kemuh-anQ KLS2
Transcript of kemuh-anQ KLS2
1
BAB I
PERUMUSAN KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
A. Pengertian Kepribadian Muhammadiyah
Sebelum membahas kepribadian Muhammadiyah secara khusus
maka yang lebih penting untuk diketahui ialah pengertian kepribadian
secara umum. Adapun pengertian kepribadian secara umum. Adapun
pengertian kepribadian secara umum dapat dilihat dari dua segi yaitu segi
bahasa dan istilah.
Dari segi bahasa kepribadian berasal dari bahasa Belanda yaitu
“Persoonlijkeid” yang berarti “diri pribadi”.
Dari segi istilah kepribadian berarti kesan-kesan yang terpancar dari
diri seseorang yang dapat dinilai baik atau buruk.
Berdasarkan pengertian kepribadian di atas dapat kita simpulkan
bahwa harga diri seseorang diukur dari kepribadiannya. Sebahagian orang
telah berhasil mencapai prestasi dalam kehidupan baik dalam ekonomi,
ilmu pengetahuan dan sebagainya, namun tidak memiliki kepribadian
yang baik sehingga mereka tetap tidak terhormat.
Maka menurut Muhammadiyah kepribadian yang paling penting
dimiliki oleh seseorang adalah kepribadian Muhammadiyah. Kepribadian
Muhammadiyah adalah kepribadian yang berdasarkan keteladanan
Muhammad SAW. jadi berdasarkan pengertian ini dapat kita pahami
bahwa baik tidaknya kepribadian seseorang itu dapat diukur pada
kemampuan untuk mengikuti Rasulullah saw. Orang yang paling bagus
kepribadiannyaa ialah orang yang mencontoh kepribadian Rasulullah
saw.
2
Sebaliknya orang yang paling buruk kepribadiannya adalah orang yang
bertentangan dengan kepribadian Muhammad saw. Itulah sebabnya Allah
berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat : 21 :
Artinya:
“Sesungguhnya Rasul Allah itu menjadi ikutan (teladan) yang baik untuk
kamu bagi orang yang mengharapkan menemui Allah dari hari
kemudian, dan yang mengingat Allah sebanyak-banyaknya.
B. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah
Fungsi kepribadian Muhammadiyah adalah sebagai pedoman,
pegangan, landasan (PPL) bagi segenap warga Muhammadiyah.
Mengingat situasi dan kondisi selalu berubah, lagi pula tantangan dan
hambatan Muhammadiyah semakin besar sehingga perlu membuat pola
pertahanan yang jelaas. Pola pertahanan yang jelas itulah kepribadian
Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyahlah yang akan menjaga jati
diri Muhammadiyah supaya tidak timbul dan tenggelam oleh pengaruh
zaman.
C. Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah berawal dari pengajian pimpinan
Muhammadiyah yaitu KH. Fakih Usman. Dengan memerlukan waktu
yang cukup panjang. KH. Fakih Usman memberikan kuliah dengan judul
“apakah Muhammadiyah itu?”. Pengajian ini berlangsung sejak bulan
Ramadhan tahun 1381 atau 1961 sampai disahkan menjadi kepribadian
Muhammadiyah.
3
Kepribadian Muhammadiyah disahkan pada tanggal 29 April 1963,
sedangkan tim perumusnya terdiri dari 7 orang yaitu:
1. KH. Fakih Usman
2. Prof. KH. Farid Ma‟ruf
3. H. Jaenawi Hadikusuma
4. M. Jindar Tamimi
5. DR. Hamka
6. K. Muh. Wardan
7. M. Solah Ibrahim
Kepribadian Muhammadiyah dapat diterima setelah disempurnakan pada
Muktamar Muhammadiyah di Jakarta, yaitu Muktamar ke-35
Adapun latar belakang kepribadian Muhammadiyah tersebut antara lain:
a. Situasi dan kondisi yang selalu berubah, sehingga perlunya
mempertahankan identitas Muhammadiyah yang sebenarnya.
b. Agar jati diri Muhammadiyah tidak hilang ditelan masa, sehingga
diharapkan kepribadian Muhammadiyah sebagai landasan, pedoman
dan pegangan bagi segenap keluarga Muhammadiyah.
