KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

19
MIKOSIS MIKOSIS PROFUNDA 1. Misetoma Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif, dan granulomatosa yang dapat disebabkan bakteri Actinomyces dan Nocardia yang termasuk Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamen. Gejala klinis : Biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, sinus, dan fistel multiple. Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Berhubungan dengan penyebabnya, misetoma yang disebabkan Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma yang disebabkan bakteri botryomycosis dan yang disebabkan jamur berfilamen dinamakan maduromycosis.biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan harus disertai butir-butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dapat menyerang subkutis, fasia, otot, dan tulang. Sering berbentuk fistel yang mengeluarkan eksudat. Diagnosis : Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan urain di atas. Namun bila disokong dengan gambaran histologik dan hasil biakan, diagnosis akan lebih meyakinkan. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting artinya untuk terapi dan prognosis. Pengobatan : Pengobatan misetoma biasanya harus disertai reseksi radikal, bahkan amputasi kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Obat-obat misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan- 1tahun) dan bilakelainan belum meluas benar. Obat-obat baru antifungal misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik. Prognosis : Prognosis quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo adsanationam tidak begitu baik tidak begitu baik bila dibandingkan aktinomikosis atau botriomikosis. Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat-alat dalam merupakan pengecualian. 2. Sporotrikosis Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas nodus bening sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Diagnosa klinis & Pembiakan umumnya mudah dibuat berdasarkan kelainan kulit yang multiple yang umunya khas. Penyakit ini umumnya ditemukan pada pekerja hutan maupun petani. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau tikus dan pemeriksaan histopatologik. 1

Transcript of KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

Page 1: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

MIKOSIS

MIKOSIS PROFUNDA

1. Misetoma

Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif, dan granulomatosa yang dapat disebabkan bakteri Actinomyces dan Nocardia yang termasuk Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamen.

Gejala klinis : Biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, sinus, dan fistel multiple. Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Berhubungan dengan penyebabnya, misetoma yang disebabkan Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma yang disebabkan bakteri botryomycosis dan yang disebabkan jamur berfilamen dinamakan maduromycosis.biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan harus disertai butir-butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dapat menyerang subkutis, fasia, otot, dan tulang. Sering berbentuk fistel yang mengeluarkan eksudat.

Diagnosis : Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan urain di atas. Namun bila disokong dengan gambaran histologik dan hasil biakan, diagnosis akan lebih meyakinkan. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting artinya untuk terapi dan prognosis.

Pengobatan : Pengobatan misetoma biasanya harus disertai reseksi radikal, bahkan amputasi kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Obat-obat misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan- 1tahun) dan bilakelainan belum meluas benar. Obat-obat baru antifungal misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.

Prognosis : Prognosis quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo adsanationam tidak begitu baik tidak begitu baik bila dibandingkan aktinomikosis atau botriomikosis. Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat-alat dalam merupakan pengecualian.

2. Sporotrikosis

Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas nodus bening sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen.

Diagnosa klinis & Pembiakan umumnya mudah dibuat berdasarkan kelainan kulit yang multiple yang umunya khas. Penyakit ini umumnya ditemukan pada pekerja hutan maupun petani. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau tikus dan pemeriksaan histopatologik.

Pengobatan : Pengobatan yang biasanya dengan pemberian larutan kaliumIodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atauitrakonazol dapat diberikan.

3. Kromomikosis

Kromikosis atau Kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous).

Gejala klinis : Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbuhan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, leher, dada, dan bokong.

Sumber penyakit : Sumber penyakit berasal dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma. Penyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah dilaporkan terjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi melalui autoinokulasi, ada juga kemungkinan penyebaran melalui saluran getah bening. Penyebaran melalui darah dengan terserangnya susunan saraf sentral pernah dilaporkan. Pengobatannya sulit. Terapi X pernah

1

Page 2: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

dilakukan dengan hasil yang berbeda-beda. Kadang-kadang dapat diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi leso mikotik disusul dengan skin graft member hasil yang cukup baik.

Pengobatan : Obat-obatan biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus diberikan dalam waktu yang lama. Hasil pengobatan yang baik dicapai dengan kombinasi amfoterisin B dan5-fluorositosin. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini terutama bila penyebabnya adalah Cl adosporium carrionii.

4. Fikomikosis subkutan : Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosis

Penyakit jamur ini terdiri atas berbagai infeksi yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur pula yang taksonominya dan peranannya masih didiskusikan. Zygomycetes meliputi banyak genera yaitu : Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Cunning-hamella.

