Kesadaran Di Bawah Pengaruh Anestesi
-
Upload
rafly-suwandhi-wahid -
Category
Documents
-
view
141 -
download
9
description
Transcript of Kesadaran Di Bawah Pengaruh Anestesi
KESADARAN DI BAWAH PENGARUH ANESTESI
Selama dilakukannya intervensi atau prosedur terapi, pasien mungkin
mendapat obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sepanjang keadaan
dari tingkat terjaga hingga mencapai keadaaan anestesi umum. Tergantung pada
sifat prosedur dan keinginan pasien, obat anestesi mungkin diberikan dengan
maksud untuk menghasilkan berbagai tingkat sedasi atau anestesi umum. Pasien
setuju menerima obat tersebut dengan maksud hanya untuk mendapatkan efek
sedasi dengan pemahaman bahwa mereka akan tetap memiliki ingatan mengenai
keadaan saat operasi. Sebaliknya, komponen mendasar dari anestesi umum adalah
ketidaksadaran dan amnesia, dan pasien menyetujui dilakukannya anestesi umum
dengan harapan bahwa mereka tidak akan melihat, mendengar, merasakan atau
mengingat keadaan saat operasi.
Meskipun amnesia telah menjadi prinsip mendasar dari pelatihan dan
pendidikan kedokteran lanjutan dalam anestesi, baru-baru ini telah terjadi
peningkatan kekhawatiran publik mengenai kesadaran intraoperatif. Sebagian
besar pasien yang menjalani anestesi umum sebelum operasi melaporkan
mengenai ketakutan akan sadar saat operatif,1 dan kesadaran adalah penyebab
yang paling penting dari ketidakpuasan pasien dengan anestesi.2
INSIDEN
Memori terdiri dari memori eksplisit, atau sadar, memori implisit, atau
tidak sadar. Memori eksplisit merujuk pada ingatan sadar dari pengalaman
sebelumnya dan setara dengan kegiatan mengingat. Kesadaran selama anestesi
digambarkan sebagai ingatan sadar (memori eksplisit) dari keadaan saat operasi.
Akan tetapi, banyak dari pasien yang terbius dapat menanggapi perintah, namun
kurang sadar untuk dapat mengingat peristiwa saat operasi (memori implisit).
Keadaan anestesi yang dalam mungkin lebih sering dibutuhkan untuk memblokir
memori implisit dibanding untuk memblokir memori eksplisit (ingatan saat
operasi).
Angka kejadian sadar saat operasi lebih sering terjadi dari yang dipercaya
kebanyakan praktisi. Angka kejadian sadar saat operasi mungkin paling baik
1
diperkirakan dengan cara melakukan wawancara resmi terhadap pasien pasca
operasi, ataupun setelah keluar dari ruang pemulihan pasca anestesi. Selain itu,
pembentukan memori dari keadaan sadar saat operasi mungkin tertunda akibat
periode pemulihan segera. Sandin dan rekannya melaporkan bahwa hanya
sepertiga kasus kesadaran yang diidentifikasi sebelum pasien meninggalkan unit
perawatan pasca anestesi. Seringkali, pasien tidak akan secara sukarela
melaporkan keadaan sadar yang mereka alami saat operasi jika mereka merasa
tidak terganggu oleh keadaan tersebut, atau jika mereka malu untuk
melaporkannya. Oleh karena itu, wawancara terstruktur dianjurkan untuk
mengevaluasi kejadian sadar saat operasi tersebut: 4
1. Apa hal terakhir yang Anda ingat sebelum Anda tertidur?
2. Apa hal pertama yang Anda ingat setelah operasi yang anda jalani?
3. Dapatkah Anda mengingat apapun diantara kedua waktu tersebut?
4. Dapatkah Anda ingat jika Anda punya mimpi apapun selama operasi yang
Anda jalani?
5. Apa hal terburuk tentang prosedur yang Anda jalani?
Metodologi yang digunakan untuk menilai kejadian kesadaran saat operasi
tidak konsisten dan hasilnya memiliki prediksi yang variatif (Tabel 46-1).2-3,5-11
Namun demikian, dalam penelitian prospektif ketika digunakan wawancara
terstruktur, keadaan sadar saat operasi terjadi secara mencolok dengan frekuensi
yang mengejutkan. Suatu evaluasi pada pasien yang mengalami kesadaran saat
operasi pada hampir 12.000 pasien yang menjalani anestesi umum yang dilakukan
di Swedia mengungkapkan angka kejadian kesadaran terjadi pada 0,18% kasus
yang menggunakan obat blokade neuromuskular dan terjadi pada 0,10% kasus
tanpa menggunakan obat-obatan tersebut, untuk kejadian secara keseluruhan
sebesar 0,13% (lihat Tabel 46-1).3
Table 46-1 Angka kejadian keadaan sadar saat operasi yang dilaporkan
Angka kejadian N* Disain Prospektif Referensi (acuan)
2
0,0065% 384.786 Tidak 11
0,007% 211.842 Tidak 10
0,1% 10.811 Tidak 2
0,13% 19.575 Ya 8
0,15% 11.785 Ya 3
0,2% 1000 Ya 7
0,23% 44.006 Tidak 9
0,41% 11.101 Ya 6
0,6% 4001 Ya 5
*Jumlah pasien pada laporan serial
Sebuah kejadian serupa (1 per 1000 pasien) telah diamati di Amerika
Serikat pada pusat-pusat perawatan tersier. Pasien dengan penyakit penyerta lebih
cenderung mengalami kejadian sadar saat operasi.8 Risiko sadar saat operasi lebih
sering ditemukan pada dengan tingkat anestesi yang ringan, seperti yang
digunakan pada anestesi untuk operasi kebidanan dan jantung.12 Angka kejadian
sadar saat operasi ini akan diabaikan ketika dinilai secara retrospektif
menggunakan peningkatan mutu dan laporan pasien itu sendiri. (lihat Tabel 46-1). 2,9-11
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA KEADAAN SADAR
SAAT OPERASI
Tiga penyebab utama sadar dari anestesi saat operasi berlangsung adalah
anestesi ringan, peningkatan kebutuhan anestesi pasien dan masalah pemberian
anestesi.12,13
Anestesi ringan oleh karena pengurangan dosis anestesi umumnya terjadi
karena intoleransi hemodinamik terhadap obat anestesi atau selama prosedur
dimana dosis anestesi sengaja diberikan dalam dosis rendah, seperti saat operasi
sesar atau operasi jantung terbuka. Mengurangi dosis anestesi mungkin diperlukan
untuk mengoptimalkan kondisi fisiologis dan keamanan pada keadaan
hipovolemik atau pada orang-orang dengan cadangan jantung yang terbatas.
