KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA...

22
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM 92 TAHUN 2019 TENTANG PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana % dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur- Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

Transcript of KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA...

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KM 92 TAHUN 2019

T E N T A N G

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU

LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA

DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan

Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,

Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran,

sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh

kapal sesuai dengan kepentingannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana%

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan

Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-

Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan

Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4849);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang

Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun

2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

-2-

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5731);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5093);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di

Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5208);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang

Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);

6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang

Mengesahkan "Convention On The International

Regulation For Preventing Collision At Sea, 1972"

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979

Nomor 53);

7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang

Mengesahkan ”International Convention For The Safety

Of Life At Sea, 1974” sebagai Hasil Koferensi

Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974,

yang telah Ditandatangani Oleh Delegasi Pemerintah

Republik Indonesia di London, Pada Tanggal 1

November 1974, yang merupakan Pengganti

”International Convention For The Safety Of Life At Sea,

1960”, sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden

Ini (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980

Nomor 65);

-3-

8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

9. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor

173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA

Maritime Bouyage System for Region-A Dalam Tatanan

Sarana Bantu-Navigasi Pelayaran di Indonesia;

11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik

Navigasi;

12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun

2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun

2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun

2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629)

sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 76 Tahun

2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan

Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2018 Nomor 1183);

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun

2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan

Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 1867);

-4-

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun

2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);

17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun

2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan

dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);

18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 Tahun

2018 tetang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 1844);

19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun

2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1740);

Memperhatikan : Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor

HK.203/2/ 18/DJPL/2019 Tanggal 22 Maret 2019 perihal

Penyampaian Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan

tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara

Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan

Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan Sibolga;

MEMUTUSKAN:Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG

PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA

CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL

SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN

MASUK PELABUHAN SIBOLGA.

PERTAMA : Menetapkan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga serta

Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dibatasi oleh titik

koordinat geografis sebagaimana tercantum dalam

Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

-5-

KEDUA : Menetapkan Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk

Pelabuhan Sibolga sebagaimana tercantum dalam Lampiran

II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

KETIGA : Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran

Masuk Pelabuhan Sibolga sebagaimana tercantum dalam

Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Keputusan Menteri ini.

KEEMPAT : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Berlalu Lintas di

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga sebagaimana

dimaksud dalam Diktum KETIGA diatur dengan Standar

Operasional dan Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan

Kelas IV Sibolga.

KELIMA : Menetapkan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan

Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Sibolga sebagaimana tercantum dalam lampiran IV yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan

Menteri ini.

KEENAM : Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga serta Sarana

Bantu Navigasi-Pelayaran sebagaimana dimaksud dalam

Diktum PERTAMA serta Daerah Labuh Kapal Sesuai

Dengan Kepentingannya sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KELIMA, wajib dimuat dalam Peta Laut Indonesia

Edisi Terbaru Nomor 76 dan Nomor 79 serta Buku Petunjuk

Pelayaran sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan

Menteri ini.

KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan

pelayaran di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga

dilaksanakan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Kelas IV Sibolga dan melaporkan hasil

pengawasannya kepada Direktur Jenderal Perhubungan

Laut.

-6-

KEDELAPAN : Pengawasan terhadap penataan dan penyelenggaraan

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga dilaksanakan oleh

Distrik Navigasi Kelas III Sibolga dan melaporkan hasil

pengawasannya kepada Direktur Jenderal Perhubungan

Laut.

KESEMBILAN : Pemeliharaan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga

dilaksanakan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Kelas IV Sibolga secara berkala atau sewaktu-

waktu apabila diperlukan.

KESEPULUH : Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KETUJUH dan Diktum KEDELAPAN digunakan

sebagai bahan evaluasi Direktur Jenderal Perhubungan

Laut untuk setiap perubahan terhadap Penetapan Alur-

Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan

Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di

Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga.

KESEBELAS : Perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem

Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal

Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk

Pelabuhan Sibolga sebagaimana dimaksud dalam Diktum

KESEPULUH, diinformasikan melalui penerbitan Maklumat

Pelayaran (MAPEL) serta disiarkan melalui Berita Pelaut

Indonesia (Notice to Marines).

