Buta Hurup 1.docx

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional merupakan penyempurnaan pendekatan bagi program pemberantasan buta aksara yang menitikberatkan pada proses dari, oleh dan untuk peserta didik dengan strategi pendidikan melalui diskusi, membaca, menulis, berhitung dan aksi. Keaksaraan fungsional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan membaca, menulis dan berhitung dengan harapan peserta didik dapat menggunakannya untuk pemecahan masalah dalam kehidupannya sehari-hari dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Keaksaraan fungsional juga merupakan suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai dan menggunakan keterampilan menulis, membaca, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar dan berbicara yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar peserta didik. Keaksaraan fungsional berpusat pada bagaimana cara masyarakat menggunakan keterampilan keaksarannya dalam kehidupan sehari-hari.. Pada mulanya tidak mudah untuk menjalankan program ini. Sebab masyarakat pada umumnya merasa malu untuk belajar ataupun tidak berminat sama sekali untuk dapat melek huruf. Mau tidak mau, pihak PKBM Melati yang ada di wilayah kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi yang harus turun tangan langsung menyosialisasikan program ini. Beruntung, setelah sosialisasi dan pendekatan terhadap warga tidak sedikit

Transcript of Buta Hurup 1.docx

BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangPelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional merupakan penyempurnaan pendekatan bagi program pemberantasan buta aksara yang menitikberatkan pada proses dari, oleh dan untuk peserta didik dengan strategi pendidikan melalui diskusi, membaca, menulis, berhitung dan aksi. Keaksaraan fungsional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan membaca, menulis dan berhitung dengan harapan peserta didik dapat menggunakannya untuk pemecahan masalah dalam kehidupannya sehari-hari dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Keaksaraan fungsional juga merupakan suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai dan menggunakan keterampilan menulis, membaca, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar dan berbicara yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar peserta didik. Keaksaraan fungsional berpusat pada bagaimana cara masyarakat menggunakan keterampilan keaksarannya dalam kehidupan sehari-hari..Pada mulanya tidak mudah untuk menjalankan program ini. Sebab masyarakat pada umumnya merasa malu untuk belajar ataupun tidak berminat sama sekali untuk dapat melek huruf. Mau tidak mau, pihak PKBM Melati yang ada di wilayah kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi yang harus turun tangan langsung menyosialisasikan program ini. Beruntung, setelah sosialisasi dan pendekatan terhadap warga tidak sedikit masyarakat yang bergabung di PKBM Melati.Kebanyakan peserta orang dewasa yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.Ibu rumah tangga yang mengikuti program ini, murni atas dasar kemauan mereka sendiri. Bahkan ada yang telah berusia 60 tahun lebih, namun usia bukanlah menjadi kendala untuk mereka menimba ilmu. Mereka menyadari sangat krusialnya kemampuan baca tulis.Karena keterbatasan tersebut, acap kali mereka mengalami prilaku tidak menyenangkan.Mereka menyadari pentingnya dapat membaca sehingga mereka mempunyai rasa percaya diri kemanapun pergi dan dimanapun mereka tinggal tidak akan ada yang diperlakukan atau dibodohi oleh orang lain.Dengan membaca tentu banyak manfaat yang di dapat seperti yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1. Manfaat membacaDalam pelaksanaan kegiatan pembelajarann Keaksaraan di kelompok belajar PKBM Melati secara umum warga belajar dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok buta huruf murni dan kelompok yang sudah mengenal huruf.Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar terdapat kesesuaian antara materi pembelajaran dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan warga belajar.Selain fokus pada kegiatan pengenalan huruf .Kelompok yang buta aksara murni berasal dari masyarakat yang tidak menyeyam pendidikan sekolah dasar atau Warga Belajar yang DO di kelas satu SD.Menurut data yang ada di PKBM Melati lulusan keaksaraan fungsional tingkat dasar yang diselenggarakan oleh lembaga tersebut dari tahun 2005 sampai tahun 2009 sebanyak 360 orang . Sekitar 40% dari mereka adalah buta aksara murni. Bagi anak sekolah kegiatan membaca, menulis, dan berhitung sudah jadi kerjaan sehari-hari.Tapi berbeda dengan pelajar dewasa.Mereka yang tidak mengenyam dunia pendidikan, tidak membutuhkan teori calistung seperti anak sekolah. Mereka ingin belajar calistung ketika itu bisa meningkatkan kualitas hidup dan berguna dalam kegiatannya sehari-hari.Selain memilih metode pembelajaran yang tepat tentu saja harus didukung oleh media / alat pembelajaran yang efektif guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.Tahun 2005 Priode Bulan Januari Juli 005 adalah tahun pertama penulis menjadi tutor keaksaraan dengan jumlah Warga Belajar sebanyak 20 orang warga belajar tempat pembelajaran di Kampung Cimenteng Desa Gunungguh , Tahun 2007 Priode Bulan Juli Desember 2007 menjadi tutor di kelompok Kujang 1 Kampung Legoknyenang Desa Cikujang, Tahun 2008 Priode Bulan Juli Desember 2008 menjadi tutor di kelompok belajar Bentang 3 Kampung Bojong Duren Desa Cibentang , Selama 4 kali jadi tutor penulis merasa banyak kekurangan dalam melaksanakan proses pembelajaran dan hasilnya kurang memuaskan karena masih ada Warga Belajar yang tidak hapal huruf ,atau tertukar mengucapkan huruf (huruf b dibaca d , huruf p dibaca b dan huruf yang lainnya ).Masah seperti ini terjadi pada warga belajar yang buta aksara murni.Tahun 2009 penulis menjadi tutor di kelompok Bentang 3 Kampung Bojong Duren Desa Cibentang dengan jumlah warga belajar sebanyak 10 orang ,terdiri dari ibu-ibu rumah tangga .Usia termuda 22 tahun bernama Tita Rosita dan usia tertua 59 tahun bernama Eros Ruhyati.Saat itulah penulis menggunakan media pembelajaran yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yaitu menggunakan huruf-huruf yang terbuat dari kain perca.Dalam tulisan karya nyata ini penggunaan dan pembuatan media pembelajaran dari kain perca ditujukan untuk warga belajar yang buta aksara murni.Banyak limbah kain perca yang ada di PKBM Melati sisa produksi , bahan sisa kain yang tidak terpakai menumpuk di gudang .Mereka bisa membuat huruf alphabet atau angka dengan cara menggunting dan menjahit. Sehingga selesai program pendidikan keaksaraan mereka dapat mengajarkan membaca pada anak atau cucu mereka dengan menggunakan hasil karya mereka sendiri. Selain menjadi guru di rumah mereka , lulusan keaksaraan fungsional dapat bekerja sebagai pemasang kancing baju seragam sekolah yang dikelola oleh PKBM Melati seperti pada contoh gambar 1.2 Gambar 1.2.Pemasangan kancing baju oleh lulusan KFHarga pemasangan kancing baju seragam sekolah Rp.500,- per baju, Rata-rata mereka dapat menyelesaian 30 40 buah baju sehari.Biasanya dikerjakan oleh lulusan KF dibawah usia 50 tahun.Materi pembelajaran Keaksaraan Fungsional disesuaikan dengan kondisi alam , kompetensi belajar dan kebutuhan belajar WB yang dibelajarkan.Kondisi alam lingkungan Kecamatan Gunungguruh adalah pegunungan , pekerjaan mereka 40 % sebagai petani , 15% peternak ( domba ,ikan ), 20 % buruh bangunan atau meubeulair , 10 % wirausaha home industry membuat makanan dan menjahit pakaian sedangkan 15 % lagi bekerja di pabrik.Warga Belajar KeaksaraanFungsional rata-rata perempuan yang sudah tidak produktif untuk bekerja di pabrik ,lulusan keaksaraan diarahkan untuk menjadi wirausaha home industry makanan ringan, peternak atau penjahit. seperti yang terlihat pada gambar 1.2