3
Pasien dengan status fisik American Society of Anestesi (ASA) 3 sampai 5 yang
menjalani operasi besar memiliki resiko peningkatan kejadian sadar saat operasi
dan memang memiliki kejadian sadar saat operasi yang lebih sering.8 Pasien yang
memiliki pengalaman mengalami kesadaran saat operasi lebih cenderung
memiliki gangguan pada kardiovaskularnya, menjalani operasi darurat, menerima
dosis anestetik yang mudah menguap yang lebih kecil, dan telah mengalami
anestesi dengan kesulitan teknis.14 Teknik anestesi penting dalam patogenesis
terjadinya keadaan sadar selama anestesi. Keadaan sadar saat operasi lebih sering
terjadi selama anestesi yang menggunakan nitrous oksida dan anestesi intravena,
dan cenderung kurang terjadi ketika menggunakan bahan yang mudah menguap.15
Penggunaan anestesi yang mudah menguap pada konsentrasi 0,7 MAC (minimum
alveolar konsentrasi) atau di atasnya dapat mencegah ingatan sadar pada pasien
yang dibius, sama dengan pencapaian yang diamati melalui fungsi otak pasien
yang menggunakan anestesi dalam.16 Blokade neuromuskular dapat mencegah
munculnya tanda awal berkurangnya anestesi, yaitu gerakan pasien. Konsentrasi
anestesi yang rendah diperlukan untuk mencegah kesadaran daripada
menyebabkan hambatan pergerakan. Oleh karena itu, pada anastesi yang tidak
adekuat, pasien yang tidak lumpuh biasanya akan bergerak duluan.17 Beberapa
pasien, seperti yang mengkonsumsi alkohol, opioid, amfetamin, dan kokain
mungkin memerlukan peningkatan dosis anestesi.12 Selain itu, meskipun tidak
diketahui secara sempurna, faktor genetik dapat mempengaruhi kebutuhan
anestesi.18 Akhirnya, masalah dengan alat penguap atau perangkat infus intravena
dapat menimbulkan kesadaran saat operasi, meskipun ada juga penyebab yang
kurang umum yaitu dengan penggunaan anestesi analisis gas akhir volume tidal. 14
GEJALA PSIKOLOGIS SISA
Kesadaran saat berada di bawah pengaruh anestesi umum dapat menjadi
pengalaman yang traumatik, dimana sekitar sepertiga dari pasien akan mengalami
gejala sisa.19 Beberapa pengalaman ingatan sadar yang paling umum termasuk
mendengar suara, perasaan lumpuh, melihat lampu, perasaan tidak berdaya, takut
atau kecemasan. Nyeri adalah pengalaman yang kurang umum, meskipun tidak
4
akan terjadi khususnya pada pasien dengan blokade neuromuskular lengkap dan
yang lumpuh total. Gejala psikologis sisa yang didapatkan dari memori yang
mungkin termasuk kilas balik, kecemasan/kegelisahan, rasa kesepian, mimpi
buruk, dan ketakutan/serangan panik yang bervariasi dari yang bersifat
mengganggu hingga yang bersifat menyusahkan.19 Beberapa pasien
mengembangkan suatu bentuk gejala yang persisten dan parah (gangguan stres
pasca trauma) yang mana dapat mengganggu hubungan interpersonal dan
aktifitas harian.20 Banyak pasien juga mengeluhkan gejala psikologis sisa setelah
mengalami keadaan sadar selama penggunaan anestesi regional atau penggunaan
anestesi dengan pengamatan.9, 19
Faktor risiko untuk terjadinya konsekuensi psikologis yang berat setelah
mengalami keadaan sadar selama anestesi umum tidak sepenuhnya diketahui.
Reaksi emosional akut terhadap pengalaman, secara signifikan diprediksi
membentuk gejala psikologis sisa yang muncul secara lambat,19 sedangkan rasa
sakit selama operasi membentuk hal tersebut.21 Peran penyulit seperti depresi dan
kondisi psikologis lainnya juga tidak jelas.22 Kambuhnya keadaan traumatis bisa
memicu gejala psikologis sebelumnya.
Intervensi psikoterapi dini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
psikologis akut dan gejala sisa jangka panjang. Penjelasan atau validasi insiden
keadaan sadar dapat mempengaruhi kehadiran dan durasi dampak psikologis.23
Namun, jika pasien tidak memberikan informasi mengenai ingatan mereka saat
dibawah pengaruh anestesi umum kepada penyedia anestesi maka mereka
cenderung tidak mengetahui bahwa mereka seharusnya mendapatkan terapi
psikologis. Banyak laporan dari pasien yang juga meningkatkan pemahaman
tentang pengalaman yang dialami selama anestesi umum. The American Society of
Anaesthesia (ASA) membuat pendataan di mana pasien dapat melaporkan
pengalaman mereka (www.awaredb.org) dan orang lain dapat mempelajari lebih
lanjut mengenai pengalaman kesadaran pasien selama anestesi umum dan gejala
psikologis sisa yang muncul.
MENCEGAH TIMBULNYA KESADARAN
5
Pengamatan konfensional terhadap kedalaman anestesi termasuk tanda-
tanda rudimetri seperti pergerakan pasien, perubahan otonom, munculnya air
mata, keringat dan insting subjektif klinik. Perubahan otonom (seperti
peningkatan tekanan darah arteri dan denyut jantung) merupakan indikator yang
tidak dapat dipercaya dalam memprediksikan timbulnya kesadaran saat
operasi.24,25 Tentu saja, timbulnya kesadaran saat operasi dapat terjadi pada
keadaan yang tidak disertai takikardi atau hipertensi.26 Dengan alat analisis gas
anastesi yang lebih canggih, kedalaman anestesi dapat dinilai dengan data seperti
pengurangan dosis anestesi yang mudah menguap yang diberikan pada pasien. 16
Sebagai tambahan, upaya yang sungguh-sungguh telah dilakukan untuk
membentuk sebuah sarana pengamatan yang akan dapat dipercaya terhadap
kondisi kedalaman anestesi pasien dan resiko terjadinya keadaan sadar saat
operasi. Beberapa alat berbeda yang telah tersedia secara komersial tetap tidak
100% efektif. Alat monitor ini bersifat mengumpulkan cetusan atau kemunculan
yang tiba-tiba dari aktifitas elektrik otak dan kemudian memprosesnya dengan
menggunakan algoritma dan menunjukan data tersebut kepada klinisi dalam
bentuk data kuantitatif (contoh, angka dari 0 hingga 100).
