Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan...

45
Ketangguhan dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia: Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan di Era Globalisasi oleh: Andi Rosilala (0706291193) Tangguh (0706291426) Departemen Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UI Disusun untuk ikut serta dalam Olimpiade Ilmiah Mahasiswa Kategori Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa 2008

description

KATA PENGANTARSi vis pacem para bellum“jika Anda menginginkan perdamaian, bersiaplah berperang”Peringatan hari kemerdekaan ke – 63 tahun Republik Indonesia beberapa waktuyang lalu, sudah selayaknya membuat kita berinstropeksi diri sebagai sebuahbangsa. Sudah sejauh mana bangsa ini berjalan. Salah satu hal yang sangat terkaitdengan proses perebutan kemerdekaan adalah perjuangan yang heroik dari tentaradan rakyat melawan dan mengusir penjajah.Masa-masa revolusi fisik itu pantas kita kenang dan kita refleksikan untukkembali mempertanyakan bagaimanan nasib militer kita hingga hari inikhususnya, dan kondisi sistem pertahanan dan keamanan kita pada umumnya.Momentum ini mengajak hati dan pikiran kami untuk menuliskan sedikitpersolaan pertahanan dan keamanan Indonesia yang dapat dibahas dalam karyatulisa ilmiah ini. Satu i’tikad dari kami, bahwa kami menginginkan terwujudnyaIndonesia yang kuat, berwibawa, bermartabat, dan disegani negara-negara lain.Salah satunya dengan cara memiliki sistem pertahanan dan keamanan yangtangguh dan profesional.Kami menyadari karya tulis ini belum sempurna dan komprehensif dalammembahas persoalan, tetapi kami bangga karena niat dan usaha kami terwujuddengan selesainya penulisan karya tulis ini setelah bekerja keras mengumpulkandan menganalisis data dari berbagai sumber. Kami bangga karena bisamenyumbangkan sumbangan akademis, sekalipun masih sederhana. Setidaknyakami telah berusaha untuk berkontribusi dalam perluasan wacana pembenahansistem pertahanan dan keamanan kita.Kepada semua pihak yang membaca dan menilai karya ilmiah ini, kamimengharapkan diskusi, saran, dan kritik untuk semakin membuka cakrawalaberpikir kami, di samping untuk semakin mendinamisasi wacana dalam karya tulisini.Depok, 20 Agustus 2008

Transcript of Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan...

Page 1: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Ketangguhan dan ProfesionalismePertahanan-Keamanan Indonesia:Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan di Era Globalisasi

oleh:

Andi Rosilala (0706291193)Tangguh (0706291426)

Departemen Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UI

Disusun untuk ikut serta dalamOlimpiade Ilmiah Mahasiswa

Kategori Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa2008

Page 2: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

KATA PENGANTAR

Si vis pacem para bellum

“jika Anda menginginkan perdamaian, bersiaplah berperang”

Peringatan hari kemerdekaan ke – 63 tahun Republik Indonesia beberapa waktu

yang lalu, sudah selayaknya membuat kita berinstropeksi diri sebagai sebuah

bangsa. Sudah sejauh mana bangsa ini berjalan. Salah satu hal yang sangat terkait

dengan proses perebutan kemerdekaan adalah perjuangan yang heroik dari tentara

dan rakyat melawan dan mengusir penjajah.

Masa-masa revolusi fisik itu pantas kita kenang dan kita refleksikan untuk

kembali mempertanyakan bagaimanan nasib militer kita hingga hari ini

khususnya, dan kondisi sistem pertahanan dan keamanan kita pada umumnya.

Momentum ini mengajak hati dan pikiran kami untuk menuliskan sedikit

persolaan pertahanan dan keamanan Indonesia yang dapat dibahas dalam karya

tulisa ilmiah ini. Satu i’tikad dari kami, bahwa kami menginginkan terwujudnya

Indonesia yang kuat, berwibawa, bermartabat, dan disegani negara-negara lain.

Salah satunya dengan cara memiliki sistem pertahanan dan keamanan yang

tangguh dan profesional.

Kami menyadari karya tulis ini belum sempurna dan komprehensif dalam

membahas persoalan, tetapi kami bangga karena niat dan usaha kami terwujud

dengan selesainya penulisan karya tulis ini setelah bekerja keras mengumpulkan

dan menganalisis data dari berbagai sumber. Kami bangga karena bisa

menyumbangkan sumbangan akademis, sekalipun masih sederhana. Setidaknya

kami telah berusaha untuk berkontribusi dalam perluasan wacana pembenahan

sistem pertahanan dan keamanan kita.

Kepada semua pihak yang membaca dan menilai karya ilmiah ini, kami

mengharapkan diskusi, saran, dan kritik untuk semakin membuka cakrawala

berpikir kami, di samping untuk semakin mendinamisasi wacana dalam karya tulis

ini.

Depok, 20 Agustus 2008

Page 3: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

DAFTAR ISI

BAGIAN AWAL

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi …...….…………………………....………………………………… ii

Daftar Tabel........................................................................................................ iv

Ringkasan ……………...........………………………………………………... v

BAGIAN INTI

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

I.1. Latar Belakang ……....……………………………………..............….. 1

I.2. Perumusan Masalah ......……………………………......................…… 3

I.3. Tujuan dan Manfaat Tulisan ….........…………………………..………. 3

II. TELAAH PUSTAKA ........................................................................... 5

II.1. Realisme .……........………………………………........………………. 5

II.2. Pendekatan-Pendekatan terhadap Konsep Pertahanan-Keamanan ... 6

II.3. Konsep Pertahanan-Keamanan yang Tangguh ..…………....……… 7

II.4. Konsep Pertahanan-Keamanan yang Profesional …….………....… 8

III. METODE PENULISAN …………………………………....……… 11

IV. PEMBAHASAN ..................................................................................... 12

IV.1. Definisi dan Fungsi Pertahanan-Keamanan Bagi Negara-Bangsa........... 12

IV.2. Signifikansi dan Relevansi Kekuatan Pertahanan-Keamanan di Era

Globalisasi................................................................................................ 13

IV.3. Relevansi dan Signifikansi Ketangguhan dan Profesionalisme Pertahanan-

Keamanan dalam Proses Pembangunan Berkelanjutan ........................... 15

A. Pemberontakan, Separatisme, dan Terorisme ………………….....……

16

B. Bencana Alam …………………………………....………………….…

17

IV.4. Realitas Ketangguhan Pertahanan-Keamanan Indonesia......................... 18

A. Kondisi Alutsista ………………………………....…………………..... 18

B. Anggaran Pertahanan-Keamanan dalam APBN …....………..……. 20

C. SDM dan Strategi Pertahanan-Keamanan …………....……...……. 22

Page 4: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

IV.5. Realitas Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia .................... 23

A. Keterlibatan dalam Politik ……………………………………….....…. 25

B. Aktivitas Bisnis Militer …………………………………………......…. 26

IV.6. Solusi untuk Realitas Ketangguhan serta Profesionalisme Pertahanan-

Keamanan Indonesia................................................................................ 27

A. Solusi Taktis ……………………………………………………......….. 27

B. Solusi Strategis ..……………………………………………..........…… 31

BAGIAN AKHIR

V. PENUTUP ……………………………………………....…....……... 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE PENULIS

Page 5: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perbedaan Pendekatan Tradisional dan Nontradisional ............ 7

Tabel 2 : Perbedaan Konsep Profesionalisme Militer ……....………...….. 8

Tabel 3 : Kondisi Alutsista Tiga Matra ….......…………………….....…… 20

Tabel 4 : Perbandingan Anggaran Militer Negara ASEAN …………....… 22

Tabel 5 : Fungsi Militer dari Masa ke Masa ……...………………………. 25

Tabel 6 : Tingkat Kesejahteraan Prajurit ………………………....……… 28

Tabel 7 : Anggaran Militer dari Tahun ke Tahun ….....………………….. 30

Lampiran-Lampiran

Lampiran 1…………………….… Peta keterlibatan militer dalam politik

masa orde baru

Lampiran 2 ……………....……… Posisi Indonesia dalam hal anggaran

pertahanan di antara negera-negara di

dunia

Lampiran 3 ...…………………….. Gaji TNI – Polri data terakhir 2007 setelah

mengalami penyesuaian

Page 6: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Saat ini kita hidup di era kemajuan. Di antara berbagai kemajuan yang paling

terasa manfaatnya adalah kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebab, dengannya kemudahan demi kemudahan dirasakan oleh umat manusia.

Namun, kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala macam

dan bentuknya belum dapat meninggalkan sengketa dengan kekerasan senjata

antarwarga bangsa. Bahkan, salah satu pemicu terjadinya peperangan adalah

adanya kemajuan teknologi persenjataan yang makin mutakhir.

Perang yang merupakan penggunaan kekerasan untuk menyelesaikan

pertentangan antarnegara tetap terjadi, meskipun selalu ada niat dan usaha untuk

meniadakannya. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban setiap bangsa untuk

memberikan perhatian besar kepada masalah pertahanan-keamanan jika hendak

mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya. Ini didasarkan pada kenyataan

bahwa bangsa yang paling sedikit mengalami gangguan kedaulatan adalah bangsa

yang mampu melakukan pertahanan-keamanan secara efektif dalam melindungi

kepentingan dan kedaulatan negaranya.

Bangsa Indonesia berkewajiban membangun pertahanan-keamanan dengan

sebaik-baiknya. Memang, bangsa Indonesia mencintai dan mengutamakan

perdamaian. Setelah kemerdekaan, bangsa ini berharap dapat hidup dengan damai

dan tenteram tanpa adanya ancaman dan intervensi, lebih-lebih agresi dan

okupasi, yang bersifat militer terhadap kedaulatan bangsa ini. Namun, dalam

perjalanan sejarahnya, bangsa Indonesia telah mengalami banyak kerawanan di

sektor pertahanan-keamanan, seperti pemberontakan dalam negeri (insurgency),

separatisme (separatism), dan terorisme (terrorism). Contoh masing-masing

secara berturut-turut adalah Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Darul

Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), dan Pemerintahan Revolusioner Republik

Indonesia/Perjuangan Semesta (PRRI/Permesta); Gerakan Aceh Merdeka (GAM),

Republik Maluku Selatan (RMS), dan Organisasi Papua Merdeka (OPM); serta

Page 7: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Bom Bali I dan II, Bom J.W. Marriott, Bom Kuningan, dan Bom Istiqlal.

Di saat bangsa Indonesia menghadapi banyak ancaman keamanan seperti di atas,

secara bersamaan, unsur aparatur negara yang secara langsung berfungsi

menanganinya justru belum optimal karena dampak masalah di masa silam yang

kelam, ketika Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) – sekarang disebut

Tentara Nasional Indonesia (TNI) – banyak campur tangan terhadap urusan

politik dan bisnis serta menerapkan sistem pemerintahan represif. Padahal, hal itu

bertentangan dengan konsep profesionalisme pertahanan-keamanan. Dan, kondisi

kelam ini berpotensi muncul kembali di era reformasi ketika tidak ditangani

secara serius. Apabila hal ini benar terjadi, akan menyulitkan unsur aparatur

negara ini untuk dapat mengatasi kerawanan-kerawanan di atas.

