kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

26
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA ETIKA PUBLIC RELATIONS Drs. E. Mochamad Chamdan ETIKA Louis O. Kattsoff (Pengantar Filsafat): PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan, M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 1 MODUL PENGANTAR PUBLIC RELATIONS (3 SKS)

description

public relation

Transcript of kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

Page 1: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

ETIKA PUBLIC RELATIONSDrs. E. Mochamad Chamdan

ETIKA

Louis O. Kattsoff (Pengantar Filsafat):

Etika adalah kumpulan pengetahuan mengenai penilaian

terhadap perbuatan-perbuatan manusia.

PERANAN ETIKA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 1

MODULPENGANTAR PUBLIC RELATIONS

(3 SKS)

Page 2: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

Intisari PR adalah pemahaman dan pengetahuan yang

mengarah pada niat baik (goodwill) serta reputasi.

Semua itu tergantung pada kepercayaan.

PR bertanggungjawab untuk menyajikan informasi aktual

secara akurat, tanpa pengurangan atau penambahan.

Etika harus diterapkan pada setiap perilaku para praktisi PR.

KODE ETIK

Aturan susila, sikap baik/pantas yang ditetapkan bersama

dalam suatu kelompok, baik yang ditaati bersama oleh

anggota dalam organisasi/profesi tersebut.

Atas Kesepakatan Bersama

Mempunyai nilai guna dalam pelayanannya bagi

publik/masyarakat

Kerjasama meningkat

Nilai-nilai Sebagai Faktor Pendukung

Nilai-nilai kepentingan umum

Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kebaikan

Nilai-nilai kesejahteraan

Nilai-nilai kesopanan, harga menghargai

Nilai-nilai mampu merahasiakan, daya pikir sehat

ETIKA PROFESI

Norma-norma, nilai-nilai, kaidak-kaidah, ukuran-ukuran

diterima dan ditaati kelompok tertentu.

Peraturan, tatanan yang ditaati, dilaksanakan oleh pribadi-

pribadi yang memiliki profesi terkait karena hal terkait karena

hal tersebut melekat pada jabatannya, yang mengendap dan

bersikap normatif.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 2

Page 3: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

Memberi arah, petunjuk untuk membentuk kepribadian

seseorang sesuai dengan profesinya sehingga menjadi pribadi

yang mantap

Menjiwai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sehingga

mampu menyelesaikan tugasnya dengan seksama, hasil

kerjanya memuaskan publik yang dilayaninya.

INTERNATIONAL PUBLIC RELATIONS ASSOCIATIONS

Sejak tahun 1985 IPRA resmi mempunyai hubungan kerja dengan

UNESCO sebagai konsultan. Di samping itu IPRA duduk dalam

komisi di USA.

Tujuan IPRA dapat dirumuskan sebagai berikut:

Saling bertukar pikiran, ide, gagasan, pengalaman, untuk

pengembangan profesi PR yang mencakup wilayah

internasional

Merupakan publikasi dari studi bersama

Menyelenggarakan kongres dan pertemuan internasional

Mengembangkan dan menentukan standar fungsi PR dalam

praktik

Mengadakan kegiatan atau aktivitas IPRA untuk kepentingan

para anggota IPRA.

Dalam buku Public Relations & Voorlichting: Beleid, Organisatie en

uitvoering: Samson, Alphen aan den Rijn, Brussel, 1987:427/38, JNA.

Groenendijk mengatakan bahwa di samping Code of Conduct

IPRA, masing-masing negara yang memiliki PR, menerapkan

dan memiliki organisasi PR bergabung dengan IPRA. Mereka

menpunyai kode etik tersendiri di samping menggunakan

Code of Conduct yang diberikan IPRA.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 3

Page 4: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

Menurut Groenendijk, bahwa semuanya sebenarnya hampir sama

tujuannya, yakni sbb:

Bagaimana seorang PR berprilaku terhadap diri sendiri dan

orang lain, publik internal dan eksternal.

Tanggungjawab terhadap tugas sebai PR yang diintegrasikan

dengan kode etik organisasi yang terkait.

Dalam memberi pelayanan terhapa keluhan, ide, kritik, usulan,

dan ketergantungannya pada organisasi dan pada lingkungan.

