KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

140
KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN LUWU UTARA RUSNA RUSTAM NomorStambuk : 105610496514 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

Transcript of KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

Page 1: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

i

i

KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT

DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

DI KABUPATEN LUWU UTARA

RUSNA RUSTAM

NomorStambuk : 105610496514

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 2: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

ii

ii

KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT

DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

DI KABUPATEN LUWU UTARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh

RUSNA RUSTAM

Nomor Stambuk : 105610496514

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

i

Page 3: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

iii

iii

ii

Page 4: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

iv

iv

iii

Page 5: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

v

v

iv

Page 6: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

vi

vi

ABSTRAK

RUSNA RUSTAM. Kerjasama Pemerintah dan Masyarakat dalam

Penanggulangan Bencana di Kabupaten Luwu Utara. (dibimbing oleh

Fatmawati dan Alimuddin Said).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kerjasama

pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu

Utara. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dan tipe penelitian

menggunakan penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer dan data sekunder. Jumlah informan dalam penelitian ini

sebanyak lima orang dan penentuan informan yang menjadi sumber data

dilakukan dengan teknik purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan

teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data

menggunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kerjasama pemerintah dan

masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu Utara adalah

gotong royong karena dalam kerjasama tersebut tidak ada perjanjian tertulis,

kegiatan dilakukan dengan sukarela atau tanpa mengharapkan imbalan, dan tidak

terlepas dari aktivitas tolong menolong. Gotong royong antara pemerintah dan

masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi bencana sangat penting untuk

dilakukan. Seperti halnya dalam mencegah dan menanggulangi bencana di Desa

Beringin Jaya, bentuk kerjasama yang dilakukan tidak terlepas dari gotong royong

dan kerja bakti. Kerjasama tersebut memiliki tujuan yang jelas, terbuka dan jujur

dalam komunikasi, pengambilan keputusan tidak kooperatif, sudah terjalin rasa

memiliki, keterampilan mendengarkan yang baik, serta partisipasi semua anggota

telah terbilang maksimal. Adanya kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu Utara maka diharapkan akan

terselenggaranya penanggulangan bencana yang lebih baik yaitu secara terencana,

terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh di Kabupaten Luwu Utara.

Kata Kunci: Kerjasama, Partisipasi Masyarakat, Penanggulangan Bencana

v

Page 7: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

vii

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alllah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahna, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Kerjasama Pemerintah dan Masyarakat dalam

Penanggulangan Becana di Kabupaten Luwu Utara”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Rustam dan Hasnatang selaku Ayahanda dan Ibunda dari penulis yang tidak

henti-hentinya mendoakan dan memberikan dukungan yang tidak ternilai baik

moral maupun materi, nasehat dan pengorbanan yang tak terhingga demi

menyekolahkan penulis agar bisa meraih prestasi dan cita-cita yang diinginkan.

2. Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Alimuddin

Said, M.Pd. selakau pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya

membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Dr. H. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

5. Dosen Penasehat Akademik Dr. Andi Rosdianti Razak, M.Si yang senantiasa

memberikan nasehat-nasehat akademik demi terciptanya prestasi yang baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang selama ini

memberikan ilmu, dorongan dan semangat kepada penulis.

7. Lembaga tercinta LKIM-PENA yang sangat berperan penting dalam

penyelesaian tugas akhir penulis.

vi

Page 8: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

viii

viii

8. Arman Lukman yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan dalam

penyelesaian tugas akhir penulis.

9. Saudari saya Sukmawati, Yayuk Basuki, Suci Rismadani, dan Syarifah

Zaenab yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan selama masa

perkuliahan dan pengerjaan skripsi penulis.

10. Fitrianti, Syamsul, Asbudi, dan Sarmin selaku sahabat penulis yang selalu

meluangkan waktunya memberikan nasehat untuk melihat penulis semangat

dalam penyelesaian tugas akhir.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi pihak yang dibutuhkan.

Makassar, 21 Agustus 2018

Rusna Rustam

vii

Page 9: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

ix

ix

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan Skripsi ......................................................................... i

Halaman Persetujuan ...................................................................................... ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. iii

Abstrak ........................................................................................................... iv

Kata Pengantar ............................................................................................... v

Daftar Isi......................................................................................................... vi

Daftar Tabel ................................................................................................... vii

Daftar Gambar ................................................................................................ viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 7

D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kerjasama....................................................................... 8

B. Partisipasi Masyarakat................................................................. 25

C. Konsep Penanggulangan Bencana .............................................. 29

D. Manajemen Bencana ................................................................... 31

E. Kerangka Pikir............................................................................. 36

F. Fokus Penelitian .......................................................................... 38

G. Deskripsi Fokus ........................................................................... 38

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian....................................................... 39

B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................. 39

C. Sumber Data ................................................................................ 39

D. Informan Penenlitian ................................................................... 41

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 42

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 43

G. Teknik Pengabsahan Data ........................................................... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian ......................................................... 46

B. Bentuk Kerjasama Pemerintah dan Masyarakat dalam

Penanggulangan Bencana di Kabupaten Luwu Utara ................. 58

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 108

B. Saran ............................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 110

viii

Page 10: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

x

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Informan Penenlitian ........................................................................ 42

Tabel 2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pangkat dan Golongan ..................... 52

Tabel 3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan ..................... 53

Tabel 4. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Struktural dan Fungsional ... 53

Tabel 5. Daftar Peralatan BPBD Kabupaten Luwu Utara Tahun 2018 ......... 54

ix

Page 11: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

xi

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir .................................................................. 37

Gambar 2. Visi dan Misi BPBD Kabupaten Luwu Utara .............................. 46

Gambar 3. Struktur Organisasi BPBD Kabupatn Luwu Utara ...................... 49

x

Page 12: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

46

46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor yang melanda Indonesia

akhir-akhir ini memang sangat memprihatinkan. Hal ini juga selalu membuat

pemerintah dan masyarakatselalu waspada. Kabupaten Luwu Utara merupakan

salah satu daerah yang sering dilanda bencana banjir dan tanah longsor. Titik

tanah longsor terbanyak terletak di daerah yang memiliki letak geografis di

dataran tinggi. Tanah longsor yang terjadi biasanya merusak infrastruktur jalan,

jembatan, saluran irigasi, serta tanaman persawahan masyarakat. Hal ini juga akan

mengakibatkan kerugianbagi masyarakat Kabupaten Luwu Utara.

Kabupaten Luwu Utara memiliki 31 Desa yang rawan bencana longsor.

Desa rawan bencana longsor tersebar di Kecamatan yang berada di wilayah

pegunungan. Sementara 27 Desa rawan banjir berada di wilayah pesisir. Banjir

terjadi akibat meluapnya sungai Rongkong dan Sungai

Baliase(http://makassar.tribunnews.com). Tanah longsor dan banjir tersebut

merupakan bencana alam yang tidak diketahui kapan akan terjadi. Sehingga

masyarakat harus terus waspada terhadap datangnya bencana.Masyarakat harus

mampu mempersiapkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan apabila bencana

datang dengan tiba-tiba. Masyarakat harus sadar betapa sangat pentingnya fungsi

partisipasi masyarakat dalam menanggulangi bencana.

Bencana merupakan salah satu hal yang berada diluar kontrol manusia.

Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya korban yangdiakibatkan oleh

bencana maka diperlukan kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi

1

Page 13: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

47

47

suatu bencana.Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses untuk

memberikankesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat, agar

masyarakat mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dan membuka

lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk memberi kontribusi dalam

penanggulangan bencana.Penanggulangan bencanaharus dilakukan dengan

melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam menghadapi bencana.

Berbagai pihak yang berperan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana

yaitu pemerintah dan masyarakat. Pemerintah selaku penanggungjawab dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana secara khusus menjadi tanggungjawab

Badan PenanggulanganBencana Daerah (BPBD) ditingkat pemerintah daerah dan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ditingkat pemerintah pusat.

Kinerja pemerintah daerah merupakan suatu hal yang penting untuk

meningkatkan kualitas suatu daerah maupun instansi tertentu. Satuan unit yang

bertugas untuk bekerja khusus dalam bidang pekerjaan tertentu seperti

penanggulangan bencana alam harus bekerja dengan disiplin, efisien dan efektif.

Dengan demikian, pemerintah daerah dapat dikatakan telah berhasil apabila telah

bekerja dan dirasakan kinerjanya oleh masyarakat yang ada didaerahnya serta

telah memenuhi hak masyarakat di daerahnya.

Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan baik itu perlidungan

sosial dan rasa aman, khususnya kelompok masyarakat yang rentan akan bencana.

Kelompok tersebut seharusnya diberikan perhatian yang lebih oleh pemerintah.

Masyarakat berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan,

khususnyakepada yang terkena bencana. Selain memiliki hak, masyarakat juga

memliki kewajiban untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan

2

Page 14: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

48

48

bencana.Penanggulangan bencana merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional, yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan bencana sebelum, pada saat

maupun sesudah terjadinya bencana. Seringkali bencana hanya ditanggapi secara

parsial oleh pemerintah. Bahkan bencana hanya ditanggapi dengan pendekatan

tanggap darurat (emergency response). Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, maka penyelenggaraan

penanggulangan bencana diharapkan akan semakin baik, karena pemerintah dan

pemerintah daerah menjadi penanggungjawab dalam penanggulangan bencana

(Latief, 2015).

Menurut Lina Herlina, Sulawesi Selatan dalam status siaga darurat

bencana, karena cuaca ekstrem mengakibatkan sejumlah musibah. Bencana

diantaranya longsor, angin kencang, dan puting beliung yang menyebabkan

korban luka maupun meninggal dunia. Ketinggian ombak diatas normal

menyebabkan sebuah kapal tenggelam.Syamsidarselaku Kepala BPBD Sulawesi

Selatan mengatakan bahwa banjir terjadi di Kabupaten Pinrang, Barru, Sidrap,

Wajo, Luwu, Soppeng, dan Kabupaten Luwu Utara

(http://news.metrotvnews.com).

Menurut laporan wartawan TribunLutra.com, Chalik Mawardi, Kabupaten

Luwu Utara ditetapkan sebagai daerah darurat bencana. Alauddin Sukri selaku

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengatakan Luwu Utara

ditetapkan daerah yang rawan bencana sejak tanggal 31 Mei hingga 13 Juni.

Cuaca ekstrem melanda wilayah Kabupaten Luwu Utara sepekan terakhir.

Puluhan Desa terendam banjir dan longsor di pegunungan akibat intensitas hujan

tinggi (http://makassar.tribunnews.com). Hal ini bukanhanya memerlukan

3

Page 15: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

49

49

perhatian dari pemerintahterkait tapi juga partisipasi dari masyarakat

setempat.Secara formal, peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan

bencana diatur dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 11 Tahun 2014 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana (https://www.bnpb.go.id).Masyarakat perlu untuk ikut

andil dalam penanggulangan bencana dan ikut aktif dalam melakukan deteksi dini

dan cegah dini terhadap berbagai bencana yang setiap saat mengancam

masyarakat dan daerah yang berada di Kabupaten Luwu Utara.Peran aktif

masyarakat dalam penanggulangan bencana begitu penting sehingga Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Utara melakukan kerjasama

dengan masyarakat (https://luwuutarakab.go.id). Masyarat yang dimaksud penulis

adalah Kelompok Desa Tangguh Bencana Desa Beringin Jaya Kecamatan

Baebunta Kabupaten Luwu Utara.

Kepala pelaksana BPBD Luwu Utara, Alauddin Sukri, mengatakan

pemerintah akan bersinergi dengan warga untuk mengurangi risiko terjadinya

bencana. Pengurangan risiko terjadiya bencana di kabupaten Luwu Utara akan

diawali dengan aksi gerakan bersih sungai bagi aparatur pemeritah, relawan, dan

masyarakat. Pendekatan berbasis masyarakat mendapatkan dukungan beberapa

instrumen, diantaranya adalah Undang-Undang Desa yang memberikan ruang

kepada desa untuk mengembangkan dan membangun program, termasuk untuk

ketangguhan dalam merespon ancaman dan bencana alam.Dari pendekatan ini,

upaya mengurangi resiko banjir juga dapat dilakukan oleh masyarakat,

diantaranya berpartisipasi aktif untuk menjaga kebersihan dan ekosistem sungai,

hingga kepada tahap evakuasi bencana (https://luwuutara.go.id).

4

Page 16: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

50

50

Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis dilapangan, sehubungan

dengan meluapnya air sungai Rongkong yang melintasi Desa Beringin Jaya

menimbulkan beberapa kerugian antara lain rumah dan jalanan tergenang air

setinggi 100-150cm yang mengakibatkan lumpuhnya aktivitas masyarakat. Tidak

hanya rumah dan jalanan, tapi kebun atau lahan pertanian masyarakat seperti

jagung, kedelai, padi, kakao, dan kelapa sawit yang luasnya 382 Ha juga ikut

tergenang. Walaupun tidak ada korban jiwa tapi jumlah jiwa yang terkena dampak

bencana banjir di Desa Beringin Jaya sebanyak 2.021 Jiwa.

Kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana di

Kabupaten Luwu Utara diperlukan agar terselenggaranya penanggulangan

bencana secara terencana,terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh di Kabupaten

Luwu Utara. Menurut Sharma (Pratiwi: 2014) untuk mengukur kerjasama

pemerintah dan masyarakat diperlukan beberapa indikator kerjasama tim yaitu (1)

tujuan yang jelas; (2) terbuka dan jujur dalam komunikasi; (3) pengambilan

keputusan kooperatif; (4) rasa memiliki; (5) keterampilan mendengarkan yang

baik dan (6) partisipasi semua anggota.

Namun berdasarkan hasil observasi awal penulis, fakta di lapangan yang

diperoleh tidak sesuai dengan indikator tersebut.Kerjasama BPBD dan kelompok

Desa Tangguh Bencana(Destana) di Desa Beringin Jaya bisa dikatakan masih

belum optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya masalah yang

terkait dengan indikator pertama yaitu tujuan yang masih belum jelas, dimana

dalam kerjasama BPBD dan Kelompok Destanatidak ada MoU yang ditetapkan.

Aspek yang kedua berhubungan dengan indikator yang kedua yaitu

terbuka dan jujur dalam komunikasi. Masalah dalam indikator tersebut antara lain

5

Page 17: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

51

51

pihak BPBD dan pihak kelompok Destana Desa Beringin Jaya jarang melakukan

rapat. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya jadwal pertemuan rutin yang

dimiliki untuk membahas mengenai kerjasama penanggulangan bencana

tersebut.Aspek yang ketiga berhubungan dengan indikator pengambilan

keputusan kooperatif. Masalah dalam indikator tersebut terkait dengan proses

pengambilan keputusan dalam penanggulangan bencana. Pengambilan keputusan

secara bersama-sama yang dilakukan kedua belah pihak dalam kerjasama ini

masih belum terlihat jelas.

Adapun aspek yang keempat berhubungan dengan indikator rasa memiliki.

Masalah dalam indikator tersebut terkait dengan pekerjaan yang masih belum

produktif. Hal ini diakibatkan oleh pelatihan dalam menghadapi bencana yang

hanya dilakukan sekali dan berlangsung selama dua hari.

Aspek yang kelima berhubungan dengan indikator keterampilan

mendengarkan yang baik. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan

masyarakat dalam penanggulangan bencana sehingga belum terlepas dari bantuan

pihak BPBD dalam mengatasi bencana. Pengetahuan yang diperoleh dari

pelatihan tersebut belum sepenuhnya dapat diaplikasikan.

Aspek yang terakhir yaitu terkait dengan indikator keenam yaitu

partisipasi semua anggota. Hal ini mengacu pada keterlibatan masyarakat yang

tergabung dalam kelompok Destana yang masih belum maksimal. Hal ini

disebabkan kurangnya partisipasi anggota dari masyarakat yang tergabung dalam

kelompok Destana.Sehingga masalah dalam aspek-aspek tersebut menjadi dasar

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kerjasama Pemerintah dan

Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana di Kabupaten Luwu Utara.

6

Page 18: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

52

52

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut yaitu

bagaimanabentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan

bencana di Kabupaten Luwu Utara?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut yaitu

untuk mengetahui bentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Penelitan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memahami

dan mendalami tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana yang

dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

b. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan

sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu

administrasi negara khususnya.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

khususnya kepada pemerintah Kabupaten Luwu Utara dalam melakukan

berbagai tindakan terkait penyelenggaraan penanggulangan bencana.

b. Bagi mahasiswa, diharapkan nantinya dapat membuka ruang kesadaran

mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam penanggulangan bencana.

c. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran dalam penelitian selanjutnya.

7

Page 19: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

53

53

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kerjasama

1. Pengertian Kerjasama

Hakikat kerjasama berarti bekerja bersama-sama kearah tujuan yang

sama. Nama lain untuk itu dalam bahasa asing ialah team work. Istilah tersebut

biasanya dalam pemikiran kita memberi gambaran, dimana setiap orang

bekerja dan menyumbangkan tenaganya dengan sungguh-sungguh untuk

pencapaian tujuan bersama. Kerjasama dapat juga diartikan sebagai bekerja

luar biasa atau mewajibkan diri sendiri untuk berbuat lebih daripada yang

menjadi kewajiban sendiri karena dengan cara itu berarti juga ikut menolong

atau memberi keuntungan bagi kepentingan bersama (Amirullah, 2015: 189).

Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya

terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapaitujuan bersama

dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-

masing. Biasanya, kerjasama melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang

mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi

tercapainya tujuan bersama. Menurut Charles Horton Cooley, kerjasama timbul

apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan

yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan

pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan

tersebut melalui kerjasama, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan

yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang pentingdalam

kerjasama yang berguna (Abdulsyani, 2015: 156).

8

Page 20: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

9

9

Kerjasama dalam kamus besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen

Pendidikan Nasional dimaknai sebagai suatu kegiatan atau usaha yang

dilakukan oleh beberapa orang atau lembaga untuk mencapai tujuan bersama.

Jadi dalam kerjasama ada unsur kegiatan, beberapa pihak dan pencapaian

tujuan (Pramusinto, 2009: 113).

Menurut Adjid (Harisman, 2014: 220) bahwa kerjasama merupakan

istilah yang menunjukkan suatu keadaan, yaitu beberapa pelaku (subyek)

melakukan suatu atau beberapa unit (satuan) pekerjaan yang penyelesaiannya

atau hasil pekerjaan itu tergantung (interpedensi) antar pekerjaan atau

bagianbagian pekerjaan tersebut. Apabila pekerjaan diartikan sebagai

seperangkat kegiatan yang diperlukan untuk mewujudkan suatu hasil tertentu

yang ditetapkan sebelumnya, maka kerjasama bisa diartikan sebagai sejumlah

kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah pelaku untuk mewujudkan suatu hasil

yang ditetapkan sebelumnya sesuai dengan kesepakatan para pelaku tersebut.

Kerjasama menurut Soekanto, dimaksudkan sebagai suatu usaha

bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu

atau tujuan bersama. Sementara menurut Baron & Byane, kerjasama

(cooperation) adalah suatu usaha atau bekerja untuk mencapai suatu hasil.

Sedangkan Sunarto berpendapat, kerjasamaadalah adanya keterlibatansecara

pribadidiantarakedua belahpihakdemitercapainya penyelesaianmasalah yang

dihadapisecara optimal (Surminah, 2013: 103).

Kerjasama dipandang sebagai proses dan interaksi sosial yang benar-

benar terjadi. Bisa dilihat apa yang melatarbelakanginya dan bagaimana akibat

dari terjadinya proses itu bagi dinamika sosial dimasyarakat. Kerjasama

Page 21: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

10

10

membutuhkan perpaduan peran dan kemampuan yang berbeda dalam mencapai

tujuan. Sifat kerjasamatidak bisa dilepaskan dari hubungan antara individu dan

kelompoknya (ingroups). Perasaan in groups akan menguat ketika suatu

kelompok atau komunitas menghadapi ancaman dari luar, seperti bencana alam

yang datang akan membuat manusia bersatu memperkuat ikatan untuk

menghadapinya secara bersama-sama (Soyomukti, 2016: 341).

Dari pengertian kerjasama diatas, maka ada beberapa aspek yang

terkandung dalam kerjasama, yaitu ada orang-orang (dua orang atau

sekelompok orang) yang melakukan kesepakatan untuk mencapai tujuan

bersama yang saling menguntungkan. Keberhasilan usaha dalam melakukan

kerjasama sangat ditentukan oleh peran kedua pihak yang melakukan

kerjasama tersebut. Kerjasama juga akan dibatasi oleh waktu, artinya ada

kesepakan kedua pihak kapan kerjasama itu berakhir tujuan atau target yang

dikehendaki telah tercapai.

Menurut Ismawati (2012: 30) kerjasama ada yang bersifat spontan

(spontaneous cooperation), kerjasama langsung (directed cooperation),

kerjasama kontrak (contractual cooperation), dan kerjasama tradisional

(traditional cooperation). Yang pertama adalah kerjasama yang serta merta,

yang kedua merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, yang ketiga

merupakan kerjasama atas dasar tertentu, dan yang keempat merupakan bentuk

kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.

Kerjasama sangat besar manfaatnya bagi kehidupanmakhluk hidup

khusunya manusia. Adapun manfaatnya yaitu: (1) Kerjasama mendorong

persaingan di dalam pencapaian tujuan dan peningkatan produktivitas;

Page 22: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

11

11

(2)Kerjasama mendorong berbagai upaya individu agar dapatbekerja lebih

produktif, efektif, dan efisien; (3) Kerjasama akan mendorong terciptanya

sinergi sehinggabiaya operasionalisasi akan menjadi semakin rendahdan

menyebabkan kemampuan bersaing meningkat;(4). Kerjasama mendorong

terciptanya hubunganyang harmonis antarpihak terkait serta meningkatkanrasa

kesetiakawanan; (5). Kerjasama menciptakanpraktek yang sehat serta

meningkatkan semangatkelompok; dan (6). Kerjasama akan mendorong ikut

sertamemiliki situasi dan keadaan yang terjadidilingkungannya, sehingga

secara otomatis akan ikutmenjaga dan melestarikan situasi dan kondisi

yangtelah baik. (Surminah, 2013: 104).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok diantara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan

mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Jika tujuan yang ingin

dicapai berbeda maka kerjasama tidak akan bias tercapai. Dengan demikian

pengertian kerjasama adalah keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain

dan menjadi bagian dari kelompok. Bukan bekerja untuk saling berkompetisi.

Peran anggota kelompok sangat ditekankan dalam kerjasama, bukan sebagai

seorang pemimpin. Kelompok disini dalam arti yang luas, yaitu sekelompok

individu yang menyelesaikan suatu tugas.

Ada beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam mengukur

kerjasama tim. Terdapat dua pendapat yaitu menurut Sharma (Pratiwi, 2014)

indikator untuk mengukur kerjasama tim yaitu (1) tujuan yang jelas; (2)

terbuka dan jujur dalam komunikasi; (3) pengambilan keputusan kooperatif;

Page 23: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

12

12

(4) rasa memiliki; (5) keterampilan mendengarkan yang baik; dan (6)

partisipasi semua anggota. Sedangkan menurut Sopiah (Pratiwi, 2014)

indikator kerjasama tim yaitu (1) mempunyai komitmen terhadap tujuan

bersama; (2) menegakkan tujuan spesifik; (3) evaluasi kinerja dan sistem

ganjaran yang benar; (4) menghindari kemalasan sosial dan tanggungjawab; (5)

kepemimpinan dan struktur; dan (6) mengembangkan kepercayaan timbal-balik

yang tinggi.

