Klasifikasi Materi
-
Upload
fadhila-el-husna -
Category
Documents
-
view
194 -
download
13
Transcript of Klasifikasi Materi
Klasifikasi Materi
1. Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-
nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian
atau komponen suatu benda, dan sebagainya
2. Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi
dan sebagainya.
3. Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,
meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan
antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
4. Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
5. Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran,
kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, dsb.
Untuk semua jenjang pendidikan, materi pembelajaran matematika meliputi
(Ebbutt dan Straker, 1995):
1. Fakta (facts), meliputi informasi, nama, istilah dan konvensi
2. Pengertian (concepts), meliputi membangun struktur pengertian, peranan
struktur pengertian, konservasi, himpunan, hubungan pola,urutan, model, operasi,
dan algoritma.
3. Keterampilan penalaran, meliputi memahami pengertian, berfikir logis,
memahami contoh negatif, berpikir deduksi, berpikir sistematis, berpikir
konsisten, menarik kesimpulan, menentukan metode, membuat alasan, dan
menentukan strategi.
4. Keterampilan algoritmik, meliputi : mengikuti langkah yang dibuat orang lain,
membuat langkah secara informal, menentukan langkah, menggunakan langkah,
menjelaskan langkah, mendefinisikan langkah sehingga dapat dipahami orang
lain, membandingkan berbagai langkah, dan menyesuaikan langkah.
5. Keterampilan menyelesaikan masalah matematika (problem-solving) meliputi:
memahami pokok persoalan, mendiskusikan alternatif pemecahannya, memecah
persoalan utama menjadi bagian-bagian kecil, menyederhanakan persoalan,
menggunakan pengalaman masa lampau dan menggunakan intuisi, untuk
menemukan alternatif pemecahannya, mencoba berbagai cara, bekerja secara
sistematis, mencatat apa yang terjadi, mengecek hasilnya dengan mengulang
kembali langkah-langkahnya, dan mencoba memahami persoalan yang lain.
6. Keterampilan melakukan penyelidikan (investigation), meliputi:
mengajukan pertanyaan dan menentukan bagaimana memperolehnya, membuat
dan menguji hipotesis, menentukan informasi yang cocok dan memberi
penjelasan mengapa suatu informasi diperlukan dan bagaimana
mendapatkannya, mengumpulkan dan menyusun serta mengolah informasi secara
sistematis, mengelompokkan criteria, mengurutkan dan membandingkan;
mencoba metode alternatif, mengenali pola dan hubungan; dan menyimpulkan.
Uraian Materi Matematika SMP Kelas VIII
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/1
Ruang Lingkup : Aljabar
Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan
persamaan garis lurus
No. Kompetensi Dasar Uraian Materi
1.1. Melakukan operasi
aljabar
1.1.1.Contoh-contoh Bentuk Aljabar
12x2 – 9x – 8y + 2xy - 4x2 + 5y + 9 (Fakta)
1.1.2.Konsep-konsep Dasar Bentuk Aljabar
Variabel
Variabel adalah lambang pengganti suatu
bilangan yang belum diketahui nilainya
dengan jelas. Variabel disebut juga peubah.
Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf
kecil a, b, c, ... z. (Konsep)
Konstanta
Konstanta dalah suku dari suatu bentuk
aljabar yang berupa bilangan dan tidak
memuat variabel disebut konstanta. (Konsep)
Koefisien
Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor
konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar.
(Konsep)
Suku
Suku adalah variabel beserta koefisiennya
atau konstanta pada bentuk aljabar yang
dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih.
(Konsep)
Jenis-Jenis Suku:
a. Suku satu
Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak
dihubungkan oleh operasi jumlah atau
selisih. (Konsep)
Contoh: 4a, 5a2b, -4xy, dan lain-lain.
b. Suku dua
Suku dua adalah bentuk aljabar yang
dihubungkan oleh satu operasi jumlah atau
selisih. (Konsep)
Contoh suku dua: a2 + 2, x + 2y
c. Suku tiga
Suku tiga adalah bentuk aljabar yang
dihubungkan oleh dua tingginya. (Konsep)
Contoh suku tiga: 3x2+ 4x – 5, 2x2 + 2y –
xy, dan lain-lain.
Suku banyak (polinom) adalah bentuk
aljabar yang mempunyai lebih dari dua suku.
(Konsep)
Suku sejenis adalah suku-suku yang
memiliki variabel yang sama dan variabel
yang sama itu harus memiliki pangkat yang
sama juga. Selain suku sejenis disebut suku
tak sejenis. (Konsep)
Pangkat
Derajat
Derajat adalah jumlah pangkat pada satu suku
dalam suatu bentuk aljabar. (Konsep)
1.1.3. Operasi bentuk aljabar
a. Penjumlahan dan Pengurangan
Operasi penjumlahan dan pengurangan pada
bentuk aljabar dapat diselesaikan dengan
memanfaatkan sifat komutatif, asosiatif, dan
distributif dengan memerhatikan suku-suku
yang sejenis. (Konsep)
b. Perkalian
Perkalian suatu bilangan dengan bentuk
aljabar.
Perkalian suku dua (ax + b) dengan
skalar/bilangan k dinyatakan sebagai berikut.
k(ax + b) = kax + kb (Konsep)
Perkalian antara bentuk aljabar dan bentuk
aljabar
Perkalian antara bentuk aljabar suku dua (ax
+ b) dengan suku dua (ax + d) diperoleh
sebagai berikut.