Melayani kesalahpahaman dengan memperhatikan kebenaran

dan komunikasi secara etis, benar, tepat.

Kualitas dalam memperhatikan realisasi dari tujuan denga

SDM, material yang disediakan, sarana/prasarana, dana,

waktu, dst.

Tanggungjawab untuk setiap kegiatan

Kerahasiaan, dsb.

CODE of PROFESSIONAL CONDUCT IPR

Memuat :

Ketentuan Praktik PR

Ketentuan Mengenai Khalayak, Media dan Profesi Lainnya.

Ketentuan Mengenai Perusaan Induk dan Perusahaan Klien.

Ketentuan Mengenai Rekan Seprofesi.

Penafsiran Kode Etik.

SYARAT PRAKTISI PR YANG IDEAL

Mempunyai pengetahuan yang luas mengenai ilmu atau

persoalan kemasyarakatan terutama dalam hal sosial

ekonomi, politik, budaya yang erat kaitannya dengan

kehidupan publik.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 4

Page 5: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

Berpendidikan universitas, kecuali tenaga staf.

Mengetahui tata cara dan sifat pekerjaan yang ada dalam

organisasi.

Memiliki pengetahuan tentang komunikasi dan ahli dalam

teknik menggunakan media komunikasi massa

Bagi PRO, hendaknya ahli di bidang publisitas, jurnalistik, dan

statistik.

Berpikir dinamis, kreatif, mampu menganalisis secara objektif.

PUBLIC RELATIONS OFFICER ATTITUDE

Pada prinsipnya seseorang bisa menjadi pemimpin apabila:

(1) Karakter pribadinya lebih tinggi ketimbang yang lain (orang-

orang di sekitarnya),

(2) Situasi sekelilingnya pada saat itu memungkinkan dan/atau

membutuhkannya, dan

(3) Mempunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain ke

arah tujuan tertentu.

Bagi pemimpin suatu organisasi yang bergerak dalam salah

satu bidang spesialisasi, ketiga persyaratan tersebut tidak akan

sempurna apabila tidak ditambah dengan keahlian dalam bidang

spesialisasi tersebut.

Bagi organisasi Public Relations, jelas akan lebih baik kualitas

dan aktivitasnya apabila dipimpin oleh orang yang ahli dalain bidang

itu. Ahli Public Relations adalah mereka yang telah memperoleh

pendidikan di Perguruan Tinggi bidang (fakultas) Publisistik atau

Komunikasi pada umumnya, bidang (jurusan) Public Relations pada

khususnya. Atau, minimal seorang Pimpinan Public Relations itu

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 5

Page 6: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

harus mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidang komunikasi

massa.

Di samping itu, seorang Public Relations Officer perlu memiliki

proses pemikiran yang dinamis, yang tepat menganalisis secara

objektif, faedah dan suatu kebijaksanaan atau tindakan yang

dilakukan oleh organisasi yang dipimpinnya. Bagaimana reaksi publik,

dan permasalahan apa yang terjadi nanti, sebagai akibat dan

tindakannya itu. Seorang PRO hendaknya kreatif dalam

melaksanakan tugasnya, memiliki pengertian dasar yang luas tentang

kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial, dan budaya, yang erat

hubungannya dengan kehidupan publik.

Secara rinci dapatlah disimpulkan bahwa untuk menjadi

pejabat dan/atau Petugas Public Relations hendaknya memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

1. Mempunyai pengetahuan yang luas mengenai ilmu atau persoalan

kemasyarakatan, terutama dalam hal sosial ekonomi;

2. Berpendidikan universitas, kecuali bagi tenaga staf

3. Mengetahui benar-benar tata cara dan sifat pekerjaan yang ada

dalam organisasi perusahaan;

4. Mengenal struktur organisasi perusahaannya, serta orang-orang

yang bersangkutan dalam tiap-tiap bagian, seksi, dan unit kerja

lainnya, berikut para pekerjanya;

5. Mempunyai pengetahuan tentang komunikasi dan ahli dalam

teknik menggunakan media komunikasi massa;

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 6

Page 7: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

6. Khusus bagi PRO, di samping berpendidikan Public Relations,

hendaknya ahli pula dalam bidang publisitas, jurnalistik, dan

statistik, serta mengerti tentang sosial ekonomi masyarakat,

sehingga dapat memberikan saran yang berhubungan dengan

manajemen kepada pimpinan perusahaan.

