KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

26
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM 143 TAHUN 2019 TENTANG RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA DI KABUPATEN PUNCAK PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 48 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 64 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2014 tentang Tata Cara dan Prosedur Penetapan Lokasi Bandar Udara, bandar udara yang telah ada (eksisting) hanya memerlukan penetapan rencana induk; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Rencana Induk Bandar Udara Ilaga di Kabupaten Puncak Provinsi Papua; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

Transcript of KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

Page 1: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KM 143 TAHUN 2019

TENTANG

RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA

DI KABUPATEN PUNCAK PROVINSI PAPUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 48 ayat (1) Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor PM 64 Tahun 2018 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

PM 20 Tahun 2014 tentang Tata Cara dan Prosedur

Penetapan Lokasi Bandar Udara, bandar udara yang telah

ada (eksisting) hanya memerlukan penetapan rencana

induk;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan

Menteri Perhubungan tentang Rencana Induk Bandar

Udara Ilaga di Kabupaten Puncak Provinsi Papua;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

Page 2: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 2 -

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4956);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang

Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar

Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Negara Nomor 5295);

4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5);

5. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun

2014 tentang Tata Cara dan Prosedur Penetapan Lokasi

Bandar Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 757) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 64 Tahun

2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2014 tentang Tata

Cara dan Prosedur Penetapan Lokasi Bandar Udara

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor

842);

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 Tahun

2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 1756);

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 39 Tahun

2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 594);

Memperhatikan : 1. Surat Permohonan Pemrakarsa UM.002/89/XI/UPBU/

ILA-2017 tanggal 9 November 2017 perihal permohonan

penetapan Rencana Induk Bandar Udara Ilaga di

Kabupaten Puncak Provinsi Papua;

Page 3: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 3 -

Menetapkan

PERTAMA

KEDUA

KETIGA

Surat Direktur Jenderal Perhubungan Udara kepada

Sekretaris Jenderal Nomor HK.203/0017/KUM/

DRJU/VI/2019 tanggal 25 Juni 2019 perihal RKM tentang

Rencana Induk Bandar Udara Ilaga di Kabupaten Puncak

Provinsi Papua;

MEMUTUSKAN:

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG

RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA DI

KABUPATEN PUNCAK PROVINSI PAPUA.

Menetapkan Rencana Induk Bandar udara Ilaga yang

berada di Kabupaten Puncak Provinsi Papua, dengan

referensi titik ujung landas pacu TH. 26 pada koordinat

geografis 03° 58’ 34,477" Lintang Selatan (LS) dan 137° 37’

24,690" Bujur Timur (BT) atau pada koordinat bandar

udara X = 20.000 meter dan Y = 20.000 meter dimana

sumbu X berhimpit dengan sumbu landasan pacu yang

mempunyai azimuth 80° 19’ 4,800”-260° 19’ 4,800”

geografis dan sumbu Y melalui ujung landas pacu 26

tegak lurus X.

Rencana Induk sebagaimana dimaksud dalam Diktum

PERTAMA dengan lokasi dan titik ujung landas pacu

bandar udara yang tercantum dalam Lampiran I yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan

Menteri ini.

Rencana Induk sebagaimana dimaksud dalam Diktum

PERTAMA mempunyai titik referensi bandar

udara/Aerodrome Reference Point (ARP), yaitu 04° 03’

0,000" Lintang Selatan (LS) dan 137° 40’ 0,020" Bujur

Timur (BT).

Page 4: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 4 -

KEEMPAT : Rencana Induk Bandar Udara Ilaga sebagaimana

dimaksud dalam Diktum PERTAMA tercantum dalam

Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Keputusan Menteri ini terdiri atas:

a. prakiraan permintaan kebutuhan pelayanan

penumpang dan kargo;

b. kebutuhan fasilitas;

c. tata letak fasilitas;

d. tahapan pelaksanaan pembangunan;

e. kebutuhan dan pemanfaatan lahan; dan

f. kawasan keselamatan operasi penerbangan.

KELIMA Bandar Udara Ilaga di Kabupaten Puncak Provinsi Papua

dibangun dan dikembangkan dengan luas lahan

sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA kurang

lebih 39,94 Hektar (Ha) terdiri atas:

a. lahan eksisting kurang lebih 6,09 Hektar (Ha);

b. lahan pengembangan kurang lebih 33,85 Hektar (Ha).

KEENAM : Bandar Udara Ilaga di Kabupaten Puncak Provinsi Papua

sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA

merupakan Bandar Udara dengan Hierarki Pengumpan

(spoke) dan diselenggarakan oleh Unit Penyelenggara

Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

KETUJUH : Penyelenggara Bandar Udara Ilaga sebagaimana

dimaksud dalam Diktum KEENAM wajib memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan.

KEDELAPAN : Penyelenggara bandar udara sebagaimana dimaksud

dalam Diktum KEENAM dalam jangka waktu paling lama

3 (tiga) tahun melengkapi dokumen berupa:

a. daerah lingkungan kerja;

b. daerah lingkungan kepentingan; dan

c. batas kawasan kebisingan.

Page 5: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 5 -

KESEMBILAN : Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Diktum

KEDELAPAN ditetapkan oleh Menteri Perhubungan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KESEPULUH : Rencana Induk Bandar Udara Ilaga di Kabupaten Puncak

Provinsi Papua sebagaimana dimaksud dalam Diktum

KEEMPAT dengan ketentuan:

a. berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun;

b. dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun; dan

c. dalam hal terjadi perubahan kondisi lingkungan

strategis, peninjauan kembali Rencana induk bandar

udara Ilaga dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali

dalam 5 (lima) tahun.

KESEBELAS : Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan yang tidak

sesuai dan belum diatur di dalam rencana induk

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEEMPAT wajib

memperoleh persetujuan Direktur Jenderal Perhubungan

Udara.

KEDUABELAS : Pembiayaan yang timbul atas Rencana Induk Bandar

Udara Ilaga di Kabupaten Puncak Provinsi Papua

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

KETIGABELAS Direktur Jenderal Perhubungan Udara melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan Menteri

ini.

