Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

22
Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi, Gangguan Kehamilan dan Janin,  tapi ! Praktik Pemasaran dan Propaganda Media Produk Rokok Oleh : Dianti Ratih Ramadhani 1106085680 Kajian Media Tulisan ini Dibuat Dalam Rangka Pencapaian Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengantar Teori Kritis Jakarta, Juni 2013 Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Transcript of Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

Page 1: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 1/22

Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung,Impotensi, Gangguan Kehamilan dan Janin, tapi ! 

Praktik Pemasaran dan Propaganda Media Produk Rokok

Oleh :Dianti Ratih Ramadhani

1106085680Kajian Media

Tulisan ini Dibuat Dalam Rangka Pencapaian Ujian Akhir SemesterMata Kuliah Pengantar Teori Kritis

Jakarta, Juni 2013Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

Page 2: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 2/22

 

A.  Latar Belakang

Noam Chomsky adalah seorang linguistik, filsuf, serta pemikir kognitif, dan juga aktivis

 Amerika Serikat, dan juga merupakan seorang professor Departemen Linguistik dan

Filosofi di MIT (Massachusets Institute of Technology ). Salah satu pemikirannya yang

paling berpengaruh Ia tuangkan lewat bukunya Manufacturing Consent , yang berbicara

mengenai proganda yang dilakukan oleh Media. Dalam buku tersebut, Chomsky membuat

sebuah ilustrasi empiris terhadap dua kasus utama, yaitu pengangkatan isu Timor Leste

dan juga Kamboja oleh media massa – media massa Amerika. Dalam bukunya, Chomsky

mengembangkan model propaganda. Model tersebut menjelaskan bagaimana media

memberikan pesan kepada khalayak secara bias, merupakan sebuah representasi secara

total, dengan adanya tunggangan pemegang kepentingan tertentu yang diterjemahkan

Chomsky dalam bukunya, adalah pasar. Propaganda model menerangkan bagaimana

propaganda, termasuk kebiasan sistem dam fungsi dari media massa. Model ini juga

berusaha menerjemahkan bagaimana khalayak ‘tertipu’ dan bagaimana ‘kesadaran’ akan

kebijakan ekonomi, sosial bahkan politik dibentuk dalam kepala khalayak dalam rangka

melakukan propaganda – propaganda.

Pemikiran yang dipaparkan oleh Noam Chomsky ini terlihat relevan untuk dijadikan pisau

analisis dalam mengkaji fenomena tingginya tingkat konsumen rokok di Indonesia. Tidak

terelakkan pula, sebagian diantara perokok di Indonesia masih berada dibawah usia

delapan belas tahun.

Berdasarkan survey yang dirilis oleh Health Justice Organization, terdapat

hubungan kausal atas pemasaran tembakau dan peningkatan jumlah perokok. Pemasaran

rokok berbasis tembakau (terutama iklan) menunjukkan tiga tema utama, antara lain untuk

menyentuh sisi kepuasan konsumen melalui pencitraan rokok dengan penggambaran

yang segar, tasteful,  unik, dsb. Yang kedua, mayoritas iklan produk pemasaran rokok

cenderung berusaha mengurangi ketakutan terkait bahaya penggunaan rokok. Yang

Page 3: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 3/22

terakhir, membuat asosiasi antara rokok dan karakteristik tertentu yang diinginkan oleh

kebanyakan orang, seperti menonjolkan sisi kesuksesan, sensualitas, dan sebagainya.

