Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit

10
KETIDAK SEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Komposisi Cairan Tubuh Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Presentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia. Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma. Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali. Prosentase cairan tubuh a. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain: 1) Umur Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia. 2) Kondisi lemak tubuh Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh. 3) Jenis Kelamin Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria. b. Jumlah normal air pada tubuh manusia 1) Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan 2) Dewasa : Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan Usia lanjut : 45-50% Berat Badan Komposisi Cairan Tubuh Cairan tubuh berisikan: a. Oksigen yang berasal dari paru-paru b. Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan c. Produk metabolisme seperti karbondiokasida d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit. Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na + ) dan satu ion klorida (Cl ). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negatif disebut anion

description

biodok

Transcript of Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit

Page 1: Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit

KETIDAK SEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLITKomposisi Cairan TubuhCairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Presentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.Prosentase cairan tubuha.       Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain:

1)       Umur

Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.

2)       Kondisi lemak tubuh

Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan

peningkatan lemak tubuh.

3)       Jenis Kelamin

Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih

sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah lemak dalam

tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan

pria.

b.      Jumlah normal air pada tubuh manusia

1)      Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan

2)      Dewasa :

–           Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat

Badan

–          Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat

Badan

–          Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

Komposisi Cairan TubuhCairan  tubuh berisikan:

a.        Oksigen yang berasal dari paru-paru

b.       Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan

c.        Produk metabolisme seperti karbondiokasida

d.       Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau

molekul yang disebut juga elektrolit. Seperti misalnya

sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau

sodium (Na+) dan satu ion klorida (Cl–). Ion yang

bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang

bermuatan negatif disebut anion

Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan

Intraselular (CIS) dan Cairan Ektraselular (CES)

a.        Cairan Intraselular

Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel

di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media

penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari

jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit

kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit

anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit

HCO3–, SO4

2-, Cl–

b.       Cairan Ekstrasel

Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar

sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan tubuh atau

sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan

dalam transport nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel

dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian

dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai

pelumas pada persendian dan membran mukosa,

penghancuran makanan dalam proses pencernaan.

Cairan ekstrasel terdiri dari:1)       Cairan interstisial

Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada

disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya sekitar

10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran

tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi

baru lahir dibandingkan orang dewasa.

2)       Cairan intavaskuler

Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung

dalam pembuluh darah misalnya plasma, jumlahnya

sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum

ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah

Page 2: Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit

seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat

diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia,

komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma,

dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel

darah merah, sel darah putih dan platelet.

3)       Cairan transelular

Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada

ruang khusus seperti cairan serebrospinalis, perikardium,

pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung,

jumlahnya sekitar 1%-3%.

Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation

terbanyak Na+, sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta elektrolit

anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma,

sedikit HPO42-SO4

2-.

Gangguan atau Masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairana.        Hipovolume atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena

penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran

cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh

dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai

kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh

akan mengalirkan cairan keluar sel. Ada tiga macam

kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi,

yaitu:

1)      Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah

cairan dan elektrolitnya yang seimbang.

2)      Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan

sejumlah air yang lebih banyak daripada elektrolitnya.

3)      Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak

kehilangan elektrolitnya daripada air.

Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan

menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume).

Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah

entrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika

terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang

lama, maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan

meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan

cairan intrasel ke pembuluh darah. Macam dehidrasi

(kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:

1)       Dehidrasi berat

a)       Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L

b)      Serum natrium 159-166 mEq/Lt

c)      Hipotensi

d)     Turgor kulit buruk

e)      Oliguria

f)       Nadi dan pernapasan meningkat

g)      Kehilangan cairan mencapai > 10%BB

2)       Dehidrasi sedang

a)       Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10%BB

b)      Serum natrium 152-158mEq/Lt

c)       Mata cekung

d)      Dehidrasi ringan

e)       Kehilangan cairan mencapai 5%BB

f)       Pengeluaran cairan tersebut sekitar 1,5-2 Lt

b.       Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua menifestasi yang ditimbulkan akibat

kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume

darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).

Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air,

tetapi elastis dan hanya terdapat di antar jaringan.

Keadaan hiperolume dapat menyebabkan pitting edema,

merupakan edema yang berada di daerah perifer atau

akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang

bengkak. Hal ini disebabkan karena perpindahan cairan

ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan

yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan

penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan

tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena

infeksi dan trauma yang menyebabkan engumpulan

membekunya cairan ke permukaan jaringan. Kelebihan

cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan

dan akan menekan cairan kepermukaan interstisial,

sehingga menyebabkan edema anasarka (edema yang

terdapat di seluruh tubuh).

Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat

menekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler

paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru dan

dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema pru-

paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan

suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal

jantungyang mengakibatkan peningkatan penekanan

pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke

jaringan paru-paru.

Akibat Ketidakseimbangan Cairan TubuhSecara garis besar penyebab berkurangnya cairan tubuh

adalah karena asupan cairan berkurang atau pengeluaran

Page 3: Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit

cairan bertambah karena keadaan tertentu. Akibatnya

bisa terjadi dehidrasi dan syok, bahkan kematian.

Pengeluaran air berlebihan dapat disebabkan oleh diare

atau peningkatan aktivitas fisik. Pada dehidrasi, tubuh

tidak hanya kehilangan air tetapi juga kehilangan

elektrolit dan glukosa.

Kehilangan cairan tubuh sebesar 2 % dari berat badan

mulai menunjukkan tanda dehidrasi seperti timbulnya

rasa haus, rasa tidak nyaman, hilangnya nafsu makan,

dan kulit kering. Apabila hilangnya air meningkat

menjadi 3-4 % dari berat badan, terjadi penurunan

gangguan performa, produksi urin menurun, mulut

kering, kulit memerah, mual, dan lethargy. Kehilangan

cairan 5- 6 % dari berat badan akan meningkatkan

frekuensi nadi, meningkatkan frekuensi pernafasan,

mengganggu konsentrasi, sakit kepala, mual, dan

mengantuk. Kehilangan cairan tubuh 10 %-15 % dapat

menyebabkan otot menjadi kaku, kulit keriput, gangguan

penglihatan, gangguan buang air kecil, dan gangguan

kesadaran. Kehilangan cairan lebih dari 15 % akan

mengakibatkan kematian.

Untuk menjaga agar kita terhindar dari dehidrasi, pada

saat tubuh kita mengeluarkan keringat berlebihan kita

harus minum lebih awal dan cukup artinya jangan tunggu

sampai timbul rasa haus tetapi segera minum pada saat

tubuh berkeringat. Pada kondisi berkeringat berlebihan

tubuh kita juga akan mengeluarkan elektrolit yang bila

dibiarkan, akan terjadi kekurangan elektrolit. Karenanya

dibutuhkan minuman yang mengandung elektrolit yang

sesuai dengan keringat kita yang terbuang.

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolitPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh

diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain

itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat meialui

sistem atau mekanisme rasa haus yang harus dikontrol

oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik

hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan

glukokortikoid.

1.Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup

besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit.

Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur

air, pengatur konsentrasi garam dalam darah. pengatur

keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan

buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini,

diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti

glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap

satu liter darah mengandung 500 c-c plasma yang

mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring

keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus),

kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva

menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine

yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan

aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/ bb/jam.

2.Kulit

Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan

yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini

diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh

vasomotorik dengan kemanpuan mengendalikan arteriol

kutan dengan cara vasodilatasi dan vasouonstriksi.

Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara

penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung

pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh

darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya

dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan

melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut

berupa cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda

yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan

mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang

lebih dingin.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat

di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar

keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara

pelepasa.n air yang jumlahnya kurang lebih setengah

liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang

dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu

lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.

3.Paru

Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan

menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400

ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan

respons akibat perubahan terhadap upaya kemampuan

bernapas.

4.Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan

Page 4: Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit

yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui

proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi

normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-

200 ml/ hari.

5.Sistem Endokrin

a)ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan

reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan

keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk

oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang

mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan

menurunkan cairan ekstrasel.

b)Aldosteron

Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang

disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses

pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan

konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin

renin.

c)Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada

jaringan yang berlungsi merespons radang, pengendalian

tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan

pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini

berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

d)Gukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi

natrium dan air yang menyebabkan volume darah

meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

e)Mekanisme Rasa Haus

Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi

kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan

renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin II,

sehingga merangsang hipotalamus sehingga

menimbulkan rasa haus.

Cara Perpindahan CairanSetiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran

yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah

harus dapat menembus barier atau membran tersebut.

Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka

membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika

tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak

permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut

semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa

partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat

menembusnya.

Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara

aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi,

sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.

1.Difusi

Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam

cairan, gas, atau cat padat secara bebas atau acak. Proses

difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel

membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan

zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang

permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung

pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan

temperatur cairan.

Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat

dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah

berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan

berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang

tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga

proses difusi berjalan lebih cepat.

