Ketikan Akuntansi BAB IV OK

16
BAB IV PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN LABA A. Asumsi Penggunaan Analisis CVP ( Cost-Volume-Profit) Perlu dicatat bahwa penggunaan suatu model tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasannya, yang berarti harus menggunakan asumsi-asumsi tertentu. Dengan mengetahui batasan yang dimaksud menyebabkan penggunaan analisis dan model tidak menimbulkan kekelituan dan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Batasan-batasan CVP adalah sebagai berikut ini: 1. Konsep tentang variabilitas biaya dapat diterima, karena itu, biaya harus realistis diklasifikasikan sebagai variabel dan tetap. 2. Rentang yang relevan pada semua tahap analisis harus ditentukan. 3. Harga jual perunit tidak berubah jika terjadi perubahan volume. 4. Hanya dijual satu jenis produk (single produk) 5. Jika analisis digunakan untuk berbagai jenis produk atau kombinasi produk (product mix), sales mixnya harus tetap atau konstan. 6. Kebijaksanaan manajemen terhadap operasi perusahaan tidak berubah secara material dalam jangka pendek. 7. Tingkat harga umum stabil dalam jangka pendek.

description

Ketikan Akuntansi BAB IV OK

Transcript of Ketikan Akuntansi BAB IV OK

BAB IV

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN LABAA. Asumsi Penggunaan Analisis CVP ( Cost-Volume-Profit)

Perlu dicatat bahwa penggunaan suatu model tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasannya, yang berarti harus menggunakan asumsi-asumsi tertentu.

Dengan mengetahui batasan yang dimaksud menyebabkan penggunaan analisis dan model tidak menimbulkan kekelituan dan kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Batasan-batasan CVP adalah sebagai berikut ini:1. Konsep tentang variabilitas biaya dapat diterima, karena itu, biaya harus realistis diklasifikasikan sebagai variabel dan tetap.

2. Rentang yang relevan pada semua tahap analisis harus ditentukan.

3. Harga jual perunit tidak berubah jika terjadi perubahan volume.

4. Hanya dijual satu jenis produk (single produk)

5. Jika analisis digunakan untuk berbagai jenis produk atau kombinasi produk (product mix), sales mixnya harus tetap atau konstan.

6. Kebijaksanaan manajemen terhadap operasi perusahaan tidak berubah secara material dalam jangka pendek.

7. Tingkat harga umum stabil dalam jangka pendek.

8. Sinkronisasi antara penjualan dan produksi, yang berarti tingkat persediaan harus konstan atau kosong (nol).

9. Efisiensi dan produktivitas tidak mengalami perubahan-perubahan, khususnya dalam jangka pendek.

B. Peranan Marjin Kontribusi (Dasar-dasar Analisis CVP)

Dalam menggunakan analisis CVP umumnya dan BEP khususnya, pengertian dan perhatian yang lebih besar terhadap contribution margin (CM) sangat diperlukan sekali, karena dengan cepat pula kita dapat membuat suatu keputusan dan sebagai titik awal dari keputusan-keputusan berikutnya, atau dalam pembahasan soal-soal manajemen akuntansi. Keputusan- keputusan atau masalah-masalah yang dapat diselesaikan angan memperhatikan Cotribution Margin(CM), antara lain sebagai berikut :

1. Menutup atau meneruskan segmen atau bagian tertentu degan merumuskan melihat CM saja dapat diambil keputusan pertama, CM yang positif akan 6 menguntungkan perusahaan secara keseluruhan, jika fix costnya tanggungan bersama.

2. Jika alternatif penutupan suatu segmen atau bagian itu dilakukan dan dilakukan alternatif lain, maka keputusannya pun hanya membandingkan CM saja.

3. Dalam analisis joint cost dengan joint product, keputusannya hanya membandingkan harga jual baru dikurangihargajual lama dengan CM (yaitu biaya proses lanjutan) sudah dapat diambil keputusan.

4. Tidak memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit dan lebih efisien terutama dalam analisis Break Even Point.

Dalam Analisa BEP dua jenis kontribusi yaitu:

1. Margin kontribusi dalam unit :

harga jual per unit biaya variabel per unit

2. Margin kontribusi dalam persen

harga jual (persen) - biaya variable Per Unit

1 - Dengan CM r4atio bdan CM unit dapat ditentukan BEP

a. BEP dalam rupia

b. BEP Dalam Unit (Kuantitas)

Jika ingin merencanakan laba tertentu , maka rumusnya :

(Laba Tanpa Pajak)

Biaya + Laba

Penjualan =

Marjin kontribusi

Untuk laba setelah potong pajak

Rumusnya:

Biaya tetap + Penjualan =

Marjin KontribusiC. Breakeven Product Mix

BEP kombinasi produk, harus dengan asumsi proporsi atau kombinasi konstan (misalnya produk A 3 unit, produk B 4 unit dan produk C 5 unit), jika kombinasi berubah, berarti total sales, total variable cost dan marjin kontribusinya vberubah, dus mengubah pula titik BEP nya. Dan asumsi kombinasi yang terjual pun konstan.Rumus Yang digunakan:

BEP = Prop. = Proporsi Penjualan yang direncakan Atas Produk A, produk B dan produk N

Contoh perusahaan menjual 2 jenis produk A dan B, Volume penjualan A dan B, volume penjualan A 40 unit dan B 60 unit , harga jual A Rp 1.000,- , biaya variable Rp.750,-, Harga Jual B Rp 2.000,-, biaya variable Rp 1.000,- biaya tetap perusahaan Rp 42.000,-

Marjin Kontribusi A = Rp 250, - (1.000 - 450)

B = Rp.1000,- ( 2.000 -1.000)

Proporsi A = 40/1000 = 2/5 (40%)

B = 60/100 = 3/5 (60%)

BEP = = = 60 unit

Atau masing-masing terjual

Produk A = 40% x 60 unit = 24 unit

B = 60% x 60unit = 36 unitBEP dalam rupiah = Unit x harga jual

A = 24 x Rp 1.000,- = Rp 24.000,-

B = 36 x Rp 2.000,- = Rp 72.000,-

Rp 96.000,-

Perhitungan Laba-Rugi A = 24 x Rp 1.000,- = Rp 24.000,-

B = 36 x Rp 2.000,- = 72.000,-

Rp 96.000,-Biaya Variabel

A = 24 x Rp 750,- = 18.000,-

B = 36 x Rp 1.000,- = 36.000,-

54.000,-

Marjin Kontribusi

Rp 18.000,-

Biaya Tetap

18.000,-

Laba (Rugi) Rp 0

D. Perencanaan Laba Melalui Model CVPBagian ini merupakan ilustrasi terhadap perencanaan laba melalui persamaa Cost-Volume dan profit.Misalnya: diasumsikan suatu investasi sebesar Rp 1.000.000 oleh suatu perusahaan dan menetapkan return/laba sebesar 15% per tahun.Biaya tetap saat ini per tahun Rp 400.000 dengan biaya variabel Rp 15 per unit produk. Pada tahun lalu perusahaan memproduksi dan menjual produknya sebanyak 50.000 unit dengan harga Rp 25 per unit.Bagaimana manajemen dapat mencapai laba Rp 150.000 (15% x Investasi) ?Problemnya dapat dilihat dengan beberapa cara berikut1. Mengurangi Biaya TetapPersamaan

Laba = Hjp x Q Total BT (Biaya Tetap) BVp x Q

Hp = Harga Jual Per Unit

BVp = Biaya Variabel Per UnitMaka,

Rp 150.000 =(50.000 x Rp25)- Total BT (50.000 X Rp15)

Rp 150.000 =1.250.000 TBT Rp 750.000

TBT = 1.250.000 750.000 150.000

TBT = Rp 350.000Atau TBT (total biaya tetap) harus berkurang Rp 50.000 (Rp 400.000 Rp 350.000)2.Pengurangan Biaya VariabelRp 150.000 = 50.000 x Rp25 400.000 50.000 (BVp) 150.000 = 1.250.000 400.000 50.000 (BVp) 50.000 (BVp) = 1.250.000 400.000 150.000 = Rp 700.000 50.000 (BVp) = Rp 700.000 700.000 BV per unit = Rp 14 50.000 Atau biaya variabel per unit turun Rp 1-(15-14)3.Meningkatkan Harga Jual Per Unit Rp 150.000 = 50.000 (HJp) Rp 400.000 Rp 50.000 (Rp15) Rp 150.000 = 50.000 (HJp) Rp 400.000 750.000 50.000 (HJp) = 150.000 + 400.000 +750.000 50.000 (SP) = 1.300.000 Rp 1.300.000 HJ per unit = = Rp 26 50.000 Atau harga jual harus dinaikkan Rp 1-(26-25)4.Meningkatkan Unit (Q) yang DijualRp 150.000 = Rp25 (Q) Rp 400.000 Rp15 QRp 25 (Q) Rp15 (Q) = Rp 400.000 + Rp 150.000Rp 10 (Q) = Rp 550.000

Rp 550.000Q = = 55.000 Rp 10

Atau manajemen memerlukan menaikkan kuantitas atau volume penjualan sebesar 5.000 unit atau 10% dari unit tahun lalu, agar mendapatkan laba yang diinginkan sebesar Rp 150.000E. Aplikasi Rumus BEP Single Produk

Menetapkan volume penjualan minimum sesuai dengan target. Pengertian ini sama dengan menentukan titik BEP, dengan menggunakan Marjin kontribusi unit dan ratio dari data di atas maka:MK Unit = Rp 25 - Rp 15 = Rp 10,-

(HJp) (BVp) = MK per unit

MK rasio = 100% - 60% (15/25) = 40%

Dari data tersebut, maka sales minimal = BEP adalah :

1. Dalam Unit (Q) penjualan

2. Dalam Rupiah penjualan F. Menetapkan Maksimum Biaya Variabel Per UnitMasalah ini lebih sederhana menggunakan metode persamaan hitung rata-rata biaya tetap dan rata-rata laba

BV per unit = HJ per unit - - G. Menetapkan Biaya Tetap dengan Tujuan Tertentu

H. Hubungan MOS (Margin of Safety), PM (Profit Margin) dan Rasio Marjin Kontribusi (RMK)MOS diartikan penurunan persentase penjualan yang aman, atau besarnya penurunan penjualan dan perusahaan dalam situasi tidak merugi.

