Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32...

71
81 BAB 4 PENGELOLAAN SEKOLAH BERPOLA ASRAMA SEMINARI MENENGAH PETRUS VAN DIEPEN SORONG Profil Wilayah Penelitian Gambaran Umum Kabupaten Sorong Secara administrasi Kabupaten Sorong terletak di bagian Barat Provinsi Papua dengan luas wilayah 13.603,46 km2 yang terbagi dalam wilayah daratan seluas 845,71 km2 dan wilayah lautan seluas 514,65 km 2 . Letak geografis Kabupaten Sorong adalah 130 o 40‟ 49” – 132 o 13‟ 48” Bujur Timur dan 00 o 33‟ 42” – 01 o 35‟ 29” Lintang Selatan. Wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Sorong terdiri dari 19 distrik, 13 kelurahan dan 121 desa/kampung. Sedangkan batas administratif Kabupaten Sorong adalah: (BPS Kabupaten Sorong, 2012) a. Sebelah Barat : Kabupaten Raja Ampat b. Sebelah Timur : Kabupaten Manokwari c. Sebelah Utara : Kabupaten Raja Ampat d. Sebelah Selatan : Kabupaten Sorong Selatan Secara demografis, jumlah penduduk Kabupaten Sorong mencapai 73.088 Jiwa dengan komposisi 53,10% (38.803 Jiwa) merupakan penduduk Laki-laki, dan 46,90% (34.285 Jiwa) adalah penduduk berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian sex ratio penduduk Kabupaten Sorong adalah 113,18. Jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Sorong berada di Distrik Aimas yaitu sebanyak 21.039 jiwa dan Distrik Mariat, yaitu sebanyak 10.920 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 5,37 km 2 (Tabel 4.1).

Transcript of Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32...

Page 1: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

81

BAB 4

PENGELOLAAN SEKOLAH BERPOLA

ASRAMA SEMINARI MENENGAH

PETRUS VAN DIEPEN SORONG

Profil Wilayah Penelitian

Gambaran Umum Kabupaten Sorong

Secara administrasi Kabupaten Sorong terletak di bagian Barat

Provinsi Papua dengan luas wilayah 13.603,46 km2 yang terbagi dalam

wilayah daratan seluas 845,71 km2 dan wilayah lautan seluas 514,65

km2. Letak geografis Kabupaten Sorong adalah 130o 40‟ 49” – 132o 13‟

48” Bujur Timur dan 00o 33‟ 42” – 01o 35‟ 29” Lintang Selatan. Wilayah

administrasi Pemerintahan Kabupaten Sorong terdiri dari 19 distrik, 13

kelurahan dan 121 desa/kampung. Sedangkan batas administratif

Kabupaten Sorong adalah: (BPS Kabupaten Sorong, 2012)

a. Sebelah Barat : Kabupaten Raja Ampat

b. Sebelah Timur : Kabupaten Manokwari

c. Sebelah Utara : Kabupaten Raja Ampat

d. Sebelah Selatan : Kabupaten Sorong Selatan

Secara demografis, jumlah penduduk Kabupaten Sorong

mencapai 73.088 Jiwa dengan komposisi 53,10% (38.803 Jiwa)

merupakan penduduk Laki-laki, dan 46,90% (34.285 Jiwa) adalah

penduduk berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian sex ratio

penduduk Kabupaten Sorong adalah 113,18. Jumlah penduduk

terbanyak di Kabupaten Sorong berada di Distrik Aimas yaitu sebanyak

21.039 jiwa dan Distrik Mariat, yaitu sebanyak 10.920 jiwa dengan

tingkat kepadatan penduduk 5,37 km2 (Tabel 4.1).

Page 2: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

82

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Sorong dan Kepadatannya Berdasarkan Distrik

No Distrik Luas Wilayah (Km

2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan (Jiwa/Km

2)

1 Moraid 1.446,16 1.743 1,21 2. Klaso 316,46 314 0,99 3. Makbon 1.011,42 2.162 2,14 4. Klayili 481,26 423 0,88 5. Beraur 822,26 1.023 1,24 6. Klamono 488,45 4.543 9,30 7. Klabot 518,72 648 1,25 8. Klawak 432,89 610 1,41 9. Salawati 525,03 9.380 17,87

10. Mayamuk 217,22 10 262 47,24 11. Salawati Timur 118,62 1.992 16,79 12. Seget 893,81 3.135 3,51 13. Segun 2.021,37 1.389 0,69 14. Salawati Selatan 2.265,18 2.100 0,93 15. Aimas 222,43 21.039 94,59 16. Mariat 118,16 10.920 92,42 17. Sayosa 1.213,60 1.002 0,83 18. Maudus 492,54 400 0,81

Jumlah 13.603,46 73.088 5,37 Sumber: Kabupaten Sorong Dalam Angka 2012, BPS Kab. Sorong. Data Diolah

Penduduk usia produktif (15-64 Tahun) sebanyak 41.125 jiwa

(56,27%) dari total penduduk. Apabila dilihat dari jenis kelamin

penduduk usia produktif maka ada 22.400 jiwa (54,47%) laki-laki,

sedangkan yang perempuan 18.725 jiwa (45,53%). Sedangkan

penduduk yan non produktif (usia 0-14 dan 65+) sekitar 31.963 jiwa

atau 43,73% dari total penduduk; terdiri atas 26.434 jiwa (82,70%)

penduduk usia 0-14 tahun, dan 5.529 jiwa (17,30%) penduduk usia 65

tahun ke atas (BPS Kabupaten Sorong, 2012).

Dengan memperhatikan jumlah penduduk usia produktif dan

non produktif, dapat diketahui besarnya angka rasio ketergantungan

(Dependency Ratio), yaitu 59,95. Rasio ketergantungan diartikan

sebagai besarnya beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif

atau rasio jumlah penduduk usia non produktif terhadap penduduk

usia produktif. Dengan demikian di Kabupaten Sorong pada tahun

Page 3: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

83

2011, setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung kurang

lebih 60 orang penduduk usia non produktif.

Dari segi indeks pembangunan manusia (IPM), Kabupaten

Sorong terus mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2011, tahun 2005 IPM Kabupaten Sorong sebesar 67,82% dan

terus meningkat hingga mencapai angka 68,93%, seperti dapat dilihat

di Tabel 4.2.

Tabel 4.2

IPM Kabupaten Sorong dan Provinsi Papua Barat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Tahun 2008 2009 2010 2011

Kabupaten Sorong 67,82 68,16 68,50 68,93 Provinsi Papua Barat 67,95 68,58 68,50 69,65

Sumber: IPM Kabupaten Sorong 2011, BPS Kab. Sorong, data diolah

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa IPM Kabupaten Sorong

terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 berada pada angka

68,93 sehingga berdasarkan pembagian status pembangunan manusia

oleh UNDP, maka IPM Kabupaten Sorong termasuk kedalam kategori

Menengah Atas (66,0<IPM<80). Kabupaten Sorong berada pada

peringkat ke empat dalam pencapaian IPM pada tahun 2011, dari total

11 kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat. Kenaikan IPM pada tahun

2011 dipengaruhi oleh kenaikan ketiga indeks penyusunnya yaitu

indeks kesehatan (yang direpresentasikan oleh indeks harapan hidup),

indeks pendidikan (yang direpresentasikan oleh indeks melek hurup

dan indeks rata-rata lama sekolah) dan indeks daya beli.

Tabel 4.3

Perkembangan Angka Indeks Pembentuk IPM

Angka Indeks Tahun

2008 2009 2010 2011 Angka Harapan Hidup (tahun) 70,20 70,82 71,42 72,03 Angka Melek Huruf (%) 91,39 91,40 91,69 91,76 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 53,33 53,60 53,73 53,93 Paritas daya beli (ribuan rupiah) 54,56 54,87 55,04 55,61

Sumber : IPM Kabupaten Sorong 2011, BPS Kab. Sorong, data diolah

Page 4: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

84

Sementara itu, gambaran tentang pendidikan yang ada di

Kabupaten Sorong dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain:

Pertama, Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu untuk mengetahui

seberapa banyak penduduk usia sekolah yang telah memanfaatkan

fasilitas pendidikan yang dapat dilihat dari penduduk yang masih

sekolah pada umur tertentu. Untuk melihat perkembangan APS

Kabupaten Sorong dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Perkembangan APS Kabupaten Sorong tahun 2009-2011

Tahun Kelompok Umur

7-12 13-15 16-18 2009 88,79 86,36 53,62 2010 93,68 88,10 52,63 2011 97,69 92,60 74,00

Sumber: APS Kabupaten Sorong 2011. BPS Kab. Sorong

Tabel di atas menunjukkan bahwa APS untuk kelompok umur

7-12 dan 13-15 tahun terus mengalami peningkatan sedangkan APS

untuk kelompok umur 16-18 sempat mengalami penurunan di tahun

2010 dan kembali meningkat di tahun 2011. Pada tahun 2011, APS

untuk usia 7-12 tahun sebesar 97,69% artinya masih ada sekitar 2,31%

penduduk usia 7-12 tahun yang tidak dapat mengenyam pendidikan.

Sedangkan untuk kelompok umur 13-15 dan 16-18 tahun prosentase

anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan adalah 7,40% dan

16,00%.

Indikator kedua yang dapat digunakan adalah Angka Partisipasi

Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK adalah rasio

jumlah siswa berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat

pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang

berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APM adalah persentase

siswa dengan usia yang berkaitan dengan pendidikannya dari jumlah

penduduk di usia yang sama. Untuk melihat perkembangan APK dan

APM Kabupaten Sorong dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 5: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

85

Tabel 4.5

APK dan APM Per Jenjang Pendidikan di Kab. Sorong Tahun 2009-2011

APK APM Tahun Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan

SD SLTP SLTA SD SLTP SLTA 2009 114,67 43,18 58,49 88,79 36,37 43,68 2010 117,89 59,52 73,68 93,68 47,62 42,11 2011 109,37 86,55 76,85 92,14 61,12 53,45

Sumber: IPM Kabupaten Sorong 2011. BPS Kab. Sorong data diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa APK jenjang SD mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya, sedangkan jenjang SLTP dan SLTA

terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2011 APK jenjang SD sebesar

109,37 hal ini menunjukkan bahwa masih ada penduduk di luar usia

sekolah SD yang masih bersekolah di SD. APK jenjang SLTP dan SLTA

menunjukkan bahwa persentase penduduk yang bersekolah di SLTP

(13-15 tahun) dan di SLTA (16-18) tahun sebesar 86,55% dan 76,85%.

Untuk indikator APM, pada tahun 2011 APM jenjang SD

mengalami penurunan dari 93,68% menjadi 92,14% sedangkan APM

jenjang SLTP dan SLTA mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.

APM jenjang SLTP pada tahun 2011 sebesar 61,12 artinya dari 100

penduduk berusia 13-15 tahun, terdapat sekitar 61 orang yang

bersekolah di bangku SLTP. Sedangkan untuk jenjang SLTA sebesar

53,45%, artinya dari 100 penduduk berusia 16-18 tahun, terdapat

sekitar 53 orang yang bersekolah di bangku SLTA.

Tabel 4.6

Rasio Murid terhadap Guru Tahun 2011

Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio (Murid/Guru)

SD 15.090 735 20,53 SLTP 4.345 377 11,53 SLTA 1.626 106 15,34

Sumber: IPM Kabupaten Sorong 2011. BPS Kab. Sorong data diolah

Indikator lainnya adalah rasio murid terhadap guru. Tahun

2011 rasio murid terhadap guru pada jenjang SD adalah 20,53% artinya

Page 6: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

86

rata-rata beban mengajar seorang orang guru SD adalah 21 murid.

Untuk jenjang SLTP dan SLTA masing-masing sebanyak 11 dan 15

siswa, seperti ditulis di Tabel 4.6 di atas.

Gambaran Umum Seminari Menengah „Petrus van Diepen‟

Latar belakang pemilihan nama dan maknanya bagi para siswa:

Mgr. Petrus van Diepen, OSA1 adalah misionaris Augustin pertama

yang tiba di bumi Papua (tgl. 01 Januari 1953), dan Uskup pertama

Keuskupan Manokwari-Sorong (4 Juni 1967 – 01 Juni 1988). Para siswa

diundang menjadi penerus karya pelayanan dan pengabdian bagi

masyarakat di wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong, yang dasarnya

diletakkan oleh Mgr. Petrus van Diepen. Pada awal millennium ke 3

ini muncul kesadaran baru untuk mempersiapkan pemuka-pemuka

umat dan tokoh masyarakat, khususnya untuk calon-calon imam, yang

bisa menggerakkan pencerdasan warga masyarakat. Inilah alasan utama

mendirikan SM PvD. Alasan lain yang tidak kurang penting untuk

mendirikan SM PvD ini ialah untuk memperbaiki mutu pendidikan

menengah bagi anak-anak di tanah Papua, dengan mendirikan sekolah

berasrama agar pembinaan bisa dibuat lebih intensif dan terarah.

Tabel 4.7

Jumlah Siswa SM PvD tahun 2008-2011

Kelas Jumlah Siswa

2008/09 *) 2009/10 2010/11 2011/12

SMP kelas I 115 83 70 88

SMP kelas II 68 66 73 42

SMP kelas III 30 36 36 42

KPB 34 15 5 2

SMA kelas I 15 15 44 37

SMA kelas II - 14 24 35

SMA kls III - - 14 22

KPA 16 2 7 3

Jumlah 278 231 273 271

*) sudah termasuk siswa non-seminari.

1 (lahir di Hoogwoud, Belanda, 20 Aril 1917 –meninggal di Eindhoven, 01 April 2005)

Page 7: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

87

Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong didirikan pada

29 Juni 2005 oleh Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr2, dan menjadi seminari

menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh

wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800 km2; 2/3 luasnya

pulau Jawa), yang meliputi luas wilayah yang sama dengan Propinsi

Papua Barat, dilayani oleh hanya 7 imam diosesan saja (termasuk

Uskup); imam-imam projo sangat kurang untuk melayani umat di 23

paroki. Wilayah Keuskupan ini secara administratif dibagi atas 6 Team

Pastoral Wilayah (TPW), yaitu: TPW Sorong, TPW Fakfak, TPW

Babo-Bintuni, TPW Kaimana, TPW Manokwari, dan TPW

Ayawasi/Meybrat. Semua TPW ini mengelola pendidikan formal,

khususnya SD, di bawah wadah Yayasan Pendidikan dan Persekolahan

Katolik Keuskupan Manokwari Sorong (YPPK-KMS).

Di seluruh wilayah Keuskupan terdapat hanya enam Sekolah

Menengah Pertama Katolik, dan empat Sekolah Menengah Atas

Katolik3. Adapun sekolah yang dikelola YPPK-KMS yang berupa

sekolah tingkat menengah masih sangat kurang. Hal tersebut

diperparah dengan kondisi mutu pendidikan di provinsi Papua dan

Papua Barat yang tertinggal dibandingkan daerah lain. Inilah dua

alasan utama yang mendorong Uskup Manokwari-Sorong untuk

mendirikan seminari menengah SMP dan SMA Petrus van Diepen.

Alasan pertama, untuk mendidik calon-calon pastor; dan alasan kedua,

untuk memperbaiki mutu pendidikan.

Hal tersebut disebabkan oleh karena sejak Musyawarah

Keuskupan Manokwari-Sorong (KMS) tahun 2001 diketahui bahwa

SD-SD YPPK di seluruh propinsi ini, yang didirikan sejak tahun 1950-

an, mengalami kemerosotan akibat banyaknya guru-guru yang sering

meninggalkan tugasnya selama berbulan-bulan demi urusan pribadi4.

Akibatnya, anak didiklah yang menjadi korban karena tidak mendapat

pendidikan yang baik, dan lulusan SD tersebut masih tidak dapat

diandalkan untuk misi gereja. Keluhan mengenai kondisi pendidikan

2 ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong pada tahun 2003 3 Penelitian dokumen di kantor YPPK KMS, Sorong, pada tanggal 22Mei 2014 4 Wawancara dengan Rektor SM PvD, Jeremias Rumlus Pr di Aimas, pada 15 Mei 2014

Page 8: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

88

yang memprihatinkan ini mengemuka, sebagaimana dipaparkan dalam

hasil penelitian di TPW Manokwari, Babo-Bintuni, Fakfak, Kaimana,

dan Ayawasi/Meybrat (P.R. Renwarin, 2004, 2005, 2006, 2007). Oleh

karena itu, Uskup KMS, Mgr. Hilarion Datus Lega pr mencanangkan

visi bagi keuskupan ini: “saya mau umat saya cerdas dan sehat”; dan

sejak tahun 2005 dimulailah penyelenggaraan pendidikan yang lebih

tinggi yaitu SMP berpola asrama di SM PvD.

Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong mengusung visi

dan misi yang sangat mulia5. Visi yang diemban yaitu “Seminari sebagai

tempat dan kondisi pembinaan dan pembelajaran yang mampu

membentuk citra dan karakter siswa seminaris yang cerdas secara utuh

dan matang dalam segi spiritualitas, intelektual, dan mental, moral,

demi terwujudnya sosok pemimpin yang memiliki kecerdasan

intelektual dan kecerdasan moral”.

Adapun misi SM PvD ini adalah sebagai berikut:

a. Menyusun dan melaksanakan program pembinaan dan edukasi

yang bermutu, di atas standard rata-rata.

b. Menciptakan kondisi yang simpatik, yang membuat siswa-siswi

seminari merasa betah, tekun dan bergairah dalam belajar, setia

mengikuti program pembinaan dan pendidikan seminari.

c. Membina siswa-siswi seminari menjadi „manusia seutuhnya‟ di

segala aspek hidup dengan program pembinaan yang sistematis

dan berkelanjutan.

d. Menanamkan dalam diri anak sikap pengabdian dan pelayanan

yang tahan uji, berbhakti tanpa pamrih, yang bersedia dan

mampu menghadapi medan fisik yang berat.

Dilihat dari visi dan misi yang diemban oleh SM PvD

menunjukkan bahwa program pendidikan yang ditawarkan yaitu

menggunakan formula pendidikan umum serta pendidikan berbasis

keagamaan. Program pendidikan yang diselenggarakan di asrama SM

5 Lihat Dokumen SM Pvd, diambil pada 22 Mei 2014. Terlampir.

Page 9: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

89

PvD tidak hanya ditujukan untuk kegiatan akademis semata, akan

pendidikan keagamaan sebagai bekal bagi siswa untuk pengabdian dan

pelayanan.

Hal tersebut diwujudkan dengan menyediakan asrama yang

memiliki fasilitas yang memadai, dan menyediakan guru-guru yang

berdedikasi serta berkualitas, lingkungan yang kondusif untuk belajar

mengajar, serta adanya jaminan kualitas karena proses pendidikan yang

dijalankan secara intensif di dalam asrama selama proses pendidikan

berlangsung.

Strategi Pengelolaan Sekolah Asrama SM PvD

Pengertian strategi yaitu cara untuk mencapai tujuan jangka

panjang. Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan

berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis yang dimiliki

oleh suatu unit dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk

memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan

yang tepat oleh organisasi (Glueck & Jauch, 1989).