Proses penanganan masalah internal tersebut, dalam perkembangannya,

mengalami pasang surut. Misalnya, ketidaktegasan dan ketidaksinkronan undang-

undang yang mengatur keterlibatan TNI dalam politik dan bisnis. Salah satu

dampaknya adalah lambannya penyelesaian praktik-praktik bisnis militer yang

bermasalah. Di samping itu, masih banyak pula purnawirawan yang menduduki

jabatan politik strategis dengan cara memensiunkan diri dan menjadi warga sipil.

Selain itu, di era pascareformasi, ketika telah berlangsung upaya-upaya

menghilangkan represivitas militer, justru tercoreng dengan terjadinya kasus

pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Timor-Timur (1999), konflik Maluku

(1999), dan pemberlakuan darurat militer Aceh (2003-2004).

Proses penanganan masalah di atas membutuhkan keseriusan dan menjadi agenda

prioritas. Namun, prioritas penanganan masalah pertahanan-keamanan di negara

berkembang, termasuk Indonesia, seringkali terkalahkan oleh masalah-masalah

lain, seperti ekonomi, politik, dan budaya. Sehingga, seluruh perhatian dan

potensi, termasuk alokasi anggaran, lebih terfokus pada masalah-masalah tersebut,

sementara isu pertahanan-keamanan dinilai sebagai isu sekunder karena kita tidak

hidup di zaman peperangan, melainkan era globalisasi, di mana pertumbuhan

ekonomi dan kemantapan politik dan demokrasi menjadi indikator kuat dan

tidaknya sebuah negara. Sebagai negara berkembang yang sedang giat melakukan

pembangunan, Indonesia seharusnya tidak mengabaikan pembangunan sektor

Page 8: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

pertahanan-keamanan ini.

I.2. Perumusan Masalah

Memiliki sistem pertahanan-keamanan yang tangguh dan profesional menjadi

sebuah keniscayaan bagi bangsa Indonesia. Keberadaannya tidak bisa disepelekan

apalagi diabaikan karena terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi dan kemapanan

politik dan demokrasi. Era globalisasi, yang ditandai dengan derasnya arus

informasi dan komunikasi sebagai dampak kemajuan di bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi, tidak serta merta membuat kita terbebas sama sekali dari

persengketaan dari tingkat paling kecil hingga peperangan yang paling ganas.

Realitas kondisi sistem pertahanan-keamanan Indonesia saat ini memang masih

jauh dari ideal. Minimnya anggaran, alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang

sudah tua dan banyak yang tidak berfungsi lagi, serta rendahnya kehandalan

personilnya adalah beberapa indikator lemahnya sistem pertahanan Indonesia.

Oleh karena itu, tulisan ini ingin menjawab beberapa persoalan penting terkait

sistem pertahanan-keamanan yang tengah dihadapi bangsa Indonesia. Persoalan-

persoalan yang ingin dijawab tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana relevansi ketangguhan dan profesionalisme pertahanan-

keamanan dalam proses pembangunan berkelanjutan?

2. Bagaimana relevansi ketangguhan dan profesionalisme pertahanan-

keamanan dalam proses pembangunan berkelanjutan di era globalisasi?

3. Bagaimana realitas ketangguhan pertahanan-keamanan Indonesia?

4. Bagaimana realitas profesionalisme pertahanan-keamanan Indonesia?

5. Apa saja solusi untuk membenahi kondisi ketangguhan serta

profesionalisme pertahanan-keamanan Indonesia?

Page 9: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

I.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan analisis mengenai:

1. Relevansi ketangguhan dan profesionalisme pertahanan-keamanan dalam

proses pembangunan berkelanjutan.

2. Relevansi ketangguhan dan profesionalisme pertahanan-keamanan dalam

proses pembangunan berkelanjutan di era globalisasi.

3. Realitas ketangguhan pertahanan-keamanan Indonesia.

4. Realitas profesionalisme pertahanan-keamanan Indonesia.

5. Solusi untuk membenahi kondisi ketangguhan serta profesionalisme

pertahanan-keamanan Indonesia.

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk:

1. Memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang pertahanan-keamanan.

2. Memberikan gambaran bagi praktisi dan akademisi tentang konsep

ketangguhan dan profesionalisme pertahanan-keamanan.

3. Memberikan masukan bagi para pembuat kebijakan Republik Indonesia

agar lebih memfasilitasi aparat pertahanan-keamanan dengan alutsista,

anggaran, dan SDM yang lebih ideal demi menunjang ketangguhannya.

4. Memberikan masukan bagi pemerintah agar meniadakan unsur

pertahanan-keamanan dalam jabatan politik strategis dan memberangus

aktivitas bisnis militer aparat pertahanan-keamanan demi menciptakan

atmosfer profesionalisme mereka.

5. Memberikan opsi solusi taktis dan solusi strategis menyangkut

ketangguhan dan profesionalisme pertahanan-keamanan.

Page 10: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

BAB II

TELAAH PUSTAKA

II.1. Realisme

Joseph S. Nye, Jr. mengungkapkan bahwa Realisme adalah tradisi dominan dalam

memandang politik internasional. Dalam pandangan Realisme, masalah sentral

politik internasional adalah perang dan penggunaan angkatan bersenjata. Mazhab

ini lahir dari Thomas Hobbes, yang hidup di Inggris abad ke-17 ketika tengah

berlangsung perang sipil, sehingga penekanan utamanya adalah pada

ketidakamanan, angkatan bersenjata, dan keberlangsungan negara yang

dirangkum dalam istilah “state of war” (keadaan perang).

Pemikir Realisme modern antara lain adalah mantan Presiden Amerika Serikat

Richard Nixon dan Henry Kissinger. Kaum Realis menekankan kontinuitas;

kekerasan dan perang adalah bahaya kekinian yang akan selalu berulang. Prospek

perang dalam sistem anarki1 tersebut membuat negara menjaga keberadaan

tentaranya bahkan dalam waktu-waktu damai. Daniel S. Papp menambahkan

bahwa pandangan Realpolitik ini bahkan menganggap menyediakan pertahanan-

keamanan adalah tanggung jawab negara.

Kepentingan nasional suatu negara paling sering didefinisikan sebagai

penambahan kekuatan dalam berbagai bentuk khususnya kekuatan militer.

Realisme atau Realpolitik mengutamakan kebijakan luar negeri daripada

kebijakan domestik, pemeliharaan kekuatan militer yang besar, dan penekanan

pada nasionalisme. Mengutamakan negara sebagai aktor internasional uniter

dengan proses pembuatan keputusan tunggal, pada pokoknya rasional dalam

tindakannya, dan berargumen bahwa keamanan nasional adalah isu internasional

paling penting.

Secara sederhana, Realisme dapat dibedakan dari mazhab lainnya dalam Ilmu

1 Sistem anarki adalah bentuk politik dunia yang terdiri dari negara-negara yang bersatu padu namun tidak memunyai pemerintahan yang lebih tinggi di atas mereka. Politik internasional sekarang ini adalah sistem negara teritorial seperti sistem anarki ini, dengan absennya kedaulatan umum dan pemimpin di atas entitas berupa sejumlah negara-bangsa. Lihat Joseph S. Nye, Jr., Understanding International Conflict: An Introduction to Theory and History, (United States: Longman, 1997), hlm. 2.

Page 11: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Hubungan Internasional dalam empat dimensi, yaitu aktor primernya yang berupa

negara-bangsa, isu primernya yang berupa keamanan nasional, metode analisisnya

yang menekankan kapabilitas negara, dan perspektifnya yang berada dalam ruang

lingkup nasional.

II.2. Pendekatan-Pendekatan terhadap Konsep Pertahanan-Keamanan

Tim ProPatria Institute membedakan pendekatan-pendekatan dalam memandang

konsep keamanan menjadi dua macam, yaitu pendekatan tradisional dan

nontradisional yang perbedaan-perbedaannya melibatkan beberapa dimensi utama

konsep keamanan itu sendiri.

Pendekatan yang pertama, yaitu pendekatan tradisional, berakar dari mazhab

Realisme dalam Ilmu Hubungan Internasional dan menyatakan bahwa konsep

keamanan merupakan sebuah kondisi yang terbebas dari ancaman militer atau

kemampuan suatu negara untuk melindungi negara-bangsanya dari serangan

militer yang berasal dari lingkungan eksternal (the absence of a military threat or

with the protection of the nation from external overthrow or attack), sehingga

sektor analisis yang harus disoroti adalah kapabilitas militer suatu negara untuk

mempertahankan diri.

Sementara itu, pendekatan yang kedua, yaitu pendekatan nontradisional, berakar

dari perubahan substansial Ilmu Hubungan Internasional pasca-Perang Dingin

yang memperluas ruang lingkupnya yang awalnya hanya menekankan politik dan

keamanan menjadi mementingkan pula isu-isu ekonomi dan aspek-aspek lainnya

dengan sangat luas. Menurut pendekatan nontradisional ini, sektor militer

hanyalah salah satu aspek penting dari konsep keamanan, yang dipengaruhi pula

oleh sektor politik, ekonomi, sosiokultural, dan lingkungan. Secara sederhana,

perbedaan antara pendekatan tradisional dan nontradisional dalam memandang

konsep keamanan dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut.2

Perbedaan Pendekatan Tradisional dan Nontradisional

2 Tim ProPatria Institute, Mencari Format Komprehensif Sistem Pertahanan-Keamanan Negara, (Jakarta: ProPatria Institute, 2006), hlm. 37.

Page 12: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Dimensi Keamanan Pendekatan Tradisional Pendekatan Nontradisional

Asal ancaman (origin

of threats)

Negara rival Nonnegara: domestik dan transnasional

Sifat ancaman (nature

of threats)

Kapabilitas militer Nonmiliter: ekonomi, politik domestik, lingkungan hidup, terorisme, penyakit menular, narkoba

Pihak yang bertanggung

jawab untuk

menyediakan keamanan

(the responsibility for

providing security)

Negara Negara, organisasi internasional, individu

Nilai inti (core values) Kemerdekaan nasional,

integritas teritorial,

kedaulatan

Kesejahteraan ekonomi, hak asasi manusia, perlindungan terhadap lingkungan hidup

II.3. Konsep Pertahanan-Keamanan yang Tangguh

Pertahanan-keamanan yang tangguh haruslah memiliki strategi dalam menghadapi

ancaman dan tipologi konflik yang kompleks yang disusun dengan

mempertimbangkan (a) konteks dan eskalasi ancaman; (b) manifestasi konflik; (c)

efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya pertahanan-keamanan negara;

serta (d) penghormatan atas nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi, dan hak-hak asasi

manusia. Proses penyusunan kebijakan dan strategi pertahanan-keamanan negara

harus dirumuskan melalui mekanisme inklusif partisipatoris, dilaksanakan secara

konsisten, serta dapat dipertanggungjawabkan.