Gambar 1.3.Grafik Pekerjaan Masy Kec.GunungguruhPokok bahasan yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan belajar WB KF PKBM Melati yaitu : Kesadaran Berwarganegara, Kesehatan Lingkungan, Keamana Lingkungan, Makanan Sehat,Mengenal Mata Uang, dan Mengenal penyakit berbahaya Sebagai seorang tutormelaksanakan proses pembelajaran dalam tentunya harus ingat pada rambu-rambu Pendidikan Keaksaraan yaitu :1. Tutor perlu memperhatikan karakteristik, sifat-sifat atau kebiasaan/perilaku peserta didik/warga belajar2. Tutor harus dapat menghargai perbedaan pendapat diantara sesama peserta didik/wargabelajar atau antara pesertadidik/warga belajar dengan tutor3. Tutor diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa4. Dalam proses pembelajaran tutor harus memperhatikan :Buku Saku Tutor Pendidikan Keaksaraan Keaksaraan 8a. Konteks lokal yaitu mempertimbangkan minat dan kebutuhan peserta didik/warga belajar,latar belakang, sosial budaya,adat-istiadat, agama, kondisigeografis, termasuk masalahkesehatan, mata pencaharian,pekerjaan dan sebagainya.b. Desain lokal yaitu proses pembelajaran merupakan respon(tanggapan) minat dankebutuhan peserta didik/wargabelajar yang dirancang sesuaidengan situasi dan kondisi darimasing-masing kelompok belajar.c. Proses partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkanpeserta didik/warga belajarsecara aktif denganmemanfaatkan keterampiland. keaksaraan yang sudah dimilikinya