Secara umum, strategi diartikan sebagai proses penentuan

rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka

panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya

bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Secara khusus, strategi

diartikan sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa

meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut

pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa

depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang

dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka strategi adalah

sekumpulan rencana aksi yang disusun suatu organisasi yang ditujukan

untuk mencapai tujuan-tujuan khusus. Sedangkan pengelolaan adalah

pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut

suatu perencanaan diperlukan untuk dapat menyelesaikan tujuan kerja

tertentu. Irawan (1997) mendefinisikan bahwa pengelolaan sama

Page 10: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

90

dengan manajemen yaitu penggerakan, pengorganisasian dan

pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material

dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan uraian di atas, strategi pengelolaan berarti

kumpulan rencana serta tata cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang

hendak dicapai oleh suatu organisasi. Bertolak dari pengertian-

pengertian di atas serta hasil penelitian, maka strategi pengelolaan SM

PvD adalah sebagai berikut:

Strategi Pengelolaan Kurikulum dan Pembinaan di SM PvD

Kurikulum yang dipakai, yaitu kurikulum untuk jenjang

pendidikan SMP dan SMA, sesuai standard yang ditentukan oleh

pemerintah, yaitu kurikulum 2004; sesudahnya dengan munculnya

kurikulum KTSP 2006, maka pengelolaan kurikulum sekolah pun

disesuaikan dengan perubahan ini. Tetapi sudah sejak angkatan

pertama dialami bahwa kemampuan anak-anak tamatan SD, khususnya

yang berasal dari daerah pedesaan, sangat rendah, sehingga

diadakanlah Kelas Persiapan Bawah (KPB) sebagai tahun matrikulasi

bagi anak-anak yang kurang beruntung ini6. Demikian pula sesudah

tiga tahun berlangsung dan dibutuhkan adanya jenjang SMA,

pengalaman yang sama juga dialami oleh para siswa tamatan SMP yang

berasal dari pedesaan. Untuk mereka pun diadakanlah tahun

matrikulasi dengan nama Kelas Persiapan Atas (KPA) selama satu

tahun. Tambahan pula terdapat suatu cita-cita dari Bapak Uskup untuk

membuat sekolah ini suatu sekolah unggulan untuk keuskupan ini,

yang membuat kaderisasi calon pemimpin umat di keuskupan; strategi

yang dipakai ialah untuk menambahkan mata pelajaran tambahan dan

pelbagai kegiatan ektrakurikuler bagi semua siswa, mengingat kegiatan

sekolah dan asrama sangat terintegrasi dan mudah ditata secara

keseluruhan.

6 Wawancara dengan Kepala SMA SM PvD, RD Yan Vaenbes Pr di Sorong, pada 12 Juni 2014.

Page 11: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

91

Untuk penataan waktu dan kegiatan hidup harian demi

pembinaan, diambillah pola dasar aturan kehidupan yang berlaku di

banyak asrama seminari menengah di Indonesia, seperti yang berada di

Flores, Kupang, Maluku dan Manado, yang sudah puluhan tahun

bergiat. Penataan jadwal harian pun dibuat seimbang untuk kegiatan

pribadi, kegiatan belajar, kegiatan social, dan kegiatan rohani. Karena

sudah terdapat pedoman atau acuan dari seminari menengah lainnya,

tiada banyak kesulitan yang dialami untuk penataan pembinaan siswa

ini7.

Agar supaya tidak terjadi tumpang tindih atau simpang siur

pengelolaan kegiatan sekolah dan kehidupan asrama, maka pihak

pengelola membuat dua team terpisah, yaitu tenaga persekolahan-

pendidik, yang diketuai oleh kepala sekolah (baik kepala sekolah untuk

SMP dan untuk jenjang SMA), dan tenaga pembinaan asrama yang

diketuai oleh seorang yang disebut „rektor‟ yang dibantu oleh para

formator. Tenaga persekolahan mengurusi kegiatan persekolahan,

sedangkan tenaga pembinaan mengurusi kegiatan hidup dalam asrama

serta pelbagai mata pelajaran ektrakurikuler; biarpun semua formator

ini juga mempunyai tugas sebagai pendidik di sekolah, dengan

mengampu satu-dua mata pelajaran.

Strategi pengelolaan peserta didik

Strategi pengelolaan peserta didik dimulai sejak pertama kali

peserta didik masuk ke asrama. Pemerolehan calon-calon peserta didik

untuk SM PvD ini tidak terlalu merisaukan, karena YPPK KMS yang

mempunyai cabang atau wakilnya pada ke enam TPW (team pastoral

wilayah) dengan 23 buah parokinya, mempunyai banyak SD sendiri,

dan tamatannya bisa langsung mendaftar ke SM PvD lewat pastor

parokinya. Dengan kata lain, para calon peserta didik dapat diharapkan

datang dari seluruh wilayah di propinsi Papua Barat, dan dapat juga

berasal dari wilayah di luar propinsi ini. Sudah diperkirakan bahwa

angkatan pertama para siswa ini kebanyakan berasal dari kota Sorong

7 Wawancara dengan RD Yan Vaenbes Pr di Sorong, pada 12 Juni 2014)

Page 12: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

92

dan Aimas, tetapi pada tahun-tahun selanjutnya akan berdatangan

calon-calon dari 23 paroki yang ada.

Awalnya hanya diharapkan untuk mempersiapkan calon-calon

imam untuk keuskupan ini, jadi yang akan diterima hanyalah siswa

lelaki yang Katolik8. “Karena anak-anak yang baru saja tamat SD belum

tentu akan segera tertarik untuk menjadi calon imam, yang nantinya

tidak akan kawin”, kata Rektor. Karena itu tujuannya diperluas yaitu

bukan hanya untuk mengkaderkan calon-calon imam, tetapi juga para

calon pemimpin umat dan masyarakat, sebagaimana nama pelindung

sekolah ini, maka diterima para calon yang bukan beragama Katolik

dan juga para calon perempuan.

Daya tarik yang mampu ditawarkan SM PvD ini ialah adanya

ruang asrama yang seatap dengan sekolah itu sendiri, sehingga anak-

anak dari daerah di luar kabupaten Sorong dapat juga menempuh

pendidikan di sini tanpa kesulitan transportasi. Apalagi asrama ini

dikelola oleh para Pembina atau formator yang berpengalaman, yang

sendiri sudah pernah hidup dan dibina dalam system keberasramaan

demikian.

Strategi Pengelolaan Tenaga Kependidikan-Pembina

Untuk mendapatkan tenaga kependidikan bagi SMP dan SMA

masih lebih mudah, karena ada cukup calon guru yang sudah berijasah

sarjana di Indonesia Timur, seperti yang sudah dialami oleh pihak

YPPK KMS. Tetapi karena pola yang dipakai untuk SM PvD ini ialah

asrama dengan sekolah, maka dibutuhkan bukan hanya tenaga

kependidikan saja melainkan terlebih tenaga-tenaga Pembina atau

formator yang mau berkarya sepanjang hari sebagai pendamping para

siswa ini sebagai orang tua atau pamong mereka.

Terkait hal tersebut, Pamong Akademik mengatakan bahwa

peran Uskup Sorong sangat penting dalam membantu SM PvD dalam

mensuplai tenaga pengajar serta Pembina sebagaimana diungkapkan

berikut ini: “Hebat juga Uskup Sorong ini. Dia sendiri mengunjungi

8 Wawancara dengan Rektor SM PvD, Jeremias Rumlus Pr di Aimas pada 15 Mei 2014.

Page 13: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

93

kami di Maumere, atau di Kupang, dan membujuk kami untuk datang

bekerja sebagai guru dan Pembina atau formator di Seminari

Menengah Petrus van Diepen yang baru dibangunnya”, demikian

komentar seorang pamong.9

Dia menambahkan, “Syukurlah, kami memang mempunyai

pengalaman hidup di sekolah berasrama seperti ini, atau yang dikenal

dengan nama seminari untuk kalangan Katolik. Saya memang sudah

sejak tamat SD masuk seminari menengah dan menempuh pendidikan

SMP dan SMA, sedangkan dia (formator lain yang ikut dalam

pertemuan wawancara ini) baru masuk seminari kecil setelah tamat

SMP. Tetapi kami semua sudah mengikuti kehidupan berasrama di

seminari tinggi saat kami mengikuti pendidikan sarjana. Jadi corak

hidup dalam kerangka pembinaan ini tidak asing lagi bagi kami”.

Memang benar, Uskup H. Datus Lega Pr, sebagai pendiri SM

PvD ini sudah berjalan ke Nusa Tenggara Timur dalam suatu lawatan

untuk mencari-temukan para Pembina yang sudah pernah mengecap

pola pendidikan keberasramaan di seminari kecil/menengah dan

seminari tinggi. Tenaga pendidik dan serentak formator ini dikontrak

selama beberapa tahun dari keuskupan asalnya, dengan suatu

perjanjian antar uskup bahwa sesudah satu tenaga formator

menyelesaikan satu periode berkarya ini dan bila dia ingin pulang ke

keuskupan asalnya, maka uskupnya akan mencarikan penggantinya.

Kebanyakan formator ini memang sudah menyandang status sarjana

dan sudah ditahbiskan menjadi imam Katolik10.

Selain para imam yang sudah sarjana ini, terdapat pula tenaga

pendidik yang serentak formator yang dipilih dari antara para calon

imam yang sudah sarjana strata-1 dan masih perlu menjalani tahun

berkarya sebelum melanjutkan pendidikan pasca-sarjananya yang

merupakan syarat untuk dapat ditahbiskan sebagai imam. Mereka ini

ditempatkan di SM PvD sebagai pendamping-pembina-formator yang

9 Wawancara dengan RD Yan Vaenbes Pr pada 12 Juni 2014. 10 Wawancara dengan Rektor SM PvD, RD. Jerry Rumlus Pr pada 15 Mei 2014 di Aimas.

Page 14: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

94

serentak mengampu satu dua mata pelajaran di SMP atau SMA. Mereka

ini dikenal dengan sapaan „frater tahun orientasi pastoral‟ dan berasal

dari seminari tinggi Ledalero, Nusa Tenggara Timur, atau dari

Kentungan, Jogjakarta, atau dari Fajar Timur, Abepura.

Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana.

Pada tahun pertama SM PvD ini mengambil tempat

persekolahan yang digabung dengan SMP Don Bosco, milik YPPK

KMS yang berada di kota Sorong, sedangkan tempat tinggal para siswa

juga berada di kota Sorong. Sementara itu pihak YPPK KMS bersama

Uskup Sorong, pendiri SM PvD ini, mengusahakan suatu lahan di

kabupaten Sorong, dan di kompleks itulah mulai dibangun gedung

sekolah untuk jenjang SMP diapit oleh gedung asrama. Pada tahun

kedua kompleks baru di kabupaten Sorong ini sudah dapat dipakai

untuk kegiatan belajar-mengajar pada jenjang SMP dan asramanya

sudah berfungsi, sementara sarana-prasarana dikerjakan lebih lanjut.

Pada tahun ketiga sudah dimulai suatu kompleks persekolahan

baru untuk menampung peserta didik pada jenjang SMA. Untuk itu

dibangunlah gedung persekolahan SMA yang berhadapan dengan

kompleks persekolahan SMP, yang juga disertai dengan gedung asrama.

Pembangunan kompleks gedung SMA ini masih sementara

berlangsung sampai saat ini, dan belum rampung. Untuk sementara

para siswa SMA masih mengikuti pelajaran berdampingan dengan para

siswa SMP11.

Serentak sudah dibangun di kompleks asrama ini suatu ruang

doa, ruang rekreasi bersama, ruang makan, ruang cuci, ruang tidur

untuk para siswa. Begitu pula fasilitas olah raga di luar ruang dibangun

dalam kompleks ini, sehingga para siswa mendapat kesempatan untuk

belajar membangun hidup yang sehat dan teratur. Tidak ketinggalan

juga dibangun tempat tinggal untuk para formator yang berdampingan

dengan ruangan para siswa, sehingga control lebih mudah dilakukan.

11 Wawancara dengan Rektor SM PvD, RD. Jerry Rumlus Pr pada 15 Mei 2014 di Aimas.

Page 15: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

95

Strategi pengelolaan pembiayaan

Penyelenggaraan pendidikan membutuhkan biaya. Tanpa

biaya, kegiatan belajar mengajar tidak akan lancar, kendati biaya

menjadi faktor penting dalam penyelenggarakan pendidikan. Hal

tersebut diakui oleh Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr selaku pendiri

sekaligus yang memantau keberadaan yayasan SM PvD. Menurutnya,

pendidikan membutuhkan biaya yang tidak murah, apalagi untuk

mendirikan sekolah unggulan dengan asrama12. Namun demikian,

Uskup bertekad untuk melanjutkan kaderisasi calon-calon pemimpin

umat dan masyarakat di Papua Barat ini.

Dilandasi dengan pandangan tersebut, bapak Uskup pendiri SM

PvD bersedia memberikan beasiswa kepada semua peserta didik yang

dikirim dari 23 paroki di propinsi Papua Barat atau di keuskupan ini,

dengan demikian pihak YPPK KMS tidak kesulitan di bidang

pendanaan. Selain itu seluruh biaya pengadaan sarana-prasarana

persekolahan ini ditanggung penuh oleh pihak ekonom keuskupan.

Berdasarkan keterangan dari rector SM PvD, Uskup tidaklah

sendiri dalam melakukan penggalangan dana. Dalam menggalang dana

tersebut, Uskup meminta para pastor paroki untuk menggalang dana di

paroki untuk membiayai peserta didik yang adalah anggota umat di

paroki yang bersangkutan dan yang ingin belajar di SM PvD sebagai

calon imam13. Penggalangan dana untuk calon imam di SM PvD ini

berlangsung setiap bulan. Penulis mendapat konfirmasi atas strategi

pembiayaan ini lewat salah satu pengumuman lisan dari ketua dewan

paroki di kota Sorong pada saat akhir suatu perayaan Misa.

Pengalaman Pengelolaan Sekolah Asrama SM PvD

Lewat penelusuran penelitian fenomenologis-etnometodologis

dengan tehnik observasi, wawancara dan penelitian dokumen, penulis

12 Wawancara dengan Mgr. Hilarion Datus Lega Pr di Sorong pada 2 Mei 2014. 13 Wawancara dengan Rektor SM PvD, RD. Jerry Rumlus Pr pada 15 Mei 2014.

Page 16: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

96

menemukan pelbagai pengalaman hidup dalam proses habitualisasi

siswa dalam hidup berasrama. Pengalaman ini akan dipaparkan dengan

memperhatikan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan juga multiple intelligence, sebagaimana sudah ditunjukkan dalam kerangka kerja

penelitian ini pada bab I di atas.

Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong didedikasikan

untuk menempa citra dan karakter siswa seminaris yang cerdas secara

utuh dan matang dalam segi spiritualitas, intelektual, dan mental moral

demi terwujudnya sosok pemimpin yang memiliki kecerdasan intelek-

tual dan kecerdasan moral. Untuk mewujudkan tekad tersebut, selain

diupayakan melalui pemenuhan infrastruktur, namun juga melalui

pembangunan suprastruktur; suprastruktur dimaksud adalah perangkat

manajemen pendidikan yang diupayakan oleh stakeholder seminari.

Pengalaman Pengelolaan Kurikulum dan Pembinaan

Pengelolaan Kurikulum

Kurikulum dan pengajaran yang diterapkan dalam Seminari

Menengah Petrus Van Diepen Sorong didasarkan pada tujuan-tujuan

sebagai berikut:

a. Memperdalam cinta akan Yesus dari Nazareth dan motivasi

panggilan anak.

b. Meningkatkan kepekaan dan pengetahuan akan situasi dan

kebutuhan Gereja di Kepala Burung, Papua Barat.

c. Meningkatkan kemampuan kognitif, emosional dan psiko-motorik

anak-anak.

d. Mempersiapkan kader „new leadership‟ bagi Papua yang mampu

berakar dalam dan menantang budaya dan irama hidup masyarakat

Papua.

Frater Yustinus R.T. Neno SVD, salah seorang staf pengajar dan

pamong asrama SM PvD mengomentari demikian:

Page 17: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

97

“Tujuan pendirian dan misi Seminari Petrus van Diepen adalah menjadikan para seminaris untuk mencintai pencerdasan dalam segi spiritual (sancitas), intelektual (sciencia) dan fisik mental-moral (sanitas); mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang terbuka dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang beragam dan menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen pastoral yang tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa. Berdiri di atas pendirian dan misi akan melahirkan para seminaris sebagai manusia yang berkualitas, baik bagi Bangsa maupun Gereja. Roh pendirian dan misi Seminari menjadi kekuatan dan penggerak untuk memacu semangat dari para pembina dan pendidik untuk menjadikan peserta didik makin hari makin bersinar”.

Kurikulum pendidikan jenjang pendidikan SMP dan SMA yang

ada di Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong menggunakan

kurikulum sesuai dengan standard nasional. Tetapi ada tambahan yang

khas atau muatan lokal yang diberikan kepada siswa-siswa seminari.

Pelajaran khas tersebut adalah pengetahuan-pengetahuan tertentu

yang sungguh berciri khas Katolik dan diharapkan dapat menunjang

tugas mereka sebagai pemimpin agama atau masyarakat kelak.

Pelajaran itu misalnya: Kitab Suci, Bahasa Latin, Liturgi, Bina Vokalia.

Pelajaran-pelajaran ini diberikan pada tingkat SMP. Untuk tingkat

SMA diberikan pelajaran bahasa Latin, bahasa Jerman, jurnalistik dan

Dramaturgi. Pelajaran-pelajaran ini diberikan pada waktu pagi, di

antara kegiatan belajar mengajar sekolah karena dijadikan sebagai

muatan lokal.

Seminari Petrus van Diepen seringkali mengalami kesulitan

pada awal tahun pelajaran mengingat tamatan SMP yang masuk

seminari ada yang belum bisa menyesuaikan diri dengan pelajaran

SMA. Karena itu sekolah mengambil kebijakan untuk mengadakan

remedial course sebagai bentuk pengulangan bahan-bahan pelajaran

SMP, terutama mata pelajaran dasar seperti bahasa Indonesia,

matematika dan IPA, umumnya diberikan pada sore hari 14. Remedial course ini berlangsung selama satu tahun dan dinamakan Kelas

14 (lihat Pedoman Seminaris pada lampiran no 3)

Page 18: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

98

Persiapan Bawah (KPB), yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2008.

Juga sesudah menamatkan jenjang SMA, sebelum masuk ke seminari

tinggi, para siswa harus mengikuti satu tahun Kelas Persiapan Atas

(KPA) untuk memperdalam kemampuan berbahasa asing, khususnya

bahasa Inggris, Latin, dan juga kompetensi lainnya yang dibutuhkan

nanti. Pada pertengahan tahun 2008 lulusan kelas III SMP

pindah/melanjutkan ke SMA. Bagi siswa-siswa yang berasal dari SMP-

SMP lain diterima di „Petrus van Diepen‟ di Kelas Persiapan Bawah

(KPB), satu tahun remedial course, sebelum mereka dapat melanjutkan

ke SMA. Demikianlah pada tahun ajaran 2008/2009 diterima di kelas

KPB 34 anak.

Agar siswa seminari memiliki pengetahuan yang luas maka

waktu studi mendapat tempat khusus dalam acara komunitas. Waktu

studi ini penting untuk menyiapkan pelajaran hari berikut atau

mengerjakan tugas yang diberikan oleh para guru. Untuk menun-

jang suasana belajar yang baik, semua seminaris diharuskan memper-

hatikan dan menjaga keheningan (silentium) pada waktu studi. Studi di

luar jam pelajaran sekolah dilaksanakan 2 kali yakni pukul 17.00-19.00

untuk studi pertama dan pukul 20.00-21.00 untuk studi kedua.

Kepala SMP SM PvD, R.D. Adrianus Tuturop Pr, antara lain

menegaskan demikian,

Penataan kegiatan harian ditata mulai dari doa pagi, sarapan pagi, studi/belajar (pagi sampai siang), makan siang, istirahat siang, pengembangan minat bakat, pendampingan bidang rohani, les sore, makan malam, belajar malam, pendampingan khusus bagi anak-anak (perorangan maupun kelompok) yang perlu didampingi, doa malam, rekreasi dan tidur. Kegiatan mingguannya adalah syering bersama orang-orang sukses dan mapan dalam menjalani hidup. Kegiatan bulanannya adalah seminar dan kadang rekoleksi. Dan kegiatan semesterannya adalah retret. Secara terperinci, kegiatannya diatur dan tercatat dalam kalender pembinaan di asrama dan kalender pendidikan di sekoalah.

