Kisi Kisi Ekologi Pangan Dan Gizasi

10
POLA PANGAN HARAPAN Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern (DDP) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energy tiap kelompok pangan (baik secara absolute maupun relative) dari suatu pola ketersedian dan konsumsi pangan. FAO – RAPA (1989) Mendefinisikan PPH sebagai komposisi dari kelompok – kelompok pangan utama yang ketika disiapkan untuk dikonsumsi sebagai makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori akan memberikan semua zat gizi dalam jumlah yang mencukupi. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah Penilaian kualitas konsumsi pangan berdasarkan keragaman dankeseimbangan komposisi energi dapat dilakukan dengan pendekatan PolaPangan Harapan (PPH). PPH merupakan kumpulan beragam jenis dan jumlahkelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pada komposisi yang seimbang (Hardinsyah, 2001) PPH pertama kali diperkenalkan oleh FAO-RAPA pada tahun 1988, yang kemudian dikembangkan oleh departemen pertanian republic Indonesia melalui tahap workshop yang diselenggarakan Departemen Pertanian bekerja sama dengan FAO. Tujuan utama penyusunan PPH adalah untuk membuat suatu rasionalisasi pola konsumsi pangan yang dianjurkan, yang terdiri dari kombinasi aneka ragam pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan sesuai cita rasa. Untuk pertama kali, PPH untuk kawasan Asia Pasifik dikembangkan berdasarkan data pola pangan (pola ketersediaan pangan) dari neraca bahan pangan karena bahan inilah yang mudah tersedia dan tersedia secara berkala setiap tahun. Sementara data konsumsi pangan dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik tidak tersedia secara terbuka. Dengan pendekatan PPH, keadaan perencanaan penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kecukupan gizi (Nutritional Adequacy), tetapi sekaligus mempertimbangkan keseimbangan gizi (Nutritional Balance) yang didukung oleh cita rasa (Palatability), daya cerna (Digestability), daya terima masyarakat (Acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli (Affortability). Kelompok Bahan Pangan Pada umumnya, telah diketahui bahwa 5 kelompok zat gizi, selain air yang essential diperlukan tubuh manusia adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral. Berbagai zat gizi ini

description

sasadsdaasd

Transcript of Kisi Kisi Ekologi Pangan Dan Gizasi

Page 1: Kisi Kisi Ekologi Pangan Dan Gizasi

POLA PANGAN HARAPAN

Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern (DDP) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energy tiap kelompok pangan (baik secara absolute maupun relative) dari suatu pola ketersedian dan konsumsi pangan. FAO – RAPA (1989) Mendefinisikan PPH sebagai komposisi dari kelompok – kelompok pangan utama yang ketika disiapkan untuk dikonsumsi sebagai makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori akan memberikan semua zat gizi dalam jumlah yang mencukupi.

Pola Pangan Harapan (PPH) adalah Penilaian kualitas konsumsi pangan berdasarkan keragaman dankeseimbangan komposisi energi dapat dilakukan dengan pendekatan PolaPangan Harapan (PPH). PPH merupakan kumpulan beragam jenis dan jumlahkelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pada komposisi yang seimbang (Hardinsyah, 2001)

PPH pertama kali diperkenalkan oleh FAO-RAPA pada tahun 1988, yang kemudian dikembangkan oleh departemen pertanian republic Indonesia melalui tahap workshop yang diselenggarakan Departemen Pertanian bekerja sama dengan FAO. Tujuan utama penyusunan PPH adalah untuk membuat suatu rasionalisasi pola konsumsi pangan yang dianjurkan, yang terdiri dari kombinasi aneka ragam pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan sesuai cita rasa.

Untuk pertama kali, PPH untuk kawasan Asia Pasifik dikembangkan berdasarkan data pola pangan (pola ketersediaan pangan) dari neraca bahan pangan karena bahan inilah yang mudah tersedia dan tersedia secara berkala setiap tahun. Sementara data konsumsi pangan dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik tidak tersedia secara terbuka.

Dengan pendekatan PPH, keadaan perencanaan penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kecukupan gizi (Nutritional Adequacy), tetapi sekaligus mempertimbangkan keseimbangan gizi (Nutritional Balance) yang didukung oleh cita rasa (Palatability), daya cerna (Digestability), daya terima masyarakat (Acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli (Affortability).

