KESALAHAN BAHASA.docx

download KESALAHAN BAHASA.docx

of 25

Transcript of KESALAHAN BAHASA.docx

Bahasa Jurnalistik Dalam Media MassaREP| 06 November 2012 | 10:31Dibaca:454Komentar:0NihilMAKALAHBAHASA JURNALISTIK DALAM MEDIA MASSA

Oleh :Achmad Nurul Huda(12.1.70405.0561)[email protected] BroadcastingAkademi Komunikasi Radya Binatama2012Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Swt karena-Nya karya tulis dengan judul Bahasa Jurrnalistik Dalam Media Massa telah dapat diselesaikan oleh penulis. Karya tulis ini dibuat oleh penulis untuk menyelesaikan tugas tengah semester pada mata kuliah bahasa Indonesia. Dalam pembuatan karya tulis ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah banyak membantu, ucapan terimakasih ditunjukan kepada :1.Allah SWT.2.Kedua orangtua penulis, dan Keluarga Penulis yang telah banyak membantu dalam penyelesaian pembuatankarya tulis, dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis,membantu mendanai pembuatan karya tulis yang penulis buat sampai dengan selesai. Semoga Allah swt senantiasa memberikan kebahagiaan kepada keluargaku tercinta, dan dimudahkan dalam segala urusan.3.Bapak Supardianto, selaku Dosen mata kuliah Dasar dasar Jurnalistik karena telah mengajarkan penulis cara-cara dalam pembuatan karya tulis yang baik dan benar, dan atas nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis dan teman-teman penulis.4.Teman teman sekelas dan semuanya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.Penulis juga menyadari bahwa tulisannya ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis meminta kritik dan saran yang dapat menjadi motivasi untuk lebih abaik.Penulis berharap semoga karya tulis dengan judul Bahasa Jurnalistik Dalam Media Massa dapat berguna bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca umum kedepannya.

Yogyakarta, 2 November 2012PenulisBAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang.Perkembangan dunia jurnalistik saat ini khususnya di Indonesia telah mencapaiceorgasme, yaitu puncak dari dunia jurnalistik Indonesia adalah ketika terbukanya kran kebebasan pers yang sebelumnya dibelenggu oleh kerangkeng kekuasaan.Namun, hal itu menjadi buah simalakama. Disatu sisi kebebasan tersebut bagaikan angin segar dalam padang pasir kekeringan, sehingga setiap orang kapanpun dan dimanapun bebas tanpa melalui saringan dapat mendirikan media dan mengelurakan pendapat dan aspirasi. Tapi disatu sisi kebebasana tersebut telah menghasilkan berbagai ekses dan akses negatife, Peningkatan kuantitas penerbitan pers yang tajam (booming), tidak disertai dengan pernyataan kualitas jurnalismenya. Sehingga banyak tudingan miring yang dialamatkan pada pers nasional. Ada juga media massa yang dituduh melakukan sensionalisme bahasa melalui pembuatan judul (headlines) yang bombasis, menampilkan vulgarisasi: dan erotisasi informasi seks.Hal inilah yang menjadi latar belakang analisis dari makalah ini, sejauh mana sebuah media memiliki kualitas jurnalistik, bagaimana penggunaan dan pemakaian bahasa jurnalistik dalam menampilkan berita-berita, serta apakah sebuah media masih memegang ketentuan-ketentuan dan kode etik jurnalistik dalam melaksanakan kegiatan persnya.B.Rumusan Masalah1.Apakah pengertian bahasa jurnalistik (media massa) sama bagi para ahlinya ?2.Karakteristik bahasa jurnalistik ?3.Bagaimanakah penggunaan kata, kalimat dan alinea dalam bahasajurnalistik (media massa) ?BAB IIPEMBAHASANA.PengertianBahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.Bahasa Jurnalistik hadir atau diperlukan oleh insan pers untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca (juga pendengar dan penonton).Rosihan Anwar: Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu : singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.S. Wojowasito: Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikiantuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik, tak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.JS Badudu: bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahasa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar.Asep Syamsul M. Romli: Bahasa Jurnalistik/Language of mass communication. Bahasa yang biasa digunakan wartawan untuk menulis berita di media massa. Sifatnya : (1) komunikatif, yakni langsung menjamah materi atau ke pokok persoalan (straight to the point), tidak berbunga-bunga, dan tanpa basa-basi. Serta (2) spesifik, yakni jelas atau mudah dipahami orang banyak, hemat kata, menghindarkan penggunaan kata mubazir dan kata jenuh, menaati kaidah-kaidah bahasa yang berlaku (Ejaan yang disempurnakan), dan kalimatnya singkat-singkat.Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005): Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa Indonesia, selain tiga lainnya ragam bahasa undang-undang, ragam bahasa ilmiah, dan ragam bahasa sastra.Dewabrata: Penampilan bahasa ragam jurnalistik yang baik bisa ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari atas sampai akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat sehari-hari; tidak menggunakan susunan yang kaku formal dan sulit dicerna. Susunan kalimat jurnalistik yang baik akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.Jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dan secepat-cepatnya (Sumadiria, 2005; 3)Bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok (Anwar, 1991; 1-2)B.Karakteristik Bahasa Jurnalistik.Secara spesifik, bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahsa jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, majalah jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik suart kabar, selain harus tunduk kepada kaidaja atau prinsip-prinsip umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri yang sangat khsusu dan spesifik. Hal ini yang memebdakan dirinya dari bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi, dan bahasa jurnalistik media on-line internet.Adapun ciri utama dari bahasa jurnalistik yang secara umum berlaku untuk semua media berkala yaitu (Sumadiria; 2005; 53-61)1.Sederhana.Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat hetrogen. baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalsitik.2.Singkat.Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroslan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-kolom halaman surat kabar, tabloid atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beraneka ragam. Konsekuensinya apa pun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi dan karakteristik pers.3.Padat.Padat dalam bahasa jurnalistik menurut Patmono SK, rekatur senior Sinar Harapan dalam bukunya Tehnik Jurnalistik (1996:45) berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis membuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalimat singkat tidak berarti memuat banyak informasi. Tetapi kalimat yang padat kecuali singkat juga mengandung lebih banyak informasi.4.Lugas.Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufisme atau pengahlusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga etrjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.5.Jelas.Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagi contoh, hitam adalah warna yang jelas, begitu juga dengan putih kecuali jika keduanya digabungkan maka akan menjadi abu-abu . perbedaan warna hitam dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas disini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah objek predikat keterangan (SPOK), dan jelas sasaran atau maksudnya.6.Jernih.Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memilki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan keculai fakta, kebenaran, kepentingan publik. Dalam perspektif orang-orang komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan pola pikir positif (psitive thinking) dan menolak pola pikir negatif (negative thinking). Hanya dengan pola pikir positif kita kan dapat melihat smua fenomena dan persoalan yang teradpat dalam masyarakat dan pemerintah dengan kepala dingin, hati jernih, dan dada lapang.7.Menarik.Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca. Memicu selera pembaca.Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip menarik, benar dan baku.8.Demokratis.Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana dijumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa.Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal, sehingga sama seklai tidak dikenal pendekatan feodal sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan keraton.9.Populis.Populis berarti setiap kata, istiulah atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab ditelinga, di mata, dan di benak pikirna khalayak pembaca, pendengar, dan pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Kebalikan populis adalah elitis. Bahasa elitis adalah bahasa yang hanya dimengerti dan dipahami segelintir kecil oarang saja, terutama mereka yang berpendidikan dan berkedudukan tinggi.10.Logis.Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat atau paragraf jurnalistik harusdapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense). Bahas jurnalisitk harus dapat diterima dan sekaligus mencerminkan nalar. Disini berlaku hukum logika11.Gramatikal.Gramatikal berarti kata, istilah, atau kaliamt apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahsa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan taat bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya. Bahasa baku adalah bahasa yang paling besar pengaruhnya dan paling tinggi wibawanya pada suatu bangsan dan kelompok masyarakat. .12.Mengindari kata tutur.Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Kata tutur ialah kata-kata yang menekankan pada pengertian, sama sekali tidak memeprhatikan masalah stuktur dan tata bahasa.13.Mengutamakan kalimat aktif.Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oelh kahalayak pembaca dari pada kalimat pasif. Bahasa jurnalistik harus jelas susunan katanya, dan kuat maknanya (clear dan strong). Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas tingakt pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan membingungkan tingkat pemahaman.14.Menghindari kata atau istilah teknis.Karena ditujukan untuk umu, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari pengguanan kata atau istilah-istilah teknis. Bagaimanapun, kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komuniats tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa, tidak boleh dibawa ke dalam relatias yang hetrogen. Kecuali tidak efektif, juga mengandung unsur pemerkosaan.Kalaupun tidak terhindarkan maka istilah teknis itu harus disertai penjelasan dan ditempatkan dalam tana kurung.Surat kabar lebih banyak memuat kata atau istilah teknis, mencerminkan surat kabar itu:kurang melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap wartawannya yang malas.Tidak memiliki editor bahasa.Tidak memiliki buku panduan peliputan dan penulisan berita serta laporan.Tidak memilki sikap profesional dalam mengelola penerbiatn pers yang berkualitas.15.Menghindari kata atau istilah asing.Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti atau makan setiap kata yang dibaca dan didengarnya.Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata. Asing, selian tidak informatif dan komunikatif, juga sangat membingungkan.Menurut teori komunikasi, khalayak media massa anonim dan heterogen. Tidak saling mengenal dan benar-benar majemuk, terdiri atas berbagai suku bangsa, latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, profesi dan tempat tinggal. Dalam perspektif teori jurnalistik, memasukan akat atau istilah pada berita yang kita tulis, kita diudarakan atau kita tayangkan, sama saja dengan sengaja menyebar banyak duri ditengah jalan. Kecuali menyiksa diri sendiri, juga mencelakakan orang lain.16.Tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.Pers, sebagai guru bangsa dengan fungsinya sebagai pendidik, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku, bahasa pers harus baku, benar, dan baik.17. Pilihan kata (diksi) yang tepatSetiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan.Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, kata-kata vulgar, kata-kata berisi sumpah serapah, kata-kata hujatan dan makian yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama, atau denagn rendah lainnya dengan maksud untuk membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.C.Analisis Problematika Penggunaan Bahasa JurnalistikAnalisis penggunaan bahasa jurnalistik (Contoh: Dari Berbagai Sumber)1.Media Indonesia Rubrik Editorial Edisi 7 Januari 2006.Yang pertama, pada editorial Media Indonesia edisi 7 Januari 2006 adalah dari segi judul.Pertama, pada edisi 7 Januari Media Indonesia menulis seperti ini: Jangan Bunuh Penumpang (kami). Dari segi judul sedikit ekstrim, kata bunuh adalah kata yang terlalu ekstrem untuk ditulis pada sebuah media yang notebenenya besar dan berpegang pada fungsi utama pers yaitu sebagai edukasi, kata bunuh merupakan kata yang mempunyai makna kejam dan sadis.Pada judul tersebut yang ditujukan padaJasa Penerbangan dan Pemerintahadalah provokasi seakan-akan kesalahan utama pada kecelakaan itu disebabkan oleh kedua pihak tersebut sehingga Media Indonesia menulis Jangan Bunuh Penumpang (Kami).Kedua, pada judul Jangan Bunuh Penumpang (Kami), ada tanda kurung siku pada kalimat Menurut Drs. AS Haris Sumadiria M.Si (Bahasa Jurnalisitik, 2006:237) fungsi utama tanda kurung siku adalah, (1) tanda kurung siku mengapit kata, huruf atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan dan kekurangan itu memang terdapat dalam naskah asli.