Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL...

24
TINJAUAN PUSTAKA Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang merupakan kesenjangan antara kecukupan dan kebutuhan zat gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang dipilih berdasarkan tahapan kekuranganlkelebihan gizi. Antropometri merupakan metode pengukuran status gizi secara langsung dan sederhana yang paling umum digunakan untuk menilai masalah kurang energi protein (KEP) dan kelebihan energi dan protein (kegemukan). Pengujian laboratorium yang mencakup hematologi dan kimia klinik darah dapat dilakukan untuk penilaian anemia gizi (Jelliffe & Jelliffe, 1989; Gibson, 1990). Status Gizi Antromopetri Pengukuran antropometri telah digunakan secara luas sebagai indikator atau perkiraan beragam kondisi yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi. - Pengukuran pertumbuhan, kesehatan atau penyakit dengan antropometri telah dilakukan sejak lama. lndeks antropometri digunakan sebagai kriteria utama pengukuran kecukupan diit dan pertumbuhan pada anak (WHO, 1995). Beberapa indeks telah direkomendasikan oleh WHO (1983) sebagai pengukuran utama status gizi anak di masa lampau dan saat ini, dan dengan menggunakan indeks tersebut dapat dibedakan underweight (kurus, BBIU), stunting (pendek, TBIU), dan' wasting (kecil, BBTTB). lndeks yang digunakan ui'ltuk Grang dewasa adalah indeks massa tubtih (kg/m2) yang diklasifikasikan status gizi normal jika IMT berkisar 18,5 hingga 24,99, status gizi kurang jika nilai IMT lebih rendah dari 18,5 dan status gizi lebih jika nilai

Transcript of Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL...

Page 1: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

TINJAUAN PUSTAKA

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau

sekelompok orang yang merupakan kesenjangan antara kecukupan dan kebutuhan

zat gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang dipilih

berdasarkan tahapan kekuranganlkelebihan gizi. Antropometri merupakan metode

pengukuran status gizi secara langsung dan sederhana yang paling umum

digunakan untuk menilai masalah kurang energi protein (KEP) dan kelebihan energi

dan protein (kegemukan). Pengujian laboratorium yang mencakup hematologi dan

kimia klinik darah dapat dilakukan untuk penilaian anemia gizi (Jelliffe & Jelliffe,

1989; Gibson, 1990).

Status Gizi Antromopetri

Pengukuran antropometri telah digunakan secara luas sebagai indikator

atau perkiraan beragam kondisi yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi. -

Pengukuran pertumbuhan, kesehatan atau penyakit dengan antropometri telah

dilakukan sejak lama. lndeks antropometri digunakan sebagai kriteria utama

pengukuran kecukupan diit dan pertumbuhan pada anak (WHO, 1995). Beberapa

indeks telah direkomendasikan oleh WHO (1983) sebagai pengukuran utama status

gizi anak di masa lampau dan saat ini, dan dengan menggunakan indeks tersebut

dapat dibedakan underweight (kurus, BBIU), stunting (pendek, TBIU), dan' wasting

(kecil, BBTTB).

lndeks yang digunakan ui'ltuk Grang dewasa adalah indeks massa tubtih

(kg/m2) yang diklasifikasikan status gizi normal jika IMT berkisar 18,5 hingga 24,99,

status gizi kurang jika nilai IMT lebih rendah dari 18,5 dan status gizi lebih jika nilai

Page 2: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

IMT lebih dari 25,O (Depkes-RI, 1996). lndeks massa tubuh merupakan indikator

yang baik untuk mengetahui simpanan kelebihan energi dalam bentuk lemak, juga

sebagai indikator kekurangan energi dan protein. Pada populasi, nilai IMT lebih dari

30 berkaitan dengan meningkatnya tekanan darah, risiko penyakit jantung koroner

dan diabetes mellitus non-insulin dependen (WHO, 1995).

Pertumbuhan anak yang stunting merupakan kejadian yang paling umum di

seluruh dunia. Kurang energi dan protein merupakan evaluasi awal sebagai

penyebab utama stunting (Rosado, 1999). Stunting selama masa kanak-kanak

berkaitan dengan outcome fungsional seperti perkembangan kognitif yang terganggu

(Pollitt et a/., 1995) dan perkembangan mental dan motorik yang terlambat

(Grantham-McGregor, 1995).

Status gizi kurang akan mempengaruhi hasil kehamilan, seperti berat bayi

lahir rendah dan tingkat kematian bayi yang tinggi, apabila dialami seorang calon ibu

(Ramskrishnan et a!, 1999) dan meningkatnya risiko obstetrik pada wanita karena

ukuran tubuh yang pendek (WHO, 1995). Kurang gizi yang terjadi pada masa kanak-

kanak akan menyebabkan kelainan tulang pelvis, sehingga setelah menjadi ibu akan

mengakibatkan ketidakmampuan mempertahankan pertumbuhan plasenta dan jal~in

di masa kehamilan akhir. Hal ini memperbesar risiko terkena stroke pada usia

dewasa (Martyn, Barker & Osmond, 1996). Pada orang dewasa, gizi kurang akan

mengurangi kapasitas kerja akibat kurangnya massa tubuh (WHO, 1995).

Kurang gizi pada awal kehidupan dapat memiliki peran dalam kegemukan di

usia dewasa. Beberapa studi menunjukkan bahwa stunting secara positif

berhubungan dengan kegemukan di usia dewasa (Popkin et a/., 1996; Sawaya et a/.,

1997). Studi yang dilakukan Sawaya et a;. (1 997) menunjukkan adanya hubungan

kenaikan berat badan berlebih dan konsumsi lemak anak stunting di Brazil, yang

Page 3: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

berarti bahwa peningkatan efisiensi pemanfaatan lemak dapat menyebabkan

peningkatan berat badan tubuh sejalan dengan waktu.

Anak stunting memiliki laju oksidasi lemak fasting (puasa) yang lebih rendah

daripada anak non-stunting, yang merupakan faktor penduga kuat kelebihan berat

badan. Berkurangnya oksidasi lemak dapat menyebabkan kegemukan dengan

jangka waktu tertentu karena lemak yang tidak dioksidasi harus disimpan (Hoffman

et a/. , 2000).

