Kepercayaan Lokal Di Indonesia

4
Kepercayaan Lokal di Indonesia 1. Aluk Todolo, Agama Leluhur Orang Toraja Aluk Todolo adalah agama leluhur nenek moyang suku Toraja yang hingga saat ini masih dipraktekkan oleh sejumlah besar masyarakat Toraja yang lazim juga di sebut Alukta. Bahkan pada tahun 1970, Aluk Todolo sudah dilindungi oleh negara dan resmi diterima ke dalam sekte Hindu-Bali. Kepercayaan ini merupakan kepercayaan asli masyarakat Toraja walaupun sekarang ini mayoritas penduduknya telah beragama terutama agama Kristen Protestan dan agama Kristen Katholik. Inti ajaran Alukta menyatakan bahwa manusia harus menyembah kapada 3 oknum yaitu:1. Puang Matua sebagai pencipta segala isi bumi 2. Deata-deata yang jumlahnya banyak sebagai pemelihara seluruh ciptaan Puang Matua. 3. Tomembali Puang/todolo sebagai pengawas yang memperlihatkan gerak-gerik serta berkat kepada manusia keturunannya 2. Kaharingan Kaharingan/Hindu Kaharingan adalah kepercayaan/agama lokal suku Dayak di Kalimantan Istilah kaharingan artinya tumbuh atau hidup, seperti dalam istilah danum kaharingan (air kehidupan), maksudnya agama suku atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Ranying), yang hidup dan tumbuh secara turun temurun dan dihayati oleh masyarakat Dayak di Kalimantan. Didalam perkembangannya, Agama Hindu Kaharingan berusaha untuk mampu mensejajarkan dirinya dengan agama-agama lain dibumi ini, sebagai sebuah agama, Agama Hindu Kaharingan memiliki suatu pedoman yang menjadi dasar pegangan bagi umatnya “ Hindu Kaharingan “ Didalam menjalankan kehidupannya yang percaya terhadap “ RANYING HATALLA LANGIT “ yaitu sebuah kitab suci Panaturan. Sebagai Kitab Suci PANATURAN, maka didalamnya terdapat kandungan-kandungan tentang nilai-nilai keagamaan yang menjadi pegangan hidup bagi penganutnya, seperti juga yang dimiliki agama-agama lain “ Alquran oleh Agama Islam, Alkitab oleh Kristen dan lain-lain. Kitab Suci Panaturan diyakini dan sebagai pedoman hidup oleh umat Hindu Kaharingan merupakan sumber ajaran , bimbingan, dan tauladan yang sangat diperlukan didalam menjalankan kehidupannya

description

Kewarganegaraan

Transcript of Kepercayaan Lokal Di Indonesia

Kepercayaan Lokal di Indonesia

1. Aluk Todolo, Agama Leluhur Orang TorajaAluk Todolo adalah agama leluhur nenek moyang suku Toraja yang hingga saat ini masih dipraktekkan oleh sejumlah besar masyarakat Toraja yang lazim juga di sebut Alukta. Bahkan pada tahun 1970, Aluk Todolo sudah dilindungi oleh negara dan resmi diterima ke dalam sekte Hindu-Bali. Kepercayaan ini merupakan kepercayaan asli masyarakat Toraja walaupun sekarang ini mayoritas penduduknya telah beragama terutama agama Kristen Protestan dan agama Kristen Katholik. Inti ajaran Alukta menyatakan bahwa manusia harus menyembah kapada 3 oknum yaitu:1. Puang Matua sebagai pencipta segala isi bumi2. Deata-deata yang jumlahnya banyak sebagai pemelihara seluruh ciptaan Puang Matua.3. Tomembali Puang/todolo sebagai pengawas yang memperlihatkan gerak-gerik serta berkat kepada manusia keturunannya2. KaharinganKaharingan/Hindu Kaharingan adalah kepercayaan/agama lokal suku Dayak di Kalimantan Istilah kaharingan artinya tumbuh atau hidup, seperti dalam istilah danum kaharingan (air kehidupan), maksudnya agama suku atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Ranying), yang hidup dan tumbuh secara turun temurun dan dihayati oleh masyarakat Dayak di Kalimantan. Didalam perkembangannya, Agama Hindu Kaharingan berusaha untuk mampu mensejajarkan dirinya dengan agama-agama lain dibumi ini, sebagai sebuah agama, Agama Hindu Kaharingan memiliki suatu pedoman yang menjadi dasar pegangan bagi umatnya Hindu Kaharingan Didalam menjalankan kehidupannya yang percaya terhadap RANYING HATALLA LANGIT yaitu sebuah kitab suci Panaturan. Sebagai Kitab Suci PANATURAN, maka didalamnya terdapat kandungan-kandungan tentang nilai-nilai keagamaan yang menjadi pegangan hidup bagi penganutnya, seperti juga yang dimiliki agama-agama lain Alquran oleh Agama Islam, Alkitab oleh Kristen dan lain-lain. Kitab Suci Panaturan diyakini dan sebagai pedoman hidup oleh umat Hindu Kaharingan merupakan sumber ajaran , bimbingan, dan tauladan yang sangat diperlukan didalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Kitab Suci Panaturan yang merupakan wahyu dari Ranying Hatalla Langit yang mengandung ajaran atau pedoman hidup didunia ini dan diakhirat nanti merupakan penuntun tindakan umat Hindu Kaharingan sejak ia dilahirkan sampai kepada ia kembali kepada Ranying Hatalla Langit. Ajaran atau pedoman yang tertulis didalam Kitab Suci Panaturan tidak hanya terbatas sebagai tuntunan hidup individual melainkan juga sebagai tuntunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ajaran yang tertulis didalam Kitab Suci tersebut diwahyukan oleh Ranying Hatalla Langit dan diterima oleh para Basir ( Ulama umat Hindu Kaharingan ) dan disampaikan secara lisan didalam segala kegiatan ritual agama Hindu Kaharingan. Didalam Kitab Suci Panaturan yang dikeluarkan oleh Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan ( MB-AHK ) cetakan tahun 2001 memuat 63 pasal yang terdiri dari 2951 ayat.3. MarapuMarapu adalah sebuah agama lokal yang dianut oleh masyarakat di Pulau Sumba. Agama ini merupakan kepercayaan peninggalan nenek moyang dan leluhur. Lebih dari setengah penduduk Sumba memeluk agama ini. Pemeluk agama ini percaya bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan bahwa setelah akhir zaman mereka akan hidup kekal, di dunia roh, di surgA Marapu, yang dikenal sebagai Prai Marapu. Bagi masyarakat Sumba, hidup manusia harus selalu disesuaikan dengan irama gerak alam semesta dan selalu mengusahakan agar ketertiban hubungan antara manusia dengan alam tidak berubah. Selain itu manusia harus pula mengusahakan keseimbangan hubungan dengan kekuatan-kekuatan gaib yang ada di setiap bagian alam semesta ini. Bila selalu memelihara hubungan baik atau kerja sama antara manusia dengan alam, maka keseimbangan dan ketertiban itu dapat dipertahankan. Hal tersebut berlaku pula antara manusia yang masih hidup dengan arwah-arwah dari manusia yang sudah mati. Manusia yang masih hidup mempunyai kewajiban untuk tetap dapat mengadakan hubungan dengan arwah-arwah leluhurnya. 4. Tolotang