Penyebab: Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan Fikomikosis subkutan.

Gejala Klinis & Diagnosis : Kelainan timbul di jaringan subkutan antara lain: di dada, perut, atau lengan ke atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan membesar setelah sekian waktu. Nodus itu konsistennya keras kadang dapat terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening regional. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur agak khas hifa lebar 6-50 µm seperti pita, tidak bersepta, dan coenocytic.

Pengobatan : Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh kalium Iodida.Mulai dari 10-15 tetes 3 kali sehari dan perlahan-lahan dinaikkan sampai timbul gejalaintoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes dandipertahankan terus menerus sampai tumor menghilang. Itrakonazol berhasil mengatasifikomikosis subkutan dengan baik. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik

MIKOSIS SUPERFISIAL

Ada dua golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu non dermatofita dan dermatofita

A.NON -DERMATOFITOSIS

Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah

A.1 PITYRIASIS VERSICOLOR

TINEA VERSICOLOR

DEFINISI

Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.

2

Page 3: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

MORFOLOGI

Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat.

Ada dua bentuk yang sering dijumpai :

Bentuk makuler :

Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus diatasnya dan tepi tidak meninggi.

Bentuk folikuler :

Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut

PATOGENESIS

Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana perubahan dari i saprofit menjadi patogen belum diketahui.

Organisme ini merupakan "lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap melanosit.

GAMBARAN KLINIS

Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut.

Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.

Folikulitis

Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh dalam jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan histologis organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum saluran sebasea dan sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan dan terdiri dari debris keratin

Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula dengan ukuran 2-4 mm, distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu, dengan leher dan rusuk. Bentuknya yang lebih berat disebut Acneifonn folliculitis

Dacriosis obstructif

Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar lakrimalis, menyebabkan pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus terbentuk dakriolit, terjadi inflamasi dan mengganggu produksi air mata.

DIAGNOSA BANDING

Penyakit ini harus dibedakan dari dermatitis seboroik, sifilis stadium tua, pitiriasis rosea vitiligo, morbus

3

Page 4: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

hansen dan hipopigmentasi pasca peradangan.

CARA MENEGAKKAN DIAGNOSE

Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezi fulfur diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut :.b Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.

Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak- jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butiir yang bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendek- pendek, lurus atau bengkok dengan disana sini banyak butiran-butiran kecil bergerombol.

b Pembiakan.Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada media buatan.

bPemeriksaan dengan sinar wood,dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna emas sampai orange.

PENGOBATAN

Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain sprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu.

Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang baikterhadap pengobatan dengan griseofulvin.

Obat-obat anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep salisil sulfur (salep 2/4), salisil spiritus, tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium sulfida 2% dalam shampo, derivatimidasol seperti ketokonasol, isokonasol, toksilat dalam bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.

PROGNOSIS

Umumnya baik bila faktor-faktor predisposisi dapat dieliminer dengan baik.

EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah beriklim panas. Di Indonesia frekuensinya tinggi. Penularan panu terjadi bila ada kontakdengan jamur penyebab oleh karena itu kebersihan prinadi sangat penting.

A.2 PIEDRA 4

Page 5: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.

Ada dua macam :Piedra putih : penyebabnya Piedraia beigeli Piedra hitam : penyebabnya Piedraia horlal

PIEDRA BEIGELl

Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan ditanah, udara,dan permukaan tubuh.

ETIOLOGI

Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat didaerah subtropis, daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan)

MORFOLOGI

Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.

PATOGENESIS

Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang sudah terkena infeksi.

GAMBARAN KLINIS

Adanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak memberikan gejala-gejala keluhan.

DIAGNOSA LABORATORIUM

Diagnosa ditegakkan atas dasar :- gejala kllinis- pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar Sabauroud.

PENGOBATAN

Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus dilutus.

PIEDRA HORTAL

Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis. Terutama terdapat pada rambut kepala, kumis ataujambang, dan dagu.

MORFOLOGI

Askospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam suatu kantung yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa yang padat membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut.Dari rambut yang ada benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik (diluar rambut) yang besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 um.

GAMBARAN KLINIS

5

Page 6: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan yang keras warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya rambut lebih suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung atau tidak langsung.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan atas dasar : 1. Gejala klinis

Objektif rambut lebih suram, benjolan bila disisir terasa seperti logam kasar. 2. Laboratorium

a. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa endotrik (dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang besar 4-8 mu berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 u

b. Kultur ram but dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula tumbuh sebagai ragi yang berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah menjadi koloni filamen.