D. Rumusan Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah terdiri atas 4 bagian:
1. Apakah Muhammadiyah itu
2. Dasar amal usaha Muhammadiyah
3. Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah
4. Sifat-sifat Muhammadiyah
Keempat bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, bahkan
memiliki hubungan yang erat, serta merupakan kesatuan yang dapat
diberi nama “Kepribadian Muhammadiyah”.
4
Pada bagian pertama sampai pada bagian keempat mempunyai satu
kesatuan makna yang tak dapat dipisahkan. Adapun lebih jelasnya dapat
diuraikan di bawah ini sebagai berikut:
1. Bagian pertama kita mengenal Muhammadiyah dari segi hakikaat,
gerakan-gerakan dan kemana tujuannya yang hendak dicapai.
2. Pada bagian kedua dikemukakan pegangan yang kokoh agar tidak
tergelincir dari segala keadaan dan tetap memperoleh Ridha Allah
SWT.
3. Pada bagian ketiga dikemukakan pedoman yang jelas yang harus
ditempuh agar tidak menyimpang.
4. Pada bagian keempat dijelaskan sifat-sifat Muhammadiyah dalam
setiap ucapan, perbuatan serta kebijakan yang ditempuh.
Soal-Soal:
1. Pengertian kepribadian dapat dilihat dari dua segi yaitu dari segi bahasa
dan istilah.
Jawab:
a. Dari segi bahasa berarti:
b. Dari segi istilah berarti:
2. Apa yang dimaksud kepribadian Muhammadiyah? Jelaskan!
5
3. Siapakah yang paling bagus kepribadiannya menurut Muhammadiyah?
Jelaskan!
4. Apa fungsi kepribadian Muhammadiyah?
5. Kapan kepribadian Muhammadiyah dicetuskan?
6. Siapakah yang termasuk perumus kepribadian Muhammadiyah?
7. Sebutkan 4 rumusan kepribadian Muhammadiyah!
6
8. Sebutkan latar belakang disusunnya kepribadian Muhammadiyah!
a.
b.
9. Kapan kepribadian Muhammadiyah disahkan?
10. Tuliskan dan terjemahkan surah Al-Ahzab ayat 21!
7
BAB II
DASAR AMAL USAHA MUHAMMADIYAH
Selagi manusia masih hidup, wajib beramal sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Amal yang baik adalah amal yang bermanfaat
bagi diri sendiri, orang lain, masyarakat, bangsa dan negara. Namun satu hal
yang amat penting adalah ridla Allah SWT. dan rahmat-Nya bagi amal
tersebut.
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk itu
kesejahteraan dan kebaikan serta kebahagiaan harus meluas dan merata.
Untuk mencapai maksud mulia tersebut maka Muhammadiyah
mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas landasan prinsip-prinsip
yang tersurat dan tersirat dalam Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah yaitu:
1. Bahwa hidup manusia harus berdasarkan tauhid, ibadah dan taat
kepada Allah SWT.
Hal ini dikemukakan dalam Al-Qur‟an Surat Muhammad ayat 19:
Artinya: “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang
haq) melainkan Allah SWT.”
Ajaran tauhid adalah ajaran seluruh Nabi dan Rasul. Muhammadiyah
sebagai pengikut Rasulullah SAW. juga menempatkan ajaran tauhid
sebagai ajaran yang paling pokok.
2. Hidup manusia harus bermasyarakat.
Tidak satupun manusia di alam dunia ini yang dapat hidup sendiri dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam Islam hidup bermasyarakat
merupakan sunnatullah.
8
Allah berfirman dalam surat Al-Hujarat ayat 13 sebagai berikut:
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya telah kami ciptakan kamu
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, yang demikian itu agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu sekalian di
sisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kamu sekalian.
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam
Dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan
kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat. Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur‟an:
Artinya: “sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam (QS. Ali Imran : 19).
Artinya: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang rugi”. (QS. Ali Imran : 85).
9
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat
adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada
kemanusiaan. Allah berfirman :
ا المؤ من ون المذين امن وا باهلل ورسوله ثم ل ي رتا ب وا وجا هدوا انمد ون .باموا وا س اهلل اول ه الل
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang beriman hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-
ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.
5. Ittiba’ kepada langkah perjuangan nabi Muhammad SAW.
Allah berfirman:
Artinya: “Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)
Ittiba’ maksudnya mengikuti akhlak Rasulullah dengan menyertai ilmu
dan pemahaman.
