Proposal Buta Aksara

24
STRATEGI PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL SEBAGAI SALAH SATU MODEL PEMBERANTASAN BUTA AKSARA A. Latar Belakang Salah satu aspek penentu dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa adalah dilihat dari tingkat keaksaraan penduduknya, yaitu dimana kebutahurupan merupakan salah satu indikator untuk menetapkan tingkat pembangunan sumber daya manusia/Indek Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI). Berdasarkan hasil penilaian program pembangunan PBB (UNDP) pada tahun 2002, bahwa Indonesia tingkat HDI/IPMnya menduduki peringkat ke 110 di bawah Vietnam (109), Cina (96), Filipina (77), Thailand (70), dan Malaysia (59). Ini artinya di kawasan Asia Tenggara saja bangsa Indonesia menduduki peringkat terakhir dari negara-negara yang di survey oleh badan dunia tersebut. Hal tersebut sesuai berdasarkan hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 bahwa penduduk Indonesia yang masih menyandang buta huruf ada sejumlah 18.682.765 orang, dimana sebanyak 5.956.462 orang berusia 10 – 44 tahun dan diantara angka tersebut 64,07 % adalah perempuan. Sebetulnya jumlah orang yang buta huruf tersebut merupakan modal potensial pembangunan bangsa, apabila dibina dan dididik atau dibelajarkan melalui program Keaksaraan Fungsional. Hal ini bukan berarti pemerintah dan masyarakat tidak memberikan pelayanan pendidikan pada mereka. Banyal hal yang mempengaruhi mengapa timbulnya sebagian masyarakat yang buta huruf, diantaranya :

Transcript of Proposal Buta Aksara

Page 1: Proposal Buta Aksara

STRATEGI PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONALSEBAGAI SALAH SATU MODEL PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

A.    Latar BelakangSalah satu aspek penentu dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa adalah dilihat

dari tingkat keaksaraan penduduknya, yaitu dimana kebutahurupan merupakan salah satu

indikator untuk menetapkan tingkat pembangunan sumber daya manusia/Indek Pembangunan

Manusia (IPM) atau Human Development Indeks (HDI). Berdasarkan hasil penilaian program

pembangunan PBB (UNDP) pada tahun 2002, bahwa Indonesia tingkat HDI/IPMnya menduduki

peringkat ke 110 di bawah Vietnam (109), Cina (96), Filipina (77), Thailand (70), dan Malaysia

(59). Ini artinya di kawasan Asia Tenggara saja bangsa Indonesia menduduki peringkat terakhir

dari negara-negara yang di survey oleh badan dunia tersebut.

Hal tersebut sesuai berdasarkan hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 bahwa

penduduk Indonesia yang masih menyandang buta huruf ada sejumlah 18.682.765 orang, dimana

sebanyak 5.956.462 orang berusia 10 – 44 tahun dan diantara angka tersebut 64,07 % adalah

perempuan. Sebetulnya jumlah orang yang buta huruf tersebut merupakan modal potensial

pembangunan bangsa, apabila dibina dan dididik atau dibelajarkan melalui program Keaksaraan

Fungsional. Hal ini bukan berarti pemerintah dan masyarakat tidak memberikan pelayanan

pendidikan pada mereka. Banyal hal yang mempengaruhi mengapa timbulnya sebagian

masyarakat yang buta huruf, diantaranya :

a.       Tiap tahun masih banyak anak yang putus sekolah dasar kelas I, II dan III sehingga menjadi buta

huruf kembali.

b.      Masih ada warga masyarakat yang karena berbagai hal, tidak dapat mengikuti sekolah terutama

dikarenakan faktor ekonomi dan geografis.

c.       Adanya sebagian masyarakat yang buta huruf kembali dikarenakan kurang intensif dalam

pemeliharaan keaksaraannya.

d.      Akibat resesi ekonomi yang melanda negara kita, mengakibatkan jumlah penduduk miskin

bertambah jumlahnya, kemiskinan akan menimbulkan kebodohan dan rendahnya kedewasaan

dalam berfikir dan bertindak, sehingga manfaat dan keyakinan akan pentingnya pendidikan

(khususnya  dalam membaca, menulis dan berhitung) terabaikan.

