Kewirausahaan Dewi Yuliana Dengan Titihardianti
-
Upload
ragwan-haddar -
Category
Documents
-
view
160 -
download
2
Transcript of Kewirausahaan Dewi Yuliana Dengan Titihardianti
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
AC Nielsen dalam Bob Foster untuk ritel diindonesia menemukan bahwa
loyalitas konsumen mudah berubah, konsumen rata-rata memeiliki tempat
berbelanja, empat took ritel perorang, konsumen cenderung ingin mencoba peritel
baru dan equity indeks perusahaan menurun. Terdapat fenomena baru pada
kelompok konsumen. Konsumen lebih menyenangi ritel modern, sebab disamping
menyediakan barang berkualitas, juga memiliki citra atau reputasi baik.
Secara garis besar ada 5 jenis usaha yang diungkapkan diatas yaitu usaha
ekstraktif, agraris, industry, perdagangan, dan jasa. Ke lima jenis usaha ini dapat
dirinci sedemikian rupa baik menurut lembaga yang mengusahakan, bentuk badan
hukum, besarnya usaha, komoditi yang diusahakan, maka akan muncul jenis usaha
yang luar biasa banyaknya. Usaha ekstrktif merupakan usaha yang bergerak dalam
bidang pertambangan atau bidang usaha yang menggambil langsung dari alam.
Untuk mengetahui banyaknya bidang usaha yang bisa dimasuki oleh
wirausaha baru, maka marilah kita lihat hubungan dalam bentuk circular flow
antara rumah tangga produsen (RTK), dan rumah tangga konsumen (RTK)
Bila RTP mengalami kemajuan, maka akan berdampak positif terhadap
kemajuan RTK. Pendapatan perkapita RTK akan meningkat, daya berlinya pun
akan meningkat. Apabila daya beli masyarakat meningkat maka hasil produksi
yang diproduksi oleh RTP akan diserap oleh masyarakat. Kerjasama RTP dan
RTK ini berjalan sepanjang masa dalam bentuk circular flow yang saling
menunjang kemajuan
b. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengembangan wawasan jenis bidang usaha....?
2. Bagaimana cara merintis usaha wirausaha baru.....?
3. apakah fungsi-fungsi dari pedagang besar.....?
4. bagaimana pengklasifikasian pedagang eceran....?
5. jelaskan kelebihan dan kelemahan dari pedagang eceran......?
c. tujuan
1. untuk mengetahui pengembangan wawasan jenis bidang usaha
2. mengetahui cara merintis usaha wirausaha baru
3. mengetahui fungsi-fungsi dari pedagang besar
4. mengetahui pengklasifikasian pedagang eceran
5. mengetahui kelebihan dan kelemahan dari pedagang eceran
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengembangan wawasan jenis bidang usaha
Sangat banyak usaha yang bias digarap, mana yang akan dipilih sangat
bergantung pada beberapa hal, antara lain :
a. Minat seseorang, misalnya berminat dalam bidang industry atau kerajinan dan
perdagangan/jasa.
b. Modal,apakah sudah tersedia modal awal atau belum, atau apa saja yang
sudah dimiliki.
c. Relasi, apakah ada keluarga, teman, yang sudah menekuni usaha yang sama
atau usaha yang akan dikerjakan ada relavansi/saling menunjang dengan
usaha tersebut.
d. Dan berbagai peluang lainnya.
Untuk mengetahui banyaknya bidang usaha yang bisa dimasuki oleh
wirausaha baru, maka marilah kita lihat hubungan dalam bentuk circular flow
antara rumah tangga produsen (RTK), dan rumah tangga konsumen (RTK)
Alam, tenaga kerja, modal, skill (jual beli tanah, pelatihan,
kursus, perbankan )
Rente, upah, bunga, laba
Daya beli
Lembaga keungan perbankan, koperasi
Barang dan jasa
Agen, grosir, retail,jasa angkutan
Bila RTP mengalami kemajuan, maka akan berdampak positif terhadap
kemajuan RTK. Pendapatan perkapita RTK akan meningkat, daya berlinya pun
akan meningkat. Apabila daya beli masyarakat meningkat maka hasil produksi
yang diproduksi oleh RTP akan diserap oleh masyarakat. Kerjasama RTP dan
RTK ini berjalan sepanjang masa dalam bentuk circular flow yang saling
menunjang kemajuan.