(ax + b) (cx + d) = ax(cx + d) + b(cx + d)
= ax(cx) + ax(d) + b(cx) + bd
= acx + (ad + bc)x + bd (Konsep)
Perpangkatan Bentuk Aljabar
Operasi perpangkatan diartikan sebagai
operasi perkalian berulang dengan unsur
yang sama. Untuk sebarang bilangan bulat
berlaku
an = a x a x a x a…x a
a sebanyak n kali
(Konsep)
Untuk menentukan perpangkatan pada
bentuk aljabar suku dua, perhatikan uraian
berikut.
(a + b) = a + b
(a + b)2 = (a + b) (a + b)
= a2 + ab + ab + b
= a + 2ab + b
Konsep (a + b)3 = (a + b)2 (a + b)
= (a + b) (a + 2ab + b2 )
= a3 + 2a 2b + ab2 + a2b + 2ab2 +
b3
= a3 + 3a2 b + 3ab2 + b3
Pembagian
Jika dua bentuk aljabar memiliki faktor
sekutu yang sama maka hasil bagi kedua
bentuk aljabar tersebut dapat ditulis dalam
bentuk yang lebih sederhana. (Konsep)
Pada operasi pembagian bentuk aljabar
ditentukan terlebih dahulu faktor sekutu
kedua bentuk aljabar tersebut, kemudian
baru dilakukan pembagian. (Prosedur)
1.2. Menguraikan
bentuk aljabar ke
dalam faktor-
faktornya
1.2.1.Definisi pemfaktoran
Pemfaktoran atau faktorisasi bentuk aljabar
adalah menyatakan bentuk penjumlahan menjadi
suatu bentuk perkalian dari bentuk aljabar
tersebut. (Konsep)
1.2.2.Faktorisasi dari beberapa bentuk aljabar
Faktorisasi dengan hukum distributif
Bentuk ax + ay + az + ... dan ax + bx – cx
Bentuk aljabar yang terdiri atas dua suku atau
lebih dan memiliki faktor sekutu dapat
difaktorkan dengan menggunakan sifat
distributif.
ax + ay + az + ...= a(x + y + z + ...)
Konsep ax + bx – cx = x(a + b – c)
Faktorisasi selisih dua kuadrat
Bentuk selisih dua kuadrat x2 – y2 adalah
bentuk aljabar yang terdiri atas dua suku dan
merupakan selisih dua kuadrat dapat
dijabarkan sebagai berikut
x2 – y2 = ( x – y)(x + y) (Konsep)
Faktorisasi kuadrat sempurna
Bentuk x + 2xy + y dan x – 2xy + y dapat
difaktorkan menjadi
x2 + 2xy + y2 = (x + y) (x + y) = (x + y)2
Konsep x2 – 2xy + y2 = (x – y) (x – y) = (x – y)2
Faktorisasi bentuk ax2+bx +c dengan a = 1
Untuk memfaktorkan bentuk x2+ bx + c
dilakukan dengan cara mencari dua bilangan
real yang hasil kalinya sama dengan c dan
jumlahnya sama dengan c dan jumlahnya
sama dengan b.
x2 + bx + c = x2 +( m + n)x + mn
Konsep x2 + bx + c = (x + m) (x + n)
dengan
m x n = c dan m + n = b
Faktorisasi bentuk ax2+bx+ c dengan a ≠ 1
Menggunakan sifat distributive
ax + bx + c = ax + px + qx + c
dengan
Konsep p x q = a x c dan
p + q = b
1.2.3.Operasi pada pecahan bentuk aljabar
Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Aljabar
Penjumlahan dan pengurangan pecahan
aljabar dengan penyebut berbeda dapat
dilakukan dengan cara menyamakan
penyebutnya terlebih dahulu menjadi
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
penyebut-penyebutnya.
Konsep ab+ c
d=ad+bc
bd atau
ab− c
d=ad−bc
bd
Perkalian dan Pembagian Pecahan Aljabar
Perkalian antara dua pecahan dapat dilakukan
dengan mengalikan antara pembilang dengan
pembilang dan penyebut dengan penyebut.
Konsep ab
xcd=adxbc
bxd =
acbd
Pembagian antara dua pecahan aljabar
dilakukan dengan mengubah bentuk
pembagian menjadi bentuk perkalian dengan
cara mengalikan dengan kebalikan pecahan
pembagi.
Konsep
ab
:cd=a
bx
dc=a x d
b x c=ad
bc
Menyederhanakan Pecahan Aljabar
Menyederhanakan pecahan aljabar dapat
dilakukan dengan memfaktorkan pembilang
dan penyebutnya terlebih dahulu, kemudian
dibagi dengan faktor sekutu dari pembilang
dan penyebut tersebut. (Konsep)
1.3. Memahami relasi
dan fungsi
1.3.1. Pengertian Relasi
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah
hubungan yang memasangkan anggota-anggota
himpunan A dengan anggota-anggota himpunan
B. (Konsep)
1.3.2. Cara Menyajikan Suatu Relasi
Dengan diagram panah
A B
Arah panah menunjukkan anggota-anggota
himpunan A yang berelasi dengan anggota-
anggota tertentu pada himpunan B. (Konsep)
Dengan diagram Cartesius
Anggota-anggota himpunan A berada pada
sumbu mendatar dan anggota-anggota
himpunan B berada pada sumbu tegak.