Dalam kerangka manajemen kurikulum tersebut, berdasarkan

SK Kepala SMP YPPPK Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

No. 99/SMP/YPPK.SPvD/P1/2011 tentang Pengembangan Kurikulum

Page 19: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

99

Sekolah, disusunlah tim pengembang kurikulum yang terdiri atas

stakeholder sekolah seperti Kepala sekolah, Kaur kurikulum, Kaur

Sarana prasarana, Kaur Kesiswaan, dan beberapa orang guru. Selain

menggunakan kurikulum standard nasional, dimasukkan pula

kurikulum muatan lokal, yaitu:

a. Kitab Suci

b. Bahasa Latin

c. Bahasa Jerman

d. Jurnalistik

e. Dramaturgi

f. Liturgi

g. Bina Vokalia

Pembinaan di Asrama

Rektor SM PvD memberikan penegasan ini tentang penataan

kehidupan berasrama yang dikelolanya:

Kehidupan asrama di Seminari Petrus van Diepen menjadi sebuah laboratorium sosiologis karena di sekolah asrama terjadi interaksi sosial di mana hubungan antar manusia menjadi kunci utama. Artinya baik di sekolah maupun di asrama diusahakan berbagai pengalaman belajar sebagai persiapan untuk hidup di masyarakat. Dalam hal ini Seminari membuat time schedule / jadwal kegiatan yang terorganisir dalam aturan harian dan program semesteran.

Keunggulan dalam penyelenggaraan pendidikan atau sekolah

asrama adalah pola pembinaan yang diterapkan. Pembinaan yang

dipraktekkan di SM PvD yaitu segala upaya yang dilakukan oleh

asrama di dalam mencapai tujuan pendidikan secara umum maupun

secara khusus, yaitu tujuan penyelenggaraan sekolah dengan sistem

asrama oleh SM PvD. Pembinaan seminari SM PvD dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan personal untuk setiap angkatan/

tingkat baik di jenjang SMP maupun SMA. Pembinaan ini meliputi:

Page 20: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

100

Aspek Rohani (Spiritual Quotiens)

“Melalui acara-acara rohani, seminaris dibimbing dan diarahkan untuk semakin beriman dan mengikuti pola hidup Kristus dan Maria. Mereka didampingi agar berkembang dalam hidup rohani dan memantapkan panggilan”, demikian kata Rektor SM PvD. (Sorong, 15 Juni 2014)

Perhatian pembinaan diarahkan pada pendampingan

intrapersonal intelligence (lihat Bab I). Pembinaan pada aspek rohani

dilakukan dengan metode antara lain ibadat pagi, doa pagi, ekaristi,

ibadat pujian (salve), pengakuan dosa, doa penutup, rekoleksi, buku

refleksi mingguan, retret, aksi panggilan, membawa kata pengantar

dalam ekaristi.

“Setiap siswa seminari wajib mengikuti acara-acara harian di sini, teristimewa untuk kegiatan-kegiatan doa harian, seperti doa pagi, doa malam, dsb. Awalnya siswa yang baru sangat sulit untuk beradaptasi dengan program hidup di sini, namun setelah tiga bulan mereka menjadi terbiasa”, kata Rektor SM PvD saat diwawancarai (Sorong, 15 Juni 2014).

Pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang

Maha Esa bagi siswa dilakukan, melalui 1) kegiatan rutin perayaan

ekaristi berbahasa Inggris dan Indonesia di sekolah, 2) peringatan hari

besar keagamaan; dan 3) berbagai perlombaan keagamaan pada bulan

kitab suci. Dalam kegiatan-kegiatan ini para siswa dilatih bertugas

sebagai putra altar, pembaca mazmur dan kitab suci. Bahkan pada

perayaan Paskah dan Natal para seminaris mempersembahkan jalan

salib hidup dan actus natal sebagai cerminan kisah hidup Yesus (lihat

laporan kronik kegiatan ekstrakurikuler siswa dalam lampiran 4 dan 5).

Aspek Intelektual (Intellectual Quotiens)

Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan adalah mendidik

siswa agar memiliki kemampuan intelektual. Demikian juga proses

pembinaan yang dilakukan di SM PvD yaitu untuk menciptakan siswa

yang memiliki kemampuan intelektual. Pembinaan aspek intelektual

Page 21: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

101

ini diupayakan melalui metode atau cara-cara antara lain: a) Program

pendidikan di Seminari Petrus van Diepen; b) Pelajaran Khas Seminari,

yaitu muatan lokal; c) Studi ; d) Kegiatan Ekstrakurikuler Seminaris.

Kegiatan ini dilakukan untuk menyeimbangkan antara teori

dan praktek di lapangan melalui kegiatan laboratorium, survey

lapangan, penelitian, penulisan makalah, serta penerbitan majalah

„CERDAS‟. Selain itu, para seminaris juga dibudayakan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah dan melatih public speaking melalui lomba debat, seminar, kampanye, serta pidato dalam

bahasa Inggris. Pembinaan ini terarah pada pengembangan linguistic intelligence (lihat Bab I).

“Awalnya para siswa baru masih takut-takut untuk berbicara bahasa Inggris, tetapi melihat kakak-kakak mereka yang tidak canggung berbicara bahasa Inggeris, mereka pun berusaha untuk terlibat dalam percakapan, dan akhirnya mereka menjadi berani setelah beberapa kali pertemuan. Untuk ketrampilan mendengarkan, secara rutin juga diadakan perayaan Misa dalam bahasa Inggris”, kata seorang staf Pembina15.

Pembinaan prestasi akademik siswa juga dilakukan dengan cara

antara lain: 1) Mengikuti berbagai perlombaan prestasi akademik (sains

dan bahasa), seni dan olah raga di tingkat kabupaten, propinsi serta

nasional; 2) Menyelenggarakan pertandingan persahabatan antar

sekolah dan organisasi; 3) Terlibat sebagai sponsor paduan suara di

beberapa gereja (bdk. Musical intelligence dalam bab I); 4) Pembuatan

majalah dinding di sekolah dan Tabloid CERDAS; 5) Menyeleng-

garakan Konser Band “SM PvD”; 6) Menyelenggarakan pertunjukan

Tunggal Hati Seminari/Maria (THS/THM).

15 Demikian komentar Kepala SMA yang juga pamong asrama, pater Yan Vaenbes Pr, Aimas, 12 Juni 2014. Lihat juga lampiran 4 dan 5: kronik kegiatan siswa dan ulasan dalam majalah „Cerdas‟.

Page 22: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

102

Aspek sosial (Social Quotiens)

Aspek sosial dilaksanakan untuk mewujudkan siswa agar

memiliki kesadaran sosial atau interpersonal intelligence (lihat Bab I).

Seminaris maupun pembina menjalani hidup dalam komunitas

dan dalam komunitaslah pribadi seorang seminaris dibentuk.

Pembentukan dan pemupukan aspek sosial ini dilakukan dengan

kegiatan antara lain: 1) „Kerja Tangan‟; 2) Olahraga; 3) Perizinan.

Misalnya Live in: para siswa ditempatkan di rumah-rumah keluarga,

mereka mengikuti aturan hidup keluarga serta mereka mengusahakan

apa yang pernah mereka pelajari: antara lain bagaimana tentang

perhatian kepada lingkungan; sampah dan disiplin waktu.

“Kami sangat senang saat berkunjung selama liburan sekolah di paroki Santu Yosep, Fakfak, dan tinggal di tengah keluarga umat. Kami belajar untuk membuat pekerjaan rumah tangga, dan juga kami sudah menghibur umat dengan pertunjukan drama dan sulap yang sudah kami pelajari di seminari‟, kata seorang seminaris dengan bangga.16

Kegiatan olah raga bersama dilakukan rutin satu minggu satu

kali. Selain sebagai bentuk pembinaan di bidang sanitas dan kinesthetic intelligence (lihat Bab I), kegiatan ini juga bertujuan untuk memupuk

rasa persaudaraan dan menjunjung sportifitas di antara seminaris. Saat

ini bidang olah raga lebih difokuskan pada dua cabang yang menjadi

minat para seminaris yaitu: 1) Sepak Bola, sebagai olah raga andalan

para seminaris yang rutin dilatih pada hari selasa sore; selain latihan,

mereka juga beberapa kali mengadakan pertandingan persahabatan

dengan sekolah atau komunitas lain. 2) Tunggal Hati Seminari –

Tunggal Hati Maria (THS – THM), sebagai organisasi pencak silat

Katolik yang berdiri 10 November 1985 memiliki semboyan “Pro Patria et Ecclesia” (bagi bangsa dan gereja); melalui organisasi THS-

THM, para seminaris dilatih untuk merasul dan mendekatkan diri pada

Tuhan dan sesama melalui olah fisik, mental dan spiritual.

16 Wawancara dengan salah saorang siswa, Paskalis Kosay, di Aimas, 12 Maret 2014.

Page 23: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

103

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional untuk mendidik

manusia seutuhnya (UU Sisdiknas), penyelenggaraan SM PvD ini

memperhatikan pendidikan dan pembinaan manusia muda seutuhnya.

Bila persekolahan lebih menekankan aspek intelektual, maka

pembinaan di asrama memperhatikan pengembangan pelbagai

inteligensi manusiawi (multiple intelligence; lihat Bab II), bukan hanya

pendidikan budi pekerti, seperti yang banyak dikemukakan dalam

ulasan media massa.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan multiple intelligence

dalam proses pendidikan di SM PvD ini diwujudkan dengan:

menerapkan muatan lokal seperti pelajaran bahasa Latin, melalui

penataan jadwal harian yang teratur, misalnya makan 3 kali sehari,

istirahat tidur siang dan malam, waktu studi dan olah raga, penataan

kebersihan diri dan lingkungan, latihan olah raga dan kesenian (visual intelligence), latihan hidup rohani, dsb. Selain itu, pembina atau

formator juga mengikuti tahap perkembangan anak didik dengan

cermat, khususnya dalam hal hubungan dengan keluarga, dengan

teman sesama laki-laki maupun wanita.

Pengalaman Pengelolaan Peserta Didik

Perkembangan Siswa Seminari Jenjang SMP

Pada tahun ajaran 2005-2006 diseleksi dan diterima satu kelas

tingkat SMP (diharapkan sekitar 30 anak). Ternyata yang datang ada 36

anak. Tetapi sesudah tiga bulan, 7 (tujuh) anak telah meninggalkan

seminari, sehingga pada November 2005 jumlah anak seminari

berjumlah 29 anak. Pada tahun pertama itu para seminaris bersekolah

di SMP YPPK St. Don Bosco di kota Sorong, kira-kira sekitar 30 km

jauhnya dari lokasi seminari. Pada bulan November 2005 mulai

dibangun gedung sekolah dan sebuah kapela di Kelurahan Mariat

Pantai, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, pada lahan yang

diperuntukkan bagi pembangunan asrama/sekolah seminari.

Page 24: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

104

Tahun Ajaran 2006-2007 gedung baru seminari sudah bisa

dipakai. Walau dengan keterbatasan, tahun ajaran ini seminari

membuka empat kelas untuk siswa baru, dengan ketentuan siswa

perkelas antara 25-30 anak. Maka pada tahun ajaran ini diterima 80

siswa untuk seminari (semuanya laki-laki dan katolik), dan 20 siswa-

siswi untuk bukan seminari (baik anak katolik maupun bukan katolik).

Angkatan ke dua tidak lagi bersekolah di kota Sorong, dan sudah mulai

digunakan fasilitas gedung SMP Seminari di Mariat Pantai. Tahun 2007

sedang dibangun lantai II, sehingga pada angkatan 2007-2008 dapat

diterima lagi 100 anak seminaris (dan sejumlah anak bukan seminari).

Demikian selanjutnya sampai tahun 2013 diterima siswa yang calon

imam (seminaris) dan yang bukan calon imam, seperti ditunjuk pada

tabel 4.8 untuk jenjang SMP di bawah ini:

Tabel 4.8

Perkembangan Siswa SMP SM PvD tahun 2005-2013

SISWA-I SMP SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN SORONG

ANGKATAN KELAS 8 KELAS 9 KELAS 10 LULUS TAK

TAHUN PRIA Wanita TOTAL PRIA Wanita TOTAL D.O. PRIA Wanita TOTAL D.O. LULUS

2005/6 30 7 37 23 7 30 7 21 9 17 4

2006/7 75 13 88 75 13 88 0 26 2 28 60 20 8

2007/8 95 10 105 69 6 75 20 48 8 56 19 44 12

2008/9 152 7 159 73 5 78 81 50 7 57 21 40 17

2009/10 88 10 98 85 13 98 0 42 7 49 47 48 1

2010/11 87 8 95 52 18 70 25 39 12 51 19

2011/12 118 31 149 68 19 97 52 38 19 55 42

2012/13 89 41 130 75 35 113 17

2013/2014 98 43 141

Terdapat beberapa gejala yang menonjol yang dapat ditarik dari tabel

4.8 di atas ini, yaitu:

1) Penerimaan siswa baru SMP SM PvD.

Seminari sebenarnya adalah sekolah yang dikhususkan bagi para

calon imam Katolik, yang terbatas pada kaum lelaki saja, tetapi SMPvD

Page 25: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

105

mengambil kebijkan untuk juga menerima kelompok perempuan. Bila

pada tahun-tahun awal kelompok siswi yang diterima hanya berkisar

10%, maka jumlah siswi yang diterima dalam tiga tahun terakhir ini

cenderung meningkat menjadi lebih dari 30%. Gejala peningkatan

kelompok siswi ini bisa diduga karena daya tarik keberadaan asrama

putri yang dikelola para zuster.

Dilihat dari jumlah penerimaan siswa baru pada setiap awal

tahun ajaran, terdapat gejala menarik, yaitu bila pada tahun awal

hanya diterima satu kelas saja untuk 37 orang, maka sejak tahun ke dua

jumlah siswanya meningkat lebih dari dua kali lipat dan terpaksa harus

dibuka 3, 4, atau 5 kelas parallel untuk jenjang kelas 7 (tujuh). Dan bila

dicermati, pada 4 tahun pertama jumlah siswa yang diterima ini

cenderung naik signifikan, sekitar empat kali lipat dari kondisi pada

tahun awal, tetapi pada dua tahun sesudahnya jumlah siswa menurun

drastis (tinggal 60% dari tahun 2008/9); hal ini menyiratkan bahwa ada

suatu masalah dalam hal pengelolaan sekolah, dan pihak yayasan sudah

mengambil kebijakan untuk menata lagi manajemen PTK, antara lain

dengan menggantikan Kepala Sekolah dan Rektor/Kepala Asrama.

Kemudian dalam tiga tahun terakhir animo calon siswa menanjak lagi,

sehingga sekolah sudah harus menyediakan 4 sampai 5 kelas parallel.

Ditinjau dari daerah asal siswa muncul juga gejala yang

menarik, yaitu siswa yang mendaftar bukan hanya dari daerah kota dan

kabupaten Sorong, dimana SMPvD ini berlokasi, tetapi sudah diutus

siswa dari pelbagai daerah di Propinsi Papua Barat, malahan dari luar

propinsi ini sendiri. Hal ini menjadi nyata bila daerah asal siswa ini

dibedakan menurut areal pembagian wilayah pastoral dari KMS, yang

diketahui dibedakan atas 6 (enam) pengelompokan TPW (Tim Pastoral

Wilayah) yaitu: Sorong (yang mencakup kota Sorong, kabupaten

Sorong, Tambrauw, Raja Ampat), Manokwari (yang mencakup kota

Manokwari, Kabupaten Manokwari), Babo-Bintuni (yang mencakup

kabupaten Bintuni), Ayawasi (yang mencakup kabupaten Maybrat dan

Sorong Selatan), Fakfak (yang mencakup kabupaten Fakfak), dan

Kaimana (yang meliputi kabupaten Kaimana). Berdasarkan daerah asal

siswa yang baru masuk, diperoleh data demikian:

Page 26: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

106

Tabel 4.9

Daerah asal siswa baru SMP SMPvD sejak tahun 2005-2011

Tahun Sorong Mnkw Bintuni Aywsi Fakfak Kaiman Papua Luar

2005 18 4 1 5 9 0 0 0

2006 50 12 3 8 15 0 0 0

2007 32 23 13 16 13 3 0 0

2008 45 12 18 30 13 0 10 15

2009 29 17 7 11 11 1 13 15

2010 31 8 7 7 11 7 9 10

2011 21 6 10 18 14 3 4 18

Total 226 82 59 95 86 14 36 58

Data di tabel 4.9 di atas ini jelas menunjukkan bahwa sejak

awal berdirinya SM PvD ini kebanyakan pelamar berasal dari TPW

Sorong, hal mana bisa dimengerti karena lokasi sekolah asrama ini

berada di wilayah ini; tetapi nampak juga bahwa animo dari anak-anak

TPW Sorong mulai menurun, sedangkan calon-calon dari TPW lain di

propinsi Papua Barat relative ada setiap tahun kecuali dari TPW

Kaimana, yang letaknya agak jauh dan hanya mempunyai dua SD

YPPK. Yang menarik juga ialah sejak tahun 2008 pamor sekolah ini

semakin bertambah dengan masuknya anak-anak dari propinsi

tetangga, yaitu Papua dan dari luar Papua (khususnya Maluku dan

Nusa Tenggara Timur), walaupun di propinsi-propinsi ini sebenarnya

juga terdapat sekolah berasrama sejenis atau seminari menengah.

Salah satu kebijakan yang diambil yayasan ialah untuk tetap

mempertahankan kuota bagi anak-anak asli Papua (minimal salah satu

orang tuanya berdarah asli Papua), nampaknya masih tetap berlaku,

seperti nampak dari daerah asal TPW Ayawasi, Babo-Bintuni, Fakfak

dan Kaimana.

Bapak Antonius Pamudji, salah seorang orang tua yang

memberikan anaknya untuk dibina di SM PvD, memberikan

keterangan demikian:

Pandangan awam tentang seminari adalah suatu sekolah khusus mendidik para calon imam. Pada umumnya sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu pergi pagi pulang siang atau bahkan sore. Berbeda dengan Seminari Petrus van Diepen yang menerapkan pola

Page 27: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

107

“Sekolah Berasrama”, pendidikan yang diterima bukan hanya sebatas ilmu pengetahuan ilmiah, lebih dari itu pendidikan yang diterima anak lebih paripurna pada tujuan yaitu “menelurkan” imam Katolik.

Mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah sebagai awam yang juga mantan guru ada 3 hal yang saya pandang penting dalam proses “mencetak” seorang imam Katolik. Yang pertama adalah faktor lingkungan tempat tinggal/asrama (termasuk aturan-aturan yang diterapkan) harus sedemikian rupa sehingga membentuk karakter/watak yang harus dimilki oleh seorang imam Katolik. Faktor yang pertama ini menjadi pendukung bagi faktor kedua yaitu pendidikan itu sendiri. Pendidikan disini dimaksudkan adalah proses pendidikan watak ilmiah (di sekolah) dan proses pendidikan watak pribadi dan sosial (di asrama)maka tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia pendidik dan sarana pra-sarana sebagai pendukung proses pendidikan. Kualitas dan kuantitas kedua hal ini harus sesuai dan mumpuni dalam menanamkan nilai-nilai keilmiahan dan nilai-nilai sosial keagamaan yang ingin dicapai; karena secara umum pendidikan adalah salah satu bentuk kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat dengan perkembangan atau perubahan.

