KISTA ODONTOGENIK

14
KISTA ODONTOGENIK Oleh: drg. Risky Aprilia Pusparatri Kista di definisikan sebagai kavitas pathologis dari epithelium – line. Kista pada maksila, mandibula dan regio perioral sangat mencolok dalam ragam histogenesis, cara terbentuknya, perilakunya dan perawatannya. Kista dibagi menjadi kista odontogenik, kista non-odontogenik, pseudocyst, dan kista pada leher. Kista odontogenik Kista periapikal (radikular) Kista periapikal (radikular atau periodontal apikal) merupakan kista yang paling sering terjadi di rahang. Inflamasi kista berasal dari ephitelial lining yang mengalami poliferasi akibat adanya sedikit residu (sisa) epitel odontogenik (rest malassez) di dalam periodontal ligament. Etiologi dan phatogenisis. Kista periapikal berkembang dari perluasan periapikal granuloma, yang mana merupakan pusat dari inflamasi kronis jaringan granulasi yang berlokasi pada tulang di bagian apeks dari gigi non-vital. Granuloma periapikal terjadi dan terbentuk oleh degradasi produksi dari jaringan pulpa yang nekrose. Stimulasi dari epitelial rest malassez terjadi akibat respon pembentukan inflamasi. Pembentukan kista terjadi akibat adanya poliferasi epithelial, yang akan membantu untuk pemisahan stimulus inflamasi (nekrotik pulpa) dari tulang di sekitarnya. Pemisahan debris sel dari lumen kista akan meningkatkan konsentrasi protein, memproduksi peningkatan tekanan osmotik. Hasilnya adalah cairan berjalan melewati epitel lining menuju lumen dari sisi conective tissue. Cairan berhubungan langsung dengan pertumbuhan dari kista. Dengan adanya resorbsi tulang osteoclastic, terjadi perluasan kista. Faktor resobsi tulang yang lainnya, seperti prostaglandins, interleukins, dan proteinase, dari sel inflamasi dan sel peripheral pada lesi akan menyebabkan pertambahan luas kista. Gambaran klinis. Kista periapikal merupakan kista rahang yang terjadi sebanyak setengah atau tiga perempat dari semua kista rahang yang ada. Distribusi usia terjadi pada dekade ke tiga hingga ke enam. Jarang sekali di temukan kista periapikal pada dekade pertama, walaupun munculnya karies dan gigi non-vital sering terjadi pada usia ini. Kebanyakan kista terjadi pada rahang atas, terutama pada regio anterior, lalu pada regio posterior rahang atas kemudian gigi posterior rahang bawah, terakhir pada regio anterior rahang bawah. Kista periapikal biasanya asimptomatik dan sering ditemukan saat pemeriksaan dental rutin dengan radiografi. Kista ini menyebabkan resorbsi tulang namun tidak menyebabkan ekspansi tulang. Dengan pengertian, gigi non-vital biasanya berhubungan dengan diagnosa dari kista periapikal. Secara radiografi, kista periapikal tidak dapat di bedakan dengan granuloma periapikal. Radiolusen berbentuk ovoid dan memiliki batas berwarna putih

