Kerangka Grand Design Pendidikan Polri -Ok

108
KERANGKA GRAND DESIGN PENDIDIKAN POLRI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Umum a. Tantangan tugas-tugas Kepolisian saat ini semakin berat dengan adanya arus globalisasi, demokratisasi, pasar bebas, perkembangan teknologi, dan tuntutan hak azasi manusia. Kondisi ini di satu sisi telah memberikan sumbangan positif bagi kehidupan, namun pada sisi lain juga berpengaruh pada bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan termasuk meningkatnya kualitas dan kuantitas ancaman terhadap gangguan Kamtibmas dengan berbagai modus operandinya, sehingga dapat berpengaruh terhadap penyelenggaraan negara. Polri sebagai institusi yang bertanggung-jawab atas keamanan dalam negeri perlu mempersiapkan personelnya untuk mampu mengantisipasi perkembangan yang sangat dinamis. b. Gerakan reformasi Polri sudah dimulai sejak 1 April 1999 yang ditandai dengan berpisahnya Polri dari ABRI MENENGAH ........

description

KERANGKA GRAND DESIGN PENDIDIKAN POLRI

Transcript of Kerangka Grand Design Pendidikan Polri -Ok

1

KERANGKA GRAND DESIGN PENDIDIKAN POLRI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1. Umum

a. Tantangan tugas-tugas Kepolisian saat ini semakin berat dengan

adanya arus globalisasi, demokratisasi, pasar bebas, perkembangan

teknologi, dan tuntutan hak azasi manusia. Kondisi ini di satu sisi telah

memberikan sumbangan positif bagi kehidupan, namun pada sisi lain

juga berpengaruh pada bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya

dan keamanan termasuk meningkatnya kualitas dan kuantitas ancaman

terhadap gangguan Kamtibmas dengan berbagai modus operandinya,

sehingga dapat berpengaruh terhadap penyelenggaraan negara. Polri

sebagai institusi yang bertanggung-jawab atas keamanan dalam negeri

perlu mempersiapkan personelnya untuk mampu mengantisipasi

perkembangan yang sangat dinamis.

b. Gerakan reformasi Polri sudah dimulai sejak 1 April 1999 yang

ditandai dengan berpisahnya Polri dari ABRI merupakan amanat rakyat

untuk Polri kembali pada jatidirinya sebagai polisi sipil (civilian police)

yang berpihak pada warga masyarakat sebagai stake holder, bukan pada

pihak yang lain atau penguasa. Reformasi pada aspek kultural adalah

salah satu bidang yang tetap menjadi perhatian sangat penting dalam

rangkaian agenda grand strategy reformasi Polri, selain reformasi pada

aspek struktural dan instrumental.

MENENGAH ........

2

c. Perubahan sikap dan perilaku (mind set and culture set) bagi personel

Polri merupakan jawaban Polri terhadap tuntutan implementasi kepolisian

yang demokratis (democratic policing), transparan, akuntabel,

menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak-hak asasi manusia. Hal itu

yang menuntut kita untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam melaksanakan tugas pokok Polri sesuai pasal 13

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia secara profesional, bermoral, dan modern.

d. Perlu diingat dan dipahami bahwa guna mensukseskan program kerja

polri jangka menengah periode ke dua tahun 2010-2014 yaitu partnership

building, dan dilanjutkan periode ketiga tahun 2015-2025 yaitu strive for

excelence dalam rangka gerakan Reformasi Birokrasi Polri yang

merupakan bagian dari program strategis Polri, maka Lemdikpol dan

jajarannya sebagai centre of excelence berperan dalam membentuk dan

memelihara serta meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Polri. Di

samping itu, seiring dengan perubahan dan dinamika masyarakat yang

dipengaruhi arus globalisasi mengakibatkan tantangan yang harus

dihadapi oleh Polri dalam pelaksanaan tugasnya akan semakin rumit dan

kompleks. Karena itu, mengacu pada peran, tugas, dan fungsi Lemdikpol

dituntut untuk mampu melakukan berbagai upaya dalam membentuk dan

membangun kualitas sumber daya manusia Polri yang profesional,

bermoral, dan modern dalam pelaksanaan tugas pokok Polri secara

efektif dan efisien, serta berwawasan global atau internasional.

e. Dalam era gloibalisasi dan pasar bebas manusia dihadapkan pada

perubahan-perubahan yang tidak menentu. Ibarat nelayan di “lautan

lepas” yang dapat menyesatkan jika tidak memiliki “kompas” sebagai

pedoman untuk bertidak dan mengarunginya. Hal tersebut telah

PARA ........

43

3

mengakibatkan hubungan yang tidak linier antara pendidikan dengan

bidang pekerjaan atau “one to one relationship”, karena apa yang terjadi

dalam bidang pekerjaan dan harapan masyarakat luas sulit diikuti oleh

dunia pendidikan, sehingga terjadi kesenjangan. Menanggapi hal tersebut

pendidikan pada umumnya dan pendidikan Polri pada khususnya harus

diletakkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui (learning to know),

belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan

(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).

Kultur yang demikian harus dikembangkan dalam pembangunan manusia

melalui Lemdik polri, karena aspek kultural dari kehidupan manusia lebih

penting dari aspek-aspek lainnya.

f. Kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat berdampak pada

polarisasi, rasionalisasi baru pada lingkup kejahatan modern sehingga

berpengaruh kepada profesionalisme Polri dalam melaksanakan tugas

pokoknya sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 2 tahun

2002, dengan dampak tersebut anggota Polri dituntut untuk

meningkatkan kualitasnya melalui proses pendidikan yang menggunakan

teknologi informasi.

2. Khusus

Arah dan strategi sistem pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia

disusun berdasarkan dan mempertimbangkan beberapa referensi yang terkait

dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pada Lembaga Pendidikan Polri.

Adapun referensi-referensi internal pada sistem pendidikan Polri adalah :

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia.

Pada penjelasan pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa :

4

Pembinaan kemampuan profesi anggota Polri dilaksanakan melalui

pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta

pengalaman penugasan secara berjenjang, berlanjut, dan terpadu.

Peningkatan dan pengembangan pengetahuan dapat dilaksanakan

melalui pendidikan dan latihan baik di dalam maupun di luar Polri, di

lembaga pendidikan di dalam atau di luar negeri, serta berbagai bentuk

pelatihan lainnya sepanjang untuk meningkatkan profesionalisme.

Sedangkan pengalaman maksudnya adalah meliputi jenjang penugasan

yang diarahkan untuk memantapkan kemampuan dan prestasi.

Tuntutan pelaksanaan tugas serta pembinaan kemampuan profesi Polri

mengharuskan adanya lembaga pendidikan tinggi Kepolisian yang

menyelenggarakan pendidikan ilmu Kepolisian yang bersifat akademik

maupun profesi dan pengkajian teknologi Kepolisian.

b. Peraturan Kapolri Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar 10

Komponen Pendidikan.

c. Peraturan Kapolri Nomor 04 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan

Polri.

1) Jalur pendidikan dalam sistem pendidikan Polri meliputi :

a) Jalur Pendidikan formal

Jalur Pendidikan Formal merupakan jalur pendidikan yang

yang terstruktur dan berjenjang yang diselenggarakan didalam

sistem pendidikan Polri.

b) Jalur Pendidikan non formal

Jalur Pendidikan non formal dilaksanakan secara terstruktur

dan atau tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan, dalam

bentuk antara lain :

5

(1) Pelatihan dan Kursus yang diselenggarakan di lingkungan

Polri.

(2) Penugasan Pendidikan di luar lingkungan Polri.

2) Jenis Pendidikan dalam sistem Pendidikan Polri meliputi :

a) Pendidikan Akademik

Merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada

peningkatan ilmu pengetahuan umum dan ilmu kepolisian.

Jenis pendidikan ini diselenggarakan oleh : Sekolah Tinggi

Ilmu Kepolisian, Program S1, S2 dan S3 atau Perguruan

Tinggi lain yang telah mendapatkan rekomendasi dari

Kementerian Pendidikan Nasional. Pendidikan akademik

dimaksud dapat diselenggarakan dengan Program

Pembelajaran Jarak Jauh (PPJJ) sesuai pada jenjang dan

jenis pendidikan Polri tertentu guna memberikan layanan

pendidikan kepada pegawai Negeri pada Polri yang tidak

dapat mengikuti pembelajaran secara tatap muka atau reguler.

b) Pendidikan Manajerial/Kepemimpinan

Merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada

peningkatan kemampuan dan keahlian di bidang manajerial

staf dan kepemimpinan kepolisian. Pendidikan manajerial

diselenggarakan oleh Sekolah Staf dan Pimpinan Polri.

c) Pendidikan Profesi atau Vokasi

Merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada

peningkatan dan pengembangan pengetahuan, kemampuan

teknis, dan keterampilan profesi kepolisian. Pendidikan ini

diselenggarakan di lembaga pendidikan Polri atau di luar

Polri.

6

Pendidikan Profesi atau Vokasi meliputi :

(1) Pembentukan Profesi Polri

(2) Pendidikan Akademik

(3) Pendidikan Latihan Teknis

(4) Diklat Fungsional Polri

3) Jenjang Pendidikan dilingkungan Polri meliputi :

a) Pendidikan Pembentukan Profesi

Merupakan Pendidikan untuk membentuk dan membekali

Peserta didik menjadi anggota Polri yang memiliki

pengetahuan, keterampilan, kemampuan, ketangguhan, sikap

dan perilaku terpuji dalam rangka melaksanakan tugas

kepolisian.

Pendidikan pembentukan meliputi :

(1) Pendidikan Pembentukan Brigadir

(2) Pendidikan Pembentukan Inspektur.

b) Pendidikan Pengembangan

Pendidikan pengembangan terdiri dari :

(1) Pendidikan Kepemimpinan

Merupakan Pendidikan Lanjutan setelah pendidikan

lanjutan untuk mengembangkan / meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan manajerial / serta

kepemimpinan sesuai dengan jenjang pendidikan,

yaitu :

(a) Diklat Pim Tk. IV ( PNS POLRI )

(b) Sespimma / Diklat Pim Tk. III

(c) Sespimen / Diklat Pim Tk. II

(d) Sespimti/Diklat Pim Tk. I

7

(2) Pendidikan dan Pelatihan Teknis

Merupakan pendidikan dan Pelatihan lanjutan untuk

mengembangkan/ meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan profesi fungsi kepolisian sesuai dengan

tingkatan kemampuan keahlian khusus.

Pendidikan dan Pelatihan Teknis meliputi :

(a) Pendidikan Pengembangan bagi Brigadir/ PNS

Polri golongan II;

(b) Pendidikan Pengembangan bagi Inspektur /

PNS Polri golongan III;

(c) Pendidikan Pengembangan bagi Komisaris /

PNS Polri golongan IV;

(3) Pendidikan dan Pelatihan Fungsional, meliputi Dokpol,

Ren, Auditor, PPG/D dan lain-lain

d. Peraturan Kalemdikpol Nomor 6 tahun 2009 tentang Sistem Penilaian

Peserta Didik.

e. Peraturan Kalemdikpol Nomor 2 tahun 2009 tentang Penunjukkan

Tenaga Pendidik.

f. Peraturan Kalemdikla Nomor 5 tahun 2009 tentang Standar

Penyusunan Kurikulum Pendidikan Polri.

Selain itu juga memperhatikan faktor eksternal yang menyangkut profesi

tenaga pendidik pada Kepolisian Republik Indonesia.

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

1) Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

8

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

2) Pasal 4 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

juga menyatakan bahwa :

a) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan

berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,

dan kemajemukan bangsa.

b) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan

yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna.

c) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat.

d) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi

keteladanan, membangun kemauan dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran.

e) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan

budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap

warga masyarakat.

f) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan

semua komponen masyarakat melalui peran serta

9

dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

layanan pendidikan.

3) Undang-undang No. 20 tahun 2003 Pasal 29 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pun mengatur jenis pendidikan yang

dapat diselenggarakan oleh suatu departemen atau non

departemen seperti Polri. Dalam pasal tersebut dinyatakan

bahwa : ”Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi

yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga

pemerintah non departemen.” Berdasarkan pasal ini jelas

bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh Polri

merupakan pendidikan kedinasan yang menyelenggarakan

program pendidikan profesi.

Selanjutnya, pada penjelasan pasal 15 Undang-undang

tersebut disebutkan bahwa ”Pendidikan profesi merupakan pendidikan

tinggi setelah sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk

memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.”

1) Sistem pendidikan institut pada intinya mengelompokkan

pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta

menurut jalur, jenis dan jenjang. Jalur pendidikan meliputi jalur

formal, yaitu jalur pendidikan yang berstruktur dan berjenjang;

jalur non formal, yaitu pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang ;

serta jalur informal yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara

tidak resmi, tidak terstruktur dan tidak berjenjang. Jenis

pendidikan meliputi pendidikan umum, pendidikan kejuruan,

akademis, profesi, vokasi dan khusus. Selain itu, ada juga

pendidikan yang diselenggarakan oleh departemen atau

10

lembaga pemerintah non departemen, yang disebut dengan

pendidikan kedinasan yang menyelenggarakan pendidikan

profesi. Sedangkan jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan

dasar yaitu merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah; pendidikan menengah yaitu

merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar; serta pendidikan

tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan oleh perguruan tinggi

yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institut atau universitas.