Namun pada tahun 2011, Health Justice Organization kembali mengatakan bahwa di Asia

Tenggara, Indonesia merupakan Negara yang regulasi terkait pemasaran rokok melalui

media massa –nya paling minim. Berbeda dengan Negara Asean lainnya, cenderung telah

melarang  segala bentuk pemasaran rokok kecuali dalam bentuk Point of Sale  dan

Corporate Social Responsibility , sementara di Indonesia sendiri, kebijakan Tobacco

 Advertising, Promotion and Sponsorships (TAPS) masih berstatus ‘ partial ban’ , yaitu

pelarangan secara parsial hanya dilakukan dalam media cetak dan televisi. Untuk itu, iklan

rokok dan bentuk pemasaran lainnya di Indonesia masih marak dijumpai. Pada September

2012, Campaign for Tobacco – Free Kids  membuat survey yang mengatakan bahwa

konsumen rokok di Indonesia sebanyak satu pertiga atau sebanyak 36 persen, dimana

anak berusia 13 – 15 tahun sebanyak dua puluh persen merupakan perokok, 41 persen

laki – laki, dan 3.5 persen perempuan. Dengan jumlah konsumen rokok sedemikian rupa,

konsekuensi terhadap kesehatannya pun cukup tinggi. Tercatat setidaknya 200.000 orang

meninggal tiap tahunnya di Indonesia akibat konsumsi terhadap rokok.

Kondisi yang cukup dialektis ini membuat Indonesia harus kehilangan begitu

banyak nyawa setiap tahunnya, yang ironisnya bisa dilihat andil industri periklanan di

dalamnya, yaitu masih tersalurkan dengan baiknya propaganda – propaganda produk

rokok ke tangan konsumen. Lebih buruk lagi, jenis propaganda yang merupakan bagian

dari praktek pemasaran ini masih dengan mudah ditemui, bahkan dalam billboard   yang

terletak di jalanan, dan dengan mudah, gratis, dapat dijumpai oleh konsumen dari berbagai

kalangan usia. Untuk itu, tulisan ini membahas kaitan antara tingginya tingkat konsumen

rokok di Indonesia dengan strategi pemasaran terkait fenomena ini.

Page 4: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 4/22

 

B.  KERANGKA KONSEPTUAL

Propaganda Model 1 

Model ini dikembangkan oleh Noam Chomsky dan Edward S. Herman, dalam buku

Manufacturing Consent  (1988). Seperti yang telah dipaparkan diatas, media propaganda

merupakan sebuah model yang mempaparkan bagaimana kebiasan yang terjadi dalam

media massa karena orientasi media massa terhadap profit. Model ini mengasumsikan

adanya simbiosis mutualisme antara jurnalis dan para pemegang kepentingan. Seperti

dikutip dari tulisan Klaehn, Propaganda model memilki lima elemen filter yang menitik

beratkan pada kendala struktural utama yang dapat mempengaruhi pola keseluruhan

kinerja media. Filter ini diperuntukkan para audiens agar lebih ‘peka’ terhadap teks – teks

media yang disaksikan atau dikonsumsi tiap harinya.

Filter pertama adalah, Herman dan Chomsky mengatakan, kebanyakan media massa

sendiri dijumpai dalam bentuk perusahaan atau korporasi--dikontrol oleh sekelompok

orang kaya raya atau pengatur yang merupakan subjek untuk mempertajam batas pemilik

korporasi media dan tekanan – tekanan yang berorientasi kepada pasar. Selanjutnya,

kepemilikan dan orientasi pasar dapat memberi pengaruh kepada perilaku media dengan

cara tertentu, memperbesar kebiasan dalam wacana yang dibuat oleh media massa. Tidak

hanya itu, iklan dianggap sebagai sumber utama pemasukan untuk kebanyakan media

komersial dan ‘mainstream’ , sehingga wacana yang diciptakan media cenderung

mencerminkan kepentingan pengiklan dan pasar. Klaehn kembali menyimpulkan, apabila

melihat kedua filter pertama secara bersamaan, maka kedua filter tersebut menitik

beratkan kepada dimensi sosial politik yang besar pengaruhnya terhadap proses produksi

pemberitaan, menitik beratkan kepada dimensi struktural level makro yang membentuk

diskursus berita.

" #$%&'() *&++&,-. !"# %&'()*)+,) -',#. / !"#'&#012). )+, -#0"','.'*12).