description

koleksi fanny stase gilut

Transcript of KISTA ODONTOGENIK

Page 1: KISTA ODONTOGENIK

KISTA ODONTOGENIKOleh: drg. Risky Aprilia Pusparatri Kista di definisikan  sebagai kavitas pathologis dari epithelium – line. Kista pada maksila, mandibula dan regio perioral sangat mencolok dalam ragam histogenesis, cara terbentuknya, perilakunya dan perawatannya. Kista dibagi menjadi kista odontogenik, kista non-odontogenik, pseudocyst, dan kista pada leher.Kista odontogenikKista periapikal (radikular)Kista periapikal  (radikular atau periodontal apikal) merupakan kista yang paling sering terjadi di rahang. Inflamasi kista berasal dari ephitelial lining yang mengalami poliferasi akibat adanya sedikit residu (sisa) epitel odontogenik (rest malassez) di dalam periodontal ligament.Etiologi dan phatogenisis. Kista periapikal berkembang dari perluasan periapikal granuloma, yang mana merupakan pusat dari inflamasi kronis jaringan granulasi yang berlokasi pada tulang di bagian apeks dari gigi non-vital. Granuloma periapikal terjadi dan terbentuk oleh degradasi produksi dari jaringan pulpa yang nekrose. Stimulasi dari epitelial rest malassez terjadi akibat respon pembentukan inflamasi. Pembentukan kista terjadi akibat adanya poliferasi epithelial, yang akan membantu untuk pemisahan stimulus inflamasi (nekrotik pulpa) dari tulang di sekitarnya.Pemisahan debris sel dari lumen kista akan meningkatkan konsentrasi protein, memproduksi peningkatan tekanan osmotik. Hasilnya adalah cairan berjalan melewati epitel lining menuju lumen dari sisi conective tissue. Cairan berhubungan langsung dengan pertumbuhan dari kista. Dengan adanya resorbsi tulang osteoclastic, terjadi perluasan kista. Faktor resobsi tulang yang lainnya, seperti prostaglandins, interleukins, dan proteinase, dari sel inflamasi dan sel peripheral pada lesi akan menyebabkan pertambahan luas kista.Gambaran klinis. Kista periapikal merupakan kista rahang yang terjadi sebanyak setengah atau tiga perempat dari semua kista rahang yang ada. Distribusi usia terjadi pada dekade ke tiga hingga ke enam. Jarang sekali di temukan kista periapikal pada dekade pertama, walaupun munculnya karies dan gigi non-vital sering terjadi pada usia ini. Kebanyakan kista terjadi pada rahang atas, terutama pada regio anterior, lalu pada regio posterior rahang atas kemudian gigi posterior rahang bawah, terakhir pada regio anterior rahang bawah.Kista periapikal biasanya asimptomatik dan sering ditemukan saat pemeriksaan dental rutin dengan radiografi. Kista ini menyebabkan resorbsi tulang namun tidak menyebabkan ekspansi tulang. Dengan pengertian, gigi non-vital biasanya berhubungan dengan diagnosa dari kista periapikal.Secara radiografi, kista periapikal tidak dapat di bedakan dengan granuloma periapikal. Radiolusen berbentuk ovoid dan memiliki batas berwarna putih yang berhubungan dengan lamina dura dari gigi yang bersangkutan. Komponen peripheral yang berwarna radioopaque mungkin tidak akan nampak jikka telah terjadi perluasan kista yang cepat. Diameter kista memiliki range beberapa milimeter hingga menjadi beberapa sentimeter, walaupun biasanya tidak kurang dari 1,5 cm. Pada kista yang terjadi dalam jangka panjang, mungkin akan terlihat adanya resorpsi akar dari gigi yang besangkutan juga pada gigi yang berdekatan.Histopatologi. Kista periapikal dibentuk dari epitel squamos nonkeratinasi dengan ketebalan yang beragam. Perpindahan dari sel inflamasi ke epitelium mungkin akan terjadi, dengan jumlah polymorphonuclear leukosit (PMNs) yang besar dan beberapa limposit. Jaringan yang berada di bawahnya mungkin akan mengalami infiltrasi fokal atau difuse dengan campuran dari sel inflamasi. Inflamasi plasma sel dan hubungan refractile dan interselular spherical Russel Bodies, menunjukan adanya akumulasi gamma globulin, sering di temukan dan kadang mendominasikan pada gambaran mikroskopis. Kalsifikasi Foci of distrophi, pecahan kolesterol, multinukleal dari benda asing- tipe giant sel akan terlihat subsequent hingga hemorhage pada dinding kista. Benih dari granuloma biasanya juga sering ditamakan pada dinding ista periapikal, yang menunjukan bahwa terdapat hubungan dengan rongga mulut terutama pada sekitar root canal dan lesi karies.Pada presentasi kista periapikal yang lebih kecil (dan kista dentigerous), mungkin juga dapat ditemui hyaline atau yang juga biasa di sebut dengan Rusthon bodies. Yang mana di pada epitel lining di tandai dengan karateristik hairpin kurva atau kurva yang tipis, konsentrasi lamina dan mineralisasi dari basiphil. Adanya hal ini dipercaya menunjukan hubungan dengan hemorhage yang terjadi sebelumnya. Dimana tidak terdapat data klinis yang signifikan.Diferensial diagnosa. Secara radiographi, DD dari kista periapikal harus mencantumkan periapikal granuloma di dalamnya. Pada daerah yang telah dialkukan perawatan apikal, kerusakan akibat operasi atau periapikal scar

Page 2: KISTA ODONTOGENIK

mungkin dapat digunakan. Pada regio anterior rahang bawah radiolusen pada peiapikal harus dapat dibedakan dengan fase awal perkembangan dari cementooseous dysplasia.pada regio posterior harus, gambaran radiolusen apikal harus dapat dibedakan dengan kista traumatik tulang. Kadang kala tumor odontogenik, lesi sel giant, penyakit metatase dan tumor osseous primary dapat menunjukan gambarab radiographi yang menyerupai kista periapikal. Namun pada semua keadaan di atas gigi alam keadaan vital.Perawatan dan prognosa. Lesi periapikal (kista /granuloma) akan dapat diangkat dengan baik dengan ekstraksi gigi penyebab yang nonvital dan diikuti dengan kuretase pada bagian apikal tersebut. Alternatif lain adalah dilakukan pengisian saluran akar yang diikuti dengan apicoectomy (direct kuretase dari lesi).  Yang ketiga, dan yan paling sering digunakan, adalah menggunakan pengisian saluran akar saja, karena biasanya pada banyak lesi periapikal granuloma akan hilang setelah pengangkatan daerah yang menyebabkan infeksi (nekrotik pulpa). Bedah (apicoectomy dan curetage) adalah untuk menghilangkan lesi yang persistent (menetap), indikasi untuk kista yang ada pada perawatan saluran akar yang gagal.Ketika gigi yang nekrotik di angkat namun kista tidak terangkat seluruhnya, maka mungkin akan terjadi residual cyst pada waktu beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian setelah dilakuakan ekstirpasi awal. Jika kista residual atau lesi kista periapikal awal tidak dirawat, perkembangan akan terus belanjut dan menyebabkan resorpsi tulang yang signifikan dan kemudian akan melemahkan mandibula atau maksila. Perbaikan tulang secara sempurna biasanya akan tampak setelah dilakukan perawatan pada kista periapikal atau residual.Kista periodontal lateralKista periodontal lateral merupakan perkembangan kista non-keratin yang terjadi pada perlekatan atau bagian lateral dari akar gigi. Kista ini sama dengan kista gingival pada dewasa akibat histogenetikal dan patologi dan akan di bahas di sini.Etiologi dan patogenesis. Kista ini dipercaya berhubungan dengan proliferasi dari rest (sisa) dental lamina. Kista periodontal lateral menjadi patogen berhubungan dengan kista gingival pada orang dewasa; pembentukannya dipercaya dari lamina gigi yang tersisa didalam tulang, dan pada gingival kista lamina tertinggal pada jaringan lunak diantara epitelium dan periosteum (restofserres). Hubungan keduanya adalah distribusi yang sama pada kandungan konsentrasi lamina dental, dan keduanya identik secara histologi. Bedanya, kista periapikal biasanya ditemukan pada daerah apikal, dimana yang ditemukan adalah sisa sel malasses yang banyak.Gambaran klinis. Kista periodontal lateral dan kista gingival pada dewasa banyak di temui pada gigi premolar mandibula dan regio cuspid dan juga pada daerah ini. Pada maksila, lesi biasanya ditemukan pada regio insisif. Kista Periodontal lateral biasanya lebih cenderung menyerang laki –laki dengan distribusi 2 hinga 1. Kista Gingival pada dewasa tidak menunjukan kecenderungan kelamin. Median usia untuk kedua tipe ini adalah diantara dekade ke-lima dan ke-enam, yaitu berkisar antara 20-85 tahun untuk kista periodonta lateral dan 40-75 tahun untung kista gingiva pada dewasa.Secara klinis, kista gingiva menunjukan adanya pembengkakan kecil pada jaringan lunak di dalam atau pada bagian inferior dari interdental papil. Dimana akan tampak diskolorisasi yang berwarna kebiru – biruan ketika sedikit membesar. Kebanyakan diameter kista berukuran kurang dari 1 cm. Dan tidak ada gambaran radiografik yang terlihat.Kista periodontal lateral bersifat asimptomatik, mudah di gambarkan, berbentuk bundar atau unilocular teardrop (seperti tetesan air mata) (dan biasanya multilocular), radiolusen dengan batas opaq di sepanjang permukaan lateral dari akar gigi yang vital. Jarang nampak adanya perubahan bentuk akar. Pada lesi yang multilocular sering juga di sebut kista botryoid odontegenic.Histopatologis. Baik pada kista periodontal lateral dan kista gingival pada dewasa ditandai dengan garis epitelium nonkeratin yang tipis. Kaya akan kandungan glikogen, sel epitel mungkin akan ditemukan nampak jelas pada garis kista yang tebal.Diferensial diagnosa. Kista periodontal lateral harus dibedakan dengan kista yang di sebabkan oleh infeksi yang diakibatkan lateral akar gigi yang nonvital (kista radikular lateral), odontogenik keratosis pada permukaan lateral akar, dan tumor odontogenik yang radiolusen. DD untuk kista gingival untuk dewasa yaitu termasuk gingival mukokel, Fordyce’s granular, parulis, dan juga tumor odontogenik.Perawatan dan prognosa. Eksisi biasanya merupakan pilihan baik pada kista gingival maupun pada kista periodontal lateral. Sedangkan kista botryoid odontegenikmemiliki kecenderungan untuk rekuren. Untuk mengatasinya, di sarankan melakukan perawatan untuk kista multilokular odontegenik.Kista gingival pada bayi baru lahir