2) Tingginya gejala putus sekolah atau D.O. (drops out)

Tabel 4.8 di atas menunjukkan gejala yang tidak lazim terjadi

dalam sistem persekolahan yang ada di Indonesia, yaitu tingginya

angka putus sekolah atau D.O. Proses seleksi untuk tetap

mempertahankan siswa atau untuk memutuskan pendidikannya di

SMPvD ini berlangsung setiap semester; hal ini cukup beralasan karena

kebanyakan siswa tidak membayar sendiri uang SPP dan asrama

melainkan menerima subsidi. Dalam system sekolah berasrama dengan

tujuan khusus, yaitu untuk mendidik calon-calon imam, proses seleksi

ini berlangsung baik di sekolah, dan ini terlebih menyangkut tingkat

IQ dari siswa sesuai dengan hasil studinya.

Dalam tabel 4.8 di atas kentara bahwa terdapat sekitar 20%

anak yang D.O pada kelas 7 (tujuh) dan juga di kelas 8 sudah terdapat

lagi sekitar 30% anak yang putus sekolah; hal yang sama juga dialami

pada kelas 9 (Sembilan). Bila diambil tiga angkatan yang pertama, yaitu

dari tahun 2005 sampai tahun 2007, siswa yang diterima pada kelas 7

berjumlah total 235 anak, sedangkan yang sampai pada kelas 9 hanya

Page 28: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

108

tertinggal 105 orang (atau 44%) dan yang bertahan sampai lulus

tercatat 71 orang (atau 30%); dengan kata lain sekitar 70% dari anak

yang masuk seminari ini tidak menamatkan jenjang SMP. Pengalaman

demikian rupanya terjadi di pelbagai seminari menengah di

Indonesia17. Hal ini memang merupakan konsekuensi dari kebijakan

prinsipiil gereja Katolik yang dikenal dengan pepatah Latin (adagium): „non multa sed multum‟, yang berarti‟ tidak mengutamakan jumlah

yang banyak melainkan mutu yang tinggi‟.

Tidak bertahannya siswa/i hingga 3 tahun masa studi tentu

disebabkan oleh beberapa faktor. Pada kesempatan refleksi bersama di

antara para pihak yang terlibat dalam keseluruhan proses

pendampingan dan pengajaran, para staf Pembina SM PvD

membedakannya menjadi dua dimensi besar yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor personal/pribadi para

siswa/i dan keluarga yang memutuskan untuk tidak melanjutkan proses

pendidikan dan pendampingan di SM PvD. Faktor internal yang

dimaksud adalah:

a. Rindu orang tua.

Faktor ini paling banyak muncul di awal-awal proses tahun

pertama masuk. Hal ini bisa dimaklumi karena usia yang

relative muda dengan situasi hidup yang baru (pertama kali

pisah dengan orang tua)

b. Tidak mampu beradaptasi dengan aturan dan pola kehidupan

asrama.

“Kondisi ini biasa terjadi pada tahun-tahun kedua dan ketiga

proses pembelajaran dan pendampingan asrama”, demikian

komentar salah seorang pamong asrama.

Sementara faktor eksternal adalah faktor kelembagaan dimana

ada keputusan lembaga untuk memulangkan peserta didik ke rumah.

Faktor eksternal secara tegas diberikan karena:

17 Misalnya lihat Buku “Profil Seminari Menengah Indonesia. Regio Sulawesi-Ambon-Papua. No. 3. Komisi Seminari Konferensi Waligereja Indonesia. Jakarta, 2007.

Page 29: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

109

a. Tidak patuh pada aturan

b. Secara akademik tidak mencapai nilai ketuntasan minimal

Tingkat putus sekolah ini sebenarnya tidak begitu banyak

terjadi pada pihak sekolah sendiri, karena sekolah masih menerima

adanya siswa yang mengulang kelas pada setiap tahun dan setiap kelas,

sekitar 5-10%, seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.10

Jumlah siswa yang mengulang kelas pada tahun 2010-2013

Tahun kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah Total

jumlah Ulang jumlah Ulang jumlah Ulang jumlah Ulang

2010-1 95 1 98 13 57 5 250 19

2011-2 149 5 70 3 49 15 268 23

2012-3 130 28 97 2 51 2 278 32

2013-4 141 8 113 4 55 3 309 15

total 515 42 278 22 212 25 1105 89

Seleksi untuk tetap mempertahankan siswa atau untuk

memulangkannya ini lebih banyak dilaksanakan di asrama, seperti jelas

di Pedoman Pembinaan dalam uraian di atas.

Bapak guru Konradus Jurman S.S, salah seorang guru di SM PvD,

mengutarakan pengamatannya, demikian:

Ada beberpa kebijakan dan aturan di lembaga ini yang seringkali menimbulkan reaksi negative dari para siswa maupn orang tua siswa. Di sekolah: Ada larangan bagi siswa untuk menggunakan HP dan alat elektronik lainnya. Sistem gugur atau tahan kelas bagi siswa yang tidak memenuhi standar kelulusan minimal. Sistem gugur bagi siswa yang sering alpa atau tidak disiplin.

Di asrama: ada kondisi makanan di asrama yang kurang memenuhi standar gizi yang memadai. Siswa seminari mengurus pakaiannya sendiri.

Semua kebijakan, aturan atau keadaan yang disebutkan di atas membuat siswa “merasa sulit” menjadi siswa seminari. Hemat saya, setiap unsur aturan di lembaga ini mengandung nilai edukatif. Keadaan yang membuat siswa “merasa sulit” itu merupakan pendidikan karakter yang memotifasi mereka

Page 30: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

110

untuk terus berjuang dan mencari kondisi hidup yang lebih baik. Mereka dipacu untuk hidup lebih sederhana dan tetap bahagia tanpa alat elektronik, tanpa makanan yang sesuai selera, melayani diri sendiri bukan dilayani. (Mungkin kita ingat slogan: manusia unggul adalah manusia yang bisa eksis di segala situasi). Terkadang ada banyak orang sukses sekarang, tetapi ternyata karena ia mengalami kepahitan dan kesulitan hidup di masa lalu.

Sistem gugur dan tahan kelas, adalah ketentuan yang memacu siswa untuk selalu berusaha mengejar prestasi. Pendidikan itu bersifat prospektif, atau mengarah ke masa depan. Dengan mencapai prestasi tertentu mereka boleh mendapat prestise di mata masyarakat. Dengan prestasi tertentu mereka boleh menuntut jabatan tertentu di masyarakat kelak (naik peringkat). Sebaliknya, orang yang belum berprestasi harus bisa menerima sanksi yang diberikan dengan jiwa besar.

3) Kelulusan siswa SMP.

Data tabel 4.8 tentang tingkat kelulusan siswa setelah

menempuh ujian akhir SMP dalam kurun waktu 5 tahun pertama ini

menarik untuk dicermati. Nampaknya pengelola sekolah tidak tergiur

dengan reputasi untuk mengejar tingkat kelulusan 100%, sebagaimana

lasim tersiar di media massa saat selesai masa ujian negara. Biarpun

tingkat kelulusan hanya mencapai 60% (tahun 2006) atau 80% (pada

tahun 2007 dan 2008), tidak ada yang didongkrak naik agar lulus.

Nampaknya adagium: „non multa sed multum‟ diperlakukan di sini.

Pendirian Kelas Persiapan Bawah (KPB)

Pengalaman selama tiga tahun pertama, sekitar 70% siswa

harus mengalami putus sekolah dan/atau dikeluarkan dari asrama ini

membuat para pendidik dan formator pada tahun ajaran 2008/9

memutuskan untuk melaksanakan remedial course atau dinamakan

Kelas Persiapan Bawah (KPB). Tujuannya untuk meningkatkan penge-

tahuan yang telah diterima di SD sebagai bentuk persiapan memasuki

SMP, terlebih dalam bidang pengetahuan bahasa dan juga sebagai

proses beradaptasi dengan tuntutan pembinaan dan pola hidup asrama.

Page 31: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

111

Kelas Persiapan Bawah (KPB) ini berlangsung selama 1 (satu)

tahun. Ini tahap persiapan sebelum masuk Sekolah Menengah Atas.

Mata pelajaran yang diberikan pada tahun pertama adalah pengulangan

bahan SMP kelas III (selama semester I) dan sebagian bahan SMA kelas

I (selama semester II) dengan memberikan prioritas pada mata

pelajaran IPA, matematika, bahasa dan pelajaran khas seminari (Kitab

Suci, Liturgi, Bahasa Latin). Setelah dia memasuki tahun II, III dan IV,

mata pelajaran yang diberikan sama seperti Sekolah Menengah Atas

kelas 1, 2 dan 3 pada umumnya. Pada tahun kedua mereka bergabung

dengan seminaris yang memulai pendidikan di seminari sejak kelas 1

SMP. Tentu saja siswa yang mendaftar masuk KPB ini sudah harus

menerima konsekuensi bahwa dia kehilangan satu tahun dibandingkan

dengan teman-teman seusia/seangkatannya, karena KPB ini tidak lasim

dibuat dalam system pendidikan nasional. Walaupun KPB ini tidak

terhitung dalam rangkaian pendidikan resmi nasional, tokoh tetap ada

peminatnya, seperti jelas dalam tabel 4.11 di bawah ini.

Tabel 4. 11

Data Perkembangan Siswa KPB tahun 2008-2013

Angkatan Jumlah KPB Kelas X Kelas XI Kelas XII 2008 24 24 21 16 13 2009 20 20 16 12 10 2010 13 13 12 8 3 2011 8 8 4 2

2012 9 9 7

2013 11 11

Data tabel 4.11 di atas ini menunjukkan juga bahwa dari

jumlah siswa yang masuk KPB ini sekitar 50% atau lebih rendah yang

terus bertahan sampai ke kelas XII, pengalaman yang serupa dengan

para siswa regular SMP.

Perkembangan siswa jenjang SMA.

Setelah siswa calon imam atau seminaris ini menamatkan

jenjang SMP, mereka perlu masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi,

yaitu SMA. Sebenarnya ada pilihan untuk mengirim mereka misalnya

Page 32: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

112

ke Langgur, propinsi Maluku, atau ke Manado, dimana terdapat SMA

seminari; di keuskupan Amboina, misalnya, terdapat 4 (empat)

seminari menengah untuk jenjang SMP di Tanimbar, Kei, Aru, dan

Tobelo, tapi hanya satu SMA seminari di Langgur, Kei.Tetapi pada

tahun 2008 pihak yayasan dan keuskupan mengambil putusan untuk

mendirikan SMA di kompleks yang sama, agar siswa seminaris yang

tamat SMP di sini bisa melanjutkan studinya di lokasi sekolah dan

asrama yang sama. Alasannya agar para siswa ini tetap dekat dan

mengenali kondisi hidup dan budaya masyarakat di Papua.

Muncul persoalan yang nyata, yaitu jumlah siswa yang tamat

SMP pada tahun 2008 itu hanya 17 orang (lihat tabel 4.8 di atas) dan

ternyata, yang ingin melanjutkan studi di SMA SM PvD, tetap dengan

status calon imam atau seminaris, dan yang wajib tinggal di asrama

untuk pembinaan, hanya tersisa 16 orang. Justru untuk menanggulangi

kekurangan siswa inilah dimulailah Kelas Persiapan Bawah (KPB)

seperti yang diuraikan di atas. Tabel di bawah ini menunjukkan data

perkembangan siswa SMA SMPvD dalam kurun waktu 5 tahun:

Tabel 4.12

Data siswa SMA SMPvD di tahun 2008 sampai 2012

Tahun/Angkatan Siswa Kelas X Siswa Kelas XII Yang Tamat 2008-9 16 14 14 2009-10 37 25 22 2010-11 61 41 41 2011-12 49 Belum Belum 2012-13 43 Belum Belum

Bila dilihat jumlah tamatan SMP di tahun 2008 sampai 2012,

yang tertera pada table 4.8 di atas, langsung nampak bahwa terdapat

beberapa siswa yang tidak ingin melanjutkan ke jenjang SMA sebagai

calon imam dan memilih sekolah yang lain. Jumlah siswa SMA kelas X

sejak tahun ajaran 2009 sampai 2012 ini merupakan gabungan dari

tamatan SMP dan dari KPB yang diselenggarakan oleh SMPvD.

Pengalaman putus sekolah atau D.O. di jenjang SMA ini, dari

kelas X sampai kelas XII, nampaknya mirip dengan pengalaman di

Page 33: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

113

jenjang SMP. Di sini nampak pula pengetrapan adagium: „non multa sed multum‟. Tetapi tingkat kelulusan siswa SMA ini relative lebih

tinggi dibandingkan dengan siswa SMP, yaitu dalam tahun 2008 dan

2010 sudah mencapai 100%.

Berdasarkan uraian di atas, pengelolaan peserta didik yang

dilaksanakan di SM PvD menunjukkan suatu keunggulan tersendiri

dari sekolah sistem asrama ini. SM PvD dalam menyelenggarakan

pendidikan menjalankan Prinsip „non multa sed multum‟. Pembinaan

asrama tidak mempertimbangkan jumlah atau kuantitas lulusan, akan

tetapi lebih pada mutu hidup lulusannya. Hal tersebut dapat dilihat

dari proses seleksi yang dijalankan pada setiap akhir semester. Hal ini

sangat jelas pada kasus tingkat putus sekolah atau D.O. yang begitu

tinggi setiap tahun, terlebih bagi mereka yang tidak mampu

beradaptasi dalam kehidupan asrama. Kebijakan ini menghargai tiap

pribadi anak didik, karena tidak menjadikan mereka hanya sebagai

salah satu nomor dalam jumlah melainkan lebih memperhatikan

minat, bakat dan kemampuan masing-masing sesuai inteligensinya.

Selain itu, di dalam setiap proses pogram pendidikannya

dijalankan sistem Kelas Persiapan Bawah (KPB). KPB ini berusaha

menanggulangi ketertinggalan dalam bidang ilmu dari kelompok anak-

anak yang mengecap pendidikan terlebih di daerah pedesaan yang

mutunya rendah walaupun sudah dinyatakan lulus SMP lengkap

dengan ijazahnya yang bernilai „bagus‟. Remedial course ini membantu

anak untuk tidak menjadi rendah diri dalam pergaulan dengan rekan-

rekannya tetapi mampu bergaul setara dengan mereka yang tamat dari

sekolah yang bermutu lebih baik, khususnya dari perkotaan.

Terakhir yaitu membatasi jumlah siswa per kelas. Kebijakan ini

pun sesuai dengan SNP dan menjamin bahwa guru dan Pembina

mampu untuk mengenali dan mengikuti perkembangan anak. Ratio

guru dan siswa tetap dipertahankan, tanpa jatuh pada godaan finansial

(banyak siswa banyak uang SPP) atau godaan belas kasih yang keliru

(demi menjaga relasi atau demi nama baik, dsb.).

Page 34: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

114

Pengalaman Pengelolaan Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan

mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau

memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga

kependidikan di sekolah meliputi Tenaga Pendidik (Guru), Pengelola

Satuan Pendidikan, Pustakawan, Laboran, dan Teknisi sumber belajar.

Guru yang terlibat di sekolah inklusi yaitu Guru Kelas, Guru Mata

Pelajaran (Pendidikan Agama serta Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan), dan Guru Pembimbing Khusus. Manajemen tenaga

kependidikan antara lain meliputi: (1) Inventarisasi pegawai; (2)

Pengusulan formasi pegawai; (3) Pengusulan pengangkatan, kenaikan

tingkat, kenaikan berkala, dan mutasi; (4) Mengatur usaha

kesejahteraan; (5) Mengatur pembagian tugas.

Tenaga Pendidik dan kependidikan SMP di Seminari Menengah Petrus

van Diepen ini ialah:

a. Rd. Adrianus Gaut

b. Ignatia Fitriani Rahayu, S.Pd.

c. Elisabet Eustakia, S.S

d. Konradus Jurman, S.S

e. Maria Oratmangun, S.Si

f. Tri Ratna Sari, S.Si

g. Lusiana Lobia

h. Welliana Febriayanty Iba, S.Pd

i. Fr. Mateus Syukur

j. Fr. Hengky Yerisitouw

k. Br. Yohanis Ari Apelabi, S.Pd

l. Fr. Fidelis Neli, S.Fil

m. RP. Melkianus Kisa, SVD

n. Adelita Sande Lembang, S.Pd

o. Rufina Rita Lobya, SE

p. Longga Jeniaty Pasaribu, S.Ap

Page 35: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

115

Sedangkan tenaga Pendidik dan Kependidikan untuk SMA yaitu:

a. RP. Aloysius Roja

b. RP. Alan Nasraya, SVD

c. Sr. Maria Rita, OSA

d. ALbertus B. Buntoro

e. Veronika Selvi, S.Pd

f. Fr. Paulinus Ngelo Sawa, S.Fil

g. Fr. Yustinus RT,Neno, S. Fil, SVD

h. Fr. Yanuarius Kalindija, S.Fil

i. Rp.Yohanes Kota

j. Yustina Pakidi, S.Si

k. Drs.Carolus Widiarto

l. Drs. Rafael Gambu

m. Ambrosius Felix, S.Pd

n. Emanuel Prasetya, S.Pt

o. Agnes Ary Wardani, A.Md

Selain tenaga pendidik, Seminari Menengah PvD ini pun

mempunyai staf formator atau Pembina yang memperhatikan kegiatan

hidup di asrama. Komposisi Pembina di SM PvD ini tertera dalam table

di bawah ini:

Tabel 4.13

Komposisi Pembina-Formator di Seminari

Jabatan Tinggal di

Seminari

Mulai Tugas di Seminari

Keterangan

Rektor ya 01-10-2010 RD. Jerry Rumlus Pr

Pamong Akademik ya 01-10-2006 RD Yan Vaenbes Pr

Pamong Spiritualitas ya 04-10-2011 RP. Alan Nasraja SVD

Kepala Asrama (Koord. Pamong)

ya 16-10-2011 Juli 2008

RD. Adrianus Gaut Pr (SMP) RP. A. Roja O.Carm (SMA)

Ekonom ya Agustus 2011

RP. Christo O.Carm

Pamong Unit 1 ya RD. Adrianus Gaut Pr

Pamong Unit 2 ya Frater

Pamong Unit 3 ya Frater

Page 36: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

116

Pamong Unit 4 ya Frater

Pamong Unit 5 ya Frater

Pamong Unit 6 ya Frater

Pamong Unit 7 ya Frater

Pamong SMA Unit 8 ya Frater

Pamong SMA Unit 9 ya Frater

Pamong SMA Unit 10 ya RP. A. Roja O.Carm

Rektor merangkap beberapa tugas lain di KMS, seperti:

Anggota Dewan Konsultores KMS, Anggota Dewan Keuangan KMS,

Ketua Komisi Panggilan/Seminari KMS. Pamong Akademik merangkap

Kepala SMP/SMA, dan Wakil Rektor. Koordinator Pamong Asrama

SMA merangkap wakil kepala sekolah SMA; sedangkan Koordinator

Pamong Asrama SMP merangkap wakil Kepala Sekolah SMP.

Terdapat beberapa tanggungjawab yang diemban oleh tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu sebagai berikut:

a. Pembagian Tenaga Pengajar dan tugas guru disertai SK oleh

kepala sekolah dengan merujuk pada Job Description

b. Penataan Administrasi Buku Induk Siswa dan arsip surat-

menyurat dan dokumentasi lainnya

c. Laporan Bulanan Sekolah kepada pihak Dinas Pendidikan dan

BP YPPK KMS

d. Laporan bulanan Keuangan kepada pihak Ekonom Keuskupan,

BP YPPK KMS dan Rektor SPVD

e. Penanggungjawab perpustakaan, kantin dan laboratorium

yang ada di sekolah

f. Menghadiri rapat dengan pihak dinas dan yayasan

g. Memperhatikan daftar hadir guru dan siswa

Beban kerja guru diatur dengan memperhatikan petunjuk

yayasan dengan memenuhi waktu 24 jam per minggu. Kadang karena

kondisi jumlah tenaga pengajar maka guru bisa mengalami kelebihan

jam mengajar. Selepas jam mengajar di sekolah guru (pater, romo,

Page 37: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

117

frater dan bruder) melanjutkan tugas sebagai Pembina di asrama. Tugas

rutin yang dijalankan adalah mendampingi dan mengawasi siswa-siswa

dalam menjalankan aturan harian yang tercantum dalam buku

pedoman pembinaan.

