KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

download KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

of 12

Transcript of KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    1/12

    KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) DILINGKUNGAN

    KERJA FISIOTERAPI

    Akhmad Alfajri A, Marliana, Mira Yolanda, Nur Achrida, dan Rizky Wulandari Dari Magister Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi, Program Pasca Sarjana,

    Universtitas Udayana, Denpasar, Indonesia, 2014. 

    PENDAHULUAN

    Dewasa ini, kesehatan keselamatan kerja bagi karyawan baik di sektor industri, pelayanan, dan perkantoran merupakan kewajiban bagi perusahaan yang menyelenggarakan.

    Kewajiban tersebut telah diatur dalam undang  –  undang ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2013

    yang berbunyi pemberi kerja dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan

     perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun

    fisik tenaga kerja (DEPNAKER, 2014). Dalam hal kesehatan keselamatan kerja juga telah diatur

    secara internasional oleh Occupational Safety and Health Administration  (OSHA, 2014) yang

    merupakan agen federal dalam bidang kesehatan mengemukakan misinya untuk merancang dan

    menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dari pekerja dengan menegakan sesuai standar,

    memberikan pelatihan , penyuluhan, dan pendidikan; serta membangun kemitraan dan

    mendorong terus menerus peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja. Fisioterapi

    sebagaimana tenaga kerja lainnya dalam bidang kesehatan juga memiliki resiko dalam

     pekerjaannya, resiko bekerja dirumah sakit mememiliki beberapa faktor yakni antara lain ; faktor

     biologis, faktor kimia, faktor ergonomi, faktor fisik, dan faktor psikososial, (Khoiriah, 2012).

    Begitupun sama halnya para fisioterapis yang berkerja sebagai tenaga pendidik di perguruan

    tinggi, resiko kesehatan dan keselamatan kerja hampir mencakup semua lini di sector manapun

     baik fisioterapi yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan dan di bidang pendidikan.

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    2/12

    PEMBAHASAN

    1.  Resiko Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dilingkungan Kerja Fisioterapis.

    Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini sangat pesat

    keberadaannya, baik dari sisi jumlah dan penggunaan teknologi alat kedokteran yang beraneka

    ragam serta bidang pelayanan. Fisioterapi sebagai salah satu unit bidang pelayanan di rumah

    sakit yang memiliki fungsi serta peranan penting terhadap perkembangan rehabilitasi pasien.

    Bentuk pelayanan fisioterapis menurut Kepmenkes (2013) adalah pelayanan kesehatan yang

    ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan

    memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan

     penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis)

     pelatihan fungsi, komunikasi. Banyaknya bentuk pelayanan yang dilakukan oleh fisioterapis

    maka faktor resiko kerja yang dihadapi oleh pelaksana fisioterapis juga banyak.

    Faktor resiko yang terjadi seperti yang dijelaskan oleh Khoiriah (2013) pada pendahuluan

    diatas, fisioterapi akan beresiko di faktor biologis, ergonomi, fisik dan psikosial saja, untuk

    faktor resiko kimia sangat kecil kemungkinannya, karena bidang kerja fisioterapi tidak

    menyentuh di ranah tersebut. Berikut tabel yang menjelaskan faktor resiko yang potensial

     berdasarkan lokasi pekerjaan di Rumah Sakit menurut Kepmenkes (2007) :

    Tabel.1 Bahaya Potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di RumahSakit (KEPMENKES, 2007)

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    3/12

     

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    4/12

    a.  Faktor Resiko Biologis pada Fisioterapis.

    Fisioterapis dalam hal ini beresiko tekena penularan penyakit yang berada dilingkungan

    rumah sakit, seperti misalnya Infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang

    diakibatkan adanya interaksi antara pasien dengan petugas medis, pasien satu dengan pasien

    lainnya, atau pasien dengan orang yang menjenguk. Infeksi nosokomial bisa menyebar melalui

    udara saat berbicara, batuk, atau bersin dan kontak langsung. Penularan akan dengan cepat

    terjadi jika terjadi interaksi dalam jarak antara 60 cm sampai 1 meter. Fisioterapi yang

    memberikan pelayanan secara kontak langsung dengan tiap pasien, memiliki resiko terkena

     penularan penyakit lebih besar, apalagi penanganan pasien yang berada di ruang Intensive Care

    Unit (ICU) dan ruang isolasi. Fisioterapi melakukan terapi latihan yang terdiri dari  Passive,

     Active exercise (gambar.1), Chest   Physiotherapy (gambar.2), Mobilisasi bertahap seperti duduk,

     berdiri dan berjalan (gambar.3).

