Kerajaan Singhamandawa

3
Kerajaan Singhamandawa Selain prasasti – prasasti yang berbahasa sansekerta dan cap tanah liat berisi mantra- mantra agama Budha, kita jumpai pula beberapa buah prasasti yang mengunakan bahasa Bali kuno. Prasasti – prasasti ini mengunakan tanggalan dan juga angka tahun, tetapi tidak mengeluarkan nama – nama raja yang mengeluarkan prasasti tersebut, jumlah yang di ketemukan tujuh buah dan angka tahun antara 804 S – 836 S prasasti ini di namakan tipe yumu pakatahu . Selanjutnya bahwa perintah (ajna) di turunkan di panglapuan di Singhamandawa. Ada delapan prasasti tipe yumu pakatahu yang menyebut nama Sang Ratu Sri Ugrasena dan juga menyebut Panglapuan di Singhamandawa, prasasti dari Raja Ugrasena itu berangka tahun 837 – 836 S, salah satu dari prasasti ini adalah prasasti julah(837 S) menyebutkan Samahanda Senopati di Panglapuan, panglapuan di Brsabha dan di Baranasi. Di mana letak Singhamandawa sampai sekarang belum di ketahui letaknya, mungkin letak Singhamandawa ini terletak di antara Kintamani (Danau Batur) dan pantai Sanur. Yaitu kira – kira di daerah Tanpak siring dan Pejeng atau aliran sungai Patanu dan Pakarisan Menurut beberapa orang tua yang sering membaca banyak kitab – kitab lontar mengatakan bahwa Singhamandawa terletak di desa Pejeng sekarang, namun pendapat tersebut hanya perkiraan saja yang belum dapat di buktikan kebenarannya. Perlu di tambah di sini bahwa nama Singhamandawa mengandung unsur perkataan singha (singa) dan Mandawa? Selanjutnya nama Brsabha (wrsabha) berarti lembu jantan dan Baranasi (waransi) berasal dari nama kota yang terkenal di India. Di Bali sekarang banyak nama yang berunsur dari kata singa yaitu Singaraja di pantai utara Bali dan dua buah desa yang terdapat di Gianyar, yaitu Singapadu dan Singakerta. Prasasti – prasasti yang ditemukan di Singhamandawa.

description

Kerajaan Singhamandawa: Sebuah Kerajaan Zaman Bali Kuna. Era Bali Kuna ditandai dengan munculnya Kerajaan Singhamandawa. Dimana tepatnya posisi kerajaan ini, dan kejelasan istananya, sampai sekarang masih tandatanya.

Transcript of Kerajaan Singhamandawa

Page 1: Kerajaan Singhamandawa

Kerajaan Singhamandawa

Selain prasasti – prasasti yang berbahasa sansekerta dan cap tanah liat berisi mantra- mantra agama Budha, kita jumpai pula beberapa buah prasasti yang mengunakan bahasa Bali kuno.

Prasasti – prasasti ini mengunakan tanggalan dan juga angka tahun, tetapi tidak mengeluarkan nama – nama raja yang mengeluarkan prasasti tersebut, jumlah yang di ketemukan tujuh buah dan angka tahun antara 804 S – 836 S prasasti ini di namakan tipe yumu pakatahu . Selanjutnya bahwa perintah (ajna) di turunkan di panglapuan di Singhamandawa.

Ada delapan prasasti tipe yumu pakatahu  yang menyebut nama Sang  Ratu Sri Ugrasena  dan juga menyebut Panglapuan di Singhamandawa, prasasti dari Raja Ugrasena itu berangka tahun 837 – 836 S, salah satu dari prasasti ini adalah prasasti julah(837 S) menyebutkan Samahanda Senopati di Panglapuan, panglapuan di Brsabha dan di Baranasi. 

Di mana letak Singhamandawa sampai sekarang belum di ketahui letaknya, mungkin letak Singhamandawa ini terletak di antara Kintamani (Danau Batur) dan pantai Sanur. Yaitu kira – kira di daerah Tanpak siring dan Pejeng atau aliran sungai Patanu dan Pakarisan Menurut beberapa orang tua yang sering membaca banyak kitab – kitab lontar mengatakan bahwa Singhamandawa terletak di desa Pejeng sekarang, namun pendapat tersebut hanya perkiraan saja yang belum dapat di buktikan kebenarannya. Perlu di tambah di sini bahwa nama Singhamandawa mengandung unsur perkataan singha (singa) dan Mandawa? Selanjutnya nama Brsabha (wrsabha) berarti lembu jantan dan Baranasi (waransi) berasal dari nama kota yang terkenal di India. Di Bali sekarang banyak nama yang berunsur dari kata singa yaitu Singaraja di pantai utara Bali dan dua buah desa yang terdapat di Gianyar, yaitu Singapadu dan Singakerta.

Prasasti – prasasti yang ditemukan di Singhamandawa. Prasasti berangka tahun 804 S/882 M yang berisi antara lain:

Perintah( syuruhku) pada senopati Danda, Kumpi marodaya dan tiga orang bhiksu supaya membangun pertapaan dan pesangrahan di daerah perburuan di bukit Cintami.

Prasasti berangka tahun 818 S/896 M yang berisi antara lain: Tentang perintah pemberian izin kepada nayakan praddana kumpi ugra dan bhiksu Widyaruwana agar membangu sebuah kuil untuk Hyang Api di desa Banwa Bharu.

Prasasti berangka tahun 833 S/911 M yang berisi antara lain: Tentang pemberian izin kepada penduduk desa Turunan untuk membangun kuil bagi Bhatara Da Tonta.

Prasasti selanjutnya berangka tahun 833 S/911 N, isinya antara lain: Isinya bagian permulaan sama dengan prasasti di desa Turunan, selanjutnya di atur

Page 2: Kerajaan Singhamandawa

juga perihal orang desa Air Rawang yang tinggal di daerah desa Turunan di sebelah timur teluk danau Batur yang biasa di sebut sekarang.

Prasasti berangka tahun 836 S/914 M, yang berisi antara lain: Pemberian izin kepada kuil Ida Hyang di bukit tunggal paradyan Indrapura di desa Air Tabar.

Prasasti lainnya juga berasal dari panglapuan Singhamandawa, namun tidak berangka tahun, yang isinya antara lain: Memberi izin kepada Bhiksu Siwarudra,Anantasukma, dan Prabawa serta kepada penduduk di Simpatbunut di bawah perintah kehutanan supaya mendirikaan kuil di Hyang Karimama yang di hubungkan dengan kuil Hyang Api.

Bebarapa keterangan – keterangan prasasti tersebut bahwa di pulau Bali sekitar abad ke-8 M telah ada kerajaan yang pemerintahannya berada di Singhamandawa, siapa nama raja yang memerintah tidak di ketahui, kecuali beberapa orang pejabat tinggi pemerintah yang di sebut dalam prasasti seperti Senapati danda, Manuratang ajna, Nayakan makarun, Ser panghurwan.

Tetapi beberapa buah prasasti yang berangka tahun 837 S – 888 S ada yang menyebutkan nama raja Ugrasena dan menyebut Panglapuan di Singhamandawa, prasasti ini juga tergolong tipe yumu paka tahu, karena itu dapat di pastikan bahwa Sri Ugrasena seorang raja yang pernah berkuasa di Bali dengan pusat pemerintahan di Singhamandawa.

Prasasti pertama berangka tahun 837 S/915 M, yang berisi antara lain: Tentang desa Sandungan yang di tetapkan berda di bawah pengawasan kepala kehutanan.

Prasasti kedua berangka tahun 839 S/917 M, yang berisi antara lain: Sang Ratu Sri Ugrasena, di katakana bahwa raja pergi ke desa Buwunan.

Prasasti yang berangka tahun 846 S/924 M, yang berisi antara lain: Pembebasan penduduk Kudungan dan Silihan yang semula memikul beban berat kerja rodi di bawah pemerintahan Ser (pemimpin).

Prasasti yang berangka tahun 855 S/933 M, yang berisi antara lain: Desa Haran yang di izinkan mendirikan pesangrahan dan kuil Hyang Api di Manasa dan Batuan.

Prasasti yang berangka tahun 857 S/935 M, yang berisi antara lain: Penduduk desa Percanigayan yang di izinkan membangun pesanggrahan di kuil Hyang Api.

Prasasti berangka tahun 864 S/942 M, yang isinya sama dengan prasasti di atasnya.

Prasasti tembaga yang berangka tahun 888 S/966 M, tahun ini agak permaisurinya Sri Subadrika Darmadewi. Demikian isi singkat prasasti Bali kuno yang menyebutkan pusat pemerintahan.