10
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban
organisasi.
Sahabat Ali pernah memperingatkan:
ا ق ب اام ي ه ال اا بن اام
Maksud peringatan tersebut adalah bahwa kebenaran yang tidak
ditegakkan atas landasan organisasi, akan dikalahkan oleh kebatilan yang
disertai disiplin organisasi.
Soal-Soal:
1. Bagaimana amal yang tidak baik menurut Muhammadiyah?
2. Apa fungsi mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah terhadap amal
usaha Muhammadiyah?
3. Ada berapa point prinsip yang tersurat dan tersirat dalam mukaddimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah? Sebutkan!
4. Mengapa manusia harus hidup bermasyarakat?
5. Jelaskan pengertian ittiba‟!
11
BAB III
PEDOMAN AMAL USAHA DAN PERJUANGAN
MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah ibaratnya kapal yang berlayar, pasti mempunyai
tujuan tempat untuk berlabuh. Maka untuk sampai ketempat tujuan tersebut
memerlukan kompas yang merupakan pedomannya. Kompas inilah yang
berfungsi untuk menuntun perjalanan supaya tidak salah arah. Makka
Muhammadiyah sejak semula berkeyakinan bahwa kompas yang paling tepat
sebagai pedomannya yaitu “Al-Qur‟an dan As-Sunnah”. Maka menurut
Muhammadiyah segala langkah dan perjuangan manusia dan organisasi baru
bisa selamat jika dituntun oleh Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Itulah sebabnya banyaknya kegagalan, ujian, penderitaan,
kebinasaan dan azab karena sebahagian manusia sudah meninggalkan kedua
pedoman ini. Allah SWT. firmankan dalam Al-Qur‟an yaitu QS. Thaha:124:
Artinya: “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpinnya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Selain Allah mengancam manusia yang hidup tanpa dibimbing
oleh Al-Qur‟an, juga nabi Muhammad saw. berpesan kepada umatnya untuk
selalu berpegang teguh kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Pesan nabi
tersebut dapat dilihat dari sabdanya sebagai berikut:
12
ت ركت ف ك امرين ماان ت مكت بما لن تض قوا ابدا كتاب اهلل وسنمة رسوله
Artinya: “Kutinggalkan dua barang pusaka kepadamu, jika tetap berpegang
teguh pada keduanya, niscaya tidak sesat selama-lamanya yaitu Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul-Nya”.
Soal-Soal:
1. Apa fungsi pedoman dalam kehidupan sehari-hari?
2. Apakah yang menjadi pedoman bagi Muhammadiyah dalam beramal dan
berjuang?
3. Tuliskan ayat Al-Qur‟an yang menjadi dasar bagi Muhammadiyah dalam
menetapkan pedomannya!
4. Bagaimana akibat hidup manusia yang jauh dari Al-Qur‟an?
5. Tuliskan hadist nabi yang menjadi landasan bagi Muhammadiyah yang
menjadikan Al-Qur‟an sebagai pedoman!
13
BAB IV
SIFAT-SIFAT MUHAMMADIYAH
Segala sesuatu di atas dunia ini mempunyai tanda. Tanda-tanda
sesuatu itu biasanya dikenal melalui sifat-sifatnya. Maka untuk mengenal
warga Muhammadiyah dapat juga dikenal melalui sifat-sifat Muhammadiyah.
Sifat-sifat Muhammadiyah ini dibakukan oleh Muhammadiyah untuk dipakai
sebagai tolak ukur bagi segenap warga Muhammadiyah.
Adapun sifat-sifat Muhammadiyah yaitu ada 10:
1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
3. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan
falsafah Negara yang sah.
6. Amar ma‟ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
tauladan yang baik.
7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
8. Kerjasama dengan golongan Islam maupun juga dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan agama Islam, serta membela kepentingannya.
9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara keadilan, serta bersifat korektif ke dalam dan keluar dengan
bijaksana.
10. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
Kesepuluh sifat-sifat di atas sesuai dengan Al-Qur‟an dan As-
Sunnah. Adapuun yang menjadi dasar disusunnya sifat-sifat Muhammadiyah
tersebut antara lain, agar jati diri Muhammadiyah tidak gampang berubah-
ubah oleh kondisi jaman yang selalu berubah-ubah. Selain itu sifat-sifat
Muhammadiyah perlu dibakukan agar warga Muhammadiyah tidak luntur
oleh kondisi masyarakat yang serba majemuk.