Page 3: KISTA ODONTOGENIK

Kista pada bayi juga di kenal dengan kista dental lamina pada bayi atau Born’s nodule. Kista ini menunjukan nodul yang multipel sepanjang alveolarnya pada neonatal. Dipercaya bahwa fragmen pada dental lamina tertinggal pada mukosa alveolar ridge setelah pembentukan gigi proliferal, sehingga menyebabkan terbentuknya kista keratin ini. Pada kebanyakan kasus kista ini akan beregenerasi dan luruh atau terpecah di dalam rongga mulut.Secara histopatologi, kista ini di batasi oleh epitelium squamous yang lunak. Tidak perlu dilakukan perawatan karena akan terpecah dan luruh secara spontan sebelum usia pasien mencapai usia 3 tahun.Kista epitelial inklusi yang sama mungkin dapat terjadi pada daerah midline dan palatal (kista palatinus pada bayi atau Epstein’s pearls). Yaitu kista yang berkembang dan terjadi dari epitelium yang ada pada fusion line diantara palatal shelve dan prosesus nasal. Tidak diperlukan perawatan, karena akan bergabung dengan epitelium oral dan luruh secara spontanKista dentigerousKista dentigerous atau kista folikular adalah tipe kedua dari kista odontodenik yang paling sering di temui, dan merupakan kista yang paling sering sekali ada di rahang. Dari definisinya, kista ini melekat pada cervix gigi (enamel-cemento junction) dan berdekatan dengan mahkota gigi yang unerupsi.Etiologi dan patologi. Kista dentigerous berkembang dari proliferasi enamel yang tersisa atau pembentukan epitelium enamel. Sama seperti kista tipe lain, ekspansi dari kista tipe ini berhubungan dengan proliferasi epitel, menghilangkan tulang- faktor resorbsi, dan meningkatnya cairan osmolalitas kista.Gambaran klinis. Kista dentigerous merupakan kista yang paling sering berhubungan dengan gigi molar ketiga dan kaninus maksila, yang mana merupakan dua gigi yang paling sering mengalami impacted. Paling banyak ditemukan pada usia dekade kedua dan ketiga, lebih banyak pada pria, dengan rasio 1.6 hingga 1.Biasanya asimptomatik, namun terdapat penundaan erupsi yang merupakan indikasi yang paling sering dari adanya pembentukan kista dentigerous. Kista ini memiliki kemampuan untuk mencapai ukuran yang signifikan, biasanya berhubungan dengan perluasan tulang kortikal namun jarang membesar pada pasien dengan predisposisi hingga menyebabkan fraktur pathologi.Secara radiografi, kista dentigorous menunjukan gambaran yang baik, unilokular atau multilokular radiolusen dengan margin kontikal yang berhubungan dengan mahkota gigi yang un-erupted. Gigi yang tidak erupsi ini biasanya di gantikan posisinya. Pada mandibula hubungan radiolusen akan meluas ke superior dari molar tiga hingga ke ramus atau anterior inferior sepanjang mandibula. Pada kista dentigerous maksila yang mengenai regio kaninus, perluasan terjadi hingga ke sinus maksila atau hingga ke dasar orbital. Resorbsi dari akar yang melekat pada gigi yang erupsi juga dapat terlihat.Kista dentigorous yang berdasarkan pembentukan bifurkasi gigi molar dibagi menjadi kista paradental atau kista buccal bifurkasi. Awalnya Kista ini berada di sepanjang permukaan akar bagian bukal dai gigi molar tiga yang mengalami partial erupted (erupsi sebagian). Namun kemudian biasanya akan meluas hingga ke gigi molar lainnya di ahang bawah. Pada keadaan ini biasanya molar tersebut telah erupsi sempurna. Secara radiografi, kista paradental mengalami gambaran radiolusen pada regio bifurkasi bukal. Seringnya baru terlihat keadaan molar yang tipping pada gambaran radiographi oklusal. Secara histopatologi, tampak adanya dinding kista dentigerous diikuti dengan second inflamasi atau tidak sama sekali.Histopatologi. fibrosa jaringan pendukung pada kista ini biasanya menunjukan adanya epitel Squamos yang strafikasi. Pada kista dentigerous yang tidak terinflamasi memiliki epitel lining yang tidak berkeratin dan memiliki sel layers sebanyak empat hingga enam ketebalannya. Kemudian, mungkin ditemukan sel mukosa, sel siliasi, dan terkadang sel sebaceous pada epitelium lining. Epitelium ini – perlekatan jaringan konektiv biasanya berbentuk datar, walaupun pada kasus dengan secondinflamasi, nampak adanya bercak – bercak.Deferensial diagnosa. Diferensial diagnosa dari perikoronal radiolusen juga termasuk odontogenik keratosit, ameloblastoma, dan tumor odontogenik lainnya. Transformasi ameloblastik dari kista dentigerous juga merupakan bagian dari DD. Tumor odootogenik adenomatoid dapat dijadikan pertimangan jika ada radiolusen pada daerah anterior perikoronal, sedangkan ameloblastik fibroma untuk lesi yang terjadi pada posterior rahang pada pasien usia muda.Perawatan. Pengangkatan gigi penyebab dan enukleasi dari jaringan lunak merupakan terapi yang paling sering di gunakan. Pada kasus dimana kista mengenai mandibula secara signifikan, perawatan awal termasuk exterriorisasi atau marsupialisasi dari kista dapat dilakukan untuk menekan dan penyusutan dari lesi, dengan demikian menghasilkan penundaan tindakan bedah.