(Konsep)
B
y
x A
Dengan himpunan pasangan berurutan
Relasi antara dua himpunan, misalnya
himpunan A dan himpunan B dapat
dinyatakan sebagai pasangan berurutan (x, y)
dengan x є A dan y є B. (Konsep dan
Fakta)
1.3.3. Pengertian Fungsi
Fungsi (pemetaan) dari himpunan A ke
himpunan B adalah relasi khusus yang
memasangkan setiap anggota A dengan tepat
satu anggota B. (Konsep)
Syarat suatu relasi merupakan pemetaan atau
fungsi adalah
a. Setiap anggota A mempunyai pasangan di
B;
b. Setiap anggota A dipasangkan dengan
tepat satu anggota B. (Konsep)
1.3.4. Notasi Fungsi
Misalnya suatu fungsi yang memetakan
x anggota himpunan A ke y anggota himpunan
B dan himpunan C: = y =f(x)
f: xy atau f : xf (x) (Fakta)
Himpunan A disebut domain (daerah
asal).
Himpunan B disebut kodomain (daerah
kawan).
Himpunan C B yang memuat y disebut
range (daerah hasil).
Variabel x dapat diganti dengan sebarang
anggota himpunan A dan disebut variabel
bebas.
Variabel y anggota himpunan B yang
merupakan bayangan x oleh fungsi f
ditentukan (bergantung pada) oleh aturan
yang didefinisikan, dan disebut variabel
bergantung.
(Konsep)
1.4. Menentukan nilai
fungsi
1.4.1. Menghitung nilai fungsi
Misalkan bentuk fungsi f(x) = ax + b.
Untuk menentukan nilai fungsi f(x) untuk x
tertentu, caranya dengan mengganti
(mensubstitusi) nilai x pada bentuk fungsi
f(x)=ax+b. (Prosedur)
1.4.2. Menyusun suatu rumus fungsi jika nilai fungsi
dan data fungsi diketahui
Misalkan fungsi f dinyatakan dengan f:xax+b,
dengan a dan b konstanta dan x variabel maka
rumus fungsinya adalah f(x)=ax+b.
Jika nilai variabel x = m maka nilai f(m)=am+b.
Dengan demikian, kita dapat menentukan
bentuk fungsi f jika diketahui nilai-nilai
fungsinya. Selanjutnya, nilai konstanta a dan b
ditentukan berdasarkan nilai-nilai fungsi yang
diketahui. (Prosedur)
1.4.3. Menghitung nilai perubahan fungsi jika nilai
variabel berubah
Jika nilai variabel suatu fungsi berubah maka
akan menyebabkan perubahan pada nilai
fungsinya. (Konsep)
1.5. Membuat sketsa
grafik fungsi
aljabar sederhana
pada system
koordinat kartesius
1.5.1.Membuat tabel pasangan antara nilai peubah
dengan nilai fungsi
Langkah-langkah menggambar grafik
persamaan garis lurus y = mx + c, dengan
menggunakan tabel pasangan antara nilai
peubah dengan nilai fungsi sebagai berikut.
1) Tentukan dua pasangan titik yang
memenuhi persamaan garis tersebut dengan
membuat tabel untuk mencari
koordinatnya.
2) Gambar dua titik tersebut pada bidang
Cartesius.
3) Hubungkan dua titik tersebut, sehingga
membentuk garis lurus yang merupakan
grafik persamaan yang dicari. (Prosedur)
1.5.2.Menggambar grafik fungsi aljabar dengan cara
menentukan koordinat titik-titik pada system
koordinat cartesius
1.6. Menentukan
gradient, persaman
dan grafk garis
lurus
1.6.1.Pengertian gradien
Gradien adalah tingkat kemiringan garis.
(Konsep)
Gradien = ordinatabsis
(Prinsip)
m = yx
y = mx
1.6.2.Nilai gradien
a. Pada persamaan garis y = mx
Dengan cara menentukan nilai konstanta di
depan variabel x.
b. Pada persamaan ax + by + c = 0
Dengan cara mengubah persamaan awal
menjad berbentuk y = mx + c.
c. Pada garis yang melalui 2 titik
m = y2− y1
y2+ y1
(Konsep)
1.6.3.Sifat-sifat Gradien
a. Gradien garis yang sejajar sb x
Jika garis yang sejajar sb x maka nilai
gradiennya adalah nol.
b. Gradien garis yang sejajar sb y
Jika garis yang sejajar sb y maka garis
tersebut tidak memiliki gradien.
c. Gradien 2 garis sejajar
Setiap garis yang sejajar memiliki gradient
yang sama
d. Gradien 2 garis yang tegak lurus
Hasil kali 2 gradien yang tegak lurus adalah -
1.
(Konsep)
1.6.4.Menentukan Persamaan Garis Lurus
a. Persamaan Garis yang Melalui Sebuah Titik
(x1, y1) dengan Gradien m.
Untuk menentukan persamaan garis tersebut
perhatikan langkah-langkah berikut.
Substitusi titik (x1, y1) ke persamaan
y=mx+c.
Substitusi nilai c ke persamaan y = mx + c.
Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan
bergradien m adalah y – y1 = m(x – x1).
(Prinsip)
b. Persamaan Garis yang Melalui titik (x1, y1)
dan Sejajar dengan Garis y = mx + c
Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan
sejajar garis y = mx + c adalah y – y1 = m(x –
x1). (Prinsip)
c. Persamaan Garis yang Melalui (x1, y1) dan
Tegak Lurus dengan Garis y = mx + c
Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan
tegak lurus dengan garis y = mx + c adalah
y – y1 = - 1m
(x – x1) (Prinsip)
d. Persamaan Garis yang Melalui Dua Titik
Sebarang (x1,y1) dan (x2,y2)
Persamaan garis yang melalui dua titik dapat
diselesaikan dengan substitusi ke fungsi linear
y = ax + b.