Kelompok Bahan PanganPada umumnya, telah diketahui bahwa 5 kelompok zat gizi, selain air yang essential diperlukan tubuh manusia adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral. Berbagai zat gizi ini disediakan oleh beragam pangan yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Sejumlah golongan pangan yang tersusun secara seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Golongan pangan tersebut mencakup :1. Padi-padian, meliputi beras, jagung, terigu, dan hasil olahanya.2. Umbi-umbian atau pangan berpati, meliputi ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu dan hasil

olahanya.3. Pangan hewani, meliputi ikan, daging, telur, susu, dan hasil olahanya.4. Minyak dan lemak, meliputi minyak kelapa, minyak jagung, minyak goring kelapa sawit dan

margarine.5. Buah dan biji berminyak, meliputi mete, kelapa, kenari, kemiri dan cokelat.6. Kacang-kacangan, meliputi kacang kedelai, kacang tanah, kacang tonggak, kacang polong.7. Gula, meliputi gula pasir, gula merah/mangkok, dan sirup.8. Sayuran dan buah-buahan, meliputi semua jenis sayuran dan buah-buahan.9. Lain-lain, meliputi bumbu-bumbu.

Perhitungan Skor PPH

Page 2: Kisi Kisi Ekologi Pangan Dan Gizasi

Skor PPH digunakan untuk mengetahui kualitas pangan dilihat darikeragamannya pola pangan, biasanya untuk menilai kualitas dari sisiketersediaan pangan. (Suyatno, 2009)Cara Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Untuk menghitung PPH, dapat mengikuti langkah langkah di bawah ini:1. Mengelompokkan jenis pangan ke dalam delapan kelompok pangan.2. Menghitung jumlah energi masing-masing kelompok pangan dengan DKBM (Daftar

Komposisi Bahan Makanan).3. Menghitung persentase masing-masing kelompok pangan terhadap totalenergi per hari.4. Skor PPH dihitung dengan mengalikan persen energi dari kelompok pangan dengan bobot.

Kriteria PPHKriteria Skor PPH sebagai berikut:1. Skor PPH < 78 : Segitiga Perunggu 2. Skor PPH 78- 88 : Segitiga Perak 3. Skor PPH > 88 : Segitiga Emas. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan bergiziseimbang. Jika skor konsumsi pangan mencapai 100, maka wilayah tersebutdikatakan tahan pangan.

Pengembangan Pola Konsumsi Pangan Pola konsumsi merupakan cara mengkombinasikan elemen konsumsi dengan tingkat

konsumsi secara keseluruhan (Magrabiet al., 1991). Dalam hal ini konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan komoditi-komoditi oleh rumah tangga. Menurut Kyrk (1933) sebagaimana dikutip oleh Magrabi, et al. (1991), terdapat 3 (tiga) cara untuk menjelaskan tigkat konsumsi, yaitu : (1) berdasarkan jenis atau macam dan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga; (2) menurut pengelompokan penggunaan komoditi; dan (3) menurut nilai (pengeluaran) dari komoditas yangdikonsumsi. Berdasar kategori konvensional, barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dikelompokkan ke dalam konsumsi pangan,perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan dan rekreasi.

Pola Konsumsi Pangan, adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorang perhari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Dari hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998, telah disusun Dasar Pengembangan Pola Konsumsi Pangan dalam rangka penganekaragaman pangan dengan menetapkan 2.200 Kkal per kapita per hari di tingkat konsumsi dan 2.500 Kkal per kapita per hari untuk tingkat ketersediaansebagai Angka Kecukupan Energi (AKE) Tingkat Nasional. Untuk mengetahui pola konsumsi masyarakat baik nasional maupun regional, AKE tersebut perlu diterjemahkan ke dalam satuan yang lebih dikenal oleh para perencana pengadaan pangan atau kelompok bahan pangan.

Penganekaragaman pangan dapat dilihat dari komponen-komponen sistim pangan, yaitu penganekaragaman produksi, distribusi dan penyediaan pangan serta konsumsi pangan. Dalam hal konsunmsi pangan permasalahan yang dihadapi tidak hanya mencakup keseimbangan komposisi, namun juga masih belum terpenuhinya kecukupan gizi.

Selama ini pangan yang tersedia baru mencukupi dari segi jumlah dan belum memenuhi keseimbangan yang sesuai dengan norma gizi. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, untuk mengukur keberhasilan upaya diversifikasi baik di bidang produksi, penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diperlukan suatu parameter. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH). Dengan PPH diketahui tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli. Dengan pendekatan PPH dapat

Page 3: Kisi Kisi Ekologi Pangan Dan Gizasi

dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan, dimana semakin tinggi skor pangan maka semakin beragam dan semakin baik komposisinya.