Page 4: KISTA ODONTOGENIK

Kemungkinan komplikasi dari kista dentigerous yang tidak dirawat termasuk adanya transformasi dari epitel lining hingga menjadi ameloblastoma dan mungkin (walau jarang) bertransformasi menjadi carcinomatous. Pada kasus dimana terdapat keberadaan sel mukous, perkembangan menjadi intraosseous mucoepidermoid carcinoma mungkin dapat terjadi.Kista erupsi.Kista erupsi disebabkan oleh adanya akumulasi cairan di dalam ruangan folikular dari gigi yang erupsi. Epitelium lining dari ruangan ini memproduksi enamel epitelium. Dengan trauma, darah akan muncul pada ruangan ini, membentuk yang biasa disebut dengan eruption hematoma. Tidak ada perawatan yang di perlukan, karena gigi erupsi melalui lesi tersebut. Akibat penekanan erupsi, kista akan menhilang secara spontan tanpa menimbulkan komplikasi.Kista glandular odontogenikKista glandular odontogenik, atau bisa di sebut juga dengan kista sialoodontogenik, yang mana pertama kali di jabarkan pada tahun 1987 dan memiliki gambaran histologis yang menunjukan produksi mukus tumor glandula saliva.Gambaran klinis. Yang paling banyak berada pada mandibula (80%), terutama  pada regio anterior rahang bawah. Lesi maksila biasa terjadi pada bagian anterior. Ekspansi rahang jarang terjadi, biasanya berhubungan dengan lesi mandibular. Rasio gender kira – kira 1 banding 1. Mean usia 50 tahun, dengan perluasan usia pada dekade ke-dua hingga ke-sembilan.Gambaran radiograpis. Kebanyakan kasus menunjukan gambaran radiografi multiloculated. Pada kasus dengan gambaran radiolusen unilocular dengan adanya tanda awal, lesi rekuren dapat menjadi multilocular. Lesi menunjukan ukuran yang bervariasi, dari kurang dari 1 cm hingga yang mengenai mandibular bilateral. Batas radiographi mungkin akan tampak jelas atau sclerotic. Lesi yang lebih agresiv tampak pada penyakit periperal border.Histopathologis. Secara histopatologis, kista multilocular di batasi oleh epitelium tidak berkeratin dengan ketebalan tertentu dimana sel epitel diasumsikan berbentuk melingkar. Epitelial lining mengandung sel cuboidal, sering ditemani dengan silia pada permukaan luminal. Sel mukous berkelompok pada batas kista bersama denganmusinpools. Secara keseluruhan histomorfologinya mengingatkan kita pada carsinoma mukoepidermal tingkat rendah.Perawatan dan prognosa. Lesi dapat menjadi agresif; maka dari itu rencana pembedahan harus memperhatikan perluasan penyakit melalui gambaran klinis dan radiograpis. Dimana tulang yang kuat disisakan dari perluasan lesi cystic, mungkin dapat digunakan kuretase bagian peripheral atau eksisi dari margin. Perawatan jangka panjang mungkin harus diberikan pada penyakit yang agresif atau rekuren.Odontogenik keratocystOdontogenik keratocyst (OKCs) biasanya menunjukan gambaran klinis yang agresif, kemungkinan rekurent dan juga berhubungan dengan nevoid basal sel carcinoma syndrome (NBCCS). Mereka dapat ditemukan pada semua bagian rahang dan secara radiographi menunjukan gambaran yang menyerupai kista tipe lain. Secara mikroskopis, mereka menunjukan keadaan yang unik dan konsisten.Etiologi dan patologis. Terdapat kesepakatan umu yang mengatakan bajhwa OKCs berkembang dari sisa dental lamina pada mandibula dan maksila. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa pembentukan asli dari kista ini adalah adanya perluasan sel basal pada overlying epitelium oral. Mekanisme phatogenesis menyerupai pertumbuhan dan ekspansi dari OKCs termasuk adanya proliferasi yang tinggi, overekspresi dari antiapoptic protein Bcl-2, dan ekspresidari matriks metalloproteinasis(MMPs 2 dan 9).Kerusakan gen yang berhubungan dengan NBCCS pertama kali di identifikasi pada kromosom 9p22.3 dan di temukan menjadi homologous menjadi Drosophilia (fruit fly) patched (PTCH) gen. Protein hasil dari PTCH gen (gen tumor supresor) merupakan komponen tanda hedgehog pathway dan berhubungan dengan perkembangan selama masa embriogenesis dan tanda sel pada orang dewasa. Produksi PTCH gen normalnya meningkatkan aktivitas dari sonic hedgehog protein dan juga sinyal protein, seperti smoothened protein. Jika gen PTCH tidak berfungsi, sehingga terjadi overekspresi dari sonic hedgehog dan/atau moothened protein, yang kemudian akan menyebabkan peningkatan proliferasi sel.Mutasi dari gen PTCH mempengaruhi dalam perkembangan carsinoma sindroma sel basal dan juga membentuk carsinoma aporadic sel basal (sama seperti moduloblastoma), menyediakn kesempatan untuk PTCH sebagai tumor supresor pada keratinosis manusia. Mutasi PTCH juga ditemukan pada OKCs pada pasien NBCCS dan