Page 6: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 6 -

KEEMPATBELAS : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 7 Agustus 2019

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Menteri Sekretaris Negara;3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;4. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;5. Menteri Keuangan;6. Menteri Dalam Negeri;7. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;8. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

9. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;10. Menteri Badan Usaha Milik Negara;11. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS;12. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Direktur Jenderal dan Para

Kepala Badan di lingkungan Kementerian Perhubungan;13. Ketua DPRD Provinsi Papua;14. Gubernur Provinsi Papua;15. Ketua DPRD Kabupaten Puncak;16. Bupati Puncak;17. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua;18. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Puncak; dan19. Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III Ilaga.

^sesuai dengan aslinya

lO HUKUM,

HERPRIARSONO

Page 7: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

Y=19.600

ARAH LANDAS PACU = 08-26 KOORDINAT LANDAS PACU

TITIKKOORDINAT ACS KOORDINAT UTM KOORDINAT GEOGRAFIS (WGS 84)

X Y X Y Lintang Selatan Bujur TimurTH 08 EX 19.550 20.000 790892.242 9559960.041 3° 58'36.987- 137° 37'10.317’TH 26 EX 20.150 20.000 791484.000 9560061.000 3° 58' 33.641' 137° 37'29.477'

100m 200 m

Y=19.600

KETERANGAN:

1. RUNWAY 600 M X 18 M

2. APRON LAMA5 0 M X 3 5 M

3. APRON PERLUASAN 85 M X 30 M

4. TERMINAL VIP

5. GEDUNG OPERASIONAL / RADIO TELEKOMUNIKASI

6. RUMAH DINAS (EKS)

7. GUDANG-KANTIN8. RUMAH PETUGAS BANDARA9. RUMAH GENSET10. STASIUN PKP-PK

dengan aslinya O HUKUM

H E R P R IA R S O N O

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN MENTERI F ERHUBUNGAN REPUBLIK INOONESIA NOMOR : KM H3 TAHUN 2019 TANGGAL : 7 AGUSTUS 2019

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUDI KARYA SUMADI

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

NAMA GAMBAR

LAYOUT EKSISTING

50(11

NOMOR MUW

Page 8: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

t 'ItM

RltMlAY SM P <270 X » U)

RUNWAY STRIP 1?7QX80M)RUNWAV STRIP (1270 XI

R£7«ANAO«WASeRENCAKA DRAIMASC

RUNWAY EKStSTING 600 X16MPERPANJANGAN TAHAP U150 X18M PERPANJANGAN TAHAP I150X16M

RUNWAY TAHAP II750X18M

RUNWAY TAHAP III 750X18MPERPANJANGAN TAHAP ULTIMATE 400 X 23M

RUNWAY TAHAP ULTIMATE 1150 X 23M

JflDiMMMjQiiMOlMMDJtMiGMMlDl

TITIKKOORDINAT ACS KOORDINAT UTM KOORDINAT GEOGRAFIS (WGS 84)

X Y X Y Lintang Selatan Bujur Timur

TH08EX 19.550 20.000 790892.242 9559960.041 3" 58' 36.987' 137° 37' 10.317*

TH 26 EX 20.150 20.000 791484.000 9560061.000 3“ 58" 33.641* 137° 37' 29.477'

TH 26 BARU 20.000 20.000 791336.136 9560036.773 3° 58'34.477- 137° 37' 24.690-

TH 08 BARU 19.400 20.000 790202.516 9559842.369 3” 58'40.886- 137° 36' 47.985-

J^mmnWTiiTnrrnJ 013

il - T ' f. f

LAMPIRAN IIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KM 143 TAHUN 2019 TANGGAL : 7 AGUSTUS 2019

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

MAM GAMBAR

BUDI KARYA SUMADIRENCANA INDUK BANDAR UOARA

NOMOR :: H AH

Y= 20,000

KETERANGAN:PEMBANGUNAN FASILITAS TAHAP ULTIMATE:

1. TERMINAL PENUMPANG 12.(TERMASUK TERMINAL VIP) 13.

2. TERMINAL KARGO 14.

3 PARKIR KENDARAAN 15.4. WORKSHOP 16.

5. GUDANG BBM 17.

6. KANTOR OPERASI 18.

7. KANTOR ADMINISTRASI 19.8. POWER HOUSE 20.

9. KANTOR METEOROLOGI 21.10. TAMAN METEOROLOGI 22.

11. TOWER DAN KANTOR ADMINISTRASI

STASIUN PKP-PK

RESERVOIR AIR

POWER HOUSE AIRNAV

POLIKLINIK KANTIN

INSTALASI AIR BERSIH

TEMPAT IBADAH LAPANGAN

RUMAH DINASINSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT

Y= 20.400

Y= 20.000

Y=19.600

- Y= 20.400

PEMBANGUNAN TAHAP ULTIMATE:

: LAHAN 8 AT AS PENGEMBANGAN BANDAR UDARA

: TAHAP I

: TAHAP II

: TAHAP III

: TAHAP ULTIMATE

: RENCANA DRAINASE

Page 9: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

Y= 20.300Y= 20.300

Y= 20.200Y= 20.200

Y= 20.100Y= 20.100

RENCANA DRAINASE-V

lU W iW A W iW A Y / i l» - * A’#A' y

/ /t 1

1 r r tTT

tT1rT

T’T ”n

tTTT7

t1

/'■ /1 t

11 i t1 1

t 1i

t 1i

t1 11

t|\

t,T 1

t

t| 1 1 1

t

8

KETERANGAN:PEMBANGUNAN FASILITAS TAHAP ULTIMATE: PEMBANGUNAN TAHAP ULTIMATE:

1. TERMINAL PENUMPANG (TERMASUK TERMINAL VIP)

2. TERMINAL KARGO3. PARKIR KENDARAAN

4. WORKSHOP5. GUDANG BBM

6. KANTOR OPERASI

7. KANTOR ADMINISTRASI8. POWER HOUSE

9. KANTOR METEOROLOGI10. TAMAN METEOROLOGI

12. STASIUN PKP-PK13. RESERVOIR AIR

14. POWER HOUSE AIRNAV

15. POLIKLINIK

16. KANTIN17. INSTALASI AIR BERSIH

18. TEMPAT IBADAH

19. LAPANGAN

20. RUMAH DINAS

21. INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

22. INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT 1 ____11. TOWER DAN KANTOR ADMINISTRASI

: LAHAN BATAS PENGEMBANGAN

BANDAR UDARA

: TAHAP I

: TAHAP II

: TAHAP III

: TAHAP ULTIMATE

: RENCANA DRAINASE

dengan aslinya O HUKUM

LAMPIRAN IIB

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KM 143TAPUN 2019 TANGGAL : 7 AGUSTUS 2019