Salah satu contoh perumusan tersebut relevan dengan konsep Postur TNI yang

ideal menurut Connie Rahakundini Bakrie. Menurutnya,

“terkait dengan persoalan gelar kekuatan TNI, secara ideal, dengan mempelajari luasnya wilayah daratan, lautan dan udara, serta daerah perbatasan dengan negara tetangga yang dihadapkan pada potensi ancaman, dapat dibagi kedalam empat wilayah pertahanan, dan menurut saya secara umum, kekuatan TNI AD yang ideal harus menggelar sebanyak 816 batalion tempur dan teritorial, 4 divisi terpusat (Kostrad dan Kopassus) serta 16 skuadron heli-serbu dan heli-angkut. Sedangkan kekuatan TNI AL yang ideal menggelar sebanyak 14 skuadron tempur (KRI), 42 skuadron terbang (KAL) yang berada dalam 4 kapal induk, 4 strategic section dengan kekuatan 14 kapal selam di mana 4 unit di antaranya strategic submarine serta 14 brigade marinir. Terakhir, kekuatan TNI AU yang ideal menggelar 140 skuadron

Page 13: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

tempur, 7 skuadron bomber, 27 satuan pertahanan udara, 40 satuan radar, dan 1 satuan strategic missile.”3

II.4. Konsep Pertahanan-Keamanan yang Profesional

Yahya A. Muhaimin membedakan profesionalisme militer menjadi dua, yaitu

profesionalisme konvensional (conventional professionalism) dan profesionalisme

baru (new professionalism). Kedua pengertian profesionalisme militer ini

memiliki perbedaan yang cukup substantif, yang digambarkan dalam tabel sebagai

berikut.4

Perbedaan Konsep Profesionalisme Militer

Dimensi Perbedaan Profesionalisme Konvensional Profesionalisme Baru

Awal perkembangan di negara-negara Barat pada 1960-an di negara-negara nonkomunis, terutama negara berkembang

Asal ancaman dari luar (external threat) dan

juga dari dalam negeri

(negara berada dalam keadaan perang semesta/total war, sehingga ancaman yang dihadapi) bukan hanya datang dari luar batas teritorial negara-bangsa, namun juga ada di dalam negara berupa gerakan komunis, kemiskinan dan kebodohan, serta kesenjangan dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik

Tuntutan profesi memiliki daya tempur yang

handal, baik pada segi software,

hardware, maupun brainware,

sehingga dapat menopang

kelestarian dan kehidupan serta

eksistensi bangsa, negara, dan

masyarakat

mendayagunakan seluruh potensi nasional dan kemampuan seluruh bangsa dengan mewujudkan paduan dan interaksi yang dinamis antara keamanan nasional dengan pembangunan nasional, atau tidak terpisahnya aspek hankam dari aspek nonhankam di dalam pengelolaan negara

Konsep militer yang

profesional

tidak boleh disibukkan oleh

urusan nonhankam, yaitu

(berpandangan bahwa kelompok sipil di negara berkembang tidak memiliki

3 Connie Rahakundini, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007.

4 Yahya Muhaimin, http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/04/01/0038.html, diakses pada 17 Agustus 2008 14:07.

Page 14: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

bidang-bidang sosial, politik,

ekonomi, budaya, dan

sebagainya karena dianggap

akan mengurangi konsentrasi

perhatian militer pada urusan

hankam, sehingga harus

dibebankan kepada kelompok-

kelompok bukan militer (sipil)

keterampilan dan organisasi yang memadai untuk memenangkan peperangan dalam bentuk baru tersebut sehingga kalangan militer) ikut mengatasi segala ancaman nasional yang spektrumnya amat luas itu (pertahanan keamanan sekaligus bidang-bidang nonhankam seperti sosial, ekonomi, politik, dan budaya) bersama-sama dengan kalangan sipil

Pada perkembangannya, muncul istilah baru untuk merujuk kedua tipe

profesionalisme militer ini, yaitu militer profesional untuk profesionalisme

konvensional dan militer pretorian5 untuk profesionalisme baru. Karena di dunia

terdapat tipe militer profesional yang pada saat-saat damai hanya menjalankan

fungsi pertahanan keamanan (stabilisator) tetapi pada saat-saat revolusi (temporer)

berubah menjadi tentara pretorian yang juga menjalankan fungsi sosial politik

(dinamisator), pada akhirnya muncul istilah militer revolusioner untuk menyebut

militer tipe ini. Karakteristik dan penyebab keterlibatan militer dalam politik ini

dirumuskan Eric A Nodlinger dalam bukunya Militer dalam Politik dan Amos

Perlmutter dalam Militer dan Politik. Oleh beberapa kalangan, rezim militer yang

melibatkan diri dalam politik ini disebut “bureaucratic authoritarian regime”,

yang terdiri atas para birokrat, teknokrat, modal, dan rezim militer.

Adanya dua tipe profesionalisme militer yang saling berbeda secara substansial ini

menimbulkan perdebatan tentang tipe militer manakah yang terbaik. Pada

akhirnya, profesionalisme militer konvensional (selanjutnya disebut militer

profesional) yang apolitik memenangkan perdebatan ini. Poin-poin penting yang

menyebabkan militer harus profesional, tidak memiliki wewenang

politik/pretorian adalah sebagai berikut.

1. Militer adalah angkatan bersenjata yang dimaksudkan untuk menyebabkan

demoralisasi musuh, sehingga kehadirannya di ruang publik akan

5 Pretoria adalah ibukota administratif Republik Afrika Selatan. Kata “prajurit pretorian” digunakan oleh Eric A Nodlinger dan Amos Perlmutter untuk menyebut militer yang melibatkan diri dalam politik dengan karakteristik dan penyebabnya, seperti tipe tipe profesionalisme militer baru.

Page 15: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

menghadirkan ketakutan, selain kemungkinan represif yang lebih besar.

2. Sifat tentara adalah sentripetal, solid, dan monolitik. Kondisi tubuh militer

menuntut serba disiplin, main komando, dan hierarki yang sangat kuat.

Dalam tradisi militer secara universal tak ditemukan musyawarah

mencapai mufakat atau kearifan dalam pengambilan keputusan. Hal itu

bertentangan dengan dunia pemerintahan yang mengedepankan

permusyawaratan perwakilan.

3. Militer memiliki organisasi yang rigid dan jelas. Mereka tidak diajarkan

pendidikan untuk berpolitik praktis, tetapi dididik dengan berbagai strategi

peperangan guna menjadi alat pertahanan-keamanan negara yang kuat.6

6 Poin ke-2 dan ke-3 disadur secara bebas dari buku Muhadjir Effendy, Profesionalisme Militer, Profesionalisasi TNI (Malang, UMM Press: 2008).

Page 16: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

BAB III

METODE PENULISAN

Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan berdasarkan metode kualitatif, bersifat

deskriptif, dan disertai analisis. Deskriptif karena penelitian yang ada dalam karya

tulis ilmiah ini berusaha menjelaskan bahwa relevansi dan signifikansi persoalan

pertahanan-keamanan tetap berlaku sekalipun kita hidup di era globalisasi. Ia juga

berusaha menggambarkan bagaimana hubungan yang saling terkait antara sektor

pertahanan-keamanan dengan proses pembangunan di Indonesia.

Penulisan karya tulis ilmiah ini juga bersifat analitis karena berusaha melihat lebih

dalam konsepsi sebuah sistem pertahanan-keamanan yang ideal. Berpijak dari itu,

analisis dilanjutkan kepada realitas kondisi ketangguhan dan profesionalisme

sistem pertahanan-keamanan yang ada di Indonesia. Hal ini bertujuan memetakan

persoalan dan melihat seberapa ideal pertahanan-keamanan Indonesia, sehingga

dapat diperoleh rekomendasi solusinya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah

studi literatur. Data yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini meliputi data

primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah buku-buku yang

menjelaskan definisi, kriteria, ciri-ciri, dan indikator-indikator yang ada pada

sistem pertahanan-keamanan yang ideal, tangguh, dan profesional. Data sekunder

yang digunakan berupa buku-buku, jurnal, media massa, serta berbagai literatur

dari internet yang berhubungan realitas kondisi pertahanan-keamanan Indonesia.

Data-data yang terkumpul kemudian digunakan untuk menjelaskan realitas

kondisi pertahanan-keamanan Indonesia, meliputi anggaran, alutsista, jumlah

personil, strategi pertahanan, pasang surut keterlibatan militer di bidang politik

dan ekonomi. Terakhir, setelah melihat permasalah secara komprehensif, kami

coba merekomendasikan solusi atas lambannya reformasi sektor pertahanan-

keamanan di Indonesia.

Page 17: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1. Definisi dan Fungsi Pertahanan-Keamanan Bagi Negara-Bangsa

Secara etimologis, konsep keamanan (security) berasal dari bahasa latin “securus”

(se + cura), artinya terbebas dari bahaya, terbebas dari ketakutan (free from

danger, free from fear). Bisa juga bermakna dari gabungan kata se (artinya tanpa

atau withouth) dan curus (artinya uneasiness). Sehingga, apabila digabungkan

akan bermakna “liberation from uneasiness, or a peaceful situation without any

risksor threats”.7

Sementara, dalam berbagai literatur ilmu Hubungan Internasional, para sarjana

Hubungan Internasional berargumen bahwa konsep keamanan merupakan sebuah

“contested concept”. Pendekatan tradisonal yang didomonasi oleh mazhab

Realisme menyatakan bahwa konsep keamanan adalah sebuah kondisi yang

terbebas dari ancaman militer atau kemampuan negara untuk melindungi negara-

bangsanya dari serangan militer yang berasal dari lingkungan eksternal (the

absence of a military threat or with the protection of the nation from external

overthrow or attack).8

Sementara itu, Arnold Wolfers mendefinisikan konsep keamanan sebagai berikut,

“Security, in any objective sense, measures the absence of threats to acquired

value and in a subjective sense, the absence of fear that such values will be

attacked”.9 Sejalan dengan pemahaman di atas, kapabilitas militer suatu negara

adalah sebuah keharusan guna mempertahankan diri. Hal ini sebagaimana

diungkapkan Walter Lippmann, misalnya, “a nation is secure to the extent to

which it is not in danger of having to sacrifice core values if it wishes to avoid

war, and is able, if challenged, to maintain them by victory in such a war”10 .

7 Lihat Liota P. H (2002), “Boomerang Effect: The Convergence of National and Human Security” dalam Security Dialogue Vol.33. No.4. hlm. 473 – 488.

8 Helga Haftendorn (1991), “The Security Puzzle: Theory Building and Discipline in International Security” dalam International Studies Quarterly Vol.35. No.1. hlm. 3 – 17

9 Dikutip dari Baylis, John, Smith, Steve (2001), The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, Oxford: Oxford University Press. hlm. 225

10 Ibid.

Page 18: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

IV.2. Signifikansi dan Relevansi Kekuatan Pertahanan-Keamanan di Era

Globalisasi

Kita hidup di era di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) tengah berkembang pesat. Kemajuan IPTEK diklaim telah menciptakan

dan membawa umat manusia pada kehidupan yang lebih sejahtera lahir dan batin.