Menurut Sharma (Pratiwi, 2014) indikator untuk mengukur kerjasama

tim yaitu.

a. Tujuan yang jelas

Melakukan suatu kegiatan tanpa memiliki tujuan yang jelas akan

berdampak tidak baik bagi pencapaian suatu tujuan yang tidak jelas pula.

Sebab sebuah tujuan akan mempertegas hal-hal atau kegiatan yang

semestinya dilakukan dan tidak dilakukan dalam proses pencapaian tujuan

yang dimaksud. Adapun indikator dari tujuan yang jelas yaitu dapat

terukur dan realistis.

b. Terbuka dan Jujur dalam Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah cara agar terhubung baik dalam

menyampaikan maupun menerima pesan. Sebuah komunikasi yang baik

memiliki karakter antara lain terbuka dan jujur dalam komunikasi. Dalam

komunikasi bisa berupa hal yang jujur atau hal yang penuh dengan suatu

kebohongan. Komunikasi yang baik juga membutuhkan suatu integritas

diri yang baik agar mampu terhubung secara terbuka serta tertarik untuk

saling memahami dan mengenal. Sehingga mampu bekerjasama dalam

Page 24: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

13

13

mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Terbuka dan jujur dalam

komunikasi memiliki beberapa indikator antara lain selektif dalam

menerima dan mengolah informasi dan memiliki hubungan komunikasi

yang baik.

c. Pengambilan Keputusan Kooperatif

Proses pengambilan suatu keputusan bersama itu dilakukan secara

musyawarah. Jalan musyawarah merupakan salah satu cara dalam

menyelesaikan suatu masalah. Dalam sebuah musyawarah yang

diharapkan adalah terjadinya suatu kesepakatan. Olehnya itu, dalam

sebuah musyawarah seorang pemimpin harus mampu mengatur proses

berlangsungnya musyawarah. Dalam pengambilan keputusan yang

kooperatif dapat diukur dengan indikator musyawarah mufakat.

d. Rasa memiliki

Rasa memiliki dalam sebuah organisasi apabila diabaikan akan

menimbulkan hal yang tidak baik. Dampaknya ialah seseorang yang

bekerja dalam organisasi tersebut akan menjadi kurang produktif dalam

bekerja. Yang kemudian akan memicu respon ancaman sehingga

menimbulkan perilaku tidak mau bekerjasama dan menghindari tugas yang

diberikan. Untuk mengukur rasa memiliki dalam sebuah kerjasama, dapat

dilihat dari beberapa indikator antara lain tidak menghindari tugas dan

memiliki pekerjaan produktif.

e. Keterampilan mendengarkan yang baik

Keterampilan mendengarkan yang baik dapat diartikan sebagai sebuah

proses pemahaman dalam mendapatkan informasi. Sebaik apa pun sebuah

Page 25: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

14

14

komunikasi tanpa dibarengi dengan keterampilan mendengarkan yang baik

maka proses komunikasi tidak akan berjalan efektif. Untuk melihat

keterampilan mendengarkan yang baik dalam sebuah kerjasama maka

dapat dilihat dari indikator yaitu memberi respon yang baik.

f. Partisipasi semua anggota

Partisipasi semua anggota dalam proses kerjasama merupakan keterlibatan

yang meliputi pemberian opini, ikut serta dalam kegiatan dan pemberian

usulan dari anggota. Apabila terdapat partisipasi dari masing-masing

anggota dalam proses kegiatan yang berlangsung, maka hal ini akan

meningkatkan kesadaran setiap anggota akan tugas dan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya. Dengan adanya partisipasi, setiap anggota akan

tahu apa yang harus dikerjakan berkaitan dengan pencapaian tujuan.

2. Bentuk Kerjasama

Bentuk kerjasama dilakukan oleh sekelompok orang atau dalam suatu

organisasi dengan organisasi lain atau antara suatu Negara dengan Negara lain.

Dengan terbentuknya kerjasama diharapkan memperoleh kemudahaan dalam

mencapai tujuan bersama (Surminah, 2013: 103). Ada beberapa bentuk

kerjasama yang dapat ditemukan dalam masyarakat, antara lain (Soyomukti,

2016: 342).

a. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-

barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. Dalam hal ini,

kerjasama terjadi karena adanya tawar menawar yang dilakukan, masing-

masing sudah memperhitungkan mendapatkan apa dengan pertimbangan

apa yang dimiliki sebagai modal untuk bekerja sama. Yang punya daya

Page 26: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

15

15

tawar lebih kuat biasanya akan mendapatkan hasil yang lebih baik atau

lebih banyak.

b. Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru

dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi,

sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam

stabilisasi organisasi yang bersangkutan. Kerjasama terjadi karena ada

kekuatan yang mencengkeram yang mampu mendefinisikan seolah-olah

kepentingan dan tindakannya dalam kelompok atau organisasi menjadi

kepentingan bersama.

c. Koalisi (Coalition), yaitu kerjasama yang dilakukan antara dua organisasi

atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi biasanya

dilakukan atas kepentingan sesaat sehingga bentuk kerja samanya bisa

dikatakan tidak stabil. Hal ini terjadi karena secara mendasar

kepentingannya berbeda, hanya saja koalisi terjadi karena ada kepentingan

jangka pendek yang bisa dijadikan alasan untuk melakukan kerjasama.

Kerjasama di dalam organisasi-organisasi seperti organisasi

pemerintahan, organisasi sosial, dan organisasi keagamaan tidak hanya akan

melibatkan beberapa individu setempat saja, akan tetapi karena luas dan

meluasnya akan melibatkan individu-individu lain di tempat-tempat yang jauh,

melintasi batas-batas daerah atau negara. Dalam kenyataannya, realisasi

kooperasi itu diusahakan melalui berbagai macam usaha. Setidak-tidaknya ada

empat macam bentuk usaha kooperasi yaitu (Narwoko, 2006: 59).

a. Tawar-menawar (bargaining), yang merupakan bagian dari proses

pencapaian kesepakatan untuk pertukaran barang atau jasa.

Page 27: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

16

16

b. Koalisi (coalition), yaitu usaha dua organisasi atau lebih yang sekalipun

mempunyai sruktur berbeda-beda hendak mengejar tujuan yang sama.

c. Kooptasi (cooptation), yaitu usaha ke arah kerjasama yang dilakukan

dengan jalan menyepakati pimpinan yang akan ditunjuk untuk

mengendalikan jalannya organisasi atau kelompok.

d. Patungan (joint-venture), yaitu usaha bersama untuk mengusahakan suatu

kegiatan, demi keuntungan bersama yang dibagi nanti, secara proporsional

dengan cara saling mengisi kekurangan masing-masing partner.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Narwoko, ada beberapa bentuk

kerjasama (cooperation) menurut Bungin (2006: 59) yaitu.

a. Gotong-royong dan kerja bakti

Gotong-royong adalah sebuah proses cooperation yang terjadi di

masyarakat pedesaan, di mana proses ini menghasilkan aktivitas tolong-

menolong dan pertukaran tenaga serta barang maupun pertukaran

emosional dalam bentuk timbal balik diantara masyarakat. Gotong-royong

merupakan proses kerjasama yang banyak terjadi di masyarakat pedesaan

dalam mencapai kesejahteraan yang baik. Indikator gotong-royong yaitu:

1) Tidak ada perjanjian tertulis

2) Sifatnya sukarela

3) Aktivitas tolong-menolong

b. Bargaining

Bargaining adalah proses cooperation dalam bentuk perjanjian pertukaran

kepentingan, kekuasaan, barang-barang maupun jasa antara dua organisasi

atau lebih yang terjadi di bidang politik, budaya, ekonomi, dan hukum.

Page 28: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

17

17

c. Coalition

Coalition adalah dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang

sama kemudian melakukan kerjasama satu dengan lainnya untuk mencapai

tujuan tersebut.

d. Co-optation

Co-optation adalah proses cooperation yang terjadi di antara individu dan

kelompok yang terlibat dalam sebuh organisasi atau negara dimana terjadi

proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau

pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untuk menciptakan stabilitas.

e. Joint-venture

Joint-venture adalah kerjasama dua atau lebih organisasi perusahaan di

bidang bisnis untuk pengerjaan proyek-proyek tertentu. Misalnya,

eksplorasi tambang batu bara, penangkapan ikan, pengeboran minyak,

penambangan emas, perkapalan dan eksploitasi sumber mineral lainnya.

Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap

kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan

kerjasama, ada tiga bentuk kerjasama yaitu (Setiadi, 2011: 98).

1. Bargaining, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa

antara dua organisasi atau lebih.

2. Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan

atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara

untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi.

3. Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai

tujuan yang sama.

Page 29: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

18

18

3. Pola Hubungan Kerjasama

Institusi pemerintah berfungsi menciptakan lingkungan politik dan

hukum yang kondusif, sektor swasta menciptakan pekerjaan dan pendapatan,

sedangkan masyarakat berperan dalam membangun interaksi sosial, ekonomi,

dan politik, termasuk mengajak kelompok-kelompok masyarakat untuk

berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik (Laksana, 2013: 58).

Untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik maka menuntut adanya pola

hubungan kerjasama antara lembaga-lembaga baik di dalam maupun di luar

birokrasi pemerintahan. Lembaga yang dimaksudkan meliputi sektor swasta

dan civil society (masyarakat sipil). Kerjasama itu harus dibangun dalam

lingkungan yang transparan dan komunikasi terjalin dengan baik terutama

dalam setiap pengambilan keputusan.

a. Peran Pemerintah

Government atau pemerintah merupakan aktor Negara yang menjadi

badan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas dan sektor swasta untuk aktif melakukan upaya

pembangunan, penyedia jasa pelayanan, dan infrastruktur. Pemerintah

adalah sentral dalam pembangunan sosial dan ekonomi, tidak sebagai

penyedia langsung pembangunan, tetapi sebagai partner, katalis dan

fasilitator (Laksana, 2013: 59). Peran pemerintah selaku penanggungjawab

dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana secara khusus menjadi

tanggungjawab Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di

tingkat pemerintah pusat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) di tingkat pemerintah daerah.

Page 30: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

19

19

b. Peran Sektor Swasta

Terkait dengan lembaga usaha, Pasal 28 UU No. 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa Lembaga usaha

mendapatkan kesempatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,

baik secara tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain. Dan Pasal

29 mengatakan bahwa Lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan

kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Di samping itu,

Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana, pasal 87 secara jelas menyebutkan beberapa

peran yang bisa dilakukan oleh lembaga usaha, baik pada fase sebelum, saat,

dan sesudah bencana. Hal ini menunjukkan pentingnya peran lembaga usaha

dalam penanggulangan bencana(http://kabarindonesia.com).

Perusahaan swasta juga memiliki peran yang penting dalam upaya

penanggulangan bencana selama ini, khususnya pada fase saat terjadi

bencana. Sedangkan peran sebelum terjadi bencana, untuk kegiatan

pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan dalam rangka mengurangi risiko,

bisa dijalankan melalui tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dimiliki

oleh perusahaan. UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Pasal 74 menyebutkan (http://kabarindonesia.com):

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan.

2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan

Page 31: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

20

20

diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan

dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Rencana kegiatan pada tahap prabencana berisi usulan kegiatan yang

dilakukan oleh lembaga usaha di wilayah kerja untuk mengurangi atau

menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana

maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Kegiatan itu antara lain

(https://www.bnpb.go.id): (1) Pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

(2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; (3) Pengembangan

budaya sadar bencana; (4) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian

sistem peringatan dini; (5) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan

gladi tentang mekanisme tanggap darurat; (6) Penyebarluasan informasi

tentang peringatan bencana, penyiapan jalur evakuasi; dan (7) Kegiatan lain

untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana.

Rencana kegiatan pascabencana berisi usulan kegiatan lembaga

usaha di wilayah kerja, baik berupa perbaikan dan pemulihan semua aspek

pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai maupun

pembangunan kembali prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah

pasca bencana. Kegiatannya meliputi (https://www.bnpb.go.id): (1)

Pengkajian kebutuhan pascabencana serta penyusunan rencana aksi

rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana; (2) Perbaikan lingkungan,

prasarana dan sarana umum, dan pemberian bantuan perbaikan rumah; (3)

Pelayanan kesehatan, serta pemulihan sosial psikologis dan sosial ekonomi

masyarakat; (4) Pembangunan kembali prasarana dan sarana lingkungan dan

sosial masyarakat; (5) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; (6)

Page 32: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

21

21

Pemantauan pelaksanaan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi

pascabencana terhadap kelompok sasaran; dan (7) Kegiatan lain berupa

perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat

sampai tingkat yang memadai maupun pembangunan kembali semua

prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah yang terjadi bencana saat

pascabencana.

Pada saat tanggap darurat, peran lembaga usaha dalam memberikan

bantuan melalui pos komando penanganan darurat BNPB atau BPBD yang

dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk mengani dampak

buruk yang ditimbulkan. Kegiatan bantuan oleh lembaga usaha meliputi

(https://www.bnpb.go.id): (1) Pencarian dan penyelamatan, serta evakuasi

korban dan harta benda terdampak bencana; (2) Pemenuhan kebutuhan

dasar; (3) Perlindungan dan pengurusan pengungsi dan kelompok rentan; (4)

Penyelamatan dan pemulihan prasarana dan sarana vital; (5) Kegiatan lain

yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana.

c. Peran Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan

bencanameliputi (https://www.bnpb.go.id): (1) Pengambilan keputusan; (2)

Memberikan informasi yang benar kepada publik; (3) Pengawasan; (4)

Perencanaan; (5) Impelementasi; dan (6) Pemeliharaan program kegiatan

penanggulangan bencana.

Rencana kegiatan pada tahap prabencana dalam nota kesepakatan

berisi usulan kegiatan di wilayah kerja organisasi atau lembaga guna

mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan

Page 33: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

22

22

ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud antara lain (https://www.bnpb.go.id): (1)

Pengenalan dan pemantauan risiko bencana; (2) Perencanaan partisipatif

penanggulangan bencana; (3) Pengembangan budaya sadar bencana; (4)

Mitigasi dan pencegahan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan; (5)

Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini; (6)

Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme

tanggap darurat; (7) Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana,

penyiapan jalur evakuasi; (8) Pemantauan pelaksanaan rencana aksi

pengurangan risiko bencana; (9) Kegiatan lain untuk mengurangi atau

menghilangkan risiko bencana; (10) Pembangunan sosial ekonomi; dan (11)

Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan dan psikologis.

Rencana kegiatan pada tahap pascabencana dalam nota kesepakatan

berisi usulan kegiatan organisasi atau lembaga di wilayah kerja, baik berupa

perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat

sampai tingkat yang memadai maupun pembangunan kembali semua sarana

prasarana dan kelembagaan di wilayah pascabencana. Kegiatan-kegiatan itu

antara lain sebagai berikut (https://www.bnpb.go.id): (1) Pengkajian

kebutuhan pascabencana dan penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan

rekonstruksi pascabencana; (2) Perbaikan lingkungan, sarana dan prasarana

umum, dan pemberian bantuan perbaikan rumah; (3) Pelayanan kesehatan,

serta pemulihan sosial psikologis dan sosial ekonomi masyarakat; (4)

Pembangunan kembali sarana dan prasarana lingkungan dan sosial

masyarakat; (5) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; (7)

Page 34: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

23

23

Pemantauan pelaksanaan rencana aksi rehabilitasi rekonstruksi

pascabencana terhadap kelompok sasaran.

Peran serta masyarakat dalam bentuk organisasi atau lembaga pada

saat tanggap darurat dapat memberikan bantuan melalui pos komando

tanggap darurat penanggulangan bencana atau menyalurkan bantuan secara

langsung kepada masyarakat terdampak bencana dengan berkoordinasi

dengan pos komando tanggap darurat penanggulangan bencana. Kegiatan-

kegiatan peran serta masyarakat pada saat tanggap darurat antara lain

sebagai berikut (https://www.bnpb.go.id): (1) Pencarian dan penyelamatan,

serta evakuasi korban dan harta benda terdampak bencana; (2) Pemenuhan

kebutuhan dasar; (3) Perlindungan dan pengurusan pengungsi dan kelompok

rentan; (4) Penyelamatan dan pemulihan saran dan prasarana vital; (5)

Pemantauan pelaksanaan rencana operasi tanggap darurat; (6) Kegiatan lain

yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana.

Peran aktif masyarakat dalam penanggulangan bencana begitu

penting sehingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah Luwu Utara

melakukan kerjasama dengan masyarakat (https://luwuutarakab.go.id).

Kelompok masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

Kelompok Desa Tangguh Bencana di Desa Beringin Jaya.

4. Prinsip-Prinsip Kerjasama

Keberhasilan melaksanakan kerjasama dibutuhkan prinsip-prinsip

umum sebagaimana yang dijelaskan oleh Edralin dan Whitaker (Meyana,

2017). Prinsip umum tersebut terdapat dalam prinsip good governanceatau

Page 35: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

24

24

pemerintahan yang baik. Prinsip-prinsip kerjasama yang dimaksud yaitu

sebagai berikut.

a. Partisipasi masyarakat yaitu semua warga masyarakat mempunyai suara

dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui

lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka.

Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan

berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk

berpartisipasi secara konstruktif.

b. Tegaknya supremasi hukum yaitu kerangka hukum harus adil dan

diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum

yang menyangkut hak asasi manusia.

c. Transparansi yaitu dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh

proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses

oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus

memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

d. Peduli pada stakeholderyaitu lembaga-lembaga dan seluruh proses

pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.

e. Berorientasi pada konsensus yaitu tata pemerintahan yang baik

menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya

suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-

kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-

kebijakan dan prosedur-prosedur.

f. Kesetaraan yaitu semua warga masyarakat mempunyai kesempatan

memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.

Page 36: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

25

25

g. Efektifitas dan Efisiensi yaitu proses-proses pemerintahan dan lembaga-

lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan

dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.

h. Akuntabilitas yaitu para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta

dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada

masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.

Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya

tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.

i. Visi Strategis yaitu para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif

yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan

pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan

untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus

memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial

yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

B. Partisipasi Masyarakat

Seorang ahli ekonomi kerakyatan, Mubyarto mengatakan, pengertian dasar

partisipasi adalah tindakan mengambil bagian dalam kegiatan, sedangkan

pengertian partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu

proses pembangunan dimana masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan

program, perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan dan pengambilan

keputusan. Sementara Sulaiman, seorang ahli pekerjaan sosial, mengungkapkan

partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat secara perorangan,

kelompok, atau dalam kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan

bersama, perencanaan dan pelaksanaan program serta usaha pelayanan dan

Page 37: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

26

26

pembangunan kesejahteraan sosial didalam dan atau diluar lingkungan masyarakat

atas dasar rasa kesadaran tanggung jawab sosialnya (Huraerah, 2011: 110).

Secara umum corak partisipasi warga negara dapat dibedakan menjadi

empat macam yaitu sebagai berikut (Kumorotomo, 2015: 136).

1. Partisipasi dalam pemilihan (electoral particiption).

Ini merupakan corak partisipasi yang paling mudah dilihat karena biasanya

bersifat rasional. Aktivitas partisipasi massa dalam hal ini ditujukan untuk

memilih wakil-wakil rakyat, mengangkat pemimpin atau menerapkan

ideologi pembangunan tertentu. Oleh sebab itu, aktivitas yang dilakukan

antara lain kegiatan-kegiatan dalam partai, kampanye, mengisi kotak suara,

propaganda atau menyumbangkan uang pribadi untuk kegiatan fraksi tertentu.

2. Partisipasi kelompok (group participation).

Warga negara bergabung dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

menyuarakan aspirasi mereka. Kelompok-kelompok itu mungkin terdiri dari

orang-orang yang bekerjasama ingin memerangi kemiskinan, mengadukan

penyelewengan administratif kepada lembaga-lembaga kerakyatan, atau

sekadar membela kepentingan-kepentingan sekelompok individu yang sama.

3. Kontak antara warga negara dan pemerintah (citizen-government contacting).

Proses komunikasi dapat terjalin antara warga negara dengan pemerintahnya

dengan cara menulis surat, menelpon, atau pertemuan secara pribadi. Kontak

juga bisa berlangsung dalam pertemuan-pertemuan mulai tingkat desa hingga

rapat akbar yang melibatkan seluruh warga disebuah kota, atau lokakarya dan

konferensi yang membahas masalah-masalah khusus. Aparatur pemerintah

ingin mengadakan survei mengenai opini publik atas kebijakan tertentu.

Page 38: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

27

27

4. Partisipasi warga negara secara langsung di lingkungan pemerintahan.

Partisipasi seperti ini mensyaratkan keterlibatan langsung seorang warga

negara didalam pembuatan kebijakan pemerintah. Misalnyatokoh masyarakat

didudukan sebagai wakil rakyat di lembaga-lembaga pembuat kebijakan.

Prinsip dalam partisipasi dipahami sebagai forum kesempatan bagi

administrasi negara dan masyarakat untuk bertukar informasi dan dialog, diluar

keterlibatan pihak swasta (warga, pengusaha, masyarakat sipil) yang biasanya

mereka lakukan di dalam proses kegiatan administrasi pemerintahan. Selain itu,

juga dapat dipergunakan sebagai upaya untuk menilai peningkatan kualitas

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, dan jaminan terhadap hak warga untuk

memperoleh informasi yang mereka butuhkan (Thoha, 2015: 159).

Efektivitas partisipasi biasanya dibatasi oleh berbagai kondisi. Satu

diantaranya adalah sikap manusia terhadap pekerjaan yang sedang dan akan

dijalaninya. Keterbatasan partisipasi anggota dalam proses pembuatan keputusan

disebabkan oleh kepentingan anggota. Ada lima faktor penentu yang diduga kuat

mempengaruhi tingkat partisipasi kelompok, yaitu perasaan berpartisipasi, dan

sikap pada pekerjaan, kebutuhan akan kebebasan, kepatuhan, dan penampilan

kerja (Danim, 2004: 142).

Ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama jika dikaitkan dengan praktik

pembangunan masyarakat yang demokratis, sebagaimana dikemukakan Gaventa

dan Valderama (Huraerah, 2011: 113), yaitu:

1. Partisipasi sosial: keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan.

Masyarakat dipandang sebagai „beneficiary‟ pembangunan dalam konsultasi

atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek

Page 39: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

28

28

pembangunan dari penilaian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan sampai

pemantauan dan evaluasi program. Dengan demikian, partisipasi diletakkan

diluar lembaga formal pemerintahan seperti forum warga.

2. Partisipasi politik: representasi dalam demokrasi. Tujuannya untuk

mempengaruhi dan mendudukkan wakil rakyat dalam lembagapemerintahan

dan tidakmelibatkan langsungmasyarakat dalamprosespemerintahan.

3. Partisipasi warga: pengambilan keputusan langsung dalam kebijkan publik.

Warga berpartisipasi secara langsung dalam pengambilan keputusan pada

lembaga dan proses pemerintahan. Partisipasi menempatkan masyarakat tidak

hanya sebagai penerima (objek), tetapi sebagai subjek.

Menurut Asia Development Bank (Huraerah, 2011: 114), tingkatan

partisipasi (dari yang terendah sampai tertinggi) sebagai berikut.