(2) tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah dalam tanda kurung.Jelas, tanda kurung siku pada judul ediotorial khususnya pada kalimat Kami tidak masuk kriteria pemakaian tanda kurung siku. Kalaupun Media Indonesia menulis Jangan Bunuh Penumpang Kami, sungguh tidak mengurangi makna yang dimaksud dan justru lebih jelas apa yang dimaksud dan yang dituju oleh judul tersebut.Ketiga, kalimat tidak pantas untuk ditulis yaitu kalimatBerengsek!.Kalimat yang terletak pada paragraf empat ini sedikit membuat penulistersentak, lengkap kalimatnya seperti ini. Disisi lain, transportasi udara yang mestinya segalanya paling prima juga setali tiga uang. Berengsek! Padahal, sektor penerbangan pertumbuhan penumpangnya mencengangkan.KalimatBerengsek termasuk pada gaya bahasa pertentangan yaitu sarkasme. Sarkasme sendiri adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti (Poerwadarminta, 1976:875). Ciri utama bahasa sarkasme ialah selalu mengandung kepahitan dan celaan yang getir, menyakiti hati dan kurang enak didengar (Tarigan, 1985:92).Dalam bahasa sehari-hari saja, kata Berengsek mempunyai makna negatif bahkan, dalam acara-acara televisi asing, kataFuckyang berarti Berengsek sering disensor dengan bunyi..Teeeet. Ini menjadi sebuah ironi, Media Indonesia walaupun menggunakannya dalam bahasa tulis tapi makna yang dimaksud dan makan konotatifnya tidak sedikit pun bisa di kurangi yaitu kasar.Dalam persfektif bahasa jurnalistik, sarkasme berkembang dalam suatu masyarakat sebagai cerminan masyarakat itu sedang sakit. Sarkasme menujukan kaidah normatif pada budaya peradaban tinggi, dianggap tidak lagi efektif dalam menjawab berbagai persoalan sosial-ekonomi dan politik suatu bangsa. Orang tidak lagi memilih pola pikir logis etis tetapi lebih suka mengembangkan cara-cara sikap dan perilaku sadis dan anarkis. Bahasa jurnalistik terlarang menggunakan kata-kata kasar, menyakiti hati, tidak enak didengar, vulgar, sarat sumpah serapah, dan lebih jauh lagi mencerminkan pola perilaku orang, atau kelompok masyarakat yang tidak beradab. (Drs. AS Haris Sumadiria, 2006: 161).Bagaimanapun sekali lagi, media sebagai guru bangsa mempunyai tanggung jawab sosial moral terhadap muridnya untuk senantiasa memberikan sikap optimistis, walaupun telah disentuh diatas bahwa penggunaan bahasa sarkasem menujukan keadaan masyarakat yang sedang sakit, tetapi jika sebuah media tetap menggunakan bahasa sarkasme dan ironinya keadaan masyarakat sedang sakit, seperti mencari kesempatan dalam kesempitan dan bukannya menyeleseikan masalah bahkan airnya semkin keruh dan menciptakan masalah baru yaitu sikap pesimistis.Dari keseluruhan dari mulai judul, dapat diambil pendapat bahwa judul sudah termasuk kriteria karakteristik bahasa jurnalistik yaitu sederhana, singkat, padat, lugas, jelas dan menarik. Sedangkan dari segi isi secara keseluruhan editorial media indonesia sudah mencakup pada kriteria karakteristik bahasa jurnalistik, bahasanya yang ringan dan mudah dimengerti juga pembahsannya tidak terlalu bertele-tele tapito the pointbahkan sekaligus sedikit ekstrim.2. Media Indonesia Rubrik Editorial Edisi 8 Januari 2006.Seperti halnya analisis pada Editorial edisi 7 Januari 2006, pada editorial Media Indonesia edisi 8 Januari 2006 adalah dari segi judul yaituManis bagi Pejabat Racun untuk Rakyat.Pertama, Media Indonesia menulis judul pada Editorial edisi 8 Januari 2006 dengan: Manis bagi Pejabat Racun untuk Rakyat. Judul yang ditulis sungguh menarik, dan mempunyai nilai sastra yang cukup bagus terutama rima (bunyi akhir kalimat) yang sama, seperti kata penjabat mempunyai rima yang sama dengan rakyat yaitu atau. Ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama menjadikan judul ini memenuhi kriteria karakteristik bahasa jurnalistik yaitu menarik.Dari segi judul telah membuat pembaca tertarik untuk membaca selanjutnya, sebab dalam perspektif bahasa jurnalistik judul sangat menentukan langkah selanjutnya pada pembaca. Jika judul itu menarik dan membuat pembaca tertarik biasanya pembaca seperti didorong untuk membaca isinya secara utuh. Berbeda dengan judul yang monoton bahkan kering, membuat pembaca hanya numpang lewat dan numpang lihat saja dan beralih pada tulisan lain.Selanjutnya dari segi isi tulisan editorial ini, seperti halnya tulisan pada editorial yang lain, sifatnya to the point atau langsung pada yang dituju, selain itu juga bahasa yang digunakan mudah dicerna dan dimengerti oleh semua kalangan. Jadi bisa dikatakan bahasa yang dipakai telah memenuhi kriteria karakteristik bahasa jurnalistik; sederhana, singkat, padat, lugas, jelas dan menarik.3. Media Indonesia Rubrik Editorial Edisi 9 Januari 2006.Dari segi judul Media Indonesia menulis pada Editorial 9 Januari 2006 Parpol Terlalu Banyak.Judul yang ditulis sungguh sederhana, singkat, padat dan lugas. Judul tersebut cukup mewakili isi tulisan secara garis besar yaitu tentang semakin maraknya paratai politik menjelang pemilu.Namun ada kejanggalan dari segi sisi tulisan.Khususnya pada kalimat orde reformasi pada paragraf keempat, secara jelas isi tulisan seperti ini isinya:Karena kapok dengan otoritarianisme dan pengebirian aspirasi, era reformasi