Keracunan Pada Anak

11
Keracunan Pada Anak A. Latief Azis, dr., Sp.A(K) Pendahuluan Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui, meskipun banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya didalam masyarakat. Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama kematian anak-anak. Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan terjadi pada anak berumur < 6 tahun, dengan kematian < 4%. Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan setiap tahunnya, sedang di RS dr. Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak yang datang untuk mendapatkan pengobatan karena keracunan setiap tahun,yang sebagian besar karena keracunan hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain. Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlambatan dalam memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal. Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda dengan pada dewasa, tapi oleh karena secara alamiah terdapat perbedaan akibat dari tingkat perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian, jenis, lokasi serta motif dari keracunan. Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan pada anak sebagian besar adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan keracunan pada anak. Keracunan pada anak Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, terdapat perbedaan - perbedaan baik fisik, fisiologis maupun psikologis dengan orang dewasa. Fungsi organ-organ tubuh belum matang, demikian pula dengan fungsi pertahanan tubuh yang belum sempurna. Pada anak terdapat faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan,yaitu : · Perkembangan kepribadian anak usia 0 - 5 tahun masih dalam fase oral sehingga ada kecenderungan untuk memasukkan segala yang dipegang kedalam mulutnya. · Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya ( termasuk disini anak dengan retardasi mental. · Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. · Anak-anak pada usia ini mempunyai sifat negativistik yaitu selalu menentang perintah atau melanggar larangan. Oleh karena sifat-sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering karena kecelakaan (accidental poisoning ),sedang pada dewasa keracunan lebih

description

fk unib

Transcript of Keracunan Pada Anak

Keracunan Pada Anak

Keracunan Pada Anak

A. Latief Azis, dr., Sp.A(K)

Pendahuluan

Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran

pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan

gejala klinis. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum

diketahui, meskipun banyak dilaporkan kejadian-kejadian keracunan di

beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang

sebenarnya didalam masyarakat.

Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama

kematian anak-anak. Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan

terjadi pada anak berumur < 6 tahun, dengan kematian < 4%.

Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan

setiap tahunnya, sedang di RS dr. Soetomo Surabaya 15 - 30 penderita anak

yang datang untuk mendapatkan pengobatan karena keracunan setiap tahun,yang

sebagian besar karena keracunan hidrokarbon ( 45 - 60%), keracunan makanan,

keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang lain.

Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit

dan mukosa atau parenteral tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran

cerna ( 75 % ) dan inhalasi ( 14% ).Keracunan merupakan suatu keadaan gawat

darurat medis yang membutuhkan tindakan segera, keterlambatan dalam

memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.

Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda dengan pada dewasa, tapi

oleh karena secara alamiah terdapat perbedaan akibat dari tingkat

perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang

sedang berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian,

jenis, lokasi serta motif dari keracunan.

Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat

menyebabkan kematian dan mengingat bahwa keracunan pada anak sebagian besar

adalah karena kecelakaan dan dapat dicegah, maka usaha-usaha pencegahan

hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam penanggulangan

keracunan pada anak.

Keracunan pada anak

Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, terdapat perbedaan -

perbedaan baik fisik, fisiologis maupun psikologis dengan orang dewasa.

Fungsi organ-organ tubuh belum matang, demikian pula dengan fungsi

pertahanan tubuh yang belum sempurna. Pada anak terdapat faktor-faktor yang

mempermudah terjadinya keracunan,yaitu :

Perkembangan kepribadian anak usia 0 - 5 tahun masih dalam fase

oral sehingga ada kecenderungan untuk memasukkan segala yang dipegang

kedalam mulutnya.

Anak-anak masih belum mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya (

termasuk disini anak dengan retardasi mental.

Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

Anak-anak pada usia ini mempunyai sifat negativistik yaitu selalu

menentang perintah atau melanggar larangan.

Oleh karena sifat-sifat tersebut maka keracunan pada anak lebih sering

karena kecelakaan (accidental poisoning ),sedang pada dewasa keracunan lebih

sering karena pekerjaannya (occupational poisoning) dan pembunuhan atau

usaha bunuh diri.

Pada anak kecil jarang terjadi keracunan karena usaha bunuh diri atau

pembunuhan, walaupun pernah dilaporkan melalui media massa adanya pembunuhan

anak dengan jalan memberi racun oleh ibu yang putus asa sebelum kemudian dia

bunuh diri.

