kkmp 2

12
Asuhan Keperawatan Pada Setting Bencana Banjir Kasus 4 Masalah banjir belum juga terselesaikan di Ibu Kota. Jakarta terendam banjir pada babak awal memasuki tahun 2013. Banjir cukup merata di seluruh wilayah Jakarta. Sejumlah akses jalan terputus. Air setinggi 20 hingga beberapa meter menggenangi jalanan Ibu Kota. Banjir pun tak pilih-pilih lokasi, mulai dari perkampungan hingga Kompleks Istana Kepresidenan kebanjiran. Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir membuat volume air bertambah. Sungai dan waduk meluap. Tanggul pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air. Namun, banjir seharusnya tak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi itu. Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pasang air laut dalam beberapa hari ke depan diprediksi tinggi. Pada Senin (21/1/2013), pasang akan memuncak hingga ketinggian 0,95 meter. Pada Sabtu (26/1/2013), pasang bisa mencapai 1 meter. Sementara pada Minggu depan, pasang bisa mencapai 0,95 meter. Untuk diketahui, pada 2007, curah hujan yang mengguyur Jakarta mencapai 320 milimeter. Curah hujan di Jakarta belakangan ini sekitar 95 milimeter dan di wilayah hulu (Puncak, Bogor) sekitar 75 milimeter. Intensitas hujan di Jakarta saat ini sedang menurun. Namun, pada akhir Januari atau awal Februari, diprediksi curah hujan menjadi dua kali lipat (kompas.com ).

description

kkmp banjir

Transcript of kkmp 2

Asuhan Keperawatan Pada Setting Bencana Banjir

Kasus 4Masalah banjir belum juga terselesaikan di Ibu Kota. Jakarta terendam banjir pada babak awal memasuki tahun 2013. Banjir cukup merata di seluruh wilayah Jakarta. Sejumlah akses jalan terputus. Air setinggi 20 hingga beberapa meter menggenangi jalanan Ibu Kota. Banjir pun tak pilih-pilih lokasi, mulai dari perkampungan hingga Kompleks Istana Kepresidenan kebanjiran. Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir membuat volume air bertambah. Sungai dan waduk meluap. Tanggul pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air. Namun, banjir seharusnya tak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi itu. Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pasang air laut dalam beberapa hari ke depan diprediksi tinggi. Pada Senin (21/1/2013), pasang akan memuncak hingga ketinggian 0,95 meter. Pada Sabtu (26/1/2013), pasang bisa mencapai 1 meter. Sementara pada Minggu depan, pasang bisa mencapai 0,95 meter. Untuk diketahui, pada 2007, curah hujan yang mengguyur Jakarta mencapai 320 milimeter. Curah hujan di Jakarta belakangan ini sekitar 95 milimeter dan di wilayah hulu (Puncak, Bogor) sekitar 75 milimeter. Intensitas hujan di Jakarta saat ini sedang menurun. Namun, pada akhir Januari atau awal Februari, diprediksi curah hujan menjadi dua kali lipat (kompas.com ).

Bencana banjir dapat terjadi akibat ulah manusia. Banyaknya sampah yang menumpuk di sungai dapat menyebabkan pendangkalan sungai dan menghambat aliran air saat musim hujan tiba. Banjir seringkali timbul akibat kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Terkadang masyarakat kurang peduli untuk menjaga lingkungan mereka tetap bersih, salah satu contohnya adalah perilaku membuang sampah sembarangan. Masyarakat terkadang kurang memiliki persiapan yang matang dalam menghadapi bencana banjir yang sering melanda tempat tinggal mereka. Sikap kurang siaga terhadap banjir ini yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Kurang siapnya tempat pengungsian bagi para korban banjir dapat menimbulkan berbagai masalah, diantranya adalah timbulnya masalah infeksi, penyakit kulit, diare, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk membentuk kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam menghadapi masalah yang dialami masyarakat saat banjir merupakan tugas penting dari perawat.