SISTEM PANGAN & GIZI

Keterkaitan gizi dengan berbagai faktor seperti pertanian, sosial, ekonomi, dan budaya maka perbaikan gizi masyarakat dilakukan dengan pendekatan sistem yang lazim. Suatu sistem adalah serangkaian komponen atau unsur yang saling terkait menuju suatu tujuan yang sama. Contoh : Tubuh manusia merupakan suatu sistem dengan komponen-komponen jaringan, organ-organ, saraf, pembuluh darah, dan sebagainya dengan tujuan menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Sistem pangan dan gizi mempunyai tujuan meningkatkan dan mempertahankan status gizi masyarakat dalam keadaan optimal. Sistem pangan dan gizi mempunyai empat komponen,yaitu:

1) Penyediaan panganUpaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri melalui upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan. Agar produksi pangan dapat dimanfaatkan setinggi-tingginya perlu diberikan perlakuan pascapanen sebaik-baiknya.Tujuan utama perlakuan pascapanen adalah menyiapkan hasil panen agar tahan disimpan untuk waktu jangka panjang tanpa mengalami kerusakan terlalu banyak dan dapat dipasarkan dalam kondisi baik. Dalam kenyataan perlakuan pascapanen pangan di Indonesia belum dapat dikatakan memuaskan.Banyak bahan pangan yang terbuang karena perlakuan yang kurang baik dalam berbagai tahap penanganan pascapanen. Kekurangan produksi pangan bila ada dipenuhi melalui impor, sedangkan terhadap kelebihan produksi dilakukan ekspor pangan. Impor dan ekspor pangan dilakukan melalui upaya perdagangan.

2) Distribusi panganAgar sampai kepada masyarakat luas dalam keadaan baik, distribusi pangan perlu memperhatikan aspek transportasi, penyimpanan, pengolahan, pengemasan, dan pemasaran. Tujuannya adalah agar pangan yang disediakan sampai di masyarakat secara merata, dalam keadaan baik, tidak banyak terbuang dan dengan harga yang dapat dijangkau.

3) Konsumsi makananKonsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini bergantung pula pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan masyarakat bersangkutan.

4) Utilisasi atau penggunaan makananPenggunaan makanan oleh tubuh bergantung pada pencernaan dan penyerapan serta metabolisme zat gizi. Hal ini bergantung pada kebersihan lingkungan dan ada tidaknya penyakit yang berpengaruh terhadap penggunaan zat-zat gizi oleh tubuh. Tujuan akhir dari konsumsi dan penggunaan baik makanan oleh tubuh adalah tercapainya status gizi tubuh yang optimal.

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN & GIZI

Page 4: Kisi Kisi Ekologi Pangan Dan Gizasi

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah sistem informasi yang dapat digunakan sebagai alat bagi pemerintah daerah untuk mengetahui situasi pangan dan gizi masyarakat. SKPG merupakan sistem penyedia informasi situasi pangan dan gizi secara teratur dan terus menerus untuk perumusan kebijakan, perencanaan, penentuan tindakan, dan evaluasi program pangan dan gizi.Kewaspadaan Pangan dan Gizi diartikan sebagai kesiapan secara terus menerus untuk mengamati, menemukan secara dini dan merespon kemungkinan timbulnya masalah kerawanan pangan dan gizi. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) merupakan suatu sistem pendeteksian dan pengolahan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang berjalan terus menerus. Informasi yang dihasilkan menjadi dasar perencanaan, penentuan kebijakan.

Tujuan SKPG1. Membangun/menyediakan data dan informasi situasi pangan yang mempengaruhi status gizi

pada skala rumah tangga, wilayah dan nasional.2. Membangun/menyediakan isyarat dini kemungkinan terjadinya ganguan ketersediaan

pangan yang dapat mengakibatkan kerawanan pangan dan gizi.3. Membangun/menyediakan kebijakan penyediaan kecukupan pangan4. Membangun/ menyediakan kebijakan tindakan penanggulangan kerawanan pangan.5. Menfasilitasi institusi lintas sektoral maupun swasta dalam menyusun program-program

yang mendukung ketahanan pangan.

Manfaat SKPG1. Bagi Kepala Daerah:

a) Sebagai dasar menetapkan kebijakan penanggulangan masalah pangan dan gizi dalam:b) Menentukan daerah prioritas.c) Merumuskan tindakan pencegahan terhadap ancaman krisis pangan dan gizi.d) Mengalokasikan sumberdaya secara lebih efektif dan efisien.e) Mengkoordinasikan program lintas sektor.

2. Bagi pengelola program :a) Penetapan lokasi dan sasaran.b) Menyusun kegiatan terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi sektor.c) Proses pemantauan pelaksanaan.d) Pelaksanakan kerjasama lintas sektor.e) Mengevaluasi pelaksanaan program.

