kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc
-
Upload
bagus-yudha -
Category
Documents
-
view
89 -
download
2
description
Transcript of kk_mercubuana.ac_idfiles42001-14-550968527605_doc
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
ETIKA PUBLIC RELATIONSDrs. E. Mochamad Chamdan
ETIKA
Louis O. Kattsoff (Pengantar Filsafat):
Etika adalah kumpulan pengetahuan mengenai penilaian
terhadap perbuatan-perbuatan manusia.
PERANAN ETIKA
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 1
MODULPENGANTAR PUBLIC RELATIONS
(3 SKS)
Intisari PR adalah pemahaman dan pengetahuan yang
mengarah pada niat baik (goodwill) serta reputasi.
Semua itu tergantung pada kepercayaan.
PR bertanggungjawab untuk menyajikan informasi aktual
secara akurat, tanpa pengurangan atau penambahan.
Etika harus diterapkan pada setiap perilaku para praktisi PR.
KODE ETIK
Aturan susila, sikap baik/pantas yang ditetapkan bersama
dalam suatu kelompok, baik yang ditaati bersama oleh
anggota dalam organisasi/profesi tersebut.
Atas Kesepakatan Bersama
Mempunyai nilai guna dalam pelayanannya bagi
publik/masyarakat
Kerjasama meningkat
Nilai-nilai Sebagai Faktor Pendukung
Nilai-nilai kepentingan umum
Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kebaikan
Nilai-nilai kesejahteraan
Nilai-nilai kesopanan, harga menghargai
Nilai-nilai mampu merahasiakan, daya pikir sehat
ETIKA PROFESI
Norma-norma, nilai-nilai, kaidak-kaidah, ukuran-ukuran
diterima dan ditaati kelompok tertentu.
Peraturan, tatanan yang ditaati, dilaksanakan oleh pribadi-
pribadi yang memiliki profesi terkait karena hal terkait karena
hal tersebut melekat pada jabatannya, yang mengendap dan
bersikap normatif.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 2
Memberi arah, petunjuk untuk membentuk kepribadian
seseorang sesuai dengan profesinya sehingga menjadi pribadi
yang mantap
Menjiwai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sehingga
mampu menyelesaikan tugasnya dengan seksama, hasil
kerjanya memuaskan publik yang dilayaninya.
INTERNATIONAL PUBLIC RELATIONS ASSOCIATIONS
Sejak tahun 1985 IPRA resmi mempunyai hubungan kerja dengan
UNESCO sebagai konsultan. Di samping itu IPRA duduk dalam
komisi di USA.
Tujuan IPRA dapat dirumuskan sebagai berikut:
Saling bertukar pikiran, ide, gagasan, pengalaman, untuk
pengembangan profesi PR yang mencakup wilayah
internasional
Merupakan publikasi dari studi bersama
Menyelenggarakan kongres dan pertemuan internasional
Mengembangkan dan menentukan standar fungsi PR dalam
praktik
Mengadakan kegiatan atau aktivitas IPRA untuk kepentingan
para anggota IPRA.
Dalam buku Public Relations & Voorlichting: Beleid, Organisatie en
uitvoering: Samson, Alphen aan den Rijn, Brussel, 1987:427/38, JNA.
Groenendijk mengatakan bahwa di samping Code of Conduct
IPRA, masing-masing negara yang memiliki PR, menerapkan
dan memiliki organisasi PR bergabung dengan IPRA. Mereka
menpunyai kode etik tersendiri di samping menggunakan
Code of Conduct yang diberikan IPRA.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 3
Menurut Groenendijk, bahwa semuanya sebenarnya hampir sama
tujuannya, yakni sbb:
Bagaimana seorang PR berprilaku terhadap diri sendiri dan
orang lain, publik internal dan eksternal.
Tanggungjawab terhadap tugas sebai PR yang diintegrasikan
dengan kode etik organisasi yang terkait.
Dalam memberi pelayanan terhapa keluhan, ide, kritik, usulan,
dan ketergantungannya pada organisasi dan pada lingkungan.
Melayani kesalahpahaman dengan memperhatikan kebenaran
dan komunikasi secara etis, benar, tepat.