2) Atas dasar pengelompokan tersebut, pendidikan Kepolisian

Negara Republik Indonesia merupakan pendidikan yang

menurut jalurnya merupakan jalur formal ; menurut jenisnya

merupakan pendidikan kedinasan ; sedangkan menurut

jenjangnya merupakan pendidikan tinggi. Sebagai bentuk

pendidikan tinggi kedinasan, pendidikan Kepolisian Negara

Republik Indonesia dapat berbentuk pendidikan akademi, yaitu

satuan pendidikan yang menyelenggarakan program

pendidikan diploma, Seperti diploma satu (D1) di SPN atau

Akpol yang menyelenggarakan program pendidikan diploma

tiga (D4) Ilmu kepolisian. Selain akademi, juga dapat

berbentuk sekolah tinggi yaitu satuan pendidikan yang

menyelenggarakan program pendidikan tingkat sarjana, baik

S1, S2 maupun S3.

3) Pendidikan kedinasan diselenggarakan dengan mengacu

pada kebutuhan akan tenaga kerja profesional bagi

departemen atau non departemen yang bersangkutan,

demikian juga dengan pendidikan Polri. Kebutuhan tenaga

11

profesional Polri paling tidak meliputi 2 (dua) jenis pekerjaan.

Pertama, jenis pekerjaan yang terkait dengan profesi

kepolisian, jenis ini dapat dianalogkan dengan dokter, guru,

hakim dan sejenisnya. Kedua, jenis pekerjaan yang terkait

dengan pekerjaan manajerial dan kepemimpinan. Jenis ini

dapat dianalogikan, seperti Kepala rumah sakit pada profesi

medis (dokter), kepala sekolah pada profesi pendidikan (guru)

atau ketua pengadilan pada profesi hakim. Jenis pekerjaan ini

menyelenggarakan pekerjaan-pekerjaan menajemen, seperti

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian

dan sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat profesi

dan manajerial tidak harus terpisah secara tegas. Seorang

kepala rumah sakit sekaligus juga dokter ; seorang kepala

sekolah sekaligus juga guru, seorang ketua pengadilan

sekaligus juga seorang hakim. Akan tetapi, pekerjaan-

pekerjaan manajerial juga dituntut untuk bekerja profesional.

Oleh karenanya, pekerjaan-pekerjaan tersebut perlu didukung

dengan pendidikan dan latihan yang memadai.

4) Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kedinasan Polri perlu menyelenggarakan pendidikan yang

bersifat profesi maupun manajerial. Pendidikan yang bersifat

profesi dapat dipilah-pilah menjadi profesi umum, yang

mengajarkan pengetahuan dan keterampilan umum

Kepolisian. sedangkan profesi khusus mengajarkan

pengetahuan dan keterampilan spesifik, yang sangat khusus

di lingkungan Polri.

12

b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Pada penjelasan pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa : “Yang

dimaksud dengan “berlatar belakang pendidikan tinggi hukum”

adalah lulusan fakultas hukum, fakultas syariah, perguruan

tinggi hukum militer, dan perguruan tinggi ilmu kepolisian”.

c. Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen.

d. Faktor Eksternal Lain

Ada banyak faktor-faktor eksternal yang membuat Polri harus

mengkaji ulang sistem pendidikan Polri saat ini. Faktor-faktor tersebut

adalah:

1) Kemandirian Polri yang diawali dengan pemisahan dari ABRI

(sekarang TNI) sejak tanggal 1 April 1999, sebagaimana yang

diamanatkan dalam Tap MPR No. VI dan VII Tahun 2000 yang

dipandang sebagai salah satu fase dari proses reformasi di

tubuh Polri. Langkah ini perlu disikapi secara arif agar dapat

menjadi landasan yang kokoh guna mewujudkan Polri sebagai

abdi negara yang profesional dalam tatanan kehidupan

kenegaraan yang demokratis.

2) Pemisahan Polri dari unsur TNI menyadarkan kepada Polri,

perlunya melakukan pergeseran paradigma. Disadari bahwa

selama bergabung di dalam TNI, cara pandang Polri terhadap

dirinya telah menyimpang jauh dari kaidah-kaidah umum

kepolisian universal. Beberapa paradigma yang telah

bergeser, antara lain :

13

a) Dari karakter militeristik bergeser ke karakter polisi sipil

(civilian police).

b) Dari abdi negara kepada pelayan masyarakat.

c) Dari sikap antagonis terhadap masyarakat ke

protagonis.

d) Dari kebijakan sentralisasi ke kebijakan desentralisasi.

e) Dari manajemen totaliter ke manajemen partisipatif.

f) Dari kepemimpinan otoriter ke kepemimpinan

demokratis.

g) Dari perpolisian reaktif ke perpolisian proaktif dan

berbasis kemasyarakatan.

3) Perlunya pemulihan seluruh kewenangan yang seharusnya

berada di tangan Polri, serta menanggalkan seluruh tugas,

fungsi dan tanggung jawab yang memang selayaknya tidak

dibebankan kepada Polri untuk menjadi polisi yang

profesional. Pemulihan wewenang tersebut tentu memberikan

implikasi tersendiri bagi Polri. Polri dituntut untuk

memberdayakan diri di segala bidang, baik instrumen maupun

sumber daya manusianya. Pembangunan kemampuan dan

kekuatan Polri ini merupakan kebutuhan mendasar agar

mampu mengemban wewenangnya dengan sempurna dan

melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya secara

profesional.

4) Selain itu, pemberdayaan Polri secara berkesinambungan,

secara alamiah memang merupakan tuntutan jaman, agar

Polri dapat mengatasi tantangan masa depan. Dengan

14

demikian, pemberdayaan Polri tidak sekedar menjadi slogan

yang mengiringi arus reformasi di negeri ini, tetapi merupakan

kebutuhan penting dan mendesak bagi Polri agar dapat tetap

eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu

Polri memerlukan suatu konsep pemikiran yang dapat

membantu dalam mereposisi, menyusun agenda, memberikan

prioritas baru serta melahirkan paradigma baru guna

meningkatkan kinerja dan profesionalitas SDM Polri. Untuk

tujuan itulah kajian ini dilakukan, agar dapat memberikan

sumbangsih pemikiran bagi pengembangan Polri dalam

menghadapi tuntutan dan tantangan masa depan yang

semakin kompleks.

5) Pemolisian yang sekarang ini dikembangkan di negara-negara

modern dan demokratis adalah pendekatan proaktif –

pemecahan masalah (problem solving), yang lebih

mengedepankan pencegahan kejahatan (crime prevention).

Dalam pemolisiannya, Polri berupaya meninggalkan gaya

militeristik yang diganti dengan pemolisian yang sesuai

dengan fungsi polisi sebagai kekuatan sipil yang diberi

kewenangan menjadi pengayom masyarakat, penegak

hukum, dan untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakatnya. Dengan demikian pemolisian yang diterapkan

dapat berjalan secara efektif dan dapat diterima atau cocok

dengan masyarakatnya sesuai dengan corak masyarakat dan

budayanya, berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan

untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

15

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirasakan perlu dilakukan

pembenahan melalui Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik

Indonesia, sebagai berikut :

1. Salah satu upaya penting yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah melalui

penyiapan sumber daya manusia Polri yang memiliki pengetahuan yang

teruji pada tataran teori dan praktik, yang berkaitan dengan masalah-

masalah sosial dalam melaksanakan pemolisiannya.

2. Pengelolaan sumber daya manusia memiliki peran strategis dalam

meningkatkan kinerja, produktifitas dan pencapaian tujuan organisasi, karena

sumber daya manusia merupakan modal dasar dalam menentukan

kemampuan Polri dalam melayani masyarakat yang memiliki banyak

tuntutan. Menyikapi tuntutan dari masyarakat tersebut, Polri harus mengambil

langkah pembenahan ditubuh Polri, termasuk pembenahan sistem pendidikan

Polri.

3. Sesuai dengan percepatan pencapaian sasaran prioritas Polri, maka untuk

pengembangan kompetensi sumber daya manusia perlu dilakukan

penyusunan kurikulum yang lebih aplikatif dan diarahkan untuk

membentuk anggota Polri yang profesional, memiliki kemahiran dan sikap

terpuji serta tingkat kepatuhan hukum yang tinggi. Pola kegiatannya adalah

mengaktifkan dewan kurikulum, menyerasikan kurikulum antar jenis dan

jenjang pendidikan, kurikulum berbasis kompetensi, lembaga sertifikasi profesi

serta mengarah pada filosofi pendidikan Polri.

B. VISI, MISI, DAN TUJUAN

1. VISI

Terwujudnya Lembaga Pendidikan Polri sebagai pusat unggulan (center of

excellence) dan sumber daya manusia Polri yang profesional, bermoral,

16

memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi kepolisian, ketrampilan, sikap yang

sesuai dengan etika profesi Polri, patuh hukum, dan menjunjung tinggi HAM

yang didukung jasmani yang samapta guna mendukung pelaksanaan tugas

Polri selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

harapan masyarakat.

2. MISI

a. Menyelenggarakan manajemen pendidikan dan pelatihan Polri dalam

bentuk pendidikan akademik, pendidikan manajerial (Diklat Pimpinan),

pendidikan profesi atau vokasi/ fungsional dan kejuruan/ teknis.

b. Memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan yang

berkaitan dengan tugas-tugas kepolisian kepada seluruh personel Polri

dan calon personel Polri maupun pengemban fungsi kepolisian.

c. Memberikan pembekalan dan pengasuhan dalam rangka meningkatkan

kecerdasan spiritual dan emosional yang berkaitan dengan sikap dan

perilaku sesuai dengan etika profesi Polri.

d. Memberikan pelatihan dalam rangka meningkatkan dan memelihara

kesamaptaan jasmani guna mendukung pelaksanaan tugas Polri.

e. Mewujudkan hasil didik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan

dalam rangka menerapkan ketentuan hukum dan menghargai serta

menjunjung tinggi hak asasi manusia.

f. Meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas lembaga pendidikan

Polri sebagai center of excelence/ pusat keunggulan sesuai dengan

tantangan tugas Polri, selaras perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

3. TUJUAN

Terintegrasinya Pusdik dan Sekolah pada jajaran Lemdikpol.

17

a. Terakreditasinya Sekolah pada jajaran Lemdikpol diawali dengan SPN

sebagai Sekolah berkualifikasi setara dengan Diploma Satu, AKPOL

setara dengan Diploma Empat(D4), STIK berkualifikasi Strata Satu (S1)

dan Pasca Sarjana.

b. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan program

pendidikan dan latihan Polri.

c. Terpenuhinya kualitas dan kuantitas komponen pendidikan dan latihan

sesuai dengan kompetensi hasil didik.

d. Terwujudnya Pusdik dan Sekolah jajaran Lemdikpol sebagai Pusat

Unggulan Pengetahuan dan Keterampilan (Center Of Excellence)

sesuai dengan lapis kemampuan.

e. Meningkatnya kerjasama pendidikan dan latihan di dalam negeri

maupun luar negeri dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Polri.

f. Terwujudnya hasil didik dan latihan yang profesional, bermoral dan

modern sesuai dengan tuntutan masyarakat yang selaras dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

g. Terbentuknya kompetensi peserta didik yang bermoral tinggi memiliki

ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku yang sesuai dengan

etika profesi Polri, patuh hukum, dan menjunjung tinggi Hak Asasi

Manusia.

h. Terbentuknya kemampuan potensi kesamaptaan jasmani dan

keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan tugas

Polri.

18

C. AZAS

1. Profesionalitas, yaitu mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik

dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2. Proporsionalitas, yaitu mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Polri

3. Keterbukaan, yaitu membuka diri terhadap hak anggota Polri dan masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Polri.

4. Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Polri harus dapat dipertanggung-

jawabkan kepada institusi dan masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Kepastian hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundang-

undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan Polri.

D. PRINSIP

1. Nilai Tambah (value added), yaitu setiap proses pendidikan dalam menunjang

karir Polri harus memberikan nilai tambah bagi peserta didik;

2. Kesamaan peluang, yaitu dalam setiap proses pendidikan harus membrikan

peluang yang sama untuk kelulusan;

3. Keselarasan Internal (internal alignment), yaitu setiap program pendidikan

Polri harus dilaksanakan saling berkaitan dan saling mendukung dalam

penciptaan sumber daya manusia yang profesional;

19

4. Keselarasan Eksternal (external alignment), yaitu sistem pendidikan Polri

mengacu kepada sistem pendidikan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan;

5. Kesinambungan (sustainability), yaitu sistem pendidikan harus dilaksanakan

secara terus menerus.