Masalah yang mungkin terjadi ketika banjir:A. Risiko munculnya berbagai penyakit infeksi seperti penyakit kulit, diare, ISPA, dan leptospirosis akiabat pajanan patogen air banjirB. Risiko sindom pasca trauma: timbul akibat respon maladaptif yang terus berlangsung terhadap kejadian traumatik dan melelahkan salah satunya adalah bencana bankir yang tiba-tiba melanda membuat masyarakat tidak siap untuk mengungsi sehingga menimbulkan trauma dan kerugian yang besarC. Ketidak mampuan anggota komunitas menolong diri sendiri dan anggota bila ada yang cedera akibat bencana banjir.D. Kurangnya kepedulian anggota komunitas terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan banjir, hal ini merupakan masalah yang terjadi sebelum bencana banjir melanda.E. Kurang pengetahuan mengenai tanda bencana banjir, hal ini menyebabkan banyak warga yang tidak siap untuk mengungsi sehingga kerugian yang diterima lebih besar.ASUHAN KEPERAWATANDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiEvaluasi

KriteriaStandar

Dx 1: Risiko infeksi

Definisi: peningkatan resiko masuknya organisme patogen

DO: timbulnya penyakit kulit, diare, ISPA, leptosirosis akibat peningkatan pajanan lingkungan dari patogen yang berasal dari genangan air banjirJangka panjang: Tidak didapatkan infeksi berulang Tingkat kesadaran terhadap bahaya infeksi meningkat sehingga status kesehatan masyarakat dapat terjaga.Jangka pendek: Warga dapat Mendeskripsikan proses dan penyebab penularan penyakit infeksi yang disebabkan oleh patogen (misalnya penyakit kulit, diare, ISPA, leptosirosis). Mendeskripsikan tindakan yang dapat dilakukan untuk pencegahan proses penularan penyakit. Mendeskripsikan tanda dan gejala infeksi serta penatalaksaan yang tepat untuk infeksi1. Memantau tanda dan gejala infeksi 2. Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (usia lanjut, balita, penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang kotor akibat banjir)3. Melakukan pengendalian infeksi untuk meminimalkan penyebaran dan penularan agen infeksius.4. Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien yang berisiko (lansia dan balita)Edukasi: Memberikan himbauan untuk menjaga higiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi (misalnya mencuci tangan dengan benar dan tidak bermain di genangan banjir).1. Risiko cedara infeksi akan menurun.1. Memperlihatkan higiene personal yang adekuat1. Pengendalian risiko infeksi akan diperlihatkan.1. Masyarakat memahami akan bahaya terjadinya risiko infeksi yang dapat terjadi akibat pajanan patogen ketika banjir melanda.1. Risiko infeksi pada masyarakat menurun karena kesadaran klien akan kesehatan meningkat.

Sekitar 90% Masyarakat ikut berpartisipasi dalam mencegah terjadinya infeksi saat bencana banjir dan masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan sekitar pada saat sebelum maupun sesudah terjadinya bencana banjir

DX 2: Risiko Sindrom Pasca TraumaDefinisi: Risiko mengalami respon maladaptif yang terus berlangsung terhadap kejadian traumatik dan melelahkan.DS: kecemasan, ketakutan, pikiran yang mengganggu, tidak berdayaDO: sikap hati-hati yang berlebihan, kesulitan konsentrasi, serangan panikJangka panjang:1. Masyarakat menunjukkan pemulihan dari perasaan trauma terhadap bencana banjir yang terjadi.2. Menunjukkan kemampuan pengendalian diri terhadap depresi dan tingkat ansietas akibat bencana banjir3. Masyarakat dapat mengontrol rasa panik yang timbul ketika terjadi bencana banjir.Jangka pendek:Klien dapat menceritakan hal yang memicu kecemasannya.Mandiri :1. Mengkaji respon psikologis terhadap trauma2. Meningkatkan perasaan aman klien3. Melakukan konseling terhadap korban banjir sebagai sarana untuk mengungkapkan kecemasan klien.4. Membantu klien dalam meningkatkan koping yang efektif untuk menghadapi kerugian yang disebabkan bencana banjir yang dialami5. Peningkatan sistem pendukung klien (seperti mencari dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas).Kolaborasi:1. Memberikan informasi atau rujukan kepada sumber-sumber di komunitas seperti konselor, pemuka agama, atau lembaga sosial untuk membantu mengurangi trauma.1. Menunjukan status peningkatan pengendalian diri terhadap depresi2. Klien akan menunjukkan interaksi sosial yang adekuat3. Mengidentifikasi penggunaan strategi koping yang efektif.90% komunitas yang mengalami trauma akibat bencana akan menunjukkan pemulihan dari perasaan trauma.

Dx 3. Ketidak mampuan anggota komunitas menolong diri sendiri dan anggota bila ada yang cedera akibat bencana banjir.