Persamaan garis yang melalui titik A(x1, y1)
dan B(x2, y2) adalah
y – y1 = y2− y1x2−x1
(x−x 1) (Prinsip)
1.6.5.Menggambar Garis yang Melalui Titik (x1, y1)
dengan Gradien m
Langkah:
Gambar titik (x1 – y1) pada bidang cartesius
Karena gradient adalah perbandingan antar
komponen y dan x maka m = ΔyΔx
Δy artinya keatas atau kebawah dari titik
(x1,y1) diperoleh titik (x2,y2)
Δx artinya kekananatau kekiri dari titik (x1,y1)
diperoleh titik (x3,y3)
Hubungkan titik (x2,y2) dengan (x3,y3)
Garis yang melaui 2 titik ini adalah garis yang
dimaksud. (Prosedur)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/1
Ruang Lingkup : Aljabar
Standar Kompetensi : 2. Memahami sistem persamaan linear dua variabel
dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
No.Kompetensi
DasarUraian Materi
Klasifikasi
Materi
2.1 Menyelesaikan
sistem
persamaan linear
dua variabel
2.1.1 Pengertian Persamaan linear dua
variabel.
Bentuk umum PLDV: ax + by = c
dengan a, b, c konstanta, a≠ 0 dan b
≠ 0 (Konsep)
Fakta
Konsep
2.1.2 Bentuk dan variabel SPLDV
(Konsep)
Konsep
2.1.3 Menentukan himpunan Penyelesaian
PLDV
Penyelesaian persamaan linear dua
variabel dapat ditentukan dengan
cara mengganti kedua variabelnya
dengan bilangan yang memenuhi
persamaan linear tersebut. Hasilnya
berupa koordinat yang memuat nilai
x dan y. (Prosedur)
Prosedur
2.1.4 Pengertian Sistem Persamaan Linear
dua variabel.
SPLDV adalah dua persamaan atau
lebh yang menggunakan variabel
yang sama. (Konsep)
Konsep
2.1.5 Perbedaan PLDV dengan SPLDV
a) Persamaan linear dua variabel
adalah persamaan yang memiliki
dua variabel dan pangkat masing-
Fakta
Konsep
Prinsip
masing variabelnya satu. (Konsep).
Jika dua variabel tersebut x dan y,
maka PLDV-nya dapat dituliskan :
ax + by = c
dengan a, b ≠ 0
(Konsep)
b) SPLDV adalah suatu system
persamaan yang terdiri atas dua
persamaan linear (PLDV) dan
setiap persamaan mempunyai dua
variabel. Bentuk umum SPLDV
adalah:
ax + by = c
px + qy = r
dengan a, b, p, q ≠ 0
(Konsep)
c) SPLDV dibentuk dari beberapa
PLDV (Konsep).
2.1.6 Menyelesaikan SPLDV dengan
metode grafik, substitusi, dan
eliminasi.
a. Metode Grafik
Langkah pertama, menentukan titik
potong terhadap sumbu x dan
sumbu y pada masing-masing
persamaan linear dua variabel.
Langkah kedua, gambarkan ke
dalam bidang koordinat Cartesius.
prosedural
Langkah ketiga, tentukan titik
potong grafik tersebut. Titik potong
ini merupakan penyelesaian
SPLDV tersebut. (Konsep)
b. Metode Substitusi
1) Langkah pertama, tuliskan
masing-masing persamaan dalam
bentuk persamaan (1) dan (2).
2) Langkah kedua, pilih salah satu
persamaan, misalkan persamaan
(1). Kemudian nyatakan salah
satu variabelnya dalam bentuk
variabel lainnya.
3) Langkah ketiga, nilai variabel y
pada persamaan (3)
menggantikan variabel y pada
persamaan (2).
4) Langkah keempat, nilai x pada
persamaan (4) menggantikan
variabel x pada salah satu
persamaan awal, misalkan
persamaan (1).
5) Langkah kelima, menentukan
penyelesaian
(Prosedur)
c. Metode Eliminasi
1) Langkah pertama,
menghilangkan salah satu
variabel dari SPLDV tersebut.
2) Langkah kedua, menghilangkan
variabel yang lain dari SPLDV
tersebut, yaitu variabel x.
Perhatikan koefisien x pada
SPLDV tersebut tidak sama.
Jadi, harus disamakan terlebih
dahulu.
3) Langkah ketiga, menentukan
penyelesaian SPLDV tersebut.
(Prosedur)
d. Metode Gabungan
Langkah pertama yaitu dengan
metode eliminasi.
Langkah kedua yaitu substitusi.
(Prosedur)
2.2 Membuat model
matematika dari
masalah yang
berkaitan
dengan system
persamaan linear
dua variabel
2.2.1 Mengubah masalah sehari-hari ke
dalam matematika berbentuk
SPLDV (Prosedur)
prosedural
2.3 Menyelesaikan
model
matematika dari
masalah yang
berkaitan
dengan system
2.3.1 Mencari penyelesaian suatu
masalah yang dinyatakan dalam
model matematika dalam bentuk
SPLDV
Langkah-langkah menyelesaikan
soal cerita sebagai berikut.
prosedural
persamaan linear
dua variabel dan
penafsirannya
1) Mengubah kalimat-kalimat
pada soal cerita menjadi
beberapa kalimat matematika
(model matematika), sehingga
membentuk sistem persamaan
linear dua variabel.
2) Menyelesaikan sistem
persamaan linear dua variabel
(kemampuan penalaran).
3) Menggunakan penyelesaian
yang diperoleh untuk
menjawab pertanyaan pada
soal cerita.