Secara garis besar ada 5 jenis usaha yang diungkapkan diatas yaitu usaha
ekstraktif, agraris, industry, perdagangan, dan jasa. Ke lima jenis usaha ini dapat
dirinci sedemikian rupa baik menurut lembaga yang mengusahakan, bentuk badan
hukum, besarnya usaha, komoditi yang diusahakan, maka akan muncul jenis usaha
yang luar biasa banyaknya. Usaha ekstrktif merupakan usaha yang bergerak dalam
bidang pertambangan atau bidang usaha yang menggambil langsung dari alam.
Usaha agraris mencakup berbagai usaha pengelolaan kebun, perdagangan
hasil-hasil pertanian yang dapat diusahakan untuk setiap produk yang dihasilkan
oleh pertanian atau perkebunan dan peternakan. Industry juga dapat dirinci dalam
RTP(badan usaha eekstraktif, agraris, industry, perdagangan, jasa )
RTK( lembaga pendidikan, kursus, pelatihan,Sekolah formal )
bentuk berbagai jenis komoditif yang dihasilkan dan besar kecilnya industry yang
diusahakan.
2. Rintisan usaha wirausaha baru
Depanker bekerjasama dengan LSM dan koperasi konsultasi bisnis jawa barat,
telah beberapa angkatan mengadakan pembinaan wirausaha baru. Pesertanya
adalah remaja putus sekolah, tamatan perguruan tinggi yang belum bekerja dan
karyawan yang kene pemutusan hubungan kerja.
Pada akhir masa pembinaan, peserta ditugaskan untuk magang pada
beberapa unit usaha. Setelah magang selsesai, mereka berkelompok membuka
usaha baru. Modal awal disediakan oleh depnaker. Di dalam pelatihan wirausaha
baru yang dikembangkar oleh depnaker.
Proses dan karakteristik orang yang berpotensi menjadi kaya adalah sebagai
berikut :
OPERASIONALISASI
3. Perdagangan besar
Perdagangan besar ialah segala aktivitas marketing yang menggerakan
barang-barang dari produsen ke pedagang eceran atau ke lembaga-lembaga
marketing lainnya. Jika dilihat dari proses marketing yang meliputi konsentrasi,
IDE + KEMAMPUAN + RELASI
Peluang usaha
Hemat dan menabung Manajemen usaha Kerja keras
KAYA
equasi, dan distribusi, maka proses pengumpulan dan pengembangan (konsentrasi
dan equasi dilakukan oleh perdagangan besar sebagai berikut :
P
K
Konsentrasi equasi distribusi
Perdagangan besar
besar
perdaganga eceran
kecil
Skema proses marketing
Pada bagian kiri ada proses konsentrasi, artinya barang-barang yang akan
dipasarkan akan dikumpulkan terlebih dahulu seperti para
tengkulak/perantara atau KUD, dolog yang mengupulkan beras kemudian
mencari informasi daerah yang memerlukannya, ini disebut equasi. Akhirnya
terjadi proses distribusi yaitu beras dikirim menurut jumlah dan kualitas
sesuai dengan informasi yang telah dikumpulkan.
Untuk meneliti apakah kegiatan distribusi itu merupakan kegiatan
perdagangan besar atau bukan, ada 3 macam sifat yang bias diperhatikan :
1. Motif pembelian
Moitif pembelian memiliki tujuan bahwa bukan yang dikonsumsi, tetapi
untuk dijual kembali dengan memperoleh keuntungan.
2. Jumlah pembelian
Kita mengenal beberapa kategori, konsumen :
Commercial consumers
Industrial consumers and
Governmental consumers.
Pembelian perdagangan eceran ialah pembelian yang dimaksudkan
untuk diri-sendiri atau keluarga sendiri/kawan sendiri sedangkan
pembeli perdagangan besar ialah pembelian sejumlah besar
barang yang bukan dimaksudkan untuk diri sendiri atau keluarga
sendiri/kawan sendiri.