Page 5: KISTA ODONTOGENIK

juga beberapa OKCs yang terjadi secara sporadikal. Mutasi dari SUFU gen yang mengkode komponen dari sonic hedgehog pathway telah teridentifikasi sebagai pengantian genetik kedua yang dapat terjadi pada NBCCS dan moduloblastoma.Gambaran klinis. OKCs merupakan kista yang sering terjadi di rahang. OKCs dapat terjadi pada semua usia dan mencapai puncak pada dekade ke-dua dan ke-tiga. Lesi yang ditemukan pada anak – anak seringnya merupakan refleksi dari OKCs multipel sebagai komponen dari NBCCS. OKCs memiliki presentase 5% hingga 15% dari seluruh kista odontogenik. Sekitar 5% pasien dengan OKCs memiliki multipel kista dan yang 5% lainnya merupakan NBCCS.OKCs yang ditemukan di mandibula memilki rasio sekitar 2 hingga 1. Daerah posterior rahang bawah dan ramus  merupakan daerah yang paling sering terkena, sedangkan pada maksila daerah molar ketiga merupakan daerah yang paling banyak terkena.Secara radiografis, karakteristik OKC menunjukan batas radiolusen yang baik dengan margin yang berwarna radioopaq tipis. Multilokular lebih sring terlihat pada lesi yang besar. Kebanyakan dari lesi, bagaimanapun, unilokular, dengan tanda perlekatan pada mahkota sebanyak 40% pada gigi yang tidak erupsi (presentasi kista dentigerous). Sekitar 30% dari lesi maksila dan 50% pada lesi mandibular mengalami bukal ekspansi. Juga terdapat kemungkinan adanya mandibular lingual enlargmen.Histopathologi. Epitel lining yang terbentuk memiliki ketebalan yang sama, biasanya berkisar dari 8 atau 10 lapisan tebal. Basal layer menunjukan karateristik pola palisaded dengan polarisasi dan memiliki diameter nukleus yang sama. Sel epitel merupakan parakeratinisasi dan memproduksi bentuk yang tidak biasa atau yang seperti ombak. Fokal zone dari orthokeratin jarang terlihat. Sebagai tambahan gambaran histologis adakalanya saling bertemu termasuk masa budd dari sel basal hingga ke dinding konektiv tissue dan pembentukan microcyst. Komponen Fibrous dari jaringan konektif di dinding kista seringnya terbebas dari infiltrasi sel inflamasi dan cukup tipis. Epitelium – jaringan conective yang berhubungan memiliki karakteristik yang berbentuk flat, dengan tidak memiliki bentuk epitelial ridge. Juga disebut dengan primordial kista (kista yang bertempat di gigi), dimana Ketika dilakukan pemeriksaan mikroskopis, ternyata mengandung OKCs.Kista odontogenik orthokeratin telah dijelaskan dan ada sekitar satu banding 20 sama seperti OKC. Perbedaan histologi antara parakertin dan orthokeratin tebentuk karena lesi orthokeratin merupakan kista yang kurang agresif, memiliki data rekuren yang rendah, dan tidak berhubungan dengan sindrome. Pada kista odontegen orthogenetik yang sangat mencolok adalah adanya granular layer yang ditemukan di bawah permukaan yang flat bukan yang berombak. Sel basal layer tidak terlalu mencolok, dengan lebih banyak bentuk flat atau squamosa jika di bandingkan dengan parakeratotik.Diferensial diagnosa. Ketika kista di duga berhubungan dengan gigi, maka beberapa penyakit mungkin dapat dipertimbangkan, seperti kista dentigerous, ameloblastoma,odontogenik myxoma, adenomatois odontogenik tumor, dan ameloblastik fibroma. Kemudian, tumor nonodontogenik, seperi granuloma sel giant sentral, kista traumatik tulang, dan kista tulang aneurysmal, mungkin dapat dimasukan sebagai diferensial diagnosa jika penyakit menyerang pasien usia muda.Perawatan dan prognosa. Bedah eksisi dengan kuretase peripheral osseous atau ostectomy merupakan metode yang dapat dilakukan. Tindakan yang agresif ini dapat benarkan karena rekurensi yang tinggi yang berhubungan dengan OKCs. Beberapa juga menganjurkan penggunaan chemical kauterisasi pada kista dengan menggunakan solusi Carnoy’s (biologic fixative). Pada beberapa kasus dengan OKCs yang besar, dapat dilakukan marsipulisasi untuk mendapatkan penyusutan dari kista, yang kemudian diikuti dengan enukleasi.Rata – rata data rekuren menunjukan angka 10% hingga 30% yang berhubungan dengan beberapa faktor fisik. Dinding jaringan kista yang rapuh mungkin akan menyebabkan pengangkatan yang tidak sempurna. Sisa dental lamina atau kista pada perlekatan tulang ke lesi awal dapat menyebabkan rekurensi. Juga, proliferasi kista dari layer sel basal pada oral, jika tidak dihilangkan pada saat pengangkatan kista, dapat menimbulkan rekuren. Kualitas biologi yang aktual dari epitelium kista, seperti peningkatan indeks mitotic dan faktor produksi dari resorbsi tulang, sangat berkaitan dengan keadaan rekuren.Pemeriksaan lebih lanjut penting untuk dilakukan. Pasien harus di evaluasi untuk meyakinkan apakah eksisi telah sempurna, keratocit baru, dan NBCCS. Kebanyakan rekuren baru akan terlihat secara klinis dalam jangka waktu 5 tahun setelah perawatan. Namun pada kasus rekuren, jarang di temukan komplikasi transformasi ameloblastik. Pasien dengan multipel keratosit memiliki kemungkinan rekuren yang tinggi dibanding mereka yang memiliki single keratosit ; yakni 30% dan 10%.