Dengan memperhatikan factor-faktor tersebut, kiranya dapat

diharapkan akan terbentuk suatu karya Public Relations yang

produktif dan konstruktif bagi perkembangan perusahaan.

LIMA TAHAP PERKEMBANGAN PROFESI (CAPLOW &

WILENSKY)

Penempatan pekerjaan itu sebagai pekerjaan penuh (full time

occupation) bukan paruh waktu

Munculnya institusi-institusi pendidikan yang memberikan

pelatihan:kpribadian,bahasa

Terbentuknya asosiasi profesi:APRI

Adanya pengakuan politis mengenai perlindungan terhadap

asosiasi profesi berdasarkan kekuatan hukum :terdaftar dlm

badan Hukum

Pengadopsian sebuah kode formal yang mengatur profesi: dari

code of conduct ke Perhumas

PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA (DAY, DONG & ROBINS)

Deontological atau duty ethics

Teleological

Situational ethics

Subjectivism atau individual relativism

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 7

Page 8: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA Deontological atau duty

ethics

Deontological atau duty ethics, yang melihat etika dari sisi

benar atau salah suatu tindakan.

Contoh: etika PR untuk tidak menyebarkan informasi yang

menyesatkan.:berita bohong

PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA teolological ethics

Teleological, yang lebih menekankan pada hasil akhir dari

suatu tindakan daripada prosesnya.

Melakukan tindakan yang memberikan dampak positif

sebesar-besarnya merupakan salah satu contoh pendekatan

ini. CSR,MPR

PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA Situational ethics

Situational ethics, menekankan bahwa tindakan ataupun

keputusan yang etis tergantung pada situasi yang

melingkupinya.

Pendekatan ini berusaha menyeimbangkan Deontological dan

Teleological yang diterapkan pada situasi tertentu.

Sebagai contoh: praktisi PR menyimpan beberapa informasi

dari pihak media jika informasi itu akan menghancurkan

banyak pihak.

PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA SUBJECTIVISM ATAU

INDIVIDUAL RELATIVISM

Subjectivism atau individual relativism, tidak ada suatu prinsip

etika yang objektif, oleh karenanya seorang individu bebas

melakukan apa saja selama yang diyakininya itu benar.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 8

Page 9: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

Oleh beberapa praktisi, pendekatan ini dinilai tidak etis

dibanding tiga pendekatan lainnya.

ISSUE-ISSUE BERKAITAN DENGAN ETIKA PROFESI PR

(HICKSON, 2004 PADA SUMMIT FOR COMMUNICATIONS YANG

DISELENGGARAKAN INSTITUTE OF PR OF SINGAPORE (IPRS):

PERSONAL

Etika profesi ini lebih dipengaruhi oleh moral dan nilai-nilai

kepercayaan yang dimiliki seseorang.

Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh agama, kondisi sosial politik,

dan budaya.

PROFESIONAL

Etika suatu profesi tidak lepas dalam kaitannya dengan profesi

lain, seperti jurnalistik.

Suatu relasi hendaknya didasarkan kepercayaan dan

kerjasama yang saling menguntungkan.

Untuk menjamin relasi yang etis, praktisi PR dan jurnalis harus

saling menjaga profesionalismenya.

POLITICAL

Kondisi politik akan mempengaruhi jalannya bisnis di satu

negara, termasuk bisnis media.

Kebijakan dan fungsi media tidak dapat lepas dari sistem

politik yang dijalankan.

CULTURAL

Budaya banyak berkaitan dengan ‘mind and manner’ sehingga

‘culturally sensitive’ merupakan syarat yang mutlak seseorang

praktisi PR.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 9

Page 10: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

RELIGIUS & RACIAL

Agama dan suku berkaitan dengan issue etika di dunia PR.

