Kesiapan umkm dalam menghadapi afta 2015
-
Upload
wulan-agusti -
Category
Business
-
view
1.040 -
download
1
description
Transcript of Kesiapan umkm dalam menghadapi afta 2015
Usaha kecil dan menengah (UMKM) adalah kegiatan usaha yang mampu mengurangi
pengangguran karena dapat memperluas lapangan kerja dan dapat berperan dalam proses
pemerataan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. UMKM merupakan soko guru perekonomian di Indonesia. Karasteristik utama
UMKM adalah kemampuan mengembangkan proses bisnis yang fleksibel dengan biaya yang
relatif rendah. UMKM menjadikan perekonomian Indonesia tidak terlalu terkena dampak negatif
akibat terjadi krisis global yang di rasakan sebagian besar Negara di belahan dunia karena
kegiatan operasional UMKM tidak menanggung beban besar akibat krisis tersebut.
Pada tahun 2011, terjadi perkembangan terhadap jumlah UMKM di Indonesia. Jumlah
UMKM diprediksi telah mencapai 55.206.444 unit, yaitu terdiri dari Usaha Mikro sebanyak
54.559.969 unit, Usaha Kecil sebanyak 602.195 unit dan Usaha Menengah 44.280 unit. Jumlah
UMKM ini meningkat sebesar 2,02 persen dari 53.823.732 unit pada tahun 2011. Selain itu
diprediksikan jumlah penyerapan tenaga kerja UMKM sebanyak 101.722.458 orang atau
meningkat 3,55 persen dari jumlah tenaga kerja pada tahun 2010 yaitu sebesar 99.401.775 orang.
Selama tahun 2006 – 2010 diprediksi telah terjadi peningkatan konstribusi UMKM terhadap
PDB Nasional. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan konstribusi UMKM terhadap PDB atas
dasar harga berlaku sebesar 94,37% dan atas dasar harga konstan mencapai 23,85%
dibandingkan tahun 2006. (Rakyat Merdeka online. 2011)
Meskipun UMKM memiliki prestasi yang gemilang dan mendapat banyak pujian, tetap
saja banyak kendala dan tantangan yang dihadapi oleh UMKM dalam hal permodalan, pasar dan
kemampuan manjerial. Seperti dipaparkan dalam penelitian yang dilakukan oleh pusat konsultasi
pengusaha kecil fakultas ekonomi UGM (TH 1994/1995), 37,5% masalah ditemui belum
dimilikinya sistem akuntansi yang baik karena belum ada pemisahan kekayaan antara kekayaan
pribadi dan perusahaan, 25% masalah permodalan karena pihak UMKM belum mengerti cara
pembuatan proposal permohonan kredit yang layak dan 8,3% masalah penyusunan perencanaan
bisnis.
Masih perlu banyak hal untuk membenahi UMKM di Indonesia perlu konstribusi semua
pihak terutama pemerintah baik pemerintah daerah, dunia usaha (BUMN dan perusahaan besar
lainnya), dunia pendidikan juga masyarakat sekitar untuk memberikan perhatian bagi
pengembangan dan peningkatan UMKM. Hal ini diperlukan agar UMKM dapat mandiri,
produktif dan memiliki daya saing tinggi, terutama dalam menghadapi persaingan akibat
globalisasi, karena seperti berita yang hangat dibicarakan pada tahun 2015 indonesia akan
menghadapi AFTA (ASEAN FreeTrade Area) yang membuat para pemilik UMKM mau tidak
mau harus memiliki kemampuan yang lebih untuk dapat bertahan karena persaingan akan
semakin ketat.
AFTA adalah wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional
ASEAN, dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar
regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992.
Pembukaan persaingan asean ini adalah tantangan baru yang harus dihadapi oleh pemilik
UMKM. Para pemilik UMKM harus memiliki kemampuan untuk dapat bertahan dan menjadikan
AFTA ini sebagai peluang untuk menciptakan pasar yang lebih luas. Kebanyakan masalah yang
dihadapi oleh pemilik UMKM adalah kurangnya modal atau kesulitan mendapatkan modal
dalam menjalankan usahanya, karena untuk mendapatkan pinjaman para pemilik UMKM harus
melakukan pembukuan atas usahanya dan membuat proposal usaha untuk mengajukan kredit
pada bank sedangkan sebagian besar pemilik UMKM adalah lulusan SMA menengah kebawah
yang kebanyakan diantaranya sama sekali tidak memiliki kemampuan dan wawasan dalam hal
administatif seperti itu.
Selain itu masalah pemasaran dan teknologi juga salah satu kendala yang dihadapi oleh
pemilik UMKM. Kurangnya pengetahuan dalam memasarkan dan kurangnya kemampuan dalam
hal teknologi membuat usaha UMKM ini konstan, tidak berkembang menjadi lebih baik lagi
sehingga lama kelamaan usaha tersebut akan mati karena sudah tidak dapat bersaing lagi.
Setelah pemaparan masalah diatas maka diperlukan langkah konkrit untuk mengatasinya,
mengingat konstribusi UMKM terhadap perekenomian di Indonesia sangat luar biasa. Perlu
diadakan pelatihan dari pemerintah dan para akedemisi di dunia pendidikan untuk para pemilik
UMKM agar mereka memiliki kemampuan dalam menyelesaikan persoalannya.
Pertama, Perlu diadakan pelatihan cara pembukuan yang baik dan pembuatan proposal
pengajuan kredit yang benar untuk para pemilik UMKM agar mereka dapat lebih mudah
mendapat pinjaman dan mengetahui laba operasi dari hasil usahanya, selain itu mereka juga
harus merasa bahwa pencatatan akuntansi itu penting tidak hanya membuang-buang waktunya
saja maupun hanya untuk formalitas melainkan untuk mengetahui laba, perubahan modal,
pemasukan-pengeluaran kas dan untuk tinjauan dalam pengambilan keputusan yang tepat.
Kedua, perlu diadakan pelatiahan dalam hal penggunaan teknologi dan pemasaran yang
baik. Seperti yang diketahui rendahnya tingkat pendidikan pemilik UMKM membuat mereka
kurang ahli dalam hal pemasaran dan penggunaan teknologi, maka pemerintah perlu
mengadakan sosialisasi dan membantu mereka memberikan solusi dalam hal pemasaran yang
baik juga memberikan ilmu penggunaan teknologi yang baik sehingga mereka mampu bertahan
dalam perubahan yang terjadi.
Ketiga, perlu adanya tindak lanjut dari pelatihan yaitu pendampingan yang memfokuskan
pada perbaikan kelembagaan dan manejerial yang dilakukan secara intensif dan berkelanjutan,
dengan aktif melibatkan konsultan UMKM yang professional. Konsultan-konsultan tersebut
bertugas memberikan nasehat, khususnya yang berhubungan dengan kegiatan operasional
UMKM sehari-hari.
Keempat, perlu dibentuk sebuah lembaga yang mampu memberikan solusi atas kendala
yang banyak dihadapi oleh UMKM selama ini, yaitu dalam hal permodalan dan manajemen.
Lembaga ini menjadi penghubung antara departemen, pemerintah baik daerah maupun pusat,
BUMN, perguruan tinggi, dan LSM untuk menyusun dan mengimplementasikan program
pemberdayaan UMKM.