Saat ini setidaknya ada tiga hambatan yang melekat pada pengembangan
monitor "sangat mudah" untuk menilai kedalaman anestesi, yang didasarkan pada
aktivitas listrik otak dan kemampuannya untuk mendeteksi timbulnya kesadaran
saat operasi berlangsung. Pertama, saat ini kami belum memiliki kesatuan
mekanisme anestesi umum yang telah dievaluasi secara komprehensif, dan dengan
demikian berbagai obat anestesi cenderung menghasilkan aktivitas listrik yang
unik saat diberikan pada anestesi dalam .27 Akibatnya, algoritma yang unik untuk
setiap regimen anestesi tertentu mungkin akan diperlukan untuk korelasi yang
optimal antara sinyal listrik di otak dan kedalaman anestesi. Kedua anestesi
umum, terjadi pada keadaan tanpa dimensi kuantitatif, dan terdapat interpatient
variabilitas yang cukup farmakodinamik untuk anestesi tertentu. Mencoba untuk
menerjemahkan keadaan sadar atau tidak sadar menjadi angka kuantitatif dapat
dibatasi dengan adanya seni probabilitas yaitu hasil positif palsu dan negatif palsu
(Gambar 46-1) .28 Akhirnya, terdapat kemungkinan aktivitas listrik kortikal yang
6
memiliki kepekaan dan kekhususan terhadap kejadian biokimia yang mana terjadi
pada struktur subkortikal distal (hippocampus) yang membentuk memori (Gbr.
46-2)
Gambar 46-1. Probabilitas hipnosis adekuat berdasarkan pengawasan indeks
fungsi otak. Garis lurus adalah kurva probabilitas yang ideal
dengan sensitivitas dan spesifisitas 100%. Garis melengkung
adalah harapan yang lebih realistis dari pemantauan dimana
penurunan progresif dari nilai indeks yang dipantau berkorelasi
dengan probabilitas peningkatan hipnosis yang adekuat. (Dari
Cole DJ, Domino KB. Kedalaman anestesi: Aplikasi klinis,
kesadaran intraoperatif dan seterusnya. Dalam: Schwartz AJ (ed).
ASA Kursus Penyegaran pada Anestesiologi. Philadelphia,
Lippincott, Williams & Wilkins, 2007).
7
Gambar 46-2. Sebuah monitor fungsi otak yang biasanya merekam aktivitas
listrik kortikal dari sensor ditempatkan pada dahi. Memori adalah
fungsi biokimia yang terjadi dalam hippocampus, yang
merupakan jarak tertentu dari rekaman aktivitas listrik otak.
Penerbitan saran untuk pencegahan kesadaran meliputi premedikasi
dengan obat amnesia seperti benzodiazepine, memberikan dosis obat yang cukup
untuk menginduksi anestesi, menghindari kelumpuhan otot kecuali jika
diperlukan, dan pemberian anestesi mudah menguap dengan dosis 0,7 MAC atau
lebih dengan pemantauan tingkat tidal akhir untuk memastikan penmberian
tingkat anestetik mudah menguap yang memadai.16, 29
Pada tahun 2004, Komisi Bersama mengeluarkan Sentinel Alert yang
berisi saran-saran untuk mencegah dan mengelola keadaan sadar saat operasi.30
Rekomendasi yang mereka berikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan
kebijakan kesadaran saat anestesi, termasuk pendidikan staf, informed consent
untuk pasien berisiko tinggi, dan pemeliharaan peralatan anestesi yang tepat
waktu. Yang juga disarankan adalah tindak lanjut pasca operasi dari semua pasien
yang telah menjalani anestesi umum, dan konseling pasca operasi untuk pasien
yang memiliki pengalaman sadar saat operasi.
8
PEMANTAUAN FUNGSI OTAK
Secara umum, perangkat yang memonitor aktivitas otak listrik untuk
tujuan menilai kedalaman anestesi merekam aktivitas elektroensefalografik
(EEG). Beberapa perangkat memproses aktivitas EEG dan elektromiografi yang
tiba-tiba dan alat lainnya mengukur respon cetusan terhadap rangsangan
pendengaran. Sebagian besar penelitian mengenai kedalaman anestesi telah
dilakukan pada monitor indeks bispektrum (BIS, aspek sistem kesehatan).
Indeks bispektrum menggunakan algoritma kepemilikan untuk
mengonversi saluran tunggal EEG frontal ke dalam indeks tingkat hipnosis, mulai
dari 100 (terjaga) ke 0 (isoelektrik EEG). Rentang tertentu dari 40 sampai 60
dianjurkan untuk mengurangi risiko timbulnya kesadaran selama anestesi umum.
Meskipun banyak peneliti telah menilai efek dari monitor fungsi otak pada
timbulnya kesadaran saat operasi, bukti terbaik dalam mendukung penurunan
kesadaran selama anestesi umum dengan pemantauan BIS yang berasal dari empat
sumber: uji coba terkontrol secara acak pada pasien berisiko tinggi,31
perbandingan kohort yang tidak diacak dengan subyek kontrol sejarah,32
penelitian prospektif secara acak,8 dan uji coba secara acak dengan
membandingkan BIS terhadap pengamatan gas tidal akhir .16
Myles dan rekannya31 melaporkan dalam uji coba terkontrol secara acak
dari pemantauan BIS pada 2500 pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami
kesadaran saat operasi (misalnya, yang berisiko tinggi yaitu bedah jantung, status
kardiovaskular terganggu, bedah trauma, operasi caesar, dan pasien dengan
penggunaan benzodiazepine atau opioid kronis, berat asupan alkohol, atau riwayat
pengalaman kesadaran sebelum). Kesadaran intraoperatif terjadi pada dua pasien
(0,17%) ketika BIS monitor digunakan untuk memandu anestesi dan pada 11
pasien (0,91%) dikelola menggunakan praktek klinis rutin (p <0,02).31 Penting
untuk menyadari bahwa jika terdapat hanya satu saja pasien tambahan yang
dilaporkan mengalami kesadaran dalam kelompok BIS, perbedaan akan tidak lagi
menjadi signifikan secara statistik. Hal ini sangat relevan sebagai titik akhir
"kesadaran" tidak memiliki "standar emas," seperti kematian, infark miokard, atau
stroke. Keterbatasan lain penelitian ini termasuk isu-isu yang belum terselesaikan
9
seperti kesulitan dalam menentukan "kemungkinan" dibandingkan dengan "pasti"
kesadaran dan waktu yang optimal untuk mewawancarai pasien untuk mengetahui
ada atau tidaknya kesadaran.