Page 2: Proposal Buta Aksara

B.     Dasar1.      Undang Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2.      Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintag Daerah (Lembaga Negara Tahun 1999

Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839).

3.       Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

(Pusat) dan Daerah (Lembaran  Nedara Nomor 206)

4.   Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah

4.      Keputusan Mendikbud Nomor 055/U/2001, tentang Penyusunan Standar Pelayanan Minimal

Penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda.

5.      Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara  Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3952)

      C. Sasaran dan Masalah di lapangan

Sebagaimana diketahui sasaran pokok program keaksaraan fungsional adalah masyarakat

yang buta huruf murni, drop out SD kelas I, II dan III, Usia diprioritaskan antara 10 sampai 44

tahun, terbelakang dan masyarakat miskin. Botkin (1984) seperti dikutif dari D. Sudjana (2000)

mengkatagorikan masyarakat buta huruf masuk ke dalam dunia kelima setelah masyarakat

miskin (dunia ke-4) dan masyarakat yang sedang berkembang (dunia ke-3).

Permasalahan yang sering dihadapi masyarakat tersebut diatas, adalah : (1)

ketidakpahaman tentang pentingnya pendidikan untuk kemajuan kehidupan (baik dibidang

kesehatan, HAM, demokratisasi, lingkungan hidup dan lain-lain) dan (2) penyelenggara program

kesulitan untuk menarik perhatian dan melibatkan mereka dalam pelaksanaan program.

Bertolak dari permasalahan diatas, penyelesaian buta huruf tersebut mutlak harus dituntaskan dan diprioritaskan. Karena buta huruf erat kaitannya dengan masalah kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Agar pelaksanaan pemberantasan buta akasara ini dapat memenuhi hasil yang diharapkan, maka perlu dibentuk suatu program baru yang mampu menjembatani antara kebodohan (buta huruf) dan kemiskinan menjadi mampu baca, tulis, hitung dan sekaligus mampu berusaha mencari nafkah minimal untuk kehidupan dirinya dan keluarganya, yaitu “Program Keaksaraan Fungsional”.

  

Page 3: Proposal Buta Aksara

D. Pengertian Program Keaksaraan Fungsional

Keaksaraan Fungsional adalah merupakan suatu pendekatan atau cara untuk

mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai dan menggunakan keterampilan

menulis, membaca, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar, dan berbicara yang berorientasi

pada kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi yang ada dilingkungan sekitar warga

belajar.

E.     Tujuan Melalui program keaksaraan fungsional ini, diharapkan warga belajar dapat :

1.      Meningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung serta keterampilan fungsional

untuk meningkatkan tarap hidup warga belajar

2.      Menggali potensi dan sumber-sumber kehidupan yang ada di lingkungan sekitar warga belajar,

untuk memecahkan masalah keaksaraannya.

Berdasarkan keterangan  diatas, maka disini akan dibahas beberapa perbedaan penyelenggraan antara program paket A PBH dengan program Keaksaraan Fungsional. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

PERBANDINGAN PENDEKATAN PROGRAM PAKET A PBHDENGAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL

NO ASPEK PAKET A PBH KEAKSARAAN FUNGSIONAL

1 Asumsi tentang WB

Dianggap BH WB Pasif

Memiliki pengetahuan,pengalaman, ide dan informasi WB lebih aktif

2 Orientasi pelaksanaan

Berpusat pada buku & tutorWB hanya menerima informasiTidak berorientasi pada

pemecahan masalah WB

Pemenuhan minat dan        kebutuhan belajar WB

Program dilaksanakan berdasarkan         ide,

Page 4: Proposal Buta Aksara

Ide dan minat WB tidak tersalurkan

Menyalin informasi dari buku Paket A

pengalaman,pengetahuan, cita-cita, minat, kebutuhan dan belajar mencari sumber-sumber pemechan sendiri