Akan tetapi, ternyata masalah yang dihadapi manusia tidak semakin berkurang.

Kehebatan kemajuan sains dan teknologi terbukti tidak dapat mencegah

kriminalitas yang amat mengganggu kehidupan umat manusia. Apalagi, mengatasi

masalah keamanan yang lebih rumit dan canggih, seperti konflik antargolongan,

etnik, suku, dan agama dalam tubuh sebuah bangsa. Bahkan, berkembangnya

IPTEK justru mendorong timbulnya masalah etnik dan kesukuan.

Dalam tataran yang luas, pertentangan kepentingan politik antarnegara tetap

terjadi dan berkembang menjadi konflik bersenjata atau perang. Kemajuan cara

berpikir dan hukum internasional tidak mampu mengatasi sama sekali nafsu agresi

dan menjaga agar pertentangan antarnegara dapat diatasi dengan cara damai dan

diplomasi saja.

Ketika Perang Dunia (PD) I berakhir pada 1918, orang menyangka ini adalah

perang terakhir (the last war) karena tidak sanggup melihat betapa banyak

kematian dan kehancuran akibat peperangan. Liga Bangsa-Bangsa (LBB)

dibentuk untuk merealisasikan tujuan tersebut. Namun, di kemudian hari terbukti

LBB tidak mampu mencegah terjadinya perang, ditandai dengan serangan Italia

terhadap Ethiopia. Pada 1939, peran LBB berakhir sama sekali ketika Jerman

menyerang Polandia. Kejadian tersebut menjadi awal meletusnya PD II.

Jika PD I berlangsung di Eropa saja, PD II benar-benar meliputi seluruh dunia,

terutama ketika Jepang menyerang Pearl Harbor di Amerika Serikat (AS) pada

1941. Puncaknya, pada 1945, dengan dijatuhkannya bom atom oleh Amerika

Serikat di Jepang, kematian dan kehancuran menjadi jauh lebih besar dan

mengerikan dari pada sebelumnya.

PD II berakhir, muncul Perang Dingin. Perang ini memiliki efek domino terhadap

negara-negara lain di dunia. Munculnya perang Korea, Vietnam, dan Kamboja

Page 19: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

tidak terlepas dari Perang Dingin. Berbagai perang dengan beragam bentuk dan

jenisnya terus berlansung hingga saat ini. Project Ploughshares, sebuah organisasi

di Kanada, mengadakan penelitian dan menemukan bahwa pada tahun 1995

terjadi 44 perang dan konflik bersenjata. Tahun 2003 berkurang menjadi 30. Jika

diperkirakan, rata-rata ada 35 perang dan konflik bersenjata setiap tahun antara

1995 dan 2003. Dalam 9 tahun, terjadi tidak kurang dari 300 perang dan konflik

bersenjata di dunia. Maka, pada hakikatnya, di planet bumi ini, adalah tempat

penuh masalah keamanan dan membahayakan kehidupan manusia dan

kelangsungan negara dan bangsa. Sekalipun, tingkat kemajuan dan kecanggihan

IPTEK berkembang pesat.

Albert Einstein, pakar ilmu fisika, pernah menyurati Sigmund Freud, pakar ilmu

psikologi, dan mengatakan bahwa semua usaha untuk meniadakan perang telah

gagal karena manusia menyimpan kesenangan membenci dan menghancurkan di

dalam dirinya. Freud setuju dan mengatakan bahwa manusia itu seperti binatang

yang memecahkan persoalan dengan menggunakan kekerasan. Freud mengatakan

bahwa manusia hanya diliputi dua insting, yaitu insting untuk tetap hidup dan

mempersatukan, serta insting menghancurkan dan membunuh. Oleh karena itu,

katanya lagi, tidak ada gunanya mengakhiri semua kecenderungan agresif

manusia.

Bagaimanapun kemajuan umat manusia dalam menguasai sains dan teknologi

serta peradaban materiilnya, selama belum mampu mengendalikan insting

menghancurkan dan membunuh, segala cita-cita luhur tentang peradamaian dunia

akan tinggal keinginan belaka. Nafsu meterialisme semakin besar dan salah

satunya dipicu oleh perkembangan IPTEK.

Gambaran di atas adalah realitas yang dihadapi setiap negara-bangsa, tak

terkecuali Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia perlu dan harus mengembangkan

satu sistem keamanan nasional, yakni sistem yang mewujudkan situasi dan

kondisi kemampuan bangsa dalam melindungi semua sistem kehidupan

nasionalnya, yang didasarkan pada sistem nilai internalnya sendiri, terhadap setiap

ancaman dan tantangan, dari dalam maupun luar negeri.

Secara lebih spesifik, berbagai ancaman yang dihadapi di era globalisasi saat ini

Page 20: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

dapat diklasifikasikan menjadi enam kelompok. (1) ancaman ekonomi dan sosial,

termasuk kemiskinan, penyakit menular, keterbatasan akses pada pangan, dan

degradasi lingkungan hidup; (2) konflik antarnegara (inter-state conflict).

Walaupun ancaman ini berkecendrungan menurun secara signifikan, tetapi bukan

berarti hilang sama sekali; (3) konflik internal (inte-state conflict). Ancaman ini,

berbeda dengan sebelumnya, memiliki kecenderungan meningkat, terutama sejak

berakhirnya Perang Dingin. Oleh karena itu, peran organisasi internasional,

seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), makin relevan untuk diperkuat

sebagai peace-maker dan peace-keeper; (4) ancaman penyebaran senjata nuklir,

biologi, dan kimia; (5) ancaman terorisme, di mana secara kuantitas dan kualitas

tingkat ekskalasinya meningkat; (6) ancaman yang dilakukan organisasi kejahatan

transnasional.

Dari enam klasifikasi ancaman di atas, dapat diasumsikan beberapa hal berikut.

Pertama, segala ancaman yang dihadapi tidak lagi mengenal batas tradisional

negara. Kedua, sebagian besar ancaman tersebut adalah ancaman yang

berhubungan dengan aspek militer daripada non-militer. Ketiga, berbagai

ancaman tersebut harus dihadapi dan diatasi secara simultan mulai dari tataran

global, regional, hingga nasional.

IV.3. Relevansi dan Signifikansi Ketangguhan dan Profesionalisme

Pertahanan-Keamanan dalam Proses Pembangunan Berkelanjutan

Isu pertahanan-keamanan seringkali menjadi permasalahan dilematis bagi sebuah

negara berkembang seperti Indonesia. Sebab, tidak layaknya negara-negara maju,

negara-negara berkembang harus menghadapi berbagai isu krusial secara

bersamaan, seperti isu perkembangan ekonomi, sosial budaya, dan politik. Di

mana, yang demikian begitu rumit dan terkait erat dengan stabilitas internal serta

kemampuan aspek pertahanan keamanan. Dalam banyak kasus di negara-negara

berkembang, berbagai isu di atas akhirnya menjadi bagian tak terlepaskan dari isu

pertahanan keamanan. Bahkan, merupakan bagian dari domestic vulnerabilities,

yang kerap mendominasi agenda pembangunan keamanan nasional dan

diterjemahkan ke dalam objek utama pertahanan keamanan.

Page 21: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia tengah giat melakukan

pembangunan di berbagai bidang, utamanya pertumbuhan di bidang ekonomi agar

menjamin kesejahteraan rakyatnya dan kestabilan di bidang politik agar roda

pemerintahan dapat berjalan efektif dan lancar. Namun demikian, dalam proses

membangun tersebut, faktor pertahanan-keamanan tidak dapat diabaikan.

A. Pemberontakan, Separatisme, dan Terorisme

Masalah yang banyak berkembang di negara seperti Indonesia adalah

pemberontakan dalam negeri (insurgency). Selain itu, terjadi usaha yang

dilakukan daerah dalam satu negara untuk memisahkan diri atau dikenal dengan

gerakan separatisme (separatism) dengan menggunakan kekerasan senjata, dan

usaha terorisme (terorism) baik yang bersifat nasional maupun internasional.

masalah-masalah itu ada yang berkembang sepenuhnya sebagai usaha domestik

karena dinamika dalam satu negara, tetapi juga ada yang terjadi karena peran atau

pengaruh negara lain. Sekalipun masalah-masalah itu tidak termasuk perang,

dampaknya bagi negara yang mengalaminya, dapat menyamai atau malah

melebihi perang.

Contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia adalah terjadinya pemberontakan

PRRI/Permesta. Sementara untuk kasus separatisme, ini lebih sering terjadi,

beberapa di antaranya, pada tahun 1999, Timor-Timur berhasil memisahkan diri

melaui referendum. Di Aceh, dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) hampir saja

berakhir sama dengan Timor-Timur. Akan tetapi berhasil diselesaikan pemerintah

RI tahun 2005 yang lalu melalui perjanjian Helsinki. Di Papua dan Maluku ada

Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan Republik Maluku Selatan (RMS) yang

berkonflik hingga saat ini. Dalam kasus terorisme, peristiwa Bom Bali I dan II

tahun 2002, bom di Hotel JW Marriott di Jakarta tahun 2003, dan beberapa usaha

peledakan lain di berbagai wilayah di Indonesia adalah bukti rentannya Indonesia

dengan persoalan terorisme.

Pada prinsipnya, masalah-masalah di atas dianggap sebagai masalah keamanan

dalam negeri, dan karenanya menjadi urusan kepolisian semata. Akan tetapi,

kenyataannya, masalah-masalah itu dapat berdampak begitu luas dan menyangkut

Page 22: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

kekuatan begitu besar, sehingga tidak mungkin diatasi oleh organisasi kepolisian

saja, dan harus ditangani oleh kekuatan pertahanan atau militer. Tidak jarang satu

pemberontakan berkembang begitu luas hingga mengakibatkan runtuhnya

pemerintahan yang berkuasa atau setidaknya melemahkan negara sedemikian rupa

sehingga dengan mudah dikuasai atau didikte negara lain. Masalah tersebut tentu

saja tidak boleh diremehkan dan harus mendapat perhatian yang tidak kalah besar

porsinya dengan masalah-masalah lain, seperti politik, ekonomi, dan sosial.

Hal ini membuktikan bahwa dalam proses pembangunan, di samping mengejar

pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kemantapan politik, sektor pertahanan

keamanan tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab, beberapa masalah di atas

berpotensi menjadi ancaman serius jika tidak dicegah dengan mempersiapkan

kekuatan militer secara serius pula.

B. Bencana Alam

Di samping tiga permasalah di atas, masalah bencana alam menjadi masalah

serius yang dapat menghambat proses pembangunan di Indonesia. Apalagi

mengingat Indonesia sebagai salah satu negara rawan bencana. Bencana alam

dipandang sebagai hambatan karena telah banyak anggaran negara secara tiba-tiba

harus dialokasikan untuk mengurusi bencana. Di sinilah ketangkasan dan

kesigapan personil pertahanan keamanan dituntut agar dapat meminilasasi

kerusakan akibat bencana sehingga dapat menghemat anggaran negara.