    Gambar.1. Terapi latihan  Passive   Range  of    Motion   Exercise  di

    Ruan ICU David. 2010

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    5/12

     

    Pencegahan adalah suatu upaya agar yang petugas fisioterapis tidak tertular infeksi

    nosokomial. Upaya pencegahan agar tidak tertular dari penyakit tersebut yakni :

    1)  Cuci tangan

    a)  Cuci Tangan Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan

     bahan terkontaminasi.

     b)  Cuci Tangan Segera setelah melepas sarung tangan.

    Gambar.2. Chest   Physiotherapy di Ruang ICU (Anonim. 2014)

    Gambar.3. Mobilisasi Bertahap (berjalan) di Ruang ICU (TTSH.

    2012) Bagian Kiri. Mobilisasi Bertahap (Postural Control) duduk.

    Bagian Kanan (Lisa. 2011).

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    6/12

    c)  Cuci Tangan Di antara sentuhan dengan pasien.

    2)  Menggunakan Sarung Tangan

    a)  Menggunakan Sarung Tangan Bila kontak dengan darah, cairan tubuh,

    sekresi, dan bahan yang terkontaminasi.

     b)  Menggunakan Sarung Tangan Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit

    terluka

    3)  Menggunakan Masker, Kaca Mata atau Masker Muka.

    a)  Menggunakan Masker, Kaca Mata atau Masker Muka. Mengantisipasi bila

    terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak

    dengan darah dan cairan tubuh.

    4)  Menggunakan Baju Pelindung.

    a) 

    Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh

     b)  Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak

    langsung dengan darah atau cairan tubuh

     b.  Faktor Resiko Ergonomi pada Fisioterapis.

    Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya

    ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peran tenaga

    kesahatan dibidang pelayanan, salah satunya adalah fisioterapis. Ergonomi, secara definisi

    merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka.

    Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan

    kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Menjadi fisioterapis

    selain penyesuian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh tiap individu petugas, seorang

    fisioterapis harus mengerti dan memiliki kemampuan menganalisa, membentuk serta

    menjalankan konsepnya. Maksudnya fisioterapis dalam pekerjaannya mampu menganalisa apa

    yang harus ia lakukan dengan kondisi pasien butuhkan, kondisi lingkungan untuk membantu

     proses tindakan fisioterapis, serta kondisi fisioterapis itu sendiri. Selain itu fisioterapis juga harus

    mampu membentuk suatu rancangan atau konsep tindakan ke pasien berdasarkan analisa

    sebelumnya, misalnya pasien dengan kondisi post stroke, pasien tersebut sudah mampu

    mengontrol badannya untuk berdiri tegak maka fisioterapis ingin mengembangkan tindakan

    terapinya untuk pasien agar dapat berdiri dan berjalan sendiri. Hal tersebut tidaklah mungkin

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    7/12

    langsung dilakukan oleh fisioterapis atas tanpa dasar, pastinya harus memiliki teknik-teknik yang

     baik bagi fisioterapis dan pasien, karena dengan teknik-teknik yang sudah di analisa dan di

    konsepkan maka timbul pencegahan resiko cidera kerja pada fisioterapis dan resiko jatuh pada

     pasien. Maka harus saling menguntungkan. Resiko cidera kerja pada fisioterapis akibat faktor

    ergonomi adalah karena kurangnya penanganan secara safety, sehingga menimbulkan cidera

     berupa, low back pain, cidera otot, dan resiko terbesar yakni pasien jatuh dan menimpah

    fisioterapisnya. Cidera tersebut adalah karena ketidak mampuan atau keteledoran dari fisioterapis

    untuk menentukan sikap tubuh yang baik, Sehingga merugikan dirinya sendiri. Misalnya untuk

    mengangkat pasien, memindahkan pasien dari kursi roda/kursi ke bed (gambar.4) maka

    fisioterapis harus mengetahui teknik yang tepat yang disesuaikan dengan kondisi tubuhnya,

     pasien serta lingkungan sekitar, sehingga fisioterapis terhindar dari kerugian kerja (cidera)

     pasienpun menjadi lebih aman.