KEDUABELAS : Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,

Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai

Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Pelabuhan

Masuk Pelabuhan Sibolga sebagaimana dimaksud dalam

Diktum KESEBELAS ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Perhubungan Laut dan dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali

dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun akan

dilakukan penyesuaian untuk mengetahui kesesuaian

terhadap Keputusan Menteri ini.

- 7 -

KETIGABELAS : Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan

pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan

Keputusan Menteri ini.

KEEMPATBELAS: Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 24 April 2019

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada: BUDI KARYA SUMADI

1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;3. Menteri Dalam Negeri;4. Menteri Kelautan dan Perikanan;5. Menteri Badan Usaha Milik Negara;6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;7. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;8. Gubernur Sumatera Utara;9. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal Perhubungan

Laut, dan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan;

10. Walikota Sibolga;11. Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut;12. Kepala Distrik Navigasi Kelasi III Sibolga;13. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga.

-8-

Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia tentangPenetapan Alur-Pelayaran, SistemRute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga Nomor : KM 92 TAHUN 2019 Tanggal : 24 Apr i l 2019

Lampiran I

ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA

1. Titik Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga:

No Kode Batas Kiri Alur Kode Batas Kanan Alur

1 IA01° 42' 40.69" LU /

098° 44' 36.75" BTIB

01° 42' 34.95" LU /

098° 44' 44.60" BT

2 2A01° 43' 22.99" LU /

098° 45' 07.85" BT2B

01° 43' 13.91" LU /

098° 45' 12.75" BT

3 3A01° 43’ 25.79" LU /

098° 46' 41.22" BT3B

01° 43' 16.02" LU /

098° 46’ 40.97" BT

4 4A01° 43' 23.35" LU /

098° 46' 54.38" BT4B

01° 43' 16.55" LU /

098° 46' 54.85" BT

5 5A01° 43’ 23.75" LU /

098° 46’ 57.08" BT5B

01° 43' 20.21" LU /

098° 47' 00.18" BT

2. Titik Koordinat Garis Haluan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga:

No KodePosisi Koordinat Garis haluan

Lintang Bujur Masuk Keluar

1 GH.l 01° 42' 37.82" LU 098° 44' 40.67" BT 36° -

2 GH.2 01° 43' 18.46" LU 098° 45' 10.29" BT 88° 216°

3 GH.3 01° 43' 20.91" LU 098° 46’ 41.13" BT 94° 268°

4 GH.4 01° 43' 19.95" LU 098° 46' 54.61" BT 63° 274°

5 GH.5 01° 43' 21.98" LU 098° 46' 58.63" BT - 243°

3. Titik Koordinat Precaution Area:

No Kode Koordinat

1 1 01° 43' 03.91" LU / 098° 45’ 05.53" BT

2 2B 01° 43' 13.91" LU / 098° 45' 12.75" BT

3 2 01° 43' 14.17" LU / 098° 45' 23.88" BT

-9-

4 3 01° 43' 23.42" LU / 098° 45' 22.25" BT

5 2A 01° 43' 22.99" LU / 098° 45' 07.85" BT

6 4 01° 43' 13.11" LU / 098° 45' 00.59" BT

4. Titik Koordinat Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran Eksisting:

No Nama dan Jenis SBNP No Dsi Koordinat DSI

1 Ramsu Poncan Gadang (H) 270001° 43' 08.63" LU/

098° 45' 45.56" BT

2 Ramsu PoncanKecil (P) 269101° 43' 42.63" LU/

098° 45' 16.56" BT

3 Ramsu Aek Habil (H) 271101° 43' 18.99" LU/

098° 47' 01.25" BT

4 Ramsu Sarudut (M) 270901° 43’ 24.96" LU /

098° 46' 56.02" BT

5 Pelsu Uj. Batu Buruk -01° 43’ 45.94" LU /

098° 44' 30.82" BT

6 Pelsu P. Panjang -01° 44’ 37.24" LU /

098° 44' 50.70"BT

7 Lampu Pelabuhan Lama Sibolga 272001° 44’ 26.51" LU /

098° 46' 28.67" BT

5. Titik Koordinat Pemasangan/Pengadaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran:

NO SBNP POSISI KOORDINAT

1 Pelsu MPMT 01° 42' 37.82" LU/ 098° 44' 40.67" BT

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

-10-

Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia tentangPenetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga Nomor : KM 92 TAHUN 2019 Tanggal : 24 April 2019