PENGOBATAN

Sebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat : 1/2000 dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak dalam 1 minggu

A.3 OTOMIKOSIS

Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp Mukor dan Penisilium.

DIAGNOSA

Diagnosa didasarkan pada :

1. Gejala klinik

Yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.

2 .Pemeriksaan Laboratoriuma. Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.b. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.

DIFERENSIAL DIAGNOSA 6

Page 7: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

Otitis eksterna atau kontak dermatitis pada liang telinga sering memberi gejala- gejala yang sama.

PROGNOSIS

Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat.

PENGOBATAN

Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus selalu dibersihkan. Larutan timol 2% dalam spiritus dilutus (alkohol 70%) atau meneteskan larutan burowi 5% satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan. Neosporin dan larutan gentien violet 1-2% juga dapat menolong.

A.4 TINEA NIGRA

Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang. Makula yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluas sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada dan muka.Gambaran efloresensi ini dapat berupa polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir sama seperti setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit.

Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anak- anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan : 1.Gejala klinis ng khas

2. Pemeriksaan laboratorium

a. Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan adanya hifa dan spora yang tersebar di dalam gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5 u dan spora berkisar 1-2u.b. Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA), dikeram pada temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni menyerupai ragi, berwarna hijau dan pada bagian tepinya tumbuh daerah yang filamentous berwarna coklat. Pada pemerikasaan mikroskopis tampak hifa halus bercabang, mengkilat dan spora-spora yang lonjong.

DIFERENSIAL DIAGNOSA

Lesi-lesi hitam pada kulit seperti pada sifilis stadium kedua pada telapak tangan, harus dipikirkan. Melanoma memberikan gambaran klinis yang rnirip. Tinea versikolorpun memberikan gambaran yang hampir sama.

PENGOBATAN

Pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep whitfield I dan II atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur, preparat- preparat imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat baik.

B. DERMATOFITOSIS

7

Page 8: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit disebut " Dermatofitosis ". Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan- lapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan stratum basalis.

ETIOLOGI

Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton. Dari 41 spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton.

Cara penentuan dermatofitosis terlihat pada bagan dan garnbar (dibawah ini). Selain sifat keratinofilik ini, setiap spesies dermatofita m empunyai afinitas terhadap hospes tertentu. Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang-kadang menyerang manusia. Misalnya : Mirosporon canis dan Trikofiton verukosum. Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya Mikrosporon gipsium.

GAMBARAN KLINIS

Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada mausia bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan residif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamur yang antropofilik ialah: Mikrosporon audoinii Trikofiton rubrum.

CARA PENULARAN

Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air. Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor :

1. Faktor virulensi dari dermatofita

Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.

2. Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.

3. Faktor-suhu dan kelembaban

Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.

4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

8

Page 9: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.

5. Faktor umur dan jenis kelamin

Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.

PEMBAGIAN / LOKASI JAMUR

Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang ditimbulkan sesuai dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh karena harus menunggu hasil biakan jamur dan ini memerlukan waktu yang agak lama dan tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik dapat disebabkan oleh beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu gambaran klinis dapat disebabkan oleh beberapa spesies dematofita sesuai dengan lokalisasi tubuh yang diserang.

Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi tempat bagian tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis sebagai berikut :

1. Tinea kapitis 2. Tinea korporis 3. Tinea kruris

: bila menyerang kulit kepala clan rambut: bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).: bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila

4. Tinea manus dan tinea pedis :Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama telapak

5. Tinea Unguium 6. Tinea Barbae7. Tinea Imbrikata

tangan dan kaki serta sela-selajari.: bila menyerang kuku: bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.: bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik yang khas.

GEJALA -GEJALA KLINIK

umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercak- bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga memberikan kelainan-kelainan yang polimorf, dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang .

Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papel-papel atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosit dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis (ekzema marginatum) , tetapi kadang-kadang hanya berupa makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi sekunder menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).

B.1 TINEA KAPITIs

(Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans)

9

Page 10: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.

Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk : 1. Gray pacth ring worm

Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat.

Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.

2. Black dot ring wormTerutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala.

Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot". Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.

3. KerionBentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.

4.Tinea favosaKelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit- penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.

3. Trikotilomania

B.2 TINEA KORPORIS(Tinea circinata=Tinea glabrosa)

Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah.

Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama dengan Tinea kruris.

Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon gipseum, M.kanis, 10

Page 11: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

M.audolini. penyakit ini sering menyerupai :

1. Pitiriasis rosea2. Psoriasis vulgaris3. Morbus hansen tipe tuberkuloid4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.