Dalam hal tertentu, militer kita harus dapat difungsitugaskan untuk mencegah

kemungkinan terjadinya bencana. Dalam hal lain, TNI turut serta menghadapi

akibat terjadinya bencana. Sebagai gambaran, di Amerika Serikat, ditetapkan

bahwa Dinas Zeni Angkatan Darat (AD) (corps of engineers) antara lain berfungsi

mencegah terjadinya banjir sungai (flood control)

Indonesia telah beberapa kali mengalami bencana alam besar-besaran yang

bahkan berdampak secara internasional. yang paling fenomenal, 26 Desember

2004 yang lalu, terjadi gempa bumi dan gelombang tsunami di Aceh dan beberapa

tempat di Sumatera Utara. Lebih dari seratus ribu orang meninggal, kerugian

materiil diperkirakan mencapai miliaran rupiah, belum lagi kerugian immateriil,

Page 23: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

seperti trauma dan akibat psikologis lainnya. Di samping itu, Indonesia juga

cukup sering mengalami gempa bumi, baik tektonis maupun vulkanis, juga

gunung meletus, longsor, dan banjir.

Peran TNI dalam mengatasi akibat bencana ini sangatlah besar artinya. Sebab,

TNI dengan angkatan udaranya menyediakan helikopter dan pesawat lain untuk

mencapai daerah-daerah yang tak lagi terjangkau melalui jalur darat. Angkatan

laut dapat segera mengerahkan kapal-kapalnya untuk mendatangi kota-kota di

pinggir pantai. Terakhir, angkatan darat dapat menyediakan pasukannya untuk

membantu masyarakat mengatasi berbagai persoalannya, seperti mencari korban,

mengubur mereka yang terbukti mati, membangun kembali jalan, jembatan,

rumah, sarana belajar dan ibadah yang rusak. Serta, yang terpenting mencegah

perbuatan jahat mereka yang hendak menyalahgunakan keadaan.

Di sini terbukti sekali lagi, bahwa pengerahan kekuatan militer dengan cepat dan

efektif akan semakin mempercepat proses pembangunan yang sedang digalakkan

Indonesia, bukan sebaliknya. Maka, sepantasnyalah bidang pertahanan keamanan

ini tidak lagi diabaikan, karena mengejar pertumbuhan ekonomi dan kemantapan

politik dan demokratisasi.

IV.4. Realitas Ketangguhan Pertahanan-Keamanan Indonesia

"Kenapa Amerika Serikat disegani negara lain? Selain memiliki kekuatan ekonomi, mereka memiliki angkatan perang yang kuat. Dua kekuatan itu membuat mereka memiliki bargaining power dengan negara dan kekuatan mana pun. Mengganggu AS atau kepentingannya sama dengan membangunkan macan tidur. Kalau saja angkatan perang kita kuat, tak mungkin Malaysia meremehkan kita seperti ini."11

1. Kondisi Alat Utama Sistem Senjata

Pertahanan memang tidak sekadar berurusan dengan Alat Utama Sistem Senjata

(alutsista). Namun, alutsista yang lengkap dan kuat dapat dijadikan indikator

nyata kondisi pertahanan nasional suatu negara. Angkatan perang yang kuat tentu

diimbangi dengan alutsista yang kuat pula. Dalam hal ini, bermodal semangat

11 Ungkapan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Endriartono Sutarto (Kompas, 9/3)

Page 24: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

"tidak takut mati membela bangsa" saja tidaklah cukup.

Kekuatan alutsista TNI AD sebagian besar masih bertumpu pada aset lama,

meliputi 1.261 unit kendaraan tempur, namun yang siap operasi 799 unit; 59.842

unit kendaraan bermotor, namun yang siap operasi 52.165 unit; 538.469 pucuk

senjata dengan berbagai jenis yang siap operasi 392.431 pucuk; dan pesawat

terbang 53 unit dari berbagai jenis yang siap operasi 27 unit. Kekuatan alutsista

Angkatan Laut (AL) meliputi unsur kapal striking force 18 unit, patrilling force

58 unit, supporting force 67 unit, dan KAL 317 unit yang siap operasi 76. Unsur

pesawat udara terdiri atas 65 unit dari berbagai jenis yang siap operasi 39.

Kendaraan tempur marinir 410 unit yang siap operasi 157 unit.

Kekuatan alutsista Angkatan Udara (AU) bertumpu pada pesawat tempur, pesawat

angkut, pesawat helikopter, dan jenis pesawat lain serta peralatan rudal dan radar

yang meliputi 234 unit pesawat berbagai jenis dengan kondisi siap operasi 57%,

radar 17 unit dengan kondisi siap operasi 88,8%, rudal QW-3 untuk operasional

Paskhas dengan kondisi siap operasi.

Sumber lain menunjukkan bahwa alutsista yang dioperasikan dan dipelihara TNI

berada di ujung tanduk serta perlu dibenahi. Kesiapan operasi alutsista yang ada$

sangat rendah, seperti dirangkum dalam tabel sebagai berikut.12

Kondisi Alutsista Tiga Matra

TNI Angkatan Darat TNI Angkatan Laut TNI Angkatan Udara

Ranpur (kendaraan tempur):

934 (siap operasi 67,88%)

Kapal: 207 (siap operasi

36,71%)

Pesawat terbang: 246 (siap operasi 44%)

Ranmor (kendaraan

bermotor): 59.842 (siap

operasi 52,156%)

Ranpur (kendaraan tempur)

marinir: 435 (siap operasi

36,09%)

Radar: 16 (siap operasi 87,5%)

Pesawat terbang: 59 (siap

operasi 44,06%)

Pesawat udara: 75 (siap

operasi 48%)

Kondisi riil alutsista TNI yang kritis ini berfokus pada dimensi persoalan tuanya

usia alutsista yang digunakan. Rendahnya kesiapan operasional di atas tak ayal

12 Lihat Majalah Angkasa No. 7 April 2008 Tahun XVIII, hlm. 17.

Page 25: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

membawa bencana bagi tubuh TNI itu sendiri, bahkan memakan korban jiwa.

Tujuh personil Marinir tewas setelah ikut tenggelam bersama tank Amphibi dalam

latihan militer di Situbondo, Jawa Timur. Helikopter S-58T Twinpack, yang telah

digunakan TNI AU sejak 1972, jatuh di Pekanbaru pada 8 Januari 2008. Kejadian

serupa terjadi pada helikopter Bell 47G Soloy, yang telah digunakan sejak 1978,

pada 11 Maret 2008. Sebelum itu, pesawat tua OV-10 Bronco, yang telah

digunakan sejak 1979, sudah pernah dua kali jatuh dan memakan korban jiwa

pada 2005 dan 2007. Bahaya pengoperasian pesawat tua ini membuat Ketua Staf

Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Herman Prayitno pada 2007 memensiunkan

OV-10 tersebut.

2. Anggaran Pertahanan-Keamanan dalam APBN

Dengan populasi sekitar 234,693,997 (Juli 2007) terdiri dari 17,508 pulau dengan

panjang garis pantai 81.000 km, Indonesia adalah negara dengan luas wilayah

terbesar ke-5 setelah Amerika dan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

setelah Amerika Serikat, serta negara maritim terbesar ke-2 di dunia setelah

Kanada.

Kondisi ini menuntut Indonesia menjadi negara yang memiliki kemampuan

pertahanan-keamanan yang tangguh guna menjaga keutuhan wilayahnya dari

ancaman, baik dari luar maupun dari dalam. Namun, ironisnya, hingga Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2008, anggaran dana yang dialokasikan

untuk tiga matra pertahannya hanya sebesar Rp36,39 triliun. Padahal, anggaran ini

hanya mampu memenuhi 36 persen dari kebutuhan minimal Departemen

Pertahanan (Dephan) dan TNI, yakni sekitar Rp100,53 triliun.13 Bahkan, bulan

Februari lalu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, memangkas seluruh anggaran

departemen, termasuk Departemen Pertahanan, sebesar 15 persen dengan alasan

penghematan. Dalam Rancangan APBN (RAPBN) 2009 yang tengah dibahas oleh

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), anggaran ini akan dikurangi lagi menjadi Rp35

triliun saja, sementara untuk Kepolisian RI menjadi hanya Rp25,7 triliun.

Rincian alokasi anggaran tersebut adalah TNI AD mendapat sekitar Rp 16,1

13 antara.co.id diakses pada 17 Agustus 2008 15.17

Page 26: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

triliun, TNI AL dialokasikan sebesar Rp5,5 triliun, TNI AU menerima sebesar

Rp3,98 triliun, sementara Dephan sebesar, dan Markas Besar TNI memperoleh

masing-masing sebesar Rp6,3 triliun dan Rp4,5 triliun.

Jika dibandingkan dengan AS, tentu angaran Indoensia tidak ada apa-apanya.

Pada tahun 2007, Kongres AS dan Gedung Putih telah menganggarkan 522 miliar

dollar untuk budget pertahanan dan militer. Anggaran militer ini merupakan

terbesar di dunia dan setara dengan 47 persen total anggaran militer dunia.

Rivalnya, Cina, Rusia, dan Inggris menggangarkan masing-masing 63 miliar, 62

miliar, dan 51 miliar dollar.

Bahkan dengan negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)

sekalipun, yang kondisi geografis dan demografisnya yang tidak sebesar

Indonesia, rasio anggaran militer terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)-nya

jauh lebih besar dibandingkan Indonesia yang tak lebih dari satu persen PDB-nya.

Anggaran Singapura, misalnya, sebesar 7,13 miliar dollar (5,2 persen), Malaysia

sebesar 1, 69 miliar dollar (4 persen), sementara Thailand dan Filipina masing-

masing 2,8 persen dan 2,2 persen. Padahal jumlah penduduk Singapura hanya 4,6

juta orang, sementara Malaysia sebanyak 27, 24 orang. Bandingkan dengan

Indonesia yang lebih dari 234 juta jiwa.14

Perbandingan Anggaran Militer Negara ASEAN

No. Negara % Terhadap PDB % Terhadap APBN

1. Australia 2,3 7,1

2. Brunei 6,9 18,0

3. Filipina 2,2 19,9

4. Malaysia 4,0 9,1

5. Thailand 2,8 15,0

6. Singapura 5,2 21,0

7. Indonesia 1,1 5,7

Secara umum, anggaran pertahanan Indonesia masih menghadapi beberapa

14 Kompas, 27/2/08

Page 27: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

persoalan mendasar.15 Pertama, minimnya besaran anggaran, tidak hanya terhadap

pendapatan domestik bruto, melainkan juga secara absolut sangat kecil apabila

dilihat dari besar wilayah dan penduduk Indonesia. Lebih parah lagi, kekurangan

anggaran menjadi alasan-alasan di balik praktik-praktik off-budget dan kegiatan

bisnis militer. Kedua, masalah alokasi anggaran pertahanan yang masih

menyimpan berbagai pertanyaan tentang efektifitas dan efisiensinya karena

birokrasi yang panjang dalam institusi-institusi pertahanan. Ketiga, anggaran

belum mencerminkan suatu cara berpikir yang sistematis tentang apa yang hendak

dicapai oleh kebijakan pertahanan Indonesia dan bagaimana mencapainya.

