keperkasaan media
-
Upload
hasimurrahman-el-hanie -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of keperkasaan media
-
7/22/2019 keperkasaan media
1/16
1
1. PENDAHULUAN
Mobilisasi media massa baik cetak maupun elektronik semakin tidak mengenal
batasan jarak dan waktu. Era globalisasi pada saat ini membuat segala hal tampak
sangat mudah, termasuk dalam berkomunikasi. Media massa memberikan banyak
kemudahan bagi suatu bangsa bertukar informasi. Segala informasi dan kebudayaan
dapat diakses melalui media dengan mudah, murah dan sangat cepat, sehingga
informasi dan kebudayaan dari negara berbeda akan berpotensicmempengaruhi
kebudayaan yang menerima informasi tersebut dengan proses yang relative singkat,
semua ini tidak terlepas dari pengaruh media massa sebagai alat komunikasi. Hal ini
menjadikan pengaruh pengaruh yang sangat luar biasa bagi seseorang dan lebih luas
lagi bagi bangsa dan negara. Pembentukan karakter dan kepribadian seseorang
ditentukan ketika seseorang tersebut bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Baik
itu lingungan fisik yang diperoleh dengan pergaulan secara langsung individu lepas
individu, melalui buku atau media cetak ataupun melalui media media elektronik
seperti televisi, radio bahkan internet. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa media massa
memang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan identitas
nasional suatu bangsa.
Identitas nasional suatu bangsa adalah keunikankeunikan tersendiri yang tidak
dimiliki oleh bangsa lain dan membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain di belahan
dunia. Keunikan ini menjadi tanda pengenal dan jati diri bagi sebuah bangsa. Identitas
merupakan alat pemersatu yang menjiwai perumusan tujuan nasional dan sekaligus
bagaimana mencapainya. Oleh karena itu setiap warga negara haruslah mengerti apa
yang menjadi identitas bangsanya, karena setiap tindakan yang seseorang ambil
merupakan cerminan identitas bangsnya. Keluar masuknya kebudayaan kebudayaan
-
7/22/2019 keperkasaan media
2/16
2
asing melalui media massa sebenarnya dapat membentuk masyarakat yang majemuk,
dinamis dan akhirnya membuat identitas kebangsaan semakin kuat dan mengakar dalam
benak masyarakat sehingga dapat memperkaya kekayaan cultural suatu bangsa.
Namun demikian proses pembetukan identitas nasional bukan merupakan sesuatu
yang sudah selesai pada titik tertentu, tetapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang
mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi pergeseran nilai dari identitas itu sendiri
apabila identitas itu tidak dapat di jaga dan dilestarikan, dan pada akhirnya
mengakibatkan identitas global menguasai nilai nilai identitas nasional itu sendiri.
Dalam hal ini pengaruh media massa dalam penyebaran identitas sebuah bangsa dan
akhirnya membentuk identitas baru sangatlah kuat. Tanpa media cetak ataupun
elektronik niscaya persebaran identitas tidak akan sekuat saat ini. Mereka memegang
kunci bagi masuk serta keluarnya suatu kebudayaan.
Karena media massa adalah jalan bagi masuknya pengaruh dari luar maka media
massa juga harus mampu menjadi filter bagi masuknya pengaruh pengaruh tersebut.
Hal ini menjadi penting karena di suatu bangsa telah terdapat tatanan norma norma
yang sudah disepakati dan dilaksanakan oleh pelakunya, namun terkadang bagi bangsa
lain mungkin saja norma norma tersebut tidak bisa dengan serta merta diterima dan
diterapkan karena dinilai tidak sesuai dengan kaidah kaidah ataupun latar belakang
bangsa yang bersangkutan. Untuk itu menjadi tugas media massa untuk mampu
memilah dan memilih mana yang sekiranya pantas dan mana yang tidak bagi khalayak
bangsanya, selain memang sudah menjadi tugas tiap tiap individu untuk membatasi
mana mana saja pengaruh yang dirasa baik.
n terkecil yang yaitu diri sendiri dan keluarga.