14
Soal-Soal:
1. Apa fungsi sifat-sifat Muhammadiyah bagi warga Muhammadiyah?
2. Diantara sifat-sifat yang dimiliki Muhammadiyah yang mana paling
penting dijadikan prioritas untuk kondisi saat ini?
3. Tuliskan sifat-sifat Muhammadiyah yang paling mudah dan paling sukar
anda miliki!
4. Dapatkah 10 sifat-sifat Muhammadiyah itu diterapkan untuk kondisi
sekarang? Jelaskan menurut pendapat Anda!
5. Tuliskan contoh-contoh lapang dada dan luas pandangan dalam
kehidupan sehari-hari!
15
BAB V
KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP
MUHAMMADIYAH
A. Sejarah Perumusan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhmmadiyah
Dengan “Kepribadian Muhammadiyah” diharapkan segenap
warga Muhammadiyah mendapatkan shibghah yang jelas sesuai dengan
teladan nabi Muhammad saw. Akan tetapi rupanya suasana
politik waktu itu mengharuskan para pimpinan Muhammadiyah
lebih jeli dalam mengamati situasi dan kondisi, terutama
menjelang meletusnya G 30 S/ PKI tahun 1965.
Saat itu semakin terasa betapa beratnya perjuangan untuk
menegakkan kebenaran, mengingat norma-norma kebenaran semakin
kabur. Betapa tidak konsep NASAKOM jelas merupakan sesuatu yang
nonsense (tidak masuk akal) untuk dapat dilaksanakan, tetapi mayoritas
ummat terpaksa menerima konsep ideologi campuran tersebut.
Teka-teki tentang kaburnya kebenaran, terjawab dengan
meletusnya G 30 S/ PKI tahun 1965. Dengan demikian Muhammadiyah
terpanggil kembali dan yang kesekian kalinya untuk berusaha
menyelamatkan aqidah umat, dengan merumuskan suatu rumusan “Matan
keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah (MKCHM)”.
Sama halnya dengan “Kepribadian Muhammadiyah”, sebenarnya
pokok-pokok pikiran tentang bagaimana keyakinan dan bagaimana cita-
cita hidup Muhammadiyah itu sudah ada, tetapi masih berserakan dan
belum tersusun dengan sistematika yang bagus.
Maka dipandang perlu untuk menghimpun dan menyusun
kembali menjadi rumusan yang siap dipakai sebagai pedoman, terutama
akan bermanfaat sekali lagi generasi penerus.
Pada tahun 1966, saat sidang Tanwir diadakan di Yogyakarta,
menjelang pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah yang ke-37 yang
16
diadakan pula di Yogyakarta, ide rumusan tersebut diterima untuk
kesempurnaannya, Muktamar mengamanatkan kepada PP
Muhammadiyah.
Timbul satu pertanyaan, mengapa Muhammadiyah tidak
memakai istilah ideologi? Tampak begitu jelinya Pimpinan
Muhammadiyah. Mereka berlandaskan bahwa istilah ideologi adalah
buatan manusia, produk akal, tetapi istilah “keyakinan” bersumber pada
istilah dalam agamanya, yaitu masalah iman / aqidah.
B. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
Bismillahirrahmanirrahim
1. Muhammadiyah adalah gerakan berasaskan Islam, bercita-cita dan
bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan
khittah Allah di muka bumi.
2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada Rasul-Nya sejak nabi Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa dan seterusnya sampai nabi Muhammad saw. sebagai
hidayah ddan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa,
dan menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual duniawi dan
ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Al-Qur‟an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada nabi
Muhammad saw.
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan pelaksanaan oleh nabi Muhammad
saw. sesuai dengan jiwa ajaran Islam dengan menggunakan akal
pikiran.
