Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

21
MAKALAH MATA KULIAH HIGIENE INDUSTRI KETAJAMAN PENGELIHATAN OLEH : KELOMPOK 5 KELAS B 1. Aminah Tri Wulandari G1B013082 2. Karina Pratiwi Wibowo G1B013083 3. Ellen Herliana Pratiwi G1B013084 4. Diana Kartika Anggraeni G1B013085 5. Fadhila Suryantini G1B013086 6. Yesinta Bella Savitri G1B013087 7. Riyanti G1B013088 8. Dian Trisna Delfyan G1B013089 9. Rahmadani Harimukti G1B013090 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Transcript of Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

Page 1: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

MAKALAH MATA KULIAH HIGIENE INDUSTRI

KETAJAMAN PENGELIHATAN

OLEH :

KELOMPOK 5

KELAS B

1. Aminah Tri Wulandari G1B013082

2. Karina Pratiwi Wibowo G1B013083

3. Ellen Herliana Pratiwi G1B013084

4. Diana Kartika Anggraeni G1B013085

5. Fadhila Suryantini G1B013086

6. Yesinta Bella Savitri G1B013087

7. Riyanti G1B013088

8. Dian Trisna Delfyan G1B013089

9. Rahmadani Harimukti G1B013090

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2015

Page 2: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

A. Definisi Ketajaman Pengelihatan

Ketajaman penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan

bagian-bagian detail yang kecil, baik terhadap objek maupun terhadap

permukaan. Ketajaman penglihatan juga tergantung pada pencahayaan dan

tingkat kebutuhan penglihatan. Ketajaman penglihatan juga dapat diartikan

sebagai kemampuan mata untuk dapat melihat suatu obyek secara jelas dan

sangat tergantung pada kemampuan akomodasi mata. Untuk dapat melihat,

stimulus (cahaya) harus jatuh di reseptor dalam retina kemudian diteruskan

ke pusat penglihatan (fovea centralis). Untuk dapat melihat dengan baik

perlu ketajaman penglihatan.Visus adalah ketajaman atau kejernihan

penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari

ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di

otak. Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk

mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang

putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol

yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering

digunakan dalam klinik.

Istilah “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak

dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang

benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh

kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal (perbedaan

dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki

terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut, visus

20/20 dapat dianggap sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan

manusia, visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam penglihatan jauh

dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal.

Visus terbagi menjadi dua yaitu visus sentralis dan visus perifer.

Visus sentralis dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat.

Visus sentralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda

benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan

akomodasi. Visus sentralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan

untuk melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain.

Page 3: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh

di retina. Visus perifer menggambarkan luasnya medan penglihatan dan

diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal

tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi

menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis jauh

tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf snellen yang dilihat pada

jarak 20 kaki atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya

20/20 maka tajam penglihatannya dikatakan normal dan jika visus <20/20

maka tajam penglihatanya dikatakan kurang.

B. Macam – Macam Gangguan Pada Mata

Kelainan refraksi kelainan pembiasan sinar oleh media pengelihatan

yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, atau panjang bola

mata, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat didaerah makula lutea

tanpa bantuan akomodasi. Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa

miopia, hipermiopia, atau astigmatisma. Sebaliknya emetropia adalah

keadaan dimana sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh

sistem optik mata tepat pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan

akomodasi.

Kelainan refraksi juga dapat diartikan sebagai kelainan pembiasan

sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik

kuning dan mungkin tidak difokuskan pada satu titik yang fokus. Kelainan

refraksi pada mata dapat disebabkan oleh adanya faktor radiasi cahaya yang

berlebihan atau kurang yang diterima oleh mata situasi tersebut

menyebabkan otot yang membuat akomodasi pada mata akan bekerjasama,

hal ini merupakan salah satu penyebab kelelahan pada mata.

1. Miopia adalah mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga

sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan

retina. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan

tergeser kebelakang dan diatur tepat jatuh di retina. Penderita miopia

mempunyai punctum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam

Page 4: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

keadaan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia

korvegensi.

Gambar 1. Skema pembentukan bayangan pada mata normal, mata

miopi, dan mata miopi dengan bantuan lensa cekung

2. Hipermetropia adalah mata dengan kekuatan lensa positif yang kurang

sehingga sinar sejajar tanpa akomodasi di fokuskan dibelakang retina.

Diperbaiki dengan lensa positif sehingga bayangan benda tergeser ke

depan dan diatur tepat jatuh di retina. Pada penderita hipermetropia

sering ditemukan gejala sakit kepala, juling, silau, dan terkadang

penglihatan ganda. Penderita akan sering mengeluh matanya lelah dan

sakit karena terus – menerus berakomodasi untuk melihat atau

memfokuskan bayangan yang terletak di belakang macula agar terletak

di daerah macula lutea.