Keempat, anggaran pertahanan masih banyak mencerminkan kekuatan eksekutif

atas legislatif karena kendala sumber daya manusia, keterbatasan informasi, dan

faktor politik.

3. Sumber Daya Manusia dan Strategi Pertahanan-Keamanan

Kondisi kekuatan personil TNI hingga saat ini mencapai 383.870 orang (0,17%)

dari sekitar 230 juta penduduk Indonesia, yang terdiri atas 298.517 orang TNI

AD, 60.963 orang TNI AL, 28.390 orang TNI AU, dan 68.647 Pegawai Negeri

Sipil TNI. Jumlah ini, jika dibandingkan dengan luas wilayah Indonesia, masih

belum seimbang.

Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS), Edy Prasetyono,

berpendapat bahwa penambahan anggaran berapa pun besarnya tidak berarti apa-

apa tanpa ada perubahan strategi pertahanan. Bahwa Indonesia harus segera

bergerak dari strategi pertahanan kontinental menuju strategi pertahanan maritim

dengan zona berlapis. Strategi pertahanan maritim memiliki matra terbuka,

manuver fleksibel, dan pergerakan lebih leluasa untuk penangkalan dan

penindakan. Ini sesuai dengan karakter geografis kita. Dalam strategi pertahanan

maritim, tumpuan kekuatan akan diletakkan pada kekuatan pertahanan laut dan

udara. Untuk itu, TNI AL dan TNI AU harus terus diperkuat di masa mendatang.16

Ada sebagian pihak yang berargumen mengapa matra darat mendapat proporsi

15 http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg02558.html16 Kompas, 9/3/08.

Page 28: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

anggaran dan jumlah personil lebih dibandingkan dua matra lainnya; udara dan

laut. Alasannya adalah bahwa simbol penaklukan atau penguasaan suatu negara

atau wilayah ditandai dengan pendudukan pada daratannya, bukan laut apalagi

udara. Sepintas, argumen ini dapat diterima. Namun, jika kita melihat secara lebih

objektif, bahwa proses pendudukan daratan itu tidak serta merta melalui jalur

darat, tetapi akan lebih mudah jika memasukinya setelah menaklukkan wilayah

lautan atau udaranya terlebih dahulu. Apalagi, jika mengingat Indonesia adalah

negara kepulauan dan dua pertiga wilayahnya adalah laut, logikanya matra laut

mendapat priorotas utama dari segi jumlah personil, alutsista, dan strategi

pertahanannya guna mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Inilah strategi pertahanan yang perlu segera dibenahi.

IV.5. Realitas Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia

Militer Indonesia memiliki keunikan dibandingkan dengan militer di negara lain.

Keunikan ini menjadikan peranan militer Indonesia menjadi tidak biasa.

Perjuangan mendapatkan kemerdekaan membuatnya melakukan kegiatan

kesemestaan, tidak hanya bertempur secara fisik tetapi terlibat dalam penyusunan

strategi pendirian bangsa Indonesia. Penggalan sejarah kemerdekaan menjadi

legitimasi militer tidak hanya sebagai instrumen pertahanan bangsa, tetapi juga

sebagai bagian penting dalam political decision making.

Di masa orde lama, Soekarno mengakomodasi militer di awal pemerintahannya

dan bersitegang dan menjadi faktor penentu lengsernya Soekarno sebagai

presiden. Tampilnya militer di mata masyarakat sebagai aktor penting pengaman

keutuhan bangsa Indonesia dari aksi radikalisme Partai Komunis Indonesia (PKI),

menjadikan militer semakin dominan dalam perpolitikan dan aktivitas ekonomi

Indonesia. Pada masa orde baru, Soeharto menempatkan militer sebagai bagian

penting dari alat melanggengkan dan memperluas kekuasaan selain birokrasi dan

teknokrat. ABRI, istilah untuk militer saat itu, dijadikan instrumen penting dalam

menjaga kebijakan kooperatisme. Dengan dalih menjaga stabilitas, Soeharto

memberikan banyak peran istimewa, menempatkan banyak perwira sebagai

menteri, gubernur, walikota, bupati, irjen dan lain-lain. Posisi istimewa ABRI

Page 29: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

tidak hanya pada ruang politik, namun berada pada ruang yang lain seperti

ekonomi. Pemerintahan orde baru menempatkan banyak perwira aktif untuk

menjadi komisaris atau direktur utama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Dr. Abdoel Fattah dalam penelitiannya membagi perjalanan militer Indonesia

terbagi atas empat periode. Pertama, masa setelah proklamasi kemerdekaan 1945,

atau masa perang kemerdekaan sampai berdirinya pemerintahan Republik

Indonesia Serikat tahun 1950. Pada masa ini, tentara terpaksa berpartisipasi secara

poltik untuk mengerakkan pemerintahan daerah yang lumpuh akibat perang

melawan Belanda. Kedua, masa mulai berlakunya demokrasi parlemen 1950 ke

demokrasi terpimpin, dimulai dengan dekrit presiden pada 5 juli 1959 sampai

jatuhnya presiden Soekaro pada 1966. Pada masa ini, tentara memiliki kekuatan

politik yang menonjol dan bersaing dngan PKI. Tentara, terutama AD, menjadi

mitra Soekarno sekaligus pesaing. Pada masa ini, pemerintahan yang bersifat

demokratis berubah ke otokrasi. Ketiga, masa Orde abru mulai 11 maret 1966,

yang dipimpin oleh Soeharto dengan demokrasi Pancasila sampai jatuhnya

Soeharto pada 21 Mei 1998. Pada masa ini, tentara mendominasi pemerintahan

yang bersifat otokratis dengan dwi fungsinya. Keempat, masa Reformasi mulai 21

Mei 1998.17 Pembagian periode perjalanan militer Indonesia ini relevan dengan

proses pergeseran pemahaman konsep peran militer di Indonesia yang dirumuskan

Yuddy Chrisnandi sebagai berikut.18

Fungsi Militer dari Masa ke Masa

Generasi I

(Masa Perang

Kemerdekaan)

Generasi II

(Masa

Pascakemerdekaan,

Demokrasi

Terpimpin) Generasi

A.H. Nasution

Generasi III

(Generasi Orde Baru

—Generasi

Soeharto)

Generasi IV

(Generasi Masa

Transisi—Generasi

Wiranto)

ABRI sebagai ABRI sebagai Prajurit ABRI sebagai Prajurit ABRI sebagai Prajurit

17 Dr. Abdoel Fattah, Demiliterisasi Tentara, (Jogyakarta: Lkis, 2005), hlm. 10-11.18 Yuddy Chrisnandi, Reformasi TNI: Perspektif Baru Hubungan Sipil-Militer di

Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2005, hal. 29.

Page 30: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Pejuang Pejuang Pejuang Pejuang

Fungsi ABRI (Fungsi

tempur dan fungsi

teritorial—memegang

pertahanan dan

perlawanan rakyat)

Pikiran jalan tengah

Nasution (ABRI

sebagai alat

pertahanan-keamanan

dan fungsi sosial)

Pikiran Seminar AD II

1966

Paradigma Baru ABRI

Fungsi sosial adalah

untuk membangun

mitra dengan kekuatan

sipil (intervensi)

Fungsi pertahanan-

keamanan dan sosial

politik

Politik menonjol—

dengan menguasai

atau menduduki,

mengontrol kekuatan

rakyat—ABRI

sebagai alat penguasa

Bergeser—fungsi

sosial politik

a) memilih posisi

dan metode tidak

selalu di depan

b) mengubah dari

konsep

menduduki

menjadi

memengaruhi

c) mengubah dari

cara-cara

memengaruhi

secara langsung

menjadi tidak

langsung

bersedia melakukan berbagai peran politik dengan mitra non-ABRI

A. Keterlibatan dalam Politik

Indonesia memasuki babakan politik baru pascakegagalan kudeta 1965 yang

menandai runtuhnya keseimbangan politik dengan kehancuran PKI dan semakin

merosotnya kewibawaan politik Presiden Soekarno. Keberhasilan Angkatan Darat

menumpas kekuatan komunis telah menimbulkan efek psikologis luar biasa pada

masyarakat anti komunis. Setelah kewibawaan politik Presiden Soekarno merosot

secara drastis, sentral kekuatan politik lambat-laun bergeser dari istana

kepresidenan ke Markas Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Kostrad),

di mana Mayjen Soeharto selaku pemegang kendali efektif atas tentara pada

Page 31: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

waktu itu.

Semakin menguatnya posisi tentara sebagai aktor politik terkuat di Indonesia

pasca kejatuhan Soekarno telah mendorong dilakukannya berbagai upaya

memperkuat posisi dan kelanggengan dominasi politik tentara dalam sistem

politik Indonesia.19 Untuk menguatkan sentralisasi kekuasaannya, tentara

digunakan untuk mendominasi jabatan-jabatan politik strategis dan membenarkan

campur tangan tentara dalam politik. Pada akhir 1970-an, separuh anggota kabinet

dan sepertiga jabatan gubernur dijabat oleh militer. Pada tingkat bupati dan

walikota, 56% adalah militet, direktur jenderal 70%, dan sekretaris menteri 84%

diduduki oleh militer. Sementara itu, data yang diperoleh Jenkins pada tahun

1980, jumlah anggota ABRI yang berada di luar organisasi militer sebagai

berikut: di pemerintahan pusat, menteri dan pimpinan lembaga tinggi negara 47%,

sekretaris jenderal 73,6%, inspektur jenderal 29,5%, direktur jenderal 70,9%,

sekretaris menteri dan wakil menteri 84%. Di pimpinan daerah, gubernur 70,3%,

dan bupati 56,6%. Di perwakilan luar negeri, duta besar 44,4% dan konsul 34,3%.

Menurut data Harold Crouch, pada tahun 1968, jumlah Gubernur yang berasal

dari militer sebanyak 17 Gubernur (71%). Sesudah pemilihan umum tahun 1971,

dari 26 propinsi hanya menyisakan empat (15%) posisi Gubernur untuk orang

sipil.20

Sedangkan pada tingkat kabupaten pada tahun 1969 jumlah Bupati dan Walikota

di seluruh Indonesia sebanyak 271. Setelah pemilu 1971 imbangannya mencapai

dua pertiga. Sampai dengan tahun 1998, sebanyak 4000 anggota militer

menduduki posisi jabatan sipil.21 Keterlibatan militer dalam birokrasi lokal selain

melalui jabatan Bupati dan Gubernur adalah keterlibatan pimpinan militer melalui

Muspida dan Muspika yang berfungsi mengendalikan kehidupan masyarakat

daerah terutama dalam kegiatan-kegiatan politik seperti mobilisasi rakyat untuk

pembangunan dan untuk Pemilihan Umum.22

19 Dwi Pratomo Yulianto, Militer dan Kekuasaan, Jakarta, Narasi, 2005, hlm. 35-47.20 Harold Crouch, Militer dan Politik di Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,

1999, hlm. 271-272.21 Ibid, hlm. 272.22 R. William Liddle, Pemilu-Pemilu Orde Baru : Pasang Surut Kekuasaan Politik,

Jakarta : LP3ES, 1992, hlm. 1.