Towani Tolotang merupakan salah satu kelompok social di Kelurahan Amparita. Towani Tolotang juga merupakan sebutan bagi agama yang mereka anut, kepercayaan Towani Tolotang bersumber dari kepercayaan tentang Sawerigading, sebagai mana yang dipahami masyarakat Bugis pada umumnya.Dalam masyarakat Towani Tolotang dikenal adanya pemimipin agama yang mereka sebut Uwa dan Uwatta yang sekaligus sebagai semacam kepala suku. Kelompok Uwa danUwatta menempati posisi tertinggi dalam system pelapisan social dikalangan masyarakat Towani Tolotang. Sebagai pemimpin agama para Uwa dan Uwatta dijadikan sebagai panutan dalam masyarakat, juga sebagai perantara manusia dengan Dewata Sewwae.Ajaran Tolotang sama sekali tidak mengenal konsep neraka, nasib manusia sepenuhnya digantungkan pada uwatta. Dalam ajaran Tolotang, pengikutnya dituntut mengakui adanya Molalaleng yakni kewajiban yang harus dijalankan oleh pengikutnya. Kewajiban yang dimaksud adalah Mappianre Inanre, yakni persembahan nasi/makanan yang dipersembahkan dalam ritual/upacara, dengan cara menyerahkan daun sirih dan nasi lengkap dengan laukpauk ke rumah Uwa dan Uwatta.Ajaran Tolotang bertumpu pada keyakinan :

Percaya adanya Dewata SeuwaE, yaitu keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa

Percaya adanya hari kiamat yang menandai berakhirnya kehidupan di dunia

Percaya adanya hari kemudian, yakni hari kedua setelah terjadinya kiamat

Percaya adanya penerima wahyu dari Tuhan

Percaya kepada Lontaraq sebagai kitab suci5. Parmalim

Parmalim, adalah nama sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dibilang agama yang terutama dianut di Propinsi Sumatra Utara. Agama Parmalim adalah agama asli suku Batak. Pimpinan Parmalim saat ini adalah Raja marnangkok Naipospos. Agama ini bisa dikatakan merupakan sebuah kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang tumbuh dan berkembang di Tanah Air Indonesia sejak dahulu kala. Tuhan Debata Mulajadi Nabolon adalah pencipta Manusia, Langit, Bumi dan segala isi alam semesta yang disembah oleh Umat Ugamo Malim (Parmalim). Agama Malim memiliki ajaran pokok yang terdiri dari tona (pesan, katakanlah wahyu), poda (wejangan), patik (kaedah) dan uhum (aturan-aturan dasar upaya pemulihan integrasi dalam penyelesaian konflik). Patik terbagi dua. Pertama, tata hubungan dengan sang pencipta dan sesama manusia (internal maupun eksternal). Kedua, aturan-aturan dasar terkait hukum dan pelaksanaan upacara-upacara keagamaan.