Kualitas dalam memperhatikan realisasi dari tujuan denga
SDM, material yang disediakan, sarana/prasarana, dana,
waktu, dst.
Tanggungjawab untuk setiap kegiatan
Kerahasiaan, dsb.
CODE of PROFESSIONAL CONDUCT IPR
Memuat :
Ketentuan Praktik PR
Ketentuan Mengenai Khalayak, Media dan Profesi Lainnya.
Ketentuan Mengenai Perusaan Induk dan Perusahaan Klien.
Ketentuan Mengenai Rekan Seprofesi.
Penafsiran Kode Etik.
SYARAT PRAKTISI PR YANG IDEAL
Mempunyai pengetahuan yang luas mengenai ilmu atau
persoalan kemasyarakatan terutama dalam hal sosial
ekonomi, politik, budaya yang erat kaitannya dengan
kehidupan publik.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 4
Berpendidikan universitas, kecuali tenaga staf.
Mengetahui tata cara dan sifat pekerjaan yang ada dalam
organisasi.
Memiliki pengetahuan tentang komunikasi dan ahli dalam
teknik menggunakan media komunikasi massa
Bagi PRO, hendaknya ahli di bidang publisitas, jurnalistik, dan
statistik.
Berpikir dinamis, kreatif, mampu menganalisis secara objektif.
PUBLIC RELATIONS OFFICER ATTITUDE
Pada prinsipnya seseorang bisa menjadi pemimpin apabila:
(1) Karakter pribadinya lebih tinggi ketimbang yang lain (orang-
orang di sekitarnya),
(2) Situasi sekelilingnya pada saat itu memungkinkan dan/atau
membutuhkannya, dan
(3) Mempunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain ke
arah tujuan tertentu.
Bagi pemimpin suatu organisasi yang bergerak dalam salah
satu bidang spesialisasi, ketiga persyaratan tersebut tidak akan
sempurna apabila tidak ditambah dengan keahlian dalam bidang
spesialisasi tersebut.
Bagi organisasi Public Relations, jelas akan lebih baik kualitas
dan aktivitasnya apabila dipimpin oleh orang yang ahli dalain bidang
itu. Ahli Public Relations adalah mereka yang telah memperoleh
pendidikan di Perguruan Tinggi bidang (fakultas) Publisistik atau
Komunikasi pada umumnya, bidang (jurusan) Public Relations pada
khususnya. Atau, minimal seorang Pimpinan Public Relations itu
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 5
harus mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidang komunikasi
massa.
Di samping itu, seorang Public Relations Officer perlu memiliki
proses pemikiran yang dinamis, yang tepat menganalisis secara
objektif, faedah dan suatu kebijaksanaan atau tindakan yang
dilakukan oleh organisasi yang dipimpinnya. Bagaimana reaksi publik,
dan permasalahan apa yang terjadi nanti, sebagai akibat dan
tindakannya itu. Seorang PRO hendaknya kreatif dalam
melaksanakan tugasnya, memiliki pengertian dasar yang luas tentang
kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial, dan budaya, yang erat
hubungannya dengan kehidupan publik.
Secara rinci dapatlah disimpulkan bahwa untuk menjadi
pejabat dan/atau Petugas Public Relations hendaknya memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Mempunyai pengetahuan yang luas mengenai ilmu atau persoalan
kemasyarakatan, terutama dalam hal sosial ekonomi;
2. Berpendidikan universitas, kecuali bagi tenaga staf
3. Mengetahui benar-benar tata cara dan sifat pekerjaan yang ada
dalam organisasi perusahaan;
4. Mengenal struktur organisasi perusahaannya, serta orang-orang
yang bersangkutan dalam tiap-tiap bagian, seksi, dan unit kerja
lainnya, berikut para pekerjanya;
5. Mempunyai pengetahuan tentang komunikasi dan ahli dalam
teknik menggunakan media komunikasi massa;
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 6
6. Khusus bagi PRO, di samping berpendidikan Public Relations,
hendaknya ahli pula dalam bidang publisitas, jurnalistik, dan
statistik, serta mengerti tentang sosial ekonomi masyarakat,
sehingga dapat memberikan saran yang berhubungan dengan
manajemen kepada pimpinan perusahaan.