Sebagai salah satu negara berkembang, lndonesia juga mengalami

berbagai perrnasalahan gizi kurang, terutama pada beberapa golongan rawan gizi

seperti anak-anak. Analisis status gizi penduduk di lndonesia sejak tahun 1989

sampai 1999 menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk anak balita memiliki

kecenderungan meningkat dari 6,0% pada tahun 1989 menjadi 9,45% tahun 1992

dan menurun menjadi 7,76% tahun 1999. Gizi kurang cenderung menurun dari

36,2% tahun 1989 menjadi 28,3% tahun 1998, tetapi prevalensi tersebut masih lebih

trnggi dibanding prevalensi negara-negara tetangga (Malaysia, Filipina dan Thailand)

yang besarnya sekitar 20% (Jahari et a/., 2000). Masalah gizi lebih juga mulai

muncu! di Indonesia, seperti yang ditunjukkan hasil pemantauan rnasalah gizi lebih

yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan pada

tahun 199611997 di 12 kota, yaitu sebesar 22,O persen (Satoto, Karjati, Darmojo,

Tjokroprawiro & Kodhyat, 1998).

Gizi lebih merupakan manifestasi dari intik energi yang melebihi

pengeluaran yang berlangsung lama (Linder, 1992). Banyak studi yang menemukan

hubungan obesitas pada orang dewasa dengan peningkatan morbiditas dan

mortalitas akibat berbagai kelainan klinis. Bray (1996) mengindikasikan kelainan

Page 4: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

yang sering terjadi antara lain penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus,

penyakit kandung empedu, osteoarthritis dan kanker usus (Heald & Gong, 1999)

Masa kritis perkembangan obesitas ada tiga yaitu masa pra-kelahiran,

masa kanak-kanak ketika terjadi pembentukan jaringan adiposa, yaitu antara umur 4

sampai 6 tahun, dan masa remaja (Dietz, 1997). Koniribusi relatif masing-masing

masa kritis terhadap morbitas dan mortalitas orang dewasa yang mengalami

obesitas masih belum jelas.

Sampai saat ini masih sedikit diketahui tentang dampak gizi lebih selama

remaja sebagai penduga penyakit di masa dewasa. Salah satu studi menunjukkan

bahwa risiko kematian dari semua penyakit dan penyakit jantung koroner meningkat

pada laki-laki yang gemuk ketika remaja, sebaliknya pada perempuan yang gemuk

ketika remaja risiko kematian tersebut tidak meningkat (Heald & Gong, 1999). Studi

lain oleh Must et a/. (1992) menunjukkan bahwa adanya peningkatan risiko penyakit

jantung koroner dan aterosklerosis pada laki-laki dan perempuan yang gemuk ketika

remaja (Heald & Gong, 1999),

Status Anemia Gizi

Anemia gizi merupakan suatu keadaan dimana sel-sel darah merah tidak

mampu membawa oksigen yang diperlukan dalam pembentukan energi. Anemia

dapa: disebsbkan kurangnya kadar hemoglobin (Hb) darah yang mampu mengikat

oksigen ataupun berkurangnya jumlah sel darah merah karena pendarahan akibat

infeksi maupun pecahnya sel darah merah karena penyakit malaria (King & Burgess,

1995).

Status anemia gizi ditinjau dari kadar Hb darah untuk anak usia < 15 tahun

adalah kurang dari 1 1,8 g/dL, orang dewasa laki-laki adalah kurang dari 13,5 g/dL,

Page 5: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

dan perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk

perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel darah

merah diperhitungkan dengan kisaran normal 4,6 - 6,2 x lo6 per mm3 untuk laki-laki

dan 4,2 - 5,4 x lo6 per mm3 untuk perempuan (Widmann, 1985).

Kurangnya kadar Hb darah berkaitan dengan defisiensi besi. Status bes~

merupakan fungsi dari intik, simpanan dan hilangnya zat besi. Absorpsi besi dari

makanan tergantung jumlah zat besi dalam tubuh, laju produksi sel darah merah,

jumlah dan jenis zat besi dalam pangan serta adanya penghambat dan pendorong

absorpsi dalam pangan (Fairbanks, 1999). Pengaturan keseimbangan besi terjadi

dalam saluran pencernaan melalui absorpsi. Kapasitas tubuh untuk mengabsorpsi

besi dari pangan tergantung jumlah besi dalam tubuh (CDC, 1998). Jika simpanan

besi berkurang maka absorpsi besi dari pangan akan meningkat. Orang sehat

mampu mengabsorpsi besi sekitar 5 - 10% dari pangan, sedangkan orang yang

mengalami defisiensi akan mengabsorpsi sekitar 10 - 20% (Fairbanks, 1999).

Defisiensi besi merupakan defisiensi paling umum terjadi di dunia dan

menjadi perhatian utama bagi 15 persen penduduk dunia (DeMaeyer & Adiels-

Tegman dalam Beard & Tobin, 2000). Defisiensi besi ditunjukkan mulai dari

berkurangnya simpanan besi yang tidak menyebabkan gangguan fisiologis, hingga

anemia defisiensi besi yang mempengaruhi fungsi beberapa sistem organ. Anemia

defisiensi besi merupakan bentuk defisiensi yang paling berat, yang dapat

menyebabkan berkurangnya produksi hemoglobin. Sel darah merah orang yang

mengalami anemia defisiensi besi adalah mikrositik dan hipokromik (CDC, 1998).

Prevalensi anemia gizi besi yang tertinggi adalah pada anak balita karena

kebutuhan untuk pertumbuhan dan perempuan dewasa akibat kehilangan ketika

menstruasi dan melahirkan (CDC, 1998). Pada bayi dan anak pra-sekolah, anemia

Page 6: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

besi dapat memperlambat perkembangan dan gangguan perilaku (seperti aktivitas

motorik, interaksi sosial dan perhatian) (Idjradinata & Pollit, 1993). Anak sekolah

yang mengalami anemia akan mempengaruhi aktivitas belajar dan selanjutnya akan

berdampak pada rendahnya prestasi belajar (Stoltzfus, Chwaya et al.. , 1997).

Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalatni anemia ketika bayi akan

memiliki kemampuan kognitif dan prestasi sekolah yang rendah, serta masalah

perilaku ketika memasuki masa pertengahan kanak-kanak (Grantham-McGregor &

Ani, 2001). Anemia besi juga dapat mengakibatkan keracunan pada anak dengan

meningkatnya kemampuan saluran pencernaan untuk mengabsorpsi logam berat,

termasuk timah (Goyer, 1995)

Pada perempuan hamil, anemia berhubungan dengan berat dan ukuran

plasenta (Hindmarsh et al., 2000) dan dapat meningkatkan risiko dua kali

melahirkan prematur dan tiga kali melahirkan bayi yang lahir memiliki berat badan

yang rendah (Scholl et a/., 1994). Bukti dari beberapa studi randomized control trial

menunjukkan bahwa suplementasi besi dapat mengurangi insiden anemia defisiensi

besi selama hamil, tetapi uji terhadap suplementasi besi selama hamil terhadap

outcome kehamilan dzn bayi yang merugikan belum meyakinkan (CDC, 1998).

Pada orang dewasa, anemia dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas

kerja yang dapat diperbaiki dengan suplementasi besi (Li et a/., 1994). Pada atlet

yang mengalami anemia, defisiensi besi tidak hanya menurunkan kamampuan

atletik tetapi juga mengganggu fungsi kekebalan tubuh dan selanjutnya akan

mengakibatkan kelainan fisiologis (Beard & Tobin, 2000).

Page 7: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan derajat kondisi fisik, mental dan psikososial

seseorang untuk dapat melangsungkan hidup dengan baik (WHO, 1995). Status

kesehatan yang selanjutnya akan dibahas adalah kesehatan fisik yang mencakup

penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi mencakup infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA), diare, kecacingan dan malaria, sedangkan penyakit non

infeksi mencakup gangguan fungsi hati dan ginjal.

Penyakit infeksi pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang penting di negara berkembang dan telah diketahui mempengaruhi

pertumbuhan linier anak, yaitu dengan mempengaruhi status gizi. Hal ini terjadi

karena infeksi dapat menyebabkan berkurangnya intik makan, absorpsi zat gizi yang

terganggu, rnengakibatkan hilangnya zat gizi secara langsung, meningkatkan

kebutuhan metabolik atau kehilangan katabolik zat gizi dan terganggunya transpor

zat gizi ke jaringan target (Stephensen, 1999).

Selama masa bayi dan balita, infeksi dan ketidakcukupan intik zat gizi,

khususnya energi, protein, vitamin A, seng dan besi, akan mengakibatkan

pertumbuhan yang terhambat. Sebagian besar hambatan, yang merupakan hasil

dari status gizi kurang terjadi pada periode yang relatif pendek, yaitu mulai lahir

hingga umur sekitar 2 tahun (ACCISCN, 2000). Selain itu, anak-anak yang kurang

gizi cenderung lebih mudah mengalami sakit yang berat, termasuk diare dan radang

paru-paru (WHO, 1995).

Jika dilihat dari porporsi pola penyakit penyebab kematian penduduk

Indonesia, maka hasil SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit sistem

sirkulasi merupakan proporsi terbesar (1 8,9%), selanjutnya sistem pernafasan

(15,7%), TBC (9,6%), infeksi dan parasit lain (7,9%j dan diare (7,4%). Pola ini tidak

Page 8: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

jauh berbeda dari hasil SKRT tahun 1992, yaitu proporsi terbesar adalah penyakit

sistem sirkulasi (16%), TBC (1 I%), infeksi saluran pernafasan (9,5%) dan diare (8%)

(Depkes-RI, 2000b).

lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Penyakit sistem pernafasan terdiri dari penyakit yang menyebabkan

gangguan akut fungsi normal dan yang menyebabkan perubahan kronis. Penyakit

infeksi sistem pernafasan akut berhubungan dengan gejala sistemik, seperti

anoreksia, kelelahan dan tidak enak badan. Gejala tersebut jika dikombinasi dengan

batuk dan/atau sesak nafas akan mengakibatkan terganggunya intik melalui mulut

(Johnson, Chin & Haponik, 1999).

Menurut Depkes, ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung

sampai dengan 14 hari. Berat dan ringannya penyakit ISPA tergantung dari

lamanya sakit dan tanda-tanda yang menyertainya. Penderita ISPA ringan jika sakit

panas selama 2 - 3 hari, ISPA sedang jika gejalanya ditambah frekuensi pernafasan

iebih dari 50 kali per menit danlatau panas-dingin (suhu 2 3 9 ' ~ ) ~ sedangkan ISPA

berat jika ditambah gejala nafas cuping hidung, kejang, dehidrasi dan kesadaran

menurun (Handayani, 1997).

Kombinasi kurang konsumsi dan peningkatan proses metabolik dapat

menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif, karena proses katabolisme protein

serta gangguan fungsi kekebalan tubuh kurang (Johnson, Chin & Haponik, 1999).

Hasil studi Bart et a/. (1982) menunjukkan bahwa seseorang yang menderita ISPA

juga akan mengalami keseimbangan energi negatif (Johnson, Chin & Haponik,

1999). Studi lain oleh Giner et a/. (1996) menunjukkan bahwa komplikasi ISPA akan

terjadi pada orang yang mengalami gizi kurang. Berbagai penelitian laboratorium

Page 9: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

dan klinis menunjukkan bahwa dampak utama gizi kurang terhadap sistem

pernafasan adalah dalam ha1 struktur dan fungsi pernafasan serta daya tahan tubuh

(Johnson, Chin & Haponik, 1999).

lnfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi yang

penularannya melalui udara, sehingga lingkungan rumah yang buruk dan tidak

memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan terjadinya penularan penyakit

infeksi ini (Handayani, 1997).

Diare - Secara umum, etiologi sebagian besar diare akut adalah bakteri atau virus.