(Prosedur)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/1
Ruang Lingkup : Geometri dan Pengukuran
Standar Kompetensi : 3. Menggunakan teorema Phytagoras untuk
menunjukkan panjang sisi-sisi segitiga siku-
siku
No. Kompetensi Dasar Uraian MateriKlasifikasi
Materi
3.1 Menggunakan
teorema
phytagoras untuk
3.1.1 Luas Persegi dan Luas
Segitiga Siku-Siku
Luas persegi = sisi x sisi
Prinsip
menentukan
panjang sisi-sisi
segitiga siku-siku
(prinsip)
Luas segitiga siku-siku = 12
x alas x tinggi (prinsip)
3.1.2 Menemukan teorema
phytagoras
Luas daerah persegi yang
panjang sisinya adalah sisi
miring suatu segitiga siku-siku
sama dengan jumlah luas
daerah persegi yang panjang
sisinya adalah sisi siku-siku
segitiga tersebut. (prinsip)
3.1.3 Teorema phytagoras
Dalam segitiga siku-siku berlaku
jumlah kuadrat sisi siku-sikunya
sama dengan kuadrat
hipotenusanya (prinsip)
a2 = b2 + c2
C a
b
A c B
Prinsip
3.1.4 Menggunakan teorema
pythagoras untuk menghitung
panjang salah satu sisi segitiga
siku-siku jika kedua sisi lain
diketahui. (keterampilan
algoritmik)
3.2 Memecahkan
masalah pada
bangun datar
yang berkaitan
dengan Teorema
Phytagoras
3.2.1 Kebalikan teorema
phytagoras untuk menentukan
jenis suatu segitiga
Untuk setiap segitiga jika
jumlah kuadrat panjang dua
sisi yang saling tegak lurus
sama dengan kuadrat panjang
sisi miring maka segitiga
tersebut merupakan segitiga
siku-siku.(konsep)
Pada suatu segitiga berlaku
Jika a, b dan c panjang
sisi-sisi suatu segitiga
yang memenuhi persamaan
a2 = b2 + c2 dengan a adalah
sisi terpanjang, maka
segitiga tersebut adalah
segitiga siku-siku
Jika a, b dan c panjang sisi-
sisi suatu segitiga dengan a
sisi terpanjang tetapi a, b
dan c tidak memenuhi
bilangan Tripel Pythagoras,
terdapat dua kemungkinan
bentuk segitiga:
Jika b2 + c2 < a2 maka
segitiga ABC segitiga
tumpul
Jika b2 + c2 > a2 maka
segitiga ABC segitiga
lancip
(Konsep)
3.2.2 Tripel Pythagoras
Tripel Pythagoras adalah
kelompok tiga bilangan bulat
positif yang memenuhi
kuadrat bilangan terbesar
sama dengan jumlah kuadrat
dua bilangan lainnya. Atau
jika a, b dan c panjang sisi-
sisi suatu segitiga siku-siku
dengan a, b dan c bilangan
asli, maka a, b, c disebut
bilangan Tripel Pythagoras.
(konsep)
3.2.3 Perbandingan Sisi-Sisi pada
Segitiga Siku-Siku dengan
Sudut Istimewa
a. Sudut 30° dan 60°
Perbandingan hipotenusa :
sisi tegak : sisi datar = 1:
√3 : 2 (konsep)
b. Sudut 45°
Perbandingan hipotenusa :
sisi tegak : sisi datar = 1:
1 : √2 (konsep)
3.2.4 Penggunaan Teorema
Pythagoras pada Bangun
Datar dan Bangun Ruang
Pada kondisi tertentu, teorema
Pythagoras digunakan dalam
perhitungan bangun datar.
Misalnya, menghitung
panjang diagonal, menghitung
sisi miring trapesium, dan lain
sebagainya.
3.2.5 Menyelesaikan masalah
sehari-hari dengan
menggunakan teorema
Pythagoras
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/2
Ruang Lingkup : Geometri dan Pengukuran
Standar Kompetensi : 4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta
ukurannya
No.Kompetensi
DasarUraian Materi
4.1 Menentukan
unsur dan
4.1.1 Lingkaran dan bagian-bagiannya
a. Pengertian lingkaran
bagian-bagian
lingkaran
Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana yang
merupakan tempat kedudukan titik-titik yang
berjarak sama terhadap suatu titik tertentu.
(konsep)
b. Bagian-bagian lingkaran (konsep)
Pusat lingkaran
Garis tengah atau diameter yaitu ruas garis
yang menghubungkan dua titik pada
keliling lingkaran dan melalui pusat
lingkaran
Tali busur yaitu ruas garis yang
menghubungkan dua titik pada keliling
lingkaran.
Apotema, yaitu jarak terpendek antara tali
busur dan pusat lingkaran.
Busur lingkaran yaitu bagian dari keliling
lingkaran. Busur terbagi menjadi dua, yaitu
busur besar dan busur kecil
Juring atau sector yaitu daerah yang
dibatasi oleh dua jari-jari serta sebuah
busur.
Tembereng yaitu daerah yang dibatasi oleh
tali busur dan busurnya, terdapat tembereng
kecil dan tembereng besar
4.2 Menghitung
keliling dan
luas lingkaran
4.2.1 Menemukan Pendekatan Nilai π (pi)
KelilingDiameter
= π (prinsip)
akan memberikan nilai yang mendekati 3,14.