Dengan memperhatikan factor-faktor tersebut, kiranya dapat
diharapkan akan terbentuk suatu karya Public Relations yang
produktif dan konstruktif bagi perkembangan perusahaan.
LIMA TAHAP PERKEMBANGAN PROFESI (CAPLOW &
WILENSKY)
Penempatan pekerjaan itu sebagai pekerjaan penuh (full time
occupation) bukan paruh waktu
Munculnya institusi-institusi pendidikan yang memberikan
pelatihan:kpribadian,bahasa
Terbentuknya asosiasi profesi:APRI
Adanya pengakuan politis mengenai perlindungan terhadap
asosiasi profesi berdasarkan kekuatan hukum :terdaftar dlm
badan Hukum
Pengadopsian sebuah kode formal yang mengatur profesi: dari
code of conduct ke Perhumas
PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA (DAY, DONG & ROBINS)
Deontological atau duty ethics
Teleological
Situational ethics
Subjectivism atau individual relativism
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 7
PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA Deontological atau duty
ethics
Deontological atau duty ethics, yang melihat etika dari sisi
benar atau salah suatu tindakan.
Contoh: etika PR untuk tidak menyebarkan informasi yang
menyesatkan.:berita bohong
PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA teolological ethics
Teleological, yang lebih menekankan pada hasil akhir dari
suatu tindakan daripada prosesnya.
Melakukan tindakan yang memberikan dampak positif
sebesar-besarnya merupakan salah satu contoh pendekatan
ini. CSR,MPR
PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA Situational ethics
Situational ethics, menekankan bahwa tindakan ataupun
keputusan yang etis tergantung pada situasi yang
melingkupinya.
Pendekatan ini berusaha menyeimbangkan Deontological dan
Teleological yang diterapkan pada situasi tertentu.
Sebagai contoh: praktisi PR menyimpan beberapa informasi
dari pihak media jika informasi itu akan menghancurkan
banyak pihak.
PENDEKATAN PRINSIP SISTEM ETIKA SUBJECTIVISM ATAU
INDIVIDUAL RELATIVISM
Subjectivism atau individual relativism, tidak ada suatu prinsip
etika yang objektif, oleh karenanya seorang individu bebas
melakukan apa saja selama yang diyakininya itu benar.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 8
Oleh beberapa praktisi, pendekatan ini dinilai tidak etis
dibanding tiga pendekatan lainnya.
ISSUE-ISSUE BERKAITAN DENGAN ETIKA PROFESI PR
(HICKSON, 2004 PADA SUMMIT FOR COMMUNICATIONS YANG
DISELENGGARAKAN INSTITUTE OF PR OF SINGAPORE (IPRS):
PERSONAL
Etika profesi ini lebih dipengaruhi oleh moral dan nilai-nilai
kepercayaan yang dimiliki seseorang.
Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh agama, kondisi sosial politik,
dan budaya.
PROFESIONAL
Etika suatu profesi tidak lepas dalam kaitannya dengan profesi
lain, seperti jurnalistik.
Suatu relasi hendaknya didasarkan kepercayaan dan
kerjasama yang saling menguntungkan.
Untuk menjamin relasi yang etis, praktisi PR dan jurnalis harus
saling menjaga profesionalismenya.
POLITICAL
Kondisi politik akan mempengaruhi jalannya bisnis di satu
negara, termasuk bisnis media.
Kebijakan dan fungsi media tidak dapat lepas dari sistem
politik yang dijalankan.
CULTURAL
Budaya banyak berkaitan dengan ‘mind and manner’ sehingga
‘culturally sensitive’ merupakan syarat yang mutlak seseorang
praktisi PR.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 9
RELIGIUS & RACIAL
Agama dan suku berkaitan dengan issue etika di dunia PR.