Lampiran II

SISTEM RUTE ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA

Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga

adalah Rute Dua Arah (Two Ways Routes). Kondisi Kedalaman, Lebar dan

Panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga yaitu:

1. Sistem Rute di Alur-Pelayaran Sibolga

Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Sibolga rute dua arah [two

ways routes) dengan lebar alur 145 s/d 300 Meter.

2. Kondisi kedalaman dan panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga

kedalaman eksisting -6 s/d -21 meter LWS dan panjang alur-pelayaran dari

pelampung suar MPMT sampai pintu masuk Pelabuhan Sibolga 2,65 NM

(dua koma enam puluh lima Nautical Miles) atau 4,9 Km (empat koma

sembilan Kilometer).

Berdasarkan hal tersebut, ukuran dan sarat (draft) kapal yang dapat

melalui alur-pelayaran ini maksimum 5 m (lima meter) pada kondisi air

surut terendah.

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

^sesuai dengan aslinya

lO HUKUM,

BUDI KARYA SUMADI

UI HERPRIARSONO

-11-

Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia tentangPenetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan SibolgaNomor : KM 92 TAHUN 2019 Tanggal : 24 Apr i l 2019

Lampiran III

TATA CARA BERLALU LINTAS DI ALUR-PELAYARAN MASUK

PELABUHAN SIBOLGA

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal

maka perlu di atur tata cara berlalu lintas di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan

Sibolga sebagai berikut:

1. Pemanduan

a. kapal berukuran Tonase Kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) atau

lebih yang berlayar di perairan wajib pandu wajib menggunakan

pelayanan jasa pemanduan kapal;

b. mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik dan

normal untuk olah gerak kapal;

c. mengibarkan bendera “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu petugas

pandu;

d. mengibarkan bendera “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari apabila petugas pandu di atas kapal; dan

e. mengibarkan bendera “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih

merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar negeri,

petugas pandu hanya diperbolehkan naik ke kapal untuk membawa

kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh

petugas karantina kesehatan (free practique) dan bendera kuning telah

diturunkan.

2. Komunikasia. pemilik operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana

kedatangan kapalnya kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Kelas IV Sibolga dengan mengirimkan telegram radio

Nakhoda (master cable) melalui Stasiun Radio Pantai (SROP) Sibolga

dengan tembusan kepada perusahaan angkutan laut atau agen umum

dalam waktu paling lama 48 (empat puluh delapan) jam sebelum kapal

tiba di pelabuhan.

-12-

b. setiap kapal yang memasuki dan keluar alur-pelayaran wajib melapor

kepada Stasiun Radio Pantai (SROP) Sibolga melalui channel 12

(dua belas), channel 16 (enam belas) VHF, frequency 6215 HF,

channel 2182 MF, channel 2187.5 MF Digital Selective Calling (DSC);

c. komunikasi antara petugas pandu/ kapal/ kapal pandu dapat

menggunakan Bahasa Indonesia dan/atau Bahasa Inggris dengan radio

VHF pada channel 12; dan

d. komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal

dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas

pandu antara lain kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-lain

yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.

3. Proses Kapal Masuk

a. Dalam kondisi normal

1) setelah posisi berada di ambang luar arahkan haluan kapal

mengarah ke Pelampung Suar terluar dengan haluan kapal 35°

(tiga puluh lima derajat);

2) kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan

dengan maneuuering speed, sampai kapal pandu dapat merapat di

kapal untuk menaikkan petugas pandu;

3) setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman

sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil guna

untuk menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu

jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;

4) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, jika

keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam

waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan

kepelautan yang baik;

5) apabila kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan

untuk berlabuh terlebih dahulu, maka kapal dapat berlabuh di areal

labuh yang sudah disediakan; dan

6) apabila proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan

sudah tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, maka petugas

Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga

akan menginformasikan ke kapal bahwa petugas pandu akan naik

dan memandu kapal hingga tambat di pelabuhan.