WB menulis informasi dari pengalaman sendiri 

3 Bahan belajar Modul Paket A 1 s.d A 100   Dari kehidupan sehari-hari Dari TBM/perpustakaan dan dari dinas

instansiDaripengalaman/permasalahan/ucapan/   tulisan WB sendiri  

4 Kurikulum Tersedia pada program (buku pelajaran)

Berdasarkan minat dan kebutuhan WBDibuat bersama antara WB dan tutor

5 Kegiatan menulis

Menyalin tulisan tutor / dari buku modul

Menulis dari pikiran sendiriMenulis sesuai dengan kegiatan sehari-hari

6 Kegiatan membaca

Dimulai dari abjad-suku kata-kata-kalimat

  Dimulai dari informasi yang berasal dari WB, kemudian membelajarkan membaca kalimat-letak kata-suku kata-huruf

7 Kegiatan berhitung

Sesuai yang ada di buku modul

Disesuaikan dengan kegiatan    sehari-hari ( dipasar, disawah, dikebun, di pudkesmas dll)

8 Kegiatan keterampilan

Terpisah dengan  kegiatan calistung

Keterampilan integral dengan     calistung

9 Jumlah WB/kelompok

30-40 orang Maksimal 10 orang/kelompok

10 Sistem pelaksanaan

Top Down Bottom-Up

11 Tutor Dilatih selama 3 hari Tugas tutor mengajar

Dilatih selama 5 hari Tugas tutor menjadi fasilitator

12 Evaluasi Keterampilan calistung (berdasarkan pada buku paket )

Keterampilan calistung Kemampuan fungsional

Evauasi dilaksanakan sebelum, selama dan setelah proses

Dari uraian perbedaan tersebut diatas, dapat dilihat keunggulan dari program keaksaraan

fungsional, sehingga diharapkan dapat mempercepat penuntasan buta huruf dan tidak akan

terjadi  masyarakat yang kembali buta huruf karena tidak memfungsikan keaksaraannya pada

kehidupan sehari-hari.

F.     Tingkat Keaksaraan Fungsional Ada tiga tingkatan dalam Keaksaraan Fungsional, yaitu :

Page 5: Proposal Buta Aksara

1.      Tingkat Keaksaraan Dasar / Tingkat Pemberantasan

Cirinya adalah bahwa WB belum mengenal semua huruf, belum bisa merangkai kata dengan

lancar dan belum mengerti arti sebuah kalimat (buta hurup murni). Tapi sudah mempunyai

pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran.

2.      Tingkat Keaksaraan Lanjutan / Tingkat Pembinaan

WB sudah bisa menulis dan membaca secara sederhana tetapi belum lancar dikarenkan jarang

digunakan pada kehidupan sehari-harinya.

3.      Tingkat Keaksaraan Mandiri / Tngkat Peletarian

WB sudah mempunyai sikap untuk terus belajar secara mandiri.Dapat memecahkan masalah

keaksaraannya yang dihadapi dan dapat mencari informasi serta nara sumber sendiri   untuk

mengembangkan kemampuannya.

G.    Prinsip Keaksaraan Fungsional Ada 4 prinsip utama dalam pendekatan pembelajaran melalui keaksaraan fungsional yaitu :

1.         Kontek lokal : artinya kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, berdasarkan pada minat

dan kebutuhan warga belajar berkaitan dengan potensi yang ada di sekitarnya. Untuk mengetahui

konteks lokal tersebut di atas, perlu dilakukan observasi lingkungan keaksaraan. Tutor dan warga

belajar perlu mengobservasi lingkungan sekitarnya, guna mencari dan mengumpulkan informasi

untuk kegiatan belajarnya.