kembali menganut sistem mulitipartai. Dalam tulisan ini terdapat kejanggalan adalah kata reformasi tidak ditulis dengan diawali huruf besar, sebab ini berbeda dengan kata era Orde Baru pada paragraf ketiga, pada kata Orde Baru ditulis dengan dimulai huruf besar. Untuk lebih lengkap isi tulisannya seperti ini:Setelah Orde Baru tumbang, sistem tiga partai jebol.Politik Indonesia kembali menganut sistem multipartai sebagai reaksi atas keasadaran bahwa selama era Orde Baru terajdi penyumbatan aspirasinyaMenurut Drs. As Haris Sumadiria (Bahasa Jurnalistik, 2006:213) bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.Dari tinjauan teori tadi jelas bahwa pada isi tulisan editorial tersebut pada kata era reformasi huruf reformasi harus diawali dengan huruf kapital sebab kata era reformasi termasuk pada bagian unsur negara, seperti halnya kata era Orde Baru yang diawali dengan huruf kapital. Maka kalimat itu seharusnya menjadi era Reformasi.Selanjutnya, yang saya cermati pada paragraf ketiga belas, terdapat kalimat electoral threshold, lebih jelas susunan isi tulisannya yaitu:Jadi, kita sebaiknya mengarah ke sistem parti sederhana. Tidak didasarkan dekrit atau keppres, tetapi pada ketentuan mengenai electoral threshold. Dengan demikian jika ingin menyederhanakan partai, naikan saja electoral threshold dari sekarang 3% menjadi 4 % atau 5 % bahkan lebih.Termasuk dari kriteria karakteristik bahasa jurnalistik adalah menghindarkan kata atau istilah asing, pada isi tulisan editorial tersebut kata electoral threshold adalah kata dan istilah asing dan penggunaan kata dan istilah asing tersebut dipandang kurang efektif sebab sedikit tidak dimengerti baik artinya atau maknanya.Berita atau tulisan ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti atau makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata. Asing, selian tidak informatif dan komunikatif, juga sangat membingungkan.Menurut teori komunikasi, khalayak media massa anonim dan heterogen. Tidak saling mengenal dan benar-benar majemuk, terdiri atas berbagai suku bangsa, latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, profesi dan tempat tinggal. Dalam perspektif teori jurnalistik, memasukan akat atau istilah pada berita yang kita tulis, kita diudarakan atau kita tayangkan, sama saja dengan sengaja menyebar banyak duri ditengah jalan. Kecuali menyiksa diri sendiri, juga mencelakakan orang lain.Solusinya adalah kalaupun terpaksa menulis kata atau isitilah asing maka kata tersebut hendaklah diberi sedikit penjelasan dengan menyisipkan arti atau makna pada tanda kurung, tujuannya agar pikiran pembaca sampai dengan apa yang dimaksud serta menjembatani pada tulisan selanjutnya. Sebab jika pada suatu kalimat terdapat sesuatu yang tidak dimengerti oleh pembaca bisa jadi hal ini akan mengganggu pada proses pemahaman kalimat dan tulisan berikutnya, alih-alih pembaca biasanya malas meneruskan bacaannya. Secara garis besar tulisan ediorial ini menarik dan telah memenuhi kriteria karakteristik bahasa jurnalistik, selain hal-hal diatas.BAB IIIPENUTUPA.KesimpulanJika disimpulkan ada sedikit perbedaan cara penyajian bahasa jurnalistik pada media cetak dan media indonesia. Namun tidak menutup mata sebenarnya ada beberapa point tentang cara penyajian bahasa jurnalistik pada media cetak dan media elektronik yang sama diantaranya gaya ringan bahasa sederhana, gunakan prinsip ekonomi kata, gunakan ungkapan lebih pendek dan gunakan kata sederhana.Media massa merupakan suatu wadah bagi para jurnalis untuk menuangkansegala aspirasi dan informasi yang dapat diberikan para jurnalis kepadamasyarakat. Jurnalis mengembangkan penggunaan bahasa Indonesia ke dalambahasa jurnalistik.B.Daftar Pustaka.Murnia, Dad. 2007.Beberapa Kesalahan Bahasa Jurnalistik Pada Media di Indonesia. Bandung: Sinar HarapanSumadiria, AS Haris. 2006Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis penulis dan Jurnalis.Bandung: Simbiosa Rekatama Media.Sumadiria, AS Haris. 2006Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.www.media-indonesia.comHttp://ghembiel09.blogspot.com/2010/11/peranan-bahasa-indonesia-dalam.html( 2 Januari 2011 )http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_1682/title_perkembangan-bahasa- indonesia/ ( 2 Januari 2011 )http://pondokbahasa.wordpress.com/2008/08/07/pemanfaatan-bahasa-daerah-dalam-pengembangan-bahasa-indonesia-media-massa/( 2 Januari 2011 )http://www.romeltea.com/2009/09/03/pengertian-bahasa-jurnalistik( 2 Januari2011 )http://yudhim.blogspot.com/2009/02/contoh-karya-tulis-global-warming.html( 2Januari 2011 )http://morfologi.com/?Tag=pengertian-bahasa-indonesia( 2 Januari 2011 )http://KhilmiMauliddian.blogpot.com/bahasajurnalis.