Fr. Yustinus R.T. Neno SVD, salah seorang tenaga pendidik di

SM PvD menyatakan pandangannya tentang kualitas para pendidik SM

PvD demikian:

Seminari Petrus van Diepen memiliki staf pengajar yang berasal dari lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda. Lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda menunjukkan kualitas staf pengajar yang berbeda pula, baik dalam pengetahuan, metode pengajaran dan cara membahasakan materi yang diberikan kepada peserta didik. Perbedaan itu mendatangkan cara pandang yang berbeda pula, yang diberikan peserta didik kepada para pendidik. Lihat saja komentar dan penilaian peserta didik yang pernah saya dengar, terhadap para pendidik yang bervariasi. Ada yang mengatakan guru ini baik sekali cara mengajar dan bahasa yang digunakan dalam memberikan pengajaran, ada pula yang mengatakan guru itu mempunyai pengetahuan yang luas, tapi ada pula yang mengatakan sebaliknya. Perbedaan komentar dan penilaain dari siswa terjadi karena mereka merasakan dan mengalami proses pengajaran yang diberikan para Guru.

Menurut penilaian saya, kualitas pengajar di seminari tergolong bagus dan ada yang cukup baik. Saya bisa mempertanggungjawabkan penilaian saya ini dari pengetahuan, rasa tanggung jawab, metode dalam mengajar dan cara menyampaikan materi yang dimiliki dari teman-teman guru. Dalam pengamatan saya, ada beberapa guru yang sungguh-sungguh menjalani apa yang saya sebutkan di atas, tetapi ada guru yang tidak sungguh-sungguh menjalankannya. Bisa dikatakan dengan perkataan lain, ada staf guru yang sungguh-sungguh mengabdikan dirinya kepada peserta didik dan lembaga secara total, tapi ada juga guru yang mengabdikan dirinya setengah-setengah saja. Itu terbukti lewat kesaksian hidup yang mereka tampilkan, baik kepada peserta didik dan lembaga.

Bimbingan studi siswa seminari dilakukan dengan mengawasi/

menemani saat belajar pada sore dan malam hari. Untuk tugas

pengawasan ini biasanya para Pembina dibuatkan jadwal piket per

minggu. Tugas dari Pembina asrama antara lain:

Page 38: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

118

a. Sebagai pamong unit yang bertanggungjawab atas sejumlah

anak yang tinggal di unitnya, rata-rata jumlah anak per unit 27

orang.

b. Bertugas menjaga, mengawasi dan bertindak sebagai orang tua

bagi anak-anak

c. Melakukan ratio, pembicaraan pribadi, wawancara untuk

mengenal anak lebih dekat, biasanya dilakukan sekali dalam

semester dan tidak menutup kemungkinan bagi yang

berkebutuhan khusus.

d. Menjadi penggerak/ koordinator dalam menjalankan kegiatan

harian sesuai aturan harian yang ditetapkan.

e. Dalam menjalankan fungsi pamong, Pembina tetap

berpedomankan pada buku pedoman pembinaan seminari.

Jumlah Pembina Seminari sekarang 15 orang, 8 pastor, 6 frater, 1

bruder. Jumlah siswa seminari 310/15. Ratio Pembina dan siswa 1:20.

Dalam menjalankan pembinaan di seminari ada perbedaan pembinaan

di seminari untuk SMP dan SMA. Diatur sesuai kalender kegiatan

semester yang ditetapkan pada awal semester oleh para Pembina. Hal

ini pandang perlu karena tingkatan pemahaman dan orientasi

pembinaan berbeda.

Pengalaman Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Manajemen sarana-prasarana sekolah bertugas merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi,

dan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan sarana-prasarana agar

dapat memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan belajar

mengajar. Saat ini Seminari sudah mempunyai gedung SMP berlantai

dua, -gedung bertingkat dua, 16 ruangan –, di samping itu ada ruang

perpustakaan, laboratorium Bahasa dan IPA, serta ruang staf pengajar.

Bangunan gedung SMA sama dan sebangun dengan gedung SMP.

Karena keduanya memakai gambar yang sama. Bedanya gedung SMA

Page 39: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

119

ada gang di tengah yang membelah bangunan segi empat itu. Sehingga

(terkesan) ada dua lokal dalam satu bangunan. Pembangunan SMA

sudah dimulai sejak tahun 2010. Sebagain besar dana dari pemerintah

kabupaten Sorong. Satu lokal sudah rampung dan sudah bisa dipakai

untuk kegiatan belajar mengajar. Sedangkan satu lokal lainnya sedang

dalam tahap pembangunan (lihat foto-foto yang dilampirkan).

Seminari menyediakan asrama dengan daya tampung mencapai

400 siswa. Ada 10 Unit untuk siswa SMP dan SMA, 2 Unit untuk

tenaga Staf Pembina, dan 1 Unit untuk tenaga pengajar (lajang). Ada

fasilitas umum (dapur, ruang makan, aula Semangat). Asrama

dilengkapi dengan fasilitas olah raga (lapangan basket, volley, bola

kaki).

Salah seorang guru dan pamong asrama, frater Yustinus R.T.

Neno SVD, memberikan komentarnya tentang sarana-prasarana di SM

PvD demikian:

Seminari Petrus van Diepen memiliki bangunan yang berkualitas; layak dijadikan sebagai tempat untuk menggali dan menimba pengetahuan dan pembentukan karakter bagi peserta didik. Dikatakan bangunan berkualitas karena jenis gedung sekolahnya berskala internasional. Saya mengatakan demikian karena model bangunannya seperti sekolah-sekolah internasional, seperti sekolah di kota-kota besar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Gedung sekolah yang berkualitas dapat membuat peserta didik nyaman dan merasa „at home‟ untuk menimba dan mencari pengetahuan dan melahirkan spirit untuk memacu diri dalam belajar.

Seminari Petrus van Diepen memiliki dua gedung bangunan sekolah yang dipergunakan oleh siswa/i SMP dan siswa/i SMA. Gedung bangunan sekolah selalu mendapat perhatian perawatan, baik oleh para guru maupun siswa-siswi. Salah satu contoh bentuk perawatan yang diberikan kepada bangunan gedung sekolah ialah melarang siswa/i untuk mencoret tembok bangunan dengan tulisan-tulisan. Namun, terkadang siswa/i tidak mentaati larangan ini, sehingga ada banyak coretan-coretan yang terlukis indah pada dinding tembok bangunan seminari. Hal lain yang dilakukan ialah membersihkan sarang laba-laba yang biasa melekat pada sudut tembok. Ini adalah bentuk tanggapan dan perhatian

Page 40: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

120

akan rasa memiliki terhadap gedung bangunan seminari dari para pendidik dan peserta didik. Hemat saya, tujuannya adalah membuat gedung sekolah ini tetap indah dan bersih, sehingga baik pendidik dan peserta didik dapat merasa nyaman dan bergairah dalam proses belajar-mengajar.

Pengalaman Pengelolaan Pembiayaan Asrama

Sebagai bagian dari upaya untuk mencerdaskan umat,

keberadaan SM PvD menjadi alternatif bagi anak Papua untuk

menimba ilmu. Berdasarkan latar belakang siswa yang menjadi murid

di asrama SM PvD, kebanyakan mereka adalah asli Papua. Dari segi

kehidupan ekonomi, pada umumnya mereka tergolong miskin. Oleh

karena itu, penyelenggarakan pendidikan asrama SM PvD tidak

memungut biaya bagi siswa yang masuk ke sekolah ini.

Pembiayaan pendidikan asrama diperoleh dari sumber-sumber

dana bagi Seminari. Partisipasi orangtua siswa, paroki-paroki se-

Keuskupan, GOTAUS (Gerakan Orang Tua Asuh Seminaris),

Pemerintah, dan donatur. Selain itu, sumber dana juga diusahakan

secara swasembada dari pihak sekolah/asrama untuk membantu self-support dana: kebun sayur, ternak babi dan sapi. Untuk tahun-tahun

mendatang: sewa bis sekolah/seminari, uang sewa gedung rapat/retret,

petermakan.

Sedangkan jumlah biaya hidup yang dibutuhkan untuk sekolah

dan seminari yaitu: Jumlah biaya sekolah per bulan sebesar Rp 200.000,

Jumlah biaya asrama per bulan Rp 300.000. Pakaian seragam seharga

Rp 375.000 (SMA: Rp 490.000) ditanggung orangtua. Tak ada pungutan

„uang pembangunan‟ atau „uang masuk‟ dan tagihan lain-lain (OSIS,

laboratorium, perpustakaan, dsb.), buku-buku pelajaran disiapkan oleh

sekolah dan dipinjamkan kepada para siswa-siswi secara gratis. Hanya

l.k. 40 % orangtua mampu membayar uang asrama/sekolah. Yang lain

diberi beasiswa oleh parokinya (tetapi hanya 8 dari 23 paroki di

Keuskupan Manokwari-Sorong), atau oleh Keuskupan.

Page 41: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

121

Pengalaman Penilaian

Frater Mateus Syukur, salah seorang tenaga pendidik dan serentak

pamong-formator di SM PvD membeberkan pengalamannya tentang

arah pendidikan SM PvD, antara lain demikian:

Arah perjalanan hidup lembaga seminari dibangun di atas dasar pengharapan akan satu kepastian hidup, di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian. Arah perjalanan itu ialah untuk menciptakan manusia yang produktif, kreatif dan inovatif yang berdaya guna baik untuk bangsa, negara maupun untuk gereja. Seminari merupakan sebuah lembaga pendidikan seperti lembaga pendidikan lainnya yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan akan kebutuhan manusia yang ingin menjadi manusia sejati, yang bukan hanya sekedar ada namun harus memiliki kesadaran akan adanya dan bertanggungjawab atas adanya. Untuk itulah media yang diperlukan adalah belajar terus-menerus dan tidak ada waktu untuk tidak belajar.

Sudah pasti bahwa setiap lembaga pendidikan apapun di tanah Papua ini, hadir dengan sebuah keunikannya masing-masing. Seminari Petrus Van Diepen juga demikian hadir dengan keunikannya tersendiri. Keunikan itulah yang nantinya menjadi pembeda antara lembaga pendidikan yang satu dengan yang lainnya di tanah Papua tercinta ini. Tentu saja kekhasan yang ada di lembaga Seminari Petrus Van Diepen, mengerucut pada sebuah tujuan untuk membangun mindset anak-anak bangsa terutama putera/puteri Papua.

Seminari hadir untuk membangunkan kesadaran setiap manusia akan pentingnya sebuah pendidikan. Untuk itulah diciptakan sebuah aturan hidup yang tersistematis. Inilah keunikan yang seharusnya tetap dipertahankan di sebuah lembaga pendidikan bahwa ia bukan sekedar membangun salah satu dimensi dari kehidupan manusia tetapi seharusnya mencakup seluruh aspek yang diperlukan demi sebuah keutuhan satu pribadi yang namanya manusia. Hal inilah yang selalu diciptakan di lembaga Seminari Petrus van Diepen.

Ada beberapa aspek pendidikan yang merupakan sarana untuk mencapai sebuah tujuan bagi setiap anak bangsa terutama putera/puteri Papua yang ingin, masih dan sudah mengenyam pendidikan di Seminari Petrus Van Diepen, yaitu Aspek hidup Rohani, Aspek hidup studi dan Aspek

Page 42: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

122

hidup komunitas. Ketiga aspek ini merupakan gambaran umum yang mana setiap aspek tentu memiliki muatan dasar pendidikan untuk membantu membangunkan kesadaran setiap pribadi terutama yang lahir dari tanah Papua dan ingin menjadikan dirinya bermanfaat bagi kehidupan.

Inilah yang menjadi kekhasan seminari. Aspek rohani bertujuan untuk menyadarkan manusia bahwa ia adalah makhluk spiritual yang senantiasa mengarahkan hidupnya pada sesuatu yang tertinggi yakni Tuhan. Aspek hidup studi bertujuan untuk memaknai keberadaan manusia sebagai pribadi berakal budi yang perlu diisi dengan belajar terus-menerus. Sedangkan aspek hidup komunitas menyadarkan manusia akan dirinya sebagai makhluk sosial yang tentunya tidak bisa hidup tanpa adanya pribadi yang lain.

Ketiga aspek ini merupakan gambaran umum, yang pastinya setiap aspek ada aturan dalam pelaksanaannya di Seminari Petrus Van Diepen.

Kepala SMP di SM PvD, RD. Adrianus Tuturop Pr, memberikan juga

arah pendampingan yang dilakukan selama ini, yaitu:

….bagian dari pendampingan yang dilakukan selama ini yaitu terarah pada: 1. Siswa/i-Seminaris menyadari nilai-nilai manusiawi yang

tumbuh dalam keluarga dan dapat berkembang dalam kehidupan komunitas di seminari

2. Siswa/i-Seminaris menyadari perlunya perkembangan bebas menuju kepribadian yang dewasa. Pribadi yang dewasa tercermin pada: keseimbangan antara segi rasional/ intelektual dan emosional-afeksi, ketekunan, ketabahan, disiplin diri, menghayati seksualitas secara sehat, berinisiatif dan kreatif.

3. Kedewasaan pribadi secara kristiani: hidup berpola pada Yesus Kristus, menerima dan menghayati rahmat Tuhan, ketekunan dan kesetiaan mendengarkan sabda Allah, menghayati nilai-nilai hidup rohani dan bersama. Siswa/i-Seminaris rela menerima bimbingan rohani, makin mampu mengenal panggilan Allah

4. Siswa/i-Seminaris menyadari bahwa kedewasaan kristiani berkembang jika ditopang oleh perkembangan kedewasaan manusiawi

5. Seorang manusia dewasa secara manusiawi dan kristiani, dilengkapi dengan kemampuan belajar mandiri. Hidup berpola pada Yesus Kristus dan menuju “imamat” dengan

Page 43: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

123

meneladan Bunda Maria dalam menghayati panggilan hidupnya

6. Pribadi dewasa secara manusiawi: mengenal jati dirinya meskipun masih memerlukan pengukuhannya

7. Manusia dewasa berarti memiliki pribadi yang utuh, bukan hanya mengenal diri melainkan akrab dengan dirinya. Ia tahu dan menerima keunggulan dan kelemahannya. Kedewasaannya tampak pada kemapanan intelektual dan kepribadian

8. Menjadi manusia cerdas yang mampu bersaing di segala level dengan tetap bersandar pada nilai-nilai kemanusiaan

Itulah upaya yang dilakukan oleh para pendamping, baik secara khusus di sekolah maupun di asrama.

Demikian pula bapak guru Konradus Jurman S.S., menyatakan

pengalamannya tentang pendidikan berpola asrama di SM PvD

demikian:

Konsep pendidikan seminari bukan hanya untuk menguasai apa yang disebut 3M (membaca, menulis dan menghitung). Pendidikan seminari harus berorientasi kepada pembentukan kepribadian orang secara komprehensif, sekurang-kurangnya ada tiga tema besar yang disingkat dengan 3S (Scientia, Sanitas dan Sanctitas atau berilmu, sehat, dansuci). Untuk mewujudkan manusia berkepribadian 3S ini tentu kita membutuhkan sebuah panti pendidikan yang mendukung untuk itu, yakni gedung sekolah dan Asrama yang memadai.

Siswa-siswi yang hidup di sekolah dan asrama, mereka sungguh-sungguh diasah, ditempa dan dididik selama 24 jam. Di asrama, mereka sungguh-sungguh mengetahui dan merasakan mengalirnya waktu diikuti dengan berbagai macam kegiatan yang sudah terencana dan terjadwal. Semua kegiatan itu bermuara pada pembentukan kepribadian peserta didik untuk mewujudkan 3M dan 3S tadi. Secara sederhana, orang mengatakan bahwa pendidikan berpola asrama melatih orang untuk hidup “disiplin waktu.”

Mereduksi pendidikan berpola asrama dengan soal “displin waktu” hemat saya adabenarnya, karena segala sesuatu kita lakukan dalam “bingkai waktu.” Waktu terus berjalan, apabila kita tidak mengisinya dengan berbagai kegiatan yang bermagna maka waktu itu akan megalir dengan sia-sia. Pendidikan berpola asrama, dengan berbagai kegiatan terjadwal, tentunya mampu merubah mindset siswa akan pentingnya mengisi hidup dengan melakukan berbagai

Page 44: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

124

kegiatan berguna dari waktu ke waktu. Setiap waktu mengalir juga mengalirkan rahmat, sehingga orang Barat mengatakanTime is money. Menyia-nyiakan waktu berarti menyia-nyiakan rahmat atau uang.

Pengalaman Kompetensi Kelulusan Siswa

Paskalis Kosay, salah seorang siswa SM PvD menuliskan

pengalamannya yang membanggakan tentang kompetensi

kelulusannya demikian,

Saya adalah siswa yang berasal dari Wamena dan secara geografis jauh dari Sorong. Saya bangga bersekolah di Seminari Petrus van Diepen. Kebanggaan saya ini beralasan karena selama kurun waktu proses belajar saya mengalami perkembangan dalam bidang-bidang berikut yang menjadi dasar orientasi pendidikan di Seminari antara lain: 1. Aspek intelektual

Dalam proses saya mengalami perkembangan karena guru-guru mampu mentransfer ilmu pengetahuan secara baik. Standar intelektual yang harus dicapai adalah 70 . standar ini menjadi penanda sekaligus pendongkrak semangat untuk terus memacu diri dalam belajar. Saya benar mengalami perkembangan dalam hal belajar. Di sini saya belajar bahwa belajar bukan hanya untuk sebuah angka tetapi belajar untuk hidup.

2. Aspek spiritual Pada aspek ini saya diajarkan dan belajar untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Kegiatan rohani yang dijalani adalah: ibadat pagi, ekaristi/misa, salve, pengakuan dosa, rekoleksi, retret, dan completorium/ doa penutup. Aspek spiritual membentuk kecerdasan spiritual sebagai bentuk kesadaran akan yang Ilahi. Saya belajar untuk membawa diri di hadapan Tuhan pencipta. Saya belajar untuk rendah hati di hadapan sang pencipta.

3. Aspek Jasmani Yang saya belajar dari aspek ini adalah pengolahan diri dalam kesehatan fisik, mental dan relasi sosial. Saya belajar melalui aturan harian yang mengkondisikan untuk hidup sehat, bermain bersama, hidup bersama, kegembiraan teman menjadi kegembiaraan saya, kedukaan teman menjadi kedukaan bersama. Saya mengalami situasi pengolahan mental untuk bertumbuh sebagai seorang anak. Dalam proses pengolahan hidup di sana-sini saya mengalami situasi pasang dan surut.

Page 45: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

125

Terkadang sampai putus asa, tetapi saya bahagia karena terus ditemani oleh para guru di sekolah dan pamong di asrama dengan motivasi dan pengajaran akan hidup yang baik.

Akhirnya saya mau mengatakan bahwa sekolah asrama seminari Petrus van Diepen adalah jawaban bagi cita-cita saya untuk sekolah dan tinggal di asrama. Saya belajar untuk mandiri dalam berbagai hal. Menurut saya inilah model pendidikan yang menjawab kebutuhan anak-anak Papua.