6. Efisiensi (efficiency), yaitu sistem pendidikan dan pelatihan yang terdapat

didalam sebuah organisasi harus dilaksanakan secara efisien, baik dari sisi

pemanfaatan sumber daya pendukung, waktu, maupun biaya pelaksanaan;

7. Saling Asah, Asih, dan Asuh dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan, keagamaan, keadilan, transparansi, akuntabel, kesetaraan, serta

memperhatikan kaedah hukum dan adat istiadat setempat.

E. FILOSOFI

1. Mahir

Mahir yaitu hasil didik yang memiliki tingkat kemampuan, keahlian, dan

ketrampilan profesi tertentu pada setiap fungsi kepolisian dan tingkat

kemampuan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dalam rangka

pelaksanaan tugas kepolisian.

2. Terpuji

Terpuji yaitu mewujudkan hasil didik yang memiliki etika moral yang terpuji, yang

tercermin dalam perilaku didasari ketaqwaan, kesusilaan, hati nurani, kejujuran,

dan penghayatan nilai-nilai Pancasila, Tribrata, dan Catur Prasetya.

3. Patuh hukum

Patuh hukum yaitu mewujudkan hasil didik yang memiliki pengetahuan,

pemahaman, dan penghayatan serta melaksanakan ketentuan hukum yang

berlaku dengan penuh keikhlasan serta mampu meberikan ketauladanan,

20

kepatuhan hukum dan senantiasa memiliki keasadaran tinggi untuk tidak

melakukan pelanggaran hukum.

F. RUANG LINGKUP

4. Analisa kondisi pendidikan Polri dewasa ini dan yang diharapkan

5. Integrasi sistem dalam bidang pendidikanSumber daya manusia

6. Anggaran

G. SISTEMATIKA

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Kondisi Pendidikan Polri Dewasa Ini

BAB III : Kondisi Pendidikan Polri Yang Diharapkan

BAB IV : Analisis Lingkungan Strategis

BAB V : Penutup

BAB II

21

KONDISI PENDIDIKAN POLRI SAAT INI

A. SDM

1. Kualitas SDM

a. Widyaiswara, Gadik, Dosen, instruktur dan tenaga kependidikan

merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Pada umumnya

menampilkan keteladanan yang kurang baik (ada persepsi bahwa yang

ditempatkan di Lembaga Pendidikan adalah orang buangan), hal ini dapat

dilihat dari perilaku, kemampuan kognitif maupun afektif yang menjadi

cermin yang dipedomani bagi peserta didik. Ini terjadi karena penempatan

Widyaiswara, Gadik, Dosen, instruktur dan tenaga kependidikan

ditugaskan dengan tidak memperhatikan kompetensi dan kriteria tertentu,

antara lain secara administrasi belum memiliki sertifikasi kewenangan

mengajar (Akta IV, Dikbangspes PA Gadik dan pelatihan gadik lainnya)

baik yang diselenggarakan di lingkungan Polri maupun lembaga/instansi

lain yang berkompeten untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.

b. Calon siswa yang dikirim untuk mengikuti pendidikan pengembangan

spesialisasi (diklat teknis) tidak terencana dengan baik, pada umumnya

yang dikirim adalah mereka yang mau, tidak sesuai dengan tupoksinya

dan hanya melaksanakan perintah saja.

c. Kuantitas SDM

1) Belum ada analisa terhadap beban tugas apabila dikaitkan dengan

penentuan jumlah SDM yang ditempatkan pada sekolah / pusdik

jajaran Lemdikpol,

2) Masih menyamaratakan beban tugas seluruh pusdik / sekolah

jajaran Lemdikpol tanpa melihat secara nyata beban tugas yang

sebenarnya, sehingga terdapat jumlah SDM yang berlebihan pada

22

tugas tertentu, disisi lain terjadi kekurangan SDM pada beban

tugas tertentu.

d. Pembinaan SDM

1) Belum dilakukan assessment/sertifikasi terhadap penempatan

Widyaiswara/Dosen, instruktur dan tenaga kependidikan ke

lembaga pendidikan Polri banyak yang dimanfaatkan sebagai batu

loncatan, mengejar pangkat atau tempat penempatan yang

bermasalah.

2) Belum disusun pola karier terhadap Widyaiswara, Gadik, Dosen,

instruktur dan tenaga kependidikan yang didasarkan pada

Sisdiknas/Menpan dalam pengembangan karir (dalam kenaikan

pangkat) masih mengikuti kenaikan pangkat reguler (menghitung

waktu dan jabatan) dan belum mengacu pada penilaian

berdasarkan angka kredit / kum sehingga sulit untuk mencapai

gelar professor.

3) Dalam pola karir masih belum jelas perbedaan antara jenjang karir

struktural dan jenjang karir fungsional sehingga mengakibatkan

tidak adanya pembeda antara tunjangan struktural dengan

fungsional.

4) Belum memberikan kesempatan sekolah, seminar dan kegiatan

lain kepada Widyaiswara/Dosen, instruktur dan tenaga

kependidikan untuk memperluas cakrawala dan wawasan serta

keilmuannya.

5) Dalam pembinaan karir SDM Lembaga pendidikan Polri masih

disamakan dengan sistem pembinaan karir pada umumnya

dilingkungan Polri sehingga masih banyak lembaga pendidikan

dimanfaatkan oleh personel sebatas mencari pangkat dan jabatan

23

sebagai batu loncatan yang mengakibatkan pelaksanaan tugas

yang tidak profesional.

6) Personel yang telah mengikuti pendidikan dengan biaya negara /

Polri baik di dalam maupun luar negeri tidak ditempatkan

dilembaga pendidikan dalam kurun waktu tertentu.

e. Nomenklatur

Beberapa istilah yang digunakan, tidak sesuai dengan nomenklatur yang

telah diatur oleh undang-undang sisdiknas, sebagai contoh ;

1) Penyebutan terhadap dose/widyaiswara disebut gadik.

2) Pendidikan kejuruan disebut Dikbangspes.

3) Bahwa pada undang-undang sisdiknas tidak dikenal penyebutan

sespimma, sespimmen dan sespimti.

f. Sertifikasi / akreditasi

Sistem pendidikan Polri masih belum mengacu kepada system

pendidikan nasional sehingga sertifikasi / akreditasi terhadap SPN belum

dapat dilaksanakan.

B. ANGGARAN

1. Norma indeks (SBU/SBK)

a. Penyusunan anggaran program pendidikan dan latihan belum mengacu

kepada Norma Indeks, Standar Biaya Umum (SBU) yang dikeluarkan

oleh Menkeu, namun masih mengacu kepada Standar Biaya Khusus

(SBK) yang diterbitkan oleh Polri, karena anggaran polri secara umum

masih belum sesuai dengan yang diharapkan, sehingga terkesan relatif

sama dari tahun ketahun.

b. Norma Indek Operasional pendidikan Polri masih relatif kecil dan belum

tercantum dalam Standar Biaya Umum.

24

c. Penyediaan anggaran pendidikan dan latihan aparatur Polri belum

sepenuhnya mengakomodir kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan

jenis pendidikan namun masih disamaratakan.

2. Pengendalian Anggaran :

a. Kegiatan Satker tidak disusun berdasarkan Program dan Kegiatan yang

tercantum dalam DIPA.

b. Rencana penarikan anggaran belum disusun sebagaimana susunan

rencana kegiatan sehingga terjadi penumpukan anggaran di akhir tahun.

c. Analisa dan evaluasi penyerapan anggaran belum dilaksanakan dengan

benar.

3. Mekanisme penyusunan anggaran :

Penyusunan anggaran belum menggunakan tiga pendekatan :

a. Penyusunan penganggaran belum dilaksanakan terpadu dengan

mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran

dilingkungan Kementrian/Lembaga untuk menghasilkan dokumen RKA-

KL dengan klasifikasi anggaran menurut Organisasi, Fungsi, Program,

kegiatan dan jenis belanja.

b. Penganggaran yang disusun belum berbasis kinerja dan dilakukan

dengan tidak memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan

keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk effisiensi dalam

pencapaian hasil dan keluaran tersebut, penyusunan anggaran tidak

mengacu kepada indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja.

c. Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah, belum

berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang

menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu

tahun anggaran.

4. Peruntukan anggaran Pendidikan dan latihan :

25

a. Biaya operasional pendidikan.

b. Transportasi kembali ke kesatuan asal

c. Biaya makan dan ekstra fooding siswa

d. Uang saku siswa

e. Honorarium tenaga pendidik

f. Belum mengacu kepada SBU.

C. SARPRAS

1. Tingkat kesesuaian ketersediaan sarpras (Fasdik, Fasum, )

a. Pembangunan pusdik / lemdik pada umumnya belum mengacu kepada

standarisasi Diknas yang mengakibatkan tidak optimalnya proses

pembelajaran.

b. Pembangunan pusdik / lemdik tidak direncanakan secara matang

sehingga sering terjadi tumpang tindih peruntukan pelaksanaan

pendidikan.

c. Tidak semua Lembaga pendidikan memiliki workshop (replika/contoh)

yang dapat membantu percepatan membangun kompetensi peserta didik.

d. Tidak semua sarana prasarana Lembaga pendidikan didesain untuk

pelaksanaan pendidikan namun semata-mata memanfaatkan sarana

prasarana yang sudah ada.

e. Fasilitas, sarana dan prasarana digunakan juga untuk melaksanakan

pendidikan oleh fungsi lain diluar lemdikpol.

2. Alins - alongins yang ada dengan yang dibutuhkan

26

a. Alins/alongin yang sesuai dengan Perkap no 20 tahun 2007 tentang

standar 10 komponen pendidikan Polri, belum sepenuhnya terdukung dan

terealisasi oleh anggaran DIPA Polri.

b. Sebagian besar alins dan alongins yang dimiliki sudah tidak sesuai

dengan perkembangan dan kebutuhan pendidikan Polri saat ini.

c. Pada proses pengajuan renbut alins dan alongins belum terealisir

seluruhnya sesuai kebutuhan lemdik.

D. SISTEM DAN METODE

1. SISTEM

a. Sistem pembelajaran

1) Sistem pembelajaran yang dilaksanakan di lemdik polri saat ini

adalah menggunakan cara klasikal (konvensional)

2) Untuk pelaksanaan praktek dilaksanakan di lapangan.

3) Proses penyusunan Kurikulum belum terintegrasi antar satker

jajaran Lemdik, kemampuan menyusun kompetensi, kurikulum

seperti dipaksakan untuk S1 Akpol, Jenis dan jenjang pendidikan,

integrasi antara jenjang pendidikan).

4) Lulusan SPN (Diktuk Ba) masih belum diakui sejajar dengan

jenjang Diploma-1.

5) Lulusan Akademi Kepolisian belum memiliki gelar akademik

kecuali rekrutmen yang berasal dari S-1, S-2.

6) Lulusan pendidikan pengembangan sepesialisasi dari pusdik atau

sekolah belum diberdayakan sepenuhnya sesuai kompetensinya

oleh organisasi.

27

7) Pola pendidikan pembentukan (bintara) sebagai tugas kepolisian

umum belum adanya ketetapan yang baku (diktuk brigadir di

pusdik Intel, pusdik reskrim).

8) Hanjar (mayoritas masih berbentuk NSS).

9) Hanjar yang ada di pusdik belum adanya pengesahan dan

penyempurnaan dari Pembina fungsi masing-masing materi

pelajaran.

10) Kurangnya referensi yang diberikan Pembina fungsi dalam

mendukung pembuatan hanjar sehingga belum sesuai dengan

kompetensi yang diharapkan.

11) Untuk Pusdik-pusdik belum sepenuhnya didukung dalam DIPA

Polri terutama dalam hal pencetakan hanjar bagi seluruh peserta

didik.

b. sistem evaluasi dan penilaian.

Evaluasi sepuluh komponen pendidikan sudah dilaksanakan disetiap

lembaga pendidikan di lingkungan Polri, namun tindak lanjut dari hasil

evaluasi tersebut belum ada perbaikan yang signifikan.

c. Sistem Pengawasan dan pengendalian

Sistem pengawasan dan pengendalian sudah dilaksanakan pada setiap

jenis pendidikan, namun hanya bersifat rutinitas semata.

d. Ketersediaan pilun

Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan di

lingkungan polri sudah tersedia, seperti Perkap 20 tahun 2007 tentang

Standar Sepuluh Komponen Pendidikan, Keputusan Kapolri No. Pol :

Kep/180/IV/2009 tentang Kurikulum Induk Pendidikan Polri, Perkal 05

tahun 2009 tentang Panduan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Polri, Perkal 06 tahun 2009 tentang Sistem Penilaian, Perkal

28

02 tahun 2009 tentang Penunjukan tenaga pendidik dalam proses

pembelajaran di lembaga pendidikan polri, namun belum ada

keseragaman dalam aplikasi di masing-masing lemdik.

2. METODE

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di lemdik Polri antara lain :

a. Ceramah

b. Praktek

c. Simulasi

d. Roll Play

e. Tanya Jawab

f. Diskusi

g. Penugasan

h. Demontrasi

i. Studi kasus serta

j. Konsultasi, advokasi dan fasilitasi.

Dari beberapa metode tersebut, di dalam proses pembelajaran para gadik

masih banyak yang monoton hanya menggunakan metode-metode tertentu,

dengan kata lain dipukul rata, tidak melihat metode apa yang paling tepat

dalam penyampaian mata pelajaran tersebut.