Dari sekian banyak rambu Pendidikan Keaksaraan yang perlu mendapat perhatikan adalah .rambu nomor 4 sesuai dengan buku saku tutor nomor 8b yaitu Desain lokal yang menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan respon(tanggapan) minat dankebutuhan peserta didik/wargabelajar yang dirancang sesuai dengan situasi dan kondisi darimasing-masing kelompok belajar.Peserta didik atau Warga Belajar Keaksaraan Fungsional adalah orang dewasa kita tahu bahwa orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)Menghadapi orang dewasa lebih sulit dibandingkan dengan menghadapai anak anak.Kita harus mencari metode dan media yang tepat untuk melaksanakan proses pembelajaran.Metode dan teknik pembelajaran memegang peranan penting dalam penyusanan strategi dan pelaksanaan kegiatan belajar membelajarkan.Teknik dapat diartikan sebagai prosedur atau langkah pembelajaran sesuai dengan pengorganisasian warga belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran.Pembelajaran adalah upaya yang direncanakan dan dilaksanakan dengan pengorganisasian warga belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran.

1.2 .Masalah dan Tujuan Di PKBM Melati Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi sering terjadi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh beberapa tutor keaksaraan dalam melaksanakan proses pembelajaran.Hal ini ditunjukkan dengan adanya :1.Kurangnya minat warga belajar ke tempat pembelajaran2.Hasil belajar kurang memuaskan3.Tidak tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan4.Tertundanya beberapa kegiatan pembelajaran Tujuan yang akan diperoleh yaitu :1.Mengetahui deskripsi manfaat pembuatan huruf alphabet dari kain perca yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional. 2.Mengetahui penerapan media huruf dan angka dari kain perca terhadap warga belajar keaksaraan fungsional buta aksara murni.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas penulis akan memaparkan pengalaman mengatasi hal tersebut di atas melalui tulisan mengenai proses pembelajaran keaksaraan dengan membuat sendiri media / alat pembelajaran dari kain perca di kelompok belajar PKBM Melati Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi.Pengalaman pembelajaran keaksaraan fungsional tersebut dituangkan kedalam karya nyata dengan judul Pembuatan Huruf Alphabet Dari Kain Perca Efektif Menjadi Media Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Buta Aksara Murni di PKBM Melati Kabupaten Sukabumi

1.3.Strategi Pemecahan MasalahMenurut Napitupulu (1998:4) mengatakan keaksaraan didefinisikan secara luas sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang diperlukan oleh semua.Lebih lanjut dikatakan bahwa keaksaraan merupakan keterampilan yang diperlukan padadirinya dan salah satu fondasi bagi keterampilan-keterampilan hidup yang lain.Keaksaraan adalah kemampuan seseorang dalam membaca, menulis dan berhitung.Kegiatan pembelajaran keterampilan fungsional diarahkan pada pemberian keterampilan yang bersifat ekonomi produktif dan keterampilan sosial. Keterampilan fungsional menjadi tekanan pada kegiatan pendidikan keaksaraan fungsional karena sebagian besar warga belajar sasaran program penuntasan buta aksara adalah masyarakat miskin, sehingga secara ekonomi perlu diberdayakan. Bentuk pembelajaran keterampilan fungsional harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan warga belajar, serta bersifat fungsional seperti menjahit dan membuat kue.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dibutuhkan media pembelajaran.Pengertian Media Pembelajaran itu sendiri menurut Para Ahli- Media berasal dari kata Medium, yang berasal dari bahasa latin Medium yang berarti tengah atau sedang.Pengertian mediaini mengarah pada sesuatu yang menjadi penghantar untuk meneruskan suatu informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.Untuk mengajarkan calistung pada orang dewasa yang buta aksara murni tentu membutuhkan media yang dapat membuat kuat daya ingat WB dan tidak mudah lupa lagi pada huruf-huruf yang diajarkan.Calisung adalah singkatan dari membaca, menulis, dan berhitung. Calistung adalah tahapan dasar orang bisa mengenal huruf dan angka.Banyak pakar menganggap penting calistung untuk mempermudah komunikasi dalam bentuk bahasa tulis dan angka.Umumnya belajar calistung ini banyak disampaikan di pendidikan formal, yaitu sekolah.Fenomena muncul ketika ada masyarakat yang ternyata belum bisa mengenyam sekolah.Mereka tahu huruf-huruf dan angka tapi tidak bisa membaca.Mereka tahu uang tapi tidak bisa menghitungnya.Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu.Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yangpaling sesuai untuk pengalaman belajar.Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut ini:1. Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.2. Sebagai salah satu komponen yang saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.3. Mempercepat proses belajar.4. Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.5. Mengkongkritkan yang abstrak sehingga dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.