-13-

b. Dalam kondisi angin di atas normal/kabut/hujan lebat/gelombang tinggi

1) Kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan

menggunakan maneuvering speed; dan

2) Untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan lebat,

kapal mempergunakan sarana navigasi visual, elektronik

(radar/GPS/AIS) dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan

tepat guna.

4. Proses Kapal Keluar

a. petugas Nakhoda dan/atau petugas pandu melaporkan kepada Kantor

Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Sibolga dan/atau

Stasiun Radio Pantai (SROP) Sibolga mengenai draft kapal dan jam

kapal mulai dipandu keluar;

b. setiap kapal keluar masuk melapor kepada Stasiun Radio Pantai (SROP)

Sibolga melalui Channel 12 (dua belas), Channel 16 (enam belas) VHF,

Frequency 6215 HF, Channel 2182 MF, Channel 2187.5 MF Digital

Selective Calling (DSC) untuk meminta informasi mengenai pergerakan

kapal keluar masuk di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sibolga;

c. apabila proses administrasi sudah selesai dan kapal akan melakukan

pelayaran keluar dari Pelabuhan arahkan haluan kapal menuju Rambu

Suar Merah dan Rambu Suar Hijau dengan haluan 230° (dua ratus tiga

puluh) derajat untuk menuju alur-pelayaran; dan

d. sesampainya di titik naik turun petugas pandu, maka petugas pandu

turun dan dijemput oleh kapal pandu.

5. Tindakan Menghindari Tubrukan

a. Pengaturan Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan Meliputi:

1) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan,

apabila keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam

waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan

kepelautan yang baik;

2) setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari

tubrukan, jika keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga

segera menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan

penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari

haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;

-14-

3) apabila ada ruang gerak yang cukup, perubahan haluan saja

mungkin merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk

menghindari situasi saling mendekati terlalu rapat, dengan

ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu yang

cukup dini dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling

mendekati terlalu rapat;

4) tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan

kapal lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan jarak

yang aman dan hasil tindakan tersebut harus dikaji dengan

seksama sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali; dan

5) apabila diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan

waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, maka kapal harus

mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama

sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana

penggeraknya.

b. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Layar Meliputi:

1) apabila 2 (dua) kapal sedang saling mendekat sehingga akan

mengakibatkan bahaya tubrukan, maka salah satu dari kedua

kapal itu harus menghindari kapal lain sebagai berikut:

a) apabila masing-masing mendapat angin di lambung yang

berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri

harus menghindari kapal yang lain;

b) apabila kedua-duanya mendapat angin di lambung yang kanan,

maka kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal

yang ada di bawah angin; dan

c) apabila kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah

kapal di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan pasti

apakah kapal lain itu mendapat angin di lambung kiri atau

kanan, maka kapal itu harus menghindari kapal lain itu.

2) untuk memenuhi aturan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi

yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada, atau bagi

kapal dengan layar segi empat yaitu sisi yang berlawanan dengan

sisi tempat layar membujur itu berada.

-15-

c. Pengaturan Penyusulan:

1) setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari

kapal lain yang sedang disusul;

2) kapal harus dianggap menyusul apabila sedang mendekati kapal

lain dari arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di belakang

arah melintang, yakni dalam suatu kedudukan sedemikian sehingga

terhadap kapal yang sedang disusul itu pada malam hari kapal

hanya dapat melihat penerangan buritan, tetapi tidak satupun dari

penerangan lambungnya;

3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul

kapal lain atau tidak, maka kapal itu harus beranggapan bahwa

sedang menyusul kapal lain; dan

4) setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi

kemudian tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong

dalam pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari

kewajiban untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai

kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali.

d. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Dalam Situasi Berhadap-

Hadapan:

1) apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan

berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan

bahaya tubrukan, maka masing-masing kapal harus mengubah

haluannya ke kanan sehingga masing-masing kapal akan

berpapasan di lambung kirinya;

2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus dianggap

ada apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan

pada malam hari kapal itu dapat melihat penerangan tiang kapal

lain tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/atau kedua

penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati

gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut; dan

3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya keadaan

sebagaimana dimaksud dalam angka 1) situasi demikian, maka

kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu ada dan bertindak

sesuai dengannya.