DO: banyak warga yang cedera tidak mendapatkan pertolongan dengan segera karena warga tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pertolongan ketika terjadi cedera saat bencana banjir.Jangka panjang: anggota komunitas mampu mengenal cara penanganan cedera akibat banjir, sehingga meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana

Jangka pendek: anggota komunitas mampu mengenal jenis cedera dan cara pertolongan pertama sebelum petugas tim bencana datang.

Mandiri:1. Identifikasi anggota komunitas yang tidak mampu menolong dirinya sendiri bila terjadi bencana banjir (lansia dan balita).2. Memberikan tanda khusus terhadap tempat tinggal anggota komunitas yang berisiko (lansia dan balita) dan mensosialisasikannya kepada semua anggota masyarakatEdukasi:1. Pelatihan cara penanganan cedera sederhana seperti bidai sederhana, perlakuan terhadap korban cedera untuk meminimalisasi cedera, dan cara menghentikan perdarahan.

1. Anggota komunitas mampu melakukan pertolongan/ penanganan sederhana terhadap korban yang mengalami cedera

1. Pada saat simulasi, 90% anggota komunitas mengenali jenis cedera dan dapat melakukan penanggulangan sederhana ketika terjadi kegawatdaruratan.

Dx 4: Kurangnya kepedulian anggota komunitas terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan banjir

DO: Banjir timbul akibat aliran sungai yang terhambat oleh sampah, tidak adanya kegiatan kerja bakti untuk membersihkan lingkunganJangka panjang: anggota komunitas peduli lingkungan yang dapat menyebabkan bencana banjirJangka pendek: anggota komunitas berpartisipasi mencegah terjadinya bencana banjir

1. Penyuluhan tentang pentingnya menjaga lingkungan yang dapat mencegah terjadinya bencana banjir (tidak membuang sampah sembarangan).2. Pendidikan kesehatan di sekolah, kantor swasta, dan pemerintah mengenai kepedulian lingkungan sekitar.3. Penyebaran pamflet untuk mengingatkan anggota komunitas untuk menjaga lingkungan.4. Kerjasama lintas sektoral untuk Pengerukan sungai/kali dan saluran air yang ada, membuat sumur resapan air dan lubang biopori disekitar rumah kita serta memperlebar dan merehabilitasi kali/sungai, untuk menambah kapasitas sungai dalam menampung debit air1. Anggota komunitas dapat melakukan kegiatan rutin dalam membersihkan lingkungan yang dapat mencegah terjadinya bencana banjir.2. Anggota komunitas peduli terhadap pencegahan terjadinya banjir

1. Sebesar 90 % Masyarakat memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah ke saluran air/sungai dan menjaga kebersihan lingkungannya.

Dx 5: Kurang pengetahuan mengenai tanda bencana banjir

DO: warga tidak mengetahui prosedur ketika evakuasi sebelum terjadi banjir, kurangnya persiapan warga untuk mengungsi sebelum banjir datangJangka panjang: komunitas mengenal dan siap siaga bila tanda-tanda banjir datang

Jangka pendek: komunitas mengenal tanda-tanda bencana banjir, berkumpul di tempat yang ditentukan bila ada bukti sirine tanda banjir

Sasaran: semua anggota komunitas yang berada di daerah rawan banjir

Mandiri :1. Penyuluhan tentang tanda-tanda banjir.2. Sosialisasi jalur evakuasi menuju tempat penampungan.3. Menyiapkan/ membentuk tim yang bertindak sebagai koordinator evakuasi bila banjir tiba-tiba datang.Kolaborasi:1. Simulasi dengan setting bencana banjir bekerjasama dengan tim SAR.2. Kerjasama lintas sektoral dengan BMKG untuk deteksi dini adanya tanda banjir.3. Kerjasama dengan pihak pemerintah setempat menyediakan area yang khusus tempat pengungsian bila terjadi banjir.1. Komunitas mengenal tanda banjir2. Bila mendengar sirine, anggota komunitas dengan sigap berkumpul di tempat evakuasi yang sudah disiapkan sebelumnya

1. Bila ada simulasi 90% anggota kelompok komunitas dapat merespon dan menyiapkan diri menghadapi banjir.

Daftar Pustaka:Effendy, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Bartz Claudia C and Coenen Amy, et all. (2011). Community Nursing: International Classification Nursing Practice. Switzerland: International Counsil of NursesWilkinson Judith M and Ahern Nancy R. (2009). Diagnosa Keperawatan NANDA, NIC, NOC. Jakarta: EGC Medical Publisher