2.Osmosis

Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain

melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari

larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan

dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut,

sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven,

sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini penting

dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan

intrasel.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan

larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam

NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan

cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam

dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di

masukkan sel darah merah maka larutan yang

mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan

berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 %

merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1

mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam

sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan

yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang

dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih

rendah dibanding dengan larutan intrasel.

Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan

Page 5: Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit

dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya

lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga

larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan

berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih

tinggi akan bertambah volumenya.

3.Transpor Aktif

Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan

mekanisme transpor aktif. Transpor aktif merupakan

gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini

penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan

intra dan ekstrasel.

Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor

yakni tekanan cairan dan membran semipermeabel.

a)Tekanan cairan. 

Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan

cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan

osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut

untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua

larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang

mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak

dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid.

Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan yang

sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut

kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah

larutan garam. 

Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur

dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan

menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip

tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses

pembcrian cairan intravena. 

Biasanya larutan yang sering digunakan dalam

pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena

mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah.

Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan

elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang

hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang

pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal

ini menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih

besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan

interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma

lebih besar disbanding cairan interstisial dan molekul

protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid

Yang sulit menembus membran semipermiabel. 

Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul

larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini

penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra

dan intrasel.

b)Membran semipermiabel 

Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar

tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat

pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang terdapat di

seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak

berpindah ke jaringan.

Cara agar tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolitPengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan

dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan

osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume

cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan

garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel

dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal

mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur

keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan

untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal

dari air dan garam tersebut. 

1.Pengaturan volume cairan ekstrasel. 

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan

penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan

volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan

ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah

arteri dengan memperbanyak volume plasma.

Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk

pengaturan tekanan darah jangka panjang. 

Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran

(intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume

cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada

keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke

dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran

cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan

lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1.

eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan

lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange,

pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti

proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.

Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya

keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu

dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan

Page 6: Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit

keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir

tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia

konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi,

seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya

dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam

yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk

mempertahankan keseimbangan garam.

ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan

cara: 

mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi

dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/

Glomerulus Filtration Rate (GFR).

mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada

sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem

Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+

dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi

Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan

volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan

darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,

Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin

menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini

disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi

peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi

natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi

urine sehingga mengembalikan volume darah kembali

normal. 

2.Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel

solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi

osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau

semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah

(konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi

solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).

Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi

solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di

intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut

yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion

utama yang berperan penting dalam menentukan

aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam

cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam

menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi

yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini

menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini

bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik

di kedua kompartmen ini.

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:a)Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal,

terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan

membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan

tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus

menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus

proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars

decending sangat permeable terhadap air, sehingga di

bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular

atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam

lumen tubulus menjadi hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable

terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar

tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa

osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus

distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.

Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen

bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin

(ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen

dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga

bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).

b)Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic

hormone/ADH)

peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm)

akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus.

Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus

yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan

dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan

akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen.

ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen

memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di

membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan

aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi

cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang

terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan

hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh

tetap dipertahankan.

selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus

akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan

Page 7: Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektrolit

dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga

terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di

dalam tubuh kembali normal.

c)Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan

Cairan dan ElektrolitSebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan

keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh

system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat

informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan

elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus

karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume

reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan

dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan

saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah

Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan

meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,

jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka

hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi

volume natrium dan air.

perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi

pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi

keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah

umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.

Air Dalam Tubuh

Tubuh yang mengandung relatif banyak otot

mengandung lebih banyak air, sehingga kandungan air

atlet lebih banyak daripada nonatlet, kandungan air pada

laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan

kandungan air pada anak muda lebih banyak daripada

orang tua. Sel-sel yang aktif secara metabolik seperti sel-

sel otot dan visera.

Semua atom dalam molekul air terjalin menjadi satu oleh

ikatan yang kuat,yang hannya dapat dipecahkan oleh

perantara yang paling agresif, misalnya energi listrik atau

zat kimia seperti zat Kalium. Ikatan antara atom

hydrogen dan atom oksigen pada sebuah molekul

airmasing-masing mempunyai energi sebesar 110.2kkl

per mol. Kemampuan air membentuk ikatan hydrogen

menyebabkan air mempunyai sifat-sifat yang unik, yaitu

bias mengalir pada suhu 0-100 dejata Celcius.