Gambar 2. Skema pembentukan bayangan pada mata hypermetropi dan

hipermetropi dengan bantuan lensa cembung.

3. Astigmatisma adalah mata dengan kekuatan pembiasan yang berbeda

– beda dalam dua bidang utama,biasanya tegak lurus satu sama

lainnya.Kelainan ini di perbaiki dengan lensa silinder. Kelainan lain

pada pembiasan mata normal adalah gangguan perubahan kecembungan

lensa akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi akomodasi.

Page 5: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

Gangguan akomodasi ini terutama terlihat pada usia lanjut,sehingga

terlihat keadaan yang disebut resbiopia.

Gambar 3. Skema pembentukan bayangan pada mata astigmatisma

4. Resbiopia adalah gangguan yang terjadi pada usia lanjut akibat kurang

lenturnya lensa dan melemahnya kontraksi badan siliar. Titik terdekat

yang masih dapat dilihat terletak maikn jauh didepan mata. Gejala

umumnya adalah sukar pada jarak dekat yang biasanya terdapat pada

usia 40 tahun,dimana pada usia ini amplituda akomodasi pada pasien

hanya menghasilkan titik dekat sebesar 25 cm pada jarak ini seorang

emitiopria yang berusia 40 tahun dengan cara baca 25 cm akan

menggunakan akomodasi maksimal sehingga menjadi cepat lelah,

membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca,dan memerlukan

sianar yang lebih terang. Biasanya diberikan kaca mata untuk membaca

dekat denga lensa sferis + yang dihitung berdasarkan amplitudo

akomodasi pada masing  – masing kelompok umur.

a. + 1.0 D untuk usia 40 tahun

b. 1.5 D untuk usia 45 tahun

c. + 2.0 D untuk usia 50 tahun

d. + 2.5 D untuk usia 55 tahun

e. + 3.0 D untuk usia 60 tahun

Page 6: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

Gambar 4. Skema pembentukan bayangan pada mata resbiopia

5. Anisometropia adalah suatu kondisi kelainan dimana terjadi perbedaan

refraksi antara mata kanan dan mata kiri dari perbedaan yang ringan

hingga perbedaan yang berat. Kelainan pada mata ini dibagi menjadi

beberapa tingkatan yaitu :

a. perbedaan refraksi antara kedua mata kurang dari 1,5D maka kedua

mata masih dapat dipakai bersama – sama dengan fusi yang baik dan

stereoskopik

b. perbedaan refraksi antara kedua mata antara 1,5D hingga 3D

(perbedaan silinder lebih bermakna dibandingkan sferis)

c. perbedaan refraksi lebih dari 3D

C. Hubungan antara Pencahayaan dan Ketajaman Pengelihatan

Penyebab dari penyakit akibat kerja digolongkan menjadi faktor

fisik, biologi, kimia, ergonomik dan psikis. Salah satu jenis lingkungan

kerja fisik yaitu penerangan. Penerangan yang baik merupakan penerangan

yang bisa memberikan dampak positif terhadap para pekerja, sehingga

memungkinkan tenaga kerja bisa melihat obyek pekerjaan secara jelas, cepat

dan teliti pada saat bekerja. Pencahayaan juga perlu disesuaikan dengan

kebutuhan tingkat ketelitian atau jenis pekerjaan sehingga memelihara

kesehatan mata dan kegairahan kerja. Penerangan baik merupakan

penerangan yang cukup dan memadai, sehingga dapat mencegah terjadinya

ketegangan mata dan terjadinya kelelahan, menghemat waktu dan

mengurangi pekerjaan yang terbuang sia-sia. Penerangan yang lebih baik

dapat memberikan hal berupa efisiensi yang lebih tinggi, dapat

Page 7: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

meningkatkan produktivitas dan mengurangi kesulitan serta tekanan

penglihatan terhadap pekerjaan (A.M Sugeng Budiono, 2003:37).

Jika pencahayaan buruk akan berdampak negatif langsung terhadap

para pekerja. Lingkungan kerja yang memiliki pencahayaan yang buruk

dapat mengakibatkan hal – hal seperti : kelelahan mata dengan

berkurangnya daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal, dan

sakit kepala di sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan terjadinya

kecelakaan kerja. Penerangan yang buruk juga dapat mengakibatkan

rendahnya produktivitas kualitas maupun sakit mata, lelah, dan pening

kepala bagi pekerja. Pencahayaan yang buruk terutama di tempat kerja dapat

menyebabkan kelaian refraksi mata seperti miopi, hipermetropi, dan

presbiopi yang dapat sekaligus menyababkan kelelahan mata. Hal ini

disebabkan karena mata dipaksa untuk berakomodasi secara maksimal agar

mata dapat melihat subyek yang lebih jelas. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pencahyaan mempengaruhi kemampuan ketajaman penglihatan

seseorang. Jika pencahyaan yang tersedia tidak memenuhi persyaratan

kesehatan, tentu akan menurunkan kemampuan ketajaman penglihatan

seseorang.