1. Berbagi informasi bersama (sosialisasi) yaitu pemerintah hanya

menyebarluaskan informasi tentang program yang akan direncanakan atau

sekadar memberikan informasi mengenai keputusan yang dibuat dan

mengajak warga untuk melaksanakan keputusan.

2. Konsultasi/ mendapatkan umpan balik yaitu pemerintah meminta saran dan

kritik dari masyarakat sebelum suatu keputusan ditetapkan.

3. Kolaborasi/ pembuatan keputusan bersama yaitu masyarakat bukan sebagai

penggagas kolaborasi, tetapi masyarkat dilibatkan untuk merancang dan

mengambil keputusan bersama.

4. Pemberdayaan/ kendali

Dusseldorp (Mardikanto, 2015: 84) mengidentifikasi beragam bentuk-

bentuk kegiatan partisipasi yang dilakuakan oleh setiap warga masyarakat.

Page 40: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

29

29

1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat.

2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.

3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan

partisipasi masyarakat yang lain.

4. Menggerakkan sumber daya masyarakat.

5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

C. Konsep Penanggulangan Bencana

Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana (Awalia, 2015: 207), bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang penanggulangan bencana, yaitu:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan longsor.

2. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik

sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.

3. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa non alam. Contohnya wabah penyakit;

Page 41: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

30

30

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana menyatakan bahwa penanggulangan bencana harus didasarkan pada azas

atau prinsip-prinsip utama anatara lain: kemanusiaan, keadilan, kesamaan

kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, keseimbangan, keselarasan dan

keserasian, ketertiban dan kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan

hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.Penyelenggaraan penanggulangan bencana

bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka

memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak

bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada semua fase/tahapan

dijelaskan sebagai berikut (Nurjanah, 2012: 99):

1. Pra-bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pra-bencana meliputi:

(1) dalam situasi tidak terjadi bencana dan (2) dalam situasi terdapat potensi

terjadinya bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi

tidak terjadi bencana antaralain (1) perencanaan penanggulangan bencana, (2)

pengurangan risiko bencana, (3) pencegahan, (4) pemaduan dalam perencanaan

pembangunan, (5) persyaratan analisis risiko bencana, (6) pelaksanaan dan

penegakan tata ruang, (7) pendidikan dan pelatihan, dan (8) persyaratan standar

teknis penanggulangan bencana.

2. Tanggap darurat

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat

bencana meliputi: (1) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,

kerusakan, kerugian, dan sumber daya (2) penentuan status keadaan darurat

Page 42: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

31

31

bencana (3) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana (4)

pemenuhan kebutuhan dasar (5) perlindungan terhadap kelompok rentan (6)

pemulihan dengan segera prasarana dan sarana.

3. Pasca-bencana

Setelah terjadinya bencana dan selesainya masa tanggap darurat,

diharapkan korban bencana atau pengungsi (jika ada pengungsi) kembali ke

rumah/ tempat asal dimana mereka tinggal. Hal ini dapat dilakukan melalui

kegiatan rehabilitasi yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan

kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kodisi

normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan mereka dapat

berjalan kembali. Ini berlaku untuk korban bencana/pengungsi yang bisa

kembali ke tempat semula dimana mereka tinggal.

Upaya-upaya penanggulangan bencana yaitu: (1) Mitigasi dapat juga

diartikan sebagai penjinak bencana alam, dan pada prinsipnya mitigasi adalah

usaha-usaha baik bersifat persiapan fisik, maupun non-fisik dalam menghadapi

bencana alam; (2) Menempatkan korban di suatu tempat yang aman adalah hal

yang mutlak diperlukan. (3) Membentuk tim penanggulangan bencana; (4)

Memberikan penyuluhan-penyuluhan; (5) Merelokasi korban secara bertahap.

Upaya-upaya pencegahan ancaman alam yaitu: (1) Membuat pos peringatan

bencana; (2) Membiasakan hidup tertib dan disiplin; dan (3) Memberikan

pendidikan tentang lingkungan hidup (Awalia, 2015: 207).

D. Manajemen Bencana

Proses pengkomunikasian informasi bencana itu harus sedemikian rupa,

tanpa hambatan fisik maupun administratif, sehingga orang nomor satu segera

Page 43: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

32

32

tahu ada bencana minimal tujuh menit, misalnya sejak bencana itu terjadi. Yang

lebih penting lagi adalah bahwa dia haruslah punya karakter yang memang

responsif terhadap penderitaan orang lain (Wibawa, 2005: 383).

Manajemen bencana (Disaster Management) adalah ilmu pengetahuan

yang mempelajari bencana serta segala aspek yang berkaitan dengan bencana,

terutama risiko bencana dan bagaimana menghindari risiko bencana.Manajemen

bencana merupakan proses dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen

yang kita kenal selama ini misalnya fungsi planning, organizing, actuating, dan

controlling.Cara bekerja manajemen bencana adalah melalui kegiatan-kegiatan

yang ada pada tiap kuadran/siklus/bidang kerja yaitu pencegahan, mitigasi dan

kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta pemulihan. Sedangkan tujuannya (secara

umum) antara lain untuk melindungi masyarakat beserta harta-bendanya dari

(ancaman) bencana (Nurjanah, 2012: 42).

Penentuan skala dan status bencana ditentukan berdasarkan kriteria jumlah

korban dan material yang dibawa oleh bencana, infrastruktur yang rusak, luas area

yang terkena, sarana umum yang tidak berfungsi, pengaruh terhadap sosial

ekonomi dan kemampuan sumber daya lokal untuk mengatasinya.Didalam siklus

manajemen bencana terdapat beberapa tahapan dalam upaya untuk menangani

suatu bencana (Sinaga, 2015: 4) yaitu.

1. Penanganan Darurat; yaitu upaya untuk menyelamatkan jiwa dan melindungi

harta serta menangani gangguan kerusakan dan dampak lain suatu bencana.

Sedangkan keadaan darurat yaitu kondisi yang diakibatkan oleh kejadian luar

biasa yang berada di luar kemampuan masyarakat untuk menghadapinya

dengan sumber daya atau kapasitas yang ada sehingga tidak dapat memenuhi

Page 44: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

33

33

kebutuhan pokok dan terjadi penurunan drastis terhadap kualitas hidup

masyarakat.

2. Pemulihan (recovery); adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok

terpenuhi. Proses recovery terdiri dari:

a. Rehabilitasi: perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya

sementara atau berjangka pendek.

b. Rekonstruksi: perbaikan yang sifatnya permanen.

3. Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi

kemungkinan timbulnya suatu ancaman. Namun perlu disadari bahwa

pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar bencana.

4. Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak

buruk dari suatu ancaman. Misalnya: penataan kembali lahan desa.

5. Kesiapsiagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika

terjadi bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-

kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi atas sumber daya yang ada

untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Konsep sistem manajemen bencana (Disaster Management System)

menurut W. Nick Carter (Candra, 2014) dibutuhkan siklus manajemen

menghadapi bencana untuk tiap Negara, yang meliputi pencegahan (Prevention),

mitigasi (Mitigation), kesiapsiagaan (Preparedness), respon (Response),

perbaikan (Recovery), dan pengembangan (Development).

1. Pencegahan (Prevention)

Mengukur dan memperkirakan bencana yang akan terjadi. Pada dasarnya

sangat sulit untuk memperkirakan dimana bencana akan menghadang akan

Page 45: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

34

34

tetapi hal tersebut dapat berusaha dicegah.Misalnya membuat bangunan yang

secara konstruksi kuat dalam menahan goncangan dan memperhatikan syarat-

syarat standar keamanan pembangunan, pengeboran, dan lain sebagainya.

2. Mitigasi (Mitigation)

Tindakan mitigasi dapat dalam bentuk program yang spesifik. Hal ini

diupayakan agar bencana dapat meminimalisir korban dan kerusakan.

3. Kesiapsiagaan (Preparedness)

Standar tanggap bencana sebaiknya ditetapkan oleh pemerintah dan

disosialisasikan kepada publik, diharapkan dapat melatih masyarakat, baik

sebagai komunitas maupun kelompok selalu siap siaga menghadapi yang

terburuk dan agar tidak terjadi kepanikan massal. Kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana bisa dibagi menjadi 3 bagian, antara lain: peringatan,

ancaman dan tindakan pencegahan.

4. Reaksi cepat (Response)

Reaksi cepat biasanya dapat dilakukan sesegera mungkin pada saat maupun

setelah bencana datang.Adanya personel yang sudah terlatih di dalam

masyarakat, diharapkan agar masyarakat secara mandiri dapat melakukan

penanganan dini sebelum bantuan datang.

5. Perbaikan (Recovery)

Proses perbaikan diutamakan kepada kebutuhan dasar masyarakat yang

menjadi korban bencana sperti tempat tinggal, sanitasi dan MCK kemudian

dilanjutkan dengan perbaikan infrastruktur yang mendukung percepatan

pemulihan sektor ekonomi daerah yang terkena bencana.

6. Pengembangan (Development)

Page 46: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

35

35

Kegiatan pembangunan nasional dimaksudkan untuk memastikan bahwa hasil

bencana secara efektif tercermin dalam kebijakan masa depan untuk

kepentingan kemajuan nasional dan dibutuhkan pengembangan simulasi

berbagai macam bencana yang mungkin terjadi.

Manajemen risiko bencana berada pada fase pra-bencana yang dilakukan

melalui pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Langkah-langkah yang harus

dilakukan adalah yang pertama, mengenali bahaya yang ada disekitar tempat

tinggal kita. Kedua, mengidentifikasi risiko berdasarkan probabilitas/

kemungkinan terjadinya bencana beserta intensitas/dampaknya. Ketiga,

menganalisis atau menilai jenis ancaman yang berisiko tinggi dari beberap jenis

ancaman yang ada. Keempat, mengelola risiko dengan melakukan pencegahan

(risk avoidance), mitigasi (risk reduction), dan memindahkan sebagaian

beban/risiko (risk transfer). Kelima, menerima total atau pasrah menerima adanya

bahaya (risk acceptance) akan tetapi masyarakat harus disiagakan. Keenam,

setelah semua langkah tersebut dilalui, setiap saat dan dilakukan pemantauan

terhadap perkembangan ancaman dan perkembangan kerentanan masyarakat

untuk mengantisipasi upaya peningkatan kemampuan yang diperlukan (Nurjanah,

2012: 47).

1. Manajemen tanggap darurat/kedaruratan

Manajemen kedaruratan adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek

perencanaan dan penanganan kedaruratan, pada saat menjelang, saat darurat

dan sesudah terjadi keadaan darurat, yang mencakup kesiapsiagaan darurat,

tanggap darurat dan pemulihan darurat, termasuk didalamnya adalah transisi

dari darurat ke pemulihan khususnya pemulihan dini (Nurjanah, 2012: 55).

Page 47: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

36

36

2. Manajemen pemulihan

Pemulihan merupakan awal upaya pembangunan kembali dan menjadi

bagian dari pembangunan pada umumnya yang dilakukan melalui rehabilitasi

dan rekonstruksi. Rehabilitasi dapat diartikan sebagai segala upaya perbaikan

untuk mengembalikan fungsi secara minimal terhadap sarana, prasarana dan

fasilitas umum yang rusak akibat bencana. Sedangkan rekonstruksi dapat

diartikan sebagai segala upaya pembangunan kembali sarana, prasarana, dan

fasilitas umum yang rusak akibat bencana (Nurjanah, 2012: 74).

E. Kerangka Pikir

Kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana di

Kabupaten Luwu Utara diperlukanagar terselenggaranya penanggulangan bencana

secara terencana,terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh di Kabupaten Luwu

Utara.Untuk mengetahui bentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat diperlukan

beberapa indikator untuk mengukur kerjasama tim menurut Sharma (Pratiwi:

2014) yaitu (1) tujuan yang jelas yang meliputi beberapa indikator yaitu dapat

terukur dan realistis; (2) terbuka dan jujur dalam komunikasi yang meliputi

beberapa indikator antara lain selektif dalam menerima dan mengolah informasi

dan memiliki hubungan komunikasi yang baik; (3) pengambilan keputusan

kooperatif yang memiliki indikator melakukan musyawarah mufakat ; (4) rasa

memiliki yang meliputi beberapa indikator antara lain tidak menghindari tugas

dan memiliki pekerjaan yang produtif; (5) keterampilan mendengarkan yang baik

memiliki indikator yaitu dapat memberi respon yang baik; dan (6) partisipasi

semua anggota yang meliputi beberapa aspek antara lain dapat memberikan opini

dan ikut serta dalam kegiatan, sehingga bentuk kerjasama pemerintah dan

Page 48: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

37

37

masyarakat dapat ditentukan. Berikut kerangka pikir dari teori yang ditetapkan

oleh penulis dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1: Bagan Kerangka Pikir

Kerjasama Pemerintah dan Masyarakat

Terselenggaranya penanggulangan bencana secara

terencana,terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh

Tujuan yang Jelas:

a. Terukur

b. Realistis

Terbuka dan Jujur dalam

Komunikasi:

a. Selektif menerima dan

mengolah informasi

b. Hubungan komunikasi

yang baik

Pengambilan keputusan

kooperatif:

a. Musyawarah

mufakat

Keterampilan

mendengarkan yang

baik:

c. Memberi respon

yang baik

Rasa memiliki:

a. Tidak menghindari

tugas

b. Pekerjaan

produktif

Partisipasi semua

anggota:

a. Memberikan opini

b. Ikut serta dalam

kegiatan

Page 49: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

38

38

F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dari penelitian ini adalah bentuk kerjasama pemerintah

dan masyarakat dalam penanggulangan bencana di kabupaten Luwu Utara.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Kerjasama pemerintah dan masyarakat diperlukan dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu Utara yang melibatkan Badan

Penanggulangan Bencana Daerah dan Badan Komunikasi Pemuda Remaja

Masjid Indonesia Kabupaten Luwu Utara.

2. Tujuan yang jelas yaitu usaha untuk melakukan segala sesuatu untuk

mencapai keinginan. Penetapan tujuan akan membantu dalam ketercapaian

sesuatu menjadi lebih cepat tercapai. Indikator dari tujuan yang jelas yaitu:

a. Terukur

b. Realistis dan nyata

3. Terbuka dan jujur dalam komunikasi merupakan cara untuk menghilangkan

sandiwara dalam proses komunikasi dengan tujuan mengambil informasi dan

memberi informasi. Indikatornya meliputi:

a. Selektif dalam menerima dan mengolah informasi

b. Hubungan komunikasi yang baik

4. Pengambilan keputusan kooperatif merupakan metode pengambilan

keputusan yang diambil dan dilakukan secara bersama-sama. Indikatornya

yaitu musyawarah mufakat.

5. Rasa memiliki merupakan sifat anggota organisasi dalam bekerjasama yang

akan merasa lebih banyak pilihan untuk memecahkan masalah.

Indikator dari rasa memiliki yaitu:

Page 50: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

39

39

a. Tidak menghindari tugas

b. Pekerjaan produktif

6. Keterampilan mendengarkan yang baik merupakan proses pemahaman secara

aktif untuk mendapatkan informasi dan memahami informasi. Indikatornya

yaitu memberi respon yang baik.

7. Partisipasi semua anggota merupakan pengambilan bagian dalam sebuah

aktivitas atau keikutsertaan dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Indikator dari

partisipasi semua anggota meliputi:

a. Memberikan opini

b. Ikut serta dalam kegiatan

8. Terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,

terkoordinasi dan menyeluruh sesuai dengan tujuan UU No. 24 tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana.

Page 51: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

40

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dan berlangsung pada bulan

April-Juni 2018. Lokasi penelitian dilaksanakan di Badan Penanggulangan

Bencana dan Desa Beringin Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu

Utara.Alasan penulis memilih objek tersebut karena Kabupaten Luwu Utara

ditetapkan sebagai daerah darurat bencana.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian iniadalah penelitian kualitatif karena berdasarkan tujuan

awal peneliti, ternyata masalah yang sedang dihadapi lebih sesuai untuk diteliti

dengan metode penelitian kualitatif.Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif

karena peneliti berusaha menggali, mengembangkan dan menganalisainformasi-

informasi yang berhubungan dengan kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu Utara.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer, yaitu data empiris yang diperoleh dari informan B sebagai Kabid

pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utaraerdasarkan hasil

wawancara. Jenis data yang ingin diperoleh adalah mengenai kerjasama

pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kabupaten

Luwu Utara sebagai upaya agar terselenggaranya penanggulangan bencana

40

Page 52: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

41

41

secara menyeluruh serta data-data lain yang dibutuhkan untuk melengkapi

penyusunan proposal.

2. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan-

laporan atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang

digunakan peneliti. Adapun laporan atau dokumen yang bersifat informasi

tertulis yang dikumpulkan peneliti adalah data tugas dan fungsi pokok

pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kabupaten

Luwu Utara.

D. Informan Penelitian

Narasumber atau informan adalah orang yang bisa memberikan informasi-

informasi utama yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Adapun teknik yang

digunakan untuk menentukan informan dalam penelitian kualitatif ini dijelaskan

oleh Sugiyono (2011:197) yaitu dengan jalan peneliti memasuki situasi sosial

tertentu, melakukan observasi, dan wawancara kepada orang-orang yang

dipandang mengetahui tentang situasi sosial tersebut.

Penentuan informan yang menjadi sumber data dilakukan dengan teknik

purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan memahami fokus

penelitian. Penentuan informan dibagi menjadi dua yaitu sebagai informan utama

dan informan penunjang. Informan utama yang lebih mengetahui fokus penelitian

dan informan penunjang memberikan penambahan informasi.Pada penelitian ini,

peneliti memilih informandari masing-masing pihak yaitu dari pihak pemeritah

dan pihak masyarakat.Informan dalam penelitian ini adalah warga yang terlibat

langsung. Informan yang dimaksud oleh penulisdapat dilihat pada tabel berikut.

Page 53: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

42

42

Tabel 1: Informan Penelitian

No. Jabatan Jumlah

A. Koordinator Lapangan BPBD Kab. Luwu Utara 1

B. Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kab. Luwu Utara 1

C. Kepala Sub Bidang Rehabilitasi BPBD Kab. Luwu Utara 1

D. Sekretaris Desa Beringin Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten

Luwu Utara

1

E. Ketua Kelompok Desa Tangguh Bencana Desa Beringin Jaya

Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara

1

Jumlah 5

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut.

1. Teknik Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

langsung dilapangan yaitu di Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Luwu Utara dan Desa Beringin Jaya Kecamatan Baebunta

Kabupaten Luwu Utara.

2. Teknik wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

peneliti dengan cara melakukan wawancara kepada informan yang telah

ditetapkan tentang kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana di Desa Beringin Jaya Kabupaten Luwu Utara.

Page 54: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

43

43

3. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan mendokumentasikan gambaran-

gambaran daerah yang menjadi daerah darurat bencana.Teknik dokumentasi

juga dilakukan dalam pengambilan data melalui berbagai laporan-laporan

atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang dibutuhkan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam waktu tertentu. Selama

dilapangan peneliti dalam menganalisis menggunakan model Miles dan

Huberman(Sugiyono, 2011:246)antaralain sebagai berikut.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data ini berlangsung secara

terus menerus selama proyek yang beriorentasi kualitatif berlangsung. Oleh

karena itu, jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala

sesuatu yang terlihat aneh, asing, tidak dikenal dan beum memiliki pola,

justru inilah yang dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi asli tersusun yang memberi

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian-

penyajian ini, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa

yang seharusnya dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang diperoleh dari

penyajian-penyajian tersebut.

Page 55: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

44

44

3. Penarikan kesimpulan

Menurut Sugiyono (2011:250) kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bikti kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi jika

kesimpulan yang dikemukakandiawal telah didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang terpercaya.

G. Pengabsahan Data

Keabsahan dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang cepat.

Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi yaitu taktik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Sugiyono, 2014: 274).

1. Triangulasi Sumber

Triagulasi sumber berarti membandingkan cara megecek ulang derajat

kepercayaa suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang

berbeda.Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara,

membandingkan apa yang dilakukan umum dengan yang dikatakan dengan

pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi.

Apabila teknik pengujian data tersebut menghasilkan data yang berbeda,

Page 56: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

45

45

maka peneneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan

pengecekan data sebagai sumber dengan cara dan berbagai waktu perubahan

suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu kewaktu.

Page 57: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

46

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Visi Misi BPBD Kab. Luwu Utara

Visi dan misi adalah gambaran tetang sesuatu yang akan lahir di masa

depan. Visi dan misi merupakan kunci dalam menjalankan segala kegiatan

pada suatu lembaga.Berikut visi dan misi BPBD Kabupaten Luwu Utara.

Gambar 2. Visi dan Misi BPBD Kabupaten Luwu Utara

2. Gambaran UmumBPBD Kab. Luwu Utara

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Luwu Utara

terbentuk berdasarkanPeraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 79

Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan

46

Page 58: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

47

47

Uraian serta Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kabupaten Luwu Utara. Peraturan Daerah ini telah disahkan pada tanggal 7

November 2016, dimana BPBD akan melaksanakan Rencana Aksi Daerah

(RAD) sebagai upaya dalam mengurangi resiko bencana dan tercipta

masyarakat yang akan tanggap dan tangguh dalam menghadapi suatu ancaman

bencana (Data BPBD Kabupaten Luwu Utara).

Tugas BPBD berdasarkan PERDA Kabupaten Luwu Utara Nomor 79

Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas, fungsi dan uraian

serta tata kerja BPBD diantaranya adalah menetapkan pedoman dan

pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana; menetapkan standarisasi

dan kebutuhan terhadap penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai

dengan peraturan perundang-undangan; menyusun dan menetapkan prosedur

tetap penanganan bencana serta memberikan informasi tentang peta rawan

bencana; setiap bulan sekali melaporkan penyelenggaraan penanggulangan

bencana kepada Bupati pada kondisi normal dan kondisi darurat bencana;

mengendalikan penyaluran dan pengumpulan uang dan barang; dan mampu

bertanggungjawab atas anggaran dari APBD dan APBN serta sumber

pendapatan sah lainnya yang digunakan (Data BPBD Kabupaten Luwu Utara).

BPBD dalam menjalankan tugasnya memiliki beberapa fungsi yaitu

dalam perumusan dan penetapan kebijakan tentang penanggulangan bencana

dan menangani pengungsi secara cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan

pengkoordinasian dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan

penanggulangan bencana dilakukan secara terencana, terpadu dan menyeluruh.

Adapun fungsi yang dijalankan BPBD antara lain sebagai komando dan

Page 59: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

48

48

mengkoordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana; dan sebagai

pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana (Data BPBD

Kabupaten Luwu Utara).

3. Struktur Organisasi BPBD Kab. Luwu Utara

Struktur organisasi BPBD Kabupaten Luwu Utara berdasarkan

PERDA Nomor 11 Tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja

BPBD terdiri dari 1 Kepala Badan yang dijabat secara rangkap oleh Sekretaris

Daerah yang secara langsung bertanggungjawab kepada Bupati dengan tugas

pokok merumuskan konsep tujuan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan,

membina dan mengarahkan, mengevaluasi serta akan melaporkan hasil dari

pelaksanaan tugas BPBD. Adapun fungsi dari Kepala Badan antaralain

merumuskan kebijakan badan; menyusun rencana strategis; menyelenggarakan

pelayanan umum di BPBD; membina, mengkoordinasi, pengendalian,

mengawasi program dan kegiatan BPBD; dan menyelenggarakan evaluasi

suatu program dan kegiatan dari BPBD.