17
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi:
a. Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya aqidah Islam yang
murni, bersih dari segala kemusyrikan, bid‟ah dan khurafat, tanpa
mengabaikan toleransi menurut ajaran agama Islam.
b. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai akhlaq mulia
dengan berpedoman kepada ajaran Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul,
tidak bersendi kepada nilai ciptaan manusia.
c. Akhlaq
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yaang
dituntunkan oleh Rasulullah saw. tanpa tambahan dan perubahan
dari manusia.
d. Mu‟amalah duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu‟amalah
duniawiyah dengan berdasarkan ajaran agama, serta menjadikan
semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah
SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenaplapisan bangsa Indonesia yang
telah mendapat karunia Allah berupa tanah air negara Republik
Indonesia yang berfalsafah Pancasila, untuk berusaha bersama-sama
menjadikan negara adil, makmur yang diridhai Allah SWT.
“BALDATUN THAYYIBATUN WA RABBUN GHAFUR”
Matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhamamdiyah seperti tersebut di
atas adalah merupakan keputusan sidang Tanwir Muhammadiyah di
Ponorogi, tahun 1969.
Rumusan tersebut telah mendapatkan perubahan dan perbaikan
oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah atas kuasa Tanwir tahun 1970 di
Yogyakarta.
18
Bismillahirrahmanirrahim
1. Rumusan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
terdiri atas lima angka.
2. Lima (5) angkat tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
2.1. Kelompok pertama: mengandung pokok-pokok persoalan yang
bersifat ideologis, ialah angka 1 dan 2.
2.2. Kelompok kedua: mengandung persoalan mengenai faham
agama menurut Muhammadiyah, ialah angka 3 dan 4.
2.3. Kelompok ketiga: mengandung persoalan mengenai fungsi dan
misi Muhammadiyah dalam masyarakat negara Republik
Indonesia ialah angka 5.
Soal-Soal:
1. Apa yang terjadi yang berkaitan dengan MKCHM pada tahun di bawah
ini?
a. 1965 b. 1966 c. 1969 d. 1970
2. Apa yang melatarbelakangi lahirnya MKCHM?
3. Berapa point MKCHM sebelum mengalami perubahan dan sesudah
perubahan?
19
4. Jelaskan pengertian Islam menurut MKCHM point ke-2!
5. Tuliskan empat aspek ajaran Islam menurut MKCHM point ke-4!
6. Bagaimana model negara yang dikehendaki oleh MKCHM point ke-5?
7. Bagaimana fungsi dan misi manusia menurut MKCHM point pertama?
8. Apa perbedaan MKCM tahun 1969 dengan MKCHM tahun 1970?
9. Kapan dan dimana MKCH disahkan?
10. Jelaskan perbedaan keyakinan dan ideologi!
20
BAB VI
PAHAM AGAMA DALAM MUHAMMADIYAH
Pengertian agama menurut putusan tarjih Muhammadiyah yaitu
“Agama adalah apa yang disyariatkan oleh Allah dengan perantaraan Nabi-
Nya berupa perintah dan larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan
manusia dunia dan akhirat. Agama dalam uraian ini yakni agama yang
diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. yang menurut
pandangan Allah adalah Al-Islam.
Jika kita memperhatikan pengertian agama dari kalimat di atas
dapatlah kita pahami bahwa tujuan utama disyariatkannya agama adalah
untuk kebaikan manusia di dunia dan di akhirat. Maka untuk mencapai
keselamatan manusia di akhirat tidak mungkin lepas dari kehidupan dunia.
Maka menurut paham Muhammadiyah, pengertian dunia harus dipertegas.
Untuk memahami pengertian dunia tentu saja Muhammadiyah merujuk
kepada yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad saw. dalam sabdanya “kamu
lebih mengetahui tentang urusan duniamu”. Sesuatu yang memang tidak ada
ketentuannya dalam syariat Islam. Sebaliknya yang namanya urusan “agama”
harus ada landasan dari Al-Qur‟an atau Al-Hadist.
A. Pendapat Muhammadiyah terhadap Madzhab
Secara garis besar ada dua macam bidang pembahasan dalam hal
madzhab, yaitu madzhab dalam bidang aqidah dan madzhab dalam
bidang fiqih.
Madzhab dalam bidang aqidah, misalnya: Syi‟ah, Khowarij,
Mu‟tazilah, Qodariyah, Jabbariyah, Ahlusunnah wal Jama‟ah. Namun
istilah madzhab dalam bidang aqidah ini dikenal dengan nama aliran-
aliran dalam Islam.