    Gambar.4. Teknik Memindahkan posisi pasien dari berbaring ke duduk (atas), Teknik

    Memindahkan posisi pasien dari Kursi ke Bed (tengah) da teknik mendorong naik

     pasien diatas bed (bawah). (OSHA, 2007)

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    8/12

    Pencegahan atau solusi agar tidak mengalami kecelakaan kerja berupa cidera akibat

    faktor ergonomi terhadap fisioterapis sebagai tenaga kesehatan yakni :

    1)  Pengetahuan tentang teknik manual handling ergonomic, maksudnya fisioterapis

    mampu mengetahui cara menjaga tubuhnya dalam kondisi yang aman dan nyaman

    saat melakukan tindakan terhadap pasien.

    2)  Saat akan melakukan tindakan terapi pada pasien, jelaskan terlebih dahulu

    rencana yang akan fisioterapis lakukan. Hal tersebut berguna agar adanya

    feedback dari pasien untuk berkerjasama sehingga mengurangi resiko yang tidak

    diinginkan.

    3)  Gunakan alat bantu, maksudnya penggunaan alat bantu disini bisa berupa alat dan

     patner, alat yang dapat membantu misalnya belt (gambar.5) untuk pasien agar

     pegangan terapis menjadi lebih nyaman. Lumbar corset (gambar.5) untuk

    membantu postur terapis dalam kondisi yang aman sehingga tidak berakibat

    terkena LBP (low back pain). Selanjutnya adalah patner, hal ini dilakukan apabila

    kemungkinan kondisi anda tidak mampu menangani pasien tersebut secara

    sendiri, maka ajaklah patner atau rekan fisioterapis anda.

    c. 

    Faktor Resiko Fisik pada Fisioterapis

    Faktor resiko atau bahaya potensial fisik pada petugas fisioterapis disini adalah radiasi

    dan panas. pada fisioterapi resiko radiasi yang didapatkan karena alat-alat yang digunakan

    menggunakan gelombang elegtromagnetik (gambar.6), secara definisi radiasi gelombang

    elegtromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasidan

    Gambar.5. (kiri) lumbar  corset   support  dan (kanan) handling  belt   for   patient .

    http://id.wikipedia.org/wiki/Medan_listrikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Medan_magnethttp://id.wikipedia.org/wiki/Osilasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Osilasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Medan_magnethttp://id.wikipedia.org/wiki/Medan_listrik

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    9/12

    merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Alat yang

    sering digunakan fisioterapi sebagai media pengobatan yakni : Shortwave Diathermy  (SWD) ,

     Microwave Diathermy (MWD), dan Ultrasound  (US). 

    Shortwave  Diathermy  (SWD) (gambar.6) merupakan merupakan gelombang pendek

    dengan frekuensi radio yang ultra tinggi. Gelombangnya sepanjang 3-30 m, frekuensi 10-100

    megacycle/ detik, dengan dalam penetrasi 1-2 cm kedalam jaringan. manfaat SWD antara lain :

    Memperlancar peredaran darah dalam local, Menurunkan spasme otot, Membantu meningkatkan

    kelenturan jaringan lunak, Mempercepat penyembuhan Inflamasi jaringan. Namun terdapat

    indikasi dan kontraindikasi untuk penggunaan SWD, Indikasinya yakni : Kondisi peradangan

    dan kondisi sehabis trauma,tahap akut,subakut, dan kronik, Trauma pada system

    musculoskeletal, Kondisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan lunak. Dan

    kontraindikasinya yakni : Adanya perdarahan atau kecenderungan perdarahan, pasien penderita

    Gambar.6. Penggunaan SWD pada Pasien (gambar atas) dan Penggunaan US pada

    Pasien (gambar bawah).

    http://id.wikipedia.org/wiki/Energihttp://id.wikipedia.org/wiki/Energi

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    10/12

    CA dan pengguna Peacemaker (alat pacu jantung), Adanya logam didalam tubuh atau menempel

     pada kulit (Penggunaan Plat, Screw pasca operasi ortophedi), Gangguan sensorik pada kulit dan

    yang wanita mengandung khusus daerah pelvic.