Penyebab keracunan

Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa

banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat

menyebabkan keracunaan adalah :

Makanan

Bahan-bahan kimia

Obat-obatan

Bahan-bahan keperluan rumah tangga ( Household poison )

Oleh karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan yang

terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada dirumah atau

sekitar rumah.

Di RSUD dr. Soetomo keracunan yang paling sering terjadi adalah keracunan

minyak tanah ( > 45% ) sama seperti laporan dari center-center lain.

Penatalaksanaan keracunan

Tindakan emergensi :

Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.

Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan

atau pernapasan tidak adekuat.

Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi

jaringan.

Identifikasi penyebab keracunan.

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha

mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan

penderita yang harus segera dilakukan.

Eliminasi racun.

Racun yang ditelan

Rangsang muntah

Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelan

bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsang

muntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang menghambat

motilitas ( memperpanjang pengosongan ) lambung.

Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum

mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian

obat- obatan :

Sirup Ipecac

Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan.

Pada anak usia 6 - 12 bulan 10 ml

1- 12 tahun 15 ml

> 12 tahun 30 ml

Pemberian sirup ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila

sesudah 20 menit tidak terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian

ipecac dapat diulangi.

Apomorphine

Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%,dapat menyebabkan

muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara

subkutan.

Kontraindikasi rangsang muntah :

Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandung

bahan-bahan yang berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandung

halogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida.

Keracunan bahan korossif

Keracunan bahan-2 perangsang CNS ( CNS stimulant , seperti strichnin )

Penderita kejang

Penderita dengan gangguan kesadaran

Kumbah lambung

Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan

bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosongan

lambung.

Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :

Keracunan bahan korosif

Keracunan hidrokarbon

Kejang

Pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita- penderita dengan

resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa

endotracheal.

Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri, kemudian

di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran 24 - 36 Fr, pencucian lambung

dilakukan dengan cairan garam fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau normal

saline 100 ml atau kurang berulang-ulang sampai bersih.

Pemberian Norit ( activated charcoal )

Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling

tidak 30 - 60 menit sesudah emesis.

Dosis 1 gram/kg BB dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan,

diberikan per oral atau melalui pipa nasogastrik.

Indikasi pemberian norit untuk keracunan :

Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat,

antiinflamasi non steroid,morphine,propoxyphene.

Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine,

chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.

Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis,

quinine, theophylline, cyclic anti - depressants

Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan

alkohol.

Catharsis

Efektivitasnya masih dipertanyakan.

Jangan diberikan bila ada gagal ginjal,diare yang berat ( severe diarrhea ),

ileus paralitik atau trauma abdomen.

Diuretika paksa ( Forced diuretic )

Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine ).

Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hati

jangan sampai terjadi overload cairan.

Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa.

Kontraindikasi : udema otak dan gagal ginjal

Dialysis

Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa hasil.

Bermanfaat hanya pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis (

dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline,

methanol, ethylene glycol dan lithium.

Dialysis dilakukan bila :

Asidosis berat

Gagal ginjal

Ada gejala gangguan visus

Tidak ada respon terhadap tindakan pengobatan.

Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan jarang digunakan.

Racun yang disuntikkan atau sengatan

Immobilisasi

Pemasangan torniquet diproksimal dari suntikan

Berikan antidotum bila ada

Racun pada kulit dan mata

Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan sabun dan siram dengan

air yang mengalir selama 15 menit.

Jangan diberi antidotum.

Racun yang dihisap melalui saluran nafas

Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun.

Berikan oksigen. Kalau perlu lakukan pernafasan buatan.

Pemberan antidotum kalau mungkin

Pengobatan Supportif

Pemberian cairan dan elektrolit

Perhatikan nutrisi penderita

Pengobatan simtomatik ( kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit

dsb.)

Diagnosa

Penegakan diagnosa dari keracunan seringkali dengan mudah dapat ditegakkan

karena keluarga atau pengantar penderita sudah mengatakan penyebab keracunan

atau membawa tempat bahan beracun kepada dokter.Tapi kadang-kadang kita

menemui kesulitan dalam menentukan penyebab keracunan terutama bila

penderita tidak sadar dan tidak ada saksi yang mengetahui kejadiannya.