Contoh:
Penulisan siaran pers di media
Pemilihan logo dan penentuan waktu
menyelenggarakan even agar tidak melanggar
kepercayaan suatu agama atau suku
Peraturan dan transaksi bisnis
TRADE & BUSINESS
Praktisi PR tertantang untuk menemukan cara meningkatkan
situasi kerja yang mampu memberdayakan karyawan di
tengah persaingan yang ada.
Contoh:
issue eksploitasi tenaga kerja dan hak asasi manusia
Perbedaan budaya para investor asing
SOCIAL
Berkaitan dengan produk sosial dan komunikasi, seperti
masalah:
hak cipta
Pembajakan
Kebebasan berpendapat pada media
sensorship
LEGAL
Praktisi PR harus mengerti masalah hukum karena seringkali
terjadi dilema dalam praktek PR dengan maslah-masalah
hukum.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 10
FINANCIAL
Masalah finansial merupakan topik yang sensitif bagi
perusahaan dan dianggap sebagai rahasia perusahaan yang
tidak perlu diketahui publiknya.
Walaupun demikian adalah hakpublik, terutama investor untuk
mengetahui kondisi finansial organisasi.
Di sinilah peran PR untuk menjaga hubungan dengan investor
dengan memberikan informasi terkini, dan menjamin adanya
transparansi informasi.
ENVIRONMENT
Reputasi organisasi tidak hanya dinilai dari sisi finansialnya
saja, tapi juga dari keperduliannya tehadap lingkungan.
Bagi beberapa organisasi, lingkungan berperan sebagai
pengontrol keperdulian organisasi
Kode Etik di Manca Negara:
1. Kode Athena (Code of Athens) yang ditetapkan secara resmi
tahun 1965 oleh International Public Relations Association
(IPRA) di Athena, Yunani. Kode etik ini disempurnakan di
Teheran, Iran. Penekanannya pada hak-hak azasi manusia.
2. Kode Etik Praktek (Code of Practise) ditetapkan oleh British
Institute of Public Relations. Lembaga ini mempunyai komite
pengawas dan komite disiplin yang mengawasi berbagai
pelanggaran serta memberikan sanksi terhadap hal itu.
3. Kode Etik Konsultan yang di keluarkan oleh Public Relations
Consultants Association.
Kode Etik yang dikeluarkan oleh IPR dan PRCA kemudian
disempurnakan sehingga antara keduanya dapat saling
mengisi dan mendukung.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 11
Setiap anggota IPRA dan PRCA akan menandatangani kode
etik tersebut dan tunduk pada aturan yang dikeluarkan oleh
asosiasi tersebut.
Hal penting yang ada pada Kode Etik IPRA adalah:
1. Standar prilaku professional yang mewajibkan anggotanya
untuk menghargai:
a. Kepentingan umum
b. Harga diri setiap anggota
c. Tanggungjawab secara pribadi, jujur dan adil kepada:
(1) atasan (2) klien yang lama dan baru (3) anggota
profesi (4) media (5) publik.
2. Menyebarluaskan informasi yang:
a. Benar dan akurat
b. Jujur
3. Komunikasi massa: anggota tidak boleh melibatkan diri
dalam praktek yang cenderung curang atau korup serta
membahayakan integritas media
4. Tidak bekerja dengan mengutamakan kepentingan pribadi
yang mengalahkan kepentingan orang lain.
5. Menjaga kerahasiaan informasi yang membahayakan bagi
klien
6. Menghindari adanya conflic of interest
7. Tidak menerima pendanaan/ pembayaran ekstra dari
siapapun tanpa ada persetujuan dari atasan atau kliennya.