π=¿3,14 atau 227
(konsep)
4.2.2 Menghitung Keliling dan luas Lingkaran
K = πd atau K = 2πr (prinsip)
L = πr2 atau L = 14 πd2
(prinsip)
4.2.3 Menghitung perubahan luas dan keliling lingkaran
jika jari-jari berubah
Lingkaran yang berjari-jari r, setelah mengalami
perubahan jari-jari menjadi r dengan r > r , maka
selisih serta perbandingan luas dan kelilingnya
sebagai berikut:
L1 – L2 = π (r2 - r1 ¿(r2+ r1)
K2 - K1 = π(r2+ r1)
L1: L2 = r22 : r1
2
K2 : K1 = r2 : r1
(prinsip)
4.3 Menggunakan
hubungan sudut
pusat, panjang
busur, luas
juring dalam
pemecahan
masalah
4.3.1 Hubungan sudut pusat dan sudut keliling
Jika sudut pusat dan sudut keliling menghadap
busur yang samamaka besar sudut pusat = 2
besar sudut keliling.
Besar sudut keliling yang menghadap diameter
lingkaran besarnya 90° (sudut siku-siku).
Besar sudut-sudut keliling yang menghadap
busur yang sama adalah sama besar atau 12
x
sudut pusatnya.
(Konsep)
4.3.2 Menghitung panjang busur, luas juring dan
tembereng
panjang busur AB = α
360° x 2πr
luas juring OAB = α
360° x 2 π r2
luas tembereng AB = luas juring OAB – luas
segitiga AOB. (prinsip)
4.3.3 Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur, dan Luas
Juring
Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh
dua jari-jari yang berpotongan pada pusat
lingkaran. (Konsep)
Panjang busur dan luas juring pada suatu
lingkaran berbanding lurus dengan besar sudut
pusatnya. (prinsip)
4.3.4 Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan
Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur, dan Luas
Juring
4.4 Menghitung
panjang garis
singgung
persekutuan
dua lingkaran
4.4.1 Mengenal sifat-sifat garis singgung lingkaran
a. Pengertian Garis Singgung Lingkaran. Garis
singgung lingkaran adalah garis yang
memotong suatu lingkaran di satu titik dan
berpotongan tegak lurus dengan jari-jari di titik
singgungnya. (konsep)
b. Sifat- sifat garis singgung lingkaran
Garis singgung lingkaran tegak lurus pada
diameter lingkaran yang melalui titik
singgungnya.
Melalui suatu titik pada lingkaran hanya
dapat dibuat satu garis singgung pada
lingkaran tersebut.
Melalui suatu titik di luar lingkaran dapat
dibuat dua garis singgung pada lingkaran
tersebut.
Jika P di luar lingkaran maka jarak P ke
titik-titik singgungnya adalah sama.
(konsep)
c. Melukis Garis Singgung Lingkaran
1. Melukis Garis Singgung Lingkaran Yang
Melalui Titik pada Lingkaran
Langkah-langkah melukisnya adalah:
a)Buatlah lingkaran yang berpusat di titik
O dengan titik A terletak pada lingkaran
b)Buatlah jari-jari OA
c)Perpanjanglah jari-jari OA
d)Lukislah busur lingkaran dengan pusat A
(panjang jari-jari kurang dari OA)
sehingga memotong OA dan
perpanjangannya di titik P dan Q
e)Lukislah busur lingkaran dengan pusat P
dan Q yang berjari-jari sama panjang
sehingga saling berpotongan di titikR
dan S (panjang jari-jari kedua lingkaran
tersebut harus lebih dari ½(PQ) )
f) Hubungkan titik R dan S sehingga
terbentuk garis RS. Garis RS merupakan
garis singgung lingkaran yang pusatnya
di titik O.
(Prosedur)
2. Melukis Garis Singgung Lingkaran Yang
Melalui Titik di Luar Lingkaran
a)Lukislah lingkaran dengan pusat O dan
titik A di luar lingkaran
b)Hubungkan titik O dan A
c)Lukislah busur lingkaran dengan pusat O
dan A yang berjari-jari sama panjang
sehingga saling berpotongan di titik P
dan Q (panjang jari-jari kedua lingkaran
tersebut harus lebih dari ½(OA))
d)Hubungkan titik P dan Q sehingga
memotong OA di titik R
e)Lukislah lingkaran dengan pusat R
dengan jari-jari RA sehingga memotong
lingkaran dengan pusat O di titik B dan
C
f) Hubungkan titik A dengan titik B, dan
titik A dengan titik C sehingga diperoleh
garis AB dan AC yang merupakan garis-
garis singgung lingkaran
(Prosedur)
d. Panjang Garis Singgung Lingkaran
Panjang garis singgung adalah:
AB = √OA2−OB2
(Prinsip)
4.4.2 Kedudukan Dua Lingkaran
Jika terdapat dua lingkaran masing-masing
lingkaran L1 berpusat di P dengan jari-jari R dan
lingkaran L2 berpusat di Q dengan jari-jari r di
mana R > r maka terdapat beberapa kedudukan
lingkaran sebagai berikut.
(i) L2 terletak di dalam L1 dengan P dan Q
berimpit, sehingga panjang PQ = 0. Dalam
hal ini dikatakan L2 terletak di dalam L1 dan
konsentris (setitik pusat).]
(ii) L2 terletak di dalam L1 dan PQ < r < R.
Dalam hal ini dikatakan L2 terletak di dalam
L1 dan tidak konsentris.
(iii) L2 terletak di dalam L1 dan
PQ = r = 12
R, sehingga L1 dan L2
bersinggungan di dalam.
(iv)L1 berpotongan dengan L2 dan r < PQ < R.
(v) L1 berpotongan dengan L2 dan r < PQ < R +
AO
r.
(vi)L2 terletak di luar L2 dan PQ = R + r,
sehingga L1 dan L2 bersinggungan di luar.
(vii) L1 terletak di luar L2 dan PQ > R + r,
sehingga L2 dan L2 saling terpisah.