3'+41,#&)01'+4. /&0,1&2&3 +,45

'006788999.9&:051(:0&,.%;.<=8>>3%0%8%::&0:863+>+1$&8??"@8@A"BB8??CDEFFGH4$IGJ4BG*&++&,->#$%&'(.63+

Page 5: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 5/22

Yang ketiga, filter menitik beratkan kepada cara – cara wacana berita dan sumbernya

secara sosial terkonstruksi. Yang mendominasi diskursus berita biasanya adalah sumber –

sumber yang secara institusional memiliki keterkaitan dengan media. Hasilnya adalah

berita hadir untuk merefleksikan kepentingan institusi tersebut dalam tingkatan makro.

Teks – teks media yang dihadirkan, seperti feature mengenai individual yang dimunculkan

di Koran, merupakan makna – makna yang biasanya lebih disukai institusi tersebut.

Filter keempat juga menggarisbawahi konsep kekuasaan, dimana aktor institusi

dominan memiliki kekuatan secara sosial politik untuk melakukan kontrol terhadap pola

dari perfoma media. Keempat filter pertama dapat dioperasikan pada basis individual dan

menggarisbawahi proses produksi teks media, terutama berita.

Filter kelima pada awalnya merupakan “anti – komunisme”, namun mengalami

perubahan, penyesuaian dan perluasan sehingga tidak lagi “komunisme” melainkan

mengacu kepada ideologi yang dominan. Klaehn mengutip Herman dan Chomsky, bahwa

karena filter kelima ini sangat luas, filter kelima mudah dikaitkan dengan berbagai

fenomena sosial, dan menjadikan propaganda media dapat digunakan dalam berbagai

riset sosial ilmiah. Herman mengatakan,

‘This ideology helps mobilize the populace against an enemy, and because the concept is

fuzzy, it can be used against anybody advocating policies that threaten property or support

accommodation with Communist states and radicalism.’

Filter kelima merupakan sebuah cerminan untuk mempelajari bagaimana

ketakutan dapat berkembang dalam wacana media. Menurut Chomsky, media mungkin

menyebarluaskan rasa takut atau memunculkan kembali rasa takut yang memang sudah

ada --tergantung dari konteksnya. Ketakutan dapat dilihat sebagai mekanisme kontrol

ideologis and digunakan untuk melegitimasi kebijakan, menggerakkan sumber daya atau

mendorong terjadinya agenda tertentu.

Lima elemen filter yang dipaparkan tersebut membangun fondasi dari Media

Propaganda. Apabila disatukan, kelima filter tersebut menyediakan sebuah kerangka yang

menggambarkan mengapa dan bagaimana dimensi struktural memperkuat kebiasan, serta

rentang yang terbatas mengenai perdebatan di dalam wacana media mainstream. Kelima

Page 6: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 6/22

Page 7: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 7/22

Sumber :

Health Justice Organization; TOBACCO ADVERTISING, PROMOTION AND SPONSORSHIP (TAPS) INSOUTH EAST ASIA

Global Tobacco Free Kids 22008 silam memaparkan terdapat empat hal yang

menjadi gol dari strategi pemasaran rokok yang bertujuan untuk menjaring konsumen :

1.  Untuk membuat perokok – perokok baru untuk menggantikan perokok yang

telah berhenti atau meninggal2.  Untuk menjaga atau meningkatkan perokok diantara perokok yang masih

‘perokok’ saat ini

3.  Untuk mengurangi keinginan berhenti para perokok

4.  Mengajak mantan perokok untuk merokok lagi.

Keempat poin diatas dipertegas oleh survey – survey yang dilakukan organisasi yang

sama, dimana pada tahun 2003 sembilan penelitian menemukan lebih dari 12.000 perokok

berusia muda memaparkan bahwa iklan dan promosi produk rokok meningkatkan

keinginan anak – anak muda untuk mulai merokok.