Page 32: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

B. Aktivitas Bisnis Militer

Praktik-praktik bisnis militer secara legal ditetapkan dengan UU Yayasan No.16

tahun 2001. Kecilnya anggaran militer khususnya untuk kesejahteraan prajurit

dijadikan alasan kuat prektik ini. Panglima TNI Jenderal Endiarto Sutarto

mengungkapkan bisnis militer menjadi andalan TNI untuk mendukung

kesejahteraan selama ini, oleh karenanya penghapusan bisnis militer harus

diimbangi dengan peningkatan anggaran TNI dalam APBN, dari kebutuhan ideal

per tahun Rp 44-46 Triliun.23

Akan tetapi dalam realitanya praktik bisnis militer hasilnya hanya dinikmati pada

tataran perwira saja. Hampir 52 tahun bisnis militer berlangsung, akan tetapi

sekian lama bisnis itu dilakukan tanda-tanda kesejahteraahn prajurit pun tidak

menunjukan perubahan, ada kesenjangan yang amat tajam antara kesejahteraan

kopral dengan jenderal. Kesenjangan yang ada dapat jelas dilihat dari tabel di

bawah ini.24

Tingkat Kesejahteraan Prajurit

Pangkat Jumlah Perbandingan tingkat

kesejahteraan

Bintang **** 1 Sangat tinggi (bahkan bisa

dikatakan sangat mewah atau

kaya), kekayaaannya bisa

milyaran rupiah.

Bintang *** 3

Bintang ** 42 Kesejahteraan terpenuhi

(relatif tinggi)

Bintang * 70 Kesejahteraan sedang

Pangkat Menengah 6. 517 Kesejahteraan rendah

20.004 Kesejahteraan rendah

133.735 Kesejahteraan sangat rendah

114.598 Kesejahteraan sangat rendah

23 Jawapos, 19 Maret 2005.24 The RIDEF Institute, Praktik-praktik Bisnis Militer, Jakarta, 2003, hlm. 54.

Page 33: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

IV.6. Solusi untuk Realitas Ketangguhan serta Profesionalisme Pertahanan-

Keamanan Indonesia

Solusi yang penting diwacanakan untuk mengatasi realitas kondisi pertahanan-

keamanan di Indonesia akan dibagi ke dalam dua cara, yakni solusi taktis dan

solusi strategis.

1. Solusi Taktis

Solusi taktis adalah solusi aplikatif operasional, di mana menyangkut objek

daripada pertahanan-keamanan itu sendiri. Solusi taktis ini meliputi;

A. Penguatan Supremasi Sipil

Supremasi sipil adalah pengakuan militer atas semua produk yang dibuat sipil

hasil pemilu demokratis, baik terkait regulasi militer sendiri atau tidak. Ada dua

indikator minimal dari supremasi sipil. Pertama, Dephan harus dipimpin oleh

seorang menteri pertahanan dan harus murni berasal dari sipil. Kedua, adanya

kontrol efektif dalam kebijakan pertahanan, operasional militer, dan anggaran dari

sipil. Adanya kontrol sipil ini harus tercermin dalam peran parlemen untuk

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan legislasi yang telah dilakukan

melalui alokasi anggaran negara untuk pertahanan.

Dalam konsepsi negara demokratik, kontrol sipil atas militer dalam perspektif

hubungan sipil-militer menurut Huntington ada dua bentuk. Pertama, kontrol sipil

subjektif (subjective civilian control), yaitu memaksimalkan kekuasaan sipil.

Model ini diartikan sebagai upaya meminimalisasi kekuasaan militer dan

memaksimalkan kekuasaan kelompok sipil.

Kedua, kontrol sipil objektif (objective civillian control), yakni memaksimalkan

profesionalisme militer. Model ini menunjukkan adanya pembagian kekuasaan

politik antara kelompok militer dan kelompok sipil yang kondusif menuju

perilaku profesional. Kontrol sipil objektif bertolak belakang dengan kontrol sipil

subjektif. Kontrol sipil subjektif mencapai tujuannya dengan menyipilkan militer

dan membuat mereka sebagai alat kekuasaan belaka, sedangkan kontrol sipil

Page 34: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

objektif mencapai tujuan dengan memiliterisasi militer dan membuat mereka

sebagai alat negara.

Inti dari kontrol sipil objektif adalah pengakuan otonomi militer profesional,

sedangkan kontrol sipil subjektif adalah pengingkaran sebuah independensi

militer. Kontrol sipil objektif akan melahirkan hubungan sipil-militer yang sehat

dan lebih berpeluang menciptakan prinsip supremasi sipil. Sebaliknya, kontrol

subjektif membuat hubungan sipil-militer menjadi tidak sehat. Oleh sebab itu,

kontrol objektif tidak hanya sekedar meminimalisasi intervensi militer ke dalam

politik, tapi juga memerlukan keunggulan otoritas sipil yang terpilih (elected

politicians) di semua bidang politik, termasuk dalam penentuan anggaran militer,

konsep, dan strategi pertahanan nasional.

Kedua poin di atas (kepemimpinan Dephan oleh sipil dan keberadaan kontrol

efektif sipil atas militer) sudah dilakukan sejak era Presiden Abdurrahman Wahid

hingga sekarang dan harus tetap dipertahankan untuk semakin menguatkan

supremasi sipil. Jika hal tersebut diabaikan, akan berakibat kembalinya sistem

represif militer atas sipil.

B. Pemenuhan Anggaran Pertahanan-Keamanan dan Kesejahteraan

Prajurit

Keterbatasan dana negara ini membuka peluang penyimpangan. Dengan situasi

bangsa seperti ini sulit mewujudkan seketika kebutuhan pertahanan-keamanan.

Tetapi, langkah rasionalnya adalah melakukan tahapan-tahapan sistematis untuk

menata dan mengelola anggaran yang ada dan meningkatkannya scara gradual

namun berarti. Berita baiknya, berikut peningkatan pemenuhan anggaran (dalam

triliun) yang semakin menunjukkan keidealan.25

Anggaran Militer dari Tahun ke Tahun

Akan tetapi semua anggaran tersebut hanya mampu mendekati pagu kekuatan

25 Diolah dari berbagai sumber.

2003 2004 2005 2006 2007 2008

11,536 17,85 21,9 23,6 32,64 36,39

Page 35: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

utama minimal pertahanan Indonesia sebesar tidak lebih dari 1 persen dari PDB.

Apalagi, sebagian besar belanja pertahanan tersebut habis dipakai untuk

membiayai gaji prajurit, fasilitas militer, dan pendidikan bela negara. Hingga

tahun 2007 ini, pemerintah tetap belum dapat memberikan alokasi yang memadai

untuk mengembangkan industri pertahanan. Sehingga perlu adanya komitmen

lebih serius untuk memprioritaskan faktor anggaran ini.

Tujuan besarnya adalah untuk dapat memenuhi (1) pengeluaran rutin lembaga, di

mana termaktub di dalamnya pemenuhan kesejahteraan anggota dan personil; (2)

modernisasi dan perawatan alat utama sistem pertahanan (alutsista); dan (3)

kebutuhan operasional tempur.

C. Maksimalkan Keterlibatan dan Pengawasan Civil Society Organization

(CSO)

Keterlibatan CSO yang aktif dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan Security

Sector Reform (SSR) di Indonesia. Kengganan masyarakat untuk mengawasi

proses SSR disebabkan adanya budaya yang berkembang bahwa semua aktivitas

yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut merupakan suatu hal yang bersifat

given. Minimnya sosialisasi dan keterlibatan publik, baik organisasi sektoral

maupun masyarakat secara umum, bisa jadi disebabkan isu ini masih menjadi

konsumsi elit dan akademisi saja, belum sampai dikonsumsi masyarakat.

Penguatan keterlibatan dan pengawasan CSO ini adalah salah satu agenda besar

dari SSR. Di mana secara umum SSR di Indonesia dimaksudkan untuk, yakni;

1. Membangun kemampuan pelaksana keamanan (khususnya TNI dan

Kepolisian Republik Indonesia – Polri – yang medapatkan mandat untuk

menggunakan kekerasan) yang profesional dan tunduk kepada prinsip

demokrasi.

2. Mengembangkan kemampuan institusi penyelenggaraan pertahanan

(Departemen Pertahanan).

3. Mendorong dan memperkuat peran aktif institusi pengawas (oversight),

yakni parlemen dan civil society (termasuk media).

Page 36: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Rizal Sukma menekankan lima parameter untuk mengukur capaian pada prioritas

pada reformasi aktor pelaksana, aktor penyelenggara, dan aktor pengawas

ditentukan oleh, yakni sebagai berikut.

1. Tertatanya ketentuan perundang-undangan berdasarkan the rule of law.

2. Terbangunnya kemampuan pengembangan kebijakan (policy development), penyusunan perencanaan pertahanan (defense planning), dan implementasi kebijakan

3. Terwujudnya profesionalisme aktor pelaksana, yakni TNI, Polri, dan badan intelejen.

4. Kemampuan dan efektivitas pengawasan dari parlemen dan masyarakat sipil, termasuk media.

5. Pengelolaan anggaran pertahanan TNI dan Polri, serta badan intelijen.

Namun, dari lima parameter tersebut Rizal Sukma menekankan pada tiga hal

kunci, yakni pengembangan profesionalisme TNI, Polri, dan badan intelejen;

capacity building Dephan, dan aktor pengawasan serta kampanye publik

mengenai pentingya SSR. Dengan demikian, upaya penegakan dan penguatan

kontrol CSO bisa terwujud.

2. Solusi Strategis

Solusi strategis adalah solusi yang dampaknya lebih signifikan sekalipun

membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Solusi ini meliputi:

A. Perumusan, Penyusunan, dan Pembenahan Landasan serta Kerangka

Hukum yang Mengatur Peran dan Posisi TNI

Menurut Connie Rahakundini Bakrie, keberhasilan pembangunan landasan hukum

tentang peran dan posisi TNI sangat terkait dengan visi politik dan transformasi

militer yang dimiliki sipil tentang militer yang profesional dalam tatanan

demokratis. Dalam membangun TNI yang profesional dan berwibawa di mata

internasional, diperlukan sebuah grand design atas Postur TNI yang ideal.

Kekuatan TNI yang ideal yang didukung oleh kapasitas dan kapabilitas setiap

karakteristik matra pertahanan berdasarkan kebutuhan spesifik atas alutsista,

jumlah dan kemampuan personil serta special force-nya dan juga forcasting

Page 37: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

anggaran pertahanan yang diperlukan, sebenarnya dapat diturunkan jika grand

strategy telah dirumuskan dan kebijakan yang tepat telah ditetapkan.

Persoalan ini sangat membutuhkan kapasitas visi politik sipil dalam

penyelenggaraan pertahanan-keamanan. Dengan adanya komitmen yang kuat,

niscaya sipil dapat merumuskan kembali transformasi militer secara tepat menuju

TNI yang profesional sesuai tuntutan negara yang 'berdemokrasi'.