(Konsep)
4.4.3 Garis singgung persekutuan luar lingkaran
a.Melukis Garis Singgung Persekutuan Luar Dua
Lingkaran
Garis singgung melalui satu titik pada
lingkaran
Garis Singgung Melalui Titik di Luar
Lingkaran
(Prosedur)
b. Panjang Garis Singgung
Persekutuan Dalam Dua Lingkaran
d = √ p2−(R+r )2 (prinsip)
d = panjang garis singgung persekutuan dalam
p = jarak kedua titik pusat lingkaran
R = jari-jari lingkaran pertama
r = jari-jari lingkaran kedua
Kedua garis singgung lingkaran yang ditarik dari
sebuah titik di luar lingkaran mempunyai
panjang yang sama. (prinsip)
4.4.4 Garis Singgung Persekutuan Dalam
a. Melukis Garis Singgung Persekutuan Dalam
(prosedur)
b. Menghitung Panjang Garis Singgung
Persekutuan Dalam
d = √k2−(R+r )2 (prinsip)
d = panjang garis singgung persekutuan dalam
k = jarak kedua titik pusat lingkaran
R = jari-jari lingkaran pertama
r = jari-jari lingkaran kedua
4.5 Melukis
lingkaran dalam
dan
lingkaran luar
segitiga
4.5.1. Melukis Lingkaran Dalam Segitiga
Lingkaran dalam suatu segitiga adalah
lingkaran yang terletak di dalam segitiga dan
menyinggung ketiga sisinya. (konsep)
Langkah-langkah melukis lingkaran dalam
segitiga sebagai berikut
a. Lukis segitiga ABC kemudian lukis garis
bagi ∠ ABC
b. Lukis pula garis bagi ∠CAB sehingga
kedua garis bagi berpotongan di titik P.
c. Lukis garis PQ tegak lurus AB sehingga
memotong garis AB di titik Q. Lukis
lingkaran berpusat di titik P dengan jari-jari
PQ. Lingkaran tersebut merupakan
lingkaran dalam segitiga ABC.
(procedural)
Menentukan Panjang Jari-jari Lingkaran
Dalam Segitiga
Luas segitiga yang diketahui panjang ketiga
sisinya dapat ditentukan dengan rumus
L = √s (s – a)(s – b)(s – c) prinsip
s = 12
keliling segitiga
Dengan L = luas segitiga
dan a, b, c = panjang sisi-sisi segitiga fakta
4.5.2. Melukis Lingkaran Luar Segitiga
Lingkaran luar segitiga adalah lingkaran yang
terletak diluar segitiga dan melalui ketiga titik
sudut segitiga tersebut. (konsep)
Langkah-langkah melukis lingkaran luar
segitiga sebagai berikut:
a. Lukis segitiga ABC, kemudian lukis garis
sumbu sisi AB.
b. Lukis pula garis sumbu sisi BC, sehingga
kedua garis sumbu saling berpotongan di
titik P.
c. Lukis lingkaran berpusat di P dengan jari-
jari PB. Lingkaran
d. tersebut merupakan lingkaran luar ABC.
(procedural)
Menentukan Panjang Jari-jari Lingkaran Luar
Segitiga
Rumus panjang jari-jari lingkaran luar segitiga
adalah
r = abc4 L
atau
r = abc
4 √s(s – a)(s – b)(s – c) prinsip
dengan
r = jari-jari lingkaran luar segitiga ABC
a, b, dan c = panjang sisi segitiga ABC fakta
L= luas segitiga ABC
s = 12
keliling segitiga prinsip
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/2
Ruang Lingkup : Geometri dan Pengukuran
Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas,
dan bagian-bagiannya serta menentukan
ukurannya
No. Kompetensi
Dasar
Uraian Materi
5.1. Mengidentifikasi
sifat-sifat kubus,
balok, prisma,
dan limas serta
bagian-
bagiannya
5.1.1.Berbagai macam bangun ruang di sekitar
5.1.2.Unsur-unsur kubus, balok, prisma, dan limas
(konsep)
Titik sudut
Rusuk
Sisi
Diagonal bidang
Diagonal ruang
Bidang diagonal
5.1.3. Sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas
(konsep)
a. Kubus
Memiliki 8 titik sudut
Memiliki 6 sisi (bidang) berbentuk persegi
yang saling kongruen.
Memiliki 12 rusuk yang sama panjang
rusuk alas, rusuk tegak., Rusuk-rusuk yang
sejajar, Rusuk-rusuk yang saling
berpotongan, Rusuk-rusuk yang saling
bersilangan
Memiliki 8 titik sudut
Memiliki 12 diagonal bidang yang sama
panjang
Memiliki 4 diagonal ruang yang sama
panjang dan berpotongan di satu titik
Memiliki 6 bidang diagonal berbentuk
persegi panjang yang saling kongruen
b. Balok
Memiliki 8 titik sudut,
Memiliki 6 sisi (bidang) berbentuk persegi
panjang yang tiap pasangnya kongruen.
Memiliki 12 rusuk, dengan kelompok rusuk
yang sama panjang
Memiliki 12 diagonal bidang
Memiliki 4 diagonal ruang yang sama
panjang dan berpotongan di satu titik
Memiliki 6 bidang diagonal yang berbentuk
persegi panjang dan tiap pasangnya
kongruen
c. Prisma segi-n
Jumlah titik sudut adalah 2n
Jumlah sisi adalah n+2
Jumlah rusuk adalah 3n
Diagonal bidang alas adalah garis yang
menghubungkan dua titik sudut yang tidak
bersebelahan pada bidang alas.