Alasan pemilihan strategi pemecahan masalah ( teoritis ) Menurut Y. Miarso : Media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa.Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalampembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap.Dalam memilihmedia pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada.Nana Sudjana menjelaskan beberapa kriteria dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran yaitu; (1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, (2) dukungannya terhadap isi bahan pelajaran, (3) kemudahan memperoleh media, (4) keterampilan guru menggunakannya, (5) tersedia waktu untuk menggunakannya, dan (6) sesuai dengan taraf pikir siswa(Sudjana, 2002).Dalam menggunakan media pembelajaran diperlukan komunikasi yang baik , agar semua pesan dapat tersampaikan. Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang artinya sama. Sama disini dimaksudkan adalah sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2000:9). Menurut Goyer komunikasi adalah berbagai pengalaman, dapat diamati sebagai penelitian dimana respon penggerak dan penerima berhubungan secara sistematis untuk referensi stimulus (dalam Ardiyanto, 2007:19). Dalam pengertian ini komunikasi memberikan individu-individu untuk memahami dan merespon apa yang disampaikan, jika penyampaian dipahami dan dimengerti, maka komunikasi berjalan dengan baik dan sehat.

Deskripsi strategi pemecahan masalah yang dipilih Menghadapi orang dewasa yang buta aksara murni dalam mengajarkan membaca perlu pendekatan individual , memberikan motivasi agar mereka percaya diri dapat mengikuti pembelajaran.. Cara menumbuhkan kepercayaan inilah, tutor mencoba bukan hanya menggunakan metode ceramah saat mengajar, namun lebih tertantang untuk mengembangkan metode-metode baru dan menggunakan media pembelajaran yang berguna dalam penyampaian materi yang berhubungan dengan keperluan sehari hari . Pembuatan huruf alphabet dengan tujuan agar para ibu tidak bosan dan hanya mengangguk-angguk belaka setiap menerima materi , tetapi aktif ikut serta membuat alat peraga / media yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran. Metode yang digunakan untuk membaca yaitu Metode Abjad ( Method Alphabetic ), karena metode ini dianggap paling tepat digunakan dalam menyampaikan materi sehingga komunikasi dapat lancar dan semua pesan dapat tersampaikan .Bahasa yang digunakan dalam pembelajaran untuk buta aksara murni banyak menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa sunda. Untuk menghilangkan kejenuhan dan sifat verbalisme pada warga belajar keaksaraan buta aksara murni , warga belajar dilibatkan dalam perencanaan pembelajaran terutama pada awal sampai pertengahan jadwal pembelajaran ( tiga bulan ) yaitu membuat huruf alphabet dari kain perca .Pola sudah disiapkan , warga belajar hanya tinggal menjahitkan saja dan mengisi ruang dengan limbah benang obras seperti pada gambar 1.4 Gambar 1.4.Huraf Alphabet dari kain perca yang dijahitUntuk usia di atas 50 tahun mereka hanya ditugaskan menggunting saja bentuk huruf dari kain perca tanpa harus dijahit.Hasilnya seperti yang terlihat dalam gambar 1.5Gambar 1.5.Huruf Alphabet dari Kain Perca tanpa dijahit