8. Tidak diperkenankannya membeberkan hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan keuangan
9. Tidak menjanjikan sesuatu apa pun kepada pihak-pihak lain
hanya untuk memikirkan kepentingannya di masa depan
10. Tidak menjanjikan hadiah dalam bentuk apa pun bagi
mereka yang menjalankan tugas tertentu
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 12
11. Tidak diperkenankan untuk memanfaatkan anggota
parlemen, kecuali dalam kondisi tertentu
12. Dilarang untuk menganjurkan pada orang lain melakukan
hal-hal yang dapat melanggar hukum
13. Menjaga reputasi profesi
14. Membela aturan dari prilaku profesi
15. Menghargai profesi lain
Di Indonesia terdapat dua macam kode etik yaitu:
1. Kode etik profesi yang dikeluarkan oleh Asosiasi Perusahaan
Public Relations
2. Kode Etik kehumasan Indonesia yang dikeluarkan oleh
Persatuan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas)
Kode Etik Asosiasi Public Relations Indonesia:
Pasal 1
Norma-norma Perilaku Profesional
Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib
menghargai kepentingan umum dan menjaga harga diri setiap
anggota masyarakat. Menjadi taggungjawab pribadinya untuk
bersikap adil dan jujur tentang klien, baik yang mantan maupun yang
sekarang, dan terhadap sesama anggota asosiai, anggota media
komunikasi serta masyarakat luas.
PASAL 2Penyebarluasan Informasi
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 13
Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan
tidak bertanggungjawab, informasi yang palsu atau yang
menyesatkan, dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin
untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban untuk
menjaga integritas dan ketepatan informasi.
PASAL 3Media Komunikasi
Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat
merugikan integritas media komunikasi.
PASAL 4Kepentingan yang Tersembunyi
Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan
apapun yang secara sengaja bermaksud memecah belah atau
menyesatkan, dengan cara seolah-olah ingin memajukan suatu
kepentingan tertentu padahal sebaliknya justru ingin memajukan
kepentingan lain yang tersembunyi. Seorang anggota berkewajiban
untuk menjaga agar kepentingan sejati organisasi yang menjadi mitra
kerjanya benar-benar terlaksana dengan baik.
PASAL 5Informasi Rahasia
Seorang anggota (kecuali apabila diperintahkan oleh aparat hukum
yang berwenang) tidak akan menyampaikan atau memanfaatkan
informasi yang diberikan kepadanya, atau yang diperolehnya, secara
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 14
pribadi dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia, dari
kliennya, baik di masa lalu, kini atau di masa depan, demi untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau untuk keuntungan lain tanpa
persetujuan jelas dari yang bersangkutan.
PASAL 6Pertentangan Kepentingan
Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan-kepentingan yang
saling bertentangan atau yang saling bersaing, tanpa persetujuan
jelas dari pihak-pihak yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu
mengemukakan fakta-fakta yang terkait.
PASAL 7Sumber-sumber Pembayaran
Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang
anggota tidak akan menerima pembayaran, baik tunai ataupun dalam
bentuk lain, yang diberikan sehubungan dengan jasa-jasa tersebut,
dari dumber mana pun, tanpa persetujuan jelas dari kliennya.
PASAL 8Memberitahukan Kepentingan Keuangan
Seorang anggota, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam
suatu organisasi, tidak akan menyarankan kliennya atau majikannya
untuk memakai organisasi tersebut ataupun memanfaatkan jasa-jasa
organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 15
kepentingan keuangan peribadinya yang terdapat dalam organisasi
tersebut.
PASAL 9Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja
Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujui
persyaratan dengan calon majikan atau calon klien, berdasarkan
pembayaran yang tergantung pada hasil pekerjaan PR tertenti di
masa depan.
PASAL 10Menumpangtindihkan Pekerjaan Anggota Lain
Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan
cara mendekati langsung atau secara pribadi, calon majikan atau
langganan yang potensial, akan mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau kegiatan
tersebut sudah dilaksanakan oleh anggota lain. Apabila demikian,
maka menjadi kewajibannya untuk memberitahukan anggota tersebut
mengenai usaha dan pendekatan yang dilakukannya terhadap klien
tersebut (sebagian atau seluruh pasal ini sama sekali tidak
dimaksudkan untuk menghalangi anggota mengiklankan jasa-jasanya
secara umum)
PASAL 11Imbalan kepada Karyawan Kantor-kantor Umum
Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan
apa pun, dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 16
(atau kepentingan klien), kepada orang yang menduduki suatu
jabatan umum, apabil hal tersebut tidak sesuai dengan kepentingan
masyarakat luas.