Page 6: KISTA ODONTOGENIK

Manifestasi klinis dari NBCCS termasuk multipel OKCs, kerusakan tulang, dan carcinoma multipel sel basal. Kerusakan kutan lainnya termasuk palmar dan plantar keratik pitting, multipel milia, dan dermal calinocis. Kerusakan tulang termasuk adanya bifid ribs, termasuk kerusakan tulang belakang dan metakarpal. Mandibular yang prognati sedang dilaporkan memiliki presentasi kasus yang rendah. Fasial Dismorpogenesis, termasuk broad nasal bridge dengan koresponding ocular hypertelorism dan lateral displace inner ocular canthi (distopia canthrum), mungkin akan terjadi. Keabnormalan dari syaraf, termasu di dalamnya meduloblastoma, dysgenesis atau agenesis dari corpus callosum, kalsifikasi dari falx cerebri dan juga (jarang) kalsifikasi falx cerebelli.Kalsifikasi kista odontogenikKalsifikasi kista odontogenik (COCs) lesi odontogenik yang berkembang dan memiliki kemungkinan rekuren. Variasi yang lebih padat disebut dengan odontogenik ghost cell tumor yang di percaya memiliki sifat klinis lebih agresif.Etiologi dan pathogenesis. COCs dipercaya berasal dari sisa epitelial odontogenik di dalam gingiva atau di dalam mandibula atau maksila. “gosht cell kaeratin” memiliki karakteristik gambaran mikroskopis yang menyerupai kista ini, dan juga mengambarkan lesi cutaneous yang disebut dengan kalsifikasi epithelioma dari Malherby atau pilomatrixoma. Pada rahang, ghost sel juga terlihat pada beberapa tumor odontogenik lainnya, seperti odontoma, ameloblastoma, adenomatoid odontogenik tumor, ameloblastik fibroodontoma, dan ameloblasik fibroma.Gambaran klinis. Pada kista ini terdapat range usia yang luas, dengan puncak kasus terjadi pada usia dekade ke-dua. Biasanya terjadi pada individu di bawah usia 40 tahun dan lebih banyak menyerang perempuan. Lebih dari 70% COCs menyerang maksila. COCs juga dapat berada di intraosseous masses dari gingiva, walaupun hal ini jarang terjadi kista yang biasanya terjadi pada lokasi ekstraosseous atau peripheral biasanya menyerang pasien usia 50 tahun dan biasanya terletak pada anterior hingga regio molar pertama.Secara radiografi, COCs menunjukan radiolusen yang unilocular atau multilocular dengan memiliki ciri – ciri margin yang memiliki garis yang jelas. Gambaran radiolusen mungkin tampak berserakan, ukuran kalsifikasi tidak selalu sama. Beberapa bagian opaq akan menunjukan pola salt and paper (garam dan lada, dengan distribusi yang sama dan difuse. Pada beberapa kasus mungkin akan terjadi mineralisasi sehinga ada perluasan margin lesi yang bila dilihat secara radiographisnya akan lebih sulit untuk ditentukan.Histopatologis. Kebanyakan dari COCs menunjukan poliferasi kista yang memiliki gambaran yang bagus dengan adanya fibrosa jaringan yang di garis oleh epitelium odontogenik.  Proliferasi intraluminal epitelium biasanya memburamkan lumen kista, dengan demikian menyebabkan tekanan pada tumor yang padat. Garis epitelial memiliki ketebalan yan beragam. Epitelium basal merupakan bagian yang mencolok, dengan pola hipercromatik nukleus dan cuboidal columnar. Basallayer lebih bersifat bebas dalam menyusun sel epitel, kadang meniru stelate reticulum dari organ enamel. Yang paling menonjol dan unik dari gambaran mikroskopis adalah keberadaan ghost sel keratin. Sel ghost ini anucleate dan menguasai garis luar dari membran sel. Sel ini mengalami distrophic karakterisasi mineralisasi dengan menemukan basofil granular, yang mana memungkinkan untuk kalsifikasi bahan dalam jumlah besar. Dalam kesempatan ini sel ghost menempati dinding jaringan, menimbulkan respon sel giant terhadap benda asing.Deferensial diagnosa. Pada tahap awal pembentukan, COCs hanya memiliki sedikit mineralisasi atau bahkan tidak memilikinya sama sekali maka akan yampak berwarna radiolusen. DD untuk tahapan ini termasuk kista dentigerous, OKC, dan ameloblastoma. Pada tahap selanjutnya ketika gambaran menunjukan adanya pencampuran radiolusen dan radioopaq, DD yang memungkinkan adalah adenomatoid odontogenik tumor, mineralisasi odontoma sebagian, kalsifikasi epitel odontogenik tumor, dan ameloblastic fibroodontoma.Perawatan dan prognosa. Karena lesi ini memiliki sifat biologi yang tidak dapat di duga, perawatan yang di gunakan biasanya lebih  agresif dari sekedar kuretase sederhana. Pasien harus terus di awasi selama perawatan karena rekuren dapat terjadi. Penanganan untuk tipe ekstraosseous dan peripheral adalah tindakan konservatif karena tidak menunjukan adanya karakteristik rekurensi.