Global Youth Tobacco Survey 2009 silam melaporkan, dari 89,3% responden usia

13 – 15 tahun, mengaku melihat iklan rokok di papan reklame, 90,5% persen dari televisi,

sementara 17,6% dari Koran dan majalah. Juga, 10% diantaranya mengaku mendapatkan

tawaran rokok dengan cuma – cuma. Kemudian Dirjen Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan Kemenkes, Tjanda Yoda Aditama, mengatakan bahwa iklan dan

promosi rokok terbukti sangat kuat dalam menjaring perokok baru. Health Justice

Organization dalam surveynya 2011 silam mengungkapkan pula apabila terdapat

hubungan kausal antara praktik pemasaran rokok dan peningkatan jumlah perokok di

Indonesia.

B !'5)22' 6,7#&0141+*8 %&'9'01'+ )+, :('+4'&4"1( / ;71,#+2# '< 0"# =9()20 '<

!'5)22' -)&>#01+* '+ !'5)22' ?4#. J42&5K&, B??L. /&0,1&2&3 +,45'006788M$4K%$.04K%;;4+,&&=13:.4,M8+1$&:863+:8&(8NEO>&213&(;&>&(.63+

Page 8: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 8/22

  Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi Negara ketiga dengan jumlah perokok

terbanyak di dunia, setelah India dan Cina dengan jumlah perokok 61,4 juta perokok.

Namun jumlah perokok pasif mencapai 97 juta orang. Tercatat pula, sebanyak 43 juta

anak – anak Indonesia dengnan rentang usia 0 – 4 tahun menjadi perokok pasif dengan

 jumlah sebanyak 11,4 juta (Metrotvnews.com, Mei 2013).

Keuntungan Rokok di Indonesia

Jumlah perokok di Indonesia yang tinggi tersebut berujung kepada tingkat

keuntungan dan pendapatan para perusahaan – perusahaan rokok. Indonesia merupakan

Negara dengan pasar tembakau nomor lima terbesar di dunia 3 . Volume penjualan

meningkat lebih dari 25%, yaitu sebanyak 26,4% dalam kurun sepuluh tahun terakhir.

Pada tahun 1998 volume penjualan rokok di Indonesia adalah 132.6 miliar punting rokok,

meningkat hingga 167.6 puntung pada tahun 2008 –belum termasuk pertumbuhan rokok

kretek buatan tangan. Perusahaan rokok yang mengalami keuntungan ini bukan hanya

perusahaan nasional, tapi juga perusahaan rokok transnasional.

@ /&0,1&2&3 +45

'006788M$4K%$.04K%;;4+,&&=13:.4,M8+1$&:863+:8&(8PD>+%;0:>;4<(0,1&:>P(34(&:1%.63+

Page 9: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 9/22

 

Page 10: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 10/22

 

Bahkan berdasakarn situs berita liputan 64, 25 orang terkaya di Indonesia, dua terkaya

di Indonesia merupakan konglomerat perusahaan rokok. Ironisnya lagi, rokok di Indonesia

menjadi kebutuhan yang paling banyak mengeluarkan biaya paling banyak setiap

bulannya, dibandingkan dengan pangan (ikan, telur, susu, daging), kesehatan dan

pendidikan.

C @#0&1#7#, A&'9 Q'006788K1:(1:.$16<0%(I.;458,&%38ABR"L?8BAG4,%(MG0&,=%-%G31G1(34(&:1%G2&,:1G+4,K&:GK%M1%(G"S

Page 11: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 11/22

 

Ironis, mengingat tingkat kepentingan dari rokok dengan beberapa kebutuhan lain

yang berada dibawahnya tidak sebanding. Padahal, efek buruk yang akan didapat dari

merokok itu sebenarnya bukan lagi sebuah rahasia. Lalu mengapakah perusahaan rokok

dan antek – antek propaganda begitu gemar menjual dan memasarkan benda yang satu

ini?

Seperti yang kita ketahui, iklan, pemasaran atau sponsorship produk rokok

senantiasa mengedepankan citra tertentu. Bahkan di Negara – Negara tertentu (yang

kebanyakan Negara dunia pertama), mulai mengurangi jumlah perokok dengan cara

mengemasnya sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang bersifat propagandis agar

orang – orang berhenti merokok.