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BUDI KARYA SUMADI

0KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

NAMA GAMBAR NOMOR JUMLAH

TA"A LETAKFASILITAS SISI DARAT 03 07

Page 10: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

Y=19.600 -LL Y=19.600

KETERANGAN:

DATA LAHAN BANDAR UDARA:

LAHAN EKSISTING

TAMBAHAN LAHAN

= 6,09 Ha

= 33.85 Ha

dengan aslinya HUKUM

TOTAL = 39.94 Ha

LAMPIRAN II.C

KEPUTUSAN MENTERI FERHUBUNGAN REPUBLIK INOONESIA NOMOR : KM 143 TAHUN 2019 TANGGAL : 7 AGUSTUS 2019

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BUDI KARYA SUMADI

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

NAMA GAMBAR

KEBUTUHAN LAHAN BANDAR UOARA

NOMOR JUMLAH

- Y= 20.400

- Y= 20.000

Page 11: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

Y= 25.C00

Y= 22.500

Y= 20.C00 •

Y= 17.500

Y= 15.C00

Y= 25.000

Y= 22.500

Y= 20.000

ty

Y= 17 500

TITIK KOORDINAT TH.08KETINGGIAN BANDAR UDARAAZIMUT LANDAS PACU__________PANJANG LANDASPACU__________KLASIFIKASI LANDAS

PACU_____________KETINGGIAN TRESHOLD

TITIK REFERENSI I (TH.26)TITIK REFERENSI II (TH03)TITIK REFERENSI III (TENGAH RUNWAY)

3* 58' 34.444’ LS 137* 37'24.690’ BT

80* 19*4 800“ 260* 19'4.800’

NON INSTRUMEN

TH.08 = 2452 61 MSL / 8046 62 Feel TH 26 = 2431.70 MSL / 7978 02 Feel

X = 791336 136 Y = 9560036 773X = 790202.516 Y = 9559842 369

X = 790769.326 Y = 9559939.071

3* 58‘ 34.477’ LS 137* 37* 24 690’ BT3* 58’ 40 886’ LS 137* 36‘ 47.985* BT

3* 58’ 37 682’ LS 137* 37'6 338’ BT

DAFTAR KOORDINAT KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) BANOARA ILAGA

TITIK

KOCROINAT (ACS) KOORDINAT SISTEM 'HOS 84

X(Meter)

Y(Meter)

LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR

* * •

A 1.1 18790 00) 20040 000 3 58 39 938 137 36 45 849

A 1.2 1879000) 19960 000 3 58 42 503 137 36 46 293

A 2.1 20060 00) 20040 000 3 58 32 860 137 37 26 383

K22 2006000) 19960.000 3 58 35.425 137 37 26 827

B I I 17665 00) 20152507 3 58 42.605 137 36 9317

B I 2 2118500) 20152507 3 58 22987 137 38 1666

B. 1.3 18790 00) 20210512 3 58 44 381 137 35 23 359

B 1.4 2006000) 20315000 3 58 45 091 137 36 21 161

821 1766500) 19647.493 3 58 52 382 137 36 11358

B 2.2 21185 000 19847.493 3 58 32.763 137 38 3358

B23 10790000 19785.560 3 58 51.993 137 36 10961

8.2.4 20060000 19685000 3 58 32.457 137 38 47.918

C l 1 16290.000 20290 000 3 58 (5.860 137 35 24.667

C. 1.2 22560000 20290 000 3 58 10915 137 38 44.787

C 2.1 16290000 19710000 3 58 52.382 137 36 11.006

C.2.2 22560.000 19710 000 3 58 29.506 137 38 48 006

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA NOMDR KM 143 TAHUN 2019 TANGGAL: 7 AGUSTUS 2019

WKEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Y= 15 000

RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

NAfcW GAMBAR

KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP)

NOMOR JUMLAH

: MArUKOf

2462-16 M

1150 M

Page 12: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

DATA POKOK

Arc A2'CPERMUKAAN KERUCUT 5%

PERMUKAAN HORIZONTAL DALAM 0%

KAAN TRANSISI (20%)

TITIK A1'C A1C A1B A1A A2A A2B A2C A2'C

JARAK (M) 1100 1012.75 852.25 60- 575 575 -60 1375 490 1100

JUMLAH JARAK (M) 3600 2500 1487.25 6£ 5 635 2010 2500 3600

KETINGGIAN AES (M) +110.00 +55.00 +55.00 +20.91 +o!()0 +55.00 +55.00 +110.00

KETINGGIAN MSL (M) +254 1.70 +24£6.70 +24£6.70 +2452.61 +24C 1.70 +2486 .70 +24f 6.70 +25 1.70

KEMIRINGAN (%) 5 0 4 4 0 5

POTONGAN MEMANJANG A-A

H =0.5 1.5 2.5

0 1 2 3Km

V =50 150 250

0 100 200 300m

TITIK KOORDINAT TH.08

3* 58' 34.444* LS 137* 37* 24.690* BT

KETINGGIAN BANDAR UDARA

2462.16 M

AZIMUT LANDAS PACU

80* 19*4.800* 260* 19'4.800*

PANJANG LANDAS PACU

1150 M

KLASflKASI LANDAS PACU

NON INSTRUMEN

KETINGGIAN TRESHOLD TH.08 = 2452.61 MSL / 8046 62 Feot TH.26 = 2431.70 MSL / 7978.02 Feot

TITIK REFERENSI 1 (TH.26)

X = 791336.136 Y = 9560036.773

3* 58' 34.477* LS 137* 37' 24.690* BT

TITIK REFERENSI II (TH.08)

X = 790202.516 Y = 9559842.369

3* 58' 40 886* LS 137* 36*47.985* BT

TITIK REFERENSI III (TENGAH RUNWAY)

X = 790769 326 Y = 9559939.071

3* 58' 37.682* LS 137* 37'6.338* BT

NOMOR : KM 143 TAHUN 2019TANGGAL: 7 AGUSTUS 2019_________________________________________

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

NAMK GAMBAR:

POTONGAN MEMANJANG KAWASAN KESELAMATAN

OPERASI PENERBANGAN (KKOP)

NOMOR JUMLAH

06 07

Page 13: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

2303.51 m

D1 'PERMUKAAN KERUCUT PERMUKAAN KERUCUT p 2

TITIK D1 C1 B1AA 2 B2 02 02

JARAK (M) 1100I 4C

2235 2251122540 I 2235 1100

JUMLAH JARAK (M) 3600 25nn 1 401 265 25 00 265 I40J_________________________

00 3600

KETINGGIAN AES (M) +110-00 +55.00 A 4? » +55.00 +110.00

KETINGGIAN MSL (M) +25' 1.70 +24«ifiyn +2431.7( le j0 +2486.70

H +2486.70 + j a c

+2431.70 *.70 +25- 1.70

KEMIRINGAN (%) 5 0 20 20 0 5

POTONGAN MELINTANG B-B

H =0.5 1.5 2.5

0 1 2 3Km

V =50 150 250

0 100 200 300m

DATA POKOK

TITIK KOORDINAT TH.08

3* 58' 34 444* LS 137* 37’ 24.690* BT

KETINGGIAN BANDAR UDARA

2462 18 M

AZIMUT LANDAS PACU

80' 19* 4.800* 260* 19'4.800*

PANJANG LANDAS PACU

1150 M

KLASFIKASI LANDAS PACU

NON INSTRUMEN

KETINGGIAN TRESHOLD TH.08 = 2452 81 MSL / 804662 Feel TH 26 = 213170 MSL / 7978.02 Feet

TITIK REFERENSI I (TH.28)

X = 791336 136 Y = 9560038.773

3* 58’ 34.477* LS 137* 37* 24.690* BT

TITIK REFERENSI II (TH.08)

X = 790202 516 Y = 9559842 369

3* 58'40 886* LS 137' 36'47.985* BT

TITIK REFERENSI III (TENGAH RUNWAY)

X = 790769 326 Y = 9559939.071

3* 58'37.682* LS 137* 37* 6.338* BT

aslinya

HUKUM

IUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KM 143 TAHUN 2019 TANGGAL: 7 AGUSTUS2019

WKEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

RENCANA INDUK BANDAR UDARA ILAGA KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

NAM1 GAMBAR:

POTONGAN MELINTANG KAWASAN KESELAMATAN

OPERASI PENERBANGAN (KKOP)

NOMOR JUMLAH

07 07

Page 14: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 8 -

LAMPIRAN II

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR KM 143 TAHUN 2019

TENTANG RENCANA INDUK BANDAR

UDARA ILAGA DI KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

RENCANA INDUK

I. Prakiraan Permintaan Kebutuhan Pelayanan Penumpang dan Kargo

Rencana pembangunan dan pengembangan fasilitas Bandar udara untuk

memenuhi kebutuhan operasi penerbangan dan pelayanan Bandar udara

dilakukan terutama berdasarkan perkembangan lalu lintas angkutan udara

sebagaimana tercantum pada Tabel I.

Tabel I

PRAKIRAAN PERMINTAAN JASA ANGKUTAN UDARA

BANDAR UDARA ILAGA DI KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

NO URAIANEKSISTING

(2017)TAH AP I

TAHAP

IITAH AP III

TAHAP

ULTIM ATEKETERANGAN

1. Pergerakan Penum pang (Pnp)

a.Tahunan 10.115 17.826 31.416 97.572 150.000 Penum pang

b. Harian 28 50 86 268 410 Penum pang

c. Jam Sibuk 16 30 48 108 200 Penum pang

2. Pergerakan Pesawat (Pesawat)

a. Tahunan 9.844 16.060 24.820 64.240 74.460 Pergerakan

b. Harian 28 44 68 156 204 Pergerakan

c. Jam Sibuk 12 12 14 18 22 Pergerakan

3. Kargo 5.267 8.483 13.661 35.434 40.000 Ton/Tahun

4.Jum lah Pesawat

Jam Sibuk

6 6 7 9 11Pesawat

5. Rute Terjauh Nabire Nabire Nabire Nabire Nabire -

Page 15: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 9 -

II. Kebutuhan Fasilitas

1. Fasilitas bandar udara yang direncanakan untuk dibangun dan

dikembangkan sebagaimana tercantum pada Tabel II.

2. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara

sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu), wajib didahului dengan

Kajian Lingkungan serta telah diterbitkannya Izin Pembangunan

Bandara oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia; dan

3. Pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara dilaksanakan

dengan mempertimbangkan prioritas kebutuhan dan kemampuan

pendanaan sesuai peraturan perundang-undangan.

Tabel II

RENCANA PENGEMBANGAN DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN

BANDAR UDARA ILAGA DI KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

NO URAIAN EKSISTING

TAHAPAN

KETTAH AP I TAHAP II TAH AP III

TAHAP

ULTIMATE

I FASILITAS SISI UDARA

LANDAS PACU (R U N W A Y ]

- Kode Referensi

BandaraIB IB 2B 2B 2B

- K lasifikasi Landas

Pacu (R u n w a y

C la ss ifica tion )

NON

INSTRUM EN

NON

INSTRUM E

N

NON

INSTRUM E

N

NON

INSTRUM E

N

INSTRUME

N NON

PRESISI

- Arah Landas Pacu

(R u n w a y O rien ta tion )08 - 26 08 - 26 0 8 - 2 6 08 - 26 08 - 26

- Pesawat Terbesar

(C r it ica l A irc ra ft)DHC 6 Twin

O tter

DHC 6

Twin Otter

DHC 6

Twin

O tter/N 219

DHC 4

Caribou

DHC 6

Twin

O tter/N 219

DHC 4

Caribou

DHC 6 Twin

Otter/N219

DHC 4

Caribou

Pesawat

- Landas Pacu

(R u n w a y )600 x 18 750 x 18 750 x 18 750 x 18 1 1 5 0 x 2 3 m2

- Strip Landas Pacu

(R u n w a y Strip )640 x 60 870 x 60 870 x 80 870 x 80 1270 x 80 m2

- R u n w a y E n d &

S a fe ty A re a

(R esa )

TH 08 - - - - - m 2

TH 26 - - 90 x 36 90 x 36 90 x 46 m 2

- TO R A (T a k e -

O f f R u n

A va ila b le )