BAB IIPEMBAHASAN2.1.Metode dan Prosedur KerjaDalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, secara umum warga belajar dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok buta huruf murni dan kelompok yang sudah mengenal huruf.Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar terdapat kesesuaian antara materi pembelajaran dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan warga belajar.Selain fokus pada kegiatan pengenalan huruf.Metode pembelajaran membaca yang diimplementasikan pada pembelajaran KF kelompok Bentang 3 ini adalah Metode Abjad ( Alphabetic Method ).Metode pembelajaran tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kondisi warga belajar, kemampuan daya tangkap, dan latar belakang warga belajar.Ada dua kelompok belajar yang terpisah di dua desa tempat penelitian memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda. Pada kelompok belajar Melati 2 yang tempat pembelajarannya di Kampung Gunungguruh Rt 27/14 Desa Cikujang Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi , sebagian besar warga belajar sudah pernah belajar tetapi putus sekolah pada kelas 1, 2, 3 SD. Maka kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan multi metode karena mereka telah memiliki kemampuan mengenal huruf. Sedangkan di kelompok belajar Bentang 3 , sebanyak 40% warga belajar telah memiliki kemampuan awal, dan 60%nya termasuk buta aksara murni dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Jumlah Warga Belajar Dalam satu kelompokUntuk kelompok Melati 2 tutor yang mengajar di kelompok itu tidak mengalami kesulitan dalam mengajarkan membaca karena sebagian besar warga belajarnya sudah mempunyai kemampuan awal yaitu sudah mengenal huruf alphabet.Sedangkan untuk kelompok Bentang 3 , ketika pembelajaran sudah berlangsung 3 bulan warga belajarnya masih belum hapal huruf .Dan ketika diberi pekerjaan rumah untuk menuliskan huruf atau kata mereka menyuruh kepada anak atau cucunya.Dengan waktu yang tersisa 3 bulan lagi , maka tutor merasa perlu mencari media pembelajaran yang dapat membantu mereka dalam hal penghapalan huruf-huruf alphabet .Langkah langkah yang ditempuh dalam pembuatan media pembelajaran dari kain perca seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Langkah-langkah pembuatan huruf dari kain perca Huruf alphabet yang dibuat oleh warga belajar dipergunakan untuk proses pembelajaran membaca permulaan dengan mengenal huruf huruf.Adapun langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran dengan menggunakan Huruf alphabet dari kain perca adalah sebagai berikut :1.Tutor menyuruh WB mengambil hasil karyanya ( masing-masing diberi tugas yang berbeda )2.Tutor menyuruh WB untuk mengingat huruf yang dibuatnya sendiri3.Tutor menyuruh salah seorang WB menempelkan hasil karyanya di papan yang telah disiapkan.4.WB menyebutkan huruf yang ditempel oleh salah seorang WB bersama-sama ( contoh huruf A )5.Tutor menanyakan pada WB binatang apa yang dimulai dengan huruf A6.Tutor menuliskan di papan tulis setiap jawaban yang diucapka WB7.Tutor mengambil salah satu nama binatang ( contoh : AYAM )8.Tutor dan WB melakukan Tanya jawab tentang cara memelihara ayam yang sehat bagi lingkungan sekitar .9. Menanyakan berapa jumlah ayam yang dipelihara (pada WB yang memelihara ayam )10.Tutor menuliskan di papan tulis angka yang disebutkan oleh salah seorang WB.12.WB dan Tutor bertanya jawab yang berkaitan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan .Contoh soal :Ahmad memelihara ayam 10 mati 3 Berapa ayam Ahmad yang masih hidup ?13.Tutor menyuruh salah seorang WB menuliskan jawabnya di papan tulis14.Tutor meminta WB membuat kata AYAM huruf yang dipegangnya , maju ke depan secara bergantian menyusun huruf-huruf menjadi kata .15.Kegiatan tersebut berlangsung dengan menyusun kata yang lainnya ( APEL, ANI dan sebagainya )16. Tutor memnta WB membaca kata kata yang ada di papan tulis17 Tutor meminta WB menuliskan satu kata yang dipakai untuk tema pembelajaran hari itu sebanyak 45 kata ke samping dan 10 baris ke bawahContoh :AYAM AYAM AYAM AYAM AYAMAYAM AYAM AYAM AYAM AYAM dan seterusnya

Untuk lebih jelasnya langka-langkah pembelajaran membaca yang dilaksanakan di kelompok belajar Bentang 3 seperti ditunjukkan dalam gambar 2.3 Gambar 2.3.Langkah Kegiatan Pmbelajaran Menggunakan Metode Abjad

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalahstandar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitandengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapaikompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran padasatuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara KesatuanRepublik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan prosespembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaranuntuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didikdalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajibanmenyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsungsecara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didikuntuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisikserta psikologis peserta didik.RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kalipertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuanyang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.Komponen RPP adalah :1. Identitas mata pelajaranIdentitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlahpertemuan.2. Standar kompetensiStandar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didikyang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yangdiharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu matapelajaran.3. Kompetensi dasarKompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai pesertadidik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indicator kompetensi dalam suatu pelajaran.4. Indikator pencapaian kompetensiIndikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasiuntuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadiacuan penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian kompetensi dirumuskandengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.5. Tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkandicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.6. Materi ajarMateri ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, danditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaiankompetensi.7. Alokasi waktuAlokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD danbeban belajar.8. Metode pembelajaranMetode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atauseperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajarandisesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik darisetiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap matapelajaran.9. Kegiatan pembelajarana. PendahuluanPendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuanpembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi danmemfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalamproses pembelajaran.b. IntiKegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatanpembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, sertamemberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandiriansesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis pesertadidik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proseseksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.c. PenutupPenutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitaspembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman ataukesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.10. Penilaian hasil belajarProsedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan denganindikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.11. Sumber belajarPenentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensidasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Tujuan dan manfaat pembuatan RPP yaitu; untuk memberikan landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator, memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek, karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh terhadap pengembangan individu warga belajar.Seperti yang tercantum di atas bahwa menurut Y. Miarso : Media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswaTidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalampembelajaran.Dalam pelaksanaan pembelajaran media menjadi alat bantu yang dapat membuat suanan pembelajan jadi menyenangkan, apalagi yang dihadapi adalah orang dewasa , bila dalam penyajian pembelajaran tidak menarik dapat berakibat warga belajar mengantuk atau menggangguk-angguk kepala .Oleh sebab itu dalam membuat RPP perlu memilih media yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar.Dan menurut pendapat Nana Sudjana ada beberapa kriteria dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran diantaranya yaitu; kemudahan memperoleh media.Karena tidak disiapkan dana khusus atau bantuan untuk pengadaan alat peraga/ media pembelajaran , maka dalam hal ini tutor dituntut untuk kreatif .Kain perca mudah di dapat di PKBM Melati dan dari para penjahit yang ada di lingkungan Pemanfaatan kain perca yang dijadikan bahan pembuatan alat peraga membaca di PKBM Melati sangat efektif dan tepat guna .Selain menjadi media pembelajaran juga dapat merangsang ide-ide warga belajar tentang pemanfaatan sampah / limbah yang tidak terpakai.Ditangan orang yang kreatif sampah menjadi sumber pendapatan karena memiliki nilai ekonomi.Mereka dibimbing tidak hanya dalam pemanfaatan kain perca untuk mentuk pembuatan huruf alphabet saja , tetapi untuk dibuat kerajinan tangan lainnya seperti pembuatan keset , taplak, lap , bunga untuk pajangan, dan masing banyak lagi jenis kerajinan tangan yang dapat dibuat dari kain perca.Kain perca ternyata bisa menjadi barang yang bernilai ekonomi , ide / gagasan dari beberapa warga keaksaraan fungsional muncul setelah melihat hasil karya orang lain yang memanfatkan kain perca , sehingga merekapun berinisiatif untuk membuat bros dari kain perca.Keaksaraan adalah kemampuan seseorang dalam membaca, menulis dan berhitung.Kegiatan pembelajaran keterampilan fungsional diarahkan pada pemberian keterampilan yang bersifat ekonomi produktif dan keterampilan sosial.Seperti halnya pembuatan alat peraga dari kain perca , selain efektif untuk memudahkan pengenalan huruf dalam membaca, kain perca juga dapat dijadikan pokok bahasan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.Pokok Bahasan dipilih disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar seperti halnya di kelompok belajar Bentang 3 yang lingkungansekitarnya kumuh dan banyak sampah bertebaran, maka pokok bahasannya dipilih tentang kesehatan lingkungan. Maka dengan pemanfaatan kain perca sebagai media pembelajaran cocok diterapkan di kelompok belajar Bentang 3.