Yang menjadi permasalahan di Indonesia adalah, kemasan rokok belumlah

menjadi satu sarana untuk mempropaganda masyarakat agar menghentikan kebiasaan

merokok. Kemasan rokok di Indonesia masih berbentuk menarik, kebanyakan sesuai

dengan citra tertentu yang ingin dimiliki oleh target – target pasar produk rokok tersebut.

Seperti contohnya Djarum Super yang identic dengan warna merah – hitam, dengan

slogan yang berganti – ganti. Namun yang terbaru yaitu edisi tahun 2007 – sekarang, “My

Life, My Adventure”. Djarum Super dapat dilihat sebagai produk rokok yang diperuntukkan

Page 12: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 12/22

bagi laki – laki yang senang berpetualang, berolahraga. Citra yang timbul dari rokok kretek

ini adalah sangat “manly ”, berkelas, jantan, dan sebagainya.

Chomsky beranggapan bahwa iklan adalah sumber utama pemasukan untuk

kebanyakan media komersial dan ‘mainstream’ , sehingga wacana yang diciptakan media

cenderung mencerminkan kepentingan pengiklan dan pasar. Dari kasus rokok ini, rokok

adalah salah satu produk yang dapat menjadi sponsor besar bagi berjalannya berbagai

acara, bahkan untuk kehidupan dari berbagai media di Indonesia. Bantuan yang diberikan

oleh produk rokok dapat ditemui dalam acara – acara musik, hingga olahraga, yang

sebenarnya bersifat kontradiktif, karena olahraga dan rokok adalah sesuatu yang sangat

bertolak belakang. Rokok di Indonesia masih sangat terlihat berorientasi terhadap pasar.

Dilihat dari jumlah perokok di Indonesia, minimnya regulasi terhadap praktik pemasaran

rokok, juga keuntungan perusahaan – perusahaan rokok cenderung mengalami

peningkatan.

Iklan rokok di Indonesia juga begitu dikenal antara lain karena slogannya yang

cenderung sederhana, mudah diingat, dan terutama, sesuai dengan image yang ingin

ditimbulkan target market yang di bidik. Terdapat sejumlah perusahaan rokok di Indonesia

antara lain Phillip Morris International   (Sampoerna) dan British American Tobacco.

Selanjutnya adapula Japan Tobacco Djarum  & Wismilak Group,  juga Gudang Garam.

Slogan – slogan yang menjadi bagian dari iklan rokok ini antara lain :

SAMPOERNA HIJAU :

•  (2001 - 2004) : “Asyiknya Rame – Rame” 

•  (2005) : ”Yang Asyik Tambah Asyik”

•  (2005 – 2009) : “Nggak Ada Loe Nggak Rame” 

•  (2011 – Sekarang) : “Teman yang asyik” 

DJARUM :

•  (1997 – 2001) : “Djarum, Nikmatnya Kretek” 

•  (2002) : “Djarum Coklat, Nikmat” 

Page 13: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 13/22

•  (2007) : “Djarum Coklat, Hidup Berkarya, Hidup Puas” 

• (2011) : “ 100% Baru, DJARUM COKELAT, nikmat” 

•  (1995, 1996) : “Djarum Super, Super Taste for Super People” 

GUDANG GARAM :

•  Gudang Garam Djaja, Benerrr Nikmatnya

•  GUDANG GARAM DJAJA, DJAJA di kondangan, DJAJA DI lapangan

•  GUDANG GARAM DJAJA, Di kantong pas di hati puas

•  GUDANG GARAM DJAJA, Selalu ada nikmatnya

BENTOEL :

•  SEJATI, Emang Bikin Bangga

•  ( 2004 – 2005) : “ ini baru nikmat SEJATI”

•  (2005) : “SEJATI, Sekali Jajal Nancap di Hati”

•  (1998 – 1999) : “BENTOEL BIRU, Kharisma Internasional”

•  (2007 – sekarang) : “BENTOEL BIRU, Kharisma Rasa Indonesia”

•  (2000 – 2002) : “BENTOEL MILD, Jangan Anggap Enteng”

Diatas adalah contoh slogan dari produk – produk rokok di Indonesia. Berdasarkan data

diatas yang berasal dari dua sumber yaitu The Jakarta Post   dan

Indonesiafinancetoday.com, tiga besar produk rokok dengan pangsa pasar yang tinggi

adalah HM Sampoerna, Gudang Garam, dan Bentoel.