Diagnosa dari keracunan terutama didasarkan pada anamnesa yang diambil dari

orang tua, keluarga,pengasuh atau orang lain yang mengetahui kejadiannya.

Pada anamnesa ditanyakan kapan dan bagaimana terjadinya, tempat kejadian dan

kalau mungkin mencari penyebab keracunan.

Ditanya pula kemungkinan penggunaan obat-obatan tertentu atau resep yang

mungkin baru didapat dari dokter. Diusahakan sedapat mungkin agar tempat

bekas bahan beracun diminta untuk melihat isi bahan beracun dan kemudian

diselidiki lebih lanjut.

Pemeriksaan fisik sangat penting terutama pada penderita-penderita yang

belum jelas penyebabnya.

Selain pemeriksaan fisik rutin dicari pula tanda-tanda khusus pada

keracunan-keracunan tertentu seperti :

B A U :

Aceton : Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid

Coal gas : Carbon monoksida

Buah per : Chloralhidrat

Bawang putih : Arsen, fosfor, thalium, organofosfat

Alkohol : Ethanol, methanol

Minyak : Minyak tanah atau destilat minyak

K U L I T :

Kemerahan : Co, cyanida, asam borax, anticholinergik

Berkeringat : Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat

Kering : Anticholinergik

Bulla : Barbiturat, carbonmonoksida

Ikterus : Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur

Purpura : Aspirin,warfarin, gigitan ular

Sianosis : Nitrit, nitrat,fenacetin, benzocain

SUHU TUBUH :

Hipothermia : Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin,

fenothiazin

Hiperthermia : Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain,

fenothiazin,theofilin

TEKANAN DARAH :

Hipertensi : Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin

Hipotensi : Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-

blocker

N A D I : Bradikardia : Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker,

ethchlorvynol

Tachikardia : Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain,

aspirin, theofilin

Arithmia :

Anticholinergik,organofosfat,fenothiazin,carbonmonoksida,cyanida,beta-blocke

r

SELAPUT LENDIR :

Kering : Anticholinergik

Salivasi : Organofosfat, carbamat

Lesi mulut : Bahan korosif, paraquat

Lakrimasi : Kaustik, organofosfat, gas irritan

RESPIRASI :

Depressi : Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik

Tachipnea : Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida

Kussmaull : Methanol, ethyliene glycol, salisilat

OEDEMA PARU : Salisilat, narkotika, simpatomimetik

SUS. SARAF PUSAT:

Kejang : Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, isoniazid,

organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene.

Miosis : Narkotika ( kecuali demerol dan lomotil ),fenothiazin,

diazepam,organofosfat (stadium lanjut), barbiturat,jamur.

Midriasis : Anticholinergik,simpatomimetik,cocain,methanol,lSD, glutethimid.

Buta,atropi optik : Methanol

Fasikulasi : Organofosfat

Nistagmus : Difenilhidantoin,barbiturat,carbamazepim,ethanol,carbon

monoksida,ethanol

Hipertoni : Anticholinergik,fenothiazin,strichnyn

Mioklonus,rigiditas : Anticholinergik,fenothiazin,haloperidol

Delirium/psikosis : Anticholinergik,simpatomimetik,alkohol,fenothiazin,logam

berat,marijuana,cocain,heroin,metaqualon

Koma : Alkohol,anticholinergik,sedatif

hipnotik,carbonmonoksida,Narkotika,anti depressi

trisiklik,salisilat,organofosfat

Kelemahan,paralise: Organofosfat,carbamat,logam berat

SAL.PENCERNAAN :

Muntah,diare, : Besi,fosfat,logam berat, jamur,lithium,flourida,organofosfat

nyeri perut

Berikut akan kami bahas beberapa keracunan khusus yang sering dijumpai :

KERACUNAN HIDROKARBON

Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak

tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api.

Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari irritasi pulmonal dan

depressi susunan saraf pusat.

Irritasi pulmonal :

batuk,sesak,retraksi,tachipneu,cyanosis,batuk darah dan udema paru.

Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan adanya infiltrat di kedua

lapangan paru, effusi pleura atau udema paru.

Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai

koma,kadang-kadang disertai kejang.

Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare.

