KLASIFIKASI BUTA WARNA.doc

9
KLASIFIKASI BUTA WARNA Kemampuan melihat warna diklasifikasikan sebagai berikut: Penglihatan Normal disebut juga trichromatic. Trichromats dapat mencocokkan semua 3 warna dasar. Adanya kelainan dari mencocokkan ketiga warna dasar karena adanya disfungsi dan sel kerucut, disebut anomalous trichromatic. Bentuk kelainan melihat warna yang hanya bisa mencocokkan 2 macam warna dasar, yang disebabkan karena hilangnya beberapa sel kerucut disebut dichromatic. Bentuk buta warna yang sangat jarang terjadi adalah monochromatic.Monochromats tidak bisa mendiskripstkan warna, dan hannya bisa menerima warna abu-abu. Tipe ini dibedakan menjadi 2 berdasarkan kelainan anatominya yaitu: 1) Rod monochromats (tidak terdapat sel kerucut pada retina), dan disertai berkurangnya daya penglihatan. 2) Cone monochromats (hanya memiliki satu macam sel kerucut), biasanya masih memiliki aktivitas visual yang baik. Selain dibedakan berdasarkan kelainan jumlah warna yang dapat dilihat seperti di atas, masing-masing tipe dibedakan lagi berdasarkan jenis warna yang dapat dilihat, yaitu tipe trichromatic dan dichromatic. Pada tipe ini terdapat

Transcript of KLASIFIKASI BUTA WARNA.doc

KLASIFIKASI BUTA WARNA

KLASIFIKASI BUTA WARNA Kemampuan melihat warna diklasifikasikan sebagai berikut:Penglihatan Normal disebut juga trichromatic. Trichromats dapat mencocokkan semua 3 warna dasar. Adanya kelainan dari mencocokkan ketiga warna dasar karena adanya disfungsi dan sel kerucut, disebut anomalous trichromatic. Bentuk kelainan melihat warna yang hanya bisa mencocokkan 2 macam warna dasar, yang disebabkan karena hilangnya beberapa sel kerucut disebut dichromatic.Bentuk buta warna yang sangat jarang terjadi adalah monochromatic.Monochromats tidak bisa mendiskripstkan warna, dan hannya bisa menerima warna abu-abu. Tipe ini dibedakan menjadi 2 berdasarkan kelainan anatominya yaitu:1) Rod monochromats (tidak terdapat sel kerucut pada retina), dan disertai berkurangnya daya penglihatan.2) Cone monochromats (hanya memiliki satu macam sel kerucut), biasanya masih memiliki aktivitas visual yang baik.Selain dibedakan berdasarkan kelainan jumlah warna yang dapat dilihat seperti di atas, masing-masing tipe dibedakan lagi berdasarkan jenis warna yang dapat dilihat, yaitu tipe trichromatic dan dichromatic. Pada tipe ini terdapat 2 macam kelainan yaitu: protan dan deutan. Protan dan Deutan pada trichromatic disebut protanomaly dan deuteranomaly, sedangkan Protan dan Deutan pada dichromatic disebut protanopia dan deuteranopia.Hanya terdapat pada tipe dichromatic yang disebut deuteranopia.Tabel 1. Tipe Buta Warna dan Penyebabnya TypeFormCause