Ketiga perusahaan diatas terutama HM Sampoerna, telah dengan sangat baik

dalam membangun propaganda – propaganda. Dari segi iklan pun, HM Sampoerna

merupakan klien dari Lowe Indonesia. Karena kini iklan rokok jumlahnya telah dibatasi di

media massa konvensional, bukan berarti strategi pemasaran dan propaganda lainnya

berhenti sampai disitu. HM Sampoerna ini juga melalui pembangunan CSR yang bernama

Sampoena Foundation.

Page 14: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 14/22

 

Halaman utama website Sampoerna Foundation 

Kebiasan seperti yang dipaparkan Chomsky dalam propaganda model sangat terlihat

disini. Propaganda yang dilakukan oleh produk – produk rokok, tidak semata – mata

secara eksplisit berusaha menyentuh sisi ekonomis manusia semata. Iklan rokok iniatau bentuk propaganda lainnya yang merupakan kerja sama antara konglomerat –

konglomerat perusahaan rokok dan agensi – agensi iklan, berusaha menyentuh sisi

lain dari para konsumennya, yaitu merasa bahwa rokok adalah produk yang bisa

membuat diri kita beberapa tingkat “lebih” dengan melakukan konsumsi terhadapnya.

Hal tersebut membuat dengan segala efek samping yang akan muncul akibat merokok

pun terluapakan, ketakutan akan efek sampingnya menurun, yang ada hanya

terpengaruh dengan bentuk propaganda yang seolah – olah akan membuat citra diri

konsumen sama dengan citra yang produk rokok tersebut berusaha tonjolkan.

Sampoerna, memiliki beberapa slogan dalam iklan – iklannya. Seperti “Asyiknya

rame – rame”, “yang asyik tambah asyik”, “nggak ada loe nggak rame” dan “teman

yang asyik”. Menunjukkan bahwa Sampoerna memposisikan dirinya untuk anak muda

yang gemar menghabiskan waktunya bersama teman, bahwa produk rokok

Sampoerna dapat menjadi membangun suasana ‘lebih’ ketika berkumpul bersama

teman – teman. Tidak hanya itu, Sampoerna Foundation juga membuat “Putera

Page 15: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 15/22

Sampoerna Foundation”, serta membangun program dalam bidang pendidikan, salah

satunya termasuk pemberian beasiswa, dan kini Sampoerna membangun

universitasnya sendiri. Dengan dedikasi yang sebegitunya terhadap ‘anak muda’, jelas

sekali kedekatan produknya dan target pasarnya akan semakin tinggi, sehingga

loyalitas yang mungkin didapat dari para ‘calon konsumen’ maupun konsumennya kian

meningkat.

Page 16: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 16/22

 

Diatas merupakan sejumlah contoh iklan yang dirilis oleh Sampoerna, dan salah satu anak

perusahaan Sampoerna, yaitu A Mild. Kedua iklan yang tampil diatas terlihat sangat

sesuai dengan target pasar mereka, yaitu anak muda.

Dengan begitu, HM Sampoerna mampu menjadi produk rokok dengan jumlah

market share tertinggi di Indonesia.