http://media.kompasiana.com/buku/2012/11/06/bahasa-jurnalistik-dalam-media-massa-506917.html

PENTINGNYA PEMBENARAN BAHASA MEDIADisusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasarMenulis yang dibimbing oleh Ibu Rochima FirmadhonnaOLEH:EMY RIZTA KUSUMANIM:120211413395UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTASSASTRAJURUSANSASTRA INDONESIAPRODI S1-PEND.BAHASA, SASTRA INDONESIA & DAERAHKATA PENGANTARPuji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas matakuliah Dasar-dasar Menulis yang di bimbing oleh Ibu Rochima Firmadhonna berupa makalah yang berjudul Pentingnya Pembenaran Bahasa Media pada waktu yang ditentukan.Segala upaya penulis lakukan demi terselesaikannya makalah ini. Kami sebagai penulis menyadari adanya keterbatasan di dalam makalah yang kami buat. Kritik dan saran dari pembaca kami harapkan agar makalah-makalah yang kami buat nantinya akan lebih baik.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri sebagai penulis, serta bermanfaat juga bagi para pembaca, baik di dalam maupun di luar aktivitas akademik Universitas Negeri Malang.PenulisBAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangBahasa merupakansuatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. Termasuk bahasa yang ada pada media massa merupakan simbol yang digunakan oleh kelompok sosial sebagai alat besosialiasi.Media berperan sangat penting bagi kehidupan kita, untuk mendapatkan berita-berita penting dan berharga,tanpaharus berduyun-duyun ke tempat kejadian perkara. Hanya dengan membaca atau menyaksikan tayangan berita, masyarakat bisa dengan mudah mengikuti berbagaiinformasiyang terjadi di berbagai belahan dunia.Dengan demikian, fungsimediamassa adalah mengumpulkaninformasitentang kenyataan sebagai bahan berita, mengolah, dan menyunting bahan berita tersebut, untuk selanjutnya menyajikan sebagai berita, serta menjelaskan kenyataan yang terjadi saat itu.Penggunaan bahasa Indonesia yang baik merupakan unsur terpenting dalam penulisan media massa, baik itu media cetak ataupun media elektronik. Meskipun, dalam penerbitannya,terkadang media massa mengalamibanyakmasalah dalam penggunaan bahasa. Sehingga, menimbulkan banyak sekali penyimpangan bahasa di dalamnya. Oleh karena itu, dalam penulisan informasi pada media massa harus benar-benar diperhatikan, agar tidak menimbulkan masalah penyimpangan bahasa.B.Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut :1.Bagaimanakah bahasa media itu?2.Apa masalah yang terjadi jika ada penyimpangan bahasa dalam bahasa media?C.TujuanDari beberapa masalah di atas maka di peroleh tujuan dari penulisan makalah ini adalah :1.Mengenal ragam bahasa media.2.Masalah yang ditimbulkan karena kesalahan bahasa pada media.BAB IIISIRAGAM MEDIA BAHASADalam menyajikaninformasi,bahasayangjelas menjadimediapendukung utama untuk menyajikan fakta-fakta dan pesan-pesan pada media massa. Misalnya dalam surat kabar,bahasadigunakan sebagai alat untuk mengungkapkan dan mengartikulasikan berbagai peristiwa yang kemudian menjadi sebuah berita secara tertulis.Pada dasarnya,bahasamediatak berbeda jauh dengan ragambahasatulis lainnya. Dalam ragambahasatulis, orang yang berbahasa tidak berhadapan langsung dengan pihak lain yang diajak berbahasa. Jadi,bahasayang digunakan harus lebih terang dan jelas karena tujuannya tidak dapat disertai gerak isyarat, pandangan, anggukan, dan semacamnya sebagai tanda penegasan atau pemahaman terhadapinformasitertentu. Oleh karena itu, kalimat dalam ragambahasatulis, sifatnya harus lebih dicermat.Dalam penulisan bahasamediaharus disesuaikan dengan dua syarat utama, yaitu bahasanya harus terpelihara. Penggunaanbahasayang terpelihara dengan baik, menjadi sebuah daya tarik bagi sebuahmedia. Ia akan dibaca dan dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat. Subjek, predikat, objek, keterangan, atau hubungan di antara fungsi-fungsi itu harus jelas dan nyata. Penggunaanbahasamediayang terpelihara, jujur, jelas, dan santun akan ikut menentukan kredibilitasmediayang bersangkutan dalam meraih simpati masyarakat. Ini artinya, kaidah-kaidah kebahasaan, seperti penggunaanejaan, istilah, tanda baca, dan semacamnya harus diperhatikan dan ditaati sepenuhnya.Selain itu,bahasamediajuga harus lebih mudah dipahami atau dimengerti. Karena tugasnya membawa informasi dan nilai-nilaimoralkepada publik,jadibahasadalammediaharus mudah dipahami. Apa yang disampaikan dalam sebuahmediajangan sampai menimbulkan pemikiran ganda yang dapat membangun opini yang salah atau opini yang negatif.Penggunaanbahasamediaseringkali menimbulkan persoalan dilematis. Pada satu sisi, dapat digunakan untuk menyampaikan maksud dan menjelaskaninformasi, sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca. Namun pada sisi lain, penggunaanbahasamediaseringkali tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jelas, dan jujur karena jika harus mengikuti kaidah-kaidahbahasayang baik dan benar, mereka menganggap daya pikat masyarakat