Struktur organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Luwu Utara selain terdiri dari 1 Kepala Badan yang dijabat secara

rangkap oleh Sekretaris Daerah, juga terdapat unsur pengarah, 1 Kepala

Pelaksana, 1 Sekretaris, 3 Kepala Bidang dan 9 Kepala Sub Bagian serta Staf

dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan. Struktur organisasi

yangdiuraikan sebagai berikut:

Page 60: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

49

49

Gambar 3. Struktur Organisasi BPBD Kab. Luwu Utara

Page 61: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

50

50

4. Tugas dan Fungsi BPBD Kab. Luwu Utara

a. Unsur pengarah dengan tugas pokok memberi saran dan masukan kepada

kepala badan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Fungsi

unsur pengarah antaralain merumuskan konsep kebijakan tentang

penanggulangan bencana, memantau dan mengevaluasi penanggulangan

bencana.

b. Kepala Pelaksana dengan tugas pokok secara terintegrasi dalam

menanggulangi bencana meliputi pra bencana, saat tanggap darurat dan

setelah terjadi bencana. Fungsi kepala pelaksana yaitu mengkoordinasikan

penyelenggaraan penanggulangan bencana dan sebagai komando serta

pelaksana pada penyelenggaraan penanggulangan bencana.

c. Sekretariat unsur pelaksana dengan tugas pokok membantu Kepala

Pelaksana dalam pengkoordinasian perencanaan, pembinaan dan

pengendalian program, sumberdaya dan administrasi serta kerjasama.

Fungsi Sekretariat Unsur Pelaksana yaitumembina dan melayani dalam

administrasi ketatausahaan, peraturan perundang-undangan dan hukum,

tatalaksana, organisasi, perlengkapan dan rumah tangga, keuangan, dan

peningkatan kapasitas SDM; Membina, melaksanakan dan memfasilitasi

dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarah dalam penanggulangan

bencana; Mengumpulkan data dan informasi tentang kebencanaan;

Mengkoordinasikan penyusunan laporan dalam penanggulangan bencana;

serta pengkoordinasian, integrasi dan sinkronisasi dalam program

perencanaan dan perumusan kebijakan di lingkungan Badan

Penanggulangan Bencana Daerah. Sekretariat Unsur Pelaksana terdiri dari

Page 62: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

51

51

Sub Bagian Program dan Perundang-undangan, Sub Bagian Kepegawaian

dan Keuangan, serta Sub Bagian Umum dan Rumah Tangga.

d. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dengan tugas pokok penyiapan

bahan standarisasi dalam penanganan bencana, informasi dini dalam gejala

bencana dan peta rawan bencana serta penanganan kebakaran. Fungsi

Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan antaralain melaksanakan pembinaan

langkah-langkah pencegahan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana; Memantau, menetapkan, dan mengkonfirmasikan petarawan

bencana dan penanggulangan bencana; dan Melaksanakan tugas yang

menjadi tanggungjawab dalam bidang pencegahan, kesiapsiagaan dan

penanganan kebakaran. Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan terdiri dari

Sub Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, dan Sub Bidang Pemadam

Kebakaran.

e. Bidang Kedaruratan dan Logistik dengan tugas pokok penyusunan dan

penetapan prosedur penanganan kedaruratan, sarana dan prasarana darurat,

penyelamatan, mengevakuasi, menangani pengungsi serta logistik korban

bencana. Fungsi Bidang Kedaruratan dan Logistik antaralain menyusun dan

menetapkan prosedur dalam penanganan bencana; Mengkoordinasikan

pelaksanaan dalam kegiatan penanganan bencana secara terencana, terpadu

dan menyeluruh; Penanganan darurat untuk menyelamatkan dan

mengevakuasi korban bencana; Memberikan bimbingan dan melayani

pengungsi korban bencana; Memberi bantuan baik berupa sarana, prasarana

maupun logistik korban bencana; dan melaksanakan tugas lain yang telah

diberikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Kabupaten.

Page 63: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

52

52

Bidang Kedaruratan dan Logistik terdiri dari 2 sub bidang yaitu Sub Bidang

Penyelamatan, Evakuasi dan Penanganan Pengungsi, dan Sub Bidang

Sarana dan Prasarana Darurat dan Logistik.

f. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dengan tugas pokok merehabilitasi

dan merekonstruksi sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan korban

bencana dan masyarakat pada umumnya. Fungsi Bidang Rehabilitasi dan

Rekonstruksi antaralain penyelenggaraan penyuluhan dan bimbingan

rehabilitasi, serta rekonstruksi korban bencana dan daerah yang terkena

bencana; Melaksanakan tugas kebencanaan yang telah diberikan oleh

Kepala Pelaksana; dan memberikan bantuan rehabilitasi setara dan secara

adil kepada korban bencana. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi terdiri

dari Sub Bidang Rehabilitasi dan Sub Bidang Rekonstruksi.

5. Sumber Daya Manusia BPBD Kab. Luwu Utara

Jumlah sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil pada Badan

Penanggulangan Bencana Daerah berdasarkan kualifikasi pendidikan, pangkat

dan golongan, jumlah pejabat struktural dan fungsionaldilihat pada tabel-tabel

berikut:

Tabel 2: Jumlah Pegawai berdasarkan Pangkat dan Golongan

No. Pangkat Golongan Jumlah

1. Pembina Utama Madya IVc 1 orang

2. Pembina IVa 3 orang

3. Penata Tk. I IIId 5 orang

4. Penata IIIc 5 orang

5. Penata Muda Tk. I IIIb 4 orang

6. Penata Muda IIIa 5 orang

7. Pengatur IIc 3 orang

8. Pengatur Muda Tk. I IIb 10 orang Sumber: Data BPBD Kabupaten Luwu Utara tahun 2018

Page 64: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

53

53

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat delapan macam

pangkat dan golongan.Masing-masing pangkat memiliki golongan yang

berbeda. Golongan IVc sebanyak 1 orang, IVa sebanyak 3 orang, IIId sebanyak

5 orang, IIIc sebanyak 5 orang, IIIb sebanyak 4 orang, IIIa sebanyak 5 orang,

IIc sebanyak 3 orang, dan IIb sebanyak 10 orang.

Tabel 3: Jumlah Pegawai berdasarkan Kualifikasi Pendidikan

No. Kualifikasi Pendidikan Jumlah

I. Pasca Sarjana 5 orang

II. Strata Satu 19 orang

III SMA 15 Orang

Jumlah Total (I + II + III) 39 Orang Sumber: Data BPBD Kabupaten Luwu Utara tahun 2018

Jumlah pegawai berdasarkan kualifikasi pendidikan terdiri atas

LulusanPasca Sarjana sebanyak 5 orang yang terdiri dari1 orang S2 Ilmu

Pemerintahan, 2 orang S2 Manajemen, 1 orang S2 Teknik, dan 1 orang S2

Agama. Lulusan Strata Satu sebanyak 19 orang yang terdiri dari beberapa

bidang ilmu yaituS1 Teknik sebanyak 5 orang, S1 Hukum sebanyak 3 orang,

S1 Ilmu Sosial sebanyak 2 orang, S1 Administrasi sebanyak 1 orang, S1 Ilmu

Pemerintahan sebanyak 1 orang, S1 Ekonomi sebanyak 4 orang, S1 Pertanian

sebanyak 1 orang, S1 Kehutanan sebanyak 1 orang, dan S1 Pendidikan

sebanyak 1 orang. Lulusan SMA sebanyak 15 orang.Jadi jumlah keseluruhan

pegawai berdasarkan kualifikasi pendidikan sebanyak 39 orang.

Tabel 4: Jumlah Pegawai berdasarkan Jabatan Struktural dan Fungsional

No. Jabatan Struktural Jumlah

1. Pejabat Struktural Eselon II 1 Orang

2. Pejabat Struktural Eselon III 4 Orang

3. Pejabat Struktural Eselon IV 9 Orang

Jumlah 14 Orang Sumber: Data BPBD Kabupaten Luwu Utara tahun 2018

Page 65: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

54

54

Jumlah pegawai berdasarkan jabatan struktural dan fungsional terdiri

dari tiga jabatan struktural.Masing-masing jabatan memiliki jumlah pegawai

yang berbeda. Pejabat struktural Eselon II sebanyak 1 orang, pejabat struktural

Eselon III sebanyak 4 orang, dan pejabat struktural Eselon IV sebanyak 9

orang.Jadi jumlah keseluruhan pegawai berdasarkan jabatan struktural dan

fungsional sebnayak 14 orang.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak terlepas dari

berbagai peralatan. Sebuah operasi taggap darurat bencana yang tidak

menggunakan peralatan akan tidak berjalan dengan tepat dan cepat.Peralatan

digunakan dalam proses penyelamatan dan dalam mengevakuasi masyarakat

yang terkena bencana. Kondisi peralatan BPBD menurut data bulan April tahun

2018, jenis dan jumlah peralatan kantor BPBD tertera pada tabel berikut.

Tabel 5: Daftar Peralatan BPBD Kab. Luwu Utara Tahun 2018

No. Jenis Peralatan Kuantitas Kondisi

Baik Rusak

1. Genset 5 KVA 3 2 1 Rusak

2. HT 6 6 -

3. Hendy Rig 1 1 -

4. Karung Plastik 6.700 6.700 4.675 Terpakai

5. Lampu Senter Hid Searcligh 1 1 -

6. Mesin Perahu 18 PK 2 2 -

7. Mobil Rescue 1 1 -

8. Motor Trail 4 4 -

9. Mobil Dapur Lapangan 1 1 -

10. Mesin Perahu Karet 18 PK 2 2 -

11. Mesin Pompa Air Alcon 1 1 -

12. Mesin Perahu Karet 18 PK 1 1 -

13. Matras 233 155 78 Terpakai

14. Perahu Karet Bermesin 1 1 -

15. Perahu Karet 10 Orang 2 1 1 Rusak

16. Perahu Lipat 1 1 -

17. Peralatan Dapur 25 Habis Terpakai

18. Pelampung 40 33 7 Rusak

19. SSB 1 1 -

Page 66: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

55

55

20. Speed Boat Polyet Frelyn 1 1 -

21. Tenda Keluarga 8 2 6 Rusak

22. Tenda Posko 1 1 -

23. Tenda Pelaton 2 2 -

24. Tenda Regu 2 2 -

25. Tenda Pengungsi 4 2 2 Rusak

26. Tenda Gulung 40 20 20 Terpakai

27. Tikar 80 34 46 Terpakai

28. Tandu Lipat 3 3 -

29. Tandu Basket 1 1 -

30. Tenda Keluarga (Bulan) 5 5 -

31. Velbed 30 26 4 Rusak

32. Wather Treatment Portable 1 1 - Sumber: Data BPBD Kabupaten Luwu Utara tahun 2018

6. Gambaran Umum Desa Beringin Jaya

Pada zaman dahulu Desa Beringin Jaya berupa hutan belantara, dan

hutan tersebut merupakan bahagian wilayah territorial dari Desa Lara.Desa

Lara merupakan wilayah yang sangat luas yaitu 15 km. Suatu ketika muncullah

gagasan salah seorang Tokoh Desa Lara untuk memekarkan wilayahnya

menjadi beberapa Desa karena Desa Lara dianggap terlalu luas.Tokoh tersebut

bernama Mustamin.Beliau merupakan kepala Desa Lara pada saat itu. Rencana

itu diteruskan hingga ke Kabupaten yang pada saat itu masih Kabupaten Luwu

dan beribukota di Palopo, sampai disana ternyata rencana tersebut di sambut

baik oleh Bupati Luwu dan diteruskan melalui Dinas terkait hingga ke pusat

(Jakarta), dan Jakarta pun meluaskan rencana itu dengan memprogramkan

Transmigrasi Swakarsa perbantuan.

Proses pembukaan pun dimulai pada tahun 1985 dan pada tahun 1986

di tempatkanlah warga transmigrasi dari berbagai daerah yakni Bugis, Jawa,

Bali, Enrekang, Sasak (Lombok) dan lain-lain hingga di pemukiman itu seperti

Indonesia Mini, karena dihuni oleh berbagai macam etnis.Pemukiman tersebut

bernama UPT Lara 1 dan dipimpin oleh H. Abd. Azis sebagai Ka.UPT Lara 1

Page 67: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

56

56

merupakan hamparan yang sangat subur medannya sangat rata dan akses

menuju Desa-Desa tetangga pun relatif mudah.Masyarakatnya hidup rukun

berdampingan walau berasal dari daerah yang berbeda.

7. Asal mula Desa Beringin Jaya

Suatu hari pada saat gotong royong di tanah umum, ada seorang warga

yang menanam sebatang pohon beringin seraya berkata akan memberi nama

Beringin Jaya apabila pada suatu hari nanti wiayah tersebut menjadi sebuah

Desa.Walau hasil pada tahun 1988 UPT tersebut sudah diserahkan (KAD)

yaitu bapak Abd.Jima pada tahun 1991 bapak Abd. Jima tidak sanggup

melanjutkan tugasnya karena faktor usia dan diteruskan oleh bapak Zaenuddin.

Di daerah iniah persiapan Desa Beringin Jaya di canangkan hingga pada tahun

1999 resmilah menjadi Desa Definitif Beringin Jaya.

Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat. Berdasarkan pola pemikiran dimaksud, dimana bahwa berwenang

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan

Nasional dan berada di Kabupaten atau Kota, maka sebuah Desa diharuskan

mempunyai perencanaan yang matang. Berdasarkan partisipasi dan

transparansi serta demokrasi yang berkembang di Desa, maka Desa diharuskan

mempunyai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).

RPJMDes Desa Beringin Jaya ini merupakan rencana strategis Desa

Beringin Jaya untuk mencapai tujuan dan cita-cita Desa.RPJMDes tersebut

nantinya akan menjadi dokumen perencanaan yang akan menyesuaikan

Page 68: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

57

57

perencanaan tingkat Kabupaten. Spirit ini apabila dapat dilaksanakan dengan

baik maka akan memiliki sebuah perencanaan yang memberi kesempatan

kepada Desa untuk melaksanakan kegiatan perencanaan pebangunan yang

lebih sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik.

a. Kondisi Geografis

Desa Bringin Jaya merupakan salah satu dari 21 Desa/Kelurahan di

Wilayah Kecamatan Baebunta.Desa Beringin Jaya mempunyai luas

wilayah ±1400 Ha.Desa Beringin Jaya terletak dibagian sebelah selatan

Kabupaten Luwu Utara, dengan batas-batas sebagai berikut.

Sebelah Utara : Desa Sumpira

Sebelah Timur : Desa Mukti Jaya

Sebelah Selatan : Desa Lembang-Lembang

Sebelah Barat : Desa Mekar Sari Jaya

b. Keadan Sosial Ekonomi Penduduk

Desa Beringin Jaya mempunyai jumlah penduduk 2.139 Jiwa, yang

tersebar dalam 6 Dusun dengan perincian sebagai berikut.

Dusun Anggrek : 322 jiwa

Dusun Mawar : 536 jiwa

Dusun Seruni : 273 jiwa

Dusun Cempaka I : 278 jiwa

Dusun Cempaka II : 350 jiwa

Dusun Melati : 380 jiwa

Pola penggunaan tanah di Desa Beringin Jaya sebagian besar

diperuntukkan untuk tanah pertanian sawah sedangkan sisanya untuk tanah

Page 69: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

58

58

kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Sedangkan jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa

Beringin Jaya yaitu ayam dan itik sebanyak 2400 ekor, kambing sebanyak

43 ekor, dan sapi sebanyak 11 ekor.

B. Bentuk Kerjasama Pemerintah dan Masyarakat dalam Penanggulangan

Bencana di Kabupaten Luwu Utara

Penanggulangan bencana khususnya di Kabupaten Luwu Utara bukan

hanya memerlukan perhatian dari pemerintah terkait dalam hal ini BPBD Luwu

Utara.Tetapi juga partisipasi dari masyarakat setempat yang terkena

bencana.Masyarakat perlu untuk ikut aktif dalam penanggulangan

bencana.Kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana

sangat dibutuhkan khususnya di Desa Beringi Jaya Kabupaten Luwu Utara yang

rentan terkena bencana.Untuk mengetahui bentuk kerjasama pemerintah dan

masyarakat diperlukan beberapa indikator untuk mengukur kerjasama tim

menurut Sharma (Pratiwi: 2014) yaitu (1) tujuan yang jelas; (2) terbuka dan jujur

dalam komunikasi; (3) pengambilan keputusan kooperatif; (4) rasa memiliki; (5)

keterampilan mendengarkan yang baik; (6) partisipasi semua anggota. Sehingga

bentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat dapat ditentukan yaitu gotong

royong dan kerja bakti.

1. Tujuan yang jelas

Melakukan suatu kegiatan tanpa memiliki tujuan yang jelas akan

berdampak tidak baik bagi pencapaian suatu tujuan yang tidak jelas pula.

Sebab sebuah tujuan akan mempertegas hal-hal atau kegiatan yang

semestinya dilakukan dan tidak dilakukan dalam proses pencapaian tujuan

Page 70: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

59

59

yang dimaksud. Seperti halnya, kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana harus memiliki tujuan yang jelas. Untuk mengetahui

lebih jelas terkait tujuan dari kerjasama tersebut, berikut pernyataan dari

informan A sebagai Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25

April 2018):

“Jadi sebenarnya, kita menginginkan banyak dibentuk Desa tangguh

bencana tapi karena anggaran kita terbatas jadi yang dibentuk saat ini

hanya satu dan yang kita pilih itu saat ini adalah Desa Beringin

Jaya.Dari berbagai Desa yang masuk dalam kriteria Desa tangguh

bencana, kami memilih Desa Beringin Jaya karena Desa itu yang

paling parah bencana banjirnya dan sudah menjadi langganan.Bila

terjadi bencana, Desa Beringin Jaya yang pertama tahu dan yang

sudah dilatih itu yang menangani lebih awal.Jadi tujuannya itu

masyarakat bisa tangguh menghadapi bencana”.

Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan bahwa pihak

pemerintah menginginkan pembentukan Desa Tangguh Bencana bukan hanya

di Desa Beringin Jaya saja.Namun di seluruh Desa yang masuk dalam kriteria

Desa Tangguh Bencana.Akan tetapi hal yang menjadi faktor penghambatnya

adalah terbatasnya anggaran yang dimiliki. Sehingga pemerintah memilih

Desa Beringin Jaya sebagai Desa Tangguh Bencana karena Desa Beringin

Jaya merupakan Desa yang menempati posisi teratas sebagai Desa yang

memiliki bencana banjir terparah dari seluruh Desa yang masuk dalam

kriteria Desa Tangguh Bencana dan sudah menjadi langganan banjir. Tujuan

dari kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana

adalah apabila terjadi bencana di Desa Beringin Jaya, masyarakatnya mampu

untuk menangani bencana lebih awal karena sudah dilatih. Seperti pernyataan

dari informan B sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD

Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) yang mengatakan bahwa:

Page 71: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

60

60

“Ada undang-undang tentang penanggulangan bencana untuk kita

alokasikan atau programkan desa tangguh bencana yang anggarannya

bisa dari pusat dan juga bisa dari daerah itu sendiri.Bukan perjanjian

antara kami dengan Desa, tapi pada dasarnya pemerintah wajib

mengalokasikan dana ke suatu Desa untuk membuat suatu organisasi

di Desa agar bagaimana Desa itu bisa tangguh menghadapi bencana.

Apabila ada bencana datang, masyarakat mampu menyelamatkan diri

dalam menghadapi bencana”.

Pernyataan dari informan B sebagai Kabid pencegahan dan

kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) menunjukkan

bahwa penanggulangan bencana memang telah diatur dalam Undang-Undang

untuk mengalokasikan dana dan memprogramkan Desa Tangguh Bencana.

Dalam membentuk Desa Tangguh Bencana anggarannya dapatdiperoleh dari

pusat maupun dari daerah masing-masing setiap Kabupaten. Dan

pembentukan Desa Tangguh Bencana bukan merupakan perjanjian yag

sengaja dibuat oleh pemerintah dan masyarakat Desa Beringin Jaya. Akan

tetapi pada dasarnya pemerintah memang wajib mengalokasikan dana ke

Desa Beringin Jaya untuk membuat suatu organisasi di Desa yang bertujuan

untuk mewujudkan Desa yang tangguh dalam menghadapi bencana dan

masyarakat mampu menyelamatkan diri dalam menghadapi bencana apabila

bencana datang secara tiba-tiba. Hal serupa juga disampaikan oleh informan

C sebagai Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30

April 2018) yang mengatakan bahwa:

“Yah sebenarnya tujuan itu untuk menciptakan Desa yang mampu

menghadapi bencana secara mandiri”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya tujuan dari

kerjasama ini adalah semata-mata hanya untuk menciptakan suatu Desa yang

mampu menghadapi bencana secara mandiri. Dengan kata lain, masyarakat

Page 72: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

61

61

tidak perlu lagi untuk melibatkan pemerntah dalam hal menghadapi bencana.

Sehingga pemerintah tidak akan merasa sangat terbebani apabila masyarakat

terkena bencana secara tiba-tiba. Hal serupa juga disampaikan oleh informan

E sebagai Ketua kelompok Desa Tangguh Bencana Desa Beringin Jaya

Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara (9 Mei 2018) yang mengatakan

bahwa:

“Tujuan kami itu mau mengurangi resiko bencana karena daerah kita

itu daerah bencana.Setidaknya pengetahuan dasar itu dimiliki

masyarakat tanpa harus menunggu bantuan full pemerintah”.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa tujuan dari kerjasama ini

adalah untuk mengurangi resiko terjadinya bencana.Hal ini dikarenakan Desa

Beringin jaya merupakan daerah yang sangat rawan terhadap bencana

khususnya bencana banjir.Masyarakat diharapkan paling tidak memiliki

pengetahuan dasar dalam mencegah dan menanggulangi bencana khususnya

banjir.Sehingga masyarakat tidak lagi sepenuhnya menunggu bantuan

pemerintah.

Berdasarkan hasil wawancara dari semua informan, dapat disimpulkan

bahwa kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana

sudah tergolong memiliki tujuan yang jelas. Hal ini dapat dilihat dari masing-

masing pihak baik dari pihak pemerintah dalam hal ini BPBD Kabupaten

Luwu Utara dan masyarakat Desa Beringin Jaya telah mengetahui tujuan dari

kerjasama yang dilakukan. Dimana tujuan utama dari kerjasama pemerintah

dan masyarakat dalam penanggulangan bencana adalah untuk mewujudkan

Desa yang tangguh dan mampu mandiri dalam menghadapi bencana.

2. Terbuka dan jujur dalam komunikasi

Page 73: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

62

62

Komunikasi merupakan sebuah cara agar terhubung baik dalam

menyampaikan maupun menerima pesan. Sebuah komunikasi yang baik

memiliki karakter antara lain terbuka dan jujur dalam komunikasi. Dalam

komunikasi bisa berupa hal yang jujur atau hal yang penuh dengan suatu

kebohongan. Komunikasi yang baik juga membutuhkan suatu integritas diri

yang baik agar mampu terhubung secara terbuka serta tertarik untuk saling

memahami dan mengenal. Sehingga mampu bekerjasama dalam mencapai

suatu tujuan yang diinginkan.