Penatalaksanaan :

Rangsangan muntah pada keracunan hidrokarbon masih merupakan kontroversi

karena bahaya terjadinya aspirasi pneumonia, karena itu rangsang muntah

tidak dianjurkan pada keracunan hidrokarbon,kecuali bila yang ditelan cukup

banyak > 1 ml/kg BB atau bila hidrokarbon yang ditelan tercampur atau

merupakan bahan pelarut dari bahan beracun yang berbahaya seperti pada

pestisida maka rangsangan muntah atau kumbah lambung harus segera dilakukan

dengan perlindungan jalan nafas.

Berikan norit 1 gram/kg BB

Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau berat bisa

dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan ventilator.

Antibiotika

Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada keracunan

hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita memang

sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan alat atau anak-anak

dengan immunocompromized.

Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid juga masih merupakan kontroversi, hanya diberikan

pada keadaan-keadaan yang sangat berat,sangat sesak atau udema paru.

KERACUNAN INSEKTISIDA

Seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan insektisida dalam usaha

intensifikasi pertanian maka kejadian keracunan insektisida juga semakin

banyak dijumpai.

Pembahasan disini akan dibatasi lebih banyak pada keracunan organofosfat

yang lebih banyak dipakai dan dijumpai.Racun serangga organofosfat sering

dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah sehingga pada keracunan

organofosfat harus pula diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan

keracunan minyak tanah selain organofosfatnya sendiri.

ORGANOFOSFAT

Organofosfat menyenabkan fosforilasi dari ester acetylcholine esterase (

sebagai choline esterase inhibitor ) yang bersifat irreversibel sehingga

enzim ini menjadi inaktif dengan akibat terjadi penumpukan acetylcholine.

Efek klinik yang terjadi adalah terjadi stimulasi yang berlebihan oleh

acetylcholine.

Gejala klinis :

SLUDGE : salivasi, lakrimasi, urinasi, diare, gejala GI tract dan emesis

Miosis

Bronchokonstriksi dengan sekresi berlebihan, anak tampak sesak dan banyak

mengeluarkan lendir dan mulut berbusa dan bau organofosfat yang tertelan (

bawang putih/garlic )

Bradikardia sampai AV block

Lain-lain : hiperglikemia,fasikulasi,kejang,penurunan kesadaran sampai koma.

Depressi pusat pernafasan dan sistem kardiovaskular

Penatalaksanaan :

Lepaskan baju dan apa saja yang dipakai, dicuci dengan sabun dan siram

dengan air yang mengalir bahkan meskipun keracunan sudah terjadi sampai 6

jam.

Lakukan kumbah lambung,pemberian norit dan cathartic

Atropinisasi

Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor

muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.

Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BB IV

pelan-2 dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 - 20 menit sampai

atropinisasi sudah adekwat atau dihentikan bila :

Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan

Pupil dilatasi

Mukosa mulut kering

Heart rate meningkat

Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan

respon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis

penderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara

bertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa terjadi gagal nafas

karena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik ( kelumpuhan

otot ) organofosfat.

Pralidoxim

Bekerja sebagai reaktivator dari cholin esterase pada neuromuscular junction

dan tidak mempengaruhi fungsi CNS karena tidak dapat melewati blood brain

barrier.

Diberikan sesudah atropinisasi dan harus dalam < 36 jam paparan.

Dosis pada anak < 12 tahun 25 - 50 mg/kgBB IV,diulangi sesudah 1 - 2

jam,kemudian diberikan setiap 6 - 12 jam bila gejala masih ada.

Tidak boleh diberi morphine ( depressi pernafasan ), methylxanthine (

menurunkan ambang kejang ), loop diuretic.

Pemberian oksigen kalau ada distres nafas,kalau perlu dengan pernafasan

buatan.

Pengobatan supportif :

Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV.

Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.

Keracunan carbamate ( Baygon )

Seperti organofosfat tetapi efek hambatan cholin esterase bersivat

reversibel dan tidak mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus

blood brain barrier.

Gejala klinis sama dengan keracunan organofosfat tetapi lebih ringan dan

waktunya lebih singkat.

Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan organofosfat

KERACUNAN MAKANAN

Keracunan makanan dapat terjadi karena :

Makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya ( singkong,

jamur dsb.)