    Sedangkan  Microwave Diathermy  (MWD) merupakan konversi energi radiasi

    elektromagnetik (gelombang radar) menjadi panas. Untuk pemakaian klinik, frekuensinya 2.456

    dan 915 MHz. Penetrasi berbeda antara 2.456 MHz (kurang dari SWD) dengan frekuensi 915

    MHz (lebih dari SWD). Untuk manfaat serta indikasi dan kontraindikasinya hampir sama dengan

    SWD.

    Ultrasound  (US) merupakan konversi energi suara frekuensi tinggi (Vibrasi mekanik 0,7

     –   1 megacycle perdetik) panas dengan penetrasi dalam (3-5 cm). Manfaatnya yakni : Untuk

    mengurangi ketegangan otot Untuk mengurangi rasa nyeri, Untuk memacu proses penyembuhan

     pada soft  tissue. Sedangkan indikasinya yakni : Kondisi peradangan sub akut dan kronik Kondisi

    traumatic sub akut dan kronik Adanya jaringan parut pada kulit sehabis luka operasi / luka bakar

    Kondisi ketegangan,pemendekan,dan perlengketan jaringan lunak (otot,tendon, dan ligament )

    Kondisi inflamasi kronik. Untuk kontraindikasinya adalah Jaringan lembut seperti mata,

    ovarium, testis, otak, Jaringan yang baru sembuh, jaringan/ granulasi baru Kehamilan,khusus

     pada daerah uterus Pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat ( tidak mencukupi ) dan

    Tanda-tanda keganasan Infeksi bakteri.

    Resiko pada pengguanaan alat-alat tersebut berpotensi terjadinya radiasi yang

    mengakibatkan gangguan secara fisiologis pada jaringan tubuh manusia, namun dampak tersebut

    dapat di hindari dan dicegah apabila fisioterapis mengetahui indikasi dan kontraindikasi serta

    dosis terapi dari alat terapi yang menggunakan gelombang elegtromagnetik.

    d.  Faktor Resiko Psikososial pada Fisioterapis

    Faktor Resiko Psikososial pada pekerja dibidang pelayanan terutama fisioterapis,

    sepertinya hampir sama dengan tenaga kesehatan lainnya, karena pressure kerja yang tinggi,

    tuntutan pelayanan dari pasien, kerja sift, rutinitas yang hampir sama tiap harinya, serta

     bayangan resiko tertular penyakit dari pasien. Hal tersebut yang menjadi kebanyakan resiko

    gangguan psikososial pada fisioterapis. Solusi untuk mengurangi dampak psikososial tersebut

    maka diperlukan keterlibatan perusahaan untuk memberikan suatu kebijakan misalnya :

    memberikan Gaji yang sesuai dengan pekerjaan, Reward terhadap pekerja yang berprestasi,

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    11/12

    mengikutkan pekerja dalam acara atau kegiatan seperti seminar, dan workshop, alat perlindungan

    diri saat bekerja, ansuransi serta menjamin layanan kesehatan bagi pekerja tersebut, dan lain-lain.

    Hal demikian bila diterapkan pada perusahaan maka dampak psikososial pada pekerja akan

     berkurang bahkan terhindar.

    KESIMPULAN

    Beberapa faktor kesehatan keselamatan kerja (K3) seperti faktor Fisik, Ergonomi,

    Psikososial, dan faktor Biologis merupakan hal yang sering terjadi dilingkungan kerja

    fisioterapis, dan menjadi sebuah gambaran bagi semua pihak yang membutuhkan, sehingga

    tercipta keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja.

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Anonim. 2014. Chest Physiotherapy and Cardiopulmonary. Physiotherapy Department of

    Queen Elizabeth Hospital. Hongkong Diakses pada 05 Juni 2014.http://www3.ha.org.hk/qeh/department/phys/scope.htm#Chest_physiotherapy_&_cardiop

    ulmonary_care:_

    2.  David, TW Yu. 2010. Early Rehabilitation in Intensive Care Unit . Queen Elizabeth

    Hospital. Hongkong. Diakses pada 05 Juni 2014.

    http://www.hkresp.com/index.php/useful-resources/128-critical-care/666-2010-may-

    early-rehabilitation-in-intensive-care-unit

    3.  Departemen Ketenagakerjaan. 2014. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13

    Tahun 2013. Hukum Online. Diakses pada 02 Juni 2014.http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl51927/parent/13146

    4.  Kementrian Kesehatan. 2007. Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 432 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Departemen Kesehatan.