-
7/22/2019 keperkasaan media
3/16
3
2. KEPERKASAAN MEDIA DALAM
MENGANGKAT DAN MENJATUHKAN TOKOH
1.Media MassaMedia massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari
sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi
mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah
faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik,
pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa
adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001).
Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika
masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu media
yang berorentasi pada aspek (1) penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak, (2)
pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada
pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vokal
(Liliweri,2001).
Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi
berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film
bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam
istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan
menggunkan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan
artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi
untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap,
pendapat dan prilaku komunikasi.
-
7/22/2019 keperkasaan media
4/16
4
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan
secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media
massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang
dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada
waktu yang tak terbatas (Nurudin,2007).
Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu
bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa
adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan
mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak
perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi
satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai
pengetahuan pertama. Media massa merupakan jenis sumber informasi yang disenangi
oleh petani pada tahap kesadaran dan minat dalam proses adopsi inovasi
(Fauziahardiyani, 2009).
2.Opini Publi kMoore (2004: 55) berpendapat akar dari proses pembentukan opini adalah
sikap (attitude). Sikap adalah perasaan atau suasana hati seseorang mengenai
orang, organisasi, persoalan atau objek. Sikap menggambarkan predisposisi
seseorang untuk mengevaluasi masalah kontroversional dengan cara
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Secara singkat, sikap adalah suatu
cara untuk melihat situasi. Sikap yang diungkapkan adalah opini. Latarbelakang
kebudayaan, ras, dan agama seringkali menentukan sikap seseorang. Sama halnya
dengan R.P Abelson (dalam Ruslan 1999) bahwa untuk memahami proses
pembentukan opini seseoang dan Publik berkaitan erat dengan sikap mental
-
7/22/2019 keperkasaan media
5/16
5
(Attitude), persepsi (persepstion) yaitu proses pemberian makna dan hingga
kepercayaan tentang sesuatu(belief).
Menurut Sunarjo (1984), opini, sikap, perilaku, tidak dapat untuk
dipisahkan. Ada beberapa konsep yang dikemukakan oleh Sunarjo (1984) tentang
opini yaitu :
1. Opini atau pendapat merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatupersoalan atau issu ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata
yang diajukan secara tertulis ataupun lisan.
2. Sikap atau attitude adalah reaksi seseorang yang mungkin sekaliterbuka/terlihat, akan tetapi tidak selalu dimaksudkan untuk dinyatakan/
diperlihatkan, karena itu tidak selalu dimaksudkan untuk dinyatakan atau
diperlihatkan, karena itu dinyatakan bahwa sikap atau attitude reaksi yang
tertutup (covert).
3. Biasanya sikap seseorang mencerminkan sekaligus pendapatnya secaraimplisit (dari bahasa latin implicite artinya meskipun belum atau tidak
disebut, sudah termasuk didalamnya).
4. Opini merupakan pernyatan yang diucapkan atau tertulis/tulisan, makasikap atau attitude merupakan kecenderungan untuk merespon secara positif
atau negatif kepada seseorang yang tertentu, objek atau situasi yang tertentu
pula.
5. Opini dianggap sebagai jawaban lisan pada individu yang memberi respon(tanggapan) kepada stimulus dimana dalam situasi/keadaan yang pada
umumnya diajukan suatu pertanyaan.
-
7/22/2019 keperkasaan media
6/16
6
6. Keyakinan merukan sikap dasar seseorang yang biasanya bertujuanmencapai cita-citanya, memecahkan suatu persoalan ataupun mewujudkan
suatu rencana.
