Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit
-
Upload
rabella-guspia-zhafirah -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
description
Transcript of Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit
KETIDAK SEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLITKomposisi Cairan TubuhCairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Presentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.Prosentase cairan tubuha. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain:
1) Umur
Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2) Kondisi lemak tubuh
Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan
peningkatan lemak tubuh.
3) Jenis Kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih
sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah lemak dalam
tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan
pria.
b. Jumlah normal air pada tubuh manusia
1) Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2) Dewasa :
– Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat
Badan
– Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat
Badan
– Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
Komposisi Cairan TubuhCairan tubuh berisikan:
a. Oksigen yang berasal dari paru-paru
b. Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan
c. Produk metabolisme seperti karbondiokasida
d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau
molekul yang disebut juga elektrolit. Seperti misalnya
sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau
sodium (Na+) dan satu ion klorida (Cl–). Ion yang
bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang
bermuatan negatif disebut anion
Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan
Intraselular (CIS) dan Cairan Ektraselular (CES)
a. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel
di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media
penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari
jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit
kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit
anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit
HCO3–, SO4
2-, Cl–
b. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar
sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan tubuh atau
sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan
dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel
dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian
dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai
pelumas pada persendian dan membran mukosa,
penghancuran makanan dalam proses pencernaan.
Cairan ekstrasel terdiri dari:1) Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada
disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya sekitar
10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran
tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi
baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2) Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung
dalam pembuluh darah misalnya plasma, jumlahnya
sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum
ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah
seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat
diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia,
komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma,
dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel
darah merah, sel darah putih dan platelet.
3) Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada
ruang khusus seperti cairan serebrospinalis, perikardium,
pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung,
jumlahnya sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation
terbanyak Na+, sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta elektrolit
anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma,
sedikit HPO42-SO4
2-.
Gangguan atau Masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairana. Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena
penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran
cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh
dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai
kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh
akan mengalirkan cairan keluar sel. Ada tiga macam
kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi,
yaitu:
1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah
cairan dan elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan
sejumlah air yang lebih banyak daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak
kehilangan elektrolitnya daripada air.
Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan
menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume).
Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah
entrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika
terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang
lama, maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan
meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan
cairan intrasel ke pembuluh darah. Macam dehidrasi
(kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
1) Dehidrasi berat
a) Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L
b) Serum natrium 159-166 mEq/Lt
c) Hipotensi
d) Turgor kulit buruk
e) Oliguria
f) Nadi dan pernapasan meningkat
g) Kehilangan cairan mencapai > 10%BB
2) Dehidrasi sedang
a) Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10%BB
b) Serum natrium 152-158mEq/Lt
c) Mata cekung
d) Dehidrasi ringan
e) Kehilangan cairan mencapai 5%BB
f) Pengeluaran cairan tersebut sekitar 1,5-2 Lt
b. Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua menifestasi yang ditimbulkan akibat
kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume
darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).
Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air,
tetapi elastis dan hanya terdapat di antar jaringan.
Keadaan hiperolume dapat menyebabkan pitting edema,
merupakan edema yang berada di daerah perifer atau
akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang
bengkak. Hal ini disebabkan karena perpindahan cairan
ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan
yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan
penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan
tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena
infeksi dan trauma yang menyebabkan engumpulan
membekunya cairan ke permukaan jaringan. Kelebihan
cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan
dan akan menekan cairan kepermukaan interstisial,
sehingga menyebabkan edema anasarka (edema yang
terdapat di seluruh tubuh).
Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat
menekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler
paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru dan
dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema pru-
paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan
suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal
jantungyang mengakibatkan peningkatan penekanan
pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke
jaringan paru-paru.
Akibat Ketidakseimbangan Cairan TubuhSecara garis besar penyebab berkurangnya cairan tubuh
adalah karena asupan cairan berkurang atau pengeluaran
cairan bertambah karena keadaan tertentu. Akibatnya
bisa terjadi dehidrasi dan syok, bahkan kematian.
Pengeluaran air berlebihan dapat disebabkan oleh diare
atau peningkatan aktivitas fisik. Pada dehidrasi, tubuh
tidak hanya kehilangan air tetapi juga kehilangan
elektrolit dan glukosa.
Kehilangan cairan tubuh sebesar 2 % dari berat badan
mulai menunjukkan tanda dehidrasi seperti timbulnya
rasa haus, rasa tidak nyaman, hilangnya nafsu makan,
dan kulit kering. Apabila hilangnya air meningkat
menjadi 3-4 % dari berat badan, terjadi penurunan
gangguan performa, produksi urin menurun, mulut
kering, kulit memerah, mual, dan lethargy. Kehilangan
cairan 5- 6 % dari berat badan akan meningkatkan
frekuensi nadi, meningkatkan frekuensi pernafasan,
mengganggu konsentrasi, sakit kepala, mual, dan
mengantuk. Kehilangan cairan tubuh 10 %-15 % dapat
menyebabkan otot menjadi kaku, kulit keriput, gangguan
penglihatan, gangguan buang air kecil, dan gangguan
kesadaran. Kehilangan cairan lebih dari 15 % akan
mengakibatkan kematian.
Untuk menjaga agar kita terhindar dari dehidrasi, pada
saat tubuh kita mengeluarkan keringat berlebihan kita
harus minum lebih awal dan cukup artinya jangan tunggu
sampai timbul rasa haus tetapi segera minum pada saat
tubuh berkeringat. Pada kondisi berkeringat berlebihan
tubuh kita juga akan mengeluarkan elektrolit yang bila
dibiarkan, akan terjadi kekurangan elektrolit. Karenanya
dibutuhkan minuman yang mengandung elektrolit yang
sesuai dengan keringat kita yang terbuang.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolitPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh
diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain
itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat meialui
sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol
oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik
hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan
glukokortikoid.