2.2.Hasil atau dampak yang dicapai dalam melaksanakan strategi yang dipilih

Penggunaan media huruf alphabet dari kain perca digunakan untuk warga belajar buta aksara murni.Merekamenjadi sadar bahwa lingkungan tempat mereka tinggal harus sehat. Sampah tidak dibuang begitu saja , tetapi sampah sebelum dibuang bisa dipisahkan dulu mana yang harus dimusnahkan dan mana yang dapat dimanfaatkan menjadi barang baru yang bernilai ekonomi.Dalam kegiatan pembelajaran mereka lebih aktif mengikuti proses pembelajaran , karena dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.Mereka merasa bangga karena hasil karya mereka dihargai dan dapat menjadi multi guna.Selain dipakai untuk media belajar sendiri dapat juga digunakan untuk mengajarkan membaca pada anak atau cucu mereka yang masih bersekolah di SD.Kebanggaan tersendiri bagi mereka karena dapat menjadi guru di keluarga mereka.Dengan keterampilan membaca dan menulis mereka tidak lagi membutuhkan orang lain ketika berurusan dengan pengisian data dari desa / kelurahan.Sebelum mengikuti pembelajaran Keaksaraan Fungsional calon warga belajar PKBM Melati diberi tes awal, dengan tujuan untuk pengelompokan WB KF dan untuk mengetahui kemampuan awal .Contoh format penilaian awal membaca untuk keaksaraan fungsional dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1Penilaian Awal Membaca Keaksaraan Fungsional