Perubahan opini bisa terjadi bila ada faktor ataupun data serta pengalaman
yang baru,hal mana menjelaskan bahwa derngan jangka waktu lebih lama
masyarakat dapat menerima suatu ide yang mula-mula ditolaknya. Kejujuran
dalam diri manusia untuk hidup dalam situasi yang sebaik mungkin, menyebabkan
bahwa Koreksi opini akan mengakibatkan perubahan sikap:
(a) Dalam hal ini dikemukakan bahwa ada bermacam-macam opini yaitu :
- Opini yang berisi atau berwujud ide/gagasan.
- Opini keyakinan atau ideologi
- Opini yang berupa pemikiran
(b) Semua pembentukan opini didasarkan pada pengalaman pribadi dan
pengalamn orang lain secara langsung atupun tidak langsung diketahui oleh
individu dan terkenal sebagai fr ame of reference.
Bentuk opini lain yang sifatnya lebih kuat ditengah kehidupan masyarakat
adalah opini umum. Opini umum ini adalah opini yang berakar kepada radisi serta
data istiadat, berkembang dari dahulu hingga sekarang dan telah diterima
sebagaimana adanya tanpa kesadaran dan kritik dari generasi lama oleh generasi
muda.
Opini umum biasanya berdasarkan nilai dan norma-norma yang berwujud
sanksi-sanksi sosial, sehingga ada orang yang mempersoalkannya berarti
mempersoalkan kaidah-kaidah sosial yang pada dasarnya sudah tidak dapat
dipersoalkan lagi karena telah diterima menurut tradisi dan adat istiadat.
-
7/22/2019 keperkasaan media
7/16
7
Sebagai contoh mengenai opini umum ini misalnya adanya opini yang
mendukung monogami diberbagai negara ataupun sebaliknya. Opini disuatu negara
menyetujui adanya poligami selain itu adanya sikap saling menghormat terhadap
bendera kebangsaan pada setiap negara.
Dengan demikian maka opini umum itu merupakan iklim sosial dimana
sebagian besar bersum ber pada opini persona, opini kelompok demikian juga opini
publik. Walaupun opini ini adalah opini yang menetap dan bersifat statis, namun
apabila ada suatu peristiwa yang cukup menggoncangkan ataupun rangsangan yang
hebat dari luar sehingga menimbulkan masalah yang kontraversial maka akan
mampu menggoyahkan opini umum menjadi opini publik yang dinamis, bahkan
tidak sampai disitu saja karena opini publik tersebut dapat agresif.
Akan tetapi sebaliknya opini publik yang menetap dan solid/padat atau
opini publik yang mantap lama kelamaan akan meresap dan pada akhirnya menjadi
nilai dan norma-norma dan kemudian dapat dirasakan sebagai suatu iklim sosial
dan selanjutnya akan menjadi opini umum.
Faktor-faktor yang dapat membentuk pendapat umum menurut D.W. Rajeki
(Ruslan, 1999) mempunyai tiga komponen yang dikenal dengan istilah ABC of
Attitude, yang penjelasannya sebagai berikut:
1.
Komponen A : Affect (perasaan atau emosi). Komponen ini berkaitan
dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci dan lain sebagainya.
Kemudian komponen afektif tersebut merupakan evaluasi berdasarkan
perasaan seseorang yang secara emotif (aspek emosional) untuk
menghasilkan penilaian yaitu baik atau buruk.
2. Komponen B ; Behaviour (tingkah laku). Komponen ini lebih menampilkantingkah laku atau perilaku seseorang, misalnya bereaksi untuk memukul,
-
7/22/2019 keperkasaan media
8/16
8
menghancurkan, menerima, menolak dan sebagainya. Jadi merupakan onen
untuk menggerakkan seseorang secara aktif untuk melakukan tindakan atau
berprilaku atas suatu reaksi yang sedang dialaminya.