29

BAB III

KONDISI PENDIDIKAN POLRI YANG DIHARAPKAN

A. SDM

1. Kualitas SDM

a. Widyaiswara, Gadik, Dosen, instruktur dan tenaga kependidikan

merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Untuk itu

mereka harus mampu menampilkan keteladanan yang baik dan

dedikasi tinggi pada tugas, (tidak ada persepsi bahwa yang

ditempatkan di Lembaga Pendidikan adalah orang buangan), hal ini

dapat dilihat dari perilaku, kemampuan kognitif, knowligh maupun

afektif dapat menjadi cermin yang dipedomani bagi peserta didik. Ini

terjadi karena penempatan Widyaiswara, Gadik, Dosen, instruktur dan

tenaga kependidikan ditugaskan dengan memperhatikan kompetensi

dan kriteria tertentu, antara lain secara administrasi telah memiliki

sertifikasi kewenangan mengajar (Akta IV, PPG/D, Dikbangspes PA

Gadik, TOT Widyaiswara dan pelatihan gadik lainnya) baik yang

diselenggarakan di lingkungan Polri maupun lembaga/instansi lain yang

berkompeten untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.

b. Calon siswa yang dikirim untuk mengikuti pendidikan pengembangan

spesialisasi (diklat teknis) dapat terencana dengan baik, ada data base

Pegawai Polri yang sudah atau belum mengikuti dikbangspes, data

tempat penugasan secara terpusat di SSDM Polri untuk menjadi dasar

pemanggilan calon peserta dikbangspes.

2. Kuantitas SDM

a. Ada analisis terhadap beban tugas di setiap Lemdik untuk penentuan

jumlah SDM yang ditempatkan pada sekolah / pusdik jajaran Lemdikpol

secara tepat.

30

b. Tidak menyamaratakan beban tugas seluruh pusdik / sekolah jajaran

Lemdikpol dengan melihat secara nyata beban tugas yang sebenarnya,

sehingga terdapat jumlah SDM yang sesuai kebutuhan beban tugas di

Lembaga Pendidikan.

3. Pembinaan SDM

a. Dilakukan assessment atau sertifikasi terhadap Widyaiswara/Dosen,

instruktur dan tenaga kependidikan yang akan di tempatkan di lembaga

pendidikan Polri oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), sehingga tidak

dimanfaatkan sebagai batu loncatan, mengejar pangkat atau tempat

penempatan Pegawai Polri yang bermasalah, hal ini sejalan dengan

amanat undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

bahwa Guru, Dosen, Widyaiswara dan Instruktur mempunyai fungsi,

peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan

sumber daya manusia. Didalam undang-undang tersebut, Guru, Dosen,

Widyaiswara dan instruktur harus memiliki kualifikasi akademik sesuai

dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan formal di tempat

penugasan yang bersertifikasi.

b. Disusun pola karier terhadap Widyaiswara, Gadik, Dosen, instruktur

dan tenaga kependidikan yang didasarkan pada Peraturan

Sisdiknas/Menpan yakni dalam pengembangan karir (dalam kenaikan

pangkat diperhitungkan pada penilaian berdasarkan angka kredit) /

kum sehingga Pegawai Polri yang menjadi Dosen di Lembaga

Pendidikan Polri juga bisa mencapai gelar professor.

c. Ada kejelasan kesejahteraan yang membedaan antara jenjang jabatan

struktural dan jenjang jabatan fungsional ( Dosen, Widyaiswara,

instruktur) sehingga terdapat perbedaan antara tunjangan jabatan

struktural dengan tunjangan jabatan fungsional.

31

d. Memberikan kesempatan sekolah, seminar dan kegiatan lain kepada

Widyaiswara/Dosen, instruktur dan tenaga kependidikan untuk

memperluas cakrawala dan wawasan serta keilmuannya.

e. Pegawai Polri yang telah mengikuti pendidikan dengan biaya negara /

Polri baik di dalam maupun luar negeri ditempatkan dilembaga

pendidikan dalam kurun waktu tertentu.

4. Nomenklatur

Beberapa istilah yang digunakan, disesuaikan dengan nomenklatur

yang telah diatur oleh undang-undang sisdiknas, sebagai contoh ;

a. Penyebutan terhadap gadik menjadi dosen/widyaiswara.

b. Pendidikan pengembangan spesialis menjadi pendidikan teknis

c. Penyebutan Sespimma, Sespimmen dan Sespimti agar disesuaikan

dengan undang-undang sisdiknas dan PP 101 tahun 2000 tentang

Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri.

5. Sertifikasi / akreditasi

Sistem pendidikan Polri agar mengacu kepada sistem pendidikan nasional

sehingga sertifikasi / akreditasi terhadap SPN dapat dilaksanakan.

B. POLA KESINAMBUNGAN

Lemdikpol selaku penyelenggara pendidikan kedinasan, saat ini

menyelenggarakan 4 (empat) jenis pendidikan Perwira dan 1 (satu) jenis Pendidikan

Pembentukan Brigadir serta Pelatihan - pelatihan, yaitu :

1. Pendidikan Perwira :

a. Akademi Kepolisian (Diploma 4 / D4)

Lama pendidikan pada Akademi Kepolisian adalah 4 tahun dan setara

dengan 140 SKS. Calon peserta didik pada Akademi Kepolisian

adalah Kalangan masyarakat umum yang memenuhi persyaratan,

32

pendidikan umum setingkat SMU/sederajat. Lulusan Akpol

memperoleh kepangkatan Inspektur Polisi Tingkat Dua (Ipda).

Jenjang pendidikan selanjutnya bagi lulusan Akpol adalah Sespimma

jika mereka sudah mencapai kepangkatan Ajun Komisaris Polisi

(AKP). Hal yang sama berlaku bagi para lulusan Sekolah Inspektur

Polisi (Seinspol) yang sudah memiliki Pangkat Ajun Komisaris Polisi

(AKP).

b. Perwira Inspektur Sumber Sarjana (PISS)

Jika dibutuhkan untuk mengisi jabatan dengan keahlian

khusus, Polri dapat merekrut Perwira pertama melalui program

PERWIRA INSPEKTUR SUMBER SARJANA (PISS) yang tempat

pelaksanaan pendidikannya di Akpol. Para peserta PERWIRA

INSPEKTUR SUMBER SARJANA (PISS) adalah masyarakat umum

lulusan sarjana (S1), Pasca Sarjana (S2) dengan keahlian khusus.

2. Pendidikan Akademik

a. Program pendidikan sarjana (S1) dan Pasca Sarjana (S2 dan S3)

Studi Ilmu Kepolisian di STIK PTIK ditujukan untuk seluruh anggota

Polri yang berprestasi yang ditentukan oleh kebijakan Ass SDM

Kapolri. Program pendidikan Sarjana (S1) dan Pasca Sarjana (S2 dan

S3) ini dilakukan dengan metode program pembelajaran jarak jauh

(PPJJ) atau distance learning seperti yang dilakukan pada

Universitas Terbuka (UT). Hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum,

metodologi, serta lamanya kuliah akan diatur kemudian, tetapi dengan

tetap memperhitungkan / konversi SKS yang telah diperoleh para

Brigadir sewaktu mengikuti pendidikan di SPN dan anggota Polri yang

memiliki kesarjanaan umum apabila masuk STIK bisa dikonversi

dalam mata kuliah tertentu.

33

b. Program pasca sarjana yang diselenggarakan STIK PTIK adalah

Program pasca sarjana (S2) dan program Doktoral (S3). Program

pasca sarjana (S2) akan berlangsung selama 18 bulan dengan masa

pembuatan tesis selama 6 bulan. Program ini setara dengan 45 SKS.

Setelah seorang Perwira polisi menyelesaikan pendidikan pasca

sarjana (S2) dan atau Gelar Magister Umum maka setelah memenuhi

MDDP dan MDP dia akan memperoleh kepangkatan Komisaris Polisi

(Kompol). Para Perwira yang memiliki gelar Magister (S2) Studi Ilmu

Kepolisian dari STIK PTIK dan yang memiliki gelar Magister (S2) Studi

Ilmu Umum yang mendukung tugas Polri akan diberikan prioritas

untuk mengikuti Spamen yang akan menentukan karir selanjutnya di

kepolisian.

c. Program Doktoral (S3) Studi Ilmu Kepolisian yang diselenggarakan

oleh STIK PTIK adalah program yang dapat diikuti oleh semua

anggota Polri yang telah lulus Program S2 baik Umum maupun Ilmu

Kepolisian yang membutuhkan keahlian akademis yang tinggi di

bidang ilmu kepolisian, terutama untuk profesi tenaga pendidikan

(gadik) di Polri. Pendidikan doktoral (S3) lebih menyerupai pendidikan

akademis yang akan diselenggarakan selama 2 (dua) tahun dengan

masa pembuatan disertasi 1 (satu) tahun atau 2 (dua) semester.

Pendidikan ini setara dengan 45 SKS. Program ini diperlukan untuk

jabatan khusus seperti gadik atau peneliti di kepolisian.

d. Program Pasca Sarjana (S2) dan Doktoral (S3) Studi Ilmu Kepolisian

ini juga dapat diikuti oleh mahasiswa umum yang bukan personel

Polri, tetapi memiliki minat yang mendalam untuk mempelajari dunia

ilmu kepolisian.

34

3. Pendidikan Kepemimpinan Kepolisian (Sespimma, Sespimmen, dan

Sespimti Polri).

Sekolah Staf dan Pimpinan Polri adalah pendidikan kepemimpinan

yang dilaksanakan oleh Sespimpol. Pendidikan ini dilaksanakan oleh

Sespimpol dan difokuskan untuk mendidik dan melatih kemampuan

kepemimpinan para Perwira Polri. Tahap pendidikan kepemimpinan ada 3

(tiga) yaitu:

a. Sespimma (Diklatpim TK III)

Peserta didik Sespimma adalah para lulusan Akpol (termasuk

PERWIRA INSPEKTUR SUMBER SARJANA (PISS)) serta lulusan

Seinspol yang mempunyai kepangkatan Ajun Komisaris Polisi (AKP).

Pendidikan Sespimma bertujuan untuk memberikan pendidikan bagi

para Perwira yang akan menduduki jabatan kepemimpinan tingkat

pertama. Lama pendidikan adalah 5 (lima) bulan setara dengan 1000

JP.

b. Sespimmen (Diklatpim TK II)

Peserta didik Sespimmen berasal dari lulusan program pasca sarjana

(S2) Studi Ilmu Kepolisian STIK PTIK dan Magister Ilmu Umum yang

memiliki kepangkatan minimal Komisaris Polisi (Kompol). Para

Komisaris Polisi (Kompol) tersebut selanjutnya dididik di Sespimmen

menjadi seorang pemimpin tingkat menengah yang handal untuk

menduduki posisi jabatan Eselon II. Lama pendidikan lebih kurang 5

(lima) bulan setara dengan 1000 JP.

c. Sespimti (Diklatpim TK I)

Sespimti adalah jenjang pendidikan kepemimpinan tertinggi yang bisa

diperoleh seorang Perwira Polri. Perwira yang akan mengikuti

pendidikan ini adalah Perwira yang telah memiliki kepangkatan

35

Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) dan akan diproyeksikan untuk

menduduki posisi jabatan Eselon I. Lama pendidikan 5 (lima) bulan

atau setara dengan 1000 JP.

Dengan sistem ini maka semua Perwira Pertama Polri akan

berpendidikan minimum sarjana (S1) sehingga diharapkan memiliki

kemampuan intelektual dan kematangan emosi yang lebih baik.

Dampak lainnya adalah Perwira Polri akan memiliki wibawa yang

lebih di mata masyarakat dan kemampuan atau kompetensi yang

dapat diandalkan. Di samping itu, dengan pendidikan kepemimpinan

selama 5 (lima) bulan atau setara dengan 1000 JP di Sespimma pada

kepangkatan Ajun Komisaris Polisi (AKP) maka Perwira tersebut

bukan hanya memiliki kewibawaan tetapi juga akan memiliki

kemampuan untuk memimpin serta mengelola bawahannya dengan

baik.

Sistem pendidikan yang baru ini mengkombinasikan kemampuan

akademik dengan kemampuan kepemimpinan sehingga memberikan nilai

tambah dan kompetensi yang signifikan kepada para Perwira Polri. Hal ini

sesuai dengan prinsip nilai tambah ( value added ) .

Sistem pendidikan ini juga dapat menyelesaikan masalah organisasi

dan kelembagaan yang bersifat parsial. Dalam sistem baru ini, sistem

pendidikan dikelola secara terpadu dan komprehensif.

Perubahan sistem pendidikan akan diikuti dengan perubahan dan

pengembangan kurikulum yang sistematis dan berjenjang

(berkesinambungan) sehingga permasalahan kurikulum yang dialami

sekarang dapat diatasi.