Ekman dan rekannya32 menentukan kejadian kesadaran menggunakan
kohort prospektif terhadap 5057 pasien dan membandingkan data ini dengan
kejadian pada riwayat kelompok kontrol dari 7826 pasien.3 Dalam penelitian ini,
BIS digunakan untuk memandu pemberian anestesi. Ingatan eksplisit terjadi pada
0,04% dari pasien BIS dibandingkan 0,18% pada riwayat kelompok kontrol (p
<0,038). Sekali lagi, jika hanya satu saja pasien tambahan yang diklasifikasikan
kedalam kondisi sadar berada dalam kelompok- yang dipantau dengan BIS dan
kurang satu dalam kohort historis, perbedaan yang ada menjadi tidak signifikan
secara statistik. Selain itu, anestesi dalam prakteknya mungkin telah berubah
terkait dengan pemantauan menggunakan BIS dan dipengaruhi oleh "efek
Hawthorne" (efek karena melakukan penelitian mengarah pada kinerja yang lebih
baik). Penelitian lain kohort prospektif secara acak (n = 19.575) dilaporkan oleh
Sebel dan rekannya.8 Dalam penelitian ini, tujuan adalah untuk menentukan
kejadian kesadaran saat operasi, tetapi penulis melaporkan bahwa BIS dipantau
pada 38% dari pasien. Para penulis tidak menemukan perbedaan dalam kejadian
kesadaran pada kelompok pasien yang dimonitor dengan BIS dibandingkan
dengan mereka yang tidak dimonitor dengan perangkat tersebut, meskipun
penelitian ini tidak menggunakan nilai BIS untuk mengubah konsentrasi anestesi.
Akhirnya, pada tahun 2008, Avidan dan rekan16 melaporkan efek BIS dan
pemantauan gas anestesi tidal akhir pada kejadian timbulnya kesadaran saat
operasi. Pasien secara acak dinilai menggunakan terapi dipandu BIS (n = 967) di
mana tujuannya adalah untuk mempertahankan tingkat BIS antara 40 sampai 60,
atau terapi gas anestesi akhir tidal (n = 974) dimana tujuannya adalah untuk
mempertahankan akhir-pasang surut konsentrasi gas anestesi antara 0,7 dan 1,3
MAC. Tidak ada perbedaan dalam kejadian timbulnya kesadaran yang pasti antara
kedua kelompok (dua untuk setiap kelompok).
Nilai prediksi positif dan negatif pemantauan otak untuk terjadinya
kesadaran rendah karena jarang terjadi kesadaran saat operasi. Dengan demikian,
10
nilai pemantauan pasien berisiko rendah dibawah pengaruh anestesi umum tinggi. 33
SARAN PRAKTEK ASA PADA KEADAAN TIMBULNYA KESADARAN
SELAMA OPERASI DAN PEMANTAUAN FUNGSI OTAK
ASA menyetujui saran praktek pada “Intraoperative Awareness and Brain
Function Monitoring” pada tahun 2005 yang kemudian diterbitkan pada 2006.29
Saran praktik adalah laporan sistematis yang dikembangkan dengan maksud untuk
membantu pengambilan keputusan klinis di daerah-daerah di mana bukti ilmiah
tidak cukup untuk membuat keputusan spesifik. Kumpulan saran ini disetujui
hanya setelah ada penilaian dan analisis dari pendapat ahli, diperoleh data klinis
kelayakan, disediakan forum komentar terbuka, dan diperoleh konsensus survei.
Kumpulan saran ini tidak dimaksudkan sebagai standar atau pedoman pelayanan.
Setiap praktisi harus membaca dan memahami seluruh dokumen,29 dan
menerapkan informasi saat dia dianggap berada dalam kondisi memberi terbaik
pasien. Para penulis bab dan ketua editor memiliki masukan yang nyata terhadap
kumpulan saran praktek ini. Hal ini adalah analisis yang sangat intens dan
lengkap. Empat bidang saran berkaitan dengan evaluasi pra operasi, fase
preinduksi anestesi, pemantauan intraoperatif, dan manajemen intraoperatif dan
pasca operasi sebagaimana disarikan dalam Tabel 46-2,29
Evaluasi pra operasi harus melibatkan penelaahan terhadap catatan medis
masa lalu untuk faktor risiko potensial terjadinya kesadaran saat operasi. Selain
itu, saat wawancara pasien harus dinilai adanya faktor-faktor risiko potensial
anestesi dan bedah. Akhirnya, penasehat merekomendasikan bahwa yang
didiskusikan saat informed consent kepada pasien beresiko tinggi adalah termasuk
adanya potensi terjadinya kesadaran saat operasi.29
Tabel 46-2 Kesimpulan Saran Praktek ASA
Penilaian Preoperatif
▪Mengidentifikasi faktor risiko potensial untuk timbulnya kesadaran.
▪Wawancara pasien.
11
▪Mendapatkan informed consent untuk pasien yang memiliki risiko meningkat
untuk timbulnya kesadaran.
Tahap pra Induksi Anestesi
▪ Gunakan checklist untuk mesin / peralatan cek.
▪ Verifikasi fungsi akses intravena dan peralatan infus.
▪ Pertimbangkan benzodiazepin pra operasi.
Pemantauan intraoperatif
▪Gunakan beberapa modalitas untuk memantau kedalaman anestesi.
▪ Klinis( misalnya, tujuan atau refleks gerakan)
▪ Monitor Konvensional (misalnya, end-tidal anestesi analyzer, HR, BP)
▪ Pengawasan Otak fungsi berdasarkan kasus-per kasus
Manajemen intraoperatif dan pascaoperasi
▪ Pertimbangkan benzodiazepin jika pasien tiba-tiba menjadi sadar.
▪ Bicara dengan pasien pasca operasi.
▪ Pertimbangkan wawancara terstruktur atau kuesioner Brice untuk menentukan
pengalaman pasien.
▪ Laporkan terjadinya perbaikan mutu berkelanjutan.
▪ Tawarkan kepada pasien untuk konseling psikologis.
ASA, American Society of anestesi, BP, tekanan darah, HR, denyut jantung.
Diadaptasi dari Saran Praktek kesadaran saat operasi dan fungsi pemantauan otak:
Sebuah laporan oleh satuan tugas American Society of Anastesiology pada
Kesadaran saat pembedahan. Anestesiologi 2006; 104:847-864.
Pemeriksaan rutin untuk fase pre induksi anestesi harus mencakup
protokol checklist untuk mesin anestesi dan peralatan dan verifikasi , berfungsinya
akses intravena dan peralatan infus, termasuk keberadaan katup cek arus balik
yang sesuai. Akhirnya, penyedia anestesi harus mempertimbangkan pemberian
benzodiazepin secara kasus per-kasus untuk pasien tertentu, terutama pada pasien
yang memiliki peningkatan risiko untuk kesadaran intraoperatif. Rekomendasi ini
dibuat meskipun data pendukung kemampuan benzodiazepin pra operasi untuk
mengurangi timbulnya kesadaran saat operasi tidak jelas, dan pemberian
12
benzodiazepin sebelum operasi dapat menimbulkan beberapa risiko delirium
pasca operasi pada pasien geriatri.