Timbul zat beracun dalam makanan tersebut karena proses pengolahan dan

penyimpanan

Makanan tercemar oleh zat beracun baik disengaja ( pengawet,zat

warna,penyedap ) ataupun tidak disengaja (salmonella, staphylococcus dsb.)

KERACUNAN KETELA POHON

Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic unamarine (

mengandung HCN ).

Gejala klinis :

Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat menyebabkan

kematian dengan cepat

Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak

Pernafasan cepat dengan bau khas ( bitter almond )

Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis

Mulut berbusa bercampur darah

Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis

Penatalaksanaan :

Bebaskan jalan nafas,perbaiki sirkulasi dan beri oksigen.

Eliminasi racun ( rangsang muntah, kumbah lambung, pemberian norit )

Pemberian antidotum

Sodium thiosulfat 10 % 0,5 ml/kg/BB/kali IV pelan-pelan

Sodium nitrit 3 x 10 ml IV pelan-pelan

KERACUNAN JENGKOL

Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat di

tubuli,ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan

jengkol.

Gejala klinik :

Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan

terasa sakit

Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol

Dapat terjadi gagal ginjal akut

Penatalaksanaan :

Rangsang muntah

Kumbah lambung

Beri norit

Alkalinisasi : Nabic 3 - 5 meq /kgBB, bila penderita masih bisa

minum dapat diberi Nabic per oral 4 x 500 mg

Pemberian cairan

Tidak ada antidotum spesifik

BOTULISME

Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat dalam

makanan kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut.

Gejala klinik :

Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan

kelumpuhan otot-otot mata

Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik

Dysphagia, dysarthria

Kelumpuhan ( general paralyse )

Penatalaksanaan :

Tindakan emergensi ( ABC )

Eliminasi racun

Antitoksin terhadap botulisme 10 - 50 ml IV pelan-pelan

Guanidine hidrochloride 15 - 35 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 3

dosis, berguna untuk melawan efek blokade neuromuskular.

SALISILAT

Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada anak.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat adalah :

Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik dengan

rasa yang disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya usaha promosi melalui

media massa.

Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara

berlebihan oleh orang tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat.

Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga yang

murah.

Dosis toksis salisilat : 150 - 200 mg/kgBB

Dosis fatal salisilat : 250 - 400 mg/kgBB

Salisilat dapat menyebabkan :

Irritasi G I Tract

Stimulasi CNS

Mempengaruhi metabolisme karbohidrat

Meningkatkan kecepatan metabolisme

Gangguan pembekuan darah

Kelainan ginjal,bisa menyebabkan gagal ginjal akut

Kelainan asam basa dan elektrolit

Udema paru

Hiperthertmia

Gejala klinik :

Sal.pencernaan : mual,muntah nyeri perut,dehidrasi dan perdarahan saluran

pencernaan.

Sus saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam,tinnitus, disorientasi,

delirium,kejang sampai koma.

BMR meningkat : tachipnea,tachikardia,panas dan berkeringat

Gangguan metabolisme karbohidrat : Ekskresi asam organik dalam jumlah

besar,hipoglikemia atau hiperglikemia, ketosis.

Gangguan koagulasi :

Gangguan aggregasi thrombosit

Thrombositopenia

Faktor VIII menurun

Kapiler lebih fragil

Gangguan elektrolit : hiponatremia,hipernatremia,hipokalsemia atau

hipokalemia

Pemeriksaan laboratorium :

Tes Ferrichloride : tambahkan ferri chloride 10% pada urine.

Tes positif bila urine kemudian berwarna ungu

Pemeriksaan darah lengkap,urinalysis,gula darah,analisa gas darah,

BUN-kreatinin serum, elektrolit serum (termasuk kalsium) dan LFT.

X foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.

Penatalaksanaan :

Rangsang muntah dilanjutkan dengan kumbah lambung dan pemberian

norit.

Pemberian cairan : tujuannya adalah untuk mendapatkan diuresis 3 -

6 ml/kgBB dengan pemberian cairan maintenance 100 ml/jam.