cenderung menurun pada media massa dan nilai jualnya pun sangat rendah. Sehingga, sering sekali mengalami penyimpangan di dalamnya. Koran merupakan salah satumediapublik yang sering terjebak dalam situasi dilematis karena keterbatasan rubrikasinya. Penyimpanganbahasasering muncul dalam pemberitaan yang disajikan. Berikut adalah contohbahasakoran yang mengalami gejala penyimpanganbahasa.DuapelajaryangMencuri Beo Dimassa.Tepatkah penggunaan bentuk Dimassa dalam kalimat tersebut? Salah satu arti massa dalam Kamus BesarBahasaIndonesia (KBBI) adalahsekumpulan orang yang banyak sekali.Dalam kaidahbahasa, bentuk di yang diikuti keterangan tempatharus ditulis terpisah. Namun, seandainya ditulis terpisah, bentuk Di Massa tetap bukan bentukan yang benar, karena secaralogikatidak masuk akal. Antara morfem(satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil)di dan Massa seharusnya disisipkankata kerjahajar atau keroyok, sehingga kalimatnya menjadi:DuapelajarMencuri Beo DihajaratauDikeroyok Massa.Jika orang yang membaca berita tersebut tidak memahami maksud dari penulis, maka akan menimbulkan kesalahpahaman arti.

BAB IIIPENUTUPKESIMPULAN.1.Penulisan bahasa yang baik dan benar merupakan salah satu konsep dasar pada penulisan informasi pada media karena berpengaruh penting dalam pengartikulasiannya.2.Bahasamediajuga harus lebih mudah dipahami. Agar apa yang disampaikan dalam sebuahmediatidak menimbulkan pemikiran ganda yang dapat membangun opini yang salah atau opini yang negatif.3.Penggunaanbahasamediayang terpelihara, jujur, jelas, dan santun akan ikut menentukan kredibilitasmediayang bersangkutan dalam meraih simpatimasyarakat. Meskipun pada sisi lain, penggunaanbahasamediasering kali tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jelas, dan jujur serta mengikuti kaidah-kaidahbahasayang baik dan benar, karena mereka menganggap turunnya daya pikat masyarakat pada media massa dan nilai jualnya pun sangat rendah.DAFTAR RUJUKANHidayat, Asep Ahmad. 2006.Filsafat Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Hoed, Benny H. 1983.Ragam Bahasa Berita dan Cirinya.Dalam Konggres Bahasa Indonesia II. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian PendidikanMetode penelitianberhubungan erat denganprosedur, teknik, alat, serta desain penelitianyang digunakan.Desain penelitianharus cocok denganpendekatan penelitianyang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga pertanyaan pokok (Nazir, 1985) yaitu:1. Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian?2. Alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data?3. Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan serta mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian.Metode penelitianmenggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Dalam prakteknya terdapat sejumlah metode yang biasa digunakan untukkepentingan penelitian.Berdasarkan sifat-sifat masalahnya,Suryabrata (1983) mengemukakan sejumlahmetode penelitianyaitu sebagai berikut1. Penelitian Historisyang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif.2. Penelitian Deskriptifyang yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.3. Penelitian Perkembanganyang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.4. Penelitian Kasus/Lapanganyang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungansuatu obyek5. Penelitian Korelasionalyang bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi6. Penelitian Eksperimental suguhanyang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali7. Penelitian Eksperimental semuyang bertujuan untuk mengkaji kemungkinan hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan pengendalian.8. Penelitian Kausal-komparatifyang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding.9. Penelitian Tindakanyang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.McMillan dan Schumacher (2001) memberikan pemahaman tentangmetode penelitiandengan mengelompokkannya dalam dua tipe utama yaitukuantitatif dan kualitatifyang masing-masing terdiri atas beberapa jenis metode sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.Jenis-Jenis Metode Penelitian

Jenis-jenis penelitianlain dapat dibedakan atas dasar beberapa sumber referensi berikut ini.Jenis-Jenis Metode Penelitian Menurut Ahli

