Klasifikasi-Hipertensi

7
KRITERIA HIPERTENSI Dalam menangani penyakit hipertensi, banyak organisasi kesehatan di dunia membuat suatu pedoman dalam tata laksana hipertensi. Pada intinya pedoman-pedoman tersebut berisikan cara mengatasi penyakit hipertensi dengan perubahan gaya hidup atau terapi non farmakologi, obat yang digunakan dalam terapi farmaklogi dan target tekanan darah yang ingin dicapai serta penanganan pada penderita hipertensi dengan keadaan khusus. Berikut ini pedoman tata laksana hipertensi : 1. Pedoman WHO dan International Society of Hypertension Writing Group (ISWG) tahun 2003, berisikan : Pasien hipertensi dengan tekanan darah sistole >= 140 mmhg dan diastole >= 90 mmhg diawali dengan terapi non farmakologi seperti penurunan berat badan bagi penderita yang obese/kegemukan, olahraga yang teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan garam, tidak merokok dan mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah. Terapi farmakologi : untuk penderita tanpa komplikasi pengobatan dimulai dengan diuretik tiazid dosis rendah dan untuk penderita dengan komplikasi menggunakan lebih dari satu macam obat hipertensi. 2. Joint National Committee (JNC) berisikan : Perubahan gaya hidup dan terapi obat memberikan manfaat yang berarti bagi pasien hipertensi

description

,n

Transcript of Klasifikasi-Hipertensi

KRITERIA HIPERTENSI

Dalam menangani penyakit hipertensi, banyak organisasi kesehatan di dunia membuat suatu

pedoman dalam tata laksana hipertensi. Pada intinya pedoman-pedoman tersebut berisikan

cara mengatasi penyakit hipertensi dengan perubahan gaya hidup atau terapi non

farmakologi, obat yang digunakan dalam terapi farmaklogi dan target tekanan darah yang

ingin dicapai serta penanganan pada penderita hipertensi dengan keadaan khusus. Berikut ini

pedoman tata laksana hipertensi :

1. Pedoman WHO dan International Society of Hypertension Writing Group (ISWG) tahun

2003, berisikan :

Pasien hipertensi dengan tekanan darah sistole >= 140 mmhg dan diastole >= 90

mmhg diawali dengan terapi non farmakologi seperti penurunan berat badan bagi

penderita yang obese/kegemukan, olahraga yang teratur, mengurangi konsumsi

alkohol dan garam, tidak merokok dan mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah.

Terapi farmakologi : untuk penderita tanpa komplikasi pengobatan dimulai dengan

diuretik tiazid dosis rendah dan untuk penderita dengan komplikasi menggunakan

lebih dari satu macam obat hipertensi.

2. Joint National Committee (JNC) berisikan :

Perubahan gaya hidup dan terapi obat memberikan manfaat yang berarti bagi pasien

hipertensi

Target tekanan darah < 140/90 bagi hipertensi tanpa komplikasi dan target tekanan

darah < 130/80 bagi hipertensi dengan komplikasi

Diuretik tiazid merupakan obat pilihan pertama untuk mencegah komplikasi

kardiovaskular.

Hipertensi dengan komplikasi pilihan pertama diuretik tiazid tapi juga bisa digunakan

penghambat ACE (captopril,lisinopril,ramipril dll), ARB (valsartan, candesartan dll),

beta bloker (bisoprolol) dan antagonis kalsium (nifedipin, amlodipin dll) bisa juga

dipertimbangkan.

Pasien hipertensi dengan kondisi lain yang menyertai seperti gagal ginjal dan lain-

lain, obat anti hipertensi disesuaikan dengan kondisinya.

Monitoring tekanan darah dilakukan 1 bulan sekali sampai target tercapai dilanjutkan

setiap 2 bulan, 3 bulan atau 6 bulan. Semakin jauh dari percapaian target tekanan

darah, semakin sering monitoring dilakukan.