TH 08 600 750 750 750 1150 m

TH 26 600 750 750 750 1150 m

Page 16: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 10-

NO URAIAN

TAHAPAN

KETEKSISTINGTAH AP I TAH AP II TAH AP III

TAHAP

ULTIMATE

- TO DA (T a k e -

O f f D is ta n ce

A v a ila b le )

TH 08 600 810 810 810 1210 m

TH 26 600 810 810 810 1210 m

- LDA (L a n d in g

D is ta n ce

A va ila b le )

TH 08 600 750 750 750 1150 m

TH 26 600 750 750 750 1150 m

- ASDA

(A ce le ra te S top

D is ta n ce

A va ila b le )

TH 08 600 750 750 750 1150 m

TH

26600 750 750 1150 m

LANDAS HUBUNG (T A X IW A Y )

- Landas Hubung

(Tcuciway)- - 103 x 18 103 x 18 100,5 x 18 m2

LANDAS PARKIR

(A PR O N )

- Kapasitas Parkir

Pesawat6 6 7 9 11

- Apron 50 x 35

85 x 30

50 x 35

85 x 30130 x 94 164 x 94 197 x 94 m 2

II FASILITAS SISI DARAT

1 Zona Publik

- Bangunan Term inal

Penum pang

(Term asuk V IP Room)

48 48 640 1240 1240 m2

- Ruang V IP (Eksisting) 80 80 - - - m 2

- Areal Parkir Roda

Empat6/210 6/210 11/385 30/1050 30/1050 unit/m 2

- Areal Parkir Roda

Dua10/50 10/50 12/60 15/75 15/75 unit/m 2

- Areal Parkir Taksi - - 3/105 8/280 8/280 unit/m 2

- Areal Parkir Bus - - 1/50 1/50 1/50 unit/m 2

- Fasilitas Ibadah - - 100 100 100 m 2

2 Zona Teknis

- M enara Pengawas

Lalu Lintas Udara- - 150 150 150 m 2

- Kantor Navigasi

Penerbangan48 48 100 160 160

- Kantor Operasi 48 48 90 224 300 m 2

- Kantor Adm inistrasi - - 130 252 450

- Lahan Parkir GSE - - 150 200 200 m 2

Page 17: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 11-

NO URAIAN EKSISTING

TAHAPAN

KETTAHAP I TAH AP II TAH AP III

TAHAP

ULTIMATE

- PKP-PK 42 42 246 310 310 m 2

- Poliklinik - - 80 140 140 m2

- GSE M aintenance

Building- - 150 328 328 m2

- Kantor BMKG - - 300 400 400 m2

- Tam an Pengam atan

BMKG- - 400 400 400 m 2

- Kantor Keam anan - - 15 50 50 m2

- A irp o r t M a in te n a n ce

B u ild in g- - - - - m2

- Rumah G enset /

P o w e r H o u s e- - 140 220 220 m 2

- Bangunan Sum ber

Air- 1 1 1 1 unit

- Tem pat Pem bakaran

Sampah- 1 1 1 1 unit

3 Zona Penum pang m2

- DPPU (Lahan) - - - - - m 2

- Term inal Kargo

(Lahan)- - 400 400 400 m 2

- Asram a - - 1/150 2/300 2/300 unit/m 2

- Fasilitas

Rumah

Dinas

T .70/140

- - 1/140 1/140 1/140 unit/m 2

T .45/104 2/208 2/208 2/208 2/208 2/208 unit/m 2

T .36/84 - 6/504 8/672 8/672 unit/m 2

- Pos Jaga - - 3 / 1 5 3 / 1 5 3 / 1 5 unit/m 2

II

I

FASILITAS NAVIGASI

PENERBANGANGPS GPS GPS GPS GPS

IV ALAT BANTU

PENDARATAN V ISU AL

W IND

SHOCK

WIND

SHOCK

WIND

SHOCK

W IND

SHOCK

WIND

SHOCK

MARKA MARKA MARKA M ARKA MARKA

V FASILITAS

KOMUNIKASI DAN

INFORMASI

VHF VHF VH F G/A VH F G/A VH F G/A

HF-SSB HF-SSB HF-SSB HF-SSB HF-SSB

IV PKP-PK - - CAT-4 CAT-4 CAT-4

VII FASILITAS PLLU - - - - -

Page 18: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 12-

III. Tata Letak Fasilitas dan Tahapan Pelaksanaan Pembangunan

Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan untuk keperluan peningkatan

pengoperasian, pelayanan, pengelolaan dan pengusahaan serta

pembangunan dan pengembangan bandar udara sebagaimana tercantum

dalam Lampiran II.A dan Lampiran II.B yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

Page 19: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 13-

IV. Kebutuhan dan Pemanfaatan Lahan

1. Untuk menyelenggarakan kegiatan pengoperasian, pelayanan,

pengelolaan dan pengusahaan serta pengembangan bandar udara

sesuai rencana induk, dengan rincian sebagai berikut:

a. lahan eksisting = ± 6,09 Ha

b. lahan untuk pengembangan = ± 33,85 Ha

Total Kebutuhan Lahan Bandar Udara = ± 39,94 Ha

2. Batas kebutuhan lahan sebagaimana dimaksud pada butir IV angka 1

(satu), dinyatakan dalam sistem koordinat bandar udara yang posisinya

ditentukan terhadap titik referensi sistem koordinat bandar udara

(perpotongan sumbu X dan sumbu Y) yang terletak pada koordinat

geografis 03° 58' 34,477" Lintang Selatan (LS) dan 137° 37' 24,690"

Bujur Timur (BT) atau pada koordinat bandar udara X = 20.000 meter

dan Y = 20.000 meter dimana sumbu X berimpit dengan sumbu landas

pacu yang mempunyai azimuth 80° 19’ 4,800”-260° 19’ 4,800” geografis

dan sumbu Y melalui ujung landas pacu TH.26 tegak lurus sumbu X,

sebagaimana tercantum pada Tabel III dan Tabel IV.

3. Kebutuhan luas lahan sebagaimana yang dimaksud pada butir IV angka

2 (dua) sebagaimana tercantum pada Lampiran II.C.