3. Komponen C : Cognition (pengertian atau nalar). Komponen kognisiberkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan,
fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya. Komponen ini
menghasilkan penilaian atau pengertian dari seseorang berdasarkan
penilaian atau rasio atau kemampuan nalarnya. Artinya kognitif tersebut
merupakan aspek kemampuan intelektualitas seseorang yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan pentingnya opini publik di
dalam masyarakat perlu diketahui beberapa hal tentang pengaruh dan
sifatnya yang dikemukakan oleh Ruslan (1999) yaitu :
3.Media Massa (Televisi)Dalam kapasitasnya sebagai media massa, pada dasarnya televisi memiliki 4
(empat) fungsi sosial sebagaimana yang diungkapkan Wilbur Schramm, yakni fungsi
member ikan penerangan (in formasi), pendidikan, mempengaruhi dan mengisi waktu
luang atau senggang (Williams, 1989:15). Namun dalam kenyataanya, penggunaan
televisi baik oleh stasiun televisi maupun masyarakat penontonya justru lebih cenderung
digunakan sebagai media hiburan dibanding fungsi sosial lainnya. Sebagai ilustrasinya
misalnya, suatu penelitian di Brazil yang melibatkan 6 (enam) suku menunjukkan
bahwa dari 1.972 responden yang ditanya mengenai acara favorit mereka di televisi,
sebanyak 57% atau sekitar 898 orang lebih menyukai acara hiburan seperti telenovela,
film seri atau film lepas, dan komedi atau humor dibanding acara lainnya (Kottak,
1990:66)
-
7/22/2019 keperkasaan media
9/16
9
Era industri televisi seperti saat ini, di mana hampir seluruh masyarakat tidak
dapat lepas dari terpaan media, khususnya televisi, maka pada dasarnya para pengelolah
media massa memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan gambaran realitas
dari kenyataan yang sebenarnya. Sehubungan dengan ini, Denis McQuail dalam buku
Mass Communication Theory(1994:65-66) menjelaskan 6 (enam) kemungkinan yang
berhubungan dengan peran media yang berhubungan dengan gambaran realitas tersebut
yakni:
1. Sebagai jendela (a window on events and experiences), yang membukakancakrawala kita mengenai berbagai hal di luar diri kita tanpa campur tangan dari
pihak lain. Dengan kata lain, dalam hal ini realitas disampaikan apa adanya
kepada publik/masyarakat.
2. Sebagai cermin (a mirror of events in society and the world implaying a faithfulreflection), dari berbagai kejadian disekitar kita. Isi media pada dasarnya adalah
pantulan dari berbagai peristiwa itu sendiri. Dalam hal ini realitas media
dipandang sebangun dengan realitas sebenarnya.
3. Sebagai filter atau penjaga gawang (a filter or gatekeeper), yang berfungsimenyeleksi realitas apa yang akan menjadi pusat perhatian publik mengenai
berbagai masalah atau berbagai aspek dalam sebuah masalah. Di sini realitas
media dipandang tidak utuh lagi.
4. Sebagai penunjuk arah, pembimbing atau penterjemah (a signpost, guide orinterpreter) yang membuat audiens dapat mengetahui dengan tepat apa yang
terjadi dari laporan yang diberikannya. Di sini realitas pada dasarnya sudah
didesain sedemikian rupa;
-
7/22/2019 keperkasaan media
10/16
10
5. Sebagai forum atau kesepakatan bersama (a forum or platform), yangmenjadikan media sebagai wahana diskusi dan melayani perbedaan pendapat
ataufeedback. Realitas di sini pada dasarnya sudah merupakan bahan perdebatan
untuk sampai menjadi realitas intersubjektif;
6. Sebagai tabir atau penghalang (a screen or barrier) yang memisahkan publikdari realitas yang sebenarnya. Dalam hal ini realitas yang ada di media dinili
bisa saja menyimpang dari kenyataan yang sesungguhnya.
Bagaimanapun peran media massa (khususnya televisi) pada dasarnya tidak
hanya sekedar sarana pelepas ketegangan atau hiburan, namun isi dan informasi apapun
yang ditayangkan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat.