-16-

e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi

memotong, apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan

saling memotong sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan,

maka kapal yang mendapati kapal lain di sisi kanannya harus

menghindar, dan apabila keadaan mengijinkan harus menghindarkan

dirinya memotong di depan kapal lain itu. Dalam pengaturan tata cara

tindakan kapal menghindari, maka setiap kapal yang diwajibkan

menghindari kapal lain, dan sedapat mungkin melakukan tindakan

secara dini dan tegas untuk tetap bebas sama sekali. Dalam pengaturan

tanggung jawab antar kapal meliputi:

1) Kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:

a) Kapal yang tidak terkendalikan;

b) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;

c) Kapal yang sedang menangkap ikan;

d) Kapal layar.

2) Kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:

a) Kapal yang tidak terkendalikan;

b) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;

c) Kapal yang sedang menangkap ikan.

3) Kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus

menghindari:

a) Kapal yang tidak terkendalikan;

b) Kapal yang olah geraknya terbatas.

4) Setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau

kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan

mengizinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman

sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya.

5) Kapal yang terkendala oleh saratnya harus berlayar dengan

kewaspadaan khusus dengan benar-benar memperhatikan

keadannya yang khusus itu.

-17-

6. Larangan

a. Kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan under keel cleareance

(UKC) kurang dari 10 % dari sarat (draft), kecuali atas izin syahbandar.

b. Kapal ikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran.

c. Kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat

pemanduan dari petugas pandu; dan

d. Petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam

kondisi dan situasi :

1) Kapal kandas;

2) Kapal tubrukan;

3) Kerusakan mesin / kemudi;

4) Keadaan lain yang mengganggu lalu lintas kapal.

e. larangan kapal untuk menyusul kapal lain pada ukuran LOA tertentu

sesuai dengan ketentuan sistem rute;

f. kapal yang sandar/tender dengan kapal lain yang sedang sandar di

dermaga umum/khusus hanya diijinkan 1 (satu) kapal saja yang

sandar/tender di kapal yang sedang sandar di dermaga atas

pertimbangan keselamatan kapal yang akan berolah gerak

keluar/masuk; dan

g. membuang sampah, limbah dan bahan lain dari pengoperasian kapal.

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

-18-

Lampiran IVKeputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia tentangPenetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan SibolgaNomor : KM 92 TAHUN 2019Tanggal: 24 Apri l 2019

DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA

DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SIBOLGA

1. Zona A Area Perbaikan KapalTitik Koordinat Luasan Kedalaman

1 01° 43' 10.72" LU/ 098° 46' 42.02" BT

3.9 Ha 10-11 Meter2 01° 43’ 10.72" LU/ 098° 46' 48.68" BT

3 01° 43' 04.50" LU/ 098° 46' 48.68" BT

4 01° 43' 04.50" LU/ 098° 46' 42.02" BT

2. Zona B Area Labuh Kapal PenyeberanganTitik Koordinat Luasan Kedalaman

1 01° 43’ 38.05" LU/098° 46' 12.19" BT

6 Ha 11-13 Meter2 01° 43' 38.05" LU/098° 46’ 20.50" BT

3 01° 43’ 29.89" LU/098° 46' 20.50" BT

4 01° 43' 29.89" LU/098° 46' 12.19" BT

3. Zona C Area Labuh General CargoTitik Koordinat Luasan Kedalaman

1 01° 43’ 38.05" LU/ 098° 46' 04.60" BT

6 Ha 13-14 Meter2 01° 43' 38.05" LU/098° 46' 12.19" BT

3 01° 43’ 29.89" LU/098° 46' 12.19" BT

4 01° 43’ 29.89" LU/ 098° 46' 04.60" BT

4. Zona D Area Labuh PetikemasTitik Koordinat Luasan Kedalaman

1 01° 43' 38.04" LU/ 098° 45’ 56.82" BT

6 Ha 15 Meter2 01° 43' 38.04" LU/ 098° 46' 04.60" BT

3 01° 43' 29.88" LU/ 098° 46' 04.60" BT

4 01° 43’ 29.88" LU/ 098° 45' 56.82" BT

-19-

5. Zona E Area Ship to Ship Transfer (STS) LuarTitik Koordinat Luasan Kedalaman

1 01° 43' 38.04" LU/ 098° 45' 48.96" BT

6 Ha 13 Meter2 01° 43' 38.04" LU/ 098° 45' 56.82" BT

3 01° 43’ 29.88" LU/ 098° 45' 56.82" BT

4 01° 43' 29.88" LU/ 098° 45' 48.96" BT

6. Zona F Zona EmergencyTitik Koordinat Luasan Kedalaman

1 01° 42' 56.13" LU/ 098° 45' 07.58" BT

6 Ha 18-20 Meter2 01° 43' 02.58" LU/ 098° 45' 11.73" BT

3 01° 42' 58.41" LU/ 098° 45' 18.76" BT

4 01° 42' 51.72" LU/ 098° 45’ 14.42" BT

7. Zona G Zona Kapal KarantinaTitik Koordinat Luasan Kedalaman

1 01° 42' 49.41" LU/ 098° 45' 02.86" BT

6 Ha 20-21 Meter2 01° 42' 56.13" LU/ 098° 45' 07.58" BT

3 01° 42' 51.72" LU/ 098° 45' 14.42" BT

4 01° 42' 45.05" LU/ 098° 45' 09.86" BT

Zona h Zona Percobaan Kapal BerlayarTitik Koordinat Luasan Kedalaman

1 01° 42' 38.33" LU/ 098° 44' 54.86" BT

11 Ha 21 Meter2 01° 42' 49.41" LU/ 098° 45' 02.86" BT

3 01° 42' 45.05" LU/ 098° 45' 09.86" BT

4 01° 42' 33.63" LU/ 098° 45' 01.58" BT

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

-20-

L a m p ira n VK ep u tu s a n M en te r i P e rh u b u n g a n R ep u b lik In d o n e s ia te n ta n gP e n e ta p a n A lu r -P e la y a ra n , S is temR u te , T a ta C a ra B e r la lu L in ta s , d an D a e ra h L a b u h K a p a l S e s u a i D en g a n K e p e n t in g a n n y a d i A lu r -P e la y a ra n M a s u k P e la b u n a n S ib o lg aN o m o r : KM 92 TAHUN 2019

T a n g g a l : 24 A p r i l 2019

1. P e ta A lu r -P e la y a ra n M a s u k P e la b u h a n S ib o lg a

M O 13 3 12«-.0.« \ \ 0

M * 13.0 '2 8 ‘2 s \ , ,

13.9 !J4 W g a n 2^. n,3 e'

Vo 313* • 12.4 Jt f i V . ,_ 13.613.0 _ \i|j

13.9 13.4

bagasi

15.3 14.9

9 12.6

sPfjWiCtoSI

■ « K & r *if Bvr+akZvtV13.4 14^99*2.7 mgan

P Fhnaj:19.2 19 4

<*■***7-4 t7'7«b an5 !o,8— ,7*l'74> 18 4

6.7 0 6 .5 17« 18.6 ' r‘4<fpfi)anrusbaTn 180 i?9i i / 3,w 10,3 ,e3

17«

M '■ 'C/17'4,7>iTl7«

l 7 173

179

17.9 i8,58 2 13.3 ‘ 1

18.6 *®-3 183

2A - w_ 17.4 18.5,‘

571 . *bagan‘J<\8.8 (8.8wagan 7, :go )9>2|(i |W 1tJ ie.9 »48 im ib.s 19.0 ib?» 17.1

' 17.8'l 82 190•718.1 17.4

i g » i ie .6 >9.3 17

*3 ‘ frkfigftftU 19.4

19.1 192 jfV » 59 7

2 •19.5

19.2

18 9 V9.0

196 19.4’ $^13.5 " 19.4 >9.819 / ^ j?fi'19.3

3feekas bagan

' , 2C.6 19 i19.4 199 J7 3 19.0 20.5 w

8»* 20« “ '>0 19.B20 4eo.5 waL8

2 0 « ^ « p n 8 2 0 9 20.9 218 21.5 .21.2 21.1 217, . 217k h «3 1 3 ? M ^ f - , , * " 8 ® !