TABEL III

DAFTAR SISTEM KOORDINAT BATAS LAHAN EKSISTING

BANDAR UDARA ILAGA DI KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUASISTEM KOORDINAT SISTEM KOORDINAT DENGAN REFERENSI ELLIPSOID ID-95/ W G S ’84

TITIKBANDAR UDARA (ACS) KOORDINAT UTM KOORDINAT GEOGRAFIS

X Y X Y LINTANG SELATAN BUJUR TIM UR

(meter) (meter) (meter) (meter) 0 * “ 0 ‘ u

EX.01 20175.955 20034.487 791503.785 9560099.361 3 58 32.391 137 37 30.114

EX.02 20171.702 19962.362 791511.723 9560027.548 3 58 34.726 137 37 30.379

EX.03 20163.38 19951.232 791505.391 9560015.177 3 58 35.129 137 37 30.175

EX.04 20157.154 19947.277 791499.919 9560010.231 3 58 35.291 137 37 29.998

EX.05 20147.141 19945.538 791490.341 9560006.833 3 58 35.402 137 37 29.688

EX.06 20124.274 19943.345 791468.169 9560000.825 3 58 35.600 137 37 28.971

EX.07 20091.556 19945.553 791435.546 9559997.500 3 58 35.712 137 37 27.914

EX.08 20066.514 19946.749 791410.659 9559994.467 3 58 35.813 137 37 27.108

EX.09 20029.155 19945.043 791374.119 9559986.502 3 58 36.076 137 37 25.925

EX.10 20008.565 19943.789 791354.033 9559981.803 3 58 36.231 137 37 25.275

EX.11 19955.781 19952.435 791300.547 9559981.449 3 58 36.248 137 37 23.542

EX.12 19916.713 19942.165 791263.763 9559964.755 3 58 36.795 137 37 22.353

Page 20: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 14-

TITIK

SISTEM KOORDINAT

BANDAR UDARA (ACS)

SISTEM KOORDINAT DENGAN REFERENSI ELLIPSOID ID-95/ W G S ’84

KOORDINAT UTM KOORDINAT GEOGRAFIS

X Y X Y LINTANG SELATAN BUJUR TIM UR

(meter) (meter) (meter) (meter) O ‘ O t «

EX. 13 19901.712 19942.175 791248.973 9559962.242 3 58 36.878 137 37 21.874

EX. 14 19843.363 19949.169 791190.279 9559959.323 3 58 36.979 137 37 19.973

EX. 15 19809.696 19952.119 791156.596 9559956.569 3 58 37.072 137 37 18.882

EX. 16 19779.783 19953.761 791126.832 9559953.157 3 58 37.186 137 37 17.918

EX. 17 19745.166 19956.206 791092.298 9559949.746 3 58 37.301 137 37 16.799

EX. 18 19720.211 19958.358 791067.336 9559947.670 3 58 37.371 137 37 15.991

EX. 19 19662.837 19963.063 791009.988 9559942.659 3 58 37.540 137 37 14.134

EX.20 19630.274 19965.194 790977.530 9559939.283 3 58 37.653 137 37 13.082

EX.21 19605.382 19967.958 790952.528 9559937.822 3 58 37.703 137 37 12.273

EX.22 19580.833 19970.949 790927.826 9559936.641 3 58 37.744 137 37 11.472

EX.23 19554.094 19977.464 790900.372 9559938.567 3 58 37.684 137 37 10.583

EX.24 19538.122 19983.412 790883.627 9559941.744 3 58 37.583 137 37 10.040

EX. 2 5 19532.303 19999.261 790875.225 9559956.388 3 58 37.107 137 37 9.766

EX.26 19527.435 20013.189 790868.084 9559969.299 3 58 36.688 137 37 9.534

EX. 2 7 19526.000 20012.693 790866.753 9559968.569 3 58 36.712 137 37 9.491

EX. 2 8 19522.843 20029.427 790860.827 9559984.534 3 58 36.193 137 37 9.297

EX.29 19523.648 20103.896 790849.097 9560058.078 3 58 33.801 137 37 8.910

EX.30 19538.336 20116.452 790861.463 9560072.925 3 58 33.317 137 37 9.309

EX. 31 19582.721 20112.207 790905.930 9560076.205 3 58 33.206 137 37 10.749

EX. 32 19590.295 20107.551 790914.180 9560072.889 3 58 33.313 137 37 11.016

EX. 33 19608.363 20088.153 790935.252 9560056.806 3 58 33.834 137 37 11.701

EX.34 19635.954 20038.678 790970.771 9560012.676 3 58 35.266 137 37 12.856

EX.35 19660.986 20037.843 790995.587 9560016.063 3 58 35.153 137 37 13.659

EX. 36 19665.746 20040.151 790999.891 9560019.138 3 58 35.053 137 37 13.799

EX.37 19675.622 20039.644 791009.711 9560020.299 3 58 35.014 137 37 14.117

EX.38 19676.039 20037.319 791010.513 9560018.078 3 58 35.086 137 37 14.143

EX. 39 19725.801 20036.841 791059.648 9560025.975 3 58 34.824 137 37 15.734

EX. 40 19748.340 20036.976 791081.842 9560029.899 3 58 34.694 137 37 16.452

EX. 41 19780.531 20035.988 791113.741 9560034.339 3 58 34.546 137 37 17.485

EX.42 19825.516 20035.630 791158.146 9560041.551 3 58 34.307 137 37 18.923

EX.43 19875.293 20036.125 791207.131 9560050.411 3 58 34.014 137 37 20.509

EX.44 19902.904 20036.635 791234.263 9560055.557 3 58 33.844 137 37 21.388

EX.45 19950.327 20037.166 791280.920 9560064.056 3 58 33.562 137 37 22.898

EX.46 20014.647 20040.427 791343.776 9560078.088 3 58 33.099 137 37 24.933

EX.47 20041.946 20043.26 791370.210 9560085.472 3 58 32.856 137 37 25.789

EX.48 20064.396 20042.949 791392.392 9560088.940 3 58 32.741 137 37 26.507

EX.49 20087.021 20041.513 791414.936 9560091.330 3 58 32.661 137 37 27.237

EX. 50 20131.159 20037.409 791459.136 9560094.707 3 58 32.547 137 37 28.668

Page 21: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 15-

TABEL IV

DAFTAR SISTEM KOORDINAT BATAS LAHAN PENGEMBANGAN

BANDAR UDARA ILAGA DI KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUASISTEM KOORDINAT SISTEM KOORDINAT DENGAN REFERENSI ELLIPSOID ID -95/W GS’84