Sebab, apa yang ditayangkan oleh berbagai program acara televisi akan mempengaruhi
kognisi khalayaknya. Realitas subjektif (Berger, 1966:13) atau sebagaimana yang
digambarkan Lippman (1992) dengan jargon the world outside and the pictur es in our
head yang dibentuk oleh media akan menjadi gambaran realitas publik tentang
berbagai peristiwa sosial yang terjadi disekitarnya. Realitas inilah yang kemudian akan
mendorong respons atau sikap khalayak terhadap berbagai hal tertentu.
Dengan begitu, gambaran atau informasi apapun yang dimunculkan media kerap
kali memunculkan respon atau sikap tertentu pula, terlepas apakah benar atau salah
realitas yang dikonstruksikan media tersebut. Di sinilah dituntut agar media massa,
dalam hal ini televisi, dapat menyampaikan gambaran realitas yang berkualitas dan
akurat mendekati realitas yang sesungguhnya, di samping masalah moralitas dan
tanggung jawab media terhadap segala sesuatu disampaikannya.
-
7/22/2019 keperkasaan media
11/16
11
4.Keperkasaan M edia Dalam Membentuk Opin i PublikSalah satu bentuk media massa yang paling dominan sekrang, tetapi sekaligus
memiliki kekhassan adalah media penyiaran, khususnya televisi. Penyiaran
menggunakan ranah publik, yaitu frekuensi yang jumlahnya terbatas, sehingga
diperlukan secara berbeda dengan media cetak. Penyiaran senantiasa sarat dengan
aturan, baik infrastruktur maupun isinya (McQuail, 2001:208). Karena itu mekanisme
pengaturan sistem penyiaran justru menjadi salah satu refleksi demokratis tidaknya
negara yang bersangkutan.
Di era demokrasi leberal seperti sekarang, media penyiaran tidak cukup
dipandang hanya sebagai kekuatan civil society yang harus dijamin kebebasanya, namun
harus juga dilihat sebagai kekuatan kapitalis, bahkan elit politik tertentu. Kekuatan
media ini bisa mengooptasi, bahkan menghegemoni negara hingga masyarakat. Ini yang
perlu dicermati secara kritis oleh para pendukung demokrasi termasuk jurnalis, jangan
sampai kekuatan demokrasi dibelokkan atas nama kebebasan pers untuk kepentingan
politik dari kapitalis penguasa media.
Gejela ini sangat kentara dan nyata terlihat pada model pemberitaan atau
program current issuedi televisi swasta, yang mengkhususkan pada berita. Impartialitas
acap kali diabaikan. Pemilik yang sedang getol memobilisasi dukungan politik, bisa
muncul setiap saatbak pahlawan di medianya. Sementara lawan politiknya cenderung
dicerca habis dengan mengabaikan imparsialitas. Secara kasatmata media TV oleh
pemiliknya dipakai sebgaaipolitical toolgerakan yang di pimpinya.
Padahal regulasi tentang keharusan imparsialitas bagi media penyiaran itu
adalah kewajiban yang berlaku global diberbagai negara demokrasi. Terlebih telah
diataur dalam UU 32/2002 tentang Penyiaran pasal 36 ayat 4 menyebut, Isi siaran
wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan.
-
7/22/2019 keperkasaan media
12/16
12
Kemudian berdasar aturan KPI No. 9/2004 tetang Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Starndar Program Siaran Pasal 5 ayat; Lembanga penyiaran junjung tinggi prinsip
ketidakberpihakan dan keakuratan. Dilengkapi Pasal 9 tentang prinsip jurnalirtik:
Lembaga penyiaran harus menyajikan informasi dalam program faktual dengan
senantiasa mengindahkan prinsip akurasi, keadilan, dan ketidakberpihakan
(imparsialitas).