215 21.5 21,8 M* 218

207 1A»20.9 2M 2 l.fi 810

21% A 22,0 22.0 22.4

423 “ m .3-

, 22 322.1 22.2 .

1« “‘W. 16.7176 174 . 7£ I5.9IH

* &nlWT 9 174 lC0

175 -.78 16.7130 170

16.9 I 1/.5 '6 «

1 7 9 18.6 * > 1 S 9

192 59.4 19.2-.9fi19.2 I9 fi

4 19.8 19 / • A 2 -J9 .319.5 2 B

ie4 •C L19.5 19.7 191 o p 19.1l8 17.4 «aA8 4 /

19.3 18.4 1B 4 ,8 6 ; /80.3 19 8 19 9 »9.6 19 51 1 9 9

20.8 20.9 2:.c20 8

20.3 “ "20.1 20.7

21 3 21 4 2 |.3 ? i l

21.5 198

S9 & \ Poncan Gadang N

- l i ” %«Ty^ \v 134 •. \ \« >>

bu

158 1««2°4 M.*7*«O<811.9«07

21.31 218 21.8 21,5 212 f 2 * 0 21.3 2 1 .7 21 ^ 2 ! 4

5I •

3baqan

iaoan

ogi&'agdtigbaajtfi.JO ijgan ' *'

pagari

PbNCANG GADA!

.54MT

2 .

-21

3. Peta Precaution Area

> 3 $ 2 /n 6

SIBOLGA

' iiU»^ • ' •»■■ 4-“ , i,' r «*

.'.limisv;-/'“'S

:M 6 H 0 rtl'5 V

ir i ilOfoSM" *#rt?ta*w IMW. >

«?•.;fTl *•? 1 Ug Pondok BatU

CVJU/159ITI3M,,P ETuuf kc

5. Peta Pemasangan/Pengadaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaranu * •bMgurt' ,, •<

U*?]**

..-\.^i • '.,»;:.t5V!3*40«)

•4 « i*n i *Si

7uemm

L'g Pondok Haiti; 0 .7» « * * t » |»

P BailrtVc**►*«,M IV i* . 10 v

•*» ru^fj

rj|/v:*7 «I» ivy

'/U W

Poru jn C iadai« > « •

■V'WI

l ‘g gadang

-22-

6. Peta Zona E Area Ship to Ship (STS) Luar

i 7« ^ a r *12 8 12.5

* 17.2

- MIMk '

17.0 16,2

15.9 12,815.4 13.4 12,

/■'J 14.7S'l6 i,TA.2‘ 15.3 1C0--..

16.97.5 16'6

17.116.6 1

16.6

1(5.715.0 13.6

14.07 15.0 14.6 i3 g

'&/Sa "b,6.1 ‘ 5-9

915.0 147 14.8

8,

15.4

: :

14.7

12

4.9 1 12P Ffand

43.0

,3, • J ^§an2\ ii.5 2

13.6 13'° 129 12.3 12.1

14.2l$.l 143

14.814.6

(4.714.2

5

13.5

13.6 i3.o

13.13.9 13.4

12-4 12.0 rl.7 \ 1ii.i

P 126 12.1 nte§11.!

14.2

13.9

12.8 12.0 n.2

11.7’^D^as bagetf'

-?»® «a3n5 ,0.7d i. .W a g a n ,0£ \J?2 y>i4.4/35i)i^aa^n^’agan f !y 122 1V5 10.7 ^

l^ifo^gan 13 7 £ 11613.9 i2j>kx ' ^ n a^ftagae

7. Peta Zona H Zona Percobaan Kapal Berlayar

^sesuai dengan aslinya

HUKUM,

JI HERPRIARSONO

BUDI KARYA SUMADI