RedDefects

ProtanomalyTrichromaticDisfungsional sel kerucut L

ProtanopiaDichromaticsHilangnya sel kerucut L

DeuteranomalyTrichromaticDisfungsional sel kerucut M

DeuteranopiaDichromaticsHialngnya sel kerucut M

BlueYellowDefectss

TritanopiaDichromaticsHilangnya sel kerucut S

Keterangan : * Protanomaly disebabkan disfungsional sel kerucut L (sel kerucut L juga disebut kerucut Merah). * Protanopia disebabkan hilangnya sel kerucut L. * Deuteranomaly disebabkan disfungsional sel kerucut M (kerucut hijau). * Deuteranopia disebabkan hilangnya sel kerucut M. * Tritanopia disebabkan hilangnya sel kerucut S (kerucut biru). (Jalmanggeng, 2008).Butawarna adalah penyakit keturunan yang disebabkan oleh gen resesif c (asal dari perkataan ingris color blind) karena gennya terdapat dalam kromosom X sedangkan perempuan memiliki 2 kromosom X. maka seorang perempuan dapat normal homozigotik (CC), normal heterozigotitik (Cc) atau yang amat jarang dijumpai homozigotik (cc) sehingga butawarna. Laki-laki hanya memiliki sebuah kromosom X saja, sehingga ia hanya dapat normal (C-) atau butawarna (c-) saja. Seorang perempuan normal yang kawin dengan seorang laki-laki butawarna (c-) akan mempunyai anak normal, baik laki-laki maupun perempuan (Suryo, 2005).Penyakit buta warna diturungkan secara resesif, pada kromosom X bagian tak homolog. Persentase buta warna di masyarakat berbagai pada berbagai suku bangsa. Pada orang cina sekitar 6% pada laki-laki, pada orang negro mendekati 5 %, dan pada orang Indonesia 3,5% juga pada laki-laki kaukasoid 8 % laki-laki 0,5 perempuan (Yatim, 2003). Buta warna terhadap warna merah dan hijau, disebabkan oleh gen resesif c. alel dominan C, menentukan tidak buta warna (normal). Seorang perempuan normal homosigot bila kawin dengan laki-laki yang butawarna, akan mempunyai keturunan yang semuanya normal, tetapi yang perempuan membawa gen butawarna. Seorang wanita normal heterezigot (membawa gen butawarna), bila kawin dengan laki-laki normal akan mempunyai anak dengan kemungkinan, anak perempuan normal homosigot (normal), anak perempuan heterosigot (normal, tetapi membawa gen butawarna), anak laki-laki normal dan anak laki-laki buta warna (Henuhili, 2002). Buta warna ini dapat ditemukan dengan uji ishira. Pada uji ishira dipergunakan serangkaian gambar berwarna.Gambar-gambar berwarna itu dirancang sedemikian rupa secara tepat dan cepat serta dapat memberikan penilaian terhadap kelainan persepsi warna (Taiyeb, 2010). Penderita tidak dapat membedakan warna merah dan hijau. Penyakit ini herediter dan disebabkan oleh gen resesip c (berasal dari perkataan ingris colorblind) yang terdapat pada kromosom X. Alelnya dominan C menentukan orang tidak butawarna (normal). Jika orang perempuan normal (homozigot) kawin dengan seorang laki-laki butawarna, maka semua anaknya akan normal.ini disebabkan karena ginospermium yang membawa gen dominan C, sehingga zigot mempunyai genotip Cc. berhubung C dominan terhadap c, maka individu Cc adalah normal. Keturunan yang menerima kromosom Y menjadi anak laki-laki (Suryo, 1992). Apabila seorang perempuan normal menikah dengan laki-laki butawarna, maka semua anak mereka akan normal. Tetapi sebaliknya, seorang perempuan butawarna yang menikah dengan laki-laki normal, maka semua anak laki-laki akan butawarna. Pada kasus yang terakhir tampak bahwa sifat keturunan butawarna diwariskan kepada keturunan laki-laki, dan sifat yang dimiliki ayah diwariskan kepada keturunan perempuan (Suryo, 1996). Menurut Siniapar (2010), Bola mata dilapisi oleh tiga yaitu:a. Sklera: pelindung bola mata paling luar, bagian depannya transparan disebut korena.b. Koroid : lapisan yang banyak pembuluh darah, mencegah refleksi, banyak mengandung pigmen.c. Retina: tempat jatuh bayangan dan mengandung saraf fotoreseptor.Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosomX. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna. Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut (Henuhili, Victoria, 2002.).Menurut Sianipar Prowel, 2010, buta warna dapat diklasifikasikan sebagai berikut:Trikomasi Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada trikomasi:a. Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merahb. Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderitac. Trinomali (low blue), kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.2. Dikromasi Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan:Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau perpaduannya kurangb. Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijauc. Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan. Buta warna dibagi dalam dua kategori, yaitu buta warna total dan buta warna parsial. Pada buta warna total, penyandangnya tidak bisa mengenali warna lain, kecuali hitam dan putih. Untungnya, kasus yang disebabkan ketiadaan pigmen warna pada sel retina ini sangat jarang terjadi. Sementara itu, pada buta warna parsial, penyandang mengalami defisiensi (kekurangan) pigmen dalam sel retina sehingga tidak bisa melihat warna tertentu saja. Gabungan defisiensi merah dan hijau adalah gangguan yang paling sering terjadi, sedangkan defisiensi biru jarang sekali. Yang perlu diluruskan, penderita buta warna bukan tidak bisa mengenali satu warna tertentu, tetapi ia tak bisa mengenali kombinasi atau campuran warna. Ia bisa saja tahu warna-warna dasar, seperti kuning, merah, dan biru, serta warna-warna sekunder, seperti hijau, jingga, dan ungu. Namun, ketika warna-warna itu dikombinasikan lagi dengan warna lainnya, ia tidak mampu mengenali atau bingung menentukan, apakah itu hijau tua atau biru, dan sebagainya (Samir S Deeb, 2008). 3.2 TEST PEMERIKSAANTes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang.Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal/pseudo-isochromaticism (Wartamedika, 2007)

i, Victoria, 2002. Genetika. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.Sianipar Prowel, 2010. Mudah dan Cepat Menghafal Biologi.Jakarta: Pustaka Book Publisher.Suryo, 1992. Genetika. Yogyakarta. Gadjah Mada University PressSuryo, 1996. Genetika.Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.Suryo, 2005. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.aktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.Yatim Wildan, 2003. Genetika. Bandung: Tarsito.Taiyeb Mushawir, 2010. Penuntun PrJalmanggeng. 2008. Buta Warna.http://jalmanggeng.wordpress.comWartamedika. 2007. Tes Buta Warna Ishihara. http://www.wartamedika.com