Frater Yustinus R.T. Neno SVD memberikan pemaparan yang

bisa menggambarkan kualitas peserta didik SM PvD dengan output yang dlahirkan oleh sekolah berpola asrama ini, demikian:

Kualitas peserta didik seminari van Diepen sangat berbantung dari beberapa hal, seperti: Pertama, kualitas pendidik. Kualitas dari pendidik sangat mempunyai pengaruh besar terhadap proses perkembangan anak, terutama dalam aspek kognigtif, psikoemosional, spiritual dan pembentukan karakter. Di sini, guru yang berkualitas tahu bagaimana mendidik dan menjadikan seorang peserta didik yang berkualitas dari semua aspek, bukan hanya satn aspek saja. Jadi, kualitas pendidik bisa menjadi penentu dari kualitasnya seorang peserta didik.

Kedua, harus ditemukan sebuah „sistem yang tepat‟ dalam lembaga seminari. Sistem yang dimaksudkan ialah atmosfer Seminari yang dapat membuat para seminari menyadari akan keberadaannya di seminari.Sebagai contoh, ketika saya pertama kali sekolah di seminari Flores, saya langsung merasakan atmosfer seminari yang menanamkan budaya baca, sangat menghargai waktu, menghargai keheningan, dan lain sebagainya. Atmosfer ini yang membius saya untuk harus diikuti dan dijalankan dalam kehidupan saya di seminari. Dan apa yang saya terima di seminari menengah terbawa sampai saat ini. Jika sistem yang sudah cocok dan tepat itu ditemukan, saya yakin nuansa seminari saat ini akan berbeda; seminari makin bersinar.

Dua hal yang saya sebutkan di atas menjadi anjuran untuk menjadikan siswa/i seminari berkualitas. Dalam pengamatan saya sekarang ini, secara akademik untuk konteks Papua, khususnya Kabupaten Sorong, siswa/i seminari termasuk peserta didik yang berkualitas secara akademik. Tapi untuk konteks Papua secara keseluruhan belum teralu pasti. Hal ini terjadi karena masih ada banyak orang yang lebih berkualitas di sekolah lain.

Page 46: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

126

Di samping itu juga, Seminari van Diepen dikenal sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran, perhatian para guru kepada siswa yang sangat baik dan peraturan yang ditetapkan lembaga seminari yang tergolong keras. Hal initerjadi karena di dalam tubuh seminari van Diepen sendiri (pendidik dan peserta didik) sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Dan ini yang menjadi kualitas Van Diepen.

Sepuluh tahun usia seminari van Diepen sudah menghasilkan output yang melanjutkan study diberbagai universitas, baik dalam negeri maupun luar negeri. Diusia yang masih tergolong sangat muda, van Diepen melahirkan putra-putri yang mampu bersaing dengan mahasiawa dari latarbelakang pendidikan yang berbeda. Buktinya, laskar-laskar van Diepen masih bertahan di universitas terkenal seperti Sanata Darma dan universitas ternama di luar negeri.

Ada juga putra-putra yang dilahirkan dari rahim van Diepen untuk melanjutkan studinya di lembaga calon pembentukan imam. Putra-putra pilihan Tuhan ini bersedia menanggapi dan menjawabi panggilan Allah untuk menjadi Imam Keuskupan dan bairawan misionaris. Mereka tersebar ke beberapa keuskupan seperti Keuskupan Manokwari Sorong, Jayapura dan beberapa konggregasi seperti OSA, O. Carm dan SVD. Pendidikakan, pembinaan dan pembentukan yang terjadi di rahim Petrus van Diepen sudah melahirkan putra-putri yang berkualitas. Pengbadian, kerja keras dan kerjasama antarpembina, pendidik dan peserta didik melahirkan output-output yang berkualitas.

Hasil Pengelolaan Seminari Menengah „Petrus van Diepen‟

di Kabupaten Sorong

Penyelenggaraan pendidikan bagi siswa SM PvD diupayakan

untuk mewujudkan seorang manusia dewasa secara manusiawi dan

Kristiani pada tingkatnya serta diperlengkapi dengan kemampuan

untuk belajar hidup secara tekun dan reflektif menuju pribadi yang

berpola pada hidup Yesus Kristus18. Pribadi yang demikian memiliki

ciri-ciri: memiliki sikap yang terbuka; memiliki semangat pelayanan;

mampu berefleksi; peduli terhadap sesama dan lingkungan yang dijiwai

dengan hati nurani yang luhur dalam terang iman Kristiani.

18 Lihat Pedoman Pembinaan Calon Imam di Indonesia, 2001:31.

Page 47: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

127

Selain bertujuan untuk mewujudkan pribadi yang unggul

tersebut, asrama juga bertujuan mewujudkan prestasi akademik siswa.

Hasil prestasi siswa dilihat dari sejauh mana para peserta didik dapat

menerima proses pembelajaran yang diberikan oleh para guru

(kwalitatif) dan berdasarkan nilai akhir (rapor) sebagai bentuk evaluasi

belajar mengajar.

“Pada lingkup yang lebih besar, prestasi akademik para siswa/i kami ukur dari presentase tingkat kelulusan dari setiap angkatan. Sebagai sebuah lembaga yang mengedepankan aspek kejujuran dalam pelaksanaan Ujian Nasional dan system penilaian di sekolah, kami cukup berbangga dengan prestasi akademik yang dimiliki oleh peserta didik. Jika dibuat rata-rata secara umum dari beberapa kali pelaksanaan Ujian Nasional, presentase kelulusan untuk tingkat SMP sebesar 86%, sementara untuk tingkat SMA sebesar 96%”, demikian komentar Rektor SM PvD.

Berikut tabel yang dapat menggambarkan prestasi akademik

peserta didik.

Tabel 4.14.

Prestasi Akademik Siswa/I SM PvD pada Tingkat SMP

Tahun/Ajaran Siswa/i SMP kelas

3 Lulus

Tingkat Kelulusan

2007/2008 21 17 81% 2008/2009 30 20 67% 2009/2010 59 44 75% 2010/2011 42 40 95% 2011/2012 50 48 96% 2012/2013 47 belum ada data belum ada data Rata-rata 86%

Tabel 4.15.

Prestasi Akademik Siswa/I SM PvD pada Tingkat SMA

Tahun/Ajaran Siswa/i SMA kelas

3 Lulus

Tingkat Kelulusan

2010/2011 14 14 100% 2011/2012 25 22 88% 2012/2013 41 41 100%

Rata-rata 96%

Page 48: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

128

Perjuangan total dari para peserta didik memang patut

diacungkan jempol, karena bukan saja menonjol pada aspek akademik

di sekolah, melainkan juga mampu berprestasi dan bersaing dengan

sekolah lain. Dalam beberapa ajang perlombaan baik pada lingkup lokal

maupun Nasional, SMPvD tidak pernah absen untuk ikut serta dalam

seleksi Olimpiade Sains di tingkat kabupaten, propinsi bahkan tingkat

nasional.

SM PvD pernah menjuarai ajang olimpiade sains yang

dikhususkan untuk anak-anak asli Papua dan diselenggarakan P.T.

Freeport Indonesia untuk mata lomba Biologi, Fisika, Kimia,

Matematika dan karya tulis Ilmiah. Selain itu, sebanyak tiga kali ajang

olimpiade sains yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan

Nasional (Kemendiknas), siswa SM PvD menjadi delegasi Pemerintah

Propinsi Papua Barat pada kejuaraan Olimpiade Sains Nasional untuk

mata lomba Ekonomi. Prestasi non akademis yang dicapai tampak dari

dikirimnya beberapa siswa/i dalam berbagai pagelaran dan perlombaan

seni budaya tingkat nasional seperti cipta puisi, baca puisi, musik

tradisional dan tarian daerah.

Lulus sekolah menengah atas bukanlah akhir dari perjalanan

pendidikan. Hal ini sudah menjadi kesadaran kolektif dari siswa/i SM

PvD. Setelah menyelesaikan masa studi selama 3 tahun di bangku

SMA, siswa/i berjuang untuk bisa menempuh pendidikan tinggi.

Bahkan, salah satu lulusan (2011) SM PvD sedang melanjutkan

pendidikan di sebuah perguruan tinggi ternama di Jerman. Satu orang

siswa di angkatan ini (2013) juga sedang mempersiapkan diri untuk

melanjutkan pendidikan tinggi di Jerman.

Selain itu, sebagian besar dari lulusan SM PvD pada dua

angkatan (2011 dan 2012) berani untuk memilih dan mengikuti

panggilannya sebagai imam (69%). Lebih jelasnya bisa dilihat pada

grafik dan table di bawah ini.

Page 49: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

129

Gambar 4.1

Konsentrasi Pendidikan Siswa

Tabel 4.16

Data Angkatan dan Konsentrasi Pendidikan

Angkatan Siswa/i SMA kelas

3 Pendidikan Imam Perguruan Tinggi

2011 14 8 6 2012 25 19 6 Total 39 27 12

Persentase 69% 31%

Hasil pengelolaan seminari seperti disebutkan di atas,

menunjukkan bahwa penyelenggaraan sekolah asrama memiliki

berbagai keunggulan dibandingkan dengan sistem non asrama dalam

rangka untuk mengakselerasi prestasi siswa. Kehidupan asrama yang

mengharuskan siswa untuk selalu berada di asrama serta di bawah

pengawasan guru dan pembina di dalam asrama menjadikan siswa

lebih semangat dan lebih giat dalam mengikuti proses pendidikan di

asrama.

Page 50: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

130

Keunggulan Pengelolaan Asrama SM PvD

Penelitian lain yang kami buat untuk asrama yang ada di kota

Sorong, yakni Asrama Putra St. Agustinus, Asrama Puteri St. Monika

dan Asrama Puteri St. Fransiskus Xaverius19. Asrama-asrama ini sering

disebut sebagai Panti Asuhan. Asrama ini diadakan untuk menampung

anak-anak yang tidak mempunyai keluarga di kota Sorong, namun

berkeinginan melanjutkan studinya di Kota Sorong. Juga terdapat

anak-anak yang memang tidak mempunyai orang tua lagi. Asrama ini

lebih dari sekedar tempat kost sebab di asrama ini ada juga seorang

pembina yang mengatur hidup bersama anak-anak yang ada. Orangtua

memilih tempat ini karena merasa aman bagi anak-anak mereka dan

suasana belajar dapat terciptakan di tempat ini.

Berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi serta kajian

dokumen pada SM PvD dan dengan membuat pembandingan tentang

corak pengelolaan pada ketiga asrama-panti asuhan yang disebut di

atas, peneliti keunggulan-keunggulan dari sekolah berpola asrama SM

PvD. Sekolah berpola asrama SM PvD menjadi sekolah alternatif yang

secara intensif mendidik siswa dari segi rohani dan jasmani. Sekolah ini

telah berusaha membentuk lulusannya menjadi manusia yang

seutuhnya. Sekolah ini mempunyai kesatuan kurikulum dengan

asrama; sehingga dapat dikatakan menjadi sebuah kurikulum hidup.

Kurikulum hidup itulah yang kami sebut sebagai keunggulan

dari Sekolah berpola Asrama SMPvD. Kurikulum hidup ini bercorak

“komunikatif-Integratif”. Dalam arti yang lebih luas – komunikasi

integratif – atau dengan istilah lain komunikasi terpadu dapat juga

dimaknai sebagai pengembangan komunikasi hidup harian antar

anggota keluarga inti seperti, suami-istri, orang tua dan anak, serta

diantara anak-anak. Keberhasilan komunikasi integratif dapat dicapai

jika ada sikap empatik, membuka pintu hati dan mendengar aktif.

19 Selain mengunjungi asrama-panti asuhan ini dan membuat observasi serta wawancara dengan para pamongnya, peneliti sudah memintakan para pamong dari masing-masing asrama-panti asuhan ini untuk menuliskan keterangan mengenai asramanya yang turut dilampirkan dalam buku ini.

Page 51: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

131

Tak jauh berbeda dengan keluarga sebagai sebuah entitas,

pendidikan berpola asrama juga menuntut adanya komunikasi

integratif di antara anggotanya, baik antara perfek, pamong, guru

sebagai wakil dari orang tua (baca: formator) dengan siswa-siswi

sebagai formandi, antara sekolah dengan asrama. Kesemuanya itu

sungguh memanusiakan manusia yang dapat berperan aktif dalam

pembangunan.

Dari seluruh uraian deskriptif di atas ini dapat ditelusuri

beberapa keunggulan atau best practices dalam strategi pengelolaan

dan hasil dari sekolah berasrama SM PvD. Selain keunggulan-

keunggulan umum sekolah berasrama yang sudah disebut dalam bab II

di atas (ada 12 hal yang unggul), SM PvD memiliki keunggulan-

keunggulan yang spesifik sebagai berikut:

a. Sekolah khusus tapi terbuka untuk umum.

Pendirian sekolah SMPvD ini sebenarnya bercorak khusus, yaitu

terarah pada pembentukan calon-calon pemuka dan pelayan umat

Katolik atau calon imam, sebagaimana tersurat dalam nama sekolahnya

sendiri yaitu „Seminari Menengah‟. Sebagaimana lazimnya sebuah

seminari Katolik, para siswa laki-laki itu mengikuti pendidikan formal

dan serentak mendapat pembinaan kehidupan dalam asrama. Tetapi

SMPvD ini menerima juga para siswa yang tidak memiliki aspirasi

untuk menjadi calon imam, malahan menerima kelompok siswi

perempuan yang pasti bukan calon imam. Juga diterima para siswa

yang bukan beragama Katolik.

Kebanyakan siswa itu hidup dan dibina dalam asrama, baik di

asrama seminari dan di asrama putri. Dibandingkan dengan seminari

menengah lainnya di Indonesia, yang jumlahnya 32 buah, kebanyakan

hanya menampung peserta didik yang ingin menjadi calon imam saja,

jadi mayoritas laki-laki. Ada beberapa seminari menengah yang

mengikuti persekolahan SMA Katolik biasa dengan siswa campur:

lelaki dan perempuan, tetapi hanya calon-calon „imam‟-lah yang

tinggal di asrama seminari, sedangkan siswa-siswi lainnya tinggal di

rumah masing-masing. Sementara seminari Petrus van Diepenlah satu-

Page 52: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

132

satunya seminari untuk para calon imam yang tinggal di asrama,

bersebelahan dengan asrama putri yang dikelola para Suster, dan

semua penghuni asrama ini mengikuti pelajaran di sekolah yang

sama20. Keterbukaan sekolah ini untuk menerima para siswa yang

bukan Katolik pun memberi keunggulan tersendiri, dan para seminaris

ini dapat bersahabat dengan penganut agama lainnya.

b. Pendidikan dan pembinaan manusia seutuhnya.

Sesuai dengan tujuan sistem pendidikan nasional untuk mendidik

manusia seutuhnya (lihat Bab I dan Bab II di atas), penyelenggaraan

SMPvD ini memperhatikan pendidikan dan pembinaan manusia muda

seutuhnya. Bilamana persekolahan lebih menekankan aspek

intelektual, maka pembinaan di asrama memperhatikan pengembangan

pelbagai inteligensi manusiawi (multiple intelligence; lihat Bab I).

“Sa senang sekolah di sini, karna ada lapangan bola kaki. Tiap hari sa su capat makang dan pi main bola. Sapa tau boleh iko Persipura nanti”, demikian ujar seorang siswa yang gemar main sepak bola.21

c. Prinsip „non multa sed multum‟.

Prinsip untuk mementingkan mutu hidup seseorang ketimbang

jumlah atau kuantitas lulusan ini dipegang teguh dalam proses seleksi

yang dijalankan pada setiap akhir semester. Hal ini sangat jelas pada

kasus tingkat putus sekolah atau D.O. yang begitu tinggi setiap tahun,

terlebih bagi mereka yang tidak mampu beradaptasi dalam kehidupan

asrama. Kebijakan ini menghargai setiap pribadi anak didik, karena

tidak menjadikan mereka hanya sebagai salah satu nomor dalam

jumlah melainkan lebih memperhatikan minat, bakat dan kemampuan

masing-masing sesuai inteligensinya. Hal tersebut terungkap dari hasil

wawancara berikut:

20 Wawancara dengan Pamong Akademik, RD Yan Vaenbes Pr pada 15 Mei 2014 21 Saya senang bersekolah di sini, karena ada lapangan sepak bola. Tiap hari saya cepat-cepat makan dan pergi main sepak bola. Siapa tahu saya bisa ikut klub Persipura nanti. Wawancara dengan Paskalis Kosay, di Aimas.

Page 53: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

133

“Setiap akhir semester dalam rapat staf pengajar dibahas tentang perkembangan dan kemajuan para siswa seminari ini, baik untuk pencapaian hasil mata pelajaran mereka maupun untuk penyesuaian tingkah laku mereka dengan kebiasaan dan aturan main asrama seminari ini. Biarpun pintar tetapi tidak mau turut pada kebiasaan hidup seminari, ya terpaksa kami pulangkan ke orang tuanya,”22

d. Keterarahan kepada anak-anak Papua.

Di Papua secara umum, mutu pendidikan masih sangat rendah.

Oleh karena itu, dibutuhkan inisiatif penyelenggaraan pendidikan

yang berorientasi pada pemberdayaan dan pendidikan anak lokal

Papua. SM PvD berdiri guna memberikan pendidikan yang berkualitas

bagi anak-anak Papua. Menyadari kebutuhan tersebut, maka SM PvD

memberikan perlakuan istimewa bagi anak-anak Papua yang

membutuhkan pendidikan.

Menurut Uskup Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr, setiap tahun kita

harus memberi jatah paling kurang 30% kepada anak-anak Papua, yang

mendaftar, agar mereka jangan kalah bersaing dengan sejawatnya yang

bukan Papua, yang nampaknya lebih mudah untuk mendapat akses di

sekolah manapun23. Kebijakan tersebut pun sengaja diambil, mengingat

bahwa akses kepada pendidikan formal bagi masyarakat Papua sampai

kini masih sangat langka, dan pemerintah daerah pun sudah melihat

bahwa kebanyakan sekolah negeri condong dijejali oleh anak-anak

yang „berambut lurus‟. Juga mutu pendidikan dasar di propinsi Papua

Barat relatif rendah, yang berarti juga sudah menyiratkan bahwa

keterbelakangan ini masih akan dialami oleh warga generasi muda

Papua.

Bapak guru, Konradus Jurman S.S., menuliskan komentar demikian

mengenai keterarahan khusus pada anak-anak Papua, demikian:

Ada sebuah mitos di Tanah Papua, bahwa anak Papua tidak bisa berprestasi dalam bidang eksata, tetapi di seminari

22 Wawancara dengan Kepala Asrama, Koordinator Pamong SMP, RD. Adrianus Gaut Pr, pada 18 Mei 2014). 23 Wawancara dengan Uskup Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr pada 11 Mei 2014.

Page 54: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

134

Petrus van Diepen ada banyak anak Papua selama ini yang ikutserta dalam lomba-lomba mata pelajaran Matematika, dan IPA. Banyak anak Papua yang mengambil jurusan IPA di SMA.

e. Muatan lokal pengetahuan bahasa.

Secara sengaja muatan lokal ini memilih pengajaran bahasa Latin,

yang bisa jadi dipandang sebagai bahasa mati, tetapi pelatihan analisis

kalimat bahasa ini serta logika bahasa yang melatarbelakanginya

memudahkan anak untuk mempelajari bahasa-bahasa lain, termasuk

bahasa daerah yang sangat bervariasi di Papua.

“Saya kira hanya di seminari menengah saja, seperti di sini, yang masih mengajarkan bahasa Latin dengan latihan-latihannya. Di SMP dan SMA lainnya hanya diajarkan Bahasa Inggris dan satu Bahasa asing lain, tetapi Bahasa Latin tidak dikenal24.