Banyaknyajenis metode penelitiansebagaimana dikemukakan di atas, dilandasi oleh adanya perbedaan pandangan dalam menetapkan masing-masing metode. Uraian selanjutnya tidak akan mengungkap semua jenismetodeyang dikemukakan di atas tetapi membahas secara singkat beberapametodepenelitiansederhana yang sering digunakan dalampenelitian pendidikan.A. Penelitian DeskriptifPenelitian deskriptifadalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel.B. Studi KasusPenelitian Studi kasuspada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus kepala sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja. Terhadap kasus tersebut peneliti mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya mengungkap semua variable yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek.Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang dia lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Untuk mengungkap persoalan kepala sekolah yang tidak disiplin peneliti perlu mencari data berkenaan dengan pengalamannya pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan kaitan variabel-variabel yang berkenaan dengan kasusnya. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti rekan kerjanya, guru, bahkan juga dari dirinya. Teknik memperoleh data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara, analisis dokumenter, tes, dan lain-lain bergantung kepada kasus yang dipelajari.Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan peneliti lain sebelum menarik kesimpulankesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif. Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah, bahwa peneliti dapat mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh.Namun kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subyektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Dengan kata lain, generalisasi informasi sangat terbatas penggunaannya. Studi kasus bukan untuk menguji hipotesis, namun sebaliknya hasil studi kasus dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui penelitian lebih lanjut. Banyak teori, konsep dan prinsip dapat dihasilkan dan temuan studi kasus.C. Penelitian SurveiPenelitian surveicukup banyak digunakan untuk pemecahanmasalah-masalah pendidikantermasuk kepentingan perumusan kebijaksanaan pendidikan. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei dengan cakupan seluruh populasi (obyek) disebut sensus. Sedangkan survei yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei. Untuk kepentingan pendidikan, survei biasanya mengungkap permasalahan yang berkenaan dengan berapa banyak siswa yang mendaftar dan diterima di suatu sekolah? Berapa jumlah siswa rata-rata dalam satu kelas? Berapa banyak guru yang telah memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan? Pertanyaan-pertanyaan kuantitatif seperti itu diperlukan sebagai dasar perencanaan dan pemecahan masalahpendidikan di sekolah. Pada tahap selanjutnya dapat pula dilakukan perbadingan atau analsis hubungan antara variabel tersebut.D. Studi KorelasionalSeperti halnya survei,metode deskriptiflain yang sering digunakan dalampendidikanadalahstudi korelasi. Studi ini mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variable berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variable-variabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi.Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel.Studi korelasi bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antara variabel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel mana yang berkorelasi. Misalnya peneliti ingin mengetahui variabel-variabel mana yang sekiranya berhubungan dengan kompetensi profesional kepala sekolah.Semua variabel yang ada kaitannya (misal latar belakang pendidikan, supervisi akademik, dll) diukur, lalu dihitung koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat hubungannya dengan kemampuan manajerial kepala sekolah.E. Penelitian EksperimenPenelitian eksperimendapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam metode eksperimen, penelitiharus melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi. Dalam penelitian eksperimen, peneliti membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi 2 kelompok yaitu kelompoktreatmentyang mendapatkan perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan.F. Penelitian TindakanPenelitian tindakanadalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman mengenai praktek tersebut dan situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan. Terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu: (1) Untuk memperbaiki praktek; (2) Untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman/kemampuan para praktisi terhadap praktek yang dilaksanakannya; (3) Untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan.G. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D)Penelitian dan PengembanganatauResearch and Development (R&D)adalah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan atauResearch and Development(R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggung jawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras(hardware),seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak(software),seperti program komputer untuk pengolahan data,pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan,bimbingan, evaluasi, sistemmanajemen, dan lain-lain.Demikianlah beberapametode penelitian dalam pendidikan, sumber utama dari penulisanmetode penelitianini yaitu dariSurya Dharma, MPA., Ph.D, (2008)Pendekatan, Jenis, Dan Metode Penelitian Pendidikan: Jakarta

Read more:METODE PENELITIAN >> Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian | belajarpsikologi.com