Kesepakatan Ujian Prak Resep 11-12

3
KESEPAKATAN UJIAN PRAKTIK RESEP 2012 BANDUNG, 26 JANUARI 2012 1. Bahan praktik yang digunakan hanya bahan yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi IV, FI III, EFI atau yang masih beredar di perdagangan dan lazim digunakan. 2. Jumlah penimbangan bahan maksimum 20x untuk 4 resep. Penimbangan untuk 1 resep berkisar 4 sampai 6 penimbangan 3. Tidak ada penimbangan minyak atsiri. Minyak atsiri hanya diteteskan 4. Resep standar hanya dari buku Formularium Nasional dan Informasi Spesialit Obat (ISO) terbitan 3 tahun terakhir (2009, 2010 atau 2011). Resep standar maksimal 2 dalam 4 resep yang diujikan. 5. Sumber literatur untuk dosis maksimum secara resmi dari Farmakope Indonesia III. (DM yang ada di FI III wajib dihitung, di luar FI III boleh dihitung boleh tidak tanpa mempengaruhi penilaian) 6. Perhitungan DM maksimum 4 x untuk 4 resep. Perhitungan kadar dianggap setara dengan perhitungan DM (bisa jadi pengurang perhitungan DM) 7. Perhitungan DM searah = 1x perhitungan DM, maksimal 1x perhitungan DM searah untuk 4 resep 8. Pengenceran 1 macam serbuk dihitung sebagai 3x penimbangan 9. Pengenceran maksimum 2x untuk 4 resep 10.Sediaan dan perhitungan yang tidak diujikan : a. Pengenceran bertingkat b. Tonisitas c. Pulvis peroral tidak terbagi d. Pulvis steril obat luar e. Kapsul berisi cairan f. Obat tetes minum ber-DM g. Suppositoria/ovula/bacilla h. Granula/pilulae/boli i. Tablet hisap/pastiles j. Oculenta k. Obat mata l. Salep gliserol m. Potio effervescens/saturasi

description

farmasi

Transcript of Kesepakatan Ujian Prak Resep 11-12

Page 1: Kesepakatan Ujian Prak Resep 11-12

KESEPAKATAN UJIAN PRAKTIK RESEP 2012

BANDUNG, 26 JANUARI 2012

1. Bahan praktik yang digunakan hanya bahan yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi IV, FI III, EFI atau yang masih beredar di perdagangan dan lazim digunakan.

2. Jumlah penimbangan bahan maksimum 20x untuk 4 resep. Penimbangan untuk 1 resep berkisar 4 sampai 6 penimbangan

3. Tidak ada penimbangan minyak atsiri. Minyak atsiri hanya diteteskan4. Resep standar hanya dari buku Formularium Nasional dan Informasi Spesialit Obat

(ISO) terbitan 3 tahun terakhir (2009, 2010 atau 2011). Resep standar maksimal 2 dalam 4 resep yang diujikan.

5. Sumber literatur untuk dosis maksimum secara resmi dari Farmakope Indonesia III. (DM yang ada di FI III wajib dihitung, di luar FI III boleh dihitung boleh tidak tanpa mempengaruhi penilaian)

6. Perhitungan DM maksimum 4 x untuk 4 resep. Perhitungan kadar dianggap setara dengan perhitungan DM (bisa jadi pengurang perhitungan DM)

7. Perhitungan DM searah = 1x perhitungan DM, maksimal 1x perhitungan DM searah untuk 4 resep

8. Pengenceran 1 macam serbuk dihitung sebagai 3x penimbangan9. Pengenceran maksimum 2x untuk 4 resep10. Sediaan dan perhitungan yang tidak diujikan :

a. Pengenceran bertingkatb. Tonisitas c. Pulvis peroral tidak terbagid. Pulvis steril obat luare. Kapsul berisi cairanf. Obat tetes minum ber-DMg. Suppositoria/ovula/bacillah. Granula/pilulae/bolii. Tablet hisap/pastilesj. Oculentak. Obat matal. Salep gliserolm. Potio effervescens/saturasin. Sediaan yang sudah dicabut dari peredaran, contoh : OBP, mercurochrome,

boorwater, pelidoll, chrisarobin, protargol, dan Colargol. o. Balsam peru p. Clysma/enema

11. Batas pengenceran disesuaikan dengan kepekaan timbangan masing-masing, boleh50 mg atau 30 mg…… kondisional (sesuai dengan yang diajarkan di sekolah)

12. Jumlah bungkus/kapsul per resep maksimum X bungkus/capsul13. Berat atau volume per botol maksimum sampai dengan 100 mL atau gram, pulvis

adsp maksimum 25 g14. Berat salep maksimum 20 g15. PGS atau NaCMC boleh digunakan sebagai suspending agent.

Page 2: Kesepakatan Ujian Prak Resep 11-12

16. Soal Resep yang di luar kesepakatan, boleh diganti atau disesuaikan dengan kondisi. (pendamping koordinator pengawas wajib berkoordinasi dengan Koordinator Pengawas)

17. Untuk salinan resep harus ditandatangani oleh penguji.18. Ukuran waktu 180 menit adalah untuk kumulatif 4 resep19. Jika terjadi kesalahan fatal, dengan kriteria fatal sesuai dengan yang ada di format

penilaian dari BSNP, maka diberikan nilai 0 (nol) di subkomponen yang bersangkutan dan Nilai Praktik (NP) diberikan nilai 3,0. Jika bukan kesalahan fatal maka diberikan nilai 5-6,9

20. Untuk menghindari kesalahan fatal, penguji berhak untuk memberikan peringatan kepada siswa untuk memeriksa kembali jurnalnya terutama yang berkaitan dalam perhitungan dosis, pengambilan bahan, dan perhitungan DM.

21. Penilaian yang dicantumkan hanya nilai pada sub komponen, anak subkomponen tidak dicantumkan nilainya. Nilai subkomponen diperoleh dari nilai rata-rata dari nilai anaksubkomponen

22. Skor komponen diambil dari nilai rata-rata subkomponen.23. Jika dalam resep ada sediaan tablet/kapsul, maka jika memungkinkan sekolah

menyediakan tablet/kapsul sesuai dengan aslinya atau dalam bentuk loko yang mendekati sediaan aslinya. Selain itu dapat juga diantisipasi dengan mengambil bahan aktifnya.

24. Jika ada 1 Resep yang tidak dikerjakan sama sekali, maka siswa dinyatakan tidak lulus dan boleh mengikuti remedial. Remedial dilakukan satu kali (4 resep).

Jenis-jenis kesalahan fatal antara lain :1. Kesalahan pengambilan bahan berkhasiat, termasuk tidak memasukkan bahan

berkhasiat.2. Tidak dapat menyelesaikan resep cito/PIM dan sejenisnya, termasuk antidotum.3. Kesalahan menyalin formula/resep standar.4. Kesalahan dalam menghitung/mengukur :

a. Bahan berkhasiat golongan obat keras, narkotika dan psikotropika dengan penyimpangan > 30%.

b. Bahan pembantu dengan penyimpangan lebih dari 50%.5. Siswa mengerjakan resep dengan DM > 100% tanpa ACC dari penulis resep, atau

siswa mengerjakan resep tetapi salah menghitung DM (seharusnya > 100%, tetapi dihitung oleh siswa < 100%)