Contoh:

Penulisan siaran pers di media

Pemilihan logo dan penentuan waktu

menyelenggarakan even agar tidak melanggar

kepercayaan suatu agama atau suku

Peraturan dan transaksi bisnis

TRADE & BUSINESS

Praktisi PR tertantang untuk menemukan cara meningkatkan

situasi kerja yang mampu memberdayakan karyawan di

tengah persaingan yang ada.

Contoh:

issue eksploitasi tenaga kerja dan hak asasi manusia

Perbedaan budaya para investor asing

SOCIAL

Berkaitan dengan produk sosial dan komunikasi, seperti

masalah:

hak cipta

Pembajakan

Kebebasan berpendapat pada media

sensorship

LEGAL

Praktisi PR harus mengerti masalah hukum karena seringkali

terjadi dilema dalam praktek PR dengan maslah-masalah

hukum.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 10

Page 11: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

FINANCIAL

Masalah finansial merupakan topik yang sensitif bagi

perusahaan dan dianggap sebagai rahasia perusahaan yang

tidak perlu diketahui publiknya.

Walaupun demikian adalah hakpublik, terutama investor untuk

mengetahui kondisi finansial organisasi.

Di sinilah peran PR untuk menjaga hubungan dengan investor

dengan memberikan informasi terkini, dan menjamin adanya

transparansi informasi.

ENVIRONMENT

Reputasi organisasi tidak hanya dinilai dari sisi finansialnya

saja, tapi juga dari keperduliannya tehadap lingkungan.

Bagi beberapa organisasi, lingkungan berperan sebagai

pengontrol keperdulian organisasi

Kode Etik di Manca Negara:

1. Kode Athena (Code of Athens) yang ditetapkan secara resmi

tahun 1965 oleh International Public Relations Association

(IPRA) di Athena, Yunani. Kode etik ini disempurnakan di

Teheran, Iran. Penekanannya pada hak-hak azasi manusia.

2. Kode Etik Praktek (Code of Practise) ditetapkan oleh British

Institute of Public Relations. Lembaga ini mempunyai komite

pengawas dan komite disiplin yang mengawasi berbagai

pelanggaran serta memberikan sanksi terhadap hal itu.

3. Kode Etik Konsultan yang di keluarkan oleh Public Relations

Consultants Association.

Kode Etik yang dikeluarkan oleh IPR dan PRCA kemudian

disempurnakan sehingga antara keduanya dapat saling

mengisi dan mendukung.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 11

Page 12: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

Setiap anggota IPRA dan PRCA akan menandatangani kode

etik tersebut dan tunduk pada aturan yang dikeluarkan oleh

asosiasi tersebut.

Hal penting yang ada pada Kode Etik IPRA adalah:

1. Standar prilaku professional yang mewajibkan anggotanya

untuk menghargai:

a. Kepentingan umum

b. Harga diri setiap anggota

c. Tanggungjawab secara pribadi, jujur dan adil kepada:

(1) atasan (2) klien yang lama dan baru (3) anggota

profesi (4) media (5) publik.

2. Menyebarluaskan informasi yang:

a. Benar dan akurat

b. Jujur

3. Komunikasi massa: anggota tidak boleh melibatkan diri

dalam praktek yang cenderung curang atau korup serta

membahayakan integritas media

4. Tidak bekerja dengan mengutamakan kepentingan pribadi

yang mengalahkan kepentingan orang lain.

5. Menjaga kerahasiaan informasi yang membahayakan bagi

klien

6. Menghindari adanya conflic of interest

7. Tidak menerima pendanaan/ pembayaran ekstra dari

siapapun tanpa ada persetujuan dari atasan atau kliennya.