36

4. Pendidikan Pembentukan Brigadir

Sistem pendidikan Brigadir harus mendapatkan perhatian yang sangat

serius karena dengan para Brigadir inilah masyarakat sering berhadapan dan

berinteraksi langsung. Brigadir ini memberikan pelayanan langsung kepada

masyarakat dalam berbagai hal. Dengan demikian, pengembangan

kompetensi Brigadir perlu dilakukan secara terus-menerus.

Untuk Brigadir direkrut dari lulusan serendah-rendahnya SMU atau yang

sederajat. Kemudian, mengikuti program pendidikan profesi kepolisian

tingkat Brigadir selama 1 (satu) tahun, dan tingkat pendidikannya

disetarakan dengan program D1 (Diploma-1) di bidang ilmu kepolisian.

Program ini diselenggarakan di SPN (Sekolah Polisi Negara). Hal ini berlaku,

baik untuk polisi pria maupun polisi wanita. Jika telah lulus dari program ini

maka diberikan pangkat Brigadir Polisi Tingkat Dua (Bripda). Program D1 ini

bisa dikonversi menjadi setara dengan 50 SKS, sehingga dapat digunakan

untuk menempuh pendidikan S1 Studi Ilmu Kepolisian di STIK PTIK apabila

yang bersangkutan memenuhi persyaratan dan dinyatakan lulus (memenuhi

syarat).

Masa dinas polisi 1 tahun, yang bersangkutan harus mengikuti Diklat

Teknis (Dikbangspes), sesuai dengan bidang fungsional yang ada di

kepolisian, baik bidang operasional maupun bidang pembinaan. Program

pendidikan ini disebut program pendidikan pengembangan spesialis untuk

Brigadir. Misalnya pendidikan pengembangan spesialis lalu lintas, dan

sebagainya. Pendidikan ini dilakukan di bawah koordinasi Pusat Pendidikan

Pengembangan Spesialisasi (Pusdikbangspes)

Ada beberapa pilihan untuk proses dari Brigadir menjadi Perwira.

Tetapi, pilihan ini diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan Ass SDM

Kapolri. Pilihan tersebut adalah :

37

a. Seorang Brigadir mengikuti sekolah tinggi (S1) di STIK PTIK, dan jika

kepangkatan dan masa kerjanya sudah mencukupi, maka yang

bersangkutan dapat menjadi Perwira melalui program Alih Golongan.

Seterusnya mereka akan mengembangkan karir seperti layaknya

Perwira Polri lainnya.

b. Untuk Brigadir yang telah memiliki gelar sarjana (S1) maka kepadanya

dapat mengikuti Alih Golongan. Seterusnya dia akan mengembangkan

karir seperti layaknya Perwira Polri lainnya.

c. Jika seorang Brigadir tidak memiliki gelar S1, maka masih terbuka

peluang untuk menjadi seorang Perwira polisi. Pada saat sudah

memiliki kepangkatan Brigadir tinggi, maka bisa mengikuti program

pendidikan alih golongan dari Brigadir menjadi Perwira. Dengan

bantuan anggaran dinas/APBN bagi seorang Brigadir yang ingin

menempuh Program S1 jurusan sosial atau hukum dapat mengikuti

program S1 Universitas Terbuka (UT), dengan pertimbangan bahwa :

1) Merupakan peluang bagi para Brigadir untuk mengikuti

peningkatan kompetensi dirinya tanpa harus banyak

meninggalkan tugas.

2) Ijasah S1 dapat dipertanggungjawabkan untuk kepentingan studi

selanjutnya.

Dengan uraian di atas, dapat dijadikan jalinan kerjasama antara

Lemdikpol dengan Kementrian Pendidikan Nasional dalam bentuk akreditasi

Lembaga Pendidikan di lingkungan Kepolisian. Diktuk Brigadir di SPN – SPN

diakreditasi Diploma Satu (D1) dengan 50 SKS lama pendidikan waktu 1

(satu) tahun dan dapat melanjutkan kejenjang S1 di STIK PTIK.

5. Pendidikan Pengembangan Spesialisasi (pendidikan teknis)

a. Pendidikan Teknis ( Dikbangspes ) ada 3 tingkatan, yaitu:

38

1) Pendidikan teknis (dikbangspes) untuk Komisaris,

2) Pendidikan teknis (dikbangspes) untuk Pama, dan

3) Pendidikan teknis (dikbangspes) untuk brigadir

4) Macam pendidikan teknis (dikbangspes) ada yang bersifat

pembinaan dan ada yang bersifat operasional lapangan.

b. Waktu pelaksanaan pendidikan teknis (dikbangspes) ada yang 1 bulan/

200 jam pelajaran, ada yang 2 bulan/ 400 jam pelajaran, hal ini

disesuaikan dengan rencana pencapaian kompetensi dari masing-

masing dikbangspes/ diklat teknis.

c. Sistem pendidikan dikbangspes / diklat teknis ada beberapa yang bisa

dilaksanakan PPJJ, tetapi ada beberapa jenis pendidikan yang harus

tatap muka di kelas (konvensional), seperti; Dikbangspes fungsi lalu

lintas, dikbangspes fungsi serse, dikbangspes fungsi sabara,

dikbangspes progremer komputer dan fungsi komlek.

Pendidikan – pendidikan teknis / dikbangspes ini bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi spesialisasi pegawai polri agar dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dapat lebih optimal.

6. Kerja Sama Pendidikan Dalam dan Luar Negeri.

Sesuai dengan kebutuhan Pendidikan Polri untuk menuju polri yang

profesional maka perlu ditingkatkan kerja sama pendidikan dan pelatihan

dengan Instansi terkait dengan tugas-tugas polri dan Perguruan tinggi yang

mendukung tugas polri dan untuk kerjasama dengan LAN perlunya Diklatpim

Tk II bagi anggota Polri dan PNS Polri ataupun dengan perguruan tinggi.

Adapun kerjasama Luar Negeri sesuai dengan MoU dengan yang

menjadi tempat pendidikan atau negara donatur dan Swasta (NGO).

39

7. Sistem Pembelajaran

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan jarak jauh menurut Hillary Perrato (1988), PJJ

didefinisikan sebagai proses pengajaran dimana sebagian besar proporsi

pembelajarannya dilakukan oleh seorang pengajar yang terpisah dengan

peserta belajar baik dari sisi jarak maupun waktu, sehingga tidak terjadi

interaksi sosial antara pengajar dengan peserta didik.

Pendidikan profesi Polri yang dilakukan secara konvensional yaitu :

a. Akademi Kepolisian (Diploma 4)

b. Perwira Inspektur Sumber Sarjana (PISS)

c. Sekolah Alih Golongan (Brigadir S1/ non S1)

d. Sekolah Brigadir (Diploma 1)

Pendidikan Polri yang dilakukan secara Pendidikan Jarak Jauh yaitu :

a. STIK PTIK yaitu pendidikan Sarjana (S1), Pasca Sarjana (S2) dan

Doktoral (S3) Bidang Studi Ilmu Kepolisian.

b. Sespimma

c. Sespimmen

d. Sespimti

Seluruh jenis pelatihan tehnis baik pelatihan tehnis operasional maupun

pembinaan, semuanya dilakukan dengan metode konvensional.

40

8. Pelatihan - Pelatihan

Arah pelatihan Polri diatur sesuai dengan kebutuhan kompetensi Polri

dan tuntutan masyarakat untuk menghasilkan postur dan profil Polri di

lapangan. Pola pelatihan Polri diatur sebagai berikut :

a. Jenis Pelatihan.

1) Pelatihan perorangan;

2) Pelatihan fungsi;

3) Pelatihan satuan;

4) Pelatihan gabungan; dan

5) Pelatihan kerjasama.

b. Pengaturan Peserta Pelatihan.

Pengaturan peserta pelatihan berikut ini merupakan persyaratan

minimal yang harus dipenuhi oleh semua tingkatan.

1) Pelatihan Perorangan.

a) Tingkat Mabes.

Pelatihan perorangan pada tingkat Mabes

dilaksanakan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun

sehingga setiap anggota Polri mengikuti 2 (dua) kali

pelatihan perorangan dalam 1 (satu) tahun.

b) Tingkat Polda.

Setiap anggota Polri pada tingkat Polda (Mapolda)

harus mengikuti pelatihan perorangan 2 (dua) kali

dalam 1 (satu) tahun.

c) Tingkat Polres.

Setiap anggota Polri pada tingkat Polres harus mengikuti

pelatihan perorangan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

41

2) Pelatihan Teknis.

a) Tingkat Mabes.

Setiap fungsi pada Mabes Polri melaksanakan

pelatihan fungsi 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

b) Tingkat Polda.

Setiap fungsi pada Polda melaksanakan pelatihan

fungsi 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

c) Tingkat Polres.

Setiap fungsi pada Polres melaksanakan pelatihan

fungsi 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

3) Pelatihan Kesatuan

a) Tingkat Mabes.

Pelatihan kesatuan pada tingkat Mabes Polri

dilaksanakan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

b) Tingkat Polda.

Pelatihan kesatuan pada tingkat Polda dilaksanakan 2

(dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

c) Tingkat Polres.

Pelatihan kesatuan pada tingkat Polres dilaksanakan 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

4) Pelatihan Gabungan.

a) Tingkat Mabes.

Mabes Polri melaksanakan pelatihan gabungan fungsi

2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

b) Tingkat Polda.

Pelatihan gabungan fungsi untuk tingkat Polda

dilaksanakan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

42

c) Tingkat Polres.

Pelatihan gabungan fungsi untuk tingkat Polda

dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

5) Pelatihan Kerjasama.

Pelatihan ini merupakan kerjasama antara Polri dengan

institusi lain di dalam negeri dan kerjasama dengan negara

lain. Pelaksanaannya disesuaikan nota kesepahaman (MoU)

yang telah disepakati bersama. Pelatihan dalam rangka

kerjasama paling sedikitnya dilaksanakan sebagai berikut :

a) Tingkat Mabes, 12 (dua belas) kali dalam 1 (satu)

tahun.

b) Tingkat Polda, 6 (enam) kali dalam 1 (satu) tahun.

c) Tingkat Polres, 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

c. Pelibatan Kekuatan pada Pelatihan.

Setiap kesatuan, fungsi dan Satker ditetapkan untuk

mengikutsertakan personelnya pada pelatihan maksimal 30% atau

1/3 dari kekuatan seluruhnya tanpa mengurangi kualitas pelayanan

kepada masyarakat.

9. Kurikulum.

Kurikulum pelatihan mencakup antara lain :

a. Kompetensi hasil pelatihan yang difokuskan pada keterampilan

spesifik yang harus dikuasai oleh masing-masing anggota yang

telah mengikuti pelatihan.

b. Metode yang digunakan dalam pelatihan diutamakan dapat

meningkatkan keterampilan peserta pelatihan.

10. Desain Pelatihan.

Desain pelatihan disusun sebagai operasionalisasi kurikulum pelatihan.

43

11. Lama Pelatihan.

a. Pelatihan perorangan dilaksanakan paling lama 12 (dua belas) hari.

b. Pelatihan fungsi dilaksanakan paling lama 12 (dua belas) hari.

c. Pelatihan satuan dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) hari.

d. Pelatihan gabungan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari.

e. Pelatihan kerjasama dilaksanakan sesuai MoU yang telah disepakati.

11. Materi Pelatihan

Materi pelatihan untuk :

a) Pelatihan perorangan.

b) Pelatihan fungsi (operasional, pembinaan, dan pendukung).

c) Pelatihan satuan.

d) Pelatihan gabungan.

Pelatihan kerjasama dalam dan luar negeri.

C. ANGGARAN

1. Norma indeks (SBU/SBK)

a. Penyusunan anggaran program pendidikan dan latihan di lingkungan

Polri agar mengacu kepada Norma Indeks, Standar Biaya Umum (SBU)

yang dikeluarkan oleh Menkeu, tidak mengacu kepada Standar Biaya

Khusus (SBK) yang diterbitkan oleh Polri, sehingga tidak ada kesan

relatif sama dari tahun ketahun.

b. Norma Indek Operasional pendidikan Polri agar mengacu pada Standar

Biaya Umum yang dikeluarkan oleh Kemenkeu.

c. Penyediaan anggaran pendidikan dan latihan aparatur Polri bisa

sepenuhnya mengakomodir kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan

jenis pendidikan yang berbeda sehingga tidak disamaratakan.

44

2. Pengendalian Anggaran :

a. Kegiatan Satker disusun berdasarkan Program dan Kegiatan yang

tercantum dalam DIPA.

b. Rencana penarikan anggaran disusun sebagaimana susunan rencana

kegiatan sehingga tidak terjadi penumpukan anggaran di akhir tahun.

c. Analisis dan evaluasi penyerapan anggaran dilaksanakan dengan

benar.

3. Mekanisme penyusunan anggaran :

Penyusunan anggaran menggunakan tiga pendekatan :

a. Penyusunan penganggaran dilaksanakan terpadu dengan

mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran

dilingkungan Kementrian/Lembaga untuk menghasilkan dokumen RKA-

KL dengan klasifikasi anggaran menurut Organisasi, Fungsi, Program,

kegiatan dan jenis belanja.

b. Penganggaran disusun berbasis kinerja dan dilakukan dengan

memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan

hasil yang diharapkan, termasuk effisiensi dalam pencapaian hasil dan

keluaran tersebut, penyusunan anggaran mengacu kepada indikator

kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja.

c. Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah, berdasarkan

kebijakan, dengan pengambilan keputusan sehingga tidak menimbulkan

implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran.