Page 17: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 17/22

Filter pertama adalah, Herman dan Chomsky mengatakan, kebanyakan media massa

sendiri dijumpai dalam bentuk perusahaan atau korporasi--dikontrol oleh sekelompok

orang kaya raya atau pengatur yang merupakan subjek untuk mempertajam batas pemilik

korporasi media dan tekanan – tekanan yang berorientasi kepada pasar. 25 orang terkaya

di Indonesia dua teratas adalah konglomerat produk rokok, dan rokok kini menjadi banyak

sponsor bagi media – media dan juga berbagai acara yang memerlukan publikasi lewat

cara tertentu, seperti lewat billboard, poster, spanduk yang dapat dengan mudah

dikonsumen oleh banyak kalangan usia. Selanjutnya, kepemilikan dan orientasi pasar

dapat memberi pengaruh kepada perilaku media dengan cara tertentu, memperbesar

kebiasan dalam wacana yang dibuat oleh media massa. Karena adanya kepentingan

mencapai keuntungan, kedua pihak baik pengiklan dan produsen rokok saling

bersimbiosis mutualisme, mengemas propaganda demi propaganda sehalus mungkin,

beberapa dengan cara yang tidak eksplisit. Pemilihan copy dan grafis di dalam iklan rokok

pun seringkali menimbulkan sisi tertentu yang ingin dimiliki target marketnya. Seperti HM

Sampoerna yang menitik beratkan kepada konsumennya yaitu anak muda, iklan yang

muncul lebih menonjolkan sisi segar, lucu, dan seolah mengambil potret kehidupan anak

muda, salah satunya adalah pertemanan. Tidak hanya itu, iklan dianggap sebagai sumber

utama pemasukan untuk kebanyakan media komersial dan ‘mainstream’ , sehingga

wacana yang diciptakan media cenderung mencerminkan kepentingan pengiklan dan

pasar.

Berbeda dengan HM Sampoerna, Gudang Garam memposisikan dirinya sebagai

rokok untuk para pria. Filter ketiga menurut Chomsky, propaganda menitik beratkan

kepada cara – cara wacana berita dan sumbernya secara sosial terkonstruksi. Iklan

Gudang Garam ini cenderung menonjolkan sisi jantan, bold, dan berkelas, Gudang Garam

Page 18: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 18/22

 juga melakukan propaganda – propaganda yang kemudian membuat dirinya menjadi

rokok yang kedua terbesar market share-nya di Indonesia.

Page 19: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 19/22

 

Filter keempat menggarisbawahi konsep kekuasaan, dimana aktor institusi dominan

memiliki kekuatan secara sosial politik untuk melakukan kontrol terhadap pola dari

perfoma media. Produk rokok tidak hanya terpropaganda melalui iklan ataupun CSR.

Rokok pun hadir dalam bentuk sponsorhip pula.

Sehingga kemunculan rokok di mata konsumen tidak hanya dalam bentuk – bentuk

secara eksplisit “iklan”, tapi juga dalam bentuk sponsorship  yang bertujuan

membangkitkan kesadaran semata.

Kini, sudah sangat jelas segala pertumbuhan jumlah perokok, minimnya regulasi

pemasaran rokok, berujung pada satu hal yaitu keuntungan dan pendapatan perusahaan

Page 20: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 20/22

rokok itu sendiri. Maka demikian, filter kelima harus diterapkan disini. Dengan orientasi

pasar, driven by profit , dapat diartikan segala propaganda yang dilakukan produk rokok ini

adalah selaras dengan ideologi kapitalisme, yang kemudian berujung kepada

konsumerisme, hingga keinginan untuk mencoba rokok yang berujung lagi kepada

ketergantungan terhadap rokok.

D.  KESIMPULAN

Kaitan antara propaganda dan praktik pemasaran dan peningkatan jumlah perokok

adalah erat. Dengan segala praktik propaganda dan pemasarannya, rokok menjadi salah

satu produk yang seolah dapat memikat ‘awareness” konsumennya dengan sangat baik.