1.Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup
besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit.
Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur
air, pengatur konsentrasi garam dalam darah. pengatur
keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini,
diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti
glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap
satu liter darah mengandung 500 c-c plasma yang
mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus),
kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine
yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/ bb/jam.
2.Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan
yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini
diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan arteriol
kutan dengan cara vasodilatasi dan vasouonstriksi.
Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung
pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya
dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan
melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut
berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda
yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan
mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang
lebih dingin.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat
di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar
keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara
pelepasa.n air yang jumlahnya kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu
lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.
3.Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400
ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan
respons akibat perubahan terhadap upaya kemampuan
bernapas.
4.Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan
yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi
normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-
200 ml/ hari.
5.Sistem Endokrin
a)ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan
reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk
oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang
mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan
menurunkan cairan ekstrasel.
b)Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang
disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses
pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin
renin.
c)Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada
jaringan yang berlungsi merespons radang, pengendalian
tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini
berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d)Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi
natrium dan air yang menyebabkan volume darah
meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e)Mekanisme Rasa Haus
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi
kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II,
sehingga merangsang hipotalamus sehingga
menimbulkan rasa haus.
Cara Perpindahan CairanSetiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran
yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah
harus dapat menembus barier atau membran tersebut.
Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka
membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika
tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak
permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut
semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa
partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat
menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara
aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi,
sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
1.Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam
cairan, gas, atau cat padat secara bebas atau acak. Proses
difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel
membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan
zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang
permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung
pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan
temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah
berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan
berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang
tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga
proses difusi berjalan lebih cepat.
2.Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain
melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari
larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan
dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut,
sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven,
sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini penting
dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan
intrasel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan
larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam
NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan
cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam
dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di
masukkan sel darah merah maka larutan yang
mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan
berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 %
merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1
mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam
sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan
yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang
dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih
rendah dibanding dengan larutan intrasel.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan
dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya
lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga
larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih
tinggi akan bertambah volumenya.
3.Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan
mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan
gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan
intra dan ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor
yakni tekanan cairan dan membran semipermeabel.
a)Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan
cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan
osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut
untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua
larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak
dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid.
Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan yang
sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut
kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah
larutan garam.
Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur
dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan
menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip
tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses
pembcrian cairan intravena.
Biasanya larutan yang sering digunakan dalam
pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena
mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah.
Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang
hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang
pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal
ini menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih
besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan
interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma
lebih besar disbanding cairan interstisial dan molekul
protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid
Yang sulit menembus membran semipermiabel.
Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul
larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini
penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra
dan intrasel.
b)Membran semipermiabel
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar
tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat
pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang terdapat di
seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak
berpindah ke jaringan.
Cara agar tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolitPengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan
dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari air dan garam tersebut.
1.Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan
penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan
volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan
ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk
pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran
(intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume
cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke
dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran
cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan
lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1.
eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan
lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange,
pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti
proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya
keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu
dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan
keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir
tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia
konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi,
seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya
dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam
yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk
mempertahankan keseimbangan garam.
ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan
cara:
mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi
dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/
Glomerulus Filtration Rate (GFR).
mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada
sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem
Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+
dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi
Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan
volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan
darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,
Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin
menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini
disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi
peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi
natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi
urine sehingga mengembalikan volume darah kembali
normal.
2.Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel
solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi
osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau
semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah
(konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi
solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di
intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut
yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion
utama yang berperan penting dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam
cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi
yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini
menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik
di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:a)Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal,
terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan
membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan
tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus
menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus
proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars
decending sangat permeable terhadap air, sehingga di
bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular
atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam
lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable
terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar
tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa
osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus
distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.
Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen
bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin
(ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen
dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga
bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
b)Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic
hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm)
akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus.
Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus
yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan
dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan
akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen.
ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen
memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di
membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan
aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi
cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang
terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh
tetap dipertahankan.
selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus
akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan
dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga
terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di
dalam tubuh kembali normal.
c)Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan
Cairan dan ElektrolitSebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan
keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh
system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume
reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan
dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan
saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah
Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,
jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka
hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi
volume natrium dan air.
perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi
pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah
umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.
Air Dalam Tubuh
Tubuh yang mengandung relatif banyak otot
mengandung lebih banyak air, sehingga kandungan air
atlet lebih banyak daripada nonatlet, kandungan air pada
laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan
kandungan air pada anak muda lebih banyak daripada
orang tua. Sel-sel yang aktif secara metabolik seperti sel-
sel otot dan visera.
Semua atom dalam molekul air terjalin menjadi satu oleh
ikatan yang kuat,yang hannya dapat dipecahkan oleh
perantara yang paling agresif, misalnya energi listrik atau
zat kimia seperti zat Kalium. Ikatan antara atom
hydrogen dan atom oksigen pada sebuah molekul
airmasing-masing mempunyai energi sebesar 110.2kkl
per mol. Kemampuan air membentuk ikatan hydrogen
menyebabkan air mempunyai sifat-sifat yang unik, yaitu
bias mengalir pada suhu 0-100 dejata Celcius.