Persoalanya, bagaimana prinsip dan ketentuan imparsialitas ini sudah begitu
lama di abaikan. Sementara UU dan aturan KPI diterjang. Sebenarnya KPI sudah
memperingatkan media TV yang sedang bermasalah ini. Tetapi tampaknya tabiat
melanggar iimparsialitas itu terus saja diulang. Media itu sebagai kekuatan
pembangunan opini jelas-jelas telang mengabaikan aturan dan prinsip-prinsip
demokrasi. Karena itu bisa dipahami jika ada pernyataan keras, dari kalangan yang
merasa diperlakukan tidak adil.
Contoh Kasus bisa dilihat dalam kasus yang dialami oleh Prabowo Subianto.
menarik jika mencermati hiruk pikuk perjalanan politik bangsa menjelang Pemilu 2014
mendatang. Dari sejumlah penelitian lembaga survey tentang kepopuleran dan
keterpilihan partai dan calon Presiden, Partai Gerindra menunjukkan peningkatan yang
sangat signifikan, bahkan salah satu lembaga survey bulan pebruari lalu telah merilis
jika partai ini menembus posisi teratas melewati partai-partai senior lainnya. Hal ini
berbanding lurus dengan ketokohan Prabowo Subianto (ketua dewan pembina Partai
Gerindra) sebagai calon presiden yang paling populer dan paling diminati publik Tanah
Air. Ini juga hasil survey.
Kondisi ini mencerminkan jika kerja-kerja politik kader-kader partai Gerindra
dalam merebut simpati publik patut diapresiasi dengan baik. Termasuk konsistensi
-
7/22/2019 keperkasaan media
13/16
13
politisi Partai Gerindra di lingkungan DPR-RI yang masih dinilai bersih dari praktek-
praktek korupsi dan hal-hal yang tidak populis di mata rakyat, seperti studi banding ke
luar negeri atau tidak terlibat dalam setiap pengambilan kebijakan yang disoroti publik.
Partai Gerindra sukses mengikuti arahan Prabowo Subianto sebagai tokoh sentral utama
partai ini. Tidak lebih dari itu.
Lepas dari prestasi itu. Prabowo Subianto dan partainya sebaiknya juga fokus
mencermati perjalanan tahun 2013, tidak sekedar sebagai tahun merebut simpati
publik. Tetapi tahun bertahan dari setting politik yang tentu akan dibangun oleh
lawan-lawan politik terutama dalam tataran menjatuhkan citra Prabowo Subianto.
Sinyalemen ini telah tampak dan dapat dibaca, ditonton dan dirasakan melalui publikasi
media massa. Kemungkinan kondisi ini akan terus berjalan hingga akhir tahun.
Asumsinya sederhana, media telah sukses menjadikan dirinya sebagai cermin realitas
masyarakat. Apa yang disajikan media, seolah menjadi kebenaran dari sebuah realitas.
Ini yang disebut sebagai agenda setting dan juga framing dalam tataran ilmu
komunikasi. Sementara di sisi lain, Prabowo dan partainya tidak memiliki satu
instrumen media yang secara profesional terklaim sebagai media milik rakyat, seperti
beberapa televisi nasional diantaranya Metro TV, TV One, MNC Group, yang jelas-
jelas pemiliknya adalah politisi yang namanya cukup mengakar di mata rakyat.
Media massa boleh mengklaim diri sebagai lembaga independen, tetapi dalam
tataran teoritis, media tetap tergantung pada ideologi pemiliknya. Fenomena ini bukan
hal baru dan sesuatu yang patut dipersoalkan sebab demikianlah adanya. Lalu runtuhkan
citra Prabowo karena tidak memiliki media? Mungkin saat ini tidak! Karena Prabowo
pandai memanfaatkan konvergensi media online seperti facebook, twitter,
website untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya. Bahkan facebook-nya terklaim
-
7/22/2019 keperkasaan media
14/16
14
sebagai yang paling banyak pengunjungnya di dunia. Sayangnya, konvergensi media
online ini dalam psikologi komunikasi rakyat Indonesia masih dianggap milik
masyarakat perkotaan, atau yang memiliki fasilitas modern untuk berinteraksi di
jejaring sosial.