NoKeterampilan MembacaBisaKet

BMembaca

1Belum mengenal huruf

2Kenal huruf tetapi belum dapat merangkai huruf menjadi kata

3Membaca kata dengan dieja

4Membaca kalimat sederhana denganbenar

Penggunaan media huruf dari kain perca dapat memudahkan warga belajar mengingat huruf-huruf . Karena dibuat sendiri dan dapat dipajangkan sehingga tidak mudah lupa, sehari warga belajar diminta untuk membuat 1 atau 2 huruf yang berbeda.Khusus untuk warga belajar yang usianya di atas 44 tahun diminta hanya memasukkan limbah obras atau kapas ke dalam ruang huruf yang telah dijahit oleh tutor.Hasil pembelajaran yang dicapai dengan menggunakan media pembelajaran dari kain perca meningkat.Mereka lebih cepat mengenal huruf alphabetberbeda dengan hasil pembelajaran kelompok lain yang tidak menggunakan media pembelajaran huruf dari kain perca.Hasil karya mereka berupa huruf alphabet dari kain perca yang mengingatkan selalu bentuk-bentuk huruf alphabet .Dengan demikian mereka dapat merangkaikan huruf menjadi kata, dan merangkaikan kata menjadi kailmat . Penerapan media huruf alphabet dari kain perca dalam pembelajaran dapat mempermudah pengauatan daya ingat mereka terhadap huruf alphabet. Dari setiap huruf yang dikenalkan dapat dirangkai menjadi suku kata atau kata, Untuk mempermudah menyampaikan pesan dari kata-kata yang dikembangkan menjadi kalimat secara lisan , maka penulis menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa sunda sesuai dengan bahasa yang digunakan sehari hari oleh warga belajar.Setelah semua huruf alphabet dari kain perca dikenalkan dan semua warga belajar telah hafal, maka untuk lebih menarik minat baca huruf alphabet dirangkaikan menjadi suku kata / kata atau kalimat sederhana.Huruf alphabet dari kain perca dikembangkan menjadi suku kata/ kata dan kalimat sederhana di tulis dengan spidol warna terang agar terbaca jelas oleh warga belajar seperti terlihat pada gambar 2.4Gambar 2.4.Salah seorang WB KF Kelompok Belajar Bentang 3 sedang membacaSelain calistung warga belajar juga dituntut untuk trampil berkomunikasi dengan bahasa lisan , dengan menggunakan huruf alphabet dari kain perca warga belajar dapat mendeskrpisikan cara membuat keterampilan lain dari kain perca yang dapat menghasilkan nilai uang seperti membuat keset , alas panas atau lap . Mereka dapat diajak berhitung berapa kilo kain perca yang dibutuhkan untuk membuat satu keset , berapa modal yang dikeluarkan dan berapa keuntungannya.. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penggunaan media pembelajaran sangatlah penting untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Di bawah ini adalah hasil pengamatan dari dua kelompok pembelajaran yang ada di PKBM Melati Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi yaitu antara kelompok Bentang I dan kelompok belajar Bentang 3, Kedua kelompok berasal dari dua kelompok buta aksara murni :Tabel 2.2Hasil Pengamatan Membaca Kelompok Kujang 1 dan Bentang 3Nama KelompokWaktu yang diibutuhkan

HafalHuruf - huruf

Membaca suku kataMembaca kalimat pendek

Bentang 1( tidak menggunakan media huruf dari kain perca2-3 bulan24 x pertemuan5 bulan40 x pertemuan6 bulan 48 x pertemuan

Bentang 3( menggunakan media huruf dari kain perca1-2 bulan16 x pertemuan3 bulan24 x pertemuan4 bulan32 x pertemuan

Dampak baik bagi warga belajar dengan penggunaan media huruf alphabet dalam proses pembelajaran dapat menghilangkan verbalisme , semua huruf mudah untuk diingat , tidak mudah lupa, dapat digunakan untuk membimbing anak / cucu di rumah . Dampak baik bagi Tutor dengan adanya media huruf alphabet adalah untuk mempermudah membimbing warga belajar membaca Tahun 2009 salah satu Warga Belajar Keaksaraan Fungsional kelompok belajar dari PKBM Melati atas nama Eros Ruhyati terpilih menjadi Warga Belajar Berprestasi . Ternyata usia tidak menjadikan ukuran manusia untuk tidak semangat belajar. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya warga belajar berprestasi pada Pendidikan Keaksaraan Fungsional dari kelompok belajar Bentang 3 .Usia Ibu Eros Ruhyati saat menerima penghargaan berusia 63 tahun , ketika diwawancara oleh Televisi Sukabumi dapat menjawab pertanyaan dan membaca teks bacaan dengan baik seperti yang terlihat pada gambar 2.5Gambar 2.5 Ibu Eros Ruhyati di tes membaca kalimat sederhana2.3 Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih Kendala yang ditemukan pada pembuatan huruf dari kain perca adalah saat menjahitkan atau menyambung potongan kain perca. Faktor usia yang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan ini. Karena rata rata mereka dari kalangan masyarakat miskin jadi walaupun seharusnya sudah memakai kacamata, sehingga mereka sulit untuk memasukan benang ke dalam jarum . Kelompok Belajar Bentang 3 berjumlah 10 orang , 8 orang usianya di atas 44 tahun sedangkan yang usia di bawah 44 tahun hanya 2 orang saja.Yang dapat melakukan kegiatan menjahit huruf dari kain perca berjumlah 6 orang , sedangkan 4 orang lainnya hanya memasukkan kapas/ limbah benang obras ke dalam jahitan huruf atau hanya menggunting pola huruf alphabet saja.

2.4. Faktor factor pendukung Faktor faktor pendukung dalam pembuatan media huruf alphabet dari kain perca diantaranya :1.Banyaknya kain perca yang tidak terpakai2.Kepedulian Instruktur Menjahit PKBM Melati3.Terdapat mesin jahit milik PKBM Melati4.Semangat belajar yang ada pada warga belajar.5.Adanya alat dan perlengkapan menjahit seperti gunting, meteran , benang dll