Kontraindikasi forced diuresis : udema otak dan udema paru.

n Alkalinisasi : pH urine optimal yang diingikan adalah 8,0 - 8,5

n Terapi supportif :

n Hipoglikemia : Glukosa 40 -50 % 1 - 2 ml/kgBB IV.

n Kejang : Diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV.

n Tetani : Gluconas Calcicus 10% 0,5 ml/kgBB IV.

n Hiperpireksia : Kompres dingin

n Dialisis dilakukan hanya pada kasus-kasus berat yang tidak berhasil

dengan tindakan-tindakan diatas.

UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN

Karena anak-anak lebih sering berada dirumah maka keracunan pada anak lebih

sering terjadi dirumah atau lingkungan sekitar rumah dan disebabkan oleh

bahan-bahan yang banyak didapat dirumah.

Menurut tempat terjadinya maka keracunan pada anak lebih sering terjadi di :

Dapur ( 40% )

Kamar mandi ( 21% )

Kamar tidur ( 12% )

Tempat lain ( 26% )

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada keracunan pada anak dalam upaya

pencegahan keracunan adalah :

Keracunan yang terjadi pada umumnya adalah kecelakaan.

Keracunan terjadi didalam atau sekitar rumah.

Bahan-bahan yang menyebabkan keracunan adalah bahan-bahan yang

banyak didapatkan dirumah atau disekitar rumah.

Dari hal-hal tersebut diatas maka keracunan pada anak bisa dikatakan

terutama terjadi akibat kelalaian orang tua atau pengasuh anak. Oleh karena

itu peran orang tua atau pengasuh anak dalam usahapencegahan keracunan

sangat penting.

Upaya-upaya pencegahan keracunan pada anak :

Memberikan informasi secara intensif kepada orang tua atau orang yang

bertanggung jawab dalam perawatan anak dan kepada masyarakat mengenai :

Keracunan pada anak, bagaimana terjadinya,akibat- akibat yang

terjadi serta bagaimana mencegahnya

Bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan yang

terdapat didalam atau sekitar rumah yang seringkali tidak diketahui oleh

orang tua.

Pengetahuan sederhana bagaimana memberikan pertolongan pertama

bila terjadi keracunan.

Produsen bahan-bahan beracun

Para produsen bahan-bahan yang potensial dapat menyebabkan keracunan agar

membuat label dan keterangan serta peringatan yang jelas mengenai

isi,bahaya, gejala klinis yang timbul dan tindakan yang harus segera

dilakukan bila ada tanda-tanda keracunan.

Menjauhkan semua bahan-bahan yang potensial beracun dari jangkauan anak-anak

:

Menyimpan obat-obatan serta bahan berbahaya ditempat khusus yang

terkunci dan tidak bisa dijangkau anak-anak.

Bahan-bahan beracun dan obat-obatan jangan diletakkan dalam satu

tempat dengan makanan.

Obat-obatan dan bahan beracun harus mempunyai label yang jelas.

Bila tidak berlabel atau bila sudah tidak diperlukan lagi sebaiknya dibuang.

Selalu harus dilihat kembali label obat-obatan sebelum diminum.

Jangan meletakkan larutan-larutan berbahaya dalam gelas minum.

Bahan-bahan rumah tangga seperti minyak tanah,detergent,semir

cair, cairan pembersih kaca, obat pemutih dsb.jangan diletakkan disembarang

tempat yang mudah dijangkau anak-anak. 75% dari keracunan bahan-bahan rumah

tangga terjadi karena kelalaian mengembalikan bahan-bahan beracun atau

obat-obatan ketempat semula.

Dokter dan tenaga farmasi hendaknya memberikan obat-obatan secara

hati-hati dengan tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya keracunan.

Obat-obatan yang berbahaya hendaknya diberikan dalam jumlah yang terbatas

dan hanya cukup untuk satu kali pengobatan,terutama pada anak dengan

keterbelakangan mental.

Harus ada perhatian khusus terhadap obat-obatan berbahaya yang

dikemas dalam bentuk yang menarik dengan rasa yang enak karena hal ini akan

mempermudah terjadi nya keracunan. Ini merupakan 87% dari penyebab keracunan

karena aspirin,meskipun angka kematian karena keracunan aspirin lebih banyak

karena bentuk tablet dewasa.

Oleh karena obat-obatan yang diberikan pada ibu hamil dapat

memberi dampak pada janin yang dikandungnya, maka pemberian obat-obatan dan

bahan-bahan berbahaya pada ibu hamil harus hati-hati.