Kumpulan saran ASA merekomendasikan agar beberapa modalitas harus
digunakan untuk memantau kedalaman anestesi. Modalitas termasuk teknik klinis
seperti memeriksa gerakan yang disengaja atau yang bersifat refleks, sistem
pemantauan konvensional (misalnya, EKG, darah pemantauan tekanan, denyut
jantung), dan akhirnya, analisis dosis anestesi yang mudah menguap kepada
pasien yang disampaikan oleh end-tidal anestesi analyzer.29 Kumpulan saran ASA
tidak merekomendasikan pemantauan fungsi otak rutin untuk tujuan mencegah
timbulnya kesadaran. 29 Kumpulan saran ASA merekomendasikan penggunaan
pemantau fungsi otak didasarkan pada kasus-per kasus yang ditentukan oleh
praktisi itu sendiri untuk sasien tertentu.29
Mengenai manajemen intraoperatif dan pasca operasi, keputusan untuk
memberikan benzodiazepin setelah pasien tiba-tiba menjadi sadar saat operasi
harus dilakukan kasus per kasus.29 Meskipun benzodiazepin dapat diberikan
setelah peristiwa seperti itu, ada sedikit bukti ilmiah yang mendukungnya sebagai
suatu pengobatan. Penyedia anestesi harus berbicara dengan pasien yang
melaporkan pengalaman kesadaran saat operasi untuk mendapatkan detail
kejadian dan membahas alasan kemungkinan kejadian tersebut. Sebuah kuesioner
atau wawancara terstruktur dapat digunakan untuk mendapatkan laporan lengkap
dari pengalaman pasien. Sekali kondisi dari kesadaran saat operasi telah
dilaporkan, laporan kejadian mengenai kondisi tersebut harus diselesaikan untuk
tujuan meningkatkan mutu berkelanjutan. Dan akhirnya, penyedia anestesi harus
memberikan dukungan konseling atau psikologis untuk pasien yang melaporkan
adanya episode kesadaran saat operasi.
MASALAH MEDIKOLEGAL DARI KONDISI SADAR SAAT OPERASI
Seperti kebanyakan komplikasi anestesi lainnya, terjadinya sebuah episode
kesadaran saat operasi tidak berarti akan diikuti dengan adanya klaim malpraktek.
Hanya 1 dari 25 pasien cedera akibat kelalaian perawatan yang mendapatkan
klaim malpraktek, bahkan jumlah klaim yang lebih sedikit muncul dari cedera
13
saat mendapatkan perawatan standar.34-36 Untuk masalah kesadaran saat operasi,
ada perbedaan besar antara jumlah pasien yang mungkin mendapatkan
pengalaman sadar saat operasi (berdasarkan statistik kejadian), dan beberapa
klaim mengenai timbulnya kesadaran saat operasi (sekitar 10 per tahun) yang
masuk ke database klaim tertutup ASA. Database ini mengumpulkan klaim dari
asuransi yang bertanggung jawab, yang menjamin sekitar sepertiga dari tindakan
anestesi di Amerika Serikat.26
Perbedaan besar antara kejadian klaim kesadaran saat operasi dan
malpraktek kemungkinan karena sifat dan tingkat keparahan cedera yang
berhubungan dengan kesadaran saat operasi tersebut, serta sistem kompensasi
medicolegal dan cedera yang ada. Episode kesadaran yang tidak mengakibatkan
gejala sisa jangka pendek yang parah atau jangka panjang yang signifikan tidak
akan masuk ke dalam sistem malapraktik. penjelasan Empati dari penyebab
episode kesadaran yang muncul saat operasi atau permintaan maaf ,tidak hanya
menjadi terapi, tetapi juga membantu dalam mencegah eskalasi masalah ke titik
awal dari sebuah, klaim malpraktik.37,38 Selain itu, klaim malpraktek dibiaskan
oleh besarnya prevalensi kelalaian perawatan atau perawatan dibawah standar
merupakan komponen penting dari sistem gugatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pasien untuk memulai klaim
adalah komunikasi yang buruk, harapan yang tidak terpenuhi, dan tekanan
keuangan.39 Sebuah penelitian oleh Huycke dan Huycke yang bersifat mensurvei
individu yang telah menghubungi firma hukum mengenai awal klaim malpraktek
menemukan bahwa 50% dari potensi penggugat merasa mereka memiliki
hubungan yang buruk dengan dokter.39 Penyedia Anestesi memiliki kesempatan
yang sangat singkat untuk membangun hubungan yang baik dengan pasien
sebelum operasi. Yang memperparah masalah kontak pra operasi adalah deskripsi
singkat dari klaim tertutup yang ada mengenai keluhan pasien dimana mereka
tidak memiliki kesempatan untuk mendiskusikan pengalaman kesadaran saat
operasi mereka dengan ahli anestesi pasca operasi. Selain itu, keprihatinan mereka
mengenai kejadian sadar saat operasi mungkin telah dihentikan oleh penyedia
layanan kesehatan. Penerimaan yang sensitif terhadap laporan pasien mengenai
14
pengalaman kesadaran mereka oleh ahli anestesi dan penyedia layanan kesehatan
lainnya dapat memperburuk cedera dan berkontribusi terhadap tindakan awal
klaim malpraktek pasien.38 40,41
Pasien dengan pengalaman sadar saat operasi mungkin menghindari situasi
yang memicu kenangan menyakitkan tersebut, yang mana sebuah proses litigasi
tentu akan membawa keluar kenangan tersebut.15,21 Selain itu, pengacara
penggugat yang bekerja atas dasar biaya untung-untungan, akan mengambil
persentase besar dari dana yang dimennagkan sebagai biaya dan tidak
mendapatkan apa-apa jika penggugat kalah dalam kasus tersebut.42 Dalam suatu
sistem di mana pengacara penggugat harus menanggung biaya awal litigasi,
mereka akan mempertimbangkan manfaat dari setiap kasus yang potensial. Hal Ini
akan menjadi praktek bisnis yang buruk jika mengambil kasus dengan probabilitas
keberhasilan yang rendah atau dengan riwayat kompensasi keuangan yang
terbatas. Dalam sebuah survei AS, pengacara enggan untuk mengambil kasus-
kasus di mana harapan kompensasi finansial adalah kurang dari $ 61.700
(disesuaikan dengan dolar tahun 2007)39 dan sebuah penelitian di Kanada
menunjukkan ambang batasnya adalah sebesar US $ 107.000 (disesuaikan dengan
dolar tahun 2007). 43 Ambang batas ini akan mengurangi jumlah klaim mengenai
kesadaran saat operasi, dimana pembayaran rata-rata untuk kerusakan kesadaran
secara historis lebih rendah dari ambang batas tersebut. Oleh karena itu, pengacara
merupakan penjaga gerbang de facto terhadap sistem hukum yang ada.