3. Bagi masyarakata) Kemungkinan kejadian krisis pangan di masyarakat dapat dicegah.b) Ketahanan pangan ditingkat rumah tangga meningkat.c) Melindungi golongan rawan dari keadaan yang dapat memperburuk status gizi.

Indikator SKPG1. Indikator untuk pemetaan situasi pangan dan gizi 1 tahun di kecamatan,kabupaten/kota,

provinsi maupun nasional dengan menggunakan 3 indikatoryang digabungkan secara komposit yaitu:a) Indikator pertanian, dengan memperhatikan bahwa potensi pertanian pangan antar

wilayah sangat beragam maka akan didekati dengan beberapa alternatif yang mungkin dan cocok diterapkan pada suatu wilayah pengamatan.

b) Indikator kesehatan yaitu Prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP).

Page 5: Kisi Kisi Ekologi Pangan Dan Gizasi

c) Indikator sosial yaitu persentase keluarga miskin.2. Indikator untuk peramalan produksi secara periodik (bulanan, triwulan,musiman atau

tahunan) khusus untuk kondisi produksi pertanian yaitu:a) luas tanamb) luas kerusakanc) luas panen dan produktivitas

3. Indikator untuk pengamatan gejala kerawanan pangan dan gizi yaitu:kejadian-kejadian yang spesifik lokal (indikator lokal) yang dapat dipakaiuntuk mengamati ada/tidaknya gejala rawan pangan dan gizi.

Ruang Lingkup SKPGRuang lingkup kegiatan SKPG terdiri dari pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi serta investigasi mendalam (indepth investigation) bagi desa yang diindikasikan akan terjadi kerawanan pangan dan gizi. Hasil analisis SKPG dapat dimanfaatkan sebagai bahan perumusan kebijakan, perencanaan, penentuan intervensi atau tindakan dalam penanganan kerawanan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan baik di tingkat nasional, propinsi maupun di tingkat kabupaten.

Kewenangan Daerah dalam Pelaksanaan SKPG1. SKPG adalah salah satu system surveilens yang menjadi kewenangan pemerintah dan

daerah dalam bidang kesehatan dan pertanian (UU No 22 tahun 1999 dan PP No 25 tahun 2000).

2. SKPG merupakan kegiatan yang wajib tetap dilaksanakan oleh Propinsi dan Kabupaten/Kota sebagai wilayah administrasi kesehatan (SE Menteri Kesehatan 27 Juli 2000 No.1107/Menkes/E/VII/2000).

3. Daerah berwenang menyesuaikan SKPG sesuai keadaan setempat.

NERACA BAHAN MAKANAN

Neraca Bahan Makanan merupakan salah satu metode penilaian gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara tidak langsung merupakan metode penilaian dengan mengenali akar permasalah gizi dari segi sosial, ekonomi, budaya dan juga politik. Aspek-aspek yang termasuk dalam penilaian status gizi secara tidak langsung antara lain aspek sosial dan ekonomi, faktor kesehatan, aspek politik, geografi dan iklim, pengaruh kebudayaan dan isu-isu demografi.

Neraca Bahan Makanan sendiri mempunyai keterkaitan dengan ketersediaan makanan suatu wilayah, baik dari sisi produksi pangan dan akses makanan, yang secara tidak langsung mempengaruhi status gizi masyarakat di wilayah tersebut.

Penyusunan NBM mempertimbangkan :1. Posisi Pangan

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi manusia. Pangan juga menjadi komponen dasar dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Pangan memiliki fungsi dalam menjaga kestabilan politik dan sosial. Pangan sendiri merupakan suatu produk kebudayaan hasil adaptasi masyarakat yang melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya.Setiap negara melakukan pengamanan terhadap kebutuhan pangan penduduknya, karena melalui penguatan ketersediaan pangan dapat dilakukan perbaikan konsumsi pangan dan status gizi).

2. Regulasi Pangan

Page 6: Kisi Kisi Ekologi Pangan Dan Gizasi

(PP 68/2002 tentang Ketahanan Pangan, Inpres no. 5 tahun 2011 tentang pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi cuaca ekstrim, dan PP 38/2009 tentang tugas dan kewenangan pemerintah pusat dan daerah dalam urusan wajib pangan).