    Jakarta. Diakses 03 Juni 2014. http://www.depkes.go.id

    5.  Kementrian Kesehatan. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor80 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan praktik Fisioterapis.

    Departemen Kesehatan. Jakarta. Diakses Pada 03 Juni 2014.

    http://ifi.or.id/upload/file/PERMENKES_No.80_Tahun_2

    6.  Khoiriah, Irma Nur. 2012. Administrasi Rumah Sakit :Kesehatan dan Keselamatan Kerja

     Laboratorium Rumah Sakit . Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga.

    Surabaya

    http://www3.ha.org.hk/qeh/department/phys/scope.htm#Chest_physiotherapy_&_cardiopulmonary_care:_http://www3.ha.org.hk/qeh/department/phys/scope.htm#Chest_physiotherapy_&_cardiopulmonary_care:_http://www.hkresp.com/index.php/useful-resources/128-critical-care/666-2010-may-early-rehabilitation-in-intensive-care-unithttp://www.hkresp.com/index.php/useful-resources/128-critical-care/666-2010-may-early-rehabilitation-in-intensive-care-unithttp://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl51927/parent/13146http://www.depkes.go.id/http://ifi.or.id/upload/file/PERMENKES_No.80_Tahun_2013.pdfhttp://ifi.or.id/upload/file/PERMENKES_No.80_Tahun_2013.pdfhttp://www.depkes.go.id/http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl51927/parent/13146http://www.hkresp.com/index.php/useful-resources/128-critical-care/666-2010-may-early-rehabilitation-in-intensive-care-unithttp://www.hkresp.com/index.php/useful-resources/128-critical-care/666-2010-may-early-rehabilitation-in-intensive-care-unithttp://www3.ha.org.hk/qeh/department/phys/scope.htm#Chest_physiotherapy_&_cardiopulmonary_care:_http://www3.ha.org.hk/qeh/department/phys/scope.htm#Chest_physiotherapy_&_cardiopulmonary_care:_

  • 8/17/2019 KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA_DAN_FISIOTERAPI.pdf

    12/12

    7.  Lisa. 2011. Early Mobilization “How one multidisciplinary team initiated an activity

     protocol to decrease ICU lengths of stay”. Advance Health Care Network. Diakses pada

    05 Juni 2014. http://physical-therapy.advanceweb.com/Archives/Article-Archives/Early-Mobilization.aspx

    8. 

    Occupational Safety and Health Administration. 2007. Guidelines for Nursing Homes –   Ergonomic for the prevention of Musculoskeletal Problem. Department of Labor. UnitedState of America. Diakses pada 01 Juni 2014.

    http://www.osha.gov/ergonomics/guidelines/nursinghome/index.html

    9.  Occupational Safety and Health Administration.2014. About Mission Occupational Safety

    and Health Administration. Department of Labor. United State of America. Diakses pada

    01 Juni 2014. https://www.osha.gov/about.html

    10. Tan Tock Seng Hospital. 2012. Result of Starting Physiotherapy Early “TTSH”

     Encouraging . Diakses pada 05 Juni 2014. http://www.ttsh.com.sg/about-

    us/newsroom/news/article.aspx?id=3850

    http://physical-therapy.advanceweb.com/Archives/Article-Archives/Early-Mobilization.aspxhttp://physical-therapy.advanceweb.com/Archives/Article-Archives/Early-Mobilization.aspxhttp://www.osha.gov/ergonomics/guidelines/nursinghome/index.htmlhttps://www.osha.gov/about.htmlhttp://www.ttsh.com.sg/about-us/newsroom/news/article.aspx?id=3850http://www.ttsh.com.sg/about-us/newsroom/news/article.aspx?id=3850http://www.ttsh.com.sg/about-us/newsroom/news/article.aspx?id=3850http://www.ttsh.com.sg/about-us/newsroom/news/article.aspx?id=3850https://www.osha.gov/about.htmlhttp://www.osha.gov/ergonomics/guidelines/nursinghome/index.htmlhttp://physical-therapy.advanceweb.com/Archives/Article-Archives/Early-Mobilization.aspxhttp://physical-therapy.advanceweb.com/Archives/Article-Archives/Early-Mobilization.aspx