DATA DARI PROYEK KLAIM TERTUTUP ASA
Proyek Klaim Tertutup adalah evaluasi terstruktur berkelanjutan dari hasil
anestesi yang merugikan , diperoleh dari file 37 perusahaan yang berpartisipasi
dalam asuransi wajib di Amerika Serikat. Proyek ini didirikan pada tahun 1985
dan sekarang berisi hampir 9000 klaim malpraktek medis.
Klaim terakhir (n = 71) untuk kesadaran selama anestesi umum dalam
database Klaim Tertutup dibandingkan dengan yang sebelumnya diterbitkan oleh
Domino dan rekan 26 tahun 1999 (n = 80). 44 Klaim untuk kedua "kelumpuhan
terjaga" dan "ingatan selama anestesi umum" yang dimasukkan sebagai klaim
15
kesadaran. Klaim kelumpuhan terjaga adalah dalam bentuk kesalahan obat, seperti
swap jarum suntik, obat yang salah dilebel, kesalahan dengan infus
succinylcholine, dan kesalahan urutan pemberian blokade neuromuskuler yang
mengakibatkan pasien lumpuh tetapi tetap sadar. Klaim mengenai ingatan selama
anestesi umum mewakili keadaan kesadaran saat operasi tanpa adanya kesalahan
medikal yang klasik.26
Klaim untuk kesadaran saat operasi merupakan 2% dari semua klaim
dalam database Klaim tertutup di kedua periode waktu. Dalam kedua periode
waktu, mayoritas pasien adalah perempuan, ASA 1-2, usia kurang dari 60 tahun,
dan menjalani operasi yang bersifat elektif. Setengah dari pasien kategorikan
dalam obesitas.44 Hubungan dengan jenis kelamin perempuan mungkin
mencerminkan kecenderungan yang lebih besar di antara perempuan untuk
mengajukan klaim malpraktek untuk cedera yang bersifat emosional. Namun
demikian, perempuan juga memiliki peningkatan kebutuhan akan opioid dan
hipnotik yang lebih besar dan kebutuhan anestesi mereka inilah yang mungkin
diremehkan.45,46
Prosedur bedah berbeda dalam dua periode waktu. Dalam klaim baru,
proporsi pasien yang menjalani operasi jantung meningkat 21% versus 5%. 44
Meskipun anestesi untuk pasien yang menjalani prosedur operasi jantung telah
lama dikenal sebagai salah satu risiko tertinggi untuk terjadinya kesadaran saat
operasi, 47 tindakan tersebut belum pernah dikaitkan dengan klaim malpraktek
terhadap timbulnya kesadaran. Kejadian ini mungkin menandakan perubahan
dalam harapan pasien mengenai hasil dari operasi jantung. Menariknya, meskipun
bedah trauma juga memiliki risiko tinggi terjadinya kesadaran saat operasi, tidak
ada klaim malpraktek untuk kesadaran saat operasi dalam database Klaim
Tertutup.
Karakteristik klaim wajib dari kesadaran saat operasi berbeda dalam dua
periode waktu distribusi pembayaran (disesuaikan dengan inflasi untuk dolar
tahun 2007) yang meningkat pada klaim baru-baru ini (Tabel 46-3) .44 Median
pembayaran dalam klaim baru-baru ini adalah sebesar $ 71.500, dengan kisaran $
924 sampai $ 1.050.000. Apa yang menyebabkan jumlah pembayaran untuk
16
masalah kesadaran saat operasi meningkat dalam waktu belakangan ini tidak jelas,
terutama karena tren ini belum diamati dalam komplikasi anestesi lainnya.
Namun, publisitas mengenai peningkatan masalah kesadaran saat operasi dan
kemungkinan dari adanya pengamatan preventif dapat meningkatkan harga yang
ada. Pembayaran yang lebih tinggi dikaitkan dengan adanya pengawasan yang
dapat mencegah komplikasi pada klaim malpraktek anestesi lainnya.
Table 46-3 Karakteristik wajib dari masalah kesadaran saat operasi
Karakteristik
Penemuan yang dilaporkan
Klaim dari Domino,
dkk 199926
(N=80)
Klaim baru
(N=71)
Perawatan dibawah
standar
44 Kasus (67%) 32 Kasus (54%)
Pembayaran yang dibuat 45 Kasus (62%) 39 Kasus (52%)
Median pembayaran * $26,065** $71,500**
Rentan pembayaran $1,520 - $1,050,000 $924 - $1,050,000
* Pembayaran disesuaikan dengan dolar 2007 dengan menggunakan indeks harga
konsumen.
** Pembagian pembayaran berbeda antara klaim diterbitkan 26 dan klaim yang
lebih baru didasarkan pada Kolmogorov-Smirnov (p = 0,007). Diadaptasi dari
aslinya diterbitkan di Kent CD, Domino KB. konsekuensi Medikolegal kesadaran
saat operasi. Dalam Mashour GA (ed). Kesadaran, Kesadaran, dan Anestesi. New
York, Cambridge University Press, 2010.
Dua penyebab utama kesadaran dalam klaim tertutup yaitu anestesi ringan
dan masalah pemberian anestesi (Gbr. 46-3).48 Penyebab khusus dari anestesi
ringan termasuk dosis obat induksi atau pemeliharaan yang rendah (17%) dan
ketidakstabilan hemodinamik membatasi pemberian anestesi yang mudah
menguap (8%). Penyebab masalah pemberian anestesi termasuk masalah yang
berhubungan dengan ventilator dan vaporizer (17%) dan kesalahan pengobatan
17
(8,5%). Masalah pemberian anestesi lebih umum di kalangan klaim malpraktek
karena pentingnya kelalaian tersebut dalam kewajiban medis. Tidak ada penyebab
tunggal mengenai masalah kesadaran saat operasi ini yang dapat ditemukan pada
35% dari klaim, baik karena informasi yang tidak memadai atau banyaknya faktor
termasuk dalam deskripsi klaim.44 Pemeriksaan catatan yang dihasilkan oleh
sistem manajemen informasi anestesi otomatis (AIMS) telah mengungkapkan
bahwa beberapa kejadian masalah kesadaran yang berhubungan dengan dosis
rendah anestesi mudah menguap seperti yang ditangkap oleh AIMS, tetapi tidak
diakui atau dilaporkan oleh ahli anestesi.49
Gambar 46-3. Penyebab kesadaran selama anestesi di akhir klaim malpraktek
tertutup (n = 71). (Disadur dari Kent CD Kesadaran selama
anestesi umum: ASA Closed database Klaim dan Registry
Anestesi Kesadaran. (Dicetak ulang dengan izin dari American
Society of anestesi Newsletter 2010; 74:14-16 Salinan teks
lengkap dapat diperoleh dari ASA, 520 N. Northwest Highway,
Park Ridge, IL 60068-2573).