Oleh karena itu, ia mengaku beryukur pernah mempelajari Bahasa

Latin dan sebab itu saya lebih mudah untuk mempelajari tatabahasa

lainnya. Karena itu penting sekali untuk memberikan pelajaran Bahasa

Latin kepada para siswa seminari”, kata pengajar Bahasa Latin.

f. Manajemen pembinaan manusia utuh.

Penataan jadwal harian yang teratur, misalnya makan 3 kali sehari,

istirahat tidur siang dan malam, waktu studi dan olah raga, penataan

kebersihan diri dan lingkungan, latihan olah raga dan kesenian, latihan

hidup rohani, dsb, menjawab kebutuhan pelatihan di bidang multiple intelligence. Perkembangan anak didik ini pun diikuti dengan cermat

oleh para pembina atau formator setiap hari, karena mereka tinggal se-

atap dengan anak didiknya di asrama. Dengan demikian anak menjadi

subyek didik dan subyek bina secara intensif.

24 Wawancara dengan Koordinator. Pamong SMA, RP. A. Roja O.Carm pada 25 November 2014 di Aimas.

Page 55: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

135

Pendidikan sejatinya harus menumbuhkan aneka kemampuan

yang memungkinkan seseorang menjadi dirinya sendiri dan terus

meningkatkan diri sebagai pribadi dan warga masyarakat yang semakin

cakap dan bermartabat. Merunut pada pengertian di atas maka tujuan

dasar atau substansi dari pendidikan pola asrama sangat kental dengan

unsur pendidikan. Kelebihan dari sistem pendidikan asrama dapat

diamati dari lingkungan seminaris antara lain:

Pembinaan Murid

Murid-murid yang tinggal di asrama sangat mandiri. Hal ini

tampak dari kenyataan hidup sehari-hari yang hampir seluruhnya

diatur oleh para murid sendiri: merawat dan mencuci pakaian,

membantu memasak, mengatur pengeluaran uang yang diterima dari

orang tua, kerja tangan, membersihkan asrama dan sekolah dan

sebagainya. “Baru di sini saya belajar mencuci dan menyeterika

bajuku”, komentar seorang siswa. Selain itu, murid-murid dengan latar

belakang yang berbeda dapat saling berkenalan dan semuanya

mendapatkan perlakuan yang sama. Keunggulan yang didapatkan

adalah mereka belajar menumbuhkan suasana dan sikap demokrasi dan

saling pengertian.

Para murid punya hubungan akrab satu sama lain, maupun

dengan guru atau pamong atau prefek/bapak asrama dan pembina

lainnya yang ada dalam lingkungan asrama. Akibatnya, ketika murid-

murid meninggalkan asrama baik karena hendak melanjutkan belajar

di tempat lain maupun terjun ke tengah masyarakat dihargai karena

telah memiliki bekal kemampuan yang memadai untuk hidup secara

mandiri dan dewasa .

Aturan Disiplin

Pendekatan yang dipakai sebagai dasar sistem pendidikan

asrama adalah pengkondisian melalui penerapan disiplin. Sesuai

maksudnya, disiplin adalah metode untuk mengontrol atau

mengarahkan aktivitas manusia. Tujuan adanya disiplin adalah untuk

meningkatkan utilitas atau daya guna murid-murid, membentuk

Page 56: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

136

sejenis mekanisme di mana makin murid-murid patuh maka makin

bergunalah mereka sebaliknya apabila tidak patuh dan memaknai

disiplin sebagai “pengekangan” atau dominasi maka siswa bersangkutan

akan mundur sebagaimana dalam prosentase analisa tabel 4.14 dan 4.15

di atas. Disiplin didasarkan pada perhatian yang cermat pada

keseharian yang dilalui dengan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan

disertai kesadaran tentang nilai dari kegiatan-kegiatan keseharian

tersebut. Di sini pendidikan pola asrama telah mengimplementasikan

seruan pendidikan berkarakter dalam sejarah yang sudah teruji.

Disiplin dilaksanakan lewat sejumlah cara yaitu: Pertama, Melalui pemagaran. Hal ini dapat dilihat bahwa pada kompleks asrama

dikelilingi pagar dengan maksud untuk memudahkan pengawasan.

Murid-murid perlu sadar bahwa area mereka tinggal dikhususkan

untuk maksud pendidikan yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas

penunjang untuk maksud pengkondisian pembelajaran. Dalam lingkup

itu mereka diawasi untuk aktivitas keseharian yang telah ditetapkan.

Kedua, Unit-unit tinggal. Setiap kelompok yang dikategorikan dalam

rombongan tahun masuk diberi tempat masing-masing berupa: rumah

tinggal/kamar tidur, ruang makan, ruang belajar, lemari, tempat tidur,

kamar mandi, Selain itu murid-murid juga diperkenalkan dengan

rumah ibadat, ruang rekreasi dan sebagainya. Pelanggaran atas batas-

batas yang telah ditentukan oleh individu yang tidak berhak

mendapatkan sanksi yang diartikan sebagai kesempatan belajar untuk

bertanggungjawab. Artinya murid-murid mau diajarkan bahwa

masing-masing tempat harus digunakan sesuai fungsinya. Ketiga, Penggunaan time table atau jadwal kegiatan harian yang makin rinci

dan makin ketat termasuk waktu belajar pada sore dan malam hari.

Segi lain dari kehidupan asrama adalah kehadiran dan peran

para pembina atau pendamping. Kebersamaan dan hubungan akrab

antara para seminaris dengan para pendamping menimbulkan dampak

modeling atau peniruan-peneladanan dari murid-murid terhadap

pendamping. Oleh karena itu figur pendamping mempengaruhi

peralihan nilai-nilai yang ditularkan dalam praktek hidup dan ini akan

dicerna lebih cepat dari apa yang diajarkan kepada murid.

Page 57: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

137

Asrama Seminari Van Diepen sebagai Ruang Sosial bagi

Siswa

Analisis keruangan asrama (keberasramaan) menjadi sesuatu

yang tidak dapat dielakkan dalam melihat fenomena sosial dan dampak

ruang asrama bagi siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Herbert J. Gans (1991) bahwa ruang tidak dapat diabaikan dalam

menganalisis hubungan sebab akibat antara ruang dan masyarakat. Hal

tersebut disebabkan karena: (1) ruang alam mempengaruhi kehidupan

sosial dan kolektivitas; dan (2) dari cara-cara yang tak terhitung di

mana kolektivitas ini berubah ruang alam menjadi ruang sosial dan

bentuk penggunaannya.

Pendidikan berpola asrama di SM PvD, yang menempatkan

siswa dalam satu lokasi tempat tinggal dengan tempat belajar,

memungkinkan siswa untuk menjalin relasi-relasi antar siswa yang

berbeda suku dan kebudayaan secara bebas di dalam asrama. Asrama

menjadi katalisator yang cukup efektif dalam melebur ragam

perbedaan latar belakang suku dan kebudayaan siswa selama menjalani

proses belajar mengajar di dalam asrama. Hal ini menjadi pengalaman

baru bagi siswa dimana siswa dipertemukan dan hidup bersama dalam

waktu yang lama dengan siswa lain yang berasal dari suku dan

kebudayaan yang berbeda-beda.

Kondisi di asrama SM PvD menjadi sarana atau wadah yang

kondusif untuk terjadi pembauran dari berbagai latar belakang suku

dan budaya. Terdapat diferensiasi multikulturalisme yang menyata

dalam hidup keseharian anak-anak. Menarik, membanggakan dan

membahagiakan ketika pandangan mata menangkap pemandangan

sekelompok anak bermain bersama dengan ras yang berbeda (ada ras

Papua, Jawa, Sulawesi, Sumatera, NTT, Ambon). Terdapat semacam

Taman Mini Indonesia dalam konteks manusia yang berbaur.

Pembauran ini tidak hanya kelihatan secara fisik tetapi terlebih

dahulu dikondisikan dengan pemahaman akan nilai positif dari

kebersamaan dalam keberbedaan. Bahwa hakekat dari kebersamaan

adalah martabat manusia. Marten Luther King Junior pernah

Page 58: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

138

mengatakan: “Saya bermimpi, suatu ketika anak-anak saya tinggal di

suatu tempat yang tidak dibedakan karena warna kulitnya, rambut, ras

dan sukunya tetapi diterima karena mereka adalah manusia ciptaan

Tuhan”. Mimpi yang sama sementara diperjuangkan di SM PvD.

Perlahan tapi pasti mimpi ini terwujud. Pola pembauran

menghilangkan rasa kesukuan ini tidak begitu saja dihadirkan tetapi

melalui pembinaan dan pendidikan. Pembinaan dilakukan lewat:

konferensi bulanan di asrama; sebagian besar tema

konferensinya tentang kebersamaan, persaudaraan,

kekeluargaan, kasih sayang/cinta kasih, martabat manusia.

Dalam hal penempatan kamar tidur di asrama, polanya

ditempatkan satu kamar empat orang anak dengan asal yang

berbeda. Selama kurun waktu satu semester terjadi interaksi

yang pada akhirnya terjadi penerimaan satu dengan yang lain

dengan pemahaman bahwa keberbedaan perlu ada tetapi untuk

saling memperkaya dan saling membesarkan.

Pembauran seperti ini berlanjut pada pembagian anggota meja

di kamar makan, kelompok kerja harian, dan penempatan

ruang belajar. Pengkondisian ini dimaksud supaya anak-anak

belajar menerima keberbedaan dan menghilangkan rasa

kesukuan (bdk. Iswanti, hlm. 7: 1. menghilangkan rasa

kesukuan).

Pengalaman hidup dalam satu tempat dalam waktu yang lama

bagi siswa tidak hanya menjadi pengalaman baru, melainkan siswa juga

secara otomatis mempraktikkan asimilasi serta beradaptasi dalam

lingkungan baru. Dalam konteks ini, peraturan-peraturan yang

dibentuk di dalam asrama membantu memudahkan terjadinya pola

interaksi di antara siswa yang berlainan suku tersebut. Aturan ketat

dan disiplin yang diterapkan selama di dalam asrama memungkinkan

terjadinya proses-proses sosial yang diinginkan selama siswa menjalani

pendidikan.

Page 59: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

139

Keunggulan pendidikan dengan sistem asrama dibanding

dengan sistem non asrama juga nampak dalam hal pengembangan

potensi sosial siswa. Hal ini disebabkan karena asrama tidak hanya

menjadi tempat berlangsungnya proses belajar mengajar an sich, namun asrama sebagai institusi pendidikan juga menghadirkan nuansa

kehidupan sosial lengkap dengan pranata sosial pada umumnya. Di

asrama siswa dituntut untuk beradaptasi dan bertanggungjawab untuk

melaksanakan perannya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang

telah diatur di dalam asrama. Hal ini menjadi modal untuk

membangun potensi-potensi sosial yang ada dalam diri siswa. Sehingga

jika keluar atau lulus kelak, siswa telah siap hidup di dalam masyarakat

yang lebih luas.

Pemaknaan akan potensi sosial terjadi di asrama dengan

pembinaan dan pembiasaan hidup sehari-hari. Pada prinsipnya hidup

asrama adalah hidup bersama. Supaya bisa hidup bersama maka

dibutuhkan kecakapan sosial dalam diri masing-masing individu.

Walau demikian kecakapan sosial ini dibiasakan lagi ketika anak-anak

tinggal di asrama. Kecakapan sosial itu menyangkut: kenal diri, terima

diri, simpati, empati dan relasi sosial.

Potensi sosial dikembangkan dengan pemberian atau

pembagian tugas tanggungjawab dalam kehidupan harian berupa; piket

di kamar makan, dapur, kebun, peternakan(memelihara sapi dan babi),

melayani orang sakit/teman yang sakit, membersihkan kamar tidur,

kamar mandi dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini merupakan aplikasi

langsung dari potensi sosial anak-anak (bdk.Iswanti, hlm. 7: 2.

Mengembangkan potensi sosial).

Sementara itu, jika dilihat dari jadwal harian serta mingguan

selama di dalam asrama, terlihat aturan-aturan yang menuntut siswa

untuk menjalani rutinitas ritual peribadatan di dalam asrama. Siswa

yang semula tidak rajin beribadat dituntut harus menyesuaikan dengan

pola kehidupan di dalam asrama, yang antara lain terkait dengan

aturan tentang kegiatan-kegiatan spiritual. Ketentuan tentang

Page 60: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

140

peribadatan yang harus dilaksanakan oleh siswa baik harian maupun

mingguan sudah mampu mengembangkan potensi spiritual siswa.

Potensi spiritual sungguh dikembangkan dalam kehidupan

asrama SM PvD karena seluruh aturan hidup dikemas dalam bingkai

rohani. Hidup harian diawali dengan doa dan perayaan ekaristi dan

diakhiri dengan doa. Dalam keyakinan iman, anak disiapkan untuk

menyadari bahwa hidup ini digerakkan oleh Yang Maha Kuasa.

Kesadaran akan hal ini menjadikan anak memiliki perasaan rendah hati

dan kesadaran untuk bersyukur dan berterima kasih. Pendidikan

spiritual dikemas dalam bentuk: doa bersama, doa pribadi, ekaristi,

meditasi, refleksi mingguan, rekoleksi, retret dan olah rohani pribadi

(bdk, Iswanti, hlm. 7: 3. Mengembangkan potensi spiritual atau

kerohanian).

Demikian juga, sebagai potret kehidupan sosial, asrama

memberikan pengalaman baru bagi siswa untuk menempatkan dan

memainkan perannya masing-masing sesuai dengan peraturan tertulis

yang dijalankan secara rutin. Interaksi rutin ini dijalankan oleh siswa

selama 24 jam atau ketika bangun tidur, hingga tidur kembali.

Rutinitas ini berjalan dan terjadwal sesuai dengan ketentuan yang

diatur di dalam asrama. Kebiasaan yang berlangsung sekian lama yang

dialami siswa di dalam asrama ini mengubah dan mengkondisikan

siswa dalam kehidupan yang baru di dalam asrama. Hal ini ketika

diterapkan dalam jangka panjang, membentuk watak, sikap, akhlak dan

kepribadian siswa.

Pengembangan watak, sikap, akhlak dan kepribadian

sebenarnya adalah muara dari semua aspek hidup yang ditetapkan

dalam aturan harian. Artinya pada setiap aturan yang dihidupi di

asrama secara otomatis membentuk watak-kepribadian anak antara

lain: watak disiplin, kerja keras, mandiri, rajin, tanggungjawab, solider,

persaudaraan, turut mengambil bagian dalam kesulitan yang dihadapi

teman atau orang lain, mendengarkan orang lain, suka berbagi,

memiliki daya tahan dalam menghadapi kesulitan, memiliki daya juang

yang lebih. Itulah sejumlah watak, akhlak, sikap dan kepribadian

Page 61: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

141

positif yang bisa dikembangkan dan menjadi daya unggul hidup di

asrama. Anak sedari awal ditanamkan kesadaran bahwa hidup berjalan

terus dan dijalani dengan ikut mengambil tanggungjawab atas diri

sendiri bukan terus bergantung pada orang tua dalam arti yang tegas

(bdk. Iswanti, hlm.7 : 4. Mengembangkan watak, sikap, akhlak dan

kepribadian).

Ketika siswa hidup di dalam asrama, maka segala urusan

kehidupan pribadi seperti mencuci baju, dan lain-lain harus dilakukan

sendiri. Berbeda dengan sistem pendidikan non asrama yang hidup

dengan orang tuanya. Di dalam asrama, siswa mengurus segala

urusannya sendiri di luar ketentuan yang diatur di dalam asrama.

Sehingga ketika siswa terbiasa dalam mengurus keperluannya sendiri,

maka akan terbentuk pribadi siswa yang serta timbul etos kerja pada

diri siswa. Melalui budaya kerja sebagai pengejawantahan dari aspek

sanitas, peserta didik diajak untuk lebih mandiri dalam mengurus

kebutuhan pribadi seperti mencuci pakaian dan perangkat makan;

menjaga kebersihan sekolah dan unit (kamar) di asrama; serta

berolahraga. Selain perihal yang menyangkut kepentingan pribadi,

peserta didik juga melakukan kerja bersama dalam kegiatan agribisnis

dengan cara mengelola kebun seluas 2 hektar. Kegiatan ini dilakukan

mulai dari bercocok tanam dan beternak serta pengolahan hasil.

Produk yang didapat dari hasil kebun dan ternak digunakan untuk

konsumsi peserta didik di asrama, berbagai kegiatan kesiswaaan, dan

sebagian diolah untuk dijual di kantin kejujuran.

Aspek sanitas sebagai satu pola pembinaan di asrama dapat

melatih kemandirian dan budaya kerja keras peserta didik.

Harapannya, selepas dari pendidikan di asrama/sekolah SM PvD,

masing-masing pribadi dapat memiliki daya saing dan dapat

beradaptasi di lingkungan masyarakat (bdk. Iswanti, hlm.7 : 5.

Mengembangkan kemandirian dan etos kerja keras).

Keberadaan peraturan di dalam asrama menjadi semacam

pengatur ritme dalam kehidupan di dalam asrama. Peraturan-peraturan

inilah yang mengikat dan mengatur berlangsungnya pranata-pranata

Page 62: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

142

sosial serta menciptakan kebiasaan-kebiasaan baru bagi siswa.

Pembiasaan yang berlangsung lama ini akan mengembangkan

kedisiplinan bagi siswa. Ketaatan terhadap peraturan menjadi hal

penting dalam menilai siswa di dalam asrama. Kegiatan terjadwal

dengan tuntutan tinggi untuk dapat mencapai prestasi di bidang

akademik maupun non akademik secara tak langsung memunculkan

budaya disiplin pada diri peserta didik. Pada awalnya, jadwal harian

pribadi maupun bersama yang diawali dengan perayaan ekaristi, studi

di sekolah, istirahat (tidur dan makan), olah raga, rekreasi, studi

mandiri (rata-rata 4 jam/hari) dan doa terasa berat untuk diterapkan,

apalagi sebagian besar seminaris berasal dari pedalaman yang

cenderung memiliki rutinitas harian bebas. Namun seiring dengan

berjalannya waktu, para seminaris menjadi terbiasa sehingga

membentuk pola disiplin diri pada masing-masing pribadi.

Upaya pendisiplinan para seminaris juga dilengkapi dengan

paket pemberian poin dan sanksi bagi pelanggar. Upaya ini menjadi

penting untuk memberikan efek jera agar para seminaris semakin bisa

mendisiplinkan diri. Pemberian poin dan sanksi dilengkapi dengan

paket pendampingan personal di mana para seminaris yang melanggar

didampingi oleh pamong/perfek melalui nasehat atau konferensi

bersama. Pengkondisian ini sangat penting agar para seminaris

memiliki kesadaran akan apa yang telah di perbuatnya dan dampak

negatif bagi diri dan komunitas (bdk. Iswanti, hlm. 7: 6.

Mengembangkan kedisiplinan).

Sistem pendidikan asrama di Indonesia pada umumnya

dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma tertentu. Hal

ini disebabkan karena penyelenggaraan pendidikan model asrama

umumnya dimaksudkan untuk tujuan dan fungsi tertentu. Kehidupan

asrama sebagai tempat untuk menempa diri siswa baik dari segi fisik,

mental dan spiritual dianggap paling baik dalam mewujudkan fungsi-

fungsi tersebut. Selama berada di dalam asrama, mental siswa dilatih

dan digembleng sehingga sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena

itu, sistem pendidikan asrama merupakan alternatif sekaligus solusi

dari sistem pendidikan formal konvensional. Pola pembinaan di asrama

Page 63: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

143

dalam rangka mewujudkan salah satu poin dalam visi dan misi SM

PvD, yaitu mewujudkan kader-kader yang dapat mengabdi pada gereja

dan bangsa diejawantahkan melalui paket pembinaan rohani maupun

kepemimpinan. Dengan memberikan tanggungjawab kepada para

seminaris dalam berbagai kegiatan liturgy sebagai petugas di altar

maupun di belakang altar mengajarkan untuk ambil bagian dalam

pelayanan gereja, mengajarkan untuk berani berbicara di depan umum

(mimbar), dan mengajarkan untuk bekerjasama.