MOS adalah selisih:

Penjualan yang dianggarkan BEP

atau Penjualan maksimal BEPUmumnya MOS dinyatakan dalam rasio (Persentase), yaitu:I. Pengembangan Analisis CVP (Cost Volume Profit)1. Analisis Return On Invesment (ROI)Dalam menggunakan alat CVP dalam analisis ROI ini pertama-tama perlu di ingat rumus ROI yaitu:ROI = x Hal-hal ini yang harus mendapat perhatian :a. Profit didalam buku financial/pembelajaran, menggunakan net profit margin (EBIT) atau laba sebelum pajak sedangkan didalama pembahasan ini menggunakan operating margin (laba kotor)b. Invesment = Total Aset, dan Total Revenue = total sales (harga jual unit x kuantitas)Sebagai ilustrasi:

Dibawah ini disajikan data sebuah perusahaan.

a. Data Pendapatan: Harga jual per unit Rp 10,-. Biaya variable per ubit Rp 6,-, Biaya tetap total Rp 31.000, dengan volume (Kuantitas) 10.000 unit.

b. Data investasi: Aktiva lancer Rp 20.000,- dan aktiva tetap Rp 30.000,-

c. ROI:

Keterbatasan anlisis diatas:

a. Asumsinya, turnover konstan, sedangkan dalam prakteknya Total investasi (total assets) yang diperlukan tidak proporsional dengan volume penjualan.b. Tidak memperhitungkan tarif pajak. Dalam buku-buku pembelanjaan terdapat pengertian yang berbeda terhadap Profit Margin, yaitu ada Net Profit, Gross Profit dan Operating Margin.c. Kelemahan lain dari analisis ROI diatas:

Jika profit margin melebihi margin kontribusi, katakanlah 20% maka rumus yang dikemukakan diatas tidak dapat dipergunakan.

2. Struktur Pendapatan Perusahaan terhadap Penerimaan Tetap (Fixed Revenue)Yaitu perusahaan yang disamping menerima pendapatan tertentu tergantung volume, tetapi menerima pula penghasilan tetap yang tidak tergantung volume.

Contoh :Perusahaan Citra suatu perusahaan yang bergerak dibidang siaran TV swasta. Pada tahun 19.... A merencanakan untuk melayani pelanggan sebanyak 1.000 orang. Setiap pelanggan harus membayar sewa tetap sebesar Rp 12.000 per tahun, pendapatan perjam pemakaian Rp 25, biaya perjam Rp 5, sedangkan biaya tetap Rp 132.000.000 per tahun.

Kasus: a. Berapa jam perusahaan berada pada BEP b. Laba yang diharapkan Rp 30.000.000

a. Rumus yang digunakan

BEP = = = 6.000.000 jam siaranAtau BEP sales = 6.000.000 x Rp. 2 = Rp 150.000.000,-

b. Volume dengan laba Rp 30.000.000

Menggunakan rumus yang sama

Penjualan =

= 7.500. 000 jam3. Analisis Pemilihan Mesin dan Hubungannya dengan Kapasitas PenggunaanBagian ini khusus membahas suatu keputusan pemilihan jenis mesin. Katakanlah mesin A atau mesin Modern yang mempunyai sifat biaya tetap lebih tinggi dan biaya variable per satuannya relatif lebih rendah. Sebaliknya mesin B atau mesin Tradisional, biaya tetapnya relatif rendah, tetapi biaya variable per unitnya lebih tinggi disbanding mesin modern.Contoh:

Manajer PT DINI merencanakan memproduksi 1 jenis produk dengan harga jual Rp 1.000,- per unit. Produksi tersebut dapat menggunakan mesin A atau mesin B. Kedua mesin memiliki kapasitas sama yaitu 5.000 unit per tahun, dan umur ekonomisnya sama.

Perbandingan biaya operasi sebagai berikut:

a. Mesin A, biaya tetap Rp 600.000,- dan biaya variable Rp 600,- per unit.

b. Mesin B, biaya tetap Rp 1.800.000,- dan biaya variable Rp 200,- per unit.

Pemecahan: Pertimbangan yang paling penting adalah, berapa perusahaan dapat menjual produknya.

Langkah-langkah yang diperlukan:

a. Menghitung BEP masing-masing mesin.

b. Membuat satu gambar BEP untuk kedua mesin.c. Menghitung Indifferent point atau pada saat biaya kedua mesin sama besar.

Pemecahan :

a. Kuantitas BEP: mesin A = 1.500 unit

mesin B = 2.2500 unit

b. BEP dan Indifferent point kedua mesin