TITIKBANDAR UDARA (ACS) KOORDINAT UTM KOORDINAT GEOGRAFIS

X Y X Y LINTANG SELATAN BUJUR TIM UR

(meter) (meter) (meter) (meter) O * “ O < «

P.01 20170.000 19960.086 791510.428 9560025.018 3 58 34.809 137 37 30.337

P.02 20170.000 19905.000 791519.692 9559970.717 3 58 36.574 137 37 30.643

P. 03 18770.000 19905.000 790139.633 9559735.267 3 58 44.377 137 36 45.959

P.04 18770.000 20095.000 790107.679 9559922.561 3 58 38.287 137 36 44.905

P.05 19425.540 20095.000 790753.882 9560032.809 3 58 34.633 137 37 5.828

P.06 19425.540 20355.200 790710.122 9560289.302 3 58 26.293 137 37 4.384

P.07 19936.981 20355.200 791214.279 9560375.316 3 58 23.443 137 37 20.707

P.08 19936.981 20095.000 791258.038 9560118.822 3 58 31.783 137 37 22.151

P.09 20170.000 20095.000 791487.738 9560158.010 3 58 30.484 137 37 29.588

P.10 20170.000 20034.843 791497.855 9560098.711 3 58 32.412 137 37 29.922

Page 22: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 16-

V. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

1. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan terdiri atas:

a. batas-batas ketinggian pada kawasan ancangan pendaratan dan

lepas landas pada ujung landas pacu 26 ditentukan dengan

kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu

sebagai berikut:

1) Bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen)

arah ke atas dan keluar dimulai dari ujung permukaan utama

pada ketinggian landas pacu 26 sampai jarak mendatar 11375 m

pada ketinggian 55 m di atas ambang landas pacu 26;

2) Bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak

mendatar tambahan 490 m pada ketinggian 55 m di atas ambang

landas pacu 26;

3) Bagian ketiga dengan kemiringan 5% (lima persen) arah ke atas

dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 635 m pada

ketinggian 86,75 m di atas ambang landas pacu 26;

b. batas-batas ketinggian kawasan ancangan pendaratan dan lepas

landas pada ujung landas pacu 08 ditentukan dengan kemiringan

dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu sebagai berikut:

1) bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen)

arah ke atas dan keluar dimulai dari ujung permukaan utama

pada ketinggian ambang landas pacu 08 sampai jarak mendatar

852,25 m pada ketinggian 55 m di atas ambang landas pacu 26;

2) Bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak

mendatar tambahan 1012,75 m pada ketinggian 55 m di atas

ambang landas pacu 26;

3) Bagian ketiga dengan kemiringan 5% (lima persen) sampai jarak

mendatar tambahan 635 m pada ketinggian 86,75 m di atas

ambang batas landas pacu 26;

c. kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, batas-batas ketinggian

ditentukan oleh ketinggian kemiringan 2% (dua persen) arah ke atas

dan keluar dimulai ujung permukaan utama pada ketinggian

masing-masing ambang landas pacu sampai dengan ketinggian +55

m di atas ambang landas pacu 26 sepanjang jarak mendatar 2500 m

melalui perpanjangan sumbu landas pacu;

Page 23: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 17-

d. kawasan di bawah permukaan transisi, batas-batas ketinggian

ditentukan oleh kemiringan 20% (dua puluh persen) arah ke atas

dan keluar, dimulai sisi panjang dan pada ketinggian yang sama

seperti permukaan utama serta permukaan ancangan pendaratan

dan lepas landas menerus sampai memotong permukaan horizontal

dalam pada ketinggian +55 m di atas ketinggian ambang landas pacu

26;

e. kawasan di bawah permukaan horizontal dalam, batas-batas

ketinggian ditentukan +55 m di atas ketinggian ambang landas pacu

26;

f. Kawasan di bawah permukaan kerucut, batas-batas ketinggian

ditentukan oleh kemiringan 5% (lima persen) arah ke atas dan

keluar, dimulai tepi luar kawasan di bawah permukaan horizontal

dalam pada ketinggian +55 m sampai ketinggian +110 m di atas

ketinggian ambang landas pacu 26;

g. titik koordinat kawasan keselamatan operasi penerbangan

sebagaimana dimaksud pada butir V angka 1 (satu) sebagaimana

tercantum pada Tabel V.

Tabel V

TITIK KOORDINAT KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN

BANDAR UDARA ILAGA DI KABUPATEN PUNCAK

PROVINSI PAPUA

A. Kawasan Ancangan Pendaratan Dan Lepas Landas

TITIK

KOORDINAT

BANDAR UDARA (ACS)KOORDINAT UTM ZONE

KOORDINAT GEOGRAFIS

(REFERENSI W GS-84)

X Y X Y LINTANG UTARA BUJUR TIM UR

(METER) (METER) (METER) (METER) ° ■ » O ■ "

A. 1.1. 18,790.000 20,040.000 790,136.785 9,559,871.679 3 58 39.938 137 36 45.849

A .1.2. 18,790.000 19,960.000 790,150.306 9,559,792.830 3 58 42.503 137 36 46.293

A .2.1. 20,060.000 20,040.000 791,388.512 9,560,086.337 3 58 32.860 137 37 26.383

A.2.2. 20,060.000 19,960.000 791,402.034 9,560,007.488 3 58 35.425 137 37 26.827

C . l . l . 16,290.000 20,290.000 787,630.498 9,559,695.527 3 58 45.860 137 35 24.667

C .1.2. 22,560.000 20,290.000 793,810.287 9,560,755.296 3 58 10.915 137 38 44.787

C.2.1. 16,290.000 19,710.000 787,728.531 9,559,123.872 3 58 52.382 137 36 11.008

C.2.2. 22,560.000 19,710.000 793,908.320 9,560,183.642 3 58 29.506 137 38 48.006

Page 24: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 18-

B. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan

TITIK

KOORDINAT

BANDAR UDARA (ACS)KOORDINAT UTM ZONE

KOORDINAT GEOGRAFIS

(REFERENSI W GS-84)

X Y X Y LINTANG UTARA BUJUR TIM UR

(METER) (METER) (METER) (METER) ° ' " O 1 "