Terbukti dari beberapa data yang terlampir pada bab pembahasan, salah satunya adalah

Indonesia menjadi Negara dengan jumlah perokok ketiga terbesar di dunia, yaitu sebanyak

64,1 juta perokok. Propaganda dan praktik pemasaran cenderung mematikan rasa takut,

rasa ingin berhenti, atau berbagai cara agar konsumen beralih lagi kepada rokok, dimana

keuntungan yang didapat oleh konsumen adalah semu, karena keuntungan yang

sebenarnya (secara ekonomis) mengalir deras untuk para produsen – produsen dan

konglomerat produk rokok. Propaganda yang dilakukan produk rokok umumnya

terselubung, tidak secara eksplisit, lebih kearah menonjolkan suatu citra tertentu sehingga

konsumen memposisikan dirinya sesuai citra apa yang ditonjolkan rokok, sebelum

akhirnya menjadi salah satu konsumen rokok yang Ia rasa cocok untuk dirinya.

Seharusnya, pemerintah lebih mengetatkan lagi regulasi terhadap propaganda

dan praktik pemasaran produk – produk rokok. Justru, propaganda dan praktik pemasaranyang cenderung ‘memperhatikan masyarakat’ lah yang juga harus dikurangi. Karena

bagaimanapun cara paling efektif untuk menyentuh konsumen adalah dengan

memproaganda-nya secara hegemonis atau terselubung.

Page 21: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 21/22

DAFTAR PUSTAKA

Herman, Edward S. & Chomsky, Noam. 1988. Manufacturing Consent: The Political

Economy of the Mass Media. New York : Patheon Books.

Klaehn, Jeffery. The Propaganda Model: Theoretical and Methodological

Considerations. Retrieved from

http://www.westminster.ac.uk/__data/assets/pdf_file/0013/35122/004WPCC-Vol6-No2-

Jeffery_Klaehn.pdf  

Indonesia Report Card: Status of Tobacco Use and Its Control   , retrieved from

http://www.ino.searo.who.int/LinkFiles/Tobacco_Initiative_Indonesia_Country_Profile_10_

Nov07.pdf  

Barber, Sarah, et. Al. Tobacco Economics in Indonesia. Retrieved from

http://www.tobaccofreeunion.org/assets/Technical%20Resources/Economic%20Reports/T

obacco%20Economics%20in%20Indonesia%20-%20EN.pdf  

Tobacco advertising in Indonesia: “the defining characteristics for success”. Retrieved

from http://tobaccocontrol.bmj.com/content/8/1/85.long 

Tobacco Advertising, Promotion and Sponsorship : Evidence of the impact of Tobacco

marketing on Tobacco Use. Retrieved from

http://global.tobaccofreekids.org/files/pdfs/en/APS_evidence_en.pdf  

World Health Organization, Regional Office for South East Asia. Global Adult Tobacco

Survey: Indonesia Report 2011. Retrieved from

http://www.searo.who.int/entity/tobacco/data/gats_indonesia_2011.pdf  

TOBACCO ADVERTISING, PROMOTION AND SPONSORSHIP (TAPS) IN SOUTH

EAST ASIA. Retrieved fromhttp://www.healthjustice.ph/uploads/Tobacco%20Advertising,%20Promotions%20and%20Sponsorships%20Fact%20Sheet.pdf  

Page 22: Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

7/22/2019 Ketika Merokok Menjadi Bisikan Iklan Dan Propaganda Media

http://slidepdf.com/reader/full/ketika-merokok-menjadi-bisikan-iklan-dan-propaganda-media 22/22

PRANALA LUAR

“Pengendalian Masalah Rokok di Indonesia”, diakses lewat

http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/mediaroom/fakta-dan-statistik/masalah-rokok-

di-indonesia 

“Majalah Lain Perempuan Perokok”, diakses lewat

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/01/130124_majalahlain_perempuan_peroko

k.shtml 

Situs Resmi HM Sampoerna, diakses lewat

http://www.sampoerna.com/id_id/pages/homepage.aspx 

“25 Orang Terkaya di Indonesia”, diakses lewat

http://bisnis.liputan6.com/read/527180/25-orang-terkaya-di-indonesia-versi-forbes-bagian-

“Indonesia Menjadi Surga Bagi Iklan Rokok”, diakses lewat

http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/05/31/913/158201/Indonesia-Menjadi-

Surga-bagi-Iklan-Rokok