Keterbukaan dan kejujuran dalam komunikasi akan menciptakan

hubungan kerjasama yang baik. Seperti halnya proses komunikasi pemerintah

dan masyarakat dalam menanggulangi bencana diperlukan keterbukaan dan

kejujuran dalam komunikasi. Untuk mengetahui lebih jelas terkait hubungan

kerjasama antara BPBD dengan kelompok Destana dalam hal ini masyarakat

Desa Beringin Jaya, berikut pernyataan dari informan A sebagai Koordinator

lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Yang pertama itu selalu memberikan informasi.Pihak BPBD

memberikan informasi ke warga apabila sudah ada tanda-tanda

cuaca.Bila sudah terjadi bencana mereka mengirim informasi ke

BPBD bahwa Desa Beringin Jaya terendam banjir.Mereka

memberikan data-data sebelum dan sesudah terjadi bencana.Sebelum

itu, bilamana terjadi hujan deras di hulu, melihat atau memantau

ketinggian air sungai rongkong di jembatan, itu sudah kita

prediksi.Kita memberikan informasi ke Desa-desa yang dilalui sungai

rongkong.Jadi bukan hanya Beringin Jaya saja.Kita menyampaikan

bahwa ketinggian air di jembatan Sabbang Sungai Rongkong keadaan

pada saat itu diatas normal itu sekian sentimeter. Jadi bisa diprediksi

dari Sabbang ke Beringin Jaya kurang lebih 6 jam air itu tiba”.

Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan bahwa hal yang paling

utama dalam hubungan kerjasama tersebut adalah masing-masing pihak

selalu memberikan informasi. Pihak BPBD memberikan informasi ke

Page 74: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

63

63

masyarakat apabila ada tanda-tanda akan terjadi bencana. Begitupun

sebaliknya, dari pihak masyarakat juga memberikan informasi ke BPBD

apabila Desa Beringin Jaya terkena bencana atau terendam

banjir.Memberikan informasi terkait data-data sebelum dan sesudah terjadi

bencana.Informasi sebelum terjadi bencana itu menyangkut ketinggian air

sungai Rongkong apabila terjadi hujan deras di hulu dan menyampaikan

bahwa ketinggian air diatas normal sekian centimeter.Kemudian memprediksi

air tiba di Desa-Desa yang dilalui oleh sungai Rongkong. Air tiba dari

Sabbang ke Beringin Jaya kurang lebih enam jam. Pemberian informasi

bukan hanya kepada Desa Beringin Jaya saja.Namun ke semua Desa yang

dilalui oleh sungai Rongkong. Seperti pula pernyataan dari informan B

sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara

(14 Mei 2018) yang memiliki persepsi terhadap hubungan kerjasama tersebut:

“Seperti yang telah saya katakan, mereka itu menyiapkan organisasi

kemudian kami bimbing mereka untuk menyiapkan perangkat yang

ada di Desa lalu setelah terbentuk, kami adakan pelatihan. Berhubung

anggaran kita ini terbatas, kami hanya melatih 30 orang dari Desa

tersebut dan beberapa orang di Desa tetangga juga ikut bergabung.”

Pernyataan dari informan B sebagai Kabid pencegahan dan

kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) menyebutkan

bahwa pihak pemerintah membentuk organisasi yeng kemudian membimbing

masyarakat untuk menyiapkan perangkat yang ada di Desa termasuk

masyarakat yang tergabung dalam organisasi tersebut yaitu Kelompok Desa

Tangguh Bencana di Desa Beringin Jaya.Kemudian setelah terbentuk,

pemerintah mengadakan pelatihan di Desa Beringin Jaya. Pemerintah hanya

melatih 30 orang dari Desa Beringin Jaya karena berhubung anggaran

Page 75: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

64

64

pemerintah terbatas. Peserta pelatihan yang hadir bukan hanya dari Desa

Beringin Jaya saja akan tetapi beberapa peserta pelatihan lainnya berasal dari

Desa tetangga. Seperti halnya yang disampaikan oleh informan C sebagai

Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April

2018):

“Jadi mereka dibentuk itu dalam rangka mengantisipasi jika suatu saat

terjadi bencana di desa mereka.Jadi mereka itu dilatih diberi

keterampilan tentang bagaimana penyelamatan, evakuasi pokoknya

hal yang menyangkut eee kebencanaan toh, kesiapsiagaan menghadapi

bencana.”

Pernyataan yang disampaikan oleh informan C sebagai Kepala sub

bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018) tersebut

menyebutkan bahwa Kelompok Desa Tangguh Bencana dibentuk dalam

rangka mengantisipasi jika terjadi bencana di Desa Beringin Jaya.Setelah

organisasi tersebut terbentuk, pemerintah kemudian mengadakan pelatihan

kepada masyarakat. Masyarakat dilatih dan diberi keterampilan dalam proses

penyelamatan, evakuasi dan semua hal-hal yang menyangkut tentang

kebencanaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Hal serupa juga

disampaikan oleh informan D sebagai Sekretaris Desa Beringin Jaya

Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara (3 Mei 2018) yaitu:

“Selama ini, Alhamdulillah artinya memuaskan dan selama ini juga

tidak ada program dari atas yang kami tidak kerjakan dan BPBD juga

akan selalu memenuhi suatu kebutuhan yang mendasar bagi

masyarakat selama ini‟.

Pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa hubungan kerjasama antara

BPBD dengan kelompok Destana dalam hal ini masyarakat Desa Beringin

Jaya sudah seperti yang diharapkan oleh masyarakat.Selama ini tidak ada

program yang diberikan oleh BPBD yang tidak dilaksanakan oleh Kelompok

Page 76: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

65

65

Desa Tangguh Bencana.Pihak BPBD juga selalu memenuhi kebutuhan yang

sifatnya mendasar bagi masyarakat.Berdasarkan hasil wawancara dari

masing-masing informan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan

kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana sudah

terjalin dengan baik.

Proses komunikasi yang terbuka dan jujur dalam hubungan kerjasama

antara pemerintah dan masyarakat tersebut juga dapat dilihat dari cara

pemerintah menyampaikan informasi kebencanaan kepada masyarakat. untuk

mengetahui lebih jelas terkait cara pemerintah menyampaikan informasi

kebencanaan kepada masyarakat, berikut pernyataan dari informan A sebagai

Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Kita disini ada tiga bidang.Yang pertama adalah bidang pencegahan

dan kesiapsiagaan.Pencegahan dan kesiapsiagaan itulah tadi seperti

tanda-tanda alam. Makanya kami kerjasama dengan BMKG selalu

memberikan kita data per dua jam yang akan kami terima melalui

WA. Kalau sudah gelap diatas atau hujan, kami langsung pantau

sungai Rongkong.Itulah informasi yang kita sampaikan ke Beringin

Jaya yang dilalui sungai Rongkong. Dominan jam 12 malam keatas

tiba air disana. Jadi kalau ada informasi dari penanggulangan bencana,

mereka sudah siap mengamankan barang-barang yang ada

kemungkinannya terendam. Yang bidang kedaruratan dan logistik

dimana dalam kedaruratan itulah yang seperti adek lihat tadi,

menyangkut tindakan yang akan kita ambil kalau sudah terjadi

bencana. Bilamana sudah terlanjur ada korban itulah yang kami

evakuasi korban hidup butuh dia mengungsi kemudian kita jemput dia

dan dan evakuasi.Kalau korban jiwa atau hanyut itulah kami

melakukan pencarian sampai ditemukan dalam keadaan hidup atau

terparah meninggal.Bidang ketiga yaitu rehabilitasi dan

rekonstruksi.Setelah selesai surut air selama terjadi bencana alam ada

yang rusak langsung diperbaiki.Tingkat kerusakannya bagaimana

apakah rusak ringan atau rusak parah”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa cara pemerintah

menyampaikan informasi kebencanaan dilakukan dengan melibatkan semua

bidang yang ada di BPBD. Masing-masing bidang mempunyai tugas

Page 77: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

66

66

tersendiri. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan fokus melihat tanda-tanda

alam dan bekerjasama dengan BMKG yang selalu memberikan data per dua

jam sekali melalui Whatsapp (WA). Apabila sudah ada tanda-tanda seperti

awan mendung dan turun hujan, BPBD langsung turun untuk memantau

sungai Rongkong.Kemudian menginformasikan ke Desa Beringin Jaya.

Apabila ketinggian air sungai Rongkong diatas normal, air tiba di Desa

Beringin Jaya dominan pukul 24:00. Jadi kalau ada informasi dari BPBD

masyarakat sudah siap mengamankan barang-barang yang memiliki

kemungkinan dapat terendam air. Bidang kedaruratan dan logistik fokus ke

tindakan yang akan dilakukan pada saat terjadi bencana seperti melakukan

pencarian terhadap korban hanyut akibat banjir. Bidang rehabilitasi dan

rekonstruksi fokus ke tindakan yang dilakukan setelah bencana terjadi seperti

memperbaiki sarana yang rusak setelah air surut. Seperti pula pernyataan dari

informan B sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten

Luwu Utara (14 Mei 2018) yang memiliki persepsi terhadap cara pemerintah

menyampaikan informasi kebencanaan kepada masyarakat tersebut:

“Kami adakan sosialisasi, kami turun ke masyarakat menyampaikan

informasi-informasi tentang kebencanaan. Kami berhubungan

langsung dengan masyarakatnya. Tapi juga diawali dengan persuratan

bahwa kami akan mengadakan sosialisasi tentang Desa tangguh

bencana. Tahun kemarin kita lakukan pembentukan organisasinya dan

tahun ini kita adakan pelatihannnya”.

Pernyataan informan B sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan

BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) tersebut menyebutkan bahwa

cara pemerintah dalam menyampaikan informasi kebencanaan adalah dengan

mengadakan sosialisasi tentang kebencanaan. Pemerintah berhubungan

langsung dengan masyarakat tanpa melalui perantara dalam menyampaikan

Page 78: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

67

67

informasi kebencanaan yang sebelumnya diawali dengan persuratan yang

berisi pemberitahuan kepada masyarakat bahwa pemerintah akan

mengadakan sosialisasi tentang Desa Tangguh Bencana. Pembentukan

organisasi Destana dilakukan pada tahun 2017 dan mengadakan pelatihan

pada tahun 2018. Hal serupa juga disampaikan oleh informan C sebagai

Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018)

yaitu:

“Secara langsung seperti tatap muka begitu dan ada juga berupa

simulasi seperti yang kita laksanakan kemarin kemudian memberikan

keterampilan dasar kepada masyarakat dan itu dilatih langsung oleh

BNPB pusat”.

Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa cara pemerintah dalam

menyampaikan informasi kebencanaan adalah secara langsung atau

melakukan tatap muka. Selain itu juga dilakukan berupa simulasi terkait cara

penanggulangan bila terjadi bencana. Selanjutnya pemerintah membekali

masyarakat dengan keterampilan dasar dalam menghadapi bencana yang

dilatih langsung oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang

didatangkan dari pusat.

Berdasarkan pernyataan dari berbagai informan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa cara pemerintah dalam menyampaikan informasi

kebencanaan ke masyarakat sudah tergolong cukup baik. Hal ini dapat dilihat

dari pemerintah yang menempuh berbagai cara dalam menyampaikan

informasi kebencanaan. Dimulai dari sosialisasi, tatap muka, melakukan

simulasi terkait cara penanggulangan bila terjadi bencana, sampai dengan

mendatangkan pemateri langsung dari pusat untuk membekali masyarakat

dengan keterampilan-keterampilan dasar dalam menghadapi bencana.

Page 79: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

68

68

3. Pengambilan keputusan kooperatif

Proses pengambilan suatu keputusan bersama itu dilakukan secara

musyawarah. Jalan musyawarah merupakan salah satu cara dalam

menyelesaikan suatu masalah. Dalam sebuah musyawarah yang diharapkan

adalah terjadinya suatu kesepakatan. Olehnya itu, dalam sebuah musyawarah

seorang pemimpin harus mampu mengatur proses berlangsungnya

musyawarah. Tetapi realitanya tidak semua masalah dapat diselesaikan

dengan jalan musyawarah.Misalnya pengambilan keputusan dalam

penanggulangan bencana. Untuk mengetahui lebih jelas tentang proses

pengambilan keputusan saat menanggulangi bencana dalam kerjasama

tersebut, berikut pernyataan dari informan A sebagai Koordinator lapangan

BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Bila terjadi bencana, kami menurunkan TRC untuk assessment dan

assessment itulah yang nantinya dibuat laporan dan kemudian

diperhadapkan ke pimpinan untuk mengambil keputusan. Apakah

akan diberikan bantuan berupa logistik atau tempat pengungsian.

Itulah tadi beberapa keputusan yang bisa diambil.Pimpinan

mengambil keputusan berdasarkan hasil assessment.Pimpinan tidak

bisa mengambil keputusan tanpa hasil assessment karena assessment

yang menentukan.Intinya itu dibantu atau tidak, berada ditangan

pimpinan”.

Berdasarkan wawancara tersebut menunjukkan bahwa pemerintah

menurunkan TRC untuk melakukan assessment pada saat terjadi bencana.

Kemudian assessment tersebut yang kemudian akan dibuat laporan lalu

diperhadapkan ke pimpinan untuk mengambil keputusan jenis bantuan seperti

apa yang kemudian akan diberikan kepada masyarakat yang terkena bencana

baik berupa bantuan logistik atau tempat pengungsian. Pimpinan dalam

mengambil keputusan didasarkan oleh hasil assessment. Pimpinan tidak

Page 80: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

69

69

dapat mengambil keputusan tanpa hasil assessment karena assessment yang

akan menentukan jenis bantuan apa yang akan diberikan. Seperti pula

pernyataan dari informan B sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan

BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) yang memiliki persepsi

terhadap proses pengambilan keputusan saat menanggulangi bencana

tersebut:

“Itu pengambilan keputusan dalam penanggulangan bencana, terebih

dahulu kita lihat skop penanggulangannya bagaimana. Apabila

skopnya kecil, mungkin masyarakat dibantu oleh kepala Desa itu bisa

menanggulangi bencana tersebut. Namun ketika skopnya besar,

pemerintah Desa wajib melapor ke kami dalam hal ini pihak BPBD.

Jadi kami selaku pemerintah Kabupaten itu akan melaksanakan

koordinasi dengan instansi terkait. Misalnya dari Dinas Sosial,

Kepolisian, PMI, dan bersama-sama kami menanggulangi bencana.

Semua itu terlibat dalam penanggulangan bencana”.

Pernyataan tersebut menujukkan bahwa terlebih dahulu dalam

pengambilan keputusan adalah melihat seberapa besar bencana yang

terjadi.Apabila bencana yang terjadi tidak parah maka masyarakat hanya

dibantu oleh pemerintah Desa Beringin Jaya dalam menanggulangi bencana

yang terjadi tersebut.Namun, ketika bencana yang terjadi itu parah maka

pemerintah Desa wajib melapor ke pemerintah Kabupaten yaitu

BPBD.Selanjutnya pemerintah Kabupaten Luwu Utara melakukan koordinasi

dengan instansi-instansi terkait seperti Dinas Sosial, Kepolisian, PMI,

kemdudian bersama-sama dalam menanggulangi bencana. Hal serupa juga

disampaikan oleh informan C sebagai Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD

Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018):

“Pertama jika terjadi bencana masyarakat itu menyampaikan

melaporkan bahwa telah terjadi bencana.Kedua penanganan awal

mereka tangani sendiri.Untuk itu mereka dibekali keterampilan dasar

ketika terjadi bencana.Yah selanjutnya, adalah pelaporan,

Page 81: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

70

70

menghubungi instansi-instansi terkait untuk terlibat langsung dalam

penanganan bencana di suatu desa. Sifatnya sudah harus melibatkan

instansi terkait, ya kan kita panggil. Kalau bisa kita tangani sendiri

tidak perlu kita libatkan intansi yang lain. Karena di penanganan

bencana itu tidak semua kegiatan itu bisa kita lakukan.Misalnya

bantuan rumah itu kita tidak tangani di urus oleh Dinas Sosial.

Kemudian untuk medis itu juga kita tidak tangani. Kalau tugasnya

kita itu menjemput korban, mengantar korban ke tenda penampungan

dan di tangani medis”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa apabila terjadi bencana

terdapat tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan saat

menanggulangi bencana. Pertama, masyarakat melaporkan ke BPBD bahwa

telah terjadi bencana.Kedua, mereka melakukan penanganan awal sendiri

dengan memanfaatkan bekal keterampilan dasar dalam menghadapi

bencana.Selanjutnya BPBD menghubungi instansi terkait untuk terlibat

langsung dalam penanganan bencana apabila sifatnya harus melibatkan

instansi terkait.Karena tidak semua kegiatan dalam penanganan bencana

dapat dilakukan oleh pihak BPBD.Seperti bantuan rumah yang ditangani oleh

Dinas Sosial dan masalah medis juga pihak BPBD tidak bisa tangani.BPBD

hanya menjemput dan mengantar korban ke tenda penampungan dan

ditangani oleh medis. Diperkuat oleh informan D sebagai Sekretaris Desa

Beringin Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara (3 Mei 2018)

yang menjelaskan hal tersebut:

“itukan sudah terbentuk anu sekarang sudah terbentuk Destana. Jadi

setelah ada bencana ataupun mau itu banjir atau kebakaran otomatis

yang terbentuk di Desa atau Pak Desa yang menyampaikan ke

BPBD.Semua data akurat yang dikirim itu dan biasanya itu langsung

tiba orang BPBD itu yang turun langsung ke wilayah mengecek.Jadi

untuk mengambil keputusan itu otomatis yang terbentuk di Desa dulu

yang mengambil keputusan sesuai yang sebisa dan bekerjasama

dengan pemerintah Desa baik itu banjir maupun kebakaran”.

Page 82: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

71

71

Melalui pernyataan tersebut, terlihat bahwa setelah terbentuknya

Kelompok Desa Tangguh Bencana, maka proses pengambilan keputusan

apabila terjadi bencana di Desa baik itu banjir maupun kebakaran, Kelompok

Desa Tangguh Bencana ataupun Kepala Desa yang kemudian menyampaikan

ke BPBD. Apabila telah memberikan informasi atau data-data akurat, pihak

BPBD kemudian tiba di lokasi bencana untuk melakukan pengecekan secara

langsung.Jadi dalam mengambil keputusan, Kelompok Destana dan

pemerintah Desa yang memberikan arahan untuk mengatasi bencana

semampunya.

Berdasarkan hasil wawancara dari semua informan, dapat disimpulkan

bahwa proses pengambilan keputusan saat akan menanggulangi bencana

adalah melihat seberapa besar bencana yang terjadi. Apabila bencana yang

terjadi tidak parah maka masyarakat hanya dibantu oleh pemerintah Desa

dalam menanggulangi bencana tersebut.Namun, ketika bencana yang terjadi

itu parah maka pemerintah Desa wajib melapor ke pemerintah Kabupaten

yaitu BPBD.Selanjutnya pemerintah Kabupaten melakukan koordinasi

dengan instansi terkait seperti Dinas Sosial, Kepolisian, PMI, kemudian

bersama-sama dalam menanggulangi bencana.

Apabila terjadi bencana, jalan musyawarah tidak digunakan dalam

pengambilan keputusan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan dalam

menanggulangi bencana. Sebab dalam bencana, hal yang harus diperhatikan

adalah mengusahakan agar tidak ada korban jiwa dalam bencana itu. Untuk

mengetahui lebih jelas tentang hal yang perlu diperhatikan dalam proses

pengambilan keputusan dalam kerjasama tersebut, berikut pernyataan dari

Page 83: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

72

72

informan A sebagai Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25

April 2018):

“Mindset kita kalau terjadi bencana disuatu daerah, kita harus pikir

manusianya.Kita harus segera mengambil tindakan karena jangan

sampai ada korban.Yang lainnya jangan dipikirkan dulu”.

Menurut pernyataan tersebut bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam

proses pengambilan keputusan dalam kerjasama tersebut adalah selalu

memprioritaskan masyarakat yang terkena bencana. Selalu berpikir jangan

sampai ada korban dalam bencana yang terjadi.Harus cepat dalam mengambil

tindakan penanggulangan bencana karena jangan sampai ada korban jiwa.

Serta tidak memikirkan yang lain selain masyarakat yang terkena bencana.

Sedangkan pernyataan informan B sebagai Kabid pencegahan dan

kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) lebih membahas

tentang luasan bencananya, yaitu:

“Nah itu yang saya bilang tadi, dari skop luasan bencananya. Kalau

skop bencananya cuma lingkungan Desa saja maka hanya akan

dikoordinasikan dengan Desa apa-apa saja dampak yang

ditimbulkan”.

Pernyataan informan B sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan

BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) tersebut menunjukkan bahwa

hal yang perlu diperhatiakan adalah luasan bencana yang terjadi. Apabila

cakupan bencana hanya sebatas lingkungan Desa saja maka hanya akan

dikoordinasikan dengan Desa yang bersangkutan yaitu Desa Beringin Jaya

terkait apa-apa saja dampak yang ditimbulkan. Kemudian selanjutnya

diadakan penanganan terkait masalah yang terjadi. Adapun hasil wawancara

dari informan C sebagai Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten

Luwu Utara (30 April 2018) yang menjelaskan bahwa:

Page 84: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

73

73

“Pertama, jika terjadi bencana itu yang harus kita perhatikan adalah

sifat bencananya.Kedua jumlah korbannya.Ketiga tentu lokasi

bencananya.Dan yang terakhir itu siapa-siapa yang harus dilibatkan,

instansi-instansi yang terlibat, semua itu menjadi pertimbangan untuk

penanganan bencana di suatu daerah”.

Menurut pernyataan tersebut menjelaskan bahwa ada empat hal yang

harus diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan dalam kerjasama

tersebut yaitu yang pertama adalah sifat bencana yang terjadi. Kedua adalah

jumlah korban yang ada.Ketiga adalah lokasi bencana.Dan yang keempat

terkait instansi-instansi yang harus dilibatkan dalam penanganan

bencana.Itulah empat hal yang menjadi pertimbangan dalam penanganan

bencana di suatu daerah.Khususnya di Desa Beringin Jaya.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan dalam proses

pengambilan keputusan dalam kerjasama tersebut yaitu yang pertama adalah

sifat bencana yang terjadi. Kedua adalah jumlah korban yang ada.Ketiga

adalah lokasi bencana. Terakhir terkait instansi yang dilibatkan dalam

penanganan bencana.

4. Rasa memiliki

Rasa memiliki dalam sebuah organisasi apabila diabaikan akan

menimbulkan hal yang tidak baik. Dampaknya ialah seseorang yang bekerja

dalam organisasi tersebut akan menjadi kurang produktif dalam bekerja.

Yang kemudian akan memicu respon ancaman sehingga menimbulkan

perilaku tidak mau bekerjasama dan menghindari tugas yang diberikan.

Seperti halnya kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam pennggulangan

bencana apabila tidak memiliki rasa memiliki, maka akan berdampak buruk

dalam pencapaian tujuan kerjasama tersebut.