B.3 TINEA KRURIS(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch")

Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.

Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.

Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan T.mentografites.

Diferensial Diagnosa : 1. Kandidiasis inguinalis 2. Eritrasma3. Psoriasis vulgaris4. Pitiriasis rosea

B.4 TINEA MANUS DAN TINEA PEDIS

Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering menyerang orang

orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.

Ada 3 bentuk Tinea pedis

1. Bentuk intertriginosa

keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.

2. Bentuk hiperkeratosis

Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura- fisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.

3. Bentuk vesikuler subakut

Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel- vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan.

11

Page 12: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.

Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan : 1. Dermatitis kontak akut alergis2. Skabiasis3. Psoriasispustulosa

B.5 TINEA UNGUIUM(Onikomikosis = ring worm of the nails)

Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur.

Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit.

Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites

Diagnosis banding:

1. Kandidiasis kuku2. Psoriasis yang menyerang kuku 3. Akrodermatitis persisten

B.6 TINEA BARBAE

Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus.Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion

SUPERFISIALIS

Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis.

KERION

Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.

Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus) 2. Karbunkel3. Mikosis dalam

B.7 TINEA IMBRIKATA

Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar.

Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai :

12

Page 13: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

1. Eritrodemia2. Pempigus foliaseus3. Iktiosis yang sudah menahun

PENGOBATAN

A. Pengobatan Pencegahan :

1. Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktor-faktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.

2. Alaskakiharuspasbetuldantidakterlaluketat.

3. Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis.

4. Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.

B. Terapi lokal :

Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot, telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.

1. Lesi-lesi yang meradang akut yang acta vesikula dan acta eksudat harus dirawat dengan kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus. Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh.

2. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol, ekonasol, bifonasol, kotrimasol dalam bentuk larutan atau krem dengan konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan penyembuhan dalam waktu 1-3 minggu.

3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan terapi lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit menjadi lunak dan mengelupas. Obat-obat keratolotik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga perlu hati-hati kalau menggunakannya.

4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai kesembuhan total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku jari kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan satu-satunya pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.

C. Terapi sistemik

Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin adalah suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium. Obat ini sangat manjur terhadap segala jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi bersama-sama dengan makanan yang banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak dipengaruhi apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau diantara waktu makan.

Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan dilakukan 4 x sehari , 2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 5 mg per kg berat badan dan lamanya pemberian adalah 10 hari.

13

Page 14: KLASIFIKASI DAN PENGOBATAN.docx

Salep ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari.

PROGNOSIS

Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

KESIMPULAN

Mikosis supernsialis adalah jamur-jamur yang menyerang lapisan luar ari pada kulit, kuku, dan rambut. Dibagi dalam dua bentuk yakni:a. Dermatofitosis; terdiri dari :1. Tinea kapitis

2. Tinea kruris3. Tinea Korporis4. Tinea pedis atau manus5. Tinea unguium (onikomikosis) 6. Tinea interdigitalis7. Tinea imbrikata8. Tinea favosa9. Tinea barbae

b. Non-Dermatosis; terdiri dari : 1. Tinea versikolor2. Piedra hitam3. Piedra putih

Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis adalah disebabkan karena letak infeksinya pada kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam epidermidis mulai dari stratum komeum sampai stratum basalis, sedangkan golongan non-dermatofitosis hanya bagian superfisialis dari epidermidis. Hal ini disebabkan karena dermatofitosis mempunyai afinitas tehadap keratin yang terdapat pada epidermidis, rambut, kuku, sehingga infeksinya lebih dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, Odum, James.Andrew's :Desease of the skin, .8th ed ,London. WBSounders Co., 1989 : 347-349.

Balus, L: Grigoriu D : Pityriasis versicolor. CILAG-LTD 1982.Budi mulja, U : Mikosis. Dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin, Jakarta FK UI. 1987

: 84-88Emmons. CW , Binford. CH, Utz, JP & Kwon Chung: Medical Mycology, 3 rd ed.

Philadelphia, Lea & Febiger. 1977Jawetz, Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20, EGC Jakarta 1996. Kenneth J. Ryan: Sherris Medical Micribiology .Pretice Hall International Inc , 1994. Kuswadji : Dermatimikosis. Budimulja U, Sunoto, Tjokronegoro A . Penyakit Jamur,

Jakarta FKUI. 1983Rippon.J : Superfisialis Infections.in Medical Mycology, second ed Tokyo, WB

saunders Co. 1988Siregar.S: Penyakit Jamur Kulit. EGC Jakarta.1982

14