Observasi lingkungan keaksaraan bertujuan untuk mencari potensi, masalah-masalah, dan

sumber-sumber pemecahannya yang berkaitan dengan situasi, kondisi, warga belajar. Kegiatan

ini dapat dilakukan dalam bentuk; 1) tutor dan warga belajar mengunjungi masyarakat sekitar, 2)

mengujungi, memanfaatkan Taman Bacaan Masyarakat sekitar, 3) mengunjungi instansi,

organisasi atau kantor-kantor terkait, 4) mengunjungi dan memanfaatkan perpustakaan keliling,

5) mengunjungi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan 6) memanfaatkan bahan bacaan yang ada

di rumahnya sendiri (Depdikbud, 1998:13).

2.      Desain lokal : penetapan kurikulum sendiri, tutor dalam merancang proses pembelajaran

berdasarkan desain lokal yang bersumber dari minat,  kebutuhan, masalah kenyataan yang ada

Page 6: Proposal Buta Aksara

pada warga belajar, tutor bersama warga belajar membuat kurikulum sendiri yang mudah dan

fleksibel berdasarkan kesepakatan bersama. Kurikulum dalam program keaksaraan fungsional

adalah semacam rencana belajar, yang intinya adalah bagaimana membantu warga belajar dan

tutor mencari dan menulis informasi untuk menyusun, menetapkan dan melaksanakan kegiatan

belajar berdasarkan kebutuhan lokal.

Proses kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi antara warga belajar dan tutor untuk

menetapkan :1) pokok bahasan yang ingin dipelajari, prioritas pokok bahasan yang diinginkan,

2) cara atau strategi pembelajaran yang akan digunakan, 3) langkah-langkah kegiatan yang perlu

dilakukan, 4) jadwal kegiatan pembelajaran, dan 5) kesepakatan belajar mengajar antara tutor

dan warga belajar (Depdikbud, 1998:14).

3.      Proses partisipatif : dalam proses pembelajaran harus melibatkan warga belajar untuk

berpartisipasi secara aktif. maksudnya adalah bagaimana cara melibatkan warga belajar

berpartisipasi secara aktif dalam mengumpulkan, menganalisis, menyimpulkan, dan

memformulasikan ide atau informasi yang telah dimiliki warga belajar. Kegiatan ini dapat

dilakukan oleh tutor dengan merangsang warga belajar untuk diskusi dengan cara: 1) membuat

pertanyaan, 2) melakukan tanya jawab tentang pengalaman warga belajar, 3) menulis cerita atau

pengetahuan lokal, 4) membuat peta masalah lingkungan 5) membuat tabel tentang kegiatan-

kegiatan warga belajar dan sebagainya.

Kesimpulan yang dibuat warga belajar merupakan  gambaran dari  kebutuhan,  keinginan dan

minat warga belajar itu sendiri.    Oleh  karena  itu  hasil  kegiatan  diskusi  ini  harus dijadikan

dasar dalam menyusun rencana belajar. Dalam  hal  ini,  tutor  perlu  membantu dan

membimbing warga belajar dalam berdiskusi

4.      Penerapan hasil belajar :  kriteria  utama  dalam  menentukan  keberhasilan pendekatan

membelajaran  keaksaraan  fungsional   dengan  cara   meningkatkan    kemampuan    dan

keterampilan setiap warga belajar  dalam  memanfaatkan  dan  memfungsikan keaksaraan atau

hasil belajarnya dalam kegaitan sehari-hari.  Dari  hasil  belajar,  mereka  diharapkan dapat

menganalisis dan memecahkan masalah untuk meningkatkan taraf hidupnya.    

H.    Strategi Keaksaraan fungsional Dalam keaksaraan fungsional dikenal lima strategi pembelajaran yaitu :

Page 7: Proposal Buta Aksara

1.  Diskusi BDPS (Belajar dari Pengalaman Sendiri) : Tutor dan warga belajar berdiskusi dengan

menggunakan beberapa teknik seperti melalui pembuatan tabel, peta, garis waktu dan

Kalender kegiatan dengan tujuan untuk merangsang ide, pengetahuan, pengalaman yang sudah

dimiliki warga belajar dan permasalahan yang ada di warga belajar, sehingga dapat diungkapkan

dengan baik.