Page 85: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

74

74

Rasa memiliki dalam kerjasama tersebut sudah terbilang lumayan.Hal

ini terlihat dari upaya dan peran pemerintah serta fungsi kelompok Desa

Tangguh Bencana Desa Beringin Jaya dalam menanggulangi bencana. Untuk

mengetahui lebih jelas tentang upaya pemerintah dalam penanggulangan

bencana, berikut pernyataan dari informan A sebagai Koordinator lapangan

BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Nah Pemda melalui balai besar membuat tanggul, karena itu sungai

bukan kewenangan Pemda tapi kewenangan balai besar sungai

Sabbang.Kemudian melakukan pengerukan sungai, pembuatan

jembatan gantung di Desa Beringin Jaya dimana itu merupakan

jembatan gantung terpanjang di Luwu Utara yang dibangun pada

tahun 2014.Kemudian ada bantuan pontoon (sampan), lalu

membangun 18 unit rumah pada masyarakat Beringin Jaya itu bantuan

dari BNPB juga.Yang dibantu itu rumah yang rusak akibat

banjir.Dalam pembangunan jembatan gantung yang saya maksud tadi,

anggarannya itu tidak semua diambil dari BNPB tapi juga

menggunakan beberapa anggaran Desa.Misalnya ada papan jembatan

yang rusak, disitulah anggaran Desa dipakai”.

Pernyataan informan A sebagai Koordinator lapangan BPBD

Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018) tersebut menunjukkan bahwa upaya

pemerintah yaitu membuat tanggul, melakukan pengerukan sungai yang telah

dangkal, pembuatan jembatan gantung, memberikan bantuan sampan, dan

membangun 18 unit rumah yang rusak akibat banjir. Pembuatan tanggul

dilakukan melalui koordinasi Pemda ke Balai Besar karena sungai merupakan

kewenangan dari Balai Besar Sungai Sabbang bukan kewenangan

Pemda.Kemudian sumber anggaran yang digunakan dalam pemberian

bantuan tersebut selain dari BPBD Kabupaten Luwu Utara juga diperoleh dari

BNPB.Seperti pada pembangunan jembatan gantung pada tahun 2014,

anggaran yang digunakan adalah bersumber dari BNPB.Tapi dalam

perawatan jembatan misalnya dalam beberapa tahun pemakaian ada papan

Page 86: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

75

75

jembatan yang rusak, maka dalam memperbaiki jembatan menggunakan

beberapa anggaran Desa. Hal serupa juga disampaikan oleh informan B

sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara

(14 Mei 2018) yaitu:

“Terutama disana itu kami telah membuat tanggul, sudah beberapa

tahun itu kita perioritaskan. Kemudian berhubung jembatannya jebol

dibawa air jadi kami buatkan jembatan gantung. Pernah juga kami

buatkan rakit untuk penyebrangan. Yah, kalau Beringin jaya itu sudah

banyak bantuan pemerintah yang sudah diberikan”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah telah berupaya

memprioritaskan pembuatan tanggul sejak beberapa tahun terhir.Kemudian

pemerintah membangun jembatan gantung berhubung jembatan di Desa

Beringin Jaya jebol dan terbawa arus air.Selain membuat tanggul dan

membangun jembatan, pemerintah juga telah membuatkan masyarakat rakit

penyebrangan.Pemerintah telah memberikan banyak bantuan ke Desa

Beringin jaya dalam hal menanggulangi bencana. Seperti halnya informan C

sebagai Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30

April 2018) yang menyatakan bahwa:

“Pertama kita bekali dulu masyarakat untuk menghadapi bencana

kemudian kami bangunkan infrastuktur untuk mananggulangi dampak

bencana.Seperti pembangunan tanggul-tanggul sungai, normalisasi

arus sungai kemudian pembangunan jembatan penghubung, dan

pembangunan rumah panggung”.

Hasil wawancara dari informan C sebagai Kepala sub bidang

rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018) tersebut

menyatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh BPBD dalam menanggulangi

bencana banjir di Desa Beringin Jaya yang pertama adalah membekali

masyarakat untuk menghadapi bencana.Kemudian yang kedua adalah

Page 87: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

76

76

membangun infrastruktur untuk menanggulangi dampak bencana.Seperti

pembangunan tanggul-tanggul sungai, normalisasi arus sungai dan

pembangunan jembatan penghubung serta membangun rumah-rumah

panggung.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan tersebut dapat

disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan oleh BPBD dalam menanggulangi

bencana banjir di Desa Beringin Jaya sudah tergolong maksimal. Hal ini

dibuktikan dengan pemerintah telah melakukan berbagai cara dalam

mencegah dan menanggulangi bencana banjir di Desa Beringin Jaya. Seperti

membuat tanggul, melakukan pengerukan sungai yang telah dangkal,

normalisasi arus sungai, pembuatan jembatan gantung, memberikan bantuan

sampan, dan membangun 18 unit rumah yang rusak akibat banjir.

Tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam

penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu Utara khususnya di Desa

Beringin Jaya, pemerintah juga sangat berperan dalam menanggulangi

bencana di wilayah tersebut. Seperti pernyataan dari informan A sebagai

Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018) yaitu:

“Itulah yang saya bilang tadi.Kita bangun tanggul di spot-spot

tertentu, kalau ada yang jebol itu kita penanganan darurat dalam

bentuk mengisi karung dengan pasir yang kemudian kita tutup.Kita

sudah keliling membangun tanggul.Kalau tanggul yang telah dibangun

itu ada yang jebol, kita bantu Desa untuk menutup dengan karung

yang berisi pasir supaya mengurangi bibit air yang masuk ke

pemukiman penduduk”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah berperan

membangun tanggul di titik-titik tertentu.Apabila ada tanggul yang jebol

maka dilakukan penangnan darurat seperti mengisi karung dengan pasir lalu

Page 88: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

77

77

menutup atau mengikat karung tersebut. Pemerintah telah berupaya keliling

membangun tanggul ke daerah yang membutuhkan pembangunan tanggul

yang tentunya rawan terkena banjir dan membantu masyarakat Desa menutup

tanggul yang jebol dengan karung yang berisi pasir agar mengurangi bibit air

yang masuk ke pemukiman penduduk sehingga tidak terjadi banjir khususnya

di Desa Beringin Jaya. Seperti halnya informan B sebagai Kabid pencegahan

dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) yang

menyatakan bahwa:

“Yah, itumi yang saya bilang tadi, kami ini apabila ada laporan, kami

dari BPBD langsung tanggap. Baik itu dari segi logistiknya, dari segi

peralatan, kami siap”.

Wawancara tersebut menjelaskan bahwa peran pemerintah dalam

menanggulangi bencana banjir yaitu selalu tanggap apabila ada laporan dari

masyarakat.Pemerintah selalu tanggap baik dari segi logistik maupun dari

segi peralatan. Seperti halnya informan C sebagai Kepala sub bidang

rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018) yang memberikan

argumen terhadap peran pemerintah dalam menanggulangi bencana banjir

mengatakan bahwa yang pertama kita sosialisasi penanganan banjir.

Pernyataan tersebut menyatakan bahwa hal yang paling pertama

dalam peran pemerintah dalam menanggulangi bencana banjir yaitu

mengadakan sosialisasi terkait penanganan banjir.hal ini dilakukan agar

masyarakat tahu tentang penanganan banjir apabila terjadi banjir.

Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah dalam menanggulangi bencana

banjir yaitu melakukan sosialisasi terkait penanganan banjir dan membangun

Page 89: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

78

78

tanggul ke daerah yang membutuhkan pembangunan tanggul yang tentunya

rawan terkena banjir dan membantu masyarakat Desa menutup tanggul yang

jebol dengan karung yang berisi pasir agar mengurangi bibit air yang masuk

ke pemukiman penduduk sehingga tidak terjadi banjir khususnya di Desa

Beringin Jaya.

Dalam menjalankan tugasnya yaitu untuk menanggulangi bencana,

pihak pemerintah dalam hal ini BPBD Luwu Utara juga mengadakan

sosialisasi mengenai kebencanaan dan cara penanggulangan dini bencana

banjir di Desa Beringin Jaya. Walaupun pada kenyataannya sosialisasi

tersebut tidak memiliki jadwal yang tetap tapi sosialisasi tersebut sangat

bermanfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat Desa Beringin Jaya.

Untuk mengetahui lebih jelas terkait sosialisasi kebencanaan tersebut, berikut

pernyataan dari informan A sebagai Koordinator lapangan BPBD Kabupaten

Luwu Utara (25 April 2018):

“Sudah banyak kali itu kami mengadakan sosialisasi mengenai

kebencanaan.Jadi setiap ada pertemuan di Desa itu baik Musrenbang,

kalau kami ada kami meminta izin ke Pemda untuk masuk sosialisasi

mengenai kebencanaan.Jadi selain masuk sosialisasi pada saat ada

pertemuan, sering juga kita komunikasi dengan SKPD terkait untuk

kita masuk sosialisasi.Nah itu secara pertemuan yang terencana.Terus

secara administrasi itu kita bersurat ke camat, ke Desa untuk selalu

mengingatkan tentang curah hujan termasuk curah hujan tinggi yang

otomatis resikonya tinggi.Dalam sosialisasi itu kami tidak memiliki

jadwal yang tetap untuk melakukan sosialisasi”.

Pernyataan tersebut menunujukkan bahwa pengadaan sosialisasi oleh

pemerintah mengenai kebencanaan dan cara penanggulangan dini bencana

banjir di Desa Beringin Jaya telah dilakukan berulang kali. Sosialisasi

dilakukan pada saat ada pertemuan di Desa seperti Musrenbang.Pihak BPBD

meminta izin ke Pemda untuk melakukan sosialisasi terkait

Page 90: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

79

79

kebencanaan.Selain sosialisasi pada pertemuan-pertemuan di Desa, BPBD

juga melakukan komunikasi kepada SKPD terkait untuk kemudian

mengadakan sosialisasi kebencanaan.Secara administrasi, BPBD bersurat ke

Camat dan ke Desa untuk selalu mengingatkan tentang curah hujan termasuk

curah hujan tinggi yang beresiko tinggi pula terjadi banjir.Namun pemerintah

dalam hal ini BPBD tidak memiliki jadwal yang tetap untuk melakukan

sosialisasi.Secara tidak langsung, sosilisasi tidak dilakukan secara rutin. Hal

serupa juga disampaikan oleh informan B sebagai Kabid pencegahan dan

kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) yaitu:

“Yah tentu. Kami telah mengadakan pelatihan kepada masyarakat di

Desa tersebut. Dan berlangsung dalam beberapa hari. Pematerinya pun

datang dari pusat.”.

Hasil wawancara tersebut menyebutkan bahwa pengadaan sosialisasi

oleh pemerintah mengenai kebencanaan dan cara penanggulangan dini

bencana banjir di Desa Beringin Jaya telah dilakukan dan diadakan dalam

bentuk pelatihan. Pelatihan tentang cara penanggulangan bencana tersebut

berlangsung dalam beberapa hari. Dan pemateri dalam pelatihan tersebut

didatangkan dari pusat. Seperti halnya informan C sebagai Kepala sub bidang

rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018) yang memberikan

argument terkait pengadaan sosialisasi pemerintah mengenai kebencanaan

dan cara penanggulangan dini bencana banjir sebagai berikut:

“Itu sudah jauh-jauh hari kami lakukan itu.Begitu kami deteksi bahwa

bencana banjir kita lakukan disitu.Misalnya banjir, masyarakat kita

bekali pemahaman tentang penanganan banjir.kemudian

kesiapsiagaan. Kemudian juga kita bentuk orang-orang atau Tim

Reaksi Cepat (TRC) untuk bertindak lebih awal seperti di Desa

Beringin Jaya, mereka adalah orang pertama yang harus ada di lokasi

untuk melakukan deteksi dan identifikasi awal seperti apa banjir yang

terjadi disana. Kemudian tindak lanjut setelah mereka lihat, mereka

Page 91: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

80

80

kemudian melaporkan, hasil laporan yang mereka lihat itulah yang

bisa menjadi tindak lanjut kita kesana.Misalnya tanah longsor di

daerah pegunungan, kita beri peringatan-peringatan dini berupa

bahaya menebang pohon di daerah ini.Peringatan lainnya adalah

diberikan penyampaian oleh Kepala Desa bahwa bahaya menebang

pohon di sekitar sini.Jika ada yang menebang pohon disekitar sini

harus dituntut.Dan mereka bentuk dalam Peraturan Desa tentang

bagaimana melindungi lingkungan untuk mencegah longsor disekitar

sini. Tapi kan biasa terjadi tapi tidak bisa kita duga. Dan biasa kita

cegah disini dan terjadi disana.Dibutuhkan memang kesiapsiagaan”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pengadaan sosialisasi oleh

pemerintah sudah dilakukan jauh-jauh hari.Sosialisasi dilakukan di daerah

yang terdetekdi rawan banjir.Masyarakat dibekali pemahaman tentang

penanganan banjir dan materi kesiapsiagaan.Kemudian telah dibentuk Tim

Reaksi Cepat (TRC) untuk bertindak lebih awal untuk melakukan deteksi dan

identifikasi awal terhadap banjir yang terjadi.Kemudian TRC melaporkan

hasil pengamatan di lapangan. Kemudian hasil laporan itulah yang nantinya

akan ditindaklanjuti oleh BPBD. Misalnya, apabila terjadi tanah longsor di

daerah pegunungan, kita beri peringatan-peringatan dini berupa bahaya

menebang pohon di daerah tersebut.Peringatan lainnya adalah pemerintah

Desa membuat berupa Peraturan Desa tentang melindungi lingkungan untuk

mencegah longsor. Dan bagi masyarakat yang melanggar akan dituntut.

Walaupun telah mengeluarkan peraturan sedemikian rupa, bencana tidak

dapat diduga datangnya.Maka dari itu kesiapsiagaan selalu dibutuhkan.

Berdasarkan wawancara dari beberapa informan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa pengadaan sosialisasi oleh pemerintah mengenai

kebencanaan dan cara penanggulangan dini bencana banjir di Desa Beringin

Jaya bisa dikatakan belum optimal. Walaupun sosialisasi diadakan pada

pertemuan-pertemuan di Desa, dan BPBD melakukan komunikasi kepada

Page 92: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

81

81

SKPD terkait untuk kemudian mengadakan sosialisasi kebencanaan, serta

secara administrasi BPBD bersurat ke Camat dan ke Desa untuk selalu

mengingatkan tentang curah hujan termasuk curah hujan tinggi yang beresiko

tinggi pula terjadi banjir, namun pemerintah dalam hal ini BPBD tidak

memiliki jadwal yang tetap untuk melakukan sosialisasi. Faktor lain dari tidak

optimalnya pengadaan sosialisasi tersebut yaitu pelatihan hanya dilakukan

sekali dan berlangsung selama dua hari. Walaupun pemateri dalam pelatihan

didatangkan dari pusat, namun sosilisasi tidak dilakukan secara rutin.

Bukan hanya pemerintah yang memiliki peran dan upaya dalam

menanggulangi bencana, masyarakat juga memiliki ikut andil dalam hal

mencegah dan menanggulangi bencana. Khususnya masyarakat Desa

Beringin Jaya yang sadar akan fungsinya sebagai masyarakat yang tinggal di

daerah rawan terjadi bencana banjir. Dalam hal ini fungsi kelompok Destana

Desa Beringin Jaya. Seperti pernyataan dari informan A sebagai Koordinator

lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018) yaitu:

“Jadi Destana itu merupakan ujung tombak dan wadah untuk

menggerakkan masyarakat dalam menanggulangi becana.Apabila

terjadi bencana, bukan hanya anggota dari kelompok Destana yang

bergerak dalam menanggulangi bencana tetapi seluruh masyarakat

yang terkena bencana”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa fungsi kelompok Desa

Tangguh Bencana Desa Beringin Jaya adalah sebagai ujung tombak dan

wadah untuk menggerakkan masyarakat dalam menanggulangi

bencana.Walaupun Kelompok Desa Tangguh Bencana sebagai ujung tombak,

namun kelompok Destana tidak bergerak sendiri dalam membantu

menanggulangi bencana.Apabila bencana terjadi, bukan hanya dari anggota

Page 93: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

82

82

Kelompok Desa Tangguh Bencana saja yang bergerak dalam membantu

menanggulangi bencana tetapi seluruh masyarakat yang terkena bencana.

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh informan B sebagai Kabid

pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018)

yang mangatakan bahwa:

“Mudah-mudahan nanti ketika terjadi bencana, mereke-mereka yang

telah di latih ini bisa ambil bagian disana karena kelompok Destana

kan sudah dilatih kemarin. Sudah dilatih bagaimana jika terjadi

bencana, ada yang korban, ada yang luka, ada yang tenggelam, semua

masalah itu sudah diberikan pelatihan cara untuk mengatasi itu. Yah,

mudah-mudahan sudah mandiri kedepannya karena pemateri pelatihan

kemarin itu didatangkan langsung dari Jakarta”.

Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa ketika terjadi bencana,

Kelompok Desa Tangguh Bencana diharapkan dapat menjalankan fungsi

Kelompok Destana sebagaimana mestinya. Kelompok Destana diharapkan

dapat mengambil bagian dalam menanggulangi bencana karena Kelompok

Destana telah dilatih tentang cara menanggulangi bencana, mengevakuasi

korban, membantu memberikan penanganan jika ada yang luka, dan cara

pertolongan pertama jika ada yang tenggelam. Kelompok Destana diharapkan

dapat mandiri dalam menanggulangi bencana karena pemateri pelatihan

didatangkan dari Jakarta. Pernyataan tersebut juga ditambahkan oleh

informan C sebagai Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu

Utara (30 April 2018) yang mengatakan bahwa:

“Mereka mengadakan gotong royong dalam rangka mengantisipasi

dampak bencana seperti membersihkan sungai, membersihkan saluran

airnya. Tapi selama ini, selama kita bentuk ini mereka belum kita

minta mereka melakukan program kerja apa. Dulu awalnya sebelum

ditetapkan sebagai Desa Tangguh Bencana itu namanya Relawan

Tanggap Bencana berbasis Masyarakat.tapi selama sudah ada

kelompok Destana, Relawan Tanggap Bencana berbasis Masyarakat

sudah tidak ada lagi”.

Page 94: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

83

83

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Kelompok Desa Tangguh

Bencana telah menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.Kelompok Desa

Tangguh Bencana mengadakan gotong royong dalam rangka mengantisipasi

dampak bencana seperti membersihkan sungai dan membersihkan saluran-

saluran air.Akan tetapi selama terbentuknya Kelompok Desa Tangguh

Bencana, pemerintah belum memberikan program kerja kepada Kelompok

Desa Tangguh Bencana.Sebelum Kelompok Desa Tangguh bencana

ditetapkan, organisasi kemasyarakatan tersebut bernama Relawan Tanggap

Bencana berbasis Masyarakat. Akan tetapi setelah terbentuknya Kelompok

Destana, Relawan Tanggap Bencana berbasis Masyarakat sudah tidak ada.

Berdasarkan wawancara dari beberapa informan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa selama ini fungsi Kelompok Desa Tangguh Bencana

adalah sebagai ujung tombak dan wadah untuk menggerakkan masyarakat

dalam menanggulangi bencana.Serta mengadakan gotong royong dalam

rangka mengantisipasi dampak bencana seperti membersihkan sungai dan

membersihkan saluran-saluran air.

5. Keterampilan mendengarkan yang baik

Keterampilan mendengarkan yang baik dapat diartikan sebagai sebuah

proses pemahaman dalam mendapatkan informasi. Sebaik apa pun sebuah

komunikasi tanpa dibarengi dengan keterampilan mendengarkan yang baik

maka proses komunikasi tidak akan berjalan efektif. Seperti halnya dalam

menyampaikan informasi kebencanaan, baik informasi yang disampaikan

oleh pemerintah ke masyarakat maupun informasi yang disampaikan oleh

Page 95: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

84

84

masyarakat yang terkena bencana ke pemerintah terkait yaitu dalam hal ini

BPBD Luwu Utara harus diiringi keterampilan mendengarkan yang baik.

Apabila suatu anggota baik itu pemerintah maupun masyarakat tidak

memiliki keterampilan mendengarkan yang baik maka dalam mendapatkan

informasi baik itu pemerintah maupun masyarakat tidak akan memberikan

respon yang baik pula. Sebaliknya apabila telah memiliki keterampilan

mendengarkan yang baik maka respon yang diberikan juga akan baik. Maka

dari itu keterampiln mendengarkan yang baik sangat penting dalam kerjasama

pemerintah dan masyarakat apalagi dalam hal menanggulangi bencana.

Dalam merespon informasi tentu saja harus ada informasi yang telah

tersampaikan.Seperti halnya BPBD Luwu Utara dapat merespon informasi

apabila ada informasi yang telah disampaikan oleh masyarakat yang terkena

bencana dalam hal ini masyarakat Desa Beringin jaya. Untuk mengetahui

lebih jelas tentang pemberian informasi apabila terjadi bencana di Desa

Beringin Jaya oleh masyarakat setempat kepada BPBD Kabupaten Luwu

Utara, berikut pernyataan dari informan A sebagai Koordinator lapangan

BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018) yang mengatakan bahwa:

“Ya jelas, nomor saya itu sudah ada di google.Dan juga kita telah

bekerjasama dengan Adira FM untuk menyiarkan masalah terkait

kebencanaan dan menghimbau masyarakat agar menghubungi pihak

BPBD yang nomornya telah disebutkan pada saat penyiaran.Jadi

apabila terjadi bencana, masyarakat menghubungi nomor yang

disebutkan di Adira FM”.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pemberian informasi apabila

terjadi bencana di Desa Beringin Jaya oleh masyarakat setempat kepada

BPBD Kabupaten Luwu Utara telah dilakukan.Pemerintah telah memberikan

nomor Handphone kepada masyarakat yang disebarluaskan melalui siaran

Page 96: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

85

85

radio yaitu Adira FM. Masyarakat juga dapat mengakses nomor Handphone

pihak BPBD melalui google.Pemerintah dan Adira FM bukan hanya

bekerjasama untuk menghimbau masyarakat agar menghubungi nomor

kontak pihak BPBD yang nomornya telah disebutkan pada saat penyiaran

apabila terjadi bencana, namun pemerintah dan Adira FM juga bekerjasama

untuk menyiarkan informasi terkait kebencanaan. Hal serupa juga dikatakan

oleh informan B sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD

Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018):

“apabila terjadi bencana disana masyarakat menghubungi pihak

BPBD. Kami juga langsung ke lapangan melihat apa saja kebutuhan

mereka”.

Pernyataan yang disampaikan oleh informan B sebagai Kabid

pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018)

menyebutkan bahwa pemberian informasi apabila terjadi bencana di Desa

Beringin Jaya oleh masyarakat setempat kepada BPBD Kabupaten Luwu

Utara telah sepenuhnya dilaksanakan.Apabila terjadi bencana di Desa

Beringin Jaya, masyarakat tidak mengulur-ulur waktu untuk segera

menghubungi pihak pemerintah dalam hal ini BPBD Luwu Utara.Pihak

pemerintah juga segera ke lapangan apabila mendapatkan informasi untuk

melihat hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat. Seperti halnya informan C

sebagai Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30

April 2018) yang memberikan argument terkait pemberian informasi oleh

masyarakat kepada BPBD yaitu:

“Pertama itu kan Kepala Desa yang memberikan informasi, kalau

tidak ada kapala Desa yang memberikan informasi itu adalah

masyarakat yang tergabung dalam kelompok Destana yang

menghubungi langsung Korlap. Jadi, dia tidak berjenjang lagi.Korlap

Page 97: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

86

86

kemudian melaporkan ke Kalak kemudian Korlap menghubungi orang

terdekat dari tempat terjadi bencana, orang yang terdekat langsung

kesana.Pimpinan hanya terima laporan dan memberitakan berita

selanjutnya biasa pimpinan baru menerima informasi, anggota sudah

ada di lokasi.Jadi, prosesnya cepat sekali”.