PASAL 12Mengkaryakan Anggota Parlemen
Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota Parlemen,
baik sebagai konsultan atau pun pelaksana, akan memberitahukan
kepada Ketua Asosiasi tentang hal tersebut maupun tentang jenis
pekerjaan yang bersangkutan. Ketua Asosiasi akan mencatat hal
tersebut dalam suatu buku catatan yang khusus dibuat untuk
keperluan tersebut. Seorang anggota Asosiasi yang kebetulan juga
menjadi anggota Parlemen, wajib memberitahukan atau memberi
peluang agar terungkap, kepada Ketua, semua keterangan apa pun
mengenai dirinya.
PASAL 13
Mencemarkan Anggota-anggota lain
Seorang anggota tidak akan dengan itikad buruk mencemarkan nama
baik atau praktek professional anggota lain.
PASAL 14
Instruksi/Perintah Pihak-pihak lain
Seorang anggota yang secara sadar mengakibatkan atau
memperbolehkan orang atau organisasi lain untuk bertindak
sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik ini, atau turut
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 17
secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, akan
dianggap telah melanggar kode etik ini.
PASAL 15
Nama Baik Profesi
Seorang anggota tidak akan berprilaku sedemikian rupa sehingga
merugikan nama baik Asosiasi, atau profesi Public Relations.
PASAL 16
Menjunjung Tinggi Kode Etik
Seorang anggota wajib menjunjung tinggi Kode Etik ini, dan wajib
bekerjasama dengan anggota lain dalam menjunjung tinggi Kode Etik,
serta dalam melaksanakan keputusan-keputusan tentang hal apa pun
yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan tersebut.
Apabila seorang anggota mempunyai alasan untuk berprasangka
bahwa seorang anmggota lain terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
dapat merusak Kode Etik ini, maka ia berkewajiban untuk
memberitahukan kepada Asosiasi. Semua anggota wajib mendukung
Asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakan Kode Etik ini, dan
Asosiasi wajib mendukung setiap anggota yang menerapkan dan
melaksanakan Kode Etik ini.
Selain kode etik profesi di atas. Maka seorang PR harus juga
memperhatikan kode etik yang menjadi pedoman bagi khalayak
sasaran yang di temuinya. Misalnya ketika menjalankan hubungan
baik dengan media massa, maka kode etik wartawan atau kode etik
jurnalistik televise, perlu dipahami. Dengan demikian ketika
melakukan kerjasama, PR tidak melakukan pelanggaran kode etik
mereka. Contohnya wartawan atau jurnalis tidak diperkenankan
menerima imbalan dari pihak lain, maka seorang PR tidak
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 18
diperkenankan untuk memberikan amplop atau bentuk imbalan materi
lainnya saat mengundang wartawan.
Di samping kode etik khalayak, maka seorang PR perlu
memahami aturan hukum yang berlaku di suatu negara. Khususnya
peraturan hukum yang berkaitan dengan bidang usaha yang
dihadapinya. Misalnya seorang PR lembaga pendidikan perlu
memahami dan mentaati peraturan-peraturan pemerintah yang
berkaitan dengan bidang pendidikan . Untuk perusahaan yang
menghasilkan suatu produk, perlu memperhatikan peraturan yang
berkaitan dengan pembuangan limbah pabriknya atau limbah rumah
sakit dan lainnya.
Kode etik di Indonesia diakui belum mampu memberikan
sanksi yang jelas pada pelanggaran pasal-pasalnya. Selain itu belum
ada pula lembaga yang betul-betul mampu memantau, serta
menggunakan otoritasnya untuk mengadili pihak-pihak yang bersalah.
Oleh karena itu, kode etik profesi PR di Indonesia belum efektif
dilaksanakan. Sementara itu bila ada pelanggaran yang memiliki
peraturan hukum yang lebih jelas, maka akan menggunakan
peraturan hukum yang lebih kuat. Misalnya ketika suatu perusahaan
mencoba bersaing dengan cara tidak sehat dengan mengungkapkan
berita negative pesaingnnya, maka dapat dikenakan pasal
Pencemaran Nama Baik dan juga fitnah.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Drs. E. Mochamad Chamdan,
M.Si. PENGANTAR PUBLIC RELATIONS 19