2.      Membaca : Tutor membantu warga belajar meningkatkan keterampilan membaca yang

bertepatan, kelancaran dan pemahaman. Warga belajar yang buta huruf murni, belajar melalui

teknik pendekatan pengalaman berbahasa untuk membuat bahan bacaan berdasarkan ucapan

warga belajar sendiri.

3.      Menulis : Tutor membantu warga belajar menulis berdasarkan pikiran / ide sendiri

4. Berhitung : Tutor membantu warga belajar meningkatkan keterampilan   berhitung  disesuaikan dengan kebiasaan di daerahnya dalam cara menghitung/usaha/jual beli yang disesuaikan dengan perhitungan modern (perkembangan jaman sekarang) dan membuat pembukuan sederhana.

5.      Penerapan dalam kegiatan (Aksi) : Tutor membantu warga belajar meningkatkan keterampilan, seperti memasak, menjahit, menanam, usaha dan lain-lain yang diminati warga belajar juga menerapkan pengetahuan dan informasi baru dalam memperbaiki situasi di rumah dan lingkungan.

I.       Kesimpulan Upaya pemberdayaan potensi masyarakat melalui program keaksaraan fungsional,

khususnya di Kabupaten Majalengka kiranya terdapat hubungan yang signifikan dengan berbagai kekhawatiran masa depan yang mengancam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Langsung atau tidak langsung upaya tersebut mengandung kaitan dengan fenomena yang terjadi selama ini, maka hal ini merupakan upaya antisipasi sekaligus menggali investasi dengan mencerdaskan masyarakat yang tertinggal baik di bidang pendidikan maupun di bidang usaha.

Program keaksaraan fungsional berfokus pada bagaimana cara masyarakat untuk menggunakan keaksaraan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat tidak hanya membaca informasi yang bersifat fungsional, tetapi mereka juga perlu meningkatkan kemampuan untuk mendapatkan  informasi dari bahan cetakan, menganalisa dan menulis pengalaman mereka sendiri serta menulis rencana cara pembuatan proposal untuk mengajukan dana bantuan sebagai tambahan di bidang usahanya.

Dengan program keaksaraan fungsional  merupakan perwujudan dari pemberdayaan masyarakat dalam mengoptimalkan berbagai sumber yang kita miliki, pada saatnya dapat

Page 8: Proposal Buta Aksara

menjadi paradigama baru dalam mengantisipasi pemberdayaan perekonomian nasional dan meningkatkan derajat bangsa dengan terkikisnya masyarakat yang buta huruf. Suatu paradigma yang menawarkan alternatif investasi pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran masyarakat dengan cara sistematis dan berkesinambungan. Dengan cara demikian diharapkan dapat mengeliminasi angka dan jumlah masyarakat  yang buta huruf baik dikota maupun di pedesaan. Hingga pada saatnya dapat meningkatkan potensi masyarakat bangsa dalam menghadapi perjuangan kehidupan masa depan yang diprediksi akan semakin berat dan penuh tantangan. Semoga.

Akhirnya syarat utama dan paling mendasar dari program keaksaraan fungsional ini, adalah antara lain harus adanya dukungan, partisipasi, kesadaran dari berbagai pihak khususnya masyarakat sekitar dimana kelompok belajar keaksaraan fungsional dibentuk, serta kebijakan pemerintah untuk terselenggaranya program keaksaraan fungsional di berbagai tempat (yang dianggap rawan / kantong buta huruf) sekaligus mengakomodasi “out come” hasil pendidikan tersebut sebagai manfaatnya.             

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Pelatihan Tutor Keaksaraan Fungsional (1998). Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga.

Direktorat Pendidikan Masyarakat.

Wasliman Iim (2003}. Pelaksanaan Pemberantasan Buta Aksara melalui Program

Kegiatan Kejar Paket A Keaksaraan Fungsional pada Lokasi Raksa Desa. Pemerintah

Propinsi Jawa Barat Dinas Pendidikan Subdinas Pendidikan Luar Sekolah.  