8. Tidak diperkenankannya membeberkan hal-hal yang

berkaitan dengan kepentingan keuangan

9. Tidak menjanjikan sesuatu apa pun kepada pihak-pihak lain

hanya untuk memikirkan kepentingannya di masa depan

10. Tidak menjanjikan hadiah dalam bentuk apa pun bagi

mereka yang menjalankan tugas tertentu

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 12

Page 13: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

11. Tidak diperkenankan untuk memanfaatkan anggota

parlemen, kecuali dalam kondisi tertentu

12. Dilarang untuk menganjurkan pada orang lain melakukan

hal-hal yang dapat melanggar hukum

13. Menjaga reputasi profesi

14. Membela aturan dari prilaku profesi

15. Menghargai profesi lain

Di Indonesia terdapat dua macam kode etik yaitu:

1. Kode etik profesi yang dikeluarkan oleh Asosiasi Perusahaan

Public Relations

2. Kode Etik kehumasan Indonesia yang dikeluarkan oleh

Persatuan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas)

Kode Etik Asosiasi Public Relations Indonesia:

Pasal 1

Norma-norma Perilaku Profesional

Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib

menghargai kepentingan umum dan menjaga harga diri setiap

anggota masyarakat. Menjadi taggungjawab pribadinya untuk

bersikap adil dan jujur tentang klien, baik yang mantan maupun yang

sekarang, dan terhadap sesama anggota asosiai, anggota media

komunikasi serta masyarakat luas.

PASAL 2Penyebarluasan Informasi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 13

Page 14: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan

tidak bertanggungjawab, informasi yang palsu atau yang

menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin

untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk

menjaga integritas dan ketepatan informasi.

PASAL 3Media Komunikasi

Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat

merugikan integritas media komunikasi.

PASAL 4Kepentingan yang Tersembunyi

Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan

apapun yang secara sengaja bermaksud memecah belah atau

menyesatkan, dengan cara seolah-olah ingin memajukan suatu

kepentingan tertentu padahal sebaliknya justru ingin memajukan

kepentingan lain yang tersembunyi. Seorang anggota berkewajiban

untuk menjaga agar kepentingan sejati organisasi yang menjadi mitra

kerjanya benar-benar terlaksana dengan baik.

PASAL 5Informasi Rahasia

Seorang anggota (kecuali apabila diperintahkan oleh aparat hukum

yang berwenang) tidak akan menyampaikan atau memanfaatkan

informasi yang diberikan kepadanya, atau yang diperolehnya, secara

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 14

Page 15: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

pribadi dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia, dari

kliennya, baik di masa lalu, kini atau di masa depan, demi untuk

memperoleh keuntungan pribadi atau untuk keuntungan lain tanpa

persetujuan jelas dari yang bersangkutan.

PASAL 6Pertentangan Kepentingan

Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan-kepentingan yang

saling bertentangan atau yang saling bersaing, tanpa persetujuan

jelas dari pihak-pihak yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu

mengemukakan fakta-fakta yang terkait.

PASAL 7Sumber-sumber Pembayaran

Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang

anggota tidak akan menerima pembayaran, baik tunai ataupun dalam

bentuk lain, yang diberikan sehubungan dengan jasa-jasa tersebut,

dari dumber mana pun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya.

PASAL 8Memberitahukan Kepentingan Keuangan

Seorang anggota, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam

suatu organisasi, tidak akan menyarankan kliennya atau majikannya

untuk memakai organisasi tersebut ataupun memanfaatkan jasa-jasa

organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 15

Page 16: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

kepentingan keuangan peribadinya yang terdapat dalam organisasi

tersebut.

PASAL 9Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja

Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujui

persyaratan dengan calon majikan atau calon klien, berdasarkan

pembayaran yang tergantung pada hasil pekerjaan PR tertenti di

masa depan.

PASAL 10Menumpangtindihkan Pekerjaan Anggota Lain

Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan

cara mendekati langsung atau secara pribadi, calon majikan atau

langganan yang potensial, akan mengambil langkah-langkah yang

diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau kegiatan

tersebut sudah dilaksanakan oleh anggota lain. Apabila demikian,

maka menjadi kewajibannya untuk memberitahukan anggota tersebut

mengenai usaha dan pendekatan yang dilakukannya terhadap klien

tersebut (sebagian atau seluruh pasal ini sama sekali tidak

dimaksudkan untuk menghalangi anggota mengiklankan jasa-jasanya

secara umum)

PASAL 11Imbalan kepada Karyawan Kantor-kantor Umum

Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan

apa pun, dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 16

Page 17: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

(atau kepentingan klien), kepada orang yang menduduki suatu

jabatan umum, apabil hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan

masyarakat luas.