Intensitas pencahayaan yang buruk merupakan salah satu faktor fisik

lingkungan kerja yang dapat menurunkan ketajaman penglihatan.

Ketajaman penglihatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai

berikut: 1) ukuran obyek/ benda; 2) luminansi (brightness) adalah tingkat

terangnya lapangan penglihatan yang tergantung dari pencahayaan dan

pemantulan obyek/ permukaan; 3) waktu pengamatan/ lamanya melihat; 4)

derajat kontras adalah perbedaan derajat terang antara obyek dan

sekelilingnya (Heru dan Haryono, 2007). Di samping itu, ketajaman

penglihatan juga dipengaruhi oleh kondisi fisik tenaga kerja. Beberapa

penelitian yang selaras dengan teori-teori tersebut diantaranya:

1. Berdasarkan penelitian Hermawan (2014), tentang hubungan antara

intensitas pencahayaan dan kelainan refraksi mata dengan kelelahan

mata, diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara intensitas pencahayaan

dan kelainan refraksi mata dengan kelelahan mata pada tenaga para

Page 8: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

medis di bagian rawat inap RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.

2. Berdasarkan penelitian Widowati (2009), tentang pengaruh intensitas

pencahayaan lokal diperoleh hasil bahwa ada pengaruh antara

intensitas pencahayaan terhadap kelelahan mata yaitu meningkatnya

intensitas pencahayaan 1 lux akan diikuti dengan menurunnya

kelelahan mata responden sebesar 1.782 milidetik.

3. Berdasarkan penelitian Septi (2012), tentang perbedaan jarak pandang

pekerja canting batik pada beberapa waktu kerja di kampung batik

semarang diperoleh hasil bahwa intensitas penerangan yang tidak

memenuhi persyaratan yaitu 126.320 lux karena penerangan buatan

atau lampu yang dimanfaatkan pekerja canting batik dalam kondisi

kotor, berdebu dan redup.

4. Berdasarkan penelitian Purwanti, Poerwanto, dan Wahyuni (2013),

tentang analisa pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan mata

operator di ruang kontrol PT.XYZ bahwa ada hubungan antara faktor

iluminasi dan luminansi terhadap kelelahan mata. Namun, hubungan

antara korelasi tersebut sangat rendah, hal ini menunjukkan bahwa

faktor iluminasi dan luminansi bukan faktor yang dominan penyebab

kelelahan mata operator.

D. Jenis Pemeriksaan untuk Ketajaman Mata

Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan

pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan. Pemeriksaan tajam

penglihatan dilakukan dikamar yang tidak terlalu terang dengan kartu

senellen

Cara:

1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata

ditutup.

2. Pasien diminta untuk membaca huruf yang tertulis pada kartu,mulai

dari baris paling atas kebawah, dan tentukan baris terakhir yang masih

dapat dibaca seluruhnya dengan benar.

Page 9: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

3. Bila pasien tidak dapat membaca garis paling atas ( terbesar ) maka

dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 meter.

4. Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter,maka jarak

dapat dikurangi 1 meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien

1 meter .

5. Jika pasien tetap tidak bisa melihat , dilakukan uji lambaian tangan dari

jarak 1 meter.

6. Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji

denga arah sinar.

7. Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar,maka

dikatakan penglihatanya adalah 0 atau buta total.

Penjabaran dari cara memeriksa visus dengan beberapa tahapannya:

1. Menggunakan 'chart' yaitu membaca 'chart' dari jarak yang ditentukan,

biasanya 5 atau 6 meter. Digunakan jarak sepanjang itu karena pada

jarak tersebut mata normal akan relaksasi dan tidak berakomodasi.

Kartu yang digunakan ada beberapa macam :

a. Snellen chart

Snellen chart yaitu kartu bertuliskan beberapa huruf dengan ukuran

yang berbeda dan untuk pasien yang bisa membaca.

Gambar 1. Snellen chart

Page 10: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

b. E chart

E chart yaitu kartu yang bertuliskan huruf E semua, tapi arah

kakinya berbeda-beda.