Sudjana, H. Djudju; SP., M.Pd., Ph.D. (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar

Sekolah. Bandung. Nusantara Press.

Sihombing, Umberto, DR. (1999). Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan.

PD Mahkota.

Page 9: Proposal Buta Aksara

Sudjana, H. Djudju S. S.Pd. M.Ed. Ph.D (2004). Pendidikan Nonformal. Bandung. Falah

Production.

Fattah,Nanang, DR (2002). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung. PT

Remaja Rosdakarya 

  

           

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah memberikan

kekuatan dan kemampuan, sehingga dapat menyelesaikan artikel yang berkaitan dengan

Kebijakan dan Perencanaan Sisitem Pendidikan baik di bidang Makro, Meso maupun Mikro

yang berjudul “ Strategi Program Keaksaraan Fungsional Sebagai Salah Satu Model

Pemberantasan Buta Huruf”.

Ada dua alasan mengapa tulisan ini penyusun angkat kepermukaan, Kesatu tulisan ini

dikatakan sebagai salah satu model , karena sudah banyak program tentang cara pemberantasan

buta huruf yang sudah dilaksanakan baik pada program Paket A PBH (Pemberantasan Buta

Huruf) ataupun program Paket A OBAMA (Operasi Bakti Manunggal ABRI ). Namun program

yang ini lain dari dua program diatas baik dilihat dari cara pembelajarannya maupun metode /

strateginya. Kedua, sesuai dengan basic dan latar belakang penyusun yang bergelut di dunia

pendidikan non formal, dimana salah satu programnya adalah melaksanakan program keaksaraan

fungsional.

Page 10: Proposal Buta Aksara

Mudah-mudahan tulisan ini ada guna dan manfaat khususnya bagi penyusun umumnya

bagi khalayak pembaca yang peduli terhadap pendidikan.

Penyusun menyadari, dalam tulisan ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu saran

dan pendapat sangat diharapkan guna perbaikan tulisan ini.

Majalengka, Agustus 2004

Penyusun,

i

 

Page 11: Proposal Buta Aksara

DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR           ………………………………………………            i 

DAFTAR  ISI                         ………………………………………………………           

ii

A. Latar Belakang       ………………………………………………………            1

B. Dasar          ………………………………………………………………            1

C. Sasaran dan Masalah dilapangan               ………………………………            2

D. Pengertian              ………………………………………………………            2

E. Tujuan         ………………………………………………………………            3

F. Tingkat Keaksaraan Fungsional      ………………………………………            3

G. Prinsip Keaksaraan Fungsional      ………………………………………            4

H. Strategi Keaksaraan Fungsional     ………………………………………            4

I.  Kesimpulan             ………………………………………………………            5

                                                  

Page 12: Proposal Buta Aksara

ii

Contoh Panjar Aksi                                                                                                     Lampiran 1

KETERAMPILAN KERIPIK SINGKONG

(topik)

Sub Topik :

“ Jenis Singkong  dan Macam-macam Olahan Dari Bahan Singkong  “

TUJUAN PEMBELAJARAN

            Setelah materi ini disajikan diharapkan warga belajar dapat :

1.      Mengungkapkan jenis-jenis singkong  yang tersedia di sekitar lingkungan warga belajar.

2.      Mengungkapkan macam olahan makanan terbuat dari bahan singkong

3.      Menghitung jumlah jenis singkong dan macam makanan terbuat dari singkong

4.      Menulis dan membaca jenis singkong dan macam olahan makanan terbuat dari bahan singkong

5.      Menunjukkan contoh jenis singkong dan macam-macam olahan makanan terbuat dari singkong

WAKTU        : 1 kali pertemuan 2 jam @ 60 menit (120 menit)

LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Page 13: Proposal Buta Aksara

1. Diskusi

a. Warga belajar mendiskusikan jenis-jenis singkong yang tersedia di lingkungan

warga belajar

Ajukan pertanyaan  kunci :

Jenis singkong apa saja yang ada disekitar kita ?

b. Ajak warga belajar untuk mempetakan, mengungkapkan letak pohon singkong

dan pemiliknya dengan menggunakan BDPS melalui teknik peta

Ajukan pertanyaan kunci :

Dimana saja pohon singkong yang ada ? milik siapa ?