Kondisi ini mengasumsikan pula jika media jenis televisi dianggap masih sangat
efektif sebagai sarana penyampaian pesan dibanding konvergensi media online tersebut.
Sebab televisi bukan lagi sesuatu yang sulit ditemukan bahkan hingga di pelosok desa
sekalipun. Efektifitas penyampaian pesan televisi ini masih sangat ampuh. Banyak
fenomena telah menggambarkan hal itu. Inilah yang bisa disebut dengan televisi
sebagai cermin realitas publik meski pada kenyataannya semua yang terpublis adalah
hasil agenda setting dan penganalisaan framing sebuah media. Atau dengan kata
lain, tidak semuanya mendekati kebenaran dari sebuah realitas
Mungkin ini merupakan salah satu contoh kecil tentang keperkasaan media
dalam membentuk opini publik. Media memiliki kekuatan dalam menaikan bahkan
menurunkan citra para tokoh sesuai dengan yang diinginkan.
-
7/22/2019 keperkasaan media
15/16
15
3. P E N U T U P
1. KESIMPULAN
Demokratisasi abad ke-19 dan 20 pada praktiknya kadang disalahartikan
oleh banyak institusi, baik negara maupun aparaturnya termasuk media. Istilah
poweryang cenderung disalahgunakan itu pengertianya lebih diarahkan pada
kekuasaan negara, atau pemerintah.
Sementara media massa merupakan komponen penting untuk mengontrol
pemerintah sebagai power. Di sini media diposisikan sebagai watch dog
kekuasaan yang harus dijamin kebebasanya sebagai the fourth estate of
democracy. Untuk mewujudkan pemerintahan yang hati-hati, cerdas, dan
bijaksana. Bukan menyalahgunakan kekuatan untuk menjatuhkan sosok yang
dianggap mengancam pengaruh dengan mengabaikan imparsialitas,
mengabaikan undang-undang serta aturan yang berlaku.
-
7/22/2019 keperkasaan media
16/16
16
DAFTAR PUSTAKA
Subiakto, Henry dan Ida Rahma. Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi. Jakarta:
Kencana .
Mc. Quail, Dennis. 1989. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga
http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/proses-pembentukan-opini-
publik.html.
http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/media-massa-televisi-dan-
tanggungjawab.html.
http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/konsep-opini-publik.html
http://politik.kompasiana.com/2013/03/10/2013-tahun-setting-menjatuhkan-citra-
prabowo-535792.html
http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/proses-pembentukan-opini-publik.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/proses-pembentukan-opini-publik.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/proses-pembentukan-opini-publik.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/media-massa-televisi-dan-tanggungjawab.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/media-massa-televisi-dan-tanggungjawab.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/media-massa-televisi-dan-tanggungjawab.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/konsep-opini-publik.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/konsep-opini-publik.htmlhttp://politik.kompasiana.com/2013/03/10/2013-tahun-setting-menjatuhkan-citra-prabowo-535792.htmlhttp://politik.kompasiana.com/2013/03/10/2013-tahun-setting-menjatuhkan-citra-prabowo-535792.htmlhttp://politik.kompasiana.com/2013/03/10/2013-tahun-setting-menjatuhkan-citra-prabowo-535792.htmlhttp://politik.kompasiana.com/2013/03/10/2013-tahun-setting-menjatuhkan-citra-prabowo-535792.htmlhttp://politik.kompasiana.com/2013/03/10/2013-tahun-setting-menjatuhkan-citra-prabowo-535792.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/konsep-opini-publik.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/media-massa-televisi-dan-tanggungjawab.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/media-massa-televisi-dan-tanggungjawab.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/proses-pembentukan-opini-publik.htmlhttp://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com/2012/08/proses-pembentukan-opini-publik.html