PASAL 12Mengkaryakan Anggota Parlemen

Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota Parlemen,

baik sebagai konsultan atau pun pelaksana, akan memberitahukan

kepada Ketua Asosiasi tentang hal tersebut maupun tentang jenis

pekerjaan yang bersangkutan. Ketua Asosiasi akan mencatat hal

tersebut dalam suatu buku catatan yang khusus dibuat untuk

keperluan tersebut. Seorang anggota Asosiasi yang kebetulan juga

menjadi anggota Parlemen, wajib memberitahukan atau memberi

peluang agar terungkap, kepada Ketua, semua keterangan apa pun

mengenai dirinya.

PASAL 13

Mencemarkan Anggota-anggota lain

Seorang anggota tidak akan dengan itikad buruk mencemarkan nama

baik atau praktek professional anggota lain.

PASAL 14

Instruksi/Perintah Pihak-pihak lain

Seorang anggota yang secara sadar mengakibatkan atau

memperbolehkan orang atau organisasi lain untuk bertindak

sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik ini, atau turut

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 17

Page 18: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, akan

dianggap telah melanggar kode etik ini.

PASAL 15

Nama Baik Profesi

Seorang anggota tidak akan berprilaku sedemikian rupa sehingga

merugikan nama baik Asosiasi, atau profesi Public Relations.

PASAL 16

Menjunjung Tinggi Kode Etik

Seorang anggota wajib menjunjung tinggi Kode Etik ini, dan wajib

bekerjasama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi Kode Etik,

serta dalam melaksanakan keputusan-keputusan tentang hal apa pun

yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan tersebut.

Apabila seorang anggota mempunyai alasan untuk berprasangka

bahwa seorang anmggota lain terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang

dapat merusak Kode Etik ini, maka ia berkewajiban untuk

memberitahukan kepada Asosiasi. Semua anggota wajib mendukung

Asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakan Kode Etik ini, dan

Asosiasi wajib mendukung setiap anggota yang menerapkan dan

melaksanakan Kode Etik ini.

Selain kode etik profesi di atas. Maka seorang PR harus juga

memperhatikan kode etik yang menjadi pedoman bagi khalayak

sasaran yang di temuinya. Misalnya ketika menjalankan hubungan

baik dengan media massa, maka kode etik wartawan atau kode etik

jurnalistik televise, perlu dipahami. Dengan demikian ketika

melakukan kerjasama, PR tidak melakukan pelanggaran kode etik

mereka. Contohnya wartawan atau jurnalis tidak diperkenankan

menerima imbalan dari pihak lain, maka seorang PR tidak

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 18

Page 19: kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc

diperkenankan untuk memberikan amplop atau bentuk imbalan materi

lainnya saat mengundang wartawan.

Di samping kode etik khalayak, maka seorang PR perlu

memahami aturan hukum yang berlaku di suatu negara. Khususnya

peraturan hukum yang berkaitan dengan bidang usaha yang

dihadapinya. Misalnya seorang PR lembaga pendidikan perlu

memahami dan mentaati peraturan-peraturan pemerintah yang

berkaitan dengan bidang pendidikan . Untuk perusahaan yang

menghasilkan suatu produk, perlu memperhatikan peraturan yang

berkaitan dengan pembuangan limbah pabriknya atau limbah rumah

sakit dan lainnya.

Kode etik di Indonesia diakui belum mampu memberikan

sanksi yang jelas pada pelanggaran pasal-pasalnya. Selain itu belum

ada pula lembaga yang betul-betul mampu memantau, serta

menggunakan otoritasnya untuk mengadili pihak-pihak yang bersalah.

Oleh karena itu, kode etik profesi PR di Indonesia belum efektif

dilaksanakan. Sementara itu bila ada pelanggaran yang memiliki

peraturan hukum yang lebih jelas, maka akan menggunakan

peraturan hukum yang lebih kuat. Misalnya ketika suatu perusahaan

mencoba bersaing dengan cara tidak sehat dengan mengungkapkan

berita negative pesaingnnya, maka dapat dikenakan pasal

Pencemaran Nama Baik dan juga fitnah.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,

M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 19