Hasil wawancara tersebut menyebutkan bahwa pemberian informasi

apabila terjadi bencana di Desa Beringin Jaya oleh masyarakat setempat

kepada BPBD Kabupaten Luwu Utara sudah dilaksanakan dengan

baik.Walaupun kadang melalui beberapa tahap ataupun secara langsung

menghubungi pihak BPBD.Apabila terjadi bencana hal pertama adalah

Kepala Desa memberikan informasi ke BPBD.Apabila Kepala Desa tidak ada

maka yang memberikan informasi ke Korlap adalah masyarakat yang

tergabung dalam Kelompok Desa Tangguh Bencana.Jadi pemberian

informasi tidak berjenjang.Setelah Korlap mendapatkan informasi, Korlap

kemudian melaporkan ke Kalak dan Korlap menghubungi orang terdekat dari

tempat terjadi bencana untuk segera ke lokasi.Pimpinan hanya menerima

laporan dan memberikan berita selanjutnya.Dan tidak jarang, pimpinan baru

menerima informasi, anggota BPBD sudah ada di lokasi.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan maka dapat

disimpulkan bahwa pemberian informasi apabila terjadi bencana di Desa

Beringin Jaya oleh masyarakat setempat kepada BPBD Kabupaten Luwu

Utara telah sepenuhnya dilaksanakan.Apabila terjadi bencana di Desa

Beringin Jaya, masyarakat tidak mengulur-ulur waktu untuk segera

menghubungi pihak pemerintah dalam hal ini Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Kabupaten Luwu Utara. Baik Kepala Desa maupun

masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Destana.

Page 98: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

87

87

Respon yang baik dalam menerima informasi sangatlah dibutuhkan

Apalagi dalam hal penanggulangan bencana. Untuk mengetahui lebih jelas

terkait keterampilan mendengarkan dari pemerintah maupun masyarakat

dalam kerjasama tersebut, berikut pernyataan dari informan A sebagai

Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Jadi yang paling banyak mendapatkan informasi itu Korlap dan Pak

Kalak.Kalau informasi tidak masuk di Pak Kalak, saya laporkan dulu

ke pak Kalak kemudian saya turunkan TRC untuk

assessment.Handphone saya aktif 24 jam.Ini sudah perintah dari

BNPB di pusat karena bencana itu tidak mengenal waktu.Bencana itu

datangnya tiba-tiba.Kita mengusahakan bagaimana caranya supaya

tidak ada korban.Apabila ada informasi, kita cari data kemudian

dilaporkan ke pimpinan untuk mendapatkan arahan atau

petunjuk.Semuanya harus atas persetujuan pimpinan”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa respon BPBD apabila

menerima informasi bencana dari masyarakat sudah terbilang baik.Terkait

penerimaan informasi, Korlap dan Kepala Pelaksana BPBD merupakan pihak

yang banyak memperoleh informasi apabila terjadi bencana.Apabila ada

informasi bencana, informasi tersebut terlebih dahulu dilaporkan ke Kepala

Pelaksana kemudian menurunkan TRC untuk assessment. Pihak BPBD telah

diperintahkan oleh BNPB untuk mengaktifkan Handphone 24 jam agar

apabila terjadi bencana, pihak BPBD segara tahu. Karena bencana tidak

mengenal waktu dan datang secara tiba-tiba.Pemerintah selalu mengusahakan

agar tidak ada korban apabila terjadi bencana. Hal serupa juga disampaikan

oleh informan B sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD

Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) yaitu:

“Seperti yang saya katakan tadi, apabila ada laporan dari masyarakat,

kami langsung tanggap dan terjun ke lapangan melihat kebutuhan

mereka”.

Page 99: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

88

88

Hasil wawancara tersebut menyebutkan bahwa respon BPBD apabila

menerima informasi bencana dari masyarakat sudah sesuai dengan

harapan.Realitanya apabila ada laporan dari masyarakat bahwa terjadi

bencana, pemerintah selalu tanggap dan segera ke lokasi terjadinya

bencana.Pemerintah selanjutnya melihat apa yang menjadi kebutuhan

masyarakat yang terkena bencana. Seperti halnya informan C sebagai Kepala

sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018) yang

memeberikan argument terkait respon BPBD apabila menerima informasi

bencana dari masyarakat yang mengatakan bahwa:

“Jadi komunikasi itu bukan hanya berupa lewat telepon, WA, begitu

kita terima berupa sinyal informasi bencana, setiap Desa yang

berpotensi terkena bencana ada orang yang kita tunjuk sebagai orang

pertama yang datang apabila terjadi bencana. Misalnya, di Desa

Beringin Jaya, banyak orang yang tinggal disana atau orang terdekat

yang tinggal di dekat sana yang langsung datang ketika terjadi

bencana”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa respon BPBD apabila

menerima informasi bencana dari masyarakat sudah terbilang baik. Hal

tersebut karena komunikasi dilakukan bukan hanya melalui telepon atau WA,

akan tetapi juga berupa sinyal-sinyal informasi kebencanaan. Pemerintah

telah menunjuk salah seorang anggota BPBD disetiap Desa yang berpotensi

terkena bencana sebagai orang pertama yang datang apabila terjadi bencana.

Seperti halnya di Desa Beringin Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu

Utara, pemerintah telah memberikan tugas kepada salah seorang anggota

Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang tinggal disana atau paling tidak

tinggal di daerah yang dekat dengan Desa Beringin Jaya untuk segera ke

lokasi ketika terjadi bencana.

Page 100: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

89

89

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan, maka dapat

disimpulkan bahwa keterampilan mendengarkan dari pemerintah maupun

masyarakat dalam kerjasama tersebut sudah terbilang maksimal.Hal ini dilihat

dari realitanya apabila ada laporan dari masyarakat bahwa terjadi bencana,

pemerintah selalu tanggap dan segera ke lokasi terjadinya bencana.

Pemerintah selanjutnya melihat apa yang menjadi kebutuhan masyarakat

yang terkena bencana. BPBD selalu mengaktifkan Handphone 24 jam agar

apabila terjadi bencana, pihak BPBD segara tahu.

6. Partisipasi semua anggota

Partisipasi semua anggota dalam proses kerjasama merupakan

keterlibatan yang meliputi pemberian opini, ikut serta dalam kegiatan dan

pemberian usulan dari anggota. Apabila terdapat partisipasi dari masing-

masing anggota dalam proses kegiatan yang berlangsung, maka hal ini akan

meningkatkan kesadaran setiap anggota akan tugas dan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Dengan adanya partisipasi, setiap anggota akan tahu

mengenai apa yang harus dikerjakan berkaitan dengan pencapaian tujuan.

Seperti halnya dengan kegiatan dalam kerjasama penanggulangan

bencana, dari setiap anggota baik dari pihak pemerintah dalam hal ini BPBD

dan dari pihak masyarakat dalam hal ini Kelompok Desa Tangguh Bencana

Desa Beringin Jaya harus ikut serta dalam kegiatan penanggulangan bencana,

minimal dalam memberikan opini atau usulan mengenai hal-hal yang harus

dilakukan dalam menanggulangi bencana. Menyangkut hal dalam kerjasama

pemerintah dan masyarakat, pihak pemerintah Kabupaten Luwu Utara

maupun masyarakat Desa Beringin Jaya telah melaksanakan berbagai

Page 101: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

90

90

kegiatan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan kerjasama yaitu untuk

menanggulangi bencana.

Untuk mengetahui lebih jelas terkait partisipasi anggota dalam

kerjasama tersebut, dapat dilihat dari berbagai aspek.Adapun aspek yang

pertama dapat dilihat dari peran serta masyarakat dalam penanggulangan

bencana banjir. Berikut pernyataan dari informan A sebagai Koordinator

lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Biasanya itu masyarakat melakukan gotong royong dan kami dari

pihak BPBD juga ikut turun untuk membantu masyarakat”.

Berdasarkan wawancara dari informan A sebagai Koordinator

lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018) tersebut,

menunjukkan bahwa peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana

banjir dapat dilihat dari hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat

melakukan gotong royong untuk mencegah dan menanggulangi banjir.Seperti

bergotong royong untuk melakukan gerakan bersih sungai dan saluran-

saluran air.Dalam menjalankan perannya, masyarakat juga dibantu oleh pihak

BPBD. Pernyataan tersebut juga dikuatkan oleh informan B sebagai Kabid

pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018)

yang mengatakan:

“Pertama itu jika terjadi banjir, masyarakat berperan melapor ke kami,

baik itu dari pemerintah setempat atau masyarakat setempat. Kedua,

mereka itu kalau kita ke lapangan itu mereka dampingi, kemudian

informasi terkait sumber-sumber banjir masuk dia tunjukkan kita

bahwa disini. Jadi kita bisa tanggap apabila telah surut kita tutup itu

yang terjadi kebocoran tanggul. Itu respon dari masyarakat itu dan

alhamdulillah selama ini partisipasi masyarakat itu baik”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa peran serta masyarakat

dalam penanggulangan bencana banjir di Desa beringin Jaya sudah terbilang

Page 102: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

91

91

baik.Hal ini dapat dilihat dari apabila terjadi banjir, baik dari pemerintah

maupun masyarakat setempat berperan melaporkan ke BPBD.Selanjutnya

apabila pihak BPBD datang ke lokasi bencana, masyarakat berperan

mendampingi BPBD dan menunjukkan kepada BPBD sumber-sumber air

masuk ke wilayah tersebut sehingga terjadi banjir.Jadi pihak pemerintah

dalam hal ini BPBD bisa menangani hal tersebut apabila air telah

surut.Seperti menutup tanggul yang bocor apabila air telah surut. Hal serupa

juga dikatakan oleh informan C sebagai Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD

Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018) yaitu:

“Ya, sudah pasti.Jadi setiap ada bencana paling orang-orang yang dari

kelompok Desa Tangguh Bencana yang terlibat langsung menangani

bencana karena mereka yang mempunyai bekal untuk menangani

bencana, itu yang kita harapkan.Ya saya kira begitu”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat dalam

penanggulangan bencana banjir di Desa Beringin Jaya sangat berperan.

Pemerintah dalam hal ini BPBD Luwu Utara berharap apabila terjadi bencana

di Desa Beringin Jaya masyarakat yang tergabung dalam kelompok Desa

Tangguh Bencana terlibat langsung dalam menangani bencana karena

masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Desa Tangguh Bencana sudah

mempunyai bekal untuk menangani bencana.

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana

banjir sudah cukup baik.Hal ini dapat dilihat dari partisipasi masyarakat

apabila terjadi bencana di Desa Beringin Jaya.Masyarakat melakukan gotong

royong untuk mencegah dan menanggulangi banjir.Seperti bergotong royong

untuk melakukan gerakan bersih sungai dan saluran air.Dan apabila pihak

Page 103: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

92

92

BPBD datang ke lokasi bencana, masyarakat berperan mendampingi BPBD

dan menunjukkan kepada BPBD sumber-sumber air masuk ke wilayah

tersebut yang menyebabkan banjir.

Partsipasi anggota untuk mencapai tujuan dari kerjasama tersebut

bukan hanya dilihat dari satu aspek saja.Adapun aspek yang kedua yaitu

menyangkut tentang kontribusi anggota dalam memberikan opini atau

masukan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Untuk

mengetahui lebih jelas, berikut pernyataan dari informan A sebagai

Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Iya tapi sesuai dengan karakteristik wilayah dan

kebencanaannya.Minimal mereka memberikan informasi di tempat

terjadinya bencana apabila pihak BPBD turun ke tempat terjadinya

bencana.Kontribusi TRC juga sangat baik, apabila ada perintah untuk

turun lapangan tempat terjadi bencana mereka selalu siap”.

Berdasarkan pernyataan tersebut terlihat bahwa masyarakat telah

memberikan kontribusi berupa opini atau masukan dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana sesuai dengan karakteristik wilayah dan

kebencanaannya.Masyarakat memberikan kontribusi minimal berupa

pemberian informasi di tempat terjadinya bencana terkait sumber-sumber

penyebab terjadinya bencana kepada pihak BPBD apabila BPBD datang ke

lokasi terjadinya bencana.Anggota pihak BPBD dalam hal ini TRC juga

memiliki kontribusi yang sangat baik.Hal tersebut dapat dilihat dari kesiapan

TRC apabila mendapat perintah dari atasan untuk turun lapangan apabila

terjadi bencana. Pernyataan informan tersebut juga didukung oleh penyataan

informan B sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten

Luwu Utara (14 Mei 2018) yang mengatakan bahwa:

Page 104: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

93

93

“Biasanya apabila kami adakan sosialisasi, ada beberapa yang

mengajukan saran, misalnya harus dibuatkan tanggul di wilayah ini.

Dan apabila dana kami belum cukup, kami ajukan proposal ke

Pemerintah pusat di Jakarta. Kemarin itu mereka butuh jembatan

gantung, kami buatkan proposalnya, dan 1 tahun itu baru keluar

anggarannya. Kemudian kami sudah kami buatkan jembatannya tahun

2014 kemarin. Jembatan gantung itu merupakan jembatan gantung

terpanjang yang ada di Kabupaten ini. Panjangnya itu kurang lebih

150 meter”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kontribusi anggota dalam

memberikan opini atau masukan dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana sudah terbilang baik.Hal tersebut dapat dilihat dari pengajuan saran

oleh beberapa masyarakat apabila diadakan sosialisai.Misalnya masyarakat

memberikan saran mengenai tempat atau wilayah yang harus dibuatkan

tanggul. Apabila dana dari BPBD tidak mencukupi untuk melakukan

pembangunan infrastruktur untuk mengatasi banjir, maka BPBD mengajukan

proposal ke BNPB. Seperti pada pembuatan jembatan gantung di Desa

Beringin Jaya pada tahun 2014 yang merupakan jembatan gantung terpanjang

di Kabupaten Luwu Utara, BPBD mengajukan proposal bantuan dana kepada

BNPB dan butuh waktu satu tahun bantuan dana tersebut ada. Pernyataan

tersebut juga ditambahkan oleh informan C sebagai Kepala sub bidang

rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018) yaitu:

“Kalau masyarakat kan tidak bisa kita batasi, kalau ada yang

ngomong, ya kita dengar. Jadi, kita tidak bisa batasi masyarakat

misalnya jangan sampaikan itu, pasti mereka berkontribusi dan kami

tidak bisa batasi pasti mereka berkontribusi dan dalam bentuk apa

bahasanya, kami tidak bisa meredam”.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa pemerintah tidak bisa

membatasi masyarakat dalam berbicara menyampaikan opini dan sarannya.

Apabila ada masyarakat yang akan berbicara, pemerintah wajib

Page 105: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

94

94

mendengarkan apa yang disampaikan oleh masyarakat baik itu opini ataupun

saran dari pemerintah. Masyarakat sangat berkontribusi dalam menyampaikan

opini atau masukan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Seperti

halnya informan E sebagai Ketua kelompok Desa Tangguh Bencana Desa

Beringin Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara (9 Mei 2018)

yang memberikan argument terkait hal tersebut yaitu:

“Iya, misalnya saran gotong royong secara bergantian.Gotong royong

dilaksanakan sering pada saat tahun 2009/2010, karena pada saat itu

sangat rawan tidak seperti sekarang”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat berkontribusi

dalam menyampaikan opini atau masukan dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana.Kontribusi tersebut dapat berupa saran dari

masyarakat agar melakukan gotong royong secara bergantian.Pelaksanaan

gotong royong sangat rutin dilaksanakan pada saat tahun 2009/2010.Hal

tersebut karena pada saat itu sangat rawan dan sangat tidak jarang terjadi

bencana khususnya bencana banjir.

Berdasarkan pernyataan beberapa informan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa kontribusi anggota dalam memberikan opini atau

masukan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sudah terbilang

baik.Kontribusi tersebut dapat berupa saran dari masyarakat agar melakukan

gotong royong secara bergantian.Pengajuan saran oleh beberapa masyarakat

juga dilakukan apabila diadakan sosialisai.Misalnya masyarakat memberikan

saran mengenai tempat atau wilayah yang harus dibuatkan tanggul.Bukan

hanya masyarakat di Desa Beringin Jaya saja yang memiliki kontribusi yang

baik, tapi anggota pihak BPBD dalam hal ini TRC juga memiliki kontribusi

Page 106: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

95

95

yang sangat baik.Hal tersebut dapat dilihat dari kesiapan TRC apabila

mendapat perintah dari atasan untuk turun lapangan apabila terjadi bencana.

Adapun aspek yang terakhir merupakan aspek yang akan

menggambarkan lebih jelas mengenai partisispasi semua anggota dalam

kerjasama tersebut. Aspek tersebut berhubungan dengan kegiatan rutin yang

dilakukan oleh masing-masing pihak untuk mempersiapkan diri dalam

penanggulangan bencana. Untuk mengetahui lebih jelas terkait aspek

tersebut, berikut pernyataan dari informan A sebagai Koordinator lapangan

BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Kalau dari BPBD itu diadakan posko setiap hari selama 24 jam untuk

mempersiapkan diri dalam penanggulangan bencana. Itu yang

terprogram.Kemudian yang tidak terprogram tapi rutin, setiap pegawai

yang melewati sungai harus memperhatikan ketinggian air.Apakah

normal atau diatas normal lalu melaporkan ke Kalak”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan rutin yang

dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini BPBD Luwu Utara terbagi atas dua

yaitu kegiatan yang terprogram dan kegiatan yang tidak terprogram. Kegiatan

yang terprogram adalah mengadakan posko setiap hari selama 24 jam untuk

mempersiapkan diri dalam penanggulangan bencana. Sedangkan kegiatan

yang tidak terprogram tapi rutin dilakukan oleh BPBD adalah setiap pegawai

memperhatikan ketinggian air sungai apabila melewati sungai pada saat

pulang ataupun berangkat kerja. Kemudian melaporkan ke Kepala Pelaksana

terkait ketinggian air sungai, baik itu dalam keadaan normal maupun dalam

keadaan diatas normal. Informan B sebagai Kabid pencegahan dan

kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) juga

menambahkan terkait hal tersebut yang mengatakan bahwa:

Page 107: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

96

96

“Kalau kegiatan rutin di beringin jaya, tidak ada kami siapkan. Tapi

untuk kesiapsiagaan bencana, kami hanya lewat radio. Ada di radio

Adira itu kami umumkan setiap hari yang kebetulan sudah jalan

selama setahun terakhir ini untuk kesiapsiagaan bencana. Jadi ada itu

kami umumkan di radio itu untuk seluruh Luwu Utara. Kami

umumkan setiap hari, biasa sampai tiga kali dalam sehari. Kalau

kerjasama dengan Adira ini ada MoU. Kalau dengan masyarakat kami

tidak bikin MoU. Yang MoU itu pihak ketiga. Adira kan perusahaan,

kami ada kontrak untuk menyiarkan”.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pemerintah tidak memiliki

dan tidak menyiapkan kegiatan rutin di Desa Beringin Jaya.Akan tetapi dalam

kesiapsiagaan bencana, pemerintah secara rutin menyiarkan di radio.

Pemerintah mengumumkan terkait kesiapsiagaan bencana sebanyak tiga kali

setiap hari yang telah berjalan kurang lebih selama satu tahun. Pengumuman

terkait kesiapsiagaan bencana tersebut diperuntukkan ke seluruh masyarakat

Luwu Utara.Pemerintah bekerjasama dengan Adira Fm dengan membuat

MoU atau kontrak untuk menyiarkan. Terkait kegiatan rutin yang dilakukan

untuk mempersiapkan diri dalam penanggulangan bencana, berikut

pernyataan informan C sebagai Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD

Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018):

“Ya.Sudah pasti itu, misalnya pelatihan, peningkatan kapasitas TRC

dalam menghadapi bencana, laporan berkala dan koordinasi dengan

BMKG”.

Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa kegiatan rutin yang

dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam penanggulangan bencana sudah

tentu ada.Kegiatan rutin tersebut misalnya pengadaan pelatihan, peningkatan

kapasitas TRC dalam mengahadapi bencana, dan laporan berkala terkait

kebencanaan. Serta koordinasi dengan BMKG mengenai cuaca atau pun

curah hujan setiap dua jam sekali. Seperti halnya informan E sebagai Ketua

Page 108: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

97

97

kelompok Desa Tangguh Bencana Desa Beringin Jaya Kecamatan Baebunta

Kabupaten Luwu Utara (9 Mei 2018) yang memeberikan argument terkait

kegiatan rutin yang dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam

penanggulangan bencana yaitu:

“Itu dikembalikan lagi kepada Desa tapi biasa kerja bakti setiap

minggu.Rapat ini melihat kondisi yang ada.Kalau musim bencana

biasa tiga kali seminggu”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan rutin yang

dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam penanggulangan bencana itu

dikembalikan kepada Desa.Tidak jarang juga dilakukan kerja bakti setiap

minggu.Kegiatan tersebut dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi yang

ada. Apabila musim bencana, kegiatan tersebut dilakukan sebanyak tiga kali

dalam seminggu.

Bedasarkan pernyataan dari beberapa informan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa kegiatan rutin yang dilakukan untuk mempersiapkan diri

dalam penanggulangan bencana sudah terbilang baik. Hal ini dapat dilihat

dari kegiatan rutin yang dilakukan oleh pemerintah. Seperti mengadakan

posko setiap hari selama 24 jam untuk mempersiapkan diri dalam

penanggulangan bencana, setiap pegawai memperhatikan ketinggian air

sungai apabila melewati sungai pada saat pulang ataupun berangkat kerja,

peningkatan kapasitas TRC dalam mengahadapi bencana, koordinasi dengan

BMKG mengenai cuaca atau pun curah hujan setiap dua jam sekali, dan

pemerintah bekerjasama dengan Adira FM untuk secara rutin menyiarkan di

radio terkait kesiapsiagaan bencana sebanyak tiga kali setiap hari yang telah

berjalan kurang lebih selama satu tahun.

Page 109: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

98

98

7. Gotong royong dan kerja bakti

Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat merupakan kunci utama

untuk mananggulangi bencana dan pemulihan pascabencana.Salah satu

bentuk kerjasama yang dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi

bencana adalah gotong royong.Gotong royong antara pemerintah dan

masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi bencana sangat penting

untuk dilakukan.Seperti halnya dalam mencegah dan menanggulangi bencana

di Desa Beringin Jaya, bentuk kerjasama yang dilakukan tidak terlepas dari

gotong royong dan kerja bakti.

Untuk lebih mengetahui tentang bentuk kerjasama antara pemerintah

dan masyarakat dalam menanggulangi bencana khususnya di Desa Beringin

Jaya, dapat dilihat bukan hanya dari satu aspek saja.Adapun aspek yang

pertama yaitu dapat dilihat dari anggaran yang disediakan untuk rekonstruksi

pasca bencana. Berikut pernyataan dari informan A sebagai Koordinator

lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Pasca bencana itu anggarannya kalau rutin BPBD ada.Itu untuk

pembangunan tanggul dan perbaikan tanggul.Kalau anggarannya

lumayan besar kita minta bantuan dari BNPB”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa ada anggaran yang

disediakan untuk rekonstruksi pasca bencana oleh BPBD.Namun anggaran

tersebut merupakan anggaran untuk pembangunan tanggul dan perbaikan

tanggul.Apabila dalam melakukan pembangunan terkait penanganan bencana

memerlukan anggaran yang lumayan banyak maka pihak Badan

Penanggulangan Bencana Daerah meminta bantuan ke Badan Nasional

Penanggulangan Bencana.Terkait hal tersebut, informan B sebagai Kabid

Page 110: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

99

99

pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018)

mengatakan bahwa untuk rekonstruksi ada anggaran tapi terbatas.