B. Program Kerjasama Militer Internsional

Program ini ditujukan untuk meningkatkan kerja sama militer dengan negara-

negara maju atau sahabat dalam rangka, di samping belajarr dan meningkatkan

strategi pertahanan dan kemanan, bisa juga untuk menciptakan kondisi keamanan

kawasan, regional, dan internasional, serta meningkatkan hubungan antarnegara.

Kegiatan pokok yang dapat dilakukan adalah;

1. pengiriman Liaison Officer (LO) ke negara yang berbatasan dengan

Indonesia.

2. peningkatan kerja sama pertahanan Indonesia dengan negara-negara

Eropa, Australia, China, Rusia, terutama dalam hal bantuan pelatihan

militer dan pengadaan peralatan TNI

3. peningkatan kerja sama pertahanan Indonesia – Philipina dengan tugas

sebagai pengawas internasional dalam masalah Moro dan masalah

perbatasan melalui forum Joint Commision for Billateral Cooperation.

4. peningkatan kerja sama pertahanan Indonesia – Singapura dalam

latihan dan perjanjian Military Training Area (MTA)

C. Program Penelitian dan Pengembangan Pertahanan

Program ini ditujukan untuk melakukan penelitian dan pengembangan terhadap

strategi dan sistem pertahanan, sumber daya manusia, kemampuan dan

pendayagunaan industri nasional serta penguasaan dan penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan pertahanan-keamanan yang damai.

Page 38: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Kegiatan pokok yang dapat dilakukan di antaranya

1. kerja sama penelitian dan pengembangan pertahanan guna menghasilkan

kejian-kajian tentang konsep pertahanan.

2. penelitian dan pengembangan bidang materiil dan insani, serta

3. kerja sama penelitian dan pengembangan bidang kedirgantaraan,

perkapalan, teknik sipil, industri alat berat, otomotif, elektronika, dan

kimia untuk mendukung pemenuhan kebutuhan alat pertahanan.

Page 39: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

BAB V

PENUTUP

V.1. Simpulan

Sudah 63 tahun bangsa ini merdeka. Peranan militer bahkan sudah dimulai jauh

sebelum teriakan kemerdekaan dipekikkan. Militer senantiasa menjadi garda

terdepan dalam mengawal perjalanan bangsa ini. Sampai sejauh ini, peranan

militer sudah mengalami pasang surut, mulai era kemerdekaan, era pemerintahan

represif, hingga era transisi. Sejauh itu pula permasalahan demi permasalahan

menyertai internal militer.

Berbagai pihak, utamanya pemerintah, harus semakin memperhatikan nasib alat

pertahanan-keamanan negara tersebut. Berbagai persoalan harus segera

diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan yang bisa melegakan, seperti

persoalan rendahnya anggaran, yang berefek domini pada usangnya alat utama

sistem pertahanan dan rendanya tingkat kesejahteraan prajurit, persoalan regulasi

yang mengatur peranan dan aturan main yang seharusnya dilakoni militer sebagai

bagian dari Warga Negara Indonesia haruslah jelas, tegas, sinkron, dan tidak

saling tumpang tindih. Sebab, hal ini akan berdampak pada kejelasan visi dan misi

serta strategi besar daripada pertahanan-keamanan Indonesia itu sendiri.

Sudah saatnya, faktor idealnya sistem pertahanan-keamanan ini dipandang sebagai

faktor penentu efektif dan efisien serta lancarnya proses pembangunan yang

sedang digalakkan di negeri ini. Sehingga, pembenahan pada sektor ini tidak dapat

lagi disepelekan apalagi diabaikan, melainkan diprioritaskan dengan suatu grand

design dan dijalankan secara gradual dan konsisten. Jika tidak, mimpi Indonesia

berwibawa dan bermartabat semakin jauh.

V.2. Rekomendasi

Bahwa sektor pertahanan-keamanan adalah modalitas utama efektivitas dan

efisiensi proses pembangunan di Indonesia, seharusnya menjadikan pemahaman

semua unsur masyarakat yang ada terhadap sektor ini prioritas. Oleh karena itu,

Page 40: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

pemerintah diharapkan menggalakkan upaya penanaman pemahaman tentang

pertahanan-keamanan kepada masyarakat Indonesia. Hal ini bertujuan membentuk

kesadaran semua elemen bangsa terhadap profesi ini, karena sesungguhnya tugas

untuk mempertahankan keutuhan seluruh wilayah kedaulatan negeri ini adalah

tugas kita bersama, bukan TNI, Polri, dan badan intelejen semata. Itulah yang

dikenal dengan prinsip pertahanan-keamanan rakyat semesta. Prinsip ini akan

bermasalah dalam implementasinya apabila tidak ada pemahaman dan kesadaran

akan urgensi memiliki sistem pertahanan-keamanan yang tangguh dan

profesional, baik oleh penentu kebijakan, akademisi, Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), maupun rakyat pada umumnya.

Dengan modal pemahaman dan kesadaran ini, semua elemen bangsa, utamanya

pemerintah selaku penentu kebijakan, mengimplementasikan dalam bentuk

produk-produk kebijakan yang mengarah pada terwujudnya sistem pertahanan-

keamanan tangguh dan profesional.

Keterbatasan dan kendala yang dihadapi negeri ini tidak seharusnya membuat

pemerintah tidak melakukan apa pun. Ada satu kaidah, “apa yang tidak dapat

dilakukan seluruhnya, jangan ditinggalkan semuanya”. Artinya, perbaikan demi

perbaikan sistem pertahanan-keamanan seyogyanya dilakukan dengan grand

design dan gradual tetapi tetap konsisten dan kontinyu. Kata kuncinya terletak

pada political will dari pada pemerintah sendiri dengan didukung, tentunya, oleh

segenap elemen terkait.

40

Page 41: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Baylis, John, Smith, Steve. The Globalization of World Politics: An Introduction

to International Relations. Oxford: Oxford University Press, 2001.

Chrisnandi, Yuddy. Reformasi TNI: Perspektif Baru Hubungan Sipil-Militer di

Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2005.

Crouch, Harold. Militer dan Politik di Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,

1999.

Effendy, Muhadjir. Profesionalisme Militer, Profesionalisasi TNI. Malang :

UMM Press, 2008.

Fattah, Abdoel. Demiliterisasi Tentara. Jogyakarta : Lkis, 2005.

John, Smith, Steve. The Globalization of World Politics: An Introduction to

International Relations. Oxford : Oxford University Press, 2001.

Liddle, R. William. Pemilu-Pemilu Orde Baru : Pasang Surut Kekuasaan Politik.

Jakarta : LP3ES, 1992

Nye, Jr., Joseph S. Understanding International Conflict: An Introduction to

Theory and History. United States : Longman, 1997.

Rahakundini, Connie. Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal. Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia, 2007

Tim ProPatria Institute. Mencari Format Komprehensif Sistem Pertahanan-

keamanan Negara. Jakarta : ProPatria Institute, 2006.

The RIDEF Institute, Praktik-praktik Bisnis Militer. Jakarta : 2003.

Yulianto, Dwi Pratomo. Militer dan Kekuasaan. Jakarta : Narasi, 2005.

Sumber Internet

Yahya Muhaimin,

http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/04/01/0038.html

http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg02558.html

antara.co.id

Page 42: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Sumber Majalah

Majalah Angkasa No. 7 April 2008 Tahun XVIII.

Sumber Koran

Koran Kompas

Jawa Pos

Sumber Jurnal

Helga Haftendorn. “The Security Puzzle: Theory Building and Discipline in

International Security” dalam International Studies Quarterly Vol.35. No.1,

1991.

Liota P. H. “Boomerang Effect: The Convergence of National and Human

Security” dalam Security Dialogue Vol.33. No.4, 2002.

Jurnal Wacana Edisi 17 tahun 2004. Jogjakarta : Insist Press.

42

Page 43: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

LAMPIRAN

Lampiran 1Peta keterlibatan militer dalam politik masa orde baru

No Departemen Militer (%)1 Dalam Negeri 892 Luar Negeri 503 Pertahanan dan Keamanan 1004 Kehakiman 505 Penerangan 576 Keuangan 307 Perdagangan dan Koperasi 388 Pertanian 409 Perindustrian 3810 Pertambangan dan Energi 1411 Pekerjaan Umum 1212 Perhubungan 5613 Pendidikan dan Kebudayaan 4414 Kesehatan 3815 Agama 5616 Sosial 5717 Tenaga Kerja dan Transmigrasi 50

Rata-rata 48

Sumber : MacDougall, 1982

Page 44: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Lampiran 2Posisi Indonesia dalam hal anggaran pertahanan di antara negera-negara di dunia

Sumber; U.S. Military Spending vs. the World dan Center for Arms Control and Non-Proliferation, February 22, 2008.

44

Page 45: Ketangguhan Dan Profesionalisme Pertahanan-Keamanan Indonesia_ Modalitas Utama Pembangunan Berkelanjutan Di Era Globalisasi

Lampiran 3Gaji TNI – Polri data terakhir 2007 setelah mengalami penyesuaian

Pangkat TNI AD

Pangkat TNI AL

Pangkat TNI AL

Pangkat Polisi

Gaji (Rp)

Jendral Laksamana Marsekal Jendral Pol 2,512,800.00Letjen Laks.Madya Mars.Madya Komjen 2,436,600.00Mayjen Laks.Muda Mars.Muda Irjen 2,362,800.00Brigjen Laks.Pertama Mars.Pertama Brigjen Pol 2,291,100.00Kolonel Kolonel Kolonel Kombes 2,221,700.00Letkol Letkol Letkol Ajun Kombes 2,154,300.00Mayor Mayor Mayor Komisaris 2,089,000.00Kapten Kapten Kapten Ajun

komisaris pol2,025,700.00

Lettu Lettu Lettu Inspektu pol satu

1,964,300.00

Letda Letda Letda Inspektur pol dua

1,881,300.00

Pembantu lettu

Pembantu lettu

Pembantu lettu

Ajun Ins pol satu

1,652,700.00

Pembantu letda

Pembantu letda

Pembantu letda

Ajun Ins pol dua

1,602,600.00

Sersan mayor Sersan mayor Sersan mayor Brigadir pol kepala

1,554,000.00

Sersan kepala Sersan kepala Sersan kepala Brigadir pol 1,506,900.00Sersan satu Sersan satu Sersan satu Brigadir pol

satu1,461,200.00

Sersan dua Sersan dua Sersan dua Brigadir pol dua

1,416,900.00

Kopral kepala Kopral kepala Kopral kepala Ajun Brig Pol 1,244,700.00Koptu Koptu Koptu Ajun Brig Pol

Satu1,207,000.00

Kopda Kopda Kopda Ajun Brig Pol Dua

1,170,400.00

Prajurit kepala Prajurit kepala Prajurit kepala Bhayangkara kepala

1,134,900.00

Pratu Kelasi satu Pratu Bhayangkara satu

1,100,500.00

Prada Kelasi dua Prada Bhayangkara dua

967,200.00

Sumber ; http://www.badilag.net/data/PERATURAN_BARU/se_03_2007.pdf