Bidang diagonal adalah bidang yang
memuat diagonal bidang alas dan diagonal
bidang atas serta keduanya sejajar.
Diagonal ruang adalah garis yang
menghubungkan titik sudut pada alas
dengan titik sudut pada bidang atas yang
tidak terletak pada sisi tegak yang sama
Banyak diagonal bidang alas prisma segi
n= x( x−3)
2
Banyak bidang diagonal prisma segi n =
x( x−3)2
Banyak diagonal ruang prisma segi n = n(n
– 3)
d. Limas segi-n
Jumlah titik sudut adalah n+1
Jumlah sisi adalah n+1
5.2. Membuat jaring-
jaring kubus,
balok, prisma,
dan limas
5.2.1. Jaring-jaring kubus, balok
Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar
yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada
dua persegi yang berdekatan akan membentuk
bangun kubus. (konsep)
Jaring-jaring balok adalah sebuah bangun datar
yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada
dua persegi panjang yang berdekatan akan
membentuk bangun balok. (konsep)
5.2.2. Langkah melukis juring prisma dan limas
(prosedur)
Langkah-langkah melukis prisma berikut.
1. Lukis bidang alas prisma terlebih dahulu.
Jika bidang alasnya berbentuk segi n beraturan
maka perhatikan besar setiap sudut pusatnya.
Selanjutnya, lukislah segi n beraturan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Lukis suatu lingkaran yang berpusat di titik
O dan jari-jari r.
2) Bagi sudut pusat menjadi n bagian yang
sama besar.
3) Lukis jari-jari lingkaran yang membatasi
sudut pusat.
4) Hubungkan tali-tali busurnya, sehingga
menghasilkan segi n beraturan yang
diminta.
2. Lukis rusuk tegak prisma, tegak lurus bidang
alas dan sama panjang.
3. Hubungkan rusuk atasnya, sehingga
membentuk bidang atas prisma, yang sejajar
dan kongruen dengan bidang alas
Cara melukis limas beraturan sama dengan cara
melukis prisma tegak beraturan, hanya
perbedaannya terletak pada rusuk tegaknya.
Untuk melukis rusuk tegak limas, lukis terlebih
dahulu tinggi limas yang tegak lurus bidang alas
dan berujung pada titik puncak limas. Kemudian
lukis rusuk tegaknya dengan menghubungkan titik
sudut bidang alas dengan titik puncak limas.
5.3. Menghitung luas
permukaan dan
volume
kubus,balok,
prisma, dan
limas.
5.3.1 Luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas
(prinsip)
a. Kubus
L = 6s2
L = luas permukaan kubus
s = panjang rusuk kubus
b. Balok
L = 2(p x l) + 2(l x t) + 2(p x t)
= 2{(p x l) + (l x t) + (p x t)}
dengan
L = luas permukaan balok
p = panjang balok
l = lebar balok
t = tinggi balok
c. Prisma
Luas permukaan prisma = (2 x luas alas) +
(keliling alas x tinggi)
d. Limas
Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas
seluruh sisi tegak
5.3.2 Volume kubus, balok, prisma, dan limas (prinsip)
Kubus
V = rusuk x rusuk x rusuk
= s x s x s
= s3
Balok
V = panjang x lebar x tinggi
= p x l x t
Prisma
Volume prisma = luas alas x tinggi
Limas
Volume limas = 13
x luas alas x tinggi
5.3.3 Menentukan luas permukaan dan volume kubus,
balok, prisma tegak serta limas beraturan jika
ukuran rusuknya berubah
Kubus
Jika panjang rusuk suatu kubus = s,
Fakta luas permukaan = L, dan volume = V, kemudian
panjang rusuk kubus itu diperbesar atau diperkecil
k kali maka
Lbaru = 6(ks x ks)
= 6k2s2
= k2 x 6s2 prinsip
= k2L
Dengan
Lbaru = luas permukaan kubus setelah diperbesar
atau diperkecil
L = luas permukaan kubus semula
Vbaru = ks x ks x ks
= k3s3
= k3V( prinsip)
Dengan
Fakta Vbaru = volume kubus setelah diperbesar atau
diperkecil
V = volume kubus semula
Balok
Suatu balok memiliki panjang = p, lebar = l,
tinggi = t, luas permukaan = L, dan volume = V.
Fakta Balok itu kemudian diubah ukurannya menjadi
panjang = ap, lebar = bl, dan tinggi = ct dengan
a, b, c konstanta positif
Lbaru = 2((ap x bl) + (bl x ct) + (ap x ct))
= 2(ab(p x l) + bc(l x t) + ac(p x l))
Prinsip Vbaru = ap x bl x ct
= abc(p x l x t)
= abcV
Prisma
Jika panjang rusuk alas suatu prisma segi empat
beraturan = s, tinggi = t, dan volume = V,
kemudian panjang rusuk alas dan tingginya
diperbesar atau diperkecil k kali maka
Vbaru = ks x ks x ks
prinsip = k2 x s2 x t
Vbaru = volume prisma segi empat beraturan
Fakta setelah diperbesar atau diperkecil
V = volume prisma segi empat beraturan semula
k = konstanta positif (perbesaran atau perkecilan)
Limas
Suatu limas segi empat beraturan memiliki
panjang rusuk alas= s dan tinggi = t. Kemudian
ukuran limas diubah menjadi panjang rusuk alas =
ks dan tinggi = kt, dengan k konstanta.
Vbaru = k3V prinsip
dengan
Vbaru = volume limas setelah panjang rusuk dan
tingginya diubah
Fakta V = volume limas semula
k = konstanta positif (perbesaran atau perkecilan)