4. Peruntukan anggaran Pendidikan dan latihan :

a. Biaya operasional pendidikan.

b. Transportasi kembali ke kesatuan asal

c. Biaya makan dan ekstra fooding siswa

45

d. Uang saku siswa

e. Honorarium tenaga pendidik mengacu kepada SBU.

f. Adanya honorarium untuk tenaga kependidikan yang mengacu

pada SBU.

D. SARPRAS.

1. Tingkat kesesuaian ketersediaan sarpras (Fasdik, Fasum, )

a. Pembangunan pusdik / lemdik mengacu kepada standarisasi Diknas

atau standarisasi LAN agar dalam proses pembelajaran lebih optimal.

b. Pembangunan pusdik / lemdik direncanakan secara matang sehingga

tidak terjadi tumpang tindih peruntukan pelaksanaan pendidikan.

c. Semua Lembaga pendidikan Polri memiliki workshop (replika/contoh)

yang dapat membantu percepatan peningkatan kompetensi peserta

didik.

d. Semua sarana prasarana Lembaga pendidikan didesain untuk

pelaksanaan pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan pendidikan

saat ini, bukan semata-mata memanfaatkan sarana prasarana yang

sudah ada.

2. Alins - alongins yang ada dengan yang dibutuhkan

a. Alins/alongin yang sesuai dengan Perkap no 20 tahun 2007 tentang

standar 10 komponen pendidikan Polri, dapat sepenuhnya terdukung

dan terealisasi oleh anggaran DIPA Polri

b. Alins dan alongins disetiap lemdik sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan pendidikan Polri saat ini.

c. Pada proses pengajuan renbut alins dan alongins masing-masing

lemdik. agar mendapat sekala prioritas untuk dipeuhi.

46

E. SISTEM DAN METODE

1. SISTEM

a. Sistem pembelajaran

1) Sistem pembelajaran yang dilaksanakan di lemdik polri selain

menggunakan cara klasikal (konvensional), juga menggunakan

kelompok-kelompok belajar kecil (disediakan ruang sindikat) dan

dapat memanfaatkan perkembangan IT.

2) Untuk pelaksanaan praktek dilaksanakan di lapangan dan di

tempat kerja yang sebenarnya ( on the job training).

3) Proses penyusunan Kurikulum terintegrasi antar satker jajaran

Lemdik, kemampuan menyusun kompetensi kurikulum , Jenis dan

jenjang pendidikan, integrasi antara jenjang pendidikan

berkesinambungan.

4) Lulusan SPN (Diktuk Ba) bisa diakui oleh Diknas dan sejajar

dengan jenjang Diploma-1.

5) Lulusan Akademi Kepolisian setara dengan Lulusan Diploma-4,

dan mendapat pengakuan oleh Dikti.

6) Pola pendidikan pembentukan (bintara) sebagai tugas kepolisian

ada ketetapan yang baku (diktuk brigadir di pusdik Intel, pusdik

reskrim, pusdik Sabara,).

7) Hanjar yang digunakan berbentuk NS.

8) Hanjar yang ada di pusdik-pusdik telah disahkan dan masing-

masing Pembina fungsi dapat memberikan informasi pada

kesempatan pertama apabila ada perubahan kebijakan.

47

9) Pembina fungsi memberikan referensi dalam mendukung

pembuatan hanjar sehingga sesuai dengan kompetensi yang

diharapkan.

10) Pusdik-pusdik dapat sepenuhnya didukung dalam DIPA Polri

terutama dalam hal pencetakan hanjar bagi seluruh peserta didik.

b. Sistem evaluasi dan penilaian

Evaluasi sepuluh komponen pendidikan yang dilaksanakan

disetiap lembaga pendidikan di lingkungan Polri, ada tindak lanjut dari

hasil evaluasi tersebut guna perbaikan dimasa yang akan datang.

c. Sistem Pengawasan dan pengendalian

Sistem pengawasan dan pengendalian sudah dilaksanakan pada

setiap jenis pendidikan, dan tidak hanya bersifat rutinitas semata.

d. Ketersediaan pilun

Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pendidikan di lingkungan polri sudah tersedia, seperti Perkap 20 tahun

2007 tentang Standar Sepuluh Komponen Pendidikan, Keputusan

Kapolri No. Pol : Kep/180/IV/2009 tentang Kurikulum Induk Pendidikan

Polri, Perkal 05 tahun 2009 tentang Panduan Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, Perkal 06 tahun 2009 tentang Sistem

Penilaian, Perkal 02 tahun 2009 tentang Penunjukan tenaga pendidik

dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan polri, ada

keseragaman dalam aplikasi di masing-masing lemdik.

2. METODE

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di lemdik Polri antara

lain :

a. Ceramah

b. Praktek

48

c. Simulasi

d. Roll Play

e. Tanya Jawab

f. Diskusi

g. Penugasan

h. Demonstrasi

i. Studi kasus serta

j. Konsultasi, advokasi dan fasilitasi,

Dalam proses pembelajaran seluruh gadik dapat menerapkan metode

yang paling tepat dan disesuaikan dengan mata pelajaran yang berbeda.

49

BAB IV

ANALISA LINGKUNGAN STRATEGIS

Strategi yang digunakan dalam menganalisis lingkungan baik eksternal maupun

internal yang mempengaruhi pencapaian pendidikan dilingkungan polri agar menghasilkan

lulusan – lulusan yang kompeten dan sesuai harapan masyarakat luas adalah analisis

SWOT. Dalam analisis tersebut mempertimbangkan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Ancaman.

A. INTERNAL (KEKUATAN DAN KELEMAHAN, SUBSTANSI TENTANG

ORGANISASI, BID OPS)

1. Kekuatan (Aspek SDM, Aspek Sarpras, Aspek Sismet, Aspek Anggaran)

Struktur.

a. Struktur organisasi kuat dan fleksibel dibangun sesuai dengan tujuan

organisasi yang diisi SDM yang capable.

b. Job description personel dilaksanakan dengan tugas dan wewenang.

System.

a. Tata kelola organisasi diarahkan sehingga mencapai Good Governence

b. Sistem informasi melalui IT

c. Kebijakan program disusun dengan tujuan yang jelas

Strategi.

a. Kwalitas pelayanan prima

b. Kurikulum pendidikan disusun berdasarkan pembaharuan

c. Anggaran disusun dengan berbasis kinerja

50

d. Adanya program pendidikan

Style.

a. Tipe pemimpin yang Visioner dan transaksional.

b. Memperhatikan human relation dengan segenap staf organisasi.

Staff.

a. Memiliki SDM yang memiliki kompetensi dan pengalaman sesuai

dengan bidang tugasnya

b. Masa pensiun pegawai Polri 58 tahun

c. Jumlah Pegawai Polri sudah mendekati Ratio yang diharapkan.

Skill.

a. Didukung tenaga pendidik yang memiliki latarbelakang pendidikan S-2

dan S-1.

b. Tenaga Pendidik didukung dengan pengalaman tugas di lapangan.

Share Value.

a. Segenap tenaga pendidik adalah figur-figur manusia teladan, jujur dan

disiplin

b. Budaya kerja organisasi Polri penuh rasa kekeluargaan.

2. Kelemahan (Aspek SDM, Aspek Sarpras, Aspek Sismet, Aspek Anggaran)

Struktur.

a. Struktur organisasi belum mengakomodasi jabatan fungsional murni

b. Job description personel yang ada belum seluruhnya dipahami.

c. Undang – undang Sisdiknas belum diterapkan secara utuh.

d. PP 101 tentang pendidikan jabatan pegawai negeri belum dilaksanakan

sepenuhnya.

System.

a. Tata kelola organisasi untuk mencapai Good Governence belum

dilaksanakan secara optimal.

51

b. Sistem informasi IT yang ada belum dimanfaatkan secara optimal.

c. Kebijakan program yang disusun sesuai dengan tujuan Polri belum

dapat seluruhnya dilaksanakan.

d. Lulusan dari lembaga diklat belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh stake

holder.

e. Lulusan pendidikan Brigadir setara D1 dan Akpol setara D4 belum

diakui Diknas.

Strategi.

a. Kwalitas pelayanan prima belum optimal.

b. Kurikulum pendidikan yang disusun berdasarkan pembaharuan belum

melibatkan seluruh stakeholder.

c. Anggaran sudah disusun berbasis kinerja namun masih bersifat top

down

Style.

a. Tipe pemimpin yang Visioner dan transaksional, perlu dibenahi

b. Memperhatikan human relation dengan segenap staf organisasi masih

rendah.

Staff.

a. Masih ada sebagian SDM yang belum memiliki kompetensi dan

pengalaman dalam bidang tugasnya

b. Belum ada perbedaan Masa pensiun pegawai Polri 58 tahun untuk

jabatan struktural maupun fungsional

c. Jumlah Pegawai Polri yang sudah mendekati Ratio kecukupan 1:500,

tetapi kinerjanya belum optimal.

Skill.

a. Tenaga pendidik yang memiliki latarbelakang pendidikan umum S3

jumlahnya terbatas, sedangkan tenaga pendidik yang berlatar belakang

52

S2 dan S1 umum sudah memadai, namun secara keilmuan belum ada

yang memiliki latar belakang Pendidikan Profesi Guru/Dosen (PPG/D).

b. Lembaga sertifikasi profesi (LSP) Lemdikpol secara struktural sudah

ada, namun belum operasional.

c. Tenaga Pendidik yang memiliki pengalaman tugas di lapangan

terbatas.

Share Value.

a. Masih adanya stigma bahwa pegawai polri yang ditugaskan di lembaga

pendidikan merupakan anggota yang bermasalah

b. Budaya kerja organisasi Polri penuh rasa kekeluargaan tidak

didasarkan pada aturan atau norma yang berlaku.

B. EKSTERNAL (PELUANG DAN ANCAMAN, TENTANG YANG AKAN DIHADAPI

KEDEPAN, KONDISI EMPIRIS DARI LEMDIKPOL DULU-SEKARANG,

PEMENTAAN/MAPPING MASALAH )

1. Peluang (Nasional, Regional, Global)

a. Nasional :

1) Politik ; berlakunya otonomi daerah, UU no 2 tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan UU No 20

Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

2) Ekonomi ; adanya dukungan anggaran yang memadai,

Pertumbuhan Indonesia membaik.

3) Sosial ; - tingginya harapan masyarakat terhadap kinerja

Polri.

- Adanya pengawasan BPK dan masyarakat umum.

4) Teknologi ; adanya percepatan informasi melalui IT

b. Regional : Regulasi, perkembangan

53

1) Politik ; terjalinnya kerja sama polisi antar negara Asia.

2) Ekonomi ; membaiknya pertumbuhan ekonomi dikawasan Negara

Asia.

3) Sosial ; terjalinnya hubungan kerja sama yang baik antar negara

Asia.

4) Teknologi ; adanya pertukaran informasi dalam dunia pendidikan

melalui IT

c. Global :

1) Politik ; adanya peace keeping dalam misi

perdamaian dibawah kendali PBB.

2) Ekonomi ; Membaiknya ekonomi global.

3) Sosial ; adanya bantuan dari negara donor

dalam meningkatkan kompetensi pegawai Polri ( JICA, IOM,

ICITAP ).

4) Teknologi ; adanya percepatan informasi

melalui IT dan bantuan IT dari negara-negara donor.

2. Ancaman dan tantangan

a. Nasional :

1) Politik ; RUU Kamdagri , Tunjangan Kinerja Pegawai polri belum

sesuai dengan harapan.

2) Ekonomi ; Pengaruh moneter.

3) Sosial ; Kurang percayanya masyarakat terhadap kinerja Polri.

4) Teknologi ; IT yang sedemikian cepat berubah

b. Regional : Regulasi, perkembangan

1) Politik ; ada beberapa negara di kawasan Asia yang

belum menjalin kerjasama di bidang keamanan

54

2) Ekonomi ; krisis ekonomi salah satu negara Asia akan

berdampak pada negara-negara dikawasan Asia lainnya

3) Sosial ; Adanya perselisihan antar negara di kawasan

Asia .

4) Teknologi ; Penyalahgunaan IT

c. Global :

1) Politik ; Tindakan negara Adidaya tanpa persetujuan PBB.

2) Ekonomi : Adanya monopoli dari negara maju dan perdagangan

bebas.

3) Sosial ; pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kultur

budaya timur.