Upaya untuk menjadikan para seminaris pribadi yang unggul

dan bertanggungjawab juga diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan

rutin tahunan seperti rekoleksi, retret, latihan dasar kepemimpinan

dan latihan analisa sosial. Melalui rekoleksi dan retret, para seminaris

diajak untuk melihat kembali (berefleksi) terhadap perilaku hariannya

dan diajar untuk menjadi lebih baik.

Latihan dasar kepemimpinan adalah paket pelatihan yang

mendidik para seminaris untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri

dan pemimpin di masyarakat. Dengan beragam eksperimen dan

permainan (semi outbound) peserta diperkenalkan tentang

kepemimpinan dan berbagai karakter penting seorang pemimpin.

Selain itu, peserta juga diajak untuk mengolah diri secara personal

dengan tahu apa yang menjadi potensi-potensi pribadinya, peserta juga

dituntut untuk dapat saling percaya dan bekerjasama dalam team

sebagai modal utama suatu kelompok kerja.

Teori-teori dasar tentang organisasi dan penyusunan program

kerja juga diajarkan sebagai bekal untuk menyusun program selama

periode kepengurusan. Aspek yang juga penting dan utama adalah

adanya AKSI-REFLEKSI, melihat kembali apa yang dialami dan

dirasakan dalam proses. Latihan Analisa Sosial adalah paket pelatihan

yang mengajak para seminaris memiliki sikap peduli pada lingkungan.

Peserta diajak untuk memiliki keberpihakan kepada orang yang

membutuhkan/kekurangan dari kacamata hak asasi dengan

menggunakan Kitab Suci dan Ajaran Sosial Gereja sebagai dokumen

tertulis yang dimiliki oleh gereja katolik. Prinsip untuk saling berbagi

Page 64: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

144

dan „man for others‟ ditanamkan dalam berbagai kegiatan (bdk.

Iswanti, hlm.7 : 7. Mencetak kader sesuai dengan yang diharapkan)

Di asrama SM PvD, sebelum siswa masuk dan terlibat dalam

pendidikan yang ditentukan di dalam asrama, siswa harus mengikuti

pendidikan persiapan selama satu tahun. Waktu persiapan menjadi

momen penting bagi siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan

asrama. Keberhasilan mengikuti pendidikan di asrama seringkali

tergantung pada keberhasilan pada proses adaptasi atau persiapan awal

ini. Waktu persiapan ini ibarat matrikulasi yang tanpa disadari menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari peningkatan mutu pendidikan.

Sehingga, sekalipun masa persiapan, tetapi siswa juga harus mengikuti

sekian kegiatan yang dilaksanakan bagi siswa lama guna

memperkenalkan siswa baru terhadap lingkungan yang baru. Hal ini

tidak terdapat dalam pembinaan asrama di tempat lain. Sebab bukan

hanya bimbingan dari senior namun juga merupakan sebuah kegiatan

penuh dalam sebuah proses peningkatan mutu.

Spirit yang tertanam dan tampak dari para lulusan adalah

semangat untuk belajar. Terbukti dari semakin tingginya prosentase

(95%) lulusan seminaris yang melanjutkan ke pendidikan tinggi di

dalam maupun di luar negeri, baik yang melanjutkan ke pendidikan

calon IMAM maupun berbagai profesi (kedokteran, ilmu

pemerintahan, ekonomi, pertambangan, dsb).

Semangat untuk belajar sepanjang hidup memang sudah

ditanamkan sejak para seminaris mengikuti pola pembinaan di asrama.

Selain belajar selama 7 jam di sekolah, para seminaris juga dituntut

untuk belajar pribadi setiap hari minimal 4 jam di asrama.

Pengkondisian ini secara tidak langsung menjadi tradisi yang mengakar

hingga mereka dapat memiliki daya tahan lebih ketika mengenyam

pendidikan tinggi dan dapat bersaing dengan nilai akademik yang

cukup memuaskan (bdk. Iswanti, hlm.7 : 8. Mengkondisikan siswa

untuk belajar lebih lanjut).

Keterampilan bahasa asing menjadi salah satu materi penting

yang diajarkan di dalam asrama. Bahasa Inggris, Bahasa Latin dan

Page 65: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

145

bahasa Jerman merupakan tiga bahasa yang diajarkan kepada siswa.

Kewajiban yang dikenakan kepada siswa untuk mempelajari dua

bahasa asing ini menuntut siswa untuk lebih serius dalam belajar

bahasa asing. Pengawasan pihak berwenang di asrama serta keberadaan

kakak kelas yang hidup seasrama memberikan kemudahan dalam

proses transformasi pengetahuan bahasa di dalam asrama. Belajar dari

pengalaman dan pembiasaan, menggunakan bahasa dalam keseharian

merupakan pintu masuk untuk fasih dalam berbahasa asing. Di sekolah

SM PvD diajarkan tiga Bahasa asing yakni, Bahasa Latin, Bahasa Jerman

dan Bahasa Inggris. Kesadaran bahwa bahasa komunikasi internasional

adalah bahasa Inggris maka pelajaran ini diberi porsi waktu yang lebih

dan dikondisikan untuk pembiasaan dalam keseharian. Pembiasaan itu

dengan saling berkomunikasi dalam bahasa Inggris (English day) pada

setiap hari sabtu dalam minggu. Selain itu pembiasaan dengan

merayakan Ekaristi/ibadat/berdoa dengan menggunakan bahasa

Inggris. Secara perlahan tetapi pasti bahwa anak-anak diperkenalkan

dan digugah kesadarannya akan pentingnya bahasa asing dalam dunia

yang semakin maju (bdk. Iswanti, hlm. 7: 11. Memperlancar

penggunaan bahasa asing).

Selain itu, kompleks asrama yang menggabungkan tempat

tinggal siswa dan lokasi sekolah menjadi keunggulan tersendiri

pendidikan model asrama, seperti di SM PvD ini. Karena di sini bukan

hanya terjadi hidup asrama melainkan hidup keberasramaan. Hal ini

karena penataan ruang fisik asrama dan sekolah menjadikan proses

belajar mengajar lebih efisien. Siswa tidak harus datang dari lokasi yang

jauh dan membutuhkan waktu untuk dapat menjangkau sekolah.

Dengan demikian, jarak tempuh tidak menjadi masalah dan menjadi

tantangan bagi siswa ketika menjalani proses belajar mengajar.

Terkoneksinya tempat tinggal dan lokasi sekolah di satu sisi

menjadikan sistem pendidikan asrama sebagai basis penggemblengan

kader yang sangat efektif dan efisien. Dan dalam keberasramaan inilah

terciptalah ruang sosial yang memungkinkan perjumpaan-perjumpaan

berbagai elemen yang memberikan nilai unggul dalam pembangunan.

Keberasramaan menciptakan relasi-relasi sosial yang memberikan nilai

Page 66: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

146

unggul dalam setiap pertemuan yang ada sebagaimana tergambar dalam

pandangan akan ruang sosial.

Pola hidup keberasramaan terkondisi dengan penjenjangan

antara senior-junior. Dalam hal ini perlu ditangani secara baik sebab

bila tidak akan berbias negatif pada pola senior menguasai junior yang

tidak sehat. Pengembangan ke arah yang positif diatur dengan

memberikan kepercayaan kepada yang senior untuk mendampingi

junior dalam bimbingan belajar. Pola yang dipakai di asrama SM PvD

adalah siswa SMA mendampingi siswa SMP. Pola ini bermakna ganda

artinya selain senior membantu junior, pada saat yang sama senior

sendiri belajar ulang untuk menguasai bahan ajar yang sudah pernah

dipelajari. Dalam hal ini maksud mepersingkat waktu studi tercapai

karena terjadi saling mengajar dan sekaligus saling belajar antar siswa

sendiri.

Keunggulan lain dari pola sekolah berasrama adalah adanya

efesiensi waktu sehubungan dengan akses ke sekolah. Ketepatan waktu

dan jarak tempuh yang dekat menjadikan waktu berarti bagi anak-

anak. Artinya waktu terisi dengan kegiatan yang berarti bila dibanding

dengan anak-anak yang tinggal di rumah dengan akses jarak yang jauh.

Menghindari kelelahan karena jarak tempuh, menghindari kecelakaan

serta menjadi nyaman dan tenang untuk mempersiapkan diri dalam

belajar (bdk. Iswanti, hlm.7 : 9 & 10 Mempersingkat waktu studi dan

efisiensi waktu).

Sementara itu model kehidupan asrama yang menggabungkan

antara siswa dari berbagai latar belakang etnis, dan para pengampu

sekaligus dalam satu ruang asrama menjadi peluang terciptanya relasi

dan kontak sosial yang cukup intens (Gans, 1991). Dengan demikian

kebersamaan antara siswa dan pengampu dalam satu tempat

memberikan peluang terjadinya kontak langsung satu sama lain. Siswa

dapat dengan mudah menjalin kontak dengan pengampu asrama yang

bertanggungjawab selama 24 jam terhadap aktivitas siswa.

Pendidikan pola asrama di SM PvD ini telah membuahkan

banyak nilai dan hasil yang baik dan masih menjadi unggulan dalam

Page 67: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

147

proses pendidikan. Jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan

formal, asrama dipandang mampu untuk membentuk peserta didik

(siswa) untuk hidup dan teratur. Sistem pendidikan asrama dan

karakteristik kehidupan di dalamnya mendorong peserta didik agar

mampu memenuhi dan menjalani tugas kehidupan sehari-hari dengan .

Sistem pendidikan asrama adalah salah sistem pendidikan yang mampu

memberi pengaruh yang cukup besar dalam dunia pendidikan, baik

jasmani, rohani, maupun intelegensi, karena sumber nilai dan norma-

norma yang dijadikan acuannya di dalam mengatur ritme kehidupan di

dalam asrama.

Berdasarkan realitas ini, sistem pendidikan asrama sering

disebut sebagai alat transformasi sosial dan kultural sekaligus bagi para

penghuni-penghuni di dalamnya. Fungsi pokok asrama sebagai lokus

yang diperuntukkan mencetak kader. Kegiatan pembelajaran yang

terjadi di dalam asrama tidak sekedar terjadi di dalam ruang-ruang

pembelajaran formal, melainkan terjadi dalam aktifitas setiap waktu

antara siswa dengan siswa yang lain, dan antara siswa dengan

pengampu asrama. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa sistem pendidikan asrama memiliki keunggulan

karena menempatkan siswa dalam ruang sosial baru lengkap dengan

perangkat pranata yang disusun sedemikian rupa untuk mengendalikan

dan mengatur pola interaksi yang berlangsung selama berada di dalam

asrama. Asrama menyediakan pola pendidikan yang menyeimbangkan

seluruh bidang kecerdasan manusiawi (atau multiple intelligence).

Pembangunan Manusia Lewat Pendidikan Keberasramaan

Pengelolaan kehidupan bersama para siswa seminari dalam

suatu lokasi tempat tinggal yang sama berbeda dengan kehidupan di

suatu tempat kost atau asrama mahasiswa atau asrama/barak tentara;

tempat kost, asrama mahasiswa atau barak tentara hanya menjadi

tempat istirahat sesudah kegiatan di luar, dan apa yang dikerjakan di

tempat tinggal ini bergantung dari selera serta kebiasaan penghuninya

tanpa ada pendampingan dari pihak lain. Di SM PvD seluruh

Page 68: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

148

kehidupan para siswa diikuti dan didampingi oleh para Pembina atau

formator selama 24 jam sehari. Kegiatan belajar di sekolah (SMP atau

SMA), yang terletak dalam satu kompleks yang sama, merupakan satu

point atau kegiatan rutin utama dari seluruh acara harian; kegiatan

belajar di sekolah ini dengan demikian tidak dipandang terpisah dari

kegiatan keseharian, tetapi merupakan bagian dari kesibukan hidup,

atau dengan kata lain pendidikan formal di sekolah terintegrasi dengan

pembinaan kecakapan dan kebiasaan hidup serta pengembangan

karakter siswa. Para siswa seminari ini diajarkan dan dilatih untuk tahu

merawat diri, mengerjakan pekerjaan domestic sendiri dalam

kebersamaan, menyediakan waktu untuk berolah raga,

mengembangkan hidup doa-religius, melatih ketrampilan kesenian,

membiasakan diri untuk belajar secara di luar jam sekolah, serta

belajar hidup secara social bersama dengan teman-temannya yang

berasal dari kabupaten yang berbeda, dengan agama yang berbeda.

Pendidikan multi intelligence yang dikelola secara integral ini

menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai integritas diri,

mampu hidup, serta terbiasa mewujudkan nilai sosialitas dalam hidup

berkomunitas.

Dalam bab 1 sudah dikatakan tentang tujuan pembangunan

pendidikan nasional jangka menengah, antara lain: a) untuk

meningkatkan iman, takwa dan akhlak mulia; hal ini antara lain dilatih

lewat kegiatan peribadatan harian, retret tahunan, juga latihan

kejujuran dalam membuat ujian; b) untuk meningkat penguasaan iptek,

c) untuk meningkatkan kualitas jasmani; hal ini dilatih antara lain

lewat olah raga rutin dan keteraturan jadwal kegiatan harian, termasuk

tidur dan istirahat yang cukup, serta makan pada jam-jam yang teratur;

d) untuk meningkatkan daya saing, mutu dan ketrampilan hidup,

mampu menghadapi pelbagai tantangan hidup; hal ini; pelbagai hal ini

sudah terbukti lewat pelbagai keberhasilan dari para siswa seminari,

seperti yang sudah dipaparkan di atas (dalam bab 4 ini); e) untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen pelajaran melalui

peningkatan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah; hal inipun

sudah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan.

Page 69: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

149

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa system sekolah

berpola asrama, seperti dipraktekkan di SM PvD ini, bisa berguna dan

memberikan kontribusi bagi usaha untuk membangun manusia-

manusia muda Indonesia sesuai dengan tujuan pembangunan

pendidikan nasional. Pola keberasramaan dari SM PvD ini bisa

dijadikan model bagi usaha pemerintah daerah, khususnya di propinsi

Papua dan Papua Barat, yang sudah lama mencanangkan pendidikan

formal dengan berpola asrama, tetapi yang sampai kini hanya

menghasilkan gedung-gedung asrama yang kosong melompong dan

rusak berantakan, karena para siswa dibiarkan hidup tanpa

pendampingan kependidikan.

Tujuan pembangunan masyarakat adalah untuk menjadikan

manusia dan masyarakat lebih manusiawi. Di antara pelbagai bidang

pembangunan manusia yang berbangsa dan bernegara, bidang

pendidikan memiliki peran sentral, karena kecerdasan dan kemampuan

bahkan watak bangsa di masa mendatang banyak ditentukan oleh

pendidikan yang diberikan saat ini. Pendidikan dalam hal ini menjadi

instrument dalam membangun manusia seutuhnya. Melalui pendidikan

manusia dapat meningkatkan taraf hidup dan melakukan mobilitas

vertical dalam lingkungan social. Bila dilihat situasi pendidikan di

Indonesia, nampaknya terdapat pelbagai jenis dan jenjang sekolah yang

umumnya bergiat dari pagi sampai siang hari saja, dan ada jurang

pemisah antara kegiatan pendidikan formal dan kesibukan hidup

harian di rumah. Apalagi anak-anak, yang baru saja meninggalkan

jenjang SD dan yang baru menanjak usia remaja, cenderung harus

menempuh jarak perjalanan yang jauh untuk mengikuti pendidikan

jenjang SMP dan SMA dan juga mulai mencari-cari habitus hidup yang

semakin jauh dari jangkauan orang tuanya, seraya mengusahakan suatu

relasi social yang baru lewat persahabatan dengan rekan-rekan sejawat

dan seusia di SMP dan/atau SMA. Justru kehidupan bersama di asrama

yang serentak terintegrasi dengan persekolahan memberi mereka

peluang untuk menimba ilmu formal, melatih kecakapan hidup,

membangun karakter dan budi pekerti, serentak menciptakan relasi

kebersamaan dalam lingkungan teman-teman sebaya.

Page 70: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

150

Bila dahulu para guru pernah dijuluki sebagai „orang tua yang

ke dua‟ bagi para siswa SMP dan SMA, maka dalam praktek pendidikan

keberasramaan di SM PvD ini para guru serentak berperan sebagai

„orang tua ke dua‟ atau Pembina/pamong yang mendampingi

perkembangan hidup para siswa. Memang harus diakui bahwa adanya

serta berperannya para formator yang serentak adalah tenaga pendidik

di sekolah merupakan keunggulan tersendiri; lasimnya para tenaga

pendidik hanya memperhatikan siswa selama berada di kompleks

persekolahan, dan bila jam pelajaran sekolah berakhir, berakhirlah juga

perhatian para tenaga pendidik. Di SM PvD ini separuh dari tenaga

pendidik adalah serentak tenaga Pembina atau formator. Pendidikan

keberasramaan di SM PvD merupakan suatu usaha untuk

pembangunan manusia yang jitu, terkontrol, tertata rapih, dan

merupakan suatu proses sosialisasi sekunder sesudah proses

habitualisasi di lingkungan keluarga.

Bila dikatakan bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk

memanusiakan manusia secara menyeluruh, seperti sudah disebutkan

dalam Bab 2, maka pendidikan dan pembinaan di SM PvD ini dapat

didaku sebagai pola pendidikan dan pengajaran yang unggul, karena

masing-masing siswa diberi kesempatan untuk berkembang menjadi

manusia dewasa, dan mampu, lewat pembinaan dan pendampingan

baik secara individual maupun secara bersama-sama. Pendidikan

keberasramaan di SM PvD mampu untuk mengintegrasikan pendidikan

pengetahuan (transfer of knowledge), memberi perhatian pada

pemupukan ketrampilan hidup (formation of life skills) dan pembinaan

karakter (character building), malahan sudah terjadi pembiasaan untuk

membangun hidup bersama dan kebersamaan antara para siswa dan

antara siswa dengan para pamongnya. Dalam kegiatan pendidikan,

pemupukan, pembinaan yang terintegrasi ini, relasi social yang akrab

antara para pemeran serta dalam hidup berasrama ini terjalin lewat

komunikasi yang intensif lewat perjumpaan harian di sekolah dan di

asrama.

Bila dikatakan dalam Bab 2 bahwa tujuan umum pendidikan

ialah untuk mempersiapkan generasi muda menjadi orang dewasa

Page 71: Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari ......dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong (111.800

Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong

151

anggota masyarakat yang produktif, dengan tuntutan dan harapan agar

generasi muda mengembangkan pribadinya sendiri, mengembangkan

segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya, hingga bisa

bertingkah laku, berbuat dan hidup yang baik dalam berbagai situasi

dan lingkungan masyarakat, maka pendidikan keberasramaan yang

bercorak integrative dan komunikatif di Seminari Menengah Petrus

van Diepen ini sudah sedang menyelenggarakannya. Keberhasilan

suatu proses pendidikan pada hakekatnya baru dapat diukur sesudah

satu jangka waktu yang lama, atau sekurang-kurangnya sesudah satu

generasi manusia, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa walaupun usia

SM PvD ini baru akan mencapai satu dasawarsa, tokh sudah dihasilkan

sejumlah tamatan yang menjadi kebanggaan umat dan masyarakat di

lingkungan asalnya.