3. Kebijakan Pangan (Kebijakan umum pembangunan ketahanan pangan 2010-2014, DKP 2011)

Ketersediaan Pangan Ketersediaan makanan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan, baik dari produksi dalam

negeri maupun sumber lain. Ketersediaan pangan di suatu wilayah dapat diperoleh dari tiga sumber yaitu produksi lokal, pasokan pangan, dan pengelolaan cadangan makanan. Produksi pangan sendiri merupakan proses dalam menghasilkan, menyediakan, mengolah, membuat, mengemas, mengemas kembali dan mengubah bentuk makanan. Pengangkutan makanan merupakan sekumpulan proses dalam memindahkan makanan atau bahan pangan dari satu tempat ke tempat lain dengan cara atau sarana angkutan berkaitan dengan proses produksi makanan, peredaran makanan dan perdagangan makanan. Peredaran makanan merupakan proses penyaluran makanan ke masyarakat, baik dengan perdagangan maupun tidak. Perdagangan makanan adalah kegiatan pemindahtanganan makanan dengan memperoleh imbalan.

Ketersediaan pangan berfungsi untuk mejamin pasokan makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan disuatu wilayah dalam periode waktu tertentu (biasanya satu tahun) dapat diketahui dengan menyusun neraca bahan pangan (nasional dan regional).

Neraca bahan makanan merupakan alat kunci analisis yang menggambarkan data pangan dan pertanian di suatu negara, memberikan gambaran menyeluruh tentang pasokan makanan suatu negara dalam periode waktu tertentu, menunjukan ketersediaan secara nasional dari masing-masing jenis pangan.

Data dalam neraca bahan makanan disajikan dalam bentuk tabel dan jumlah pangan rata- rata yang tersedia untuk dikonsumsi oleh penduduk per kapita (kg/kap/tahun; gr/kap/hari; kal/kap/hari; gr protein/kap/hari; gr lemak/kap/hari.

Neraca Bahan makanan memberikan gambaran tentang sumber daya pangan dari segi pengadaan dan penyediaan serta utilitas atau penggunaan pangan. Komponen pengadaan pangan berasal dari produksi dalam negeri, stok dan impor, sedangkan komponen penyediaan pangan wilayah nantinya akan dikoreksi dengan ekspor.

Penyediaan pangan untuk dikonsumsi merupakan data penyediaan pangan wilayah yang telah dikoreksi dengan berbagai penggunaan seperti untuk pakan, bibit, industri makanan dan non-makanan serta yang tercecer.

Ketersediaan pangan wilayah dapat diukur secara kualitatif dengan menggunakan skor PPH (pola pangan harapan). Sebelum menghitung skor pola pangan harapan maka terlebih dahulu menghitung energi dan zat gizi bahan pangan, menghitung % energi dan zat gizi, % angka kecukupan energi dan zat gizi, kemudian dibandingkan untuk menghasilkan skor PPH.

Istilah yang perlu dipahami dalam ketersediaan pangan adalah rasio kecukupan atau Self Sufficiency Ratio (SSR) dan rasio ketergantungan impor atau Import Dependency Ratio (IDR). Rasio kecukupan menggambarkan seberapa besar produksi pangan atau komoditas tertentu dalam menyumbang atau dapat memenuhi ketersediaan pangan suatu wilayah. Rasio ketergantungan import adalah perbandingan impor dan net impor (impor dikurangi ekspor) terhadap ketersediaan pangan wilayah maupun ketersediaan pangan yang siap dikonsumsi.

Tujuan Penyusunan NBM1. Mengetahui gambaran pengadaan (produksi, stok, impor) makanan

Page 7: Kisi Kisi Ekologi Pangan Dan Gizasi

2. Mengetahui penggunaan dan ketersediaan makanan untuk konsumsi penduduk3. Memperoleh gambaran detail tentang ketersediaan makanan, swasembada pangan,

ketergantungan pada impor, efisiensi pasca panen, kompetisi penggunaan pangan untuk manusia dan ternak, kecenderungan produksi, ekspor, impor, stok pangan, maupun kualitas dan komposisi pangan yang tersedia.

Neraca Bahan Makanan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan pangan suatu wilayah secara menyeluruh dan secara operasional memberi gambaran proyeksi mengenai kebutuhan penyediaan dan produksi atau penyediaan pangan.

Mekanisme penyusunan Neraca Bahan Makanan1. Membentuk tim penyusun NBM yang bertugas mengumpulkan data dan menetapkan situasi

ketersediaan pangan.2. Mengumpulkan data yang diperlukan3. Konsolidasi data4. Penyusunan data oleh tim penyusun NBM5. Analisis ketersediaan pangan wilayah berdasarkan SKPD6. Pelaporan atau publikasi7. Advokasi8. Pemanfaatan NBM untuk menyusun perencanaan pangan wilayah.

Tabel NBM