4) Teknologi ; penyalahgunaan IT

C. STRATEGI PENDIDIKAN POLRI KEDEPAN

Berdasarkan identifikasi faktor internal dan ekternal yang merupakan

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman diatas, maka diambil langkah-

langkah strategis dalam rangka memproyeksikan Lemdikpol di masa yang

akan datang, meliputi :

1. Pengembangan Sistem Pendidikan Dan Pelatihan Polri.

Pendidikan dan Pelatihan Polri merupakan suatu rangkaian

kegiatan dari sistem manajemen sumber daya manusia. Oleh

karenanya, organisasi penyelenggara pendidikan dan pelatihan di Polri

diselenggarakan dengan berpegang pada prinsip keterpaduan dan

diusahakan mengakomodir sistem pendidikan yang diterapkan oleh

Depdiknas. Prinsip keterpaduan dapat terlihat dari adanya ketentuan

bahwa semua sistem dan jenjang kependidikan Polri berada dalam

55

satu institusi/lembaga yaitu LEMDIKPOL. Sedang prinsip akomodatif

terlihat dari masih adanya lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan program pendidikan dan latihan dimana

persyaratan – persyaratan tertentu masih mengacu pada instansi lain

yang terkait.

Sejalan dengan prinsip tersebut, Polri sebagai bagian integral

dari perpanjangan tangan pemerintah dalam bidang pelayanan kepada

publik, menerapkan prinsip good governance dalam penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan. Agar penyelenggaraan pendidikan dapat

dipertanggung jawabkan maka dalam organisasi ini akan dibentuk

Dewan Pengendali Mutu yang bertanggung jawab terhadap

pengendalian mutu pendidikan yang juga dapat difungsikan sebagai

lembaga standarisasi manajemen kependidikan.

Dewan Pengendali Mutu yang diselenggarakan/diterapkan di

lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia diharapkan dapat

mengakomodir seluruh aspek kepentingan yang ada. Mengingat

sampai saat ini masih terdapat perbedaan yang signifikan menyangkut

kualifikasi penyelenggaraan pendidikan dari lembaga pendidikan yang

ada saat ini. Sebagai contoh, dalam satu Lemdik latar belakang

pendidikan peserta didik memiliki ijazah strata satu, sedangkan

Gadiknya memiliki latar belakang yang beragam ( pada umumnya

SMA). Demikian pula untuk menjamin keseluruhan tuntutan

pengembangan pendidikan sudah saatnya untuk dibentuk Lembaga

Sertifikasi Profesi (LSP) dilingkungan Lemdikpol dapat diberdayakan

secara optimal.

56

Disamping itu perlunya dikembangkan penguasaan teknologi

informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan program pendidikan

jarak jauh di Kepolisian meliputi :

a. Lembaga penyelenggara (Institionally Based).

b. Keterpisahan antara peserta belajar dengan pengajar

(Separation of Teachers and Student).

c. Sistem Telekomunikasi Interaktif (Interactive Telecomunication).

d. Sharing data dan video yang memungkinkan pengalaman

belajar terjadi (Sharing of data, voice, video (Learning

Experience).

2. Pengembangan Komponen Pendidikan Dan Pelatihan Polri

Peraturan Kapolri No. 20 tahun 2007 tentang Standar

Komponen Pendidikan untuk Pendidikan Pembentukan dan

Pendidikan Pengembangan di lingkungan Lemdiklat Polri mengatur

hal – hal (komponen) yang harus ada pada suatu lembaga pendidikan.

Komponen pendidikan meliputi 10 (sepuluh) komponen, terdiri dari

kurikulum, Hanjar, peserta didik, tenaga pendidik, tenaga

kependidikan, metode, fasilitas pendidikan, Alins/Alongins, evaluasi

peserta didik serta anggaran. Standar komponen ini merupakan acuan

bagi lembaga pendidikan Polri dalam melaksanakan operasional

pendidikan.

Penyusunan komponen pendidikan Polri ini mengikuti

pendekatan sistem (system approach) di mana suatu sistem terdiri dari

input, proses dan output saling berkaitan dan merupakan bagian yang

tidak saling terpisah. Input dari sebuah sistem pendidikan adalah

57

siswa, sedangkan output adalah siswa yang kompeten. Untuk

menjadikan siswa sesuai dengan standar kompetensi lulusan

diperlukan satu proses untuk menjadikan siswa menjadi kompeten.

Sesuai harapan dalam proses pendidikan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa terdapat 4 (empat) komponen pendidikan, yang

semuanya berkaitan dengan 1 (satu) hal, yaitu proses pendidikan.

Jadi, ke-4 (empat) komponen pendidikan itulah yang akan

menentukan proses pendidikan, yaitu (1) siswa sebagai input sekaligus

output, (2) kurikulum, (3) tenaga pendidik, serta (4) infrastruktur

pendukung. Penjelasan keempat komponen tersebut adalah sbb :

a. Siswa.

Siswa adalah input sekaligus output untuk sistem pendidikan.

Siswa sebagai input adalah siswa yang belum memiliki kompetensi

yang diharapkan, tetapi memiliki potensi untuk menempuh

pendidikan yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain, mereka

memiliki suatu persyaratan minimum yang sudah ditetapkan.

Sedangkan siswa sebagai output adalah siswa dimaksud sudah

memiliki kompetensi yang diharapkan sebagai hasil dari proses

pendidikan. Dalam penentuan calon siswa harus diadakan evaluasi

persyaratan pesrta sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan,

standarisasi peserta pendidikan dan standarisasi hasil didik.

b. Kurikulum

Dari penulusuran konsep beberapa ahli dapat ditarik kesimpulan

bahwa pada dasarnya kurikulum mempunyai 3 (tiga) dimensi

pengertian yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum

58

sebagai pengalaman belajar dan kurikulum sebagai program

pembelajaran. Namun demikian, secara eksplisit dalam Perkap No.

20 tahun 2007 tentang Standar Komponen Pendidikan untuk

Pendidikan Pembentukan, dan Pendidikan Pengembangan di

lingkungan Lemdiklat Polri pengertian kurikulum adalah adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

(kompetensi) pendidikan dilingkungan Polri. Jadi, dari pengertian

kurikulum terdapat (1) tujuan pendidikan (kompetensi yang

diharapkan), dimana tujuan ini harus mencakup aspek yaitu

knowledge (pengetahuan), skills (keterampilan), serta attitude

(perilaku dan sikap), (2) kumpulan mata pelajaran, serta (3)

metodologi proses belajar-mengajar (PBM), yang disesuaikan

dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum berbasis

kompetensi menekankan adanya keseimbangan kemampuan

peserta didik dalam bidang akademik, sikap dan ketrampilan. Untuk

itu, mata pelajaran yang harus terakomodir (merujuk kurikulum

pendidikan pada umumnya yaitu; mata pelajaran ilmu dasar; mata

pelajaran metodologi dan proses berpikir; mata pelajaran utama;

mata pelajaran penunjang; mata pelajaran perangkum/integrasi),

dan kurikulum disusun berkesinambungan, pengembangan

kurikulum PPJJ dan KTSP.

c. Tenaga Pendidik.

59

Tenaga pendidik merupakan bagian integral dalam proses

pembelajaran. Keteladanan tenaga pendidik baik yang

diperlihatkan melalui kemampuan kognitif maupun afektif menjadi

cermin yang dipedomani bagi peserta didik. Untuk itu, seorang

tenaga pendidik harus memenuhi kriteria tertentu sebelum

ditugaskan di Lemdik Polri, antara lain secara administrasi telah

memiliki landasan hukum mengajar baik yang diselenggarakan di

lingkungan Polri maupun lembaga/instansi lain yang berkompeten

untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut, juga disusun

standarisasi tenaga pendidik, dilaksanakan assessor tenaga

pendidik, sertifikasi tenaga pendidik dan Binkar tenaga pendidik

yang jelas.

d. Infrastruktur Pendukung.

Infrastruktur pendukung terdiri dari (1) infrastruktur lokasi, seperti

gedung dan lapangan, (2) infrastruktur proses belajar, seperti alat

bantu belajar atau alat bantu instruksional, (3) infrastruktur

operasional, seperti kendaraan dan kesehatan, serta (4)

infrastruktur dana atau biaya. Keempat infrastruktur ini harus diatur

sedemikian rupa sehingga mampu menjamin proses belajar yang

berkualitas sesuai dengan filosofi quality of operations.

e. Metode Pembelajaran

Penerapan metode pembelajaran, agar disesuaikan secara tepat

metode apa yang akan digunakan, untuk itu dalam penerapan

metode pembelajaran dapat mengevaluasi relevansi antar metode

dengan kompetensi yang akan dicapai.

60

f. Evaluasi.

Evaluasi pendidikan merupakan bagian integral yang dapat menjadi

landasan perbaikan system pendidikan, untuk itu dilaksanakan

evaluasi menyeluruh mulai dari mengkaji penyelenggaraan program

pendidikan, system evaluasi hasil didik dan menyusun standar

evaluasi pendidikan sesuai dengan perkembangan teknologi.

g. Anggaran.

Dalam penyusunan anggaran pendidikan dan latihan di lingkungan

Polri, hendaknya mengikuti Standar Biaya Umum (SBU) pendidikan

yang dikeluarkan oleh Kemenkeu.

3. Pengembangan Lembaga Pendidikan Polri Sebagai Centre Of Excellence

Pengembangan lembaga pendidikan Polri sebagai centre of

excellence perlu mengarah pada hal sebagai berikut :

a. Sistem pendidikan harus mampu mencetak kader personel atau

SDM yang unggul, yaitu mampu membentuk anggota Polri yang

memiliki kompetensi tinggi, dan kepribadian serta semangat tinggi.

b. Sistem pendidikan harus mampu menjadi pusat rujukan atau acuan

jika ada masalah yang ada di dalam organisasi. Hal ini berarti,

sebagai center of excellence setiap lembaga pendidikan harus

memiliki banyak pustaka atau pengetahuan yang bisa dijadikan

referensi atau acuan dalam menjalankan organisasi, termasuk

mengadakan berbagai riset-riset yang mutakhir sesuai dengan

bidangnya.

61

c. Setiap lembaga pendidikan harus memiliki standar kinerja (key

performance indicator atau KPI) yang unggul. Semua sasaran

kerja dibuat setinggi mungkin dan tidak ada toleransi.

d. Sistem pendidikan harus memiliki proses kerja yang unggul. Proses

kerja ini adalah piranti lunak yang baku dan dipatuhi bersama

sebagai standar acuan kerja, menggalang kerja sama tim

(teamwork) yang hebat, serta memiliki proses perencanaan,

evaluasi dan kontrol yang komprehensif.

e. Sistem pendidikan harus diawaki oleh orang-orang unggulan. Ini

berarti harus dikembangkan tenaga pendidik dan kependidikan di

setiap lembaga pendidikan sehingga mencapai standar keunggulan

tertentu. Untuk menunjang diperolehnya tenaga pendidik dan

kependidikan unggulan maka diperlukan pula sistem pembinaan

karir dan sistem imbalan yang sesuai.

f. Setiap lembaga pendidikan harus memiliki budaya organisasi yang

unggul, yaitu tidak boleh banyak muncul keresahan, konflik, dan

sebagainya sehingga mampu untuk berpikir secara jernih, tidak

memihak, obyektif, dan selalu berupaya mencari berbagai

terobosan baru untuk kebaikan organisasi Polri.

D. TARGET PENDIDIKAN POLRI KEDEPAN

Untuk pencapaian system pendidikan Polri sesuai harapan, maka berikut

disajikan tahapan target pendidikan Polri kedepan terhadap 10 komponen

pendidikan sebagai berikut :

1. Kurikulum

62

Untuk tahapan program kurikulum disusun melalui tiga tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1) Pengembangan kurikulum yang berkesinambungan

2) Pengembangan kurikulum PPJJ

3) Pengembanga KTSP (muatan lokal)

b. program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014

meliputi :

1) Implementasi kurikulum PPJJ.

2) Link and macth antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan

bidang tugas.

c. program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 yaitu:

kurikulum dapat menjawab tututan dan harapan masyrakat selaku

stake holder.

2. Bahan Ajar

Untuk tahapan program bahan ajar disusun melalui tiga tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1) Pengembangan substansi materi sesuai dengan kompetensi

yang sudah ditetapkan (kurikulum).

2) Pengembangan modul PPJJ (menyiapkan naskah akademik).

3) Pengembangan desain hanjar (diktat/handout) Penetapkan NSS

menjadi NS

b. program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014

meliputi :

1) Hanjar telah dilegalisasi (HAKI).

63

2) Ketersediaan hanjar yang up to date mengikuti perkembangan

Iptek.

3) Pengembagan bahan ajar berbasis teknologi informasi.

c. program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 meliputi :

1) Aksessibilitas hanjar melalui web site Lemdikpol

2) Buku-buku populer tentang Kepolisian di publikasikan

3. Tenaga Pendidik

Untuk tahapan program penempatan Tenaga Pendidik disusun melalui

tiga tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1) Standarisasi tenaga pendidik

2) Menyiapkan assesor gadik

3) Rekruitmen tenaga pendidik melalui assesment

4) Usulan sertifikasi tenaga pendidik

5) Konsistensi sistem binkar gadik pada lembaga pendidikan

b. Program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014

meliputi :

1) Integrasi antara lemdikpol (Lembaga Serfifikasi Profesi) dengan

Kemendiknas.

2) Terakreditasi LSP Lemdikpol.

3) Tersertifikasi tenaga pendidik.

c. Program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 yaitu:

Profesionalitas tenaga pendidik Polri.