A. 1.1.18,790.000 20,040.000 790,136.785 9,559,871.679 3 58 39.938 137 36 45.849

A. 1.2.18,790.000 19,960.000 790,150.306 9,559,792.830 3 58 42.503 137 36 46.293

A .2.1. 20,060.000 20,040.000 791,388.512 9,560,086.337 3 58 32.860 137 37 26.383

A.2.2.20,060.000 19,960.000 791,402.034 9,560,007.488 3 58 35.425 137 37 26.827

B .1.1.17,665.000 20,152.507 789,282.392 9,559,811.629 3 58 42.605 137 36 9.317

B .1.2.21,185.000 20,152.507 792,720.488 9,560,454.265 3 58 22.987 137 38 1.665

B.2.1.17,665.000 19,837.493 789,324.723 9,559,564.782 3 58 52.382 137 36 11.358

B.2.2.21,185.000 19,837.493 792,780.491 9,560,104.372 3 58 32.763 137 38 3.358

C. Kawasan Di Bawah Permukaan Transisi

TITIK

KOORDINAT

BANDAR UDARA (ACS)KOORDINAT UTM ZONE

KOORDINAT GEOGRAFIS

(REFERENSI W GS-84)

X Y X Y LINTANG UTARA BUJUR TIM UR

(METER) (METER) (METER) (METER) O • " ° ■ "

A. 1.1.18,790.000 20,040.000 790,136.785 9,559,871.679 3 58 39.938 137 36 45.849

A.2.1.20,060.000 20,040.000 791,388.512 9,560,086.337 3 58 32.860 137 37 26.383

B .1.1.17,665.000 20,152.507 789,282.392 9,559,811.629 3 58 42.605 137 36 9.317

B .1.3.18,790.000 20,210.512 790,107.975 9,560,039.677 3 58 44.381 137 35 23.359

B .1.4.20,060.000 20,315.000 791,342.031 9,560,357.381 3 58 45.091 137 36 21.161

B .1.2.21,185.000 20,152.507 792,720.488 9,560,454.265 3 58 22.987 137 38 1.665

A .1.2.18,790.000 19,960.000 790,150.306 9,559,792.830 3 58 42.503 137 36 46.293

B.2.1.17,665.000 19,837.493 789,324.723 9,559,564.782 3 58 52.382 137 36 11.358

B.2.3.18,790.000 19,685.000 790,179.116 9,559,624.833 3 58 51.993 137 36 10.981

B .2.4.20,060.000 19,685.000 791,448.515 9,559,736.445 3 58 32.457 137 38 47.918

B.2.2.21,185.000 19,837.493 792,780.491 9,560,104.372 3 58 32.763 137 38 3.358

A.2.2.20,060.000 19,960.000 791,402.034 9,560,007.488 3 58 35.425 137 37 26.827

2. Untuk mendirikan, mengubah atau melestarikan bangunan, serta

menanam atau memelihara benda tumbuh di dalam Kawasan

Keselamatan Operasi Penerbangan harus memenuhi batas-batas

ketinggian sebagaimana dimaksud dalam angka 1 (satu) dalam butir V.

Page 25: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 19-

3. Untuk mendirikan bangunan baru di dalam kawasan ancangan

pendaratan dan lepas landas, harus memenuhi batas ketinggian dengan

tidak melebihi kemiringan 1,6% (satu koma enam persen) arah ke atas

dan keluar dimulai ujung permukaan utama pada ketinggian masing-

masing ambang landas pacu 26 dan landas pacu 08.

4. Pada kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan sampai jarak mendatar

1100 m ujung-ujung permukaan utama hanya digunakan untuk

bangunan yang diperuntukkan bagi keselamatan operasi penerbangan

dan benda tumbuh yang tidak membahayakan keselamatan operasi

penerbangan dengan batas ketinggian sebagaimana diatur dalam

Keputusan Menteri ini.

5. Pada kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan tidak diperkenankan

mendirikan bangunan yang dapat menambah tingkat fatalitas apabila

terjadi kecelakaan pesawat antara lain bangunan SPBU, pabrik atau

gudang kimia berbahaya, SUTT dan/atau SUTET.

6. Untuk mempergunakan tanah, perairan atau ruang udara di setiap

kawasan yang ditetapkan dalam Keputusan ini, harus mematuhi

persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasi

penerbangan atau komunikasi radio antara bandar udara dan

pesawat udara;

b. tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu

udara dengan lampu-lampu lain;

c. tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang

mempergunakan bandar udara;

d. tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara;

e. tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung atau dengan cara lain

dapat membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas

atau gerakan pesawat udara yang bermaksud mempergunakan

bandar udara.

7. Pengecualian terhadap ketentuan mendirikan, mengubah, atau

melestarikan bangunan sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu),

angka 2 (dua), angka 3 (tiga), angka 4 (empat) dan angka 5 (lima) dalam

butir V harus mendapat persetujuan Menteri Perhubungan, dan

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. merupakan fasilitas yang mutlak diperlukan untuk operasi

penerbangan;

Page 26: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA …

- 20 -

b. memenuhi kajian khusus aeronautika; dan

c. sesuai dengan ketentuan teknis keselamatan operasi penerbangan.

8. Terhadap bangunan yang berupa benda tidak bergerak yang sifatnya

sementara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau

yang telah ada secara alami, sebelum diterbitkannya Keputusan ini

antara lain gedung-gedung, menara, cerobong asap, gundukan tanah,

jaringan transmisi, bukit dan gunung yang sekarang ini menjadi

penghalang (obstacle) tetap diperkenankan sepanjang prosedur

keselamatan operasi penerbangan terpenuhi.

9. Pemberian tanda dan/atau pemasangan lampu

a. bangunan-bangunan dan/atau benda-benda sebagaimana

dimaksud dalam angka 9 (sembilan) harus diberi tanda atau

dipasangi lampu.

b. pemberian tanda atau pemasangan lampu, termasuk pengoperasian

dan pemeliharaannya dilaksanakan oleh dan atas biaya pemilik atau

yang menguasainya dan dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang

akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

10. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud

pada angka 1 (satu) dalam butir V tercantum pada Lampiran II.D,

Lampiran II.E, dan Lampiran II.F.

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI