kepribadian siswa.docx
-
Upload
vinton-ianda -
Category
Documents
-
view
332 -
download
0
description
Transcript of kepribadian siswa.docx
Makalah Psikologi Pendidikan
KEPRIBADIAN SISWA
DISUSUNOLEH
Chintya Febri R (1106103010075)
Cut Fajar A (11060103010068)
Ika Mulyani (1106103010064)
Nurasyidah (1106103010070)
Riska Yuliandari (1106103010028)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi dua aspek, yakni aspek
kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality), Aspek kemampuan
meliputi prestasi belajar, inteligensia dan bakat, sedangkan aspek kepribadian
meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap, dan motifasi.
Ilmu tentang kepribadian cakupannya sangat luas, yang pada perkembangan-
nya, teori ini sudah sangat maju dalam pengenalan yang lebih luas tentang
kepribadian manusia. Namun, meskipun hanya membatasi sebagian dari pengetahuan
itu, membicarakan kepribadian merupakan suatu hal yang menarik.
Kepribadian sangat perlu diketahui dan dipelajari karena kepribadian sangat
berkaitan erat dengan pola penerimaan lingkungan sosial terhadap seseorang. Orang
yang memiliki kepribadian sesuai dengan pola yang dianut oleh masyarakat
dilingkungannya, akan mengalami penerimaan yang baik, tetapi sebaiknya jika
kepribadian seseorang tidak baik, apalagi bertentangan dengan pola yang di anut
lingkungannya, maka akan terjadi penolakan dari masyarakat.
Jika terdapat kesesuaian antara kepribadian yang dimiliki dengan lingkungan
sosial, akan terjadi keseimbangan diantara kedua nya, sebaliknya jika terjadi ketidak
sesuaian di antara keduanya, maka akan timbul akibat, yaitu orang tersebut akan
mencari lingkungan sosial yang sesuai atau mengadakan penyesuaian terhadap
lingkungan sosialnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepribadian
Personallity atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng,
yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri. Bagi bangsa romawi persona berarti
“bagaimana seseorang tampak pada orang lain”, jadi bukan diri yang sebenarnya.
Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris person, atau persona
dalam bahasa latin yang berarti manusia sebagai perseorangan, diri manusia atau diri
orang lain (Djaali, 2011).
Sumber lain melihat, pribadi (persona, personaidad) adalah akar struktural
dari kepribadian, sedang kepribadian (personallity, personalidad) adalah pola
perilaku seseorang didalam dunia.
Secara filosofis pribadi adalah “aku yang sejati” dan kepribadian merupakan
“penampakan sang aku” dalam bentuk perilaku tertentu. Disini muncul gagasan
umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain
yang di peroleh dari apa yang di pikir, dirasakan, dan di perbuat yang terungkap
melalui perilaku. Banyak definisi tentang kepribadian, tetapi uraian paling lengkap
adalah yang di kekmukakan oleh G.W. Allport “kepribadian adalah organisasi
(susunan) dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan
penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan”.
Atkinson (1996) kepribadian sebagai pola prilaku dan cara berpikir yang
khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Istilah khas
menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahawa orang cenderung untuk bertindak
atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi.
Sementara itu menurut Kelly (1991) kepribadian di artikan sebagai cara yang
unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
Menurut Wheeler (1982) kepribadian dalah pola khusus atau keseimbangan
dari pada reaksi-reaksi yang teratur yang menampakkan sifat khusus individu di
antara individu-individu lain.
2.2 Faktor-Faktor Kepribadian
Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007) tipologi
kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka
mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang
menentukan temperamen seseorang. Tipe kepribadian itu antara lain:
1. Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan
pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak
sabar.
2. Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan
temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
3. Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban,
pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
4. Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang,
aktif, dinamis, dan cekatan.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan
Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi
kepribadian sebagai berikut:
1. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
2. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-
sungguh, tidak kreatif.
3. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka
menghindar (evasive), neurotik.
4. Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
5. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah
berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
6. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak
emosional.
7. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
8. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS
emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
9. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
10. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban,
malas, mudah lelah.
11. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
12. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kepribadian
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa mengenai perkembangan
pola kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian
seseorang termasuk peserta didik, yaitu:
1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya,
misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat
sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat
kecerdasannya.
2. Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil.
Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan
sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
3. Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan
dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat
sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada
diri seseorang.
2.4 Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian terbagi dua yaitu :
a. Gangguan Kepribadian Paranoid
Dalam gangguan ini adalah perasaan curiga yang pervasive,
kecenderungan untuk menginterpretasi perilaku orang lain sebagai hal yang
mengancam atau merendahkan. Orang dengan gangguan ini sangat tidak
percaya dengan orang lain, dan hubungan social mereka terganggu
karenanya. Meski mereka mencurigai rekan kerja atau teman mereka atau
atasan mereka, pada umumnya mereka tetap dapat bekerja. Orang yang
memiliki gangguan paranoid cenderung terlalu sensitif terhadap kritikan, baik
itu nyata maupun yang dibayangkan. Mereka paham pada ketidak hormatan
baik itu kecil sekalipun. Mereka mudah marah dan tidak terima bila mereka
pikir mereka telah diperlakukan dengan buruk. Selain itu mereka juga tidak
percaya pada orang lain, selalu mempertanyakan ketulusan yang orang lain
berikan, senyuman atau lirikan bisa ditanggapi dengan kecurigaan.
b. Gangguan Kepribadian Skizoid
Isolasi sosial adalah ciri utama dari gangguan ini. Sering kali
digambarkan sebagai penyendiri atau eksentrik, orang dengan kepribadian
skizoid kehilangan minat pada hubungan social. Emosi dari orang yang
berkepribadian skizoid tampak dangkal atau tumpul, namun pada derajat
yang lebih rendah disbanding skizofrenia. Orang dengan gangguan ini jarang
mengalami marah, senang atau kebahagiaan yang mendalam. Mereka tampak
jauh menjaga jarak. Wajah mereka cenderung tidak menampilkan ekspresi
emosional, mereka jarang bertukar senyum, salam, atapun hanya sekedar
anggukan kepala kepada orang lain. Mereka tampak tidak terpengaruh pada
kritik atau pujian dan tampak terbungkus dalam ide-ide abstrak daripada
dalam pikiran mengenai manusia. Pola kepribadian schizoid umumnya dapat
dikenali saat masa awal dewasa. Pria yang menderita gangguan ini jarang
berkencan dengan wanita atau menikah. Perempuan dengan gangguan ini
cenderung menerima ajakan romantis secara pasif dan menikah, namun
mereka jarang berinisiatif untuk membina hubungan atau untuk
mengembangkan hubungan yang kuat dengan pasangan mereka.
2.5. Kajian Kepribadian Siswa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Personallity atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng,
yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri bagi bangsa romawi persona berarti
“ bagaimana seseorang tampak pada orang lain”, jadi bukan diri yang sebenarnya.
Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris person, atau persona
dalam bahasa latin yang berarti manusia sebagai perseorangan, diri manusia atau diri
orang lain.
Menurut Kelly (1991) kepribadian di artikan sebagai cara yang unik dari
individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
Gangguan kepribadian dikategorikan dalam gangguan mental dan perilaku,
khususnya dibawah gangguan mental dan perilaku. Pola-pola perilaku pada
gangguan kepribadian biasanya berhubungan dengan gangguan berat pada
kecenderungan perilaku individu, biasanya melibatkan beberapa bidang kepribadian,
dan hampir selalu dikaitkan dengan gangguan pribadi dan sosial yang cukup besar.
Selain itu, gangguan kepribadian yang tidak fleksibel dan menyebar luas di banyak
situasi, sebagian besar fakta bahwa perilaku seperti itu ego-syntonic (yaitu pola yang
konsisten dengan integritas ego individu) dan karenanya dianggap tepat oleh individu
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson. 1996. Faktor-Faktor Kepribadian Siswa. (Online): http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/pentingnya-mengenal-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar/ (diakses tanggal 12 Maret 2013).
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, B, S. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djaali. 2011. Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hippocrates, Galenus. 2007. Macam-Macam Karakteristik Kepribadian Peserta Didik. (Online): http://alfinpink1.blogspot.com/2010/01/macam-macam-karakteristik-kepribadian.html (diakses tanggal 25 Maret 2013).
Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas. (online): http://alfinpink1.blogspot.com/2010/01/macam-macam-karakteristik-kepribadian.html (diakses tanggal: 25 Maret 2013).
Mahmud. 1990. Macam-Macam Karakteristik Kepribadian Peserta Didik. (Online): http://alfinpink1.blogspot.com/2010/01/macam-macam-karakteristik-kepribadian.html. (diakses pada tanggal 25 Maret 2013).
Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. (Online): http://alfinpink1.blogspot.com/2010/01/macam-macam-karakteristik-kepribadian.html. (diakses tanggal: 25 Maret 2013).
Wheeler. 1982. Faktor-Faktor Kepribadian Siswa. (Online): http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/pentingnya-mengenal-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar/ (diakses tanggal 12 Maret 2013).