Di beberapa negara berkembang, bakteri enteropatogenik (Salmonella, Shigella dan

enteropatogenik Eschericia co11) menjadi penyebab diare (Heird & Cooper, 1999).

Anak kurang gizi dapat menderita diare akut, sehubungan dengan tipe

infeksi virus dan bakteri. Diare yang dialaminya sering persisten yang dimulai

seperti diare akut, tetapi berlanjut hingga lebih dari dua minggu. Diare kronis juga

umum terjadi, yang diawali dengan lambat tetapi berlanjut untuk jangka waktu yang

panjang dan terus terjadi. Diare persisten dan kronis sebagian merupakan hasil .dari

kurang gizi. Dinding usus menjadi tipis dan rusak dan membutuhkan waktu yang

lama untuk sembuh dari infeksi dan tidak mampu mencerna dan mengabsorpsi

makanan dengan baik. Zat gizi yang hilacg selslma dizre akan membuat kurang gizi

menjadi lebih buruk (King & Burgess, 1995). Anak kurang gizi yang mengalami

diare akan menderita dehidrasi yang akan meningkatkan risiko kematian. Anak

kwashiorkor yang mengalami dehidrasi akan kehilangan oedema-nya dan akan

muncul kembali jika ia direhidrasi (Torun & Chew, 1999).

Page 10: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Sayuran yang kaya serat dapat diberikan kepada anak karena dapat

memendekkan durasi diare. Risiko mengalami infeksi harus dikurangi karena

interaksi antara gizi dan infeksi. Prioritas yang harus dilakukan adalah imunisasi,

memperbaiki sanitasi untuk mengurangi kontaminasi fekal dan rehidrasi oral serta

memberi makan anak yang mengalami diare (Torun & Chew, 1999).

lnfeksi Kecacinsan

Lebih dari seperempat penduduk dunia saat ini terinfeksi kecacingan.

Prevalensi tertinggi ditemukan pada anak usia sekolah (Bundy & Cooper, 1989).

Anak sekolah yang terinfeksi Trichuris trichiura (cacing cambuk) dan Ascaris

lumbricoides (cacing gelang) cenderung memiliki fungsi kognitif dan prestasi sekolah

lebih rendah daripada anak yang tidak terinfeksi (Hutchinson et al., 1997). lnfeksi

cacing tambang (hook worm) merupakan penduga terkuat status besi, khususnya

dengan simpanan besi yang kurang. Serum retinol merupakan faktor paling

berhubungan dengan anemia ringan, sebaliknya P. vivax malaria dan infeksi cacing -

tambang merupakan penduga lebih kuat untuk anemia berat dan sedang (Dreyfuss

et a/. , 2000).

lnfeksi cacing merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai

cacing dalam rongga usus yang menyebabkan terjadinya infeksi dalam tubuh,

spesies yang palicg sering msnyebabkan infsksi cacing pada manusia sdalah

cacing cambuk, cacing gelang dan cacing tambang. Cacing-cacing tersebut

mempunyai tahapan dalam kehidupannya, yaitu tahap telur, tahap larva dan tahap

dewasa. Cacing dalam tahap telur dan larva ukurannya sangat kecil dan tidak dapat

dilihat dengan mata biasa, sedangkan pada tahap dewasa dapat dilihat dengan

mata (Depkes-RI, 1987).

Page 11: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

lnfeksi cacing dapat menimbulkan gejala dan keluhan. Gejala-gejala dapat

timbul apabila jumlah cacing dalam usus banyak dan infeksi diderita dalam jangka

waktu yang lama dan penderita dalam kedaan kurang gizi. Gejala kecacingan

berbeda antar penderita. Gejala atau keluhan yang sering dirasakan oleh penderita

antara iain: (1) badan kurus walaupun makan tetap makan, (2) sakit perut atau diare

(mencret), (3) badan kurus tetapi perut buncit, (4) mengeluarkan cacing ketika buang

air besar atau muntah, (5) nafsu makan berkurang, (6) batuk atau sesak nafas; (7)

muka, telapak tangan dan selaput mata pucat, (8) lemah dan lesu jika beraktivitas

agak berat, (9) gatal-gatal setelah berjalan di tanah tanpa alas kaki (Depkes-RI,

1 992).

Prevalensi penderita infeksi cacing yang tinggi di negara Indonesia

disebabkan oleh beberapa faktor yang mendukung terjadinya penularan dan

peluasan infeksi, yaitu: (1) iklim negara tropis dengan tanah yang lembab sangat

baik untuk pertumbuhan cacing, (2) banyak penduduk yang belurn mengetahui cara

menjaga kebersihan pribadi, kebersihan makanan serta minuman, (3) banyak yang

belum memiliki jamban sendiri, sehingga membuang kotoran di halaman, kebun

maupun selokan yang terbuka, (4) beberapa daerah berpenduduk padat sehingga

memudahkan penularan penyakit (Depkes-RI, 1992).

Hasil studi Warren et a/. (1993) menunjukkan bahwa infeksi cacing akan

mernberikan pengaruh negatif terhadap partisipasi sekolah, pertumbuhan dan status

besi (Stoltzfus, Albonico et a/., 1997). lnfeksi cacing juga dapat menyebabkan

malabsorpsi zat gizi dengan merusak set-sel epitel mukosa usus halus sehingga

akan mengganggu absorpsi zat gizi mikro dan makro (Stephensen, 1999).

Page 12: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, yaitu

Plasmodium falciparum, P. vivax. P. malarie dan P. ovale. P. falciparum merupakan

penyebab infeksi paling berat. Daur hidup yang dimiliki plasmodium adalah manusia

(fase aseksual) dan nyamuk (fase seksual). Pada awal fase aseksual dalam

manusia, tidak akan terlihat manifestasi klinis yang dapat menentukan diagnosis

(Pribadi & Sungkar, 1994). Penularan penyakit malaria adalah melalui gigitan

nyamuk Anopheles, dan di Indonesia terdapat 77 spesies dan diketahui hanya 20

spesies sebagai vektor (Kirnowardoyo dalam Boewono et al., 1997).

Perubahan patologik yang terjadi adalah pertama penghancuran sel darah

merah dan penyumbatan pembuluh darah dan kedua kalainan yang disebabkan

anoksemia jaringan hati dan organ lain. Jumlah sel darah merah dapat menurun

sebanyak 10 hingga 20 persen pada malaria vivax sedangkan malaria falciparum

dapat lebih banyak (Pribadi & Sungkar, 1994). P. fakiparum merupakan spesies

plasmodium yang memiliki siklus terpendek di dalam sel hati dan menyerang semua

bentuk sel darah merah sehingga multikomplikasi di dalam darah cepat terjadi

(Tjitra, 1989).

Manisfestasi klinis penyakit malaria dapat dikelompokkan menjadi malaria

ringan tanpa konplikasi dar: malaria berat clengan komplikasi. Malaria ringan

umumnya disertai demam, menggigil dan mual serta tanpa kelainan fungsi organ,

sedangkan malaria berat disertai kelainan klinis antara lain anemia berat (Tjitra,

1994). lnfeksi malaria yang menahun akan menimbulkan kelainan fungsi hati yang

disebabkan kelainan aliran darah ke hati (Pribadi & Sungkar, 1994).

Page 13: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Gangguan Fungsi Hati

Hati memiliki peran penting dalam metabolisme perantara. Hati mengatur

metabolisme karbohidrat dengan mensintesis, menyimpan dan memecah glikogen;

sebagai tempat sintesis trigliserida dan pemecahan asam lemak yang menyediakan 0

sumber energi alternatif ketika tidak ada glukosa ketika puasa atau kelaparan; dan

sebagai peran pusat dalam sintesis dan pemecahan protein (Lieber, 1999). Hampir

semua zat gizi disaring oleh hati dan bersama dengan sirkulasi mempunyai fungsi

penyangga. Hati dan ginjal bertanggung jawab untuk menjamin plasma perifer

(perrnukaan) dan cairan ekstraseluler agar komposisinya tidak mengalami fluktuasi

(Linder, 1992). Hati merupakan tempat simpanan cadangan berbagai vitamin larut

lemak dan mineral (Bardanier, 1998).

Enzim-enzim yang mengkatalis asam amino dan asam alfa-keto disebut

aminotransferase. Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah aianine

aminotransferase (ALT), yang dahulu disebut giutamic-piruvic transaminase (GPT),

dan aspartate aminotansferase (AST), yang dahulu disebut glutamic-oxaioacetic

transaminase (GOT) (Widmann, 1985).

Hati, yang merupakan organ ssngat penting dalam sintesis protein dan

menyalurkan asam amino ke jalur biokimia lain, merupakan sumber

aminotransferase. Hepatosit, yaitu tipe sel utama hati. merupakan satu-satunya sel

dengan konsentrasi ALT tinggi, walaupun ginjal, jantung dan otot rangka

mengandung ALT dalam jumlah sedang. Konsentrasi AST yang tinggi tidak hanya

di hati, tetapi juga dalam sel-sel mitokondria; konsentrasi lebih rendah di otot rangka,

ginjal, otak dan pankreas. Hepatosit mengadung tiga hingga enipat kali AST lebih

banyak dibanding ALT (Widmann, 1985). Menurut Zimmerman & Henry (1979),

Page 14: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

kadar ALT serum merupakan indeks lebih sensitif terhadap kerusakan hati, karena

sedikitnya kondisi non-hati yang mempengaruhi kadar ALT (Widmann, 1985).

lndikator kelainan fungsi hati adalah peningkatan kadar serum transaminase

(AST dan ALT), alkaline phosphatase, y-glutamyltransferase (GGT) dan bilirubin

dalam darah. Peningkatan AST, ALT dan bilirubin terjadi pada orang yang

memperoleh hanya gula sebagai kalori non-protein (Buchmiller et a/. 1993 dalam

Shils & Brown, 1999). Kadar normal serum AST adalah 5 - 40 IUIL, sedangkan

ALT adalah 10 - 35 IUIL (Widmann, 1985).

Menurut McCullogh et a/. , (1 989), komplikasi gizi sering terjadi ketika fungsi

hati terganggu khususnya sirosis, yang mungkin sekali menyebabkan pasien

memiliki ukuran antropometri yang tidak normal (seperti, wasting) dan menjadi

matirasa pada uji kulit (Lieber, 1999). Hasil studi Mezey (1988) menunjukkan bahwa

kadar sirkulasi vitamin larut air dan lemak rendah pada pasien dengan sirosis

alkohol, sedangkan kadar serum vitamin larut lemak yang rendah (dibanding vitamin

larut air) merupakan ksrakteristik sirosis non-alkohol (Lieber, 1999). Defisiensi zat

gizi tersebut muncul akibat salah satu atau lebih faktor berikut: intik pangan yang

tidak cukup, maldigestion, malabsorpsi dan metabolisme yang kurang baik.

Gangauan Funnsi Ginial

Ginjal memiiiki tiga fungsi utama, yaitu ekskresi, endokrin dan metabolik.

Ekskresi dan regulasi air, mineral dan komponen organik tubuh merupakan fungsi

ginjal yang paling penting (Kopple, 1999).

Ketika terjadi luka, nekrosis dan goresan pada parenkim ginjal dapat

menyebabkan hilangnya fungsi ginjal, sehingga ginjal gagal menyaring bahan-

bahan. Banyak bahan yang terakumulasi pada gagal ginjal (Bergstr6m, 1997 dalam

Page 15: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Kopple, 1999); yang sebagian besar adalah produk metabolisme asam amino dan

protein. Secara kuantitatif, yang paling banyak adalah urea, kreatinin, komponen

guanidin lain dan asam urat. Sebagian komponen ini beracun pada konsentrasi

tinggi. Konsentrasi protein yang rendah akan mengurangi akumulasi bahan-bahan

tersebut (Kopple, 1999).

Setiap hari ginjal mengeluarkan 500 hingga 2000 mL urin melalui proses

penyaringan, reabsorpsi dan sekresi. Hasil akhir metabolisme protein, yaitu urea,

kreatinin dan asam urat harus dikeluarkan oleh tubuh melalui ginjal. Konsentrasi

senyawa tersebut akan meningkat jika terjadi gagal ginjal (Guyton, 1994).

Orang yang mengalami gagal ginjal sering mengalami wasting (gizi kurang

menurut indeks BBTTB), yang mencakup penurunan berat badan relatif, lemak

tubuh, massa otot lengan, total nitrogen dan kalium tubuh; laju pertumbuhan yang

rendah pada anak; penurunan konsentrasi berbagai serum protein, termasuk

albumin, transferin dan komplemen protein tertentu; dan protein otot larut-basa

(Kopple, 1999).

Kreatinin darah akan meningkat ketika fungsi ginjal menurun. Jika terjadi

penurunan fungsi ginjal yang lambat secara simultan bersamaan dengan penurunan

dalam massa otot, konsentrasi kreatinin serum dapat tetap stabil, walaupun tingkat

ekskresi 24- jam akan lebih rendah dibanding normal. Hal ini dapat terjadi pada

orang tua. Nilai rujukan kadar normal untuk laki-laki dewasa berkisar antara 0,6

hingga 1,3 mgIdL dan untuk perempuan dewasa berkisar antara 0,5 hingga 1 mgIdL

(Widmann, 1985).

Page 16: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status Gizi Antropometri

Di Indonesia, penyakit infeksi merupakan salah satu faktor yang paling

banyak mempengaruhi status gizi anak selain konsumsi makan yang kurang

memenuhi syarat gizi. Salah satu infeksi yang sering menyerang anak usia sekolah

dasar adalah infeksi cacing usus (Ismid, 1996). Anak kurang gizi sering berasal dari

keluarga miskin, dengan rumah yang sesak dan kurang higienis, sehingga mereka

terpapar lebih banyak infeksi (King & Burgess, 1995).

Penyebab dasar kurangnya intik pangan yang mengakibatkan KEP adalah

faktor sosial, ekonomi, biologi dan lingkungan. Faktor ekonomi, yaitu kemiskinan,

akan menyebabkan ketersediaan pangan rendah, kondisi lingkungan terlalu ramai

dan sanitasi kurang, pengasuhan anak yang tidak tepat, sedangkan masalah sosial

antara lain penyiksaan anak, pengabaian anak dan lansia, konsumsi alkohol dan

ketergantungan obat-obatan. Faktor biologi mencakup kurang gizi ibu ketika hamil

dan penyakit infeksi (diare, campak, AIDS, TBC) yang sering menyebabkan

keseimbangan protein dan energi negatif. Parasit memiliki sedikit pengaruh atau

tidak sama sekali kecuali infeksi meluas dan menyebabkan anemia atau diare.

Faktor lingkungan meliputi kondisi lingkungan yang terlalu ramai danlatau sanitasi

klirang yang akan menyebabkan infeksi berulang; pola pertanian, kekeringan, banjir,

perang dan migrasi terpaksa yang akan mengakibatkan kelangkaan pangan

sehingga KEP dapat dialami oleh seluruh populasi (Torun & Chew, 1999).

Hasil studi Alderman dan Garcia (1994) menunjukkan bahwa pendidikarl

orangtua memiliki pengaruh positif terhadap status gizi, baik status gizi jangka

pendek maupun jangka panjang. Hal ini dikarenakan pendidikan orangtua memiliki

Page 17: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Kopple, 1999); yang sebagian besar adalah produk metabolisme asam amino dan

protein. Secara kuantitatif, yang paling banyak adalah urea, kreatinin, komponen

guanidin lain dan asam urat. Sebagian komponen ini beracun pada konsentrasi

tinggi. Konsentrasi protein yang rendah akan mengurangi akumulasi bahan-bahan

tersebut (Kopple, 1999).

Setiap hari ginjal mengeluarkan 500 hingga 2000 mL urin melalui proses

penyaringan, reabsorpsi dan sekresi. Hasil akhir metabolisme protein, yaitu urea,

kreatinin dan asam urat harus dikeluarkan oleh tubuh melalui ginjal. Konsentrasi

senyawa tersebut akan meningkat jika terjadi gagal ginjal (Guyton, 1994).

Orang yang mengalami gagal ginjal sering mengalami wasting (gizi kurang

menurut indeks BBTTB), yang mencakup penurunan berat badan relatif, lemak

tubuh, massa otot lengan, total nitrogen dan kalium tubuh; laju pertumbuhan yang

rendah pada anak; penurunan konsentrasi berbagai serum protein, termasuk

albumin, transferin dan komplemen protein tertentu; dan protein otot larut-basa

(Kopple, 1 999).

Kreatinin darah akan meningkat ketika fungsi ginjal menurun. Jika terjadi

penurunan fungsi ginjal yang lambat secara simultan bersamaan dengan penurunan

dalam massa otot, konsentrasi kreatinin serum dapat tetap stabil, walaupun tingkat

ekskresi 24- jam akan lebih rendah dibanding normal. Hal ini dapat terjadi pada

orang tua. Nilai rujukan kadar normal untuk laki-laki dewasa berkisar antara 0,6

hingga 1,3 mgIdL dan wntuk perempuan dewasa berkisar antara 0,5 hingga 1 mg/dL

(Widmann, 1985).

Page 18: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

pengaruh terhadap pengasuhan anak dan pendapatan keluarga. Hasil studi Begin,

Frongillo dan Delisle (1999) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang

berhubungan dengan status gizi anak adalah pendapatan keluarga. lnsiden gizi

kurang (wasting) dapat berkurang 30 hingga 70 persen dengan meningkatnya

pendapatan per kapita (Alderman & Garcia, 1994).

Kekurangan gizi dan kelebihan gizi merupakan gizi salah juga dialami oleh

orang dewasa. Penyebab utama penurunan berat badan pada orang dewasa

adalah berkurangnya konsumsi pangan, sering dikombinasi dengan penyakit, tetapi

ketika intik energi melebihi penggunaan energi, kelebihan tersebut disimpan dalam

lemak tubuh (ACCISCN, 2000).

Defisiensi vitamin A yang agak berat, yang ditandai dengan xeropthalmia,

menyebabkan gangguan pada pertumbuhan linear normal, tetapi pada tahap

defisiensi yang sedang tidak mempunyai pengaruh (West, 1997). Studi yang

mengenai pertumbuhan linear anak usia 6 bulan hingga 4 tahun di Indonesia

menunjukkan bahwa anak yang memiliki konsentrasi serum retinol yang rendah

mencapai peningkatan tinggi badan yang lebih besar secara signifikan setelah

suplementasi vitamin A dibanding kelompok kontrol (Hadi et a/., 2000). Demikian

pula halnya dengan defisiensi seng yang akan menunjukkan gejala kegagalan

pertumbuhan (Linder, 1992).

Status Anemia Gizi

Anemia gizi dapat disebabkan karena defisiensi zat gizi, infeksi dan

pendarahan (CDC, 1996). Konsumsi pangan sumber z2t besi yang kurang, baik

dalam kuantitas maupun kualitas pangan sumber besi. Bioavalaibilitas besi dalam

pangan tergantung pada komposisi pangan. Besi heme, yang hanya ditemukan

Page 19: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

pada daging, unggas dan ikan, lebih mudah diserap dua hingga tiga kali dibanding

besi non-heme pada pangan nabati (Finch & Cook, 1984). Bioavailabilitas besi non-

heme sangat dipengaruhi jenis pangan lain yang dikonsumsi, yaitu pangan sumber

besi heme dan vitamin C akan meningkatkan absorpsi, sedangkan polifenol

(sayuran tertentu), tanin (dalam teh), fitat (dalam biji-bijian) dan kalsium (dalam

produk susu) (Siegenberg et a/., 1994).

Hasil studi Bhargava, Bouis & Scrimshaw (2001) menunjukkan bahwa

peningkatan pendapatan rumahtangga berhubungan dengan intik sumber besi dari

daging, ikan dan unggas. Penelitian yang dilakukan pada masyarakat pengungsi

Palestina oleh Hassan et a/. (1997) menunjukkan bahwa anemia pada anak balita

berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan diare.

Hasil studi Dreyfuss et a/., (2000) menunjukkan bahwa infeksi cacing

tambang merupakan penduga kuat status besi, yaitu berkurangnya simpanan besi

dalam tubuh. Defisiensi vitamin A berhubungan kuat dengan anemia ringan,

sedangkan malaria P. vivax dan infeksi cacing tambang merupakan penduga kuat

anemia berat.

Suatu studi yang dilakukan pada anak sekolah di Negara Zanzibar oleh

Stoltzfus, Chwaya et a/. (1997) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat

antara infeksi cacing usus dan status besi yang memburuk, yaitu 25% mengalami

anemia, dimana 73% anemia berat diakibatkan oleh infeksi cacing tambang; dan

4 0 % anemia disebabkan oleh cacing gelang, infeksi malaria dan gizi kurang

(stunting). Jika anak sekolah mengalami anemia, maka akan mempengaruhi

aktivitas belajar mereka yang menurun dan selanjutnya akan berdampak pada

rendahnya prestasi belajar.

Page 20: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan

Penvakit ISPA, Diare, Kecacingan dan Malaria

Sanitasi di daerah miskin kurang baik yang menyebabkan meningkatnya

kejadian penularan infeksi melalui jalur fekal (seperti diare dan infeksi kecacingan).

Penyakit infeksi pada masa anak merupakan masalah kesehatan yang penting di

negara sedang berkembang dan telah diketahui mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan anak. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya insiden infeksi di daerah

miskin negara sedang berkembang yang cukup tinggi (Stephensen, 1999). Kurang

gizi merupakan determinan utama kematian pada anak balita karena infeksi

pernafasan dan diare (Yoon et a/., 1997). Kurang gizi pada anak akan meningkatkan

risiko mengalami berbagai penyakit infeksi, seperti diare dan infeksi pernafasan

(WHO, 1995).

Vitamin A memiliki peranan penting dalam fungsi normal sistem kekebalan

tubuh. Defisiensi vitamin A pada hewan percobaan berkaitan dengan pengurangan

proliferasi limfosit; reaksi hipersensitivitas kulit; pengurangan fungsi makrofage,

sitotoksik sel-T dan sel NK; dan pengurangan proliferasi.sel-j3 dan produksi antibodi

(Wolf & Keusch, 1999). Mineral besi juga berperan dalam fungsi kekebalan tubuh.

Sehubungan dengan perubahan metabolisme, tikus yang defisiensi besi memiliki

kekebalar! terganggu ketika melawan patogen. Terdapat penurunan produksi

antibodi dan penurunan populasi sel pembunuh alami (Bardanier, 1998).

Beberapa studi terakhir pada percobaan klinis dan masyarakat yang diberi

suplementasi vitamin A pada anak-anak menunjukkan penurunan yang signifikan

semua penyebab kesakitan dan kematian (McLaren, 1999). Studi yang dilakukan di

New Delhi mengenai perlakuan selama masa diare akut pada anak usia 12-60 bulan

menunjukkan bahwa pemberian vitamin A selama masa diare akut dapat

Page 21: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

menurunkan periode diare dan risiko diare yang menetap pada anak-anak yang

tidak diberi ASI, tetapi tidak terlihat pada anak yang memperoleh AS1 (Bhandari,

Bahl, Sazawal & Bhan, 1997). Studi yang dilakukan pada anak Indonesia oleh

Somer et a/. (1 983) menemukan bahwa anak dengan xeropthalmia sedang memiliki

risiko terkena infeksi pernafasan dan diare relatif lebih tinggi dibanding anak yang

tidak mempunyai tanda kelainan di mata (Wolf & Keusch, 1999).

Studi mengenai diare kronis pada tikus menunjukkan bahwa diare tidak

mempunyai pengaruh terhadap vitamin A di hati, tetapi menurunkan konsentrasi

serum vitamin A dari tikus yang diberi konsumsi laktosa dibanding tikus yang diberi

konsumsi kontrol. Diare kronik berkaitan dengan diet laktosa yang berlebih yang

akan mengurangi absorpsi vitamin A dan E dan secara khusus terhadap status

vitamin E (Liuzzi, Cioccia & Hevia, 1998).

Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah

tropis. Penularan penyakit malaria adalah melalui nyamuk Anopheles. Penyakit

malaria kebanyakan menyerang penduduk yang tinggal di pedesaan (Sopanto, 1981

dalam Lubis, 1994). Hasil studi Lubis (1 994) menunjukkan bahwa distribusi

penderita malaria terbanyak pada bulan Juni dan Juli, yang dipengaruhi oleh

lingkungan dan cuaca (suhu udara, kelembaban dan curah hujan). Anopheles farauti

merupakan vektor utama di lrian Jaya yang tersebar mulai dari pantai sampai ke

pegunungan (Sloff, 1964 dalam Pranoto & Munif, 1994).

Aspek yang perlu dipelajari dalam menanggulangi vektor adalah cara

penyebaran, tempat berkembang biak, kesenangan mencari darah, tempat

menggigit, waktu menggigit, tempat hinggaplistirahat, jarak terbang, status

kerentanan, musim penularan dan pengaruh faktor lingkungan terhadap nyamuk

(Pranoto & Munif, 1994).

Page 22: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Gannauan Funnsi Hati

Faktor risiko kelainan hati antara lain kerusakan usus, kekurangan gizi,

kelebihan kalori non-protein, konsumsi obat dan lamanya memperoleh parenteral

nutrition (Lieber, 1999). Luka pada hati yang akut sering berkaitan dengan

anoreksia, mual dan muntah. Hati yang luka sehubungan dengan alkohol, gejalanya

dapat bersamaan dengan perdangan lambung, sehingga luka hati menurunkan intik

pangan, tetapi dampaknya terhadap gizi akan minimal jika sakit dalam waktu

pendek. Luka hati karena alkohol atau non-alkohol dapat menyebabkan

hypoglykemia. Hal ini disebabkan berkurangnya simpanan glikogen hati dan

pembatasan glukoneogenesis dari asam amino (Lieber, 1999). Defisiensi seng juga

akan menunjukkan gejala gangguan pada hati dalam bentuk pembesaran hati

(Linder, 1992).

Defisiensi selenium umumnya akan menimbulkan penyakit yang juga

berkaitan dengan defisiensi vitamin El seperti nekrosis hati pada tikus, exudative

diathesis pada ayam dan penyakit white muscle pada kambing dan biri-biri (WHO,

1996). Se memiliki potensi racun yang menyebabkan kerusakan hati, otot rangka

dan jantung (Linder, 1992). Tanda-tanda kronis keracunan pada ternak termasuk

sirosis, kepincangan, ketidaknorrnalan pembentukan kuku, kerontokan bulu, dan

badan yang kurus. Studi pada hewan di laboratorium juga menunjukkan tands-

tanda yang umum termasuk sirosis hati. lntik minimum selenium yang diketahui

dapat mengakibatkan efek yang merugikan pada hewan adalah 4-5 pglg berat

basah makanan (Hathcock, 1997).

Pada tikus yang dibuat defisiensi besi terjadi perubahan dalam metabolisme

intermediat termasuk peningkatan produksi glukosa hati (glukoneogenesis)

(Bardanier, 1998).

Page 23: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

lnfeksi malaria yang menahun akan menimbulkan kelainan fungsi hati yang

disebabkan kelainan aliran darah ke hati. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan

kadar serum AST dan ALT (Pribadi & Sungkar, 1994).

Gannnuan Funnsi Ginial

Gangguan fungsi ginjal dapat disebabkan oleh gizi kurang (Kopple, 1999).

Gizi kurang dapat mengurangi laju penyaringan glomerulus (GFR = glomerulus

filtration rate) dan kapasitas untuk mengasamkan dan memekatkan urin (Klahr, 1970

dalam Kopple, 1999). Jika intik zat gizi diperbaiki, fungsi tersebut akan kembali

normal. lntik protein yang rendah atau tanpa protein juga akan mempengaruhi aliran

darah ginjal dan GFR (Kopple, 1999).

Pada manusia normal, setelah usia seperempat abad, fungsi ginjal menurun

menurut usia, dengan kemungkinan diet tinggi protein berperan dalam fenomena

tersebut (Kopple, 1999). lntik protein dapat meningkatkan aliran darah ginjal dan

GFR baik secara langsung maupun dalam jangka waktu lebih lama (Kopple, 1999). -

Studi pada hewan dengan penyakit ginjal, diet tinggi protein akan merangsang

peningkatan GFR, aliran darah kapiler glomerulus, tekanan darah, pembesaran

nefron, sebaliknya diet rendah protein ~nenghambat respon tersebut (Hostetter, 1981

dalam Kopple, 1999).

Kelaparan akut dan konciisi lain yang berhubungan dengan peningkatan

katabolisme asam nukleat, purin dan asam amino dapat menyebabkan peningkatan

produksi asam urat. Hiperurisemia akan menyebabkan simpanan asam urat di ginjal

dar: mengurangi aliran grin dan dapat menyebabkan gagal ginjal atut (Owsn, ?969

dalam Kopple, 1999).

Page 24: Keragaan dan Determinan Status Gizi dan … perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel

Beberapa studi melaporkan bahwa asam askorbat menjadi faktor risiko

timbulnya batu ginjal kalsium oksalat (Urivetzky, Kessaris & Smith, 1992 dalam

Hathcock, 1997). Laporan peningkatan konsentrasi oksalat dalam urin selama

periode waktu intik vitamin C yang tinggi menjadi sebuah analisis karena produksi

oksalat dari asam askorbat dalam prosedur analisis yang melibatkan panas (Hoffer,

1985 dalam Hathcock, 1997). Sebaliknya studi Curhan et a/. (1996) menunjukkan

penurunan risiko relatif batu ginjal oksalat pada orang yang mengkonsumsi 2 1500

mg vitamin C dibandingkan dengan yang mengkonsumsi hanya < 250 mg

(Hathcock, 1997).