Page 7: KISTA ODONTOGENIK

Abses gigi adalah sekumpulan nanah yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada bagian dalam gigi. Kondisi ini biasanya muncul sebagai akibat dari rongga gigi tidak diobati, adanya retakan atau serpihan pada gigi anda yang

memungkinkan bakteri masuk ke dalam gigi bagian dalam. Pengobatan untuk abses gigi biasanya dilakukan dengan menguras abses dan membersihkan daerah infeksi. Gigi yang terinfeksi juga dapat diselamatkan dengan perawatan saluran akar, tetapi dalam beberapa kasus mungkin tetap perlu untuk dicabut. Abses gigi yang tidak

diobati dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan mengancam jiwa. Anda dapat mencegah abses gigi dengan melakukan perawatan gigi secara tepat, makan makanan yang sehat dan melakukan pemeriksaan gigi

secara teratur. Gejala Tanda dan gejala abses gigi meliputi: Sakit gigi berdenyut, parah, dan persisten Sensitivitas terhadap suhu panas dan dingin Sensitivitas terhadap tekanan mengunyah atau menggigit Demam Pembengkakan pada wajah atau pipi Perih, pembengkakan kelenjar getah bening di bawah rahang atau di leher

anda Adanya aliran cairan berasa dan berbau busuk dalam mulut dan terhentinya rasa sakit jika abses pecah

ABSESAbses adalah rongga patologis yang berisi pus yang merupakan hasil dari reaksi inflamasi pertahanan tubuh seperti makrofag, leukosit, netrofil dan bakteri. Abses biasanya didahului dengan reksi inflamasi, tanda-tanda inflamasi antara lain : kalor, dolor, rubor, tumor dan functio lesa. Proses infeksi yang terjadi dalam rongga mulut biasanya disebabkan dengan infeksi odontogenik. Penyebaran infeksi odontogenik dapat terjadi melalui 2 jalan : periapikal dan periodontal.Apabila daya tahan tubuh baik  dan virulensi bakteri rendah infeksi periapikal belum tentu diikuti dengan infeksi yang lebih lanjut. Penyebaran melalui periapikal biasanya disebabkan karena nekrosis pulpa dan infeksi bakteri ke periapikal. Penyebaran melalui jaringan periodontal karena poket periodontal yang dalam seingga bakteri dapat masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam, gigi vital yang terkena trauma dan kontak oklusal yang berlebihan.Nekrosis pulpa dapat berlanjut menjadi infeksi aktif karena merupakan jalan bagi bakteri masuk ke jaringan periapikal. Infeksi dapat menyebar ke segala arah terutama daerah yang memiliki resistensi yang rendah. Eksudat purulen dapat menyebar masuk ke medulla tulang yang dapat menyebabkan osteomielitis. Apabila terjadi perforasi ke korteks dan menyebar secara difus ke jaringan lunak dapat mengakibatkan terjadinya selulitis.Abses periapikal selanjutnya dapat menyebar menembus tulang sampai di bawah periosteum dan timbul keadaan periostitis. Bila kemudian terjadi peristiwa supuratif dibawah periosteum terbentuklah abses subperiosteum. Abses ini dapat berlanjut sampai berkumpul dan sampai dibawah mukosa menjadi abses submukus. Abses dapat menyebar ke spasium tertentu karena lokasi dari asal infeksi/ tempat perforasi, ketebalan struktur tulang dari sumber infeksi serta letak otot yang membatasi spasia. Spasia fasial yang dapat terserang infeksi dikelompokkan menjadi :1. Spasium fasial primera. Spasium maksila primer :– Spasium kaninus :Biasanya berasal dari infeksi gigi rahang atas. Gejala klinis ditandai dengan pembengakakan pada muka, kehilangan sulkus nasolabialis dan edema pelupuk mata sehingga pelupuk mata tampak tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka tersa sakit disertai kulit tegang berwarna merah.– Spasium bukalisDapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang atas. Gejala klinis : pembengakakan difus, pada perabaan tidak jelas adanya prosoes supuratif, fluktuasi -, dan gigi penyebab sering tidak jelas. Infeksi ini dapat turun ke spasium submaksila atau kearah spasium infra temporal.–  Spasium infratemporal.Salah satu gejala penting dari abses ini adalah rasa sakit pada palpasi antara ramus dan tuber diatas lipatan mukosa, rasa sakit yang menusuk di telinga.b. Spasium mandibula primer– Spasium mentalisGigi penyebab biasanya gigi anterior atau premolar rahang bawah. Penyebaran ke belakang dapat meluas ke spasium mandibula. Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio submental. Intra oral tidak tampak pembengkakan, kadang gusi tampak eritem di sekitar gigi penyebab.–  Spasium submandibulaBerasal dari gigi premolar atau molar rahang bawah. Gejala klinis berupa pembengkakan ekstra oral di region submandibula di sudut rahang berwarna kemerah-merahan. Intra oral tidak tampak pembengkakan kecuali tahap yang lebih lanjut.–  Spasium sublingualGejala klinis ditandai dengan pembengkakan dasar mulut, lidah terangkat bergeser ke sisi yang normal, kelenjar sublingual karena terdesak pus dibawahnya. Terasa sakit saat menelan.2. Spasium fasial sekunder