3. Cara-cara usaha dari perusahaan tersebut
Mengenai cara berusaha ada beberapa criteria, yaitu :
Perdagangan besar mempunyai usaha yang diskriminatif, hanya
melayani perdagang eceran, tidak melayani semua konsumen.
Transaksi perdagangan besar adalah besar, dalam arti lebih besar
dari kebutuhan sehari-hari.
Harga-harga dapat berubah sesuai situasi. Bukan one price policy
seperti pada pedagang, tetapi dapat diadakan korting, kredit, cara-
cara pengiriman dan sebagainya.
Penggolongan grosir.
Grosir dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Grosir yang berfungsi terbatas, terdiri dari
Pengiriman barang
Pengiriman barang atau disebut juga pengiriman barang ke pabrik (mill
shippers) adalah pedagang besar yang tidak memiliki gudang, mereka membeli
barang kemudian lansung mengirimkan kepada langganannya. Pada umumnya
mereka bergerak dibidang agro bisnis ( pertanian dan perkebunan).
Perdagangan dengan truk wagon or truck jobber)
Pedagang yang mengusahakan truk, membawa barang, kemudian
menyerahkannya sewaktu melewati pedagang eceran disekitar kota besar dan
kota kecil. Pedagang ini bergerak terutama untuk barang-barang tidak tahan
lama seperti daging, hasil pertanian, bumbu masak dan kadang-kadang
perlengkapan mobil.
Pengecer yang sama-sama memiliki grolsir ( retails owned cooperative
wholesalers).
Sekelompok pedagang eceran mengusahakn sendiri took grosir dengan maksud
menekan biaya dan dapat membeli barang dengan harga yang lebih rendah.
Mereka memiliki seorang menajer yang akan mengurus tokohnya. Berfungsi
secar cooperative sebagai pedagang besar atau melakukan fungsi perdagangan
yang lainnya secara bersama.
Kelompok suka rela bergabung dengan grosir ( voluntary group whole-salers).
Kelompok ini terdiri dari sekumpulan took-toko eceran yang dimiliki secara
bebas oleh pengusaha-pengusahanya yang dengan suka rela bergabung dengan
seorang pedagang besar untuk pembelian, reklame dan aktivitas-aktivitas
lainnya.
2. Pengumpulan hasil pertanian, macamnya antara lain :
Pembeli local khusus ( private resident buyers) merupakan dealer local yang
terdiri sendiri dan kadang-kadang merupakan wakil dari dealer dan produsen.
Pembeli yang berkeliling mendatangi perusahan pertanian satu-persatu atau
membuka tempat pengangkutan local agar dapat membeli hasil para petani
seperti buah-buahan, sayuran, telor , kapas, beras dan ternak.
Saudagar dengan truk (merchant trucker) menggunkan truk sebagai
pengangkut dengan membeli buah-buahan, sayur, telor, ternak dan menjual
langsung kepada pabrik, grosir dan pedagang eceran.
Pembeli berdasarkan perintah (order buyers) yang memiliki para grosir pasar
sentral dan distributor, mereka membel berdasarkan perintah dari pemberi
tugas dengan kualitas tertentu, dengan kata lain menjadi agen perantara.
3. Menurut jenis yang barang yang diperdagangkan, terdiri atas :
a. Grosir barang umum (general line) dapat memenuhi setiap kebutuhan
pedagang eceran karena mempunyai bermacam-macam produk dan
mengambil keuntungan dari order yang cukup besar, misalnya sabun, rokok,
kertas dan lain-lain.
b. Grosir barang khusus (specialty wholeshalers) bergerak dibidang penjualan
bahan pangan dan obat-obatan seperti pakaian jadi. Karena mengkhususkan
diri di dalam penjualan barang, biasanya dapat menguasai pengetahuan barang
yang diperdagangkannya.
4. Menurut lapangannya.
Grosir melayani pabrik (mill supply wholesalers atau industrial distributors).
Mereka menjual berbagai barang hasil industry yang dibelinya dipabrik-
pabrik.
Penjual barang khusus ke pabrik ( single line wholesalers). Grosir ini
memperdagangkan produk khusus untuk dijual kepada bermacam-macam
pembeli industry dan bertindak sebagai drop shipper contohnya grosir kertas.
5. Menurut daerah yang dioperasi atau daerah yang dilayaninya.
Grosir tiongkat nasional (national wholesalers) yaitu grosir yang daerah
kerjanya meliputi wilayah seluruh Negara.
Grosir tingkat provinsi ( regional wholesalers) grosir yang tidak berusaha
untuk mendistribusikan produk-produk mereka ke seluruh Negara, tetapi
hanya menjangkau daerah luas meliputi seluruh Negara, tetapi hanya
menjangkau daerah luas meliputi seluruh daerah bagian atau propinsi.
Grosir local ( local wholesalers) daerah kerjanya pada sebuah kota besar atau
bagian dari ko ta yang letaknya berdekatan.
Fungsi-fungsi pedagang besar.
Fungsi-fungsi pedagang besar ini ialah :
Pengumpulan dan penyebaran ( assembling dan distributing).
Inilah fungsi utama grosir, mereka berusaha mengumpulkan barang dari berbagai
produsen kemudian menyebarkan ke pedagang eceran.
Pembelian dan penjualan ( buyers and selling ).
Kegiatan pembelian sangat menentukan kelencaran grosir untuk
mengembangkan tugas dan tanggung jawab menyampaikan barang dan jasa ke
konsumen.
Pemilihan barang ( selection of goods)
Pemilihan barang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembeli dan penjualan
sebab grosir melakukan pemilihan terutama berdasarkan jenis, mutu dan harga
barang pilihannya.
Pemberian credit (financing)
Dalam hal ini, fungsi kredit sangat memegang peranan penting umumnya
dalam hasil industry yang ditampung grosir.
Penyimpanan (storage)
Penyimpanan merupakan fungsi grosir yang tidak dapat diabaikan apalagi
dengan semakin jauhnya konsumen.
Pengangkutan ( transportation)
Mengingat jauhnya pedagang eceran dan konsumen yang harus ditemui oleh
grosir maka fungsi pengangkutan sangat penting bagi kelancaran
penyampaian pada pedangan eceran atau konsumen.
4. Perdagangan enceran
A. Pengertian perdagangan eceran
Perdagangan eceran atau retailing adalah sebagai suatu usaha kegiatan
menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Perdagangan ecearan adalah
mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen sampai kepada
konsumen.
Sedangkan pedagang eceran adalah orang-orang atau took yang kerja
utamanya mengecerkan barang. Perdagangan eceran ini sangat penting artinya
bagi produsen, karena melalui pengecer produsen mendapat informasi berharga
tentang barangnya. Produsen dapat menginterview pengecer bagaimana
komentar konsumen, mengenai bentuk, rasaa, daya tahan, harga dan segala
sesuatu menegenai produknya. Juga dapat diketahui mengenai kekuatan
saingan.
B. Klasifikasi perdagangan eceran
Perdagangan eceran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Perdagangan eceran besar
Perdagangan eceran kecil, terdiri :
Eceran kecil berpangkalan
Eceran kecil tidak berpankalan.
C. Persaingan tajam dari berbagai jenis took eceran
Persaingan pada tingkat perdagangan eceran dinegara kita sangat ketat,
karena diizinkannya perdagangan eceran asing beroperasi. Izin ini diberiokan
dalam globalisasi yang telah disepakati oleh masyarakat regional dan
international.
Setelah beberapa pebisnis ritel asing masuk ke Indonesia, maka pelaku
bisnis ritel dapat dikelompokkan menjadi empat :
Kelompok kecil dan hypermarket
Kelompok supermarket/departementstore
Kelompok mini market modern
Peritel kecil tradisional
AC Nielsen dalam Bob Foster untuk ritel diindonesia menemukan bahwa
loyalitas konsumen mudah berubah, konsumen rata-rata memeiliki tempat berbelanja,
empat took ritel perorang, konsumen cenderung ingin mencoba peritel baru dan
equity indeks perusahaan menurun. Terdapat fenomena baru pada kelompok
konsumen. Konsumen lebih menyenangi ritel modern, sebab disamping menyediakan
barang berkualitas, juga memiliki citra atau reputasi baik.
Kotler dalam Bob Foster membagi tipe-tipe pedagang eceran menjadi tiga
bagian besar yaitu :
1. Store retailer (pedagang eceran bertoko)
a. Speciality store/toko khusus
b. Departemen store/toko serba ada
c. Supermarket/took swalayan
d. Convenience store/took barang kebutuhan sehari-hari
e. Superstore, combination store and hypermarket / took super, took gabungan
dan hypermarket.
f. Discount store/took pembeli potongan harga
g. Off price retaller/took gudang
h. Catalog showroom/ruang pamer catalog
2. Non store retailer (pedagang eceran bukan too)
a. Direct selling (penjualan langsung)
b. Direct marketing (pemasaran langsung)
c. Automatic vending machine (mesin penjaja otomatis)
d. Buying service (pelayanan pembeli)
3. Retailer organization (organisasi pedagang ecen)
a. Corporate chain (mata rantai perusahaan)
b. Voluntary chain and retail cooperative(rantai suka rela dan kooperasi
pedagang ceran)
c. Customer cooperative ( koperasi konsumen)
d. Franchise organization (organisasi hak guna paten/franchise)
e. Merchandising conglomerate (conglomerate dagang)
Beberapa tipe yang perlu dijelaskan
Discount store, menjual barang standar dengan harga lebih rendah daripada
pedagang konvensional, marjin rendah dan volume penjualan tinggi .
Off price retailer ( toko gudang), disini harga rendah, volume penjualan tinggi,
dengan layanan minim.
Non store retailing
Pengecer yang tidak berbentuk took adalah :
a. Direct selling, ini adalah penjualan dari pintu ke pintu dari rumah ke rumah,
penjualan ditempat pertemuan misalnya ibu-ibu arisan perkantoran. Ada
beberapa bentuk direct selling yaitu one-to-oneseling yaitu mengarahkan
penjualnya ke satu pembeli potensial. Ada juga model one to many selling atau
one to party selling, seorang wiraniaga mengunjungi suatu kelompok calon
konsumen.
b. Direct marketing, ini berasal dari kegiatan direct-mail dan penyebaran catalog,
termasuk ke dalamnya kegiatan telemarketing dengan menggunakan media
televisi dan electronic shopping melalui internet.
c. Automic veading machine, ini merupakan mesin otomatis, yang melayani
pembeli menggunakan uang koni. Penjualan melalui mesin ini adalah untuk
barang-barang yang dibeli secara impulse, atau emotional buying motive, seperti
rook, permen, Koran, soft drink. Mesin ini buka selama 24 jam.
d. Buying service merupakan suatu bentuk eceran yang dikoordinasi oleh agen
pembelian untuk melayani kelompok-kelompok pembeli besar seperti sekolah,
rumah sakit dan sebagainya.
Retail organization, yaitu organisasi pedagang eceran dapat berbentuk :
a. Corporate chain adalah dua gerai atau lebih yang umumnya dimiliki dan dikontrol,
menjual produk yang sama, dikirim dari kantor pusat, dan mungkin menggunakan
motif arsitektur yang seragam.
b. Voluntary chain, terdiri atas kelompok pedagang eceran dalam pembelian besar
dan barang dagangan umum.
c. Retail cooperative terdiri Atas kelompok pedagang eceran yang membentuk
sebuah organisasi pembelian terpusat dan melakukan promosi bersama.
d. Consumer cooperative, ini merupakan suatu toko eceran yang dimiliki oleh para
konsumen dengan menghimpun modal bersama mereka juga bisa membangun
pabrik sendiri untuk dijual pada toko koperasi konsumsi ini.
e. Franchise organization ini merupakan organisasi yang memperoleh hak guna
paten, dari franchiser untuk menjual produk sesuai dengan petunjuk dan peraturan
serta kondisi yang telah ditetapkan.
f. Merchandising conglomerate atau konglomerat dagang, merupakan bentuk bebas
dari perusahaan yang mengkombinasikan beberapa lini pedagang eceran yang
terdiversifikasi dibawah satu kepemilikan dan mengintegrasikan fungsi-fungsi
distribusi dan manajemennya.
Keuntungan dan kelemahan perdagangan eceran
Beberapa keuntungan dari perdagangan eceran kecil adalah :
a. Modal yang diperlukan adalah keci8l dan rehabilitasnya besar.
b. Pedagang-pedagang eceran kecil menganggap bahwa pendapatnya dari usaha itu
merupakan pendapatan tambahan atazu kadang-kadang hanya iseng atau mengisi
waktu lowong terutama pada daerah musiman.
c. Tempat kedudukan pedagang-pedagang eceran kecil biasanya paling strategis.
Mereka slalu mendekatkan the center of consumers.
d. Hubungan antara pedagang eceran kecil dan konsumen adalah kuat misalnya kita
lihat pembeli-pembeli pada warung-warung kopi mengadakan obrolan yang intim
sekali dengan pemiliknya.
Factor-faktor kelemahan
Kelemahan yang terdapat pada perdagangan eceran kecil ini ialah :
Keahlian kurang
Administrasi dalam arti pembukuan tidak diperhatikan, sehingga kadang-
kadang habis dimakan.
Pedagang kecil tidak mampu mengadakan sales promotion.
Factor-faktor yang mendorong majunya toko eceran.
Banyak sekali factor yang mendorong toko-toko eceran kea rah kemajuan,
antara lain :
a. Lokasi/tempat toko eceran.
Tempat yang strategis dari toko eceran ini sangat besar pengaruhnya kepada
kemajuan kelancaran penjualan barang pada toko tersebut. Apabila toko-toko itu
terletak pada tempat yang terpencil harganya akan lebih mahal dibandingkan
dengan toko-toko yang letaknya di daerah ramai. Pemilihan lokasi ini sangat
penting karena akan mempengaruhi tingkat profitabilitas dan kontinuitas usaha
dalam jangka panjang. Menurut kotler dalam Bob Foster, retailing are accustomed
to saying that the three keys to success are location, location and location. Jadi tiga
kunci sukses bagi toko eceran adalah lokasi, lokasi dan lokasi.
b. Kelengkapan barang.
Lengkapnya barang pada toko-toko eceran akan sangat menarik bagi
konsumen. Ragam produk yang akan diujal harus disesuaikan dengan pasar
sasaran, siapa konsumen kita, disamping ragam barang, factor yang lain juga harus
dipertimbangkan ialah jumlah barang yang disediakan, kualitas, model. Ada lima
prinsip yang perlu diperhatikan mengenai barang yang harus disediakan yaitu :
The right merchandise
In the right place
At the right time
At the right price
In the right quantities.
c. Ketepatan harga
Strategi toko eceran menetapkan kebijakan harga antara lain adalah untuk
menarik langganan, tokonya terkenal sebagai tokoh murah, sehingga toko
mendapat tempat di hati konsumen, sehingga citra toko meningkat, dapat
mengatasi saingan sarta volume penjualan meningkat.
d. Suasana toko
Atmosfir adalah suasana tokoh yang meliputi berbagai tampilan interior,eksterior,
tata letak, lalu lintas internal toko, kenyaman, udara, bau, layanan, music dan lain-
lain yang dapat menimbulkan daya tarik bagi konsumen dan membuatnya betah
serta membangkitkan keinginan untuk membeli.
Beberapa hal penting dari aspek tersebut adalah :
Eksterior meliputi keseluruhan bangunan fisik yang dapat dilihat dari bentuk
bangunan, pintu masuk, tangga dan lain-lain.
Interior meliputi estetika toko, desain ruangan, dan tata letak toko
Layaout meliputi pengaturan fisik, penempatan barang, perlengkapan tetap
sehingga memberikan gerak dengan arah tertentu sambil melihat pajangan dengan
disorot oleh lampu dengan cahaya menarik.
Karyawan. Ini adalah ujung tombak terjadinya transaksi yang menimbulkan rasa
puas atau tidak.
5.Pedagang kaki lima
a. Pengertian pedagang kaki lima
Menurut pengamatn dari Fakultas Hukum Unpar dalam hasil penelitiannya
yang berjudul “masalah pedagang kaki lima di kotamadya bandung dan
penertibannya melalui operasi TIBUM 1980”, menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan pedagang kaki lima ialah orang ( pedagang-pedagang)
golongan ekonomi lemah yang berjualan barang kebutuhan sehari-hari,
makanan atau jasa dengan modal yang relative kecil, modal sendiri atau modal
orang lain, baik berjualan ditempat terlarang atau tidak.
Ada yang menytakan bahwa istilah pedagang kaki lima berasal dari orang
yang berdagang yang menggelar barang dagangannya, mereka cukup
menyediakan tempat darurat, seperti bangku-bangku yang biasanya yang
berkaki empat, ditambah dengan sepasang kaki pedagang hingga berjumlah
lima, maka timbullah julukan pedagang kaki lima.
Adapun cirri-ciri pedagang kaki lima ialah
Kegiatan usaha, tidak terorganisir dengan baik
Tidak memiliki surat izin usaha
Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha
maupun jam kerja.
Bergerombol ditrotoar, ditepi-tepi jalan protocol, dipusat dimana banyak
orang ramai.
Menjajakan barang dagangannya sambil berterika kadang-kadang berlari
mendekati konsumen.
PKL memiliki karakteristik pribadi wirausaha, antara lain mampu
mencari dan menangkap peluang usaha, memiliki keuletan, percaya diri dan
kreatif serta inovatif.
PKL mempunyai potensi yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan
sebagai berikut :
PKL tidak dapat dipisahkan dari unsure budaya dan eksitensinya tidak
dapat dihapus.
PKL dapat dipakai sebagai penghias kota apabila ditata dengan baik.
PKL menyimpan potensi pariwisata
PKL dapat menjadi pembentuk estetika kota apabila didesain dengan
baik.
6. Franchising (waralaba)
Hisrich-Peters (1995:513) memberikan defenisi bahwa franchising
didefenisikan sebagai pelimpahan dari pabrikan atau distributor suatu produk
atau jasa yang diberikan kepada agen-agen local atau pengecer dengan
membayar sejumlah royalty.
Defenisi lain diberikan oleh Bygrave franchising merupakan sebuah peluang
bisnis dimana pemilik, produsen atau distributor sebagai franchisor dari barang
dan jasa atau merek tertentu memberi hak kepada individu atau franchising untuk
menjadi agen local dari barang dan jasa dan sebagai imbalannya meneriman
pembayaran atau royalty yang telah ditetapkan.
Orang yang memberikan franchising disebut franchisor sedangkan orang yang
menerima franchising disebut franchisee setelah adanya perjanjian perlimpahan
franchising ini maka terbuka peluang bagi franchisee untuk memasuki bisnis
baru dan mempunyai kesempatan untuk sukses.
a. Apa saja yang dapat dijadikan franchising
Produk-produk yang dapat dijadikan franchising adalah :
Barang atau jasa yang telah mempunyai pasaran luas dan citra unggul
Formula paten atau desain tertentu
Nama dagang atau merek dagang
Konsultan manajemen keungan atau pengawasan
Promosi advertising dan pembelian
Kantor pusat pelayanan
b. Keuntungan franchising
Keuntungan franchising adalah resiko yang ditangggung tidak sebesar
memulai usaha baru dari awal. Keuntungannya antara lain:
Produk yang ditawarkan telah memasuki pasaran yang luas dan diterima
oleh umum
Franchising tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untik memperkenalkan
kredibilitas perusahaan induknya
Keahlian manajemen karena pengalaman sudah lama dari franchisor dia
dapat memberikan bantuan manajemen kepada franchise.
Kelengkapan modal ini mencakup fasilitas perlengkapan, tata letak,
control persediaan dan sebagainya.
Pengetahuan tentang pasar
Pengawasan
Sebagai kesimpulan dari uraian diatas ialah umumnya waralaba
dibedakan menurut tiga karakteristik :
Pemberi waralaba memiliki merek dagang atau jasa dan memberi lisensi
kepada pewaralaba dengan imbalan royalty
Pewaralaba diharuskan membayar kewajiban untuk menjadi bagian
system tersebut
Pemberi waralaba (franchisor) menyediakan suatu system pemasaran
dan system operasi untuk menjalankan kegiatan bisnis.
7. Intrapreneurship
Intrapreneurship berarti entepreneurship di dalam struktur bisnis yang sudah
ada. Intrapreneurship merupakan jembatan yang menghubungkan jurang ilmu
pengetahuan dan pasar.
Suatu pengertian yang lebih lengkap tentang intrapreneurship adalah suatu
metode untuk mengstimulasi individu di dalam organisasi yang mempunyai
pemikiran bahwa dia dapat melakukan sesuatu yang tampil beda dan hasil lebih
baik.
a. Beberapa bentuk iklim organisasi yang mendorong intrapreneuship
Bagaimana caranya mengembangkan intrapreneuship dalam suatu
organisasi. Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan factor-faktor tertentu
dan karakteristik kepemimpinan dalam suatu perusahaan antara lain :
Ada dorongan dari organisasi untuk menggunakan teknologi baru
Mendorong karyawan untuk memunculkan ide-ide baru
Mendorong karyawan untuk melakukan eksperimen dan trial and error
sampai mencapai keberhasilan.
Bila terjadi kegagalan tidak dipermasalahkan
Tersedianya sumber daya yang akan digunakan
b. Karakteristik kepemimpinan intrapreneurship
Di dalam lingkungan diperlukan beberapa karakteristik tertentu bagi
seseorang untuk menjadi intrapreneurship yang berhasil, yaitu :
Mengerti lingkungan hal ini terutama menyangkut kreativitas
seseorang
Memiliki visi masa depan dan fleksibel
Menciptakan berbagai pilihan
Membentuk tim kerjasama yang terdiri dari berbagai bidang keahlian.
Mendorong adanya diskusi terbuka.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
Pengembangan jenis bidang usaha antara yaitu (minat seseorang, Modal,
Relasi dan berbagai peluang lainnya)
Perdagangan besar ialah segala aktivitas marketing yang menggerakan
barang-barang dari produsen ke pedagang eceran atau ke lembaga-
lembaga marketing lainnya. Jika dilihat dari proses marketing yang
meliputi konsentrasi, equasi, dan distribusi, maka proses pengumpulan
dan pengembangan (konsentrasi dan equasi dilakukan oleh perdagangan
besar
Fungsi-fungsi pedagang besar adalah (Pengumpulan dan penyebaran,
Pembelian dan penjualan, dan Pemilihan barang
Perdagangan eceran dapat diklasifikasikan yaitu pedagang eceran besar,
Perdagangan eceran kecil, terdiri :Eceran kecil berpangkalan dan Eceran
kecil tidak berpankalan
Keuntungan dan kelemahan pedagagng eceran
Keuntungan yaitu modal yang diperlukan kecil, menganggap
keuntungan yang diperoleh hanya sebagai pendapatan tambahan,
memiliki tempat yang paling strategis dan hubungan dengan
konsumen kuat
Kekurangan yaitu keahlian kurang, pembukuan tidak
diperhatikan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul hamid rasyad, 2003, menjadi milyader muslim, pustaka alkautsar, jakarta
Bangs Jr, David H, 1995. Pedoman langkah awal menjalankan usaha
Bukhari alma. 2004. Pengantar bisnis. Penerbit CV alfabeta, bandung
Dedi supriadi, 1994, kreatifitas kebudayaan dan perkembangan IPTEK. Penerbit CV alafabet, bandung
Geofrey G. Meredith et al. 1992. Kewirausahaan teori dan praktek. Seri manajemen no.97. PT Pustaka binaman pessindo
Marbun BN .1993, Kekuatan dan kelemahan dan kelemahan perusahaan kecil . PT pustaka Binaman Presindo , Jakarta
TUGAS
MAKALAHKEWIRAUSAHAAN
“PROFIL USAHA”
KELOMPOK 13
DEWI YULIANA : A 251 09 040
TITIHARDIANTI : A 251 09 017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012