976061001

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Pembimbing Lapangan