18
MASA DEPAN TREN MEDIKOLEGAL UNTUK MASALAH
KESADARAN SAAT OPERASI
Ada kemungkinan bahwa pembayaran untuk klaim masalah kesadaran saat
operasi akan terus meningkat di masa depan. Perubahan persepsi publik dari
masalah medikolegal dapat meningkatkan beban kewajiban.25 Gelombang
publisitas media berfokus pada masalah kesadaran saat operasi dalam beberapa
tahun terakhir kemungkinan berhubungan dengan perkembangan monitor fungsi
otak. Masyarakat dalam peran mereka sebagai anggota juri dan pengadilan dapat
memilih untuk mengabaikan ketidakpastian mengenai peran antara ahli anestesi
dengan monitor fungsi otak, dan mempertimbangkan penggunaan kedua hal
tersebut untuk menjadi bagian dari standar perawatan. Setelah tersedia monitor
yang dapat mencegah terjadinya kondisi tersebut, pembayaran atas kerugian yang
lebih besar ketika monitor tidak digunakan akan terjadi. Faktor-faktor inilah yang
mungkin berkontribusi terhadap peningkatan beban kewajiban berkaitan dengan
masalah kesadaran saat operasi di Amerika Serikat selama tiga dekade terakhir.
KESIMPULAN
Amnesia adalah komponen fundamental dari anestesi umum. Oleh karena
itu, pemantauan mengenai kedalaman anestesi merupakan faktor penting dalam
manajemen anestesi pasien. Masalah kesadaran saat operasi terus menghasilkan
pendapat. Editorial terbaru adalah Nickalls dan Mahajan50 di mana mereka
menekankan pentingnya dosis anestesi. Ketika mempertimbangkan kedalaman
anestesi yang berkaitan dengan risiko timbulnya kesadaran saat operasi, poin-poin
berikut merupakan kunci:
Insiden seperti yang didefinisikan oleh percobaan prospektif umumnya
diterima menjadi 1 sampai 2 per 1000 pasien.
Ada potensi gejala psikologis sisa dan medicolegal yang serius ketika
pasien menderita episode sadar saat berada di bawah pengaruh anestesi
umum.
Suatu pengecekan peralatan menjadi hal yang sangat penting untuk
pencegahan timbulnya kesadaran saat operasi.
19
Obat amnestik mungkin dianggap baik untuk pengobatan pencegahan
timbulnya kesadaran saat operasi dan sebagai pengobatan untuk pasien
yang memiliki sebuah episode anestesi tidak memadai (meskipun perlu
dicatat bahwa data pendukung pengobatan tersebut tidak tersedia).
Dianjurkan untuk pemberian dosis hipnotik tambahan dalam situasi klinis
yang membawa risiko untuk timbulnya kesadaran saat operasi (misalnya,
kesulitan dalam saluran napas)
Hemodinamik tidak bisa diandalkan sebagai prediktor anestesi yang tidak
adekuat.
Tidak ada alat pemantau kesadaran yang terbukti memiliki sensitivitas dan
spesifisitas100%. Pemantauan multimodality sangat dianjurkan. Hal ini
harus mencakup tanda-tanda klinis, pemantauan gas anestesi mudah
menguap tidal akhir, dan pertimbangan monitor fungsi otak.
Pertimbangkan setidaknya pemberian anestesi mudah menguap sebesar 0,7
MAC.
Blokade neuromuskular akan menutupi indikator penting anestesi yang
tidak adekuat.
PERTANYAAN SAAT INI
1. Apa saja faktor risiko untuk terjadinya kesadaran saat operasi setelah
anestesi umum?
2. Apa saja keterbatasan penggunaan pemantauan listrik otak untuk menilai
kedalaman anestesi?
3. Menurut kumpulan saran praktik American Society of anestesi (ASA),
bagaimana seharusnya kedalaman anestesi dipantau selama operasi?
4. Apa penyebab utama terjadinya kesadaran saat operasi yang dilaporkan
dalam database Klaim Tertutup ASA?
20
REFERENSI
1. McCleane GJ, Cooper R: The nature of pre-operative anxiety, Anaesthesia
45:153–155, 1990.
2. Myles PS, Williams DL, Hendrata M, et al: Patient satisfaction after
anaesthesia and surgery: Results of a prospective survey of 10,811 patients,
Br J Anaesth 84:6–10, 2000.
3. Sandin RH, Enlund G, Samuelsson P, et al: Awareness during anaesthesia: A
prospective case study, Lancet 355:707–711, 2000.
4. Brice DD, Hetherington RR, Utting JE: A simple study of awareness and
dreaming during anaesthesia, Br J Anaesth 42:535–542, 1970.
5. Errando CL, Sigl JC, Robles M, et al: Awareness with recall during general
anaesthesia: A prospective observation evaluation of 4001 patients, Br J
Anaesth 101:178–185, 2008.
6. Xu L, Wu AS, Yue Y: The incidence of intra-operative awareness during
general anesthesia in China: A multicenter observational study, Acta
Anaesthesiol Scand 53:873–882, 2009.
7. Nordstrom O, Engstrom AM, Persson S, et al: Incidence of awareness in total
i.v. anaesthesia based on propofol, alfentanil and neuromuscular blockade,
Acta Anaesthesiol Scand 41:978–984, 1997.
8. Sebel PS, Bowdle TA, Ghoneim MM, et al: The incidence of awareness
during anesthesia: A multicenter United States study, Anesth Analg 99:833–
839, 2004.
9. Mashour GA, Wang LY, Turner CR, et al: A retrospective study of
intraoperative awareness with methodological implications, Anesth Analg
108:521–526, 2009.
10. Pollard RJ, Coyle JP, Gilbert RL, et al: Intraoperative awareness in a regional
medical system: A review of 3 years’ data, Anesthesiology 106:269–274,
2007.
11. Ross KG, Hilmi I: The incidence of intraoperative awareness during a nine
year period at a tertiary medical center, ASA Annual Meeting A621, 2009.
21
12. Ghoneim MM, Block RI, Haffarnan M, et al: Awareness during anesthesia:
Risk factors, causes and sequelae: A review of reported cases in the literature,
Anesth Analg 108:527–535, 2009.
13. Orser BA, Mazer CD, Baker AJ: Awareness during anesthesia, Can Med
Assoc J 178:185–188, 2008.