2.5.Tindak Lanjut Setelah berhasil dalam melaksanakan proses pembelajaran membaca dengan memenggunakan huruf yang terbuat dari kain perca, strategi pembelajaran ini di pakai untuk pembelajaran keaksaraan fungsional pada kelompok belajar priode selanjutnya. Selesai mengikuti pembelajaran Keaksaraan dasar dan mendapatkan SUKMA I , maka kelompok belajar ini diprogramkan mengikuti program Keaksaraan Usaha Mandiri , Karena dengan melanjutkan program KUM kualitas sumber daya manusia yang ada di lingkungan kecamatan Gunungguruh dapat meningkat, Selain peningkatan sumber daya manusia tentunya dibarengi dengan peningkatan ekonomi keluarga . Pada program keaksaraan usaha mandiri warga belajar diarahkan untuk menjadi wirausahawan ,dan setiap kelompok diberi dana keterampilan untuk dikembangkan. Untuk kelompok ibu-ibu yang usianya di atas 50 tahun usaha yang dikembangkan adalah membuat kue tradisional ranginang dan rangining, Omset penjualan cukup lumayan terutama dalam menghadapi hari hari besar keagamaan dan keperluan hajatan. Untuk Keaksaraan Tingkat Dasar sebelum mereka terjun belajar usaha home industry kelompok atau perorangan tentunya mereka perlu diajarkan dahulu cara menghitung laba rugi dan mencatatnya .Hasil produksi harus dikemas cantik dan menarik , oleh sebab itu untuk pengemasan dan pemasaran hasil produksi tetap dibantu oleh tutor PKBM Melati .Ketika mereka mengikuti Program Keaksaraan Usaha Mandiri mereka sudah siap usaha.Mereka dapat meminta bantuan ke PKBM Melati untuk pengemasan yang diberi hara dan lebel PKBM seperti gambar 2.6

2.6 .Ranginang yang sudah siap di

Sedangkan untuk ibu-ibu yang usianya di bawah 50 tahun dapat memilih usaha lainnya seperti menjahit baju seragam sekolah pembuatan log jamur tiram, menbuat aneka souvenir dan keterampilan usaha lainnya.PKBM Melati membantu mereka dalam hal promosi dan penjualannya, sehingga dapat menguntungkan kedua belah pihak .Usaha ini telah berlanjut cukup lama seusia dengan adanya program Keaksaraan Fungsional.Untuk pemasaran selain dipasarkan sendiri atau dititipkan di pasar / toko juga ikut serta pameran . PKBM Melati setiap tahunnya berpartisipasi pada acara Pameran dalam rangka memperingati Hari Aksara Internasional seperti gambar di bawah 2.7Gambar 2.7. Pameran Hasil Produksi PKBM Melati pada acara HAI tahun 2011 di Pelabuhan Ratu Sukabumi

Setelah lulus KF Tingkat Dasar , tutor membimbing dan memantau alumni lulusan KF Dasar bersedia datang ke Taman Bacaan yang ada di PKBM Melati, mereka dapat meminjam buku bacaan yang sesuai dengan keinginan mereka seperti tampak pada gambar 2.8

Gambar 2.8.Lulusan KF mengunjungi perpustakaan Fajar Insani

BAB IIISIMPULAN DAN REKOMENDASI3.1 SimpulanBerdasarkan pembahasan maka kesimpulannya adalah :1. Media pembelajaran merupakan salah satu alat peraga yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran. Apalagi alat / media pembelajaran tersebut di buat sendiri oleh warga belajar .Dengan mengerjakan sendiri pembuatan media / alat peraga tentu daya ingat warga belajar akan kuat, tidak seperti hanya mendengarkan atau melihat saja apa yang disampaikan oleh tutor.2. Pemanfaatan kain perca yang dijadikan bahan pembuatan alat peraga membaca di PKBM Melati sangat efektif dan tepat guna . Selain menjadi media pembelajaran juga dapat merangsang ide-ide warga belajar tentang pemanfaatan sampah / limbah yang tidak terpakai.Ditangan orang yang kreatif sampah menjadi sumber pendapatan karena memiliki nilai ekonomi. 3. Dampak baik dari media huruf alphabet dalam proses pembelajaran dapat menghilangkan verbalisme , semua huruf mudah untuk diingat , tidak mudah lupa, dapat digunakan untuk membimbing anak / cucu di rumah . Dampak baik bagi Tutor dengan adanya media huruf alphabet adalah untuk mempermudah membimbing warga belajar membaca

3.2.RekomendasiPembuatan huruf alphabet dari kain perca sangat efektif terhadap kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional di kelompok belajar PKBM Melati kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi.Dan dapat digunakan untuk media pembelajaran pada kelompok belajar keaksaraan fungsional yang buta aksara murni kelompok lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Winarto, ( 2003 ) , Perencanaan Pembelajaran . Jakarta : Departemen Pendidikan NasionalPurwanto,Ngalim (1990), Psykologi Pendidikan . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional( 2003 )Pedoman Penyelenggaraan Program Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional( 2004) Pedoman Penilaian Kemajuan dan Hasil Belajar Pendidikan Keaksaraan, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Tim Keaksaraan BP-PLSP Regional Jayagiri ,Panduan Pembelajaran Calistung Permulaan pada Pendidikan, Bandung :Albama