Berdasarkan pernyataan dari informan tersebut dapat dilihat bahwa

ada anggaran yang disediakan untuk rekonstruksi pasca bencana oleh

BPBD.Namun anggaran yang diberikan untuk rekonstruksi pasca bencana itu

anggarannya terbatas.Jadi apabila dalam melakukan rekonstruksi pasca

bencana membutuhkan anggaran yang tidak sedikit maka dibutuhkan bantuan

dari BNPB. Hal serupa juga disampaikan oleh informan C sebagai Kepala sub

bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018) yaitu:

“Ada, kalau cukup kita tidak pastikan karena untuk menangani

kejadian pasca bencana memerlukan anggaran yang cukup besar”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa ada anggaran yang

disediakan untuk rekonstruksi pasca bencana oleh BPBD.Namun pemerintah

dalam hal ini pihak BPBD tidak dapat memastikan cukup tidaknya anggaran

tersebut digunakan untuk rmelakukan rekonstruksi pasca bencana.Karena

dalam menangani kejadian pasca bencana membutuhkan anggaran yang

cukup besar.

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan tersebut maka dapat

disipulkan bahwa terdapat aggaran yang disediakan oleh pemerintah dalam

hal melakukan rekonstruksi pasca bencana.Namun anggaran yang disediakan

oleh pemerintah tersebut terbatas.Jadi dalam melakukan pembangunan pasca

bencana, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah meminta bantuan ke

Badan Nasional Penanggulangan Bencana karena dalam rekonstruksi pasca

bencana memerlukan anggaran yang tidak sedikit.

Page 111: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

100

100

Bentuk kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam

menanggulangi bencana di Desa Beringin Jaya bukan hanya dilihat dari

anggaran yang disediakan untuk rekonstruksi pasca bencana.Adapun aspek

yang kedua yaitu dilihat dari ada tidaknya perjanjian tertulis dalam kerjasama

antara pemerintah dan masyrakat dalam menanggulangi bencana di Desa

Beringin Jaya. Untuk mengetahui lebih jelas, berikut pernyataan dari

informan A sebagai Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25

April 2018) bahwa tidak ada perjanjian tertulis. Hanya dalam bentuk SK.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bentuk kerjasama

pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana adalah gotong

royong.Karena dalam kegiatan gotong royong tidak terdapat perjanjian

tertulis yang dibuat oleh kedua belah pihak, baik pihak pemerintah maupun

pihak masyarakat. Kerjasama pemerintah dan masyarakat hanya dituangkan

dalam bentuk SK. Hal serupa juga disampaikan oleh informan B sebagai

Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei

2018) yang mengatakan bahwa:

“Tidak ada perjanjian tertulis kecuali untuk pembangunan, misalnya

pembangunan jembatan gantungitu ada perjanjian tertulis

tapiperjanjian antara kelompok pengelola atau pembuat jembatan itu

sendiri dengan bidang yang mengatasi rekonstruksi”.

Berdasarkan hasil wawancara kepada informan B sebagai Kabid

pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018),

dapat dilihat bahwa kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana tidak ada perjanjian tertulis.Perjanjian tertulis hanya

dilakukan untuk melakukan pembangunan.Namun perjanjian tersebut bukan

antara BPBD dan masyarakat Desa Beringin Jaya.Melainkan perjanjian yang

Page 112: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

101

101

dilakukan oleh pihak pengelola pembangunan infrastruktur seperti

embangunan jalan dengan bidang yang mengatasi rekonstruksi. Pernyataan

tersebut juga didukung oleh informan E sebagai Ketua kelompok Desa

Tangguh Bencana Desa Beringin Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu

Utara (9 Mei 2018) yang mengatakan bahwa:

“Hanya kesepakatan dengan masyarakat ketika terjadi bencana

masyarakat tidak boleh diam. Tidak bisa bergantung sepenuhnya ke

pemerintah”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kerjasama pemerintah dan

masyarakat dalam penanggulangan bencana tidak ada perjanjian

tertulis.Hanya kesepakatan pemerintah Desa dengan masyarakat bahwa ketika

terjadi bencana, masyarakat tidak boleh hanya berpangku tangan saja.Karena

dalam menanggulangi bencana, masyarakat tidak bisa bergantung sepenuhnya

ke pemerintah dalam hal ini BPBD Kabupaten Luwu Utara.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan tersebut maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana tidak ada perjanjian tertulis.Terkait hal tersebut

maka dapat dikatakan bahwa bentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat

dalam penanggulangan bencana adalah gotong royong.Karena dalam kegiatan

gotong royong tidak terdapat perjanjian tertulis yang dibuat oleh kedua belah

pihak, baik pihak pemerintah maupun pihak masyarakat.

Selain dari dua aspek yang telah disebutkan, adapun aspek yang ketiga

merupakan aspek yang menggambarkan lebih jelas mengenai bentuk

kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam

menanggulangi bencana di Desa Beringin Jaya yaitu menyangkut kegiatan-

Page 113: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

102

102

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah yang kemudian dibantu oleh

masyarakat Desa Beringin Jaya dalam hal untuk mencegah dan

menanggulangi bencana terkhusus di Desa Beringin Jaya. Untuk mengetahui

lebih jelas tentang aspek tersebut, berikut pernyataan dari informan A sebagai

Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018) yang

mengatakan bahwa:

“Seperti yang telah saya katakan, kami itu memperbaiki tanggul,

membantu mengevakuasi korban bencana ke daerah yang aman dan

membantu memperbaiki rumah yang rusak”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah yang kemudian dibantu oleh masyarakat Desa

Beringin Jaya dalam hal untuk mencegah dan menanggulangi bencana

terkhusus di Desa Beringin Jaya adalah memperbaiki tanggul yang jebol,

membantu mengevakuasi korban bencana ke daerah yang aman dan

membantu memperbaiki rumah yang rusak. Informan B sebagai Kabid

pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018)

juga menambahkan pernyataan tersebut dengan mengatakan:

“Yang pertama itu sosialisasi ke masyarakat, yang kedua itu

rahabilitasi dengan memberikan peralatan dan logistik”.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dilihat bahwa kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah yang kemudian dibantu oleh

masyarakat Desa Beringin Jaya dalam hal untuk mencegah dan

menanggulangi bencana terkhusus di Desa Beringin Jaya adalah melakukan

sosialisasi ke masyarakat dan rehabilitasi dengan cara memberikan peralatan

dan logistik yang dianggap dibutuhkan oleh masyarakat untuk mencegah dan

menanggulangi bencana terkhusus di Desa Beringin Jaya. Informan C sebagai

Page 114: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

103

103

Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu Utara (30 April 2018)

juga menambahkan pernyataan tersebut yaitu:

“Yah saya rasa kita telah bekali masyarakat untuk menghadapi

bencana kemudian kami juga sudah bangunkan infrastuktur untuk

mananggulangi dampak bencana.Seperti pembangunan tanggul-

tanggul sungai, normalisasi arus sungai kemudian pembangunan

jembatan penghubung, dan pembangunan rumah panggung”.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pemerintah telah membekali

masyarakat untuk menghadapi bencana kemudian pemerintah juga telah

membangun infrastruktur untuk menanggulangi dampak bencana.Seperti

pembangunan tanggul-tanggul sungai, normalisasi arus sungai kemudian

pembangunan jembatan penghubung serta pembangunan rumah panggung

bagi masyarakat yang rumahnya rusak akibat diterjang banjir. Hal serupa

juga disampaikan oleh informan E sebagai Ketua kelompok Desa Tangguh

Bencana Desa Beringin Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara (9

Mei 2018) yaitu:

“Banyak.Seperti itu pembangunan tanggul, mengganti jembatan

gantung yang rusak akibat terbawa air banjir, dan diberikan juga itu

sampan untuk penyebrangan sungai”.

Dapat dilihat dari pernyataan tersebut bahwa kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah yang kemudian dibantu oleh masyarakat Desa

Beringin Jaya dalam hal untuk mencegah dan menanggulangi bencana

terkhusus di Desa Beringin Jaya telah banyak dilakukan.Kegiatan tersebut

berupa pembangunan tanggul, dan mengganti jembatan gantung yang rusak

akibat terjangan arus air pada saat air di sungai meluap.Serta pemerintah juga

memberikan sampan atau rakit untuk penyebrangan sungai oleh masyarakat

Desa Beringin Jaya.

Page 115: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

104

104

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan maka dapat

disimpulkan bahwa aspek yang menggambarkan lebih jelas mengenai bentuk

kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam

menanggulangi bencana di Desa Beringin Jaya yaitu menyangkut kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah yang kemudian dibantu oleh

masyarakat Desa Beringin Jaya dalam hal untuk mencegah dan

menanggulangi bencana terkhusus di Desa Beringin Jaya sudah terbilang

maksimal.

Aspek selanjutnya masih berhubungan dengan aspek sebelumnya

dimana menyangkut sifat dari pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan

kegiatan-kegiatan untuk mencegah dan menanggulangi bencana di Desa

Beringin Jaya yaitu melaksanakan kegiatan dengan sukarela atau tanpa

mengharapkan imbalan. Seperti pernyataan dari informan A sebagai

Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018):

“Yah jelas dengan sukarela.Karena tugas kita kan untuk

menanggulangi bencana”.

Dapat dilihat dari pernyataan tersebut bahwa sifat dari pemerintah dan

masyarakat dalam menjalankan kegiatan-kegiatan untuk mencegah dan

menanggulangi bencana di Desa Beringin Jaya yaitu melaksanakan kegiatan

dengan sukarela atau tanpa mengharapkan imbalan.Karena tugas pemerintah

dalam hal ini BPBD adalah untuk menanggulangi bencana. Hal serupa juga

disampaikan oleh informan E sebagai Ketua kelompok Desa Tangguh

Bencana Desa Beringin Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara (9

Mei 2018) yang mengatakan bahwa:

Page 116: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

105

105

“Kembali lagi kalau kita hanya sukarelawan artinya tidak ada

imbalan”.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa sifat dari pemerintah dan

masyarakat dalam menjalankan kegiatan-kegiatan untuk mencegah dan

menanggulangi bencana di Desa Beringin Jaya yaitu melaksanakan kegiatan

dengan sukarela atau tanpa mengharapkan imbalan.Sukarelawan artinya tidak

ada imbalan.Hanya ikhlas dalam membantu menanggulangi bencana.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan maka dapat

disimpulkan bahwa sifat dari pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan

kegiatan-kegiatan untuk mencegah dan menanggulangi bencana di Desa

Beringin Jaya yaitu melaksanakan kegiatan dengan sukarela atau tanpa

mengharapkan imbalan.Terkait hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa

bentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana

adalah gotong royong.Karena dalam kegiatan gotong royong, kegiatan

dilkukan dengan sukarela atau tanpa mengharapkan imbalan.

Proses kerjasama antara pemerintah dan masyarakat di Desa Beringin

Jaya tentunya tidak terlepas dari aktivitas tolong menolong. Pemerintah dan

masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi bencana di Desa Beringin

Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara sangat sadar akan

kewajibannya sebagai makhluk sosial yaitu saling tolong menolong apalagi

dalam hal menanggulangi bencana. Seperti pernyataan dari informan A

sebagai Koordinator lapangan BPBD Kabupaten Luwu Utara (25 April 2018)

sebagai berikut:

“Sudah tentu ada.Itu kan sudah jadi kewajiban untuk saling tolong

menolong apalagi dalam hal menanggulangi bencana”.

Page 117: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

106

106

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dilihat bahwa proses

kerjasama antara pemerintah dan masyarakat di Desa Beringin Jaya tidak

terlepas dari aktivitas tolong menolong. Pemerintah sadar bahwa sudah

menjadi suatu kewajiban untuk saling tolong menolong dalam hal

menanggulangi bencana khususnya di Desa Beringin Jaya. Hal serupa juga

disampaikan oleh informan B sebagai Kabid pencegahan dan kesiapsiagaan

BPBD Kabupaten Luwu Utara (14 Mei 2018) yaitu:

“Yah sudah tentu ada. Di Beringin Jaya itu sudah dulu terjadi ada

yang terbawa arus, kita bantu untuk pencariannya. Yah kita harus

tolong menolong. Macam ada yang perlu evakuasi, kita bantu angkat

peralatannya ke daerah yang aman”.

Pernataan tersebut menunjukkan bahwa kerjasama pemerintah dan

masyarakat Desa Beringin Jaya sudah tentu terdapat aktivitas tolong

menolong.Seperti pada saat terjadi banjir kemudian ada masyarakat yang

terbawa arus, pemerintah dalam hal ini BPBD membantu dalam

pencarian.Sudah menjadi kewajiban untuk saling tolong menolong.Misalnya

membantu mengangkat peralatan masyarakat yang perlu di evakuasi ke

daerah yang aman. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh pernyatan

informan C sebagai Kepala sub bidang rehabilitasi BPBD Kabupaten Luwu

Utara (30 April 2018) yang mengatakan:

“Sudah pasti, karena kami tidak akan ada ditempat kalau tidak ada

aktivitas tolong-menolong”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa kerjasama

pemerintah dan masyarakat Desa Beringin Jaya sudah pasti terdapat aktivitas

tolong menolong. Karena pemerintah dan masyarakat tidak akan ada di lokasi

terjadinya bencana apabila tidak ada aktivitas tolong menolong. Seperti

Page 118: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

107

107

halnya informan E sebagai Ketua kelompok Desa Tangguh Bencana Desa

Beringin Jaya Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara (9 Mei 2018)

yang memberikan pernyataan serupa yaitu mengatakan sangat.Kalau itu

sudah pasti.

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan maka dapat

disimpulkan bahwa proses kerjasama antara pemerintah dan masyarakat di

Desa Beringin Jaya tidak terlepas dari aktivitas tolong menolong. Terkait hal

tersebut maka dapat dikatakan bahwa bentuk kerjasama pemerintah dan

masyarakat dalam penanggulangan bencana adalah gotong royong. Karena

dalam kegiatan gotong royong, tidak terlepas dari aktivitas tolong menolong,

tidak ada perjanjian tertulis dan dilakukan dengan sukarela atau tanpa

mengharapkan imbalan.

Page 119: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

108

108

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu bentuk kerjasama pemerintah

dan masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu Utara adalah

bentuk kerjasama gotong royong. Bentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat

dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu Utara adalah gotong royong

karena dalam kerjasama tersebut tidak ada perjanjian tertulis, kegiatan dilakukan

dengan sukarela atau tanpa mengharapkan imbalan, dan tidak terlepas dari

aktivitas tolong menolong. Gotong royong antara pemerintah dan masyarakat

dalam mencegah dan menanggulangi bencana sangat penting untuk dilakukan.

Seperti halnya dalam mencegah dan menanggulangi bencana di Desa Beringin

Jaya, bentuk kerjasama yang dilakukan tidak terlepas dari gotong royong dan

kerja bakti.

B. SARAN

1. Pemerintah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Luwu Utara sebaiknya membangun tanggul sekunder yaitu tanggul yang

dibangun di belakang tanggul primer (tanggul yang sudah ada) yang

berfungsi sebagai pengamanan atau pertahanan kedua apabila tanggul primer

jebol atau rusak akibat debit banjir.

2. Pemerintah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Luwu Utara agar tetap konsisten menjaga prinsip badan penanggulangan

bencana.

108

Page 120: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

109

109

3. Seharusnya bentuk kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam

penanggulangan bencana di Kabupaten Luwu Utara perlu ditingkatkan.

4. Pemerintah daerah segera mencari solusi bagaimana masyarakat tidak lagi

melakukan penebangan pohon secara liar sebelum terjadi penebangan pohon

secara liar yang berdampak bagi masyarakat Kabupaten Luwu Utara.

5. Pemerintah seharusnya mengambil tindakan tegas terkait pembuangan

sampah berupa ranting dan batang-batang pohon di sungai oleh masyarakat

Desa Beringin Jaya.

109

Page 121: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

110

110

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2015. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi

Aksara. Hal: 156.

Amirullah. 2015. Kepemimpinan & Kerja Sama Tim. Jakarta: Mitra Wacana

Media. Hal: 189.

Anonim. 2016. Perka BNPB No. 11/2014 tentang Peran Serta Masyarakat dalam

Penanggulangan Bencana.Dalam (https://www.bnpb.go.id) diakses pada 5

Desember 2017 pukul 15:59 WITA.

Anonim. 2016. Perka BNPB No. 12/2014 tentang Peran Serta Lembaga Usaha

dalam Penanggulangan Bencana. Dalam (https://www.bnpb.go.id) diakses

pada 5 Desember 2017 pukul 15:50 WITA.

Anonim.2017. Siaga Bencana Berbasis Masyarakat di Luwu Utara.Dalam

(https://luwuutara.go.id) diakses pada 17 September 2017 pukul 09:45

WITA.

Ascholani, Chasan. 2014. Mencari Peran Lembaga Usaha dalam

Penanggulangan Bencana.Dalam (http://kabarindonesia.com) diakses

pada 5 Desember 2017 pukul 16:13 WITA.

Awalia, Vidia Reski dkk. 2015. Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Resiko

Bencana Banjir di Kabupaten Kolaka Utara. Jurnal Ilmu Pemerintahan.

Volume V No.2. Hal: 207.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi komunikasi. Jakarta: Kencana.

Candra, Noveliawati. 2014. Manajemen Bencana di Indonesia (Studi pada Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang dalam Darurat

Bencana Gunung Kelud). Skripsi (internet).Diunduh pada 23 Maret 2017

pukul 16:09 WITA.Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok.

Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 142.

Fitri. 2017. BPBD Libatkan Penyuluh Agama Atasi Bencana. Dalam

(https://luwuutarakab.go.id) diakses pada 17 September 2017 pukul 09:51

WITA.

Harisman, Kundang. 2014. Pengaruh Kemampuan Kerjasama Kelompok Tani

terhadap Penerapan Teknologi System Of Rice Intensification (SRI) di

Kabupaten Sumedang. JurnalIstek. Volume VIII. No. 2. Hal: 220.

Herlina, Lina. 2017. Sulsel Darurat Bencana. Dalam (http://news.

metrotvnews.com) diakses pada 6 Juli 2017 pukul 10:40 WITA.

Page 122: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

111

111

Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasian & Pengembangan Masyarakat.

Bandung: Humaniora.

Ismawati, Esti. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Ombak. Hal: 30

dan 49.

Kumorotomo, Wahyudi. 2015. Etika Adminitrasi Negara. Jakarta: Rjawali Pers.

Hal: 136.

Laksana, Nuring Septyasa. 2013. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa

dalam Program Desa Siaga di Desa Bandung Kecamatan Playen

Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Jurnal

Kebijakan dan Manajemen Publik.Volume 1, Nomor 1. Hal: 58-59.

Latief A. 2015. Peran Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Bencana Alam

Di Kota Palopo. Skripsi (internet). Diunduh pada 5 Juli 2017 pukul 08:23

WITA. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato.2015. Pemberdayaan Masyarakat

dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Mawardi, Chalik. 2017. Luwu Utara Darurat Bencana sampai Tanggal 13 Juni

2017.Dalam (http://makassar.tribunnews.com) diakses pada 6 Juli 2017

pukul 11:03 WITA).

Meyana, Yulanda Elis dkk.Kerjasama Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan

Dengan Lembaga Lain Bidang Kejuruan. Jurnal Pendidikan. Volume 2

Nomor 1.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana.

Nurjanah, dkk. 2012. Manajemen bencana. Bandung: Alfabeta.

Pramusinto, Agus dan Erwan Agus Purwanto. 2009. Reformasi Birokrasi,

Kepemimpinan dan Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media. Hal: 113.

Pratiwi, Wahyu Kusuma dan Dwiarko Nugrohoseno.2014.Pengaruh Kepribadian

terhadap Kerjasama Tim dan Dampaknya terhadap Kinerja

Karyawan.Jurnal Ilmu Manajemen Volume 2 Nomor 3. Hal: 1120.

Setiadi, Elly M, dkk. 2011. Ilmu Sosial Budaya & Dasar Edisi Kedua. Jakarta:

Kencana.

Sinaga, Siti Nurmawan. 2015. Peran Petugas Kesehatan dalam Manajemen

Penanganan Bencana Alam. Jurnal ilmiah Integritas Vol.1 No. 1. Hal: 4.

Soyomukti, Nurani. 2016. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal:

341-342.

Page 123: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

112

112

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Surminah, Iin. 2013. Pola Kerjasama Lembaga Litbang dengan Pengguna dalam

Manajemen Litbang (Kasus Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan

Serat). Jurnal Bina Praja. Volume 5 Nomor 2.Hal: 103-104.

Thoha, Miftah. 2015. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Yogyakarta:

Kencana. Hal: 159.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana

Wibawa, Samodra. 2005. Reformasi Administrasi. Yogyakarta: Gava Media. Hal:

383.

Page 124: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

113

113

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 125: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

114

114

Page 126: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

115

115

Page 127: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

116

116

Akses jalan menuju Desa Beringin Jaya

Gerakan bersih sungai

Kerja bakti pemerintah & masyarakat

Page 128: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

117

117

Page 129: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

118

118

Page 130: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

119

119

Page 131: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

120

120

Page 132: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

121

121

Page 133: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

122

122

Page 134: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

123

123

Page 135: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

124

124

Page 136: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

125

125

Page 137: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

126

126

Page 138: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

127

127

Page 139: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

128

128

Page 140: KERJASAMA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM …

129

129

RIWAYAT HIDUP

Rusna Rustam atau yang lebih familiar dipanggil Unna lahir di Dobolambe, pada tanggal 21 Agustus 1996. Ia adalah anak pertama dari 5 bersaudara dari pasangan suami istri seorang Petani yaitu Rustam dan Hasnatang. Bertempat tinggal di Makassar Jalan Mallengkeri Luar Pondok Setia Budi. Pada tahun 2002, Rusna menempuh Pendidikannya di mulai dari jenjang

Sekolah Dasar di SDN 358 Pengkasalu, lalu ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Belopa pada tahun 2008, kemudian melanjutkan jenjang Pendidikannya di SMA Negeri 1 Belopa pada tahun 2011. Rusna adalah orang yang memiliki keinginan kuat dalam hal Pendidikan. Setelah menamatkan SMA, semangatnya untuk menimba ilmu tak pernah padam. Ia mulai masuk di perguruan tinggi bergengsi di Makassar, Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara. 105610496514 merupakan Nomor Induk Mahasiswanya. Pengalaman Organisasi yang pernah diikuti selama berada di SMA yakni masuk dalam keanggotaan PMR SMA Negeri 1 Belopa. Adapun organisasi yang diikuti di Unismuh Makassar adalah LKIM-PENA (Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian danPenalaran). Prestasi selama berlembaga yaitu menjadi finalis dalam lomba karya tulis ilmiah nasional PIKIR (Pekan Ilmiah dan Kreativitas Remaja) Universitas Muhammadiyah Makassar Tahun 2016 dan Finalis dalam lomba 4th HSEF (Hasanuddin Sharia Economic Festival) Universitas Hasanuddin Tahun 2017.