14. Myles PS: Prevention of awareness during anaesthesia, Best Pract Res Clin
Anaesthesiol 21:345–355, 2007.
15. Moerman N, Bonke B, Oosting J: Awareness and recall during general
anesthesia. Facts and feelings, Anesthesiology 79:454–464, 1993.
16. Avidan MS, Zhang L, Burnside BA, et al: Anesthesia awareness and the
bispectral index, N Engl J Med 358:1097–1108, 2008.
17. Ghoneim MM: Drugs and human memory (Part 2). Clinical, theoretical, and
methodologic issues, Anesthesiology 100:1277–1297, 2004.
18. Weber B, Schaper C, Bushey D, et al: Increased volatile anesthetic
requirement in short-sleeping Drosophila mutants, Anesthesiology 110:313–
316, 2009.
19. Samuelsson P, Brudin L, Sandin RH: Late psychological symptoms after
awareness among consecutively included surgical patients, Anesthesiology
106:26–32, 2007.
20. Leslie K, Chan MT, Forbes A, et al: Posttraumatic stress disorder in aware
patients from the B-Aware Trial, Anesth Analg 110:823–828, 2010.
21. Lennmarken C, Bildfors K, Enlund G, et al: Victims of awareness, Acta
Anaesthesiol Scand 46:229–231, 2002.
22. Ranta SO, Laurila R, Saario J, et al: Awareness with recall during general
anesthesia: Incidence and risk factors, Anesth Analg 86:1084–1089, 1998.
23. Mashour GA, Wang LY, Esaki RK, et al: Operating room desensitization as a
novel treatment for post-traumatic stress disorder after intraoperative
awareness, Anesthesiology 109:927–929, 2008.
24. Ghoneim MM: Awareness during anesthesia, Anesthesiology 92:597–602,
2000.
22
25. Domino KB, Aitkenhead AR: Medicolegal consequences of awareness during
anesthesia. In Ghoneim MM, editor: Awareness during Anesthesia, Woburn,
MA, 2001, Butterworth Heinemann, pp 155–172.
26. Domino KB, Posner KL, Caplan RA, et al: Awareness during anesthesia: A
closed claims analysis, Anesthesiology 90:1053–1061, 1999.
27. Akrawi WP, Drummond JC, Kalkman CJ, et al: A comparison of the
Electrophysiologic characteristics of EEG burst-suppression as produced by
isoflurane, thiopental, etomidate, and propofol, J Neurosurg Anesthesiol
8:40–46, 1996.
28. Cole DJ, Domino KB: Depth of anesthesia: Clinical applications,
intraoperative awareness and beyond. In Schwartz AJ, editor: ASA Refresher
Courses in Anesthesiology, vol 35, Philadelphia, 2007, Lippincott, Williams
& Wilkins, pp 51–52.
29. Practice advisory for intraoperative awareness and brain function monitoring:
A report by the American Society of Anesthesiologists Task Force on
Intraoperative Awareness, Anesthesiology 104:847–864, 2006.
30. The Joint Commission: Preventing, and managing the impact of, anesthesia
awareness, Sentinel Event Alert 1–3, 2004. Oct. 6. Available at
http://www.jointcommission.org/SentinelEvents/SentinelEventAlert/sea_32.h
tm; accessed Feb. 4, 2010.
31. Myles PS, Leslie K, McNeil J, et al: Bispectral index monitoring to prevent
awareness during anaesthesia: The B-Aware randomised controlled trial,
Lancet 363:1757–1763, 2004.
32. Ekman A, Lindholm ML, Lennmarken C, et al: Reduction in the incidence of
awareness using BIS monitoring, Acta Anaesthesiol Scand 48:20–26, 2004.
33. O’Connor MF, Daves SM, Tung A, et al: BIS monitoring to prevent
awareness during general anesthesia, Anesthesiology 94:520–522, 2001.
34. Studdert DM, Mello MM, Gawande AA, et al: Claims, errors, and
compensation payments in medical malpractice litigation, N Engl J Med
354:2024–2033, 2006.
23
35. Studdert DM, Thomas EJ, Burstin HR, et al: Negligent care and malpractice
claiming behavior in Utah and Colorado, Med Care 38:250–260, 2000.
36. Localio AR, Lawthers AG, Brennan TA, et al: Relation between malpractice
claims and adverse events due to negligence. Results of the Harvard Medical
Practice Study III, N Engl J Med 325:245–251, 1991.
37. Blacher RS: On awakening paralyzed during surgery. A syndrome of
traumatic neurosis, JAMA 234:67–68,1975.
38. Payne JP: Awareness and its medicolegal implications, Br J Anaesth 73:38–
45, 1994.
39. Huycke LI, Huycke MM: Characteristics of potential plaintiffs in malpractice
litigation, Ann Intern Med 120:792–798, 1994.
40. Cass NM: Medicolegal claims against anaesthetists: A 20 year study, Anaesth
Intensive Care 32:47–58, 2004.
41. Cobcroft MD, Forsdick C: Awareness under anaesthesia: The patients’ point
of view, Anaesth Intensive Care 21:837–843, 1993.
42. Studdert DM, Mello MM, Brennan TA: Medical malpractice, N Engl J Med
350:283–292, 2004.
43. Robertson GB: The efficacy of the medical malpractice system: A Canadian
perspective, Ann Health Law 3:167–178, 1994.
44. Kent CD, Domino KB: Medicolegal consequences of intraoperative
awareness. In Mashour GA, editor: Consciousness, Awareness, and
Anesthesia, New York, 2010, Cambridge University Press, pp 204–220.
45. Gan TJ, Glass PS, Sigl J, et al: Women emerge from general anesthesia with
propofol/alfentanil/nitrous oxide faster than men, Anesthesiology 90:1283–
1287, 1999.
46. Drover DR, Lemmens HJ: Population pharmacodynamics and
pharmacokinetics of remifentanil a supplement to nitrous oxide anesthesia for
elective abdominal surgery, Anesthesiology 89:869–877, 1998.
47. Phillips AA, McLean RF, Devitt JH, et al: Recall of intraoperative events
after general anesthesia and cardiopulmonary bypass, Can J Anaesth 40:922–
926, 1993.
24
48. Kent CD: Awareness during general anesthesia: ASA Closed Claims
Database and Anesthesia Awareness Registry, ASA Newsl 74:14–16, 2010.
49. Driscoll WD, Columbia MA, Peterfreund RA: Awareness during general
anesthesia: Analysis of contributing causes aided by automatic data capture,
J Neurosurg Anesthesiol 19:268–272, 2007.
50. Nickalls RW, Mahajan RP: Awareness and anaesthesia: Think dose, think
data, Br J Anaesth 104:1–2, 2010.
25