2. Berhitung

a. Warga belajar diminta untuk mengisi nama warga belajar dan jenis singkong serta

jumlahnya pada  tabel  tentang jenis singkong yang dimilikinya.

Contoh :

JUMLAH JENIS SINGKONG YANG DIMILIKI WARGA BELAJAR

NO NAMA WARGA

BELAJAR

JENIS SINGKONG JUMLAH

1 Bu Tuti Manihot

2 Bi Tisna

3 Bu Jurminah

Jumlah

b. Warga belajar diminta untuk menyebutkan jenis olahan makanan terbuat dari

singkong dan menghitung jumlahnya.

3. Menulis

Page 14: Proposal Buta Aksara

Tugaskan warga belajar untuk menuliskan jenis singkong dan jenis makanan olahan yang terbuat

dari singkong  (catatan : bila ada warga belajar yang sama sekali belum mampu menulis ,

tugaskan warga belajar lain untuk membimbingnya)

      4.  Membaca

Tugaskan kepada setiap warga belajar untuk membacanya secara bergantian dengan suara yang

nyaring .

 5.  Aksi / Penerapan

Tugaskan warga belajar untuk membaca contoh-contoh jenis-jenis singkong dan contoh-contoh

olahan makanan yang terbuat dari singkong

Pada peretemuan berikutnya praktek membuat kripik yang terbuat dari singkong.

 

                                                                                    Rajagaluh, ………….. 200

            Mengetahui,                                                    Tutor,

           Penyelenggara,                                                

--------------------------                                                                                                                                                               

Page 15: Proposal Buta Aksara

           

            Lampiran 2

o   PENILAIAN KEMAMPUAN AWAL WB

TUJUAN                      : Tutor memahami tentang konsep penilaian kemampuan WB. Sebelum KBM dan memiliki kemampuan untuk  menilai keterampilan dasar dan kemampuan fungsional.

KONSEP POKOK        : Kemampuan WB. Pada awal masuk kejar tidak sama.

Untuk itu tutor perlu menilai kemampuan awal setiap                                               WB. Dalam

satu kejar

DUA ASPEK YANG DINILAI :

1. Keterampilan Dasar

-          Kemampuan Calistung WB.

2. Kemampuan Fungsional

-          WB dapat menggunakan keterampilan calistung dalam kehidupan sehari-hari

Contoh : Menulis/mengisi  kwitansi, mengisi formulir, membaca petunjuk, menulis surat dll.

TINGKAT KEMAMPUAN WB.

1.  Tingkat Pemberantasan

-          WB masih buta huruf

-          Keterampilana dasar belum ada

Page 16: Proposal Buta Aksara

2. Tingkat Pembinaan

-          WB sudah bisa baca tulis hitung (calistung) secara sederhana

-          Perlu peningkatan

3. Tingkat Pelestarian

-          Mampu calistung tanpa bantuan dari orang lain

-          Diterapkan pada kehidupan sehari-hari

-          Dapat melatih WB lain.

 

Lampiran 3

PENILAIAN AWAL KEAKSARAAN FUNGSIONAL

1. Nama Warga Belajar  : ………………………………….

Page 17: Proposal Buta Aksara

                       : …………………………………….

3. Jenis Kelamin          : …………………………………….

4. Agama                      : …………………………………….

5. Jumlah Anak            : …………………………………….

6. Pekerjaan                  : …………………………………….

7. Alamat                      : …………………………………….

8. Keterampilan yang Dimiliki : …………………………..

                       ……………………………………..

9. Keterampilan yang Diminati : ………………………….

                       …………………………………….

10.Harapan atau cita-cita setelah masuk kelompok belajar Keaksaraan

Fungsional  : …………………………………

…………………………………………………………….

                                             Rajagaluh,   Juli 2006                                                  Warga Belajar,