3. British Hypertensive Society (BHS)

Terapi non farmakologi dilakukan pada pasien hipertensi dan mereka yang

keluarganya ada riwayat hipertensi

Pengobatan dimulai pada tekanan darah sistole >=140 dan diastole >= 90

Target yang ingin dicapai setelah pengobatan, sistol =< 140 dan diastole =< 85

obat piliha pertama tiazid atau beta bloker bila tidak ada kontraindikasi.

4. National Heart Lung Blood Institute (NHLBI)

Modifikasi gaya hidup sebagai penanganan menyeluruh, dapat dikombinasi dengan

terapi obat

Menerapkan pola makan DASH (Diet Approach to Stop Hypertension) untuk

penderita hipertensi

Hipertensi tanpa komplikasi harus dimulai dengan diuretik atau beta bloker

Hipertensi dengan penyakit penyerta, pemilihan obat harus berdasarkan masing-

masinghambat individu dan berubah dari mono terapi ke terapi kombinasi yang

fleksibel

5. European Society of Hypertension (ESH)

Fokus diberikan pada paien individual dan risiko kardiovaskularnya.

Penderita hipertensi dapat menerima satu atau lebih macam obat selama tujuan terapi

tercapai

Penatalaksanaan harus difokuskan pada pencapaian target pengobatan kardiovaskular

dengan perubahan gaya hidup atau dengan terapi obat

Kombinasi obat yang digunakan untuk mencapai target tekanan darah harus

ditetapkan secara individual pada masing-masing pasien

Penghambat ACE dan ARB tidak boleh digunakan pada kehamilan.

6. UK's NICE

Penghambat ACE sebagai lini pertama bagi penderita hipertensi usia < 55 tahun dan

antagonis kalsium atau diuretika bagi penderita hipertensi > 55 tahun

ARB direkomedasikan jika penghambat ACE tidak dapat ditoleransi

Penggunakan beta bloker sebagai lini keempat.

7. PEDOMAN  HIPERTENSI (KONSENSUS PERHIMPUNAN HIPERTENSI

INDONESIA)

Hasil konsensus Pedoman Penanganan Hipertensi di Indonesia tahun 2007 berisikan :

Penanganan hipertensi ditujukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas

kardiovaskular (termasuk serebrovaskular) serta perkembangan penyakit ginjal

dimulai dengan upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan perubahan gaya hidup

ke arah yang lebih sehat.

Penegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah <160/100

mmhg

Sebelum bertindak dalam penanganan hipertensi, perlu dipertimbangkan adanya

risiko kardiovaskular, kerusakan organ target dan penyakit penyerta. Penanganan

dengan obat dilakukan pada penderita dengan banyaknya faktor risiko 3 atau lebih 

atau dengan adanya kerusakan organ target,diabetes, penyakit penyerta, di samping

perubahan gaya hidup.

Penanganan dengan obat dilakukan bila upaya perubahan gaya hidup belum mencapai

target tekanan darah (masih >= 140/90 atau >= 130/80 bagi penderita diabetes/

penyakit ginjal kronis).

Pemilihan obat didasarkan ada tidaknya indikasi khusus. Bila tidak ada indikasi

khusus, obat tergantung pada derajat hipertensi (derajat 1 atau derajat 2 JNC7)

Untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit hipertensi atau tidak haruslah ada

suatu standar nilai ukur dari tensi atau tekanan darah. Berbagai macam klasifikasi hipertensi

yang digunakan di masing-masing negara seperti klasifikasi menurut Joint National

Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara Amerika Serikat, Klasifikasi menurut

Chinese Hypertension Society yang digunakan di Cina, Klasifikasi menurut European Society

of Hypertension (ESH) yang digunakan negara-negara di Eropa, Klasifikasi menurut

International Society on Hypertension in Blacks (ISHIB) yang khusus digunakan untuk warga

keturunan Afrika yang tinggal di Amerika. Badan kesehatan dunia, WHO juga membuat

klasifikasi hipertensi.

Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan Ilmiah Nasional

Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat

membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data

penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang.

Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi WHO

dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Hipertensi sistol

terisolasi

≥ 140 Dan < 90