4. Tenaga Kependidikan

64

Untuk tahapan program penempatan Tenaga Kependidikan disusun

melalui tiga tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1) Standarisasi tenaga kependidikan

2) Rekruitmen tenaga kependidikan melalui assesment

3) Usulan sertifikasi tenaga kependidikan

4) Konsistensi sistem binkar gadikan pada lembaga pendidikan

b. Program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014

meliputi : Tersertifikasi tenaga kependidikan oleh internal Polri

c. Program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 meliputi:

Profesionalitas pengelolaan dan penyelenggaraan kependidikan

Polri. .

5. Peserta Didik

Untuk tahapan program peserta didik disusun melalui tiga tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1. Evaluasi persyaratan peserta didik sesuai dengan jenis dan

jenjang pendidikan

2. Standarisasi peserta didik

3. Standarisasi hasil didik

b. Program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014

meliputi :

1. Keterlibatan Lemdikpol dalam penentuan kelulusan calon

peserta didik.

2. Memiliki kompetensi sesuai jenis dan jenjang pendidikan

65

c. Program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 yaitu:

Akuntabilitas dan kredibilitas peserta didik dalam melaksanakan

tugas.

6. Alins/alongins

Untuk tahapan program tercukupinya Alins/alongins sesuai kebutuhan

Lemdik disusun melalui tiga tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1. Evaluasi standar alins/ alongins yang digunakan

2. Pengembangan inovasi alins/ alongins

3. Pengembangan alins/alongis berbasis it (out sourcing)

b. Program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014

meliputi :

1) Ketersediaan alins/alongins sesuai dengan standar

2) Terpenuhinya kebutuhan alins/alongins untuk proses

pembelajaran

3) Tersedianya insfrastruktur

c. Program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 yaitu:

Kesesuaian dan kecukupan alins/alongins di lemdik dengan

kebutuhan di lapangan.

7. Fasilitas Pendidikan

Untuk tahapan program pengadaan fasilitas pendidikan disusun melalui

tiga tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1) Evaluasi standar fasdik yang digunakan.

66

2) Pengembangan dan penataan fasdik sebagai center of

excellence.

3) Pengembangan fasilitas sbg penunjang IT.

b. Program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014

meliputi :

1) Ketersedian fasilitas pendidikan sesuai dengan standar.

2) Ketersedian fasilitas pendidikan sebagai center of excellence.

3) Tersedianya fasdik sbg penunjang IT.

4) Tersedianya fasdik sebagai media pembelajaran.

c. Program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 meliputi:

Fasdik di lemdik memenuhi standar sebagai center of excellence.

8. Metode Pembelajaran

Untuk tahapan program penggunaan metode pembelajaran disusun

melalui tiga tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1) Mengevaluasi relevansi antara metode dengan kompetensi yang

akan dicapai.

2) Pengembangan metode pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan.

3) Pengembangan metode pembelajaran berbasis IT

b. Program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014 yaitu:

Menciptakan metode pembelajaran yang variatif dan aktual.

c. Program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 meliputi:

1) Tercapainya tujuan pembelajaran.

67

2) Terwujudnya lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan

pembelajaran di kelas maupun diluar kelas Fasdik di lemdik

memenuhi standar sebagai center of excellence.

9. Anggaran

Untuk tahapan program anggaran disusun melalui tiga tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1) Mengevaluasi anggaran untuk penyelenggaraan pendidikan.

2) Penyusunan rencana anggaran yang mendukung

penyelenggaraan PPJJ.

3) Menyusun rencana program pendidikan yang dapat menyerap

anggaran dari dalam dan luar negeri (kemitraan).

4) Penyusunan program anggaran disesuaikan dengan SBU yang

dikeluarkan oleh Kemenkeu.

b. Program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014

meliputi :

1) Tersedianya anggaran yang dapat mendukung PPJJ yang

berbasis IT.

2) Terealisasinya anggaran berbasis kinerja.

3) Terealisasinya anggaran bantuan Dalam dan Luar Negeri.

4) Terealisasinya anggaran sesuai SBU yang iterbitkan Kemenkeu.

c. Program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 yaitu:

Terealisasinya pengunaan anggaran secara efisien dan efektif serta

akuntabel.

10. Evaluasi

68

Untuk tahapan program pelaksanaan evaluasi disusun melalui tiga

tahapan :

a. Program tahapan jangka pendek (Tahap 1) 2010 s.d. 2012 meliputi :

1) Mengkaji penyelenggaran program pendidikan

2) Mengkajii sistem evaluasi hasil didik

3) Menyusun standar evaluasi pendidikan

b. Program tahapan jangka menengah (Tahap 2) 2013 s.d. 2014

meliputi :

1) Tersedianya standar evaluasi.

2) Mengembangkan metode evaluasi yang mengikuti

perkembangan teknologi pendidikan.

c. Program tahapan jangka panjang (Tahap 3) 2015 s.d. 2025 yaitu:

Terciptanya sistem evalusi yang sesuai dengan perkembangan

teknologi pendidikan.

Dari uraian diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini :

69

TABEL

TAHAPAN PROGRAM PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

NO PROGRAM/BIDANG/ ASPEK 10 KOMPONEN

DIK

TAHAPAN PROGRAM PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU

PENDEKTAHAP (I)2010-2012

MENEGAHTAHAP II2013-2014

PANJANGTAHAP III2015-2025

1 2 3 4 51. Kurikulum 1. Pengembangan kurikulum yang

berkesinambungan2. Pengembangan kurikulum ppjj3. Pengembanga KTSP (muatan

lokal)

1. Implemen tasi kurikulum PPJJ

2. Link and macth antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan bidang tugas

Kurikulum dapat menjawab tututan dan harapan masyrakat selaku stake holder

2. Bahan ajar 1. Pengembangan substansi materi sesuai dengan kompetensi yang sudah ditetapkan (kurikulum)

2. Pengembangan modul PPJJ (menyiapkan naskah akademik)

3. Pengembangan desain hanjar (diktat/handout)

4. Penetapkan NSS menjadi NS

1. Hanjar telah dilegalisasi(haki)

2. Ketersediaan hanjar yang up to date mengikuti perkembangan iptek

3. Pengembagan bahan ajar berbasis teknologi informasi

3) Aksessibilitas hanjar melalui web site Lemdikpol

4) Buku-buku populer tentang Kepolisian di publikasikan

70

1 2 3 4 53. Tenaga pendidik 1. Standarisasi tenaga pendidik

2. Menyiapkan assesor gadik3. Rekruitmen tenaga pendidik

melalui assesment4. Usulan sertifikasi tenaga pendidik5. Konsistensi sistem binkar gadik

pada Lembaga Pendidikan

1. Integrasi antara lemdikpol (lembaga serfifikasi profesi) dengan kemendiknas

2. Terakreditasi LSP Lemdikpol

3. Tersertifikasi tenaga pendidik

Profesionalitas tenaga pendidik Polri

4. Tenaga kependidikan 1. Standarisasi tenaga kependidikan

2. Rekruitmen tenaga kependidikan melalui assesment

3. Usulan sertifikasi tenaga kependidikan

4. Konsistensi sistem binkar gadikan pada lembaga pendidikan

Tersertifikasi tenaga kependidikan oleh internal Polri

Profesionalitas pengelolaan dan penyelenggaraan kependidikan Polri.

5. Peserta didik 4. Evaluasi persyaratan peserta didik sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan

5. Standarisasi peserta didik6. Standarisasi hasil didik

3. Keterlibatan lemdikpol dalam penentuan kelulusan calon peserta didik

4. Memiliki kompetensi sesuai jenis dan jenjang pendidikan

Akuntabilitas dan kredibilitas peserta didik dalam melaksanakan tugas

71

1 2 3 4 56. Alins/alongins 1. Evaluasi standar alins/ alongins

yang digunakan2. Pengembangan inovasi alins/

alongins 3. Pengembangan alins/alongis

berbasis it (out sourcing)

1. Ketersediaan alins/alongins sesuai dengan standar

2. Terpenuhinya kebutuhan alins/alongins untuk proses pembelajaran

3. Tersedianya insfrastruktur

Kesesuaian dan kecukupan alins/alongins di lemdik dengan kebutuhan di lapangan

7. Fasilitas pendidikan 1. Evaluasi standar fasdik yang digunakan

2. Pengembangan dan penataan fasdik sebagai center of excellence

3. Pengembangan fasilitas sbg penunjang IT

1. Ketersedian fasilitas pendidikan sesuai dengan standar

2. Ketersedian fasilitas pendidikan sebagai center of excellence

3. Tersedianya fasdik sbg penunjang IT

4. Tersedianya fasdik sebagai media pembelajaran

Fasdik di lemdik memenuhi standar sebagai center of excellence

8. Metode pembelajaran

1. Mengevaluasi relevansi antara metode dengan kompetensi yang akan dicapai

2. Pengembangan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

3. Pengembangan metode pembelajaran berbasis IT

Menciptakan metode pembelajaran yang aktual

1. Tercapainya tujuan pembelajaran

2. Terwujudnya lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan pembelajaran di kelas maupun diluar kelas

72

1 2 3 4 59. Evaluasi 1. Mengkaji penyelenggaran

program pendidikan 2. Mengkajii sistem evaluasi hasil

didik3. Menyusun standar evaluasi

pendidikan

1. Tersedianya standar evaluasi

2. Mengembangkan metode evaluasi yang mengikuti perkembangan teknologi pendidikan

Terciptanya sistem evalusi yang sesuai dengan perkembangan teknologi pendidikan

10. Anggaran 1. Mengevaluasi anggaran untuk penyelenggaraan pendidikan

2. Penyusunan rencana anggaran yang mendukung penyelenggaraan PPJJ

3. Menyusun rencana program pendidikan yang dapat menyerap anggaran dari dalam dan luar negeri (kemitraan)

1. Tersedianya anggaran yang dapat mendukung ppjj yang berbasis IT

2. Terealisasinya anggaran berbasis kinerja

3. Terealisasinya anggaran bantuan dalam dan luar negeri

Terealisasinya pengunaan anggaran secara efisien dan efektif serta akuntabel

73

BAB V

PENUTUP

Pendidikan dan Pelatihan Polri merupakan bagian dari sistem pengembangan

Sumber Daya Manusia Polri yang sangat penting keberadaannya didalam peningkatan

kualitas dan kompetensi dalam organisasi Polri.

Kualitas dan kompetensi Anggota Polri sangat menentukan didalam peningkatan

kinerja dan profesionalisme sebagai alat negara penegak hukum, harkamtibmas, pelayanan

perlindungan, pengayoman masyarakat, walaupun saat ini belum memenuhi ekspektasi

masyarakat.

Arah pendidikan dan pelatihan Polri ini yang nantinya tertuang didalam sistem

pendidikan dan pelatihan Polri dirancang dengan tahapan pencapaian yang masih perlu

dijabarkan secara rinci didalam petunjuk operasional sehingga Lembaga Pendidikan Polri ini

dapat mengantar percepatan perbaikan kultur Polri yang diharapkan masyarakat, melalui

pendidikan yang integrited dari semua aspek baik yang berkaitan dengan Kementrian

Pendidikan atau lembaga lainnya diharapkan dapat menjawab tantangan pendidikan

kedepan.

Bandung, Mei 2011

74

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRIPUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI

KERANGKA GRAND DESIGN PENDIDIKAN POLRI

Disusun

Oleh

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI

BANDUNG, MEI 2011

75

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………. 1

B. VISI, MISI DAN TUJUAN ………………………………………………… 15

C. AZAS ………………………………………………………………………. 18

D. PRINSI ……………………………………………………………………... 18

E. FILOSOFI ………………………………………………………………….. 19

F. RUANG LINGKUP ………………………………………………………… 20

G. SISTEMATIKA …………………………………………………………….. 20

BAB II KONDISI PENDIDIKAN POLRI SAAT INI

A. SDM ………………………………………………………………………… 21

B. ANGGARAN ………………………………………………………………. 23

C. SARPRAS …………………………………………………………………. 25

D. SISTEM DAN METODE …………………………………………………. 26

BAB III KONDISI PENDIDIKAN POLRI YANG DIHARAPKAN

A. SDM ………………………………………………………………………… 29

B. POLA KESINAMBUNGAN ………………………………………………. 31

C. ANGGARAN ………………………………………………………………. 43

D. SARPRAS …………………………………………………………………. 45

E. SISTEM DAN METODE …………………………………………………. 46

BAB IV ANALISA LINGKUNGAN STRATEGIS

A. INTERNAL (KEKUATAN DAN KELEMAHAN, SUBSTANSI TENTANG ORGANISASI, BID OPS) …………………………………… 49

B. EKSTERNAL (PELUANG DAN ANCAMAN, TENTANG YANG AKAN DIHADAPI KEDEPAN, KONDISI EMPIRIS DARI LEMDIKPOL DULU-SEKARANG, PEMENTAAN/MAPPING MASALAH) …………. 52

C. STRATEGI PENDIDIKAN POLRI KEDEPAN ………………………….. 54

D. TARGET PENDIDIKAN POLRI KEDEPAN ……………………………. 61

BAB V PENUTUP

Halaman