Gambar 2. E chart

c. Cincin Landolt

Cincin Landolt yaitu kartu dengan tulisan berbentuk huruf 'c',

tapi dengan arah cincin yang berbeda-beda.

Gambar 3. Cincin Landolt

2. Cara memeriksa :

a. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan

posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien. Bila jarak 5

meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata normal

dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada

Page 11: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6.

Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).

b. Pastikan cahaya harus cukup

c. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus

ditutup dan pasien diminta membaca kartu.

d. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :

1) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5

atau 6/6, maka tidak usah membaca pada baris berikutnya =>

visus normal

2) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di

atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut

3) Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya

terletak pada baris tersebut dengan false 1.

4) Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada

baris tersebut dengan false 2.

5) Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf

yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris

yang tidak dapat dibaca.

6) Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat

pada baris di atasnya

7) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan

menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik pada

penglihatan pasien)

a) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan

refraksi

b) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti

merupakan kelainan refraksi

Contoh membaca snellen chart:

1) Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki =

normalnya 20/20. Misal, pasien dapat membaca semua huruf

pada baris ke 8. Berarti visusnya normal

Page 12: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

2) Bila hanya membaca huruf E, D, F, C pada baris ke 6 =>

visusnya 20/30 dengan false 2. Artinya, orang normal dapat

membaca pada jarak 30 kaki sedangkan pasien hanya dapat

membacanya pada jarak 20 kaki.

3) Bila pasien membaca huruf Z, P pada baris ke 6 => visusnya

20/40

4) Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek baris ke 5

dengan ketentuan seperti di atas.

5) Cara pemeriksaan berlaku untuk E chart dan cincin Landolt.

3. Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan penghitungan jari.

a. Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di depan Snellen

Chart => 5 atau 6 m.

b. Dapat menghitung jari pada jarak 6 m => visusnya 6/60

c. Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, mka maju 1 m

dan lakukan penghitungan jari. Bila pasien dapat membaca,

visusnya 5/60.

d. Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari 5 m, di

majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di depan pasien.

4. Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak tertentu, maka dilakukan

pemeriksaan penglihatan dengan lambaian tangan.

a. Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien. Dapat

berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah. Bila pasien

dapat menyebutkan arah lambaian, berarti visusnya 1/300

5. Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran,

dapat menggunakan 'pen light' Bila dapat melihat sinar, berarti

visusnya 1/~. Tentukan arah proyeksi :

a. Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang

datang,berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi baik

Page 13: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

b. Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk

mengetahui apakah tangkapan retina masih bagus pada 4

sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior.

c. Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang,

berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.

d. Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0

Page 14: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

Daftar Pustaka

A.M. Sugeng Budiono. 2003. Hiperkes dan KK. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Depkes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1204/Menkes/SK/X/2004, tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta. Pusdiklat Kesehatan Depkes

dan Kessos RI.

Guyton. 2004. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Dasar Penyakit. ed.3.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ilyas Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.

Panduan Skill's Lab Blok 3.6 FKUA http://www.mediafire.com/ diakses

tanggal 3 November 2015.

Pearce, evelyn. 2008. Anatomi Fisiologi untuk para Medis. Jakarata :PT.

Gramedia.

Pelatihan Pemeriksaan Tajam Penglihatan Pada Siswa Kelas 5 SD

Gedongan I, Colomadu, Karanganyar. Warta. No.1/Vol.10/Maret

2007:19-24.

Poerwanto, Purwanti, Wahyuni. 2013. “Analisa Pengaruh Pencahayaan

Terhadap Kelelahan Mata Operator Di Ruang Kontrol Pt. XYZ”. e-

Jurnal Teknik Industri FT USU. III. Nomor 4 : 43-48

Prayoga, Hermawan Adi. 2014. “Hubungan antara Intensitas Pencahayaan

dan Kelainan Refraksi Mata dengan Kelelahan Mata pada Tenaga

Para Medis di Bagian Rawat Inap Rsud Dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri”. Unnes Journal of Public Health. III Nomor 4

81-87

Saifudin. 2006. Anatomi fisiologi. Jakarta : ECG.

Septi, Nova. 2012. “Perbedaan Jarak Pandang Pekerja Canting Batik pada

Beberapa Waktu Kerja di Kampung Batik Semarang” Jurnal Kesehatan

Masyarakat. I. Nomor : 2 816-827.

Suma’mur P.K. 1996. Hygiene Perusahaan & Keselamatan Kerja. Jakarta:

Gunung Agung.

Page 15: Ketajaman Penglihatan Higiene Industri

Widiowati, Evi. 2009. “Pengaruh Intensitas Pencahayaan Lokal”. Jurnal

Kesehatan Masyarakat. V. Nomor : I 64-69.