Page 8: KISTA ODONTOGENIK

– Spasium submasseterBerasal dari gigi molar ke-3 rahang bawah. Gejala klinis sakit berdenyut di ramus mandibula, trismus, delirium.– Spasium temporal3. Spasium fasial servikal :– Spasium faringeal lateralBiasanya disebabkan oleh gigi molar ke-3 rahang bawah , trismus, terjadi deviasi uvula ke arah yang tidak terinfeksi, pilar tonsiler anterior dan dinding laeral faringeal oedem. Bisa juga mengganggu sirkulasi udara.– Spasium retrofaringealInfeksi ini sangat berbahaya karena dapat mengganggu sirkulasi udara dan dapat melibatkan danger space, sehingga dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.– Spasium prevertebral.Penanganan infeksiSebelumnya kita terlebih dahulu mengetahui prinsip penanganan infeksi yaitu :1. Penilaian berat ringannya infeksi2. Evaluasi dari tingkatan mekanisme pertahanan tubuh3. Menentukan apakah penderita memerlukan perawatan spesialis4. Lakukan intervensi bedah5. Berikan terapi suportif6. Pilih antibiotik yang sesuai7. Evaluasi dan monitor keadaan penderitaInfeksi odontogenik yang disertai dengan keadaan gawat darurat perlu ditangani secepatnya. Adapun dasar-dasar perawatannya sebagai berikut :1.   Penanganan gawat darurat.Kondisi penderita yang  cukup buruk perlu dirawat inap rumah sakit dan perlu diinfus untuk mengatasi dehidrasi. Jangan lupa awasi tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, kultur specimen.2.   Penanganan infeksiMengingat uji kultur  dan uji kepekaan belum diketahui maka digunakan terapi empiris yaitu Penisilin yang efektif terhadap bakteri aerob dan anaerob. Bila infeksi mereda sampai 2-3 hari berarti antibiotika secara empiris yang digunakan telah memadai. Bila tidak maka digunakan antibiotika hasil uji kepekaan.3.   Perawatan jaringan infeksiBila fluktuasi positif maka segera lakukan insisi untuk drainase Tujuan utama tindakan pembedahan adalah menghilangkan sumber infeksi (pulpa nekrosis/saku periodontal yang dalam), memberikan drainase untuk kumpulan pus dan jaringan nekrotik dan mengurangi ketegangan jaringan sehingga meningkatkan aliran darah dan zat-zat yang berguna untuk pertahanan tubuh pada lokasi infeksi.4.   Perawatan gigi sumber infeksiSetelah tanda-tanda inflamasi mereda, gigi yang merupakan infeksi primer, segera lakukan ekstraksi, bila perlu kuretase sampai jaringan nekrosis pada soket bekas ekstraksi bersih.

Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktersediaan ruangan yang cukup pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut.1Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang, kista, gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi sistemik.8 Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak berubah.4 Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya impaksi.42 Pemeriksaan Lokal10 1. Status erupsi gigi impaksi. Status erupsi gigi impaksi harus diperiksa karena status pembentukan mendeterminasikan waktu pencabutan. Idealnya, gigi dicabut ketika duapertiga akar terbentuk. Jika akar telah terbentuk sempurna, 25 maka gigi menjadi sangat kuat, dan gigi terkadang displitting untuk dapat dicabut. 2. Resorpsi molar kedua. Karena kurangnya ruang molar ketiga yang impaksi sehingga memungkin

Page 9: KISTA ODONTOGENIK

terjadi resorpsi akar pada molar kedua. Setelah pencabutan gigi molar ketiga yang impaksi, molar kedua harus diperiksa untuk intervensi endodontik atau periodontik tergantung pada derajat resorpsi dan keterlibatan pulpa. 3. Adanya infeksi lokal seperti periokoronitis. Infeksi ini merupakan sebuah inflamasi jaringan lunak yang menyelimuti mahkota gigi yang sedang erupsi yang hampir seluruhnya membutuhkan penggunaan antibiotik atau prosedur yang jarang dilakukan, eksisi pembedahan pada kasus rekuren. Periokoronitis rekuren terkadang membutuhkan pencabutan gigi impaksi secara dini. 4. Pertimbangan ortodontik. Karena molar ketiga yang sedang erupsi, memungkinkan terjadi berjejal pada regio anterior setelah perawatan ortodonti yang berhasil. Oleh karena itu, disarankan untuk mencabut gigi molar ketiga yang belum erupsi sebelum memulai perawatan ortodontik. 5. Karies atau resorpsi molar ketiga dan gigi tetangga. Akibatnya kurangnya ruang, kemungkinan terdapat impaksi makanan pada area distal atau mesial gigi impaksi yang menyebabkan karies gigi. Untuk mencegah karies servikal gigi tetangga, disarankan untuk mencabut gigi impaksi. 6. Status periodontal. Adanya poket sekitar gigi molar ketiga yang impaksi atau molar kedua merupakan indikasi infeksi. Penggunaan antibiotik 26 disarankan harus dilakukan sebelum pencabutan gigi molar ketiga impaksi secara bedah untuk mengurangi komplikasi post-operatif. 7. Orientasi dan hubungan gigi terhadap infeksi saluran akar gigi. hal ini akan didiskusikan secara detail pada pemeriksaan radiologi. 8. Hubungan oklusal. Hubungan oklusal molar ketiga rahang atas terhadap molar ketiga rahang bawah harus diperiksa. Ketika gigi molar ketiga rahang bawah yang impaksi berada pada sisi yang sama diindikasikan untuk ekstraksi, sisi yang satunya juga harus diperiksa. 9. Nodus limfe regional. Pembengkakan dan rasa nyeri pada nodus limfe regional mungkin terindikasi infeksi molar ketiga 10. Fungsi temporomandibular joint.