Adapun madzhab dalam bidang fiqih, misalnya: Hanafiah,
Malikiyah, Syafi‟iyah, Hambaliyah. Atau tegasnya: Madzhab Hanafi,
Maliki, Syafi‟i dan Hambali.
21
Pandangan Muhammadiyah terhadap madzhab-madzhab tersebut
secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Tidak berpihak kepada salah satu madzhab-madzhab fanatik
madzhab.
2. Dari berbagai macam madzhab tersebut maka Muhamamdiyah
mengakuinya sebagai sesuatu yang benar selama sesuai dengan Al-
Qur‟an dan As-Sunnah.
3. Muhammadiyah bersikap agree in disagreement, artinya
Muhammadiyah memahami adanya perbedaan pendapat, namun
pendapat sesuai dengan Al-Qur‟an dan As-Sunnah itulah yang dianut
oleh Muhammadiyah.
B. Mazhab dan Penyebarannya
Mazhab Pendiri Pengikut
terutama di
Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris
asy-Syafi‟i
(Ghazah, Palestina, 150 H/ 767 M
Cairo, Mesir, 204 H/ 20 Januari
820)
Mesir
Suriah
Yaman
Indonesia
Malaysia
Hedjaz (mekah)
Arab Selatan
Bahrein
Afrika Timur
(sebagian)
Asia Tengah
Hambali Ahmad bin Muhammad bin
Hambali (baghdad, Rabiul Akhir
164/780 M – Rabiul Awal
241/855M
Arab Saudi
(mayoritas)
22
Hanafi Nu‟man bin Sabit bin Zaula at-
Taimi (Kufah, 80/699 M – 150
H/767 M)
Mesir
Suriah
Libanon
Turkki
Tunisia
Turkestan
India
Pakistan
Afganistan
Balkan
Cina
Rusia
Irak
Maliki Malik bin Anas bin Abi Amir al-
Asbahi, terkenal dengan sebutan
Imam Dar al-Hijrah (Madinah,
93H/712 M – 179 H/798 M)
Tunisia
Aljazair
Maroko
Spanyol
Mesir
C. Muhammadiyah dan Ahlusunnah wal Jama’ah
Terdapat semacam pendapat di masyarakat awam yang
menganggap bahwa Muhammadiyah tidak termasuk “Ahlusunnah wal
Jama‟ah”.
Jika pengertian Ahlusunnah wal jama‟ah termasuk dalam konteks
hadist nabi, yang menyatakan bahwa umat Muhammad akan pecah
menjadi 71 golongan, semuanya masuk nerak, kecuali satu. Dalam hadist
tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud satu yang selamat adalah: “ma
ana alaihi wa ashha-bih”.
Maksudnya bahwa yang selamat adalah orang-orang yang taat
kepada nabi dan para sahabatnya.
23
Muhammadiyah menempatkan dirinya di barisan terdepan dalam
mengikuti jejak Rasulullah saw. sehingga organisasinya pun dinamakan
“Muhammadiyah”.
Maka tidaklah dapat diragukan lagi dengan demikian
Muhammadiyah termasukk golongan “Ahlusunnah wal jama‟ah”.
Soal-Soal:
1. Jelaskan pengertian agama!
2. Sebutkan fungsi agama bagi kehidupan manusia!
3. Pada hakikatnya ajaran agama terdiri dari 3 hal, sebutkan 3 hal tersebut!
4. Jelaskan perbedaan urusan agama dan urusan dunia!
5. Ada berapa macam mazhab secara garis besarnya, jelaskan!
24
6. Tuliskan contoh-contoh mazhab dalam bidang fikih!
7. Tuliskan 4 macam mazhab dalam bidang aqidah!
8. Bagaimana pandangan Muhammadiyah terhadap mazhab?
9. Apakah Muhammadiyah termasuk ahlu sunnah wal jamaah?
10. Mengapa di masa Rasulullah belum ada mazhab?
25
BAB VII
KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH
A. Sejarah Perumusan
Setelah terasa betapa seringnya terjadi suatu keadaan dimana
ternyata terdapat kesenjangan antara program yang telah diputuskan
dengan mantap, namun pelaksanaannya jauh dari yang diharapkan.
Karenanya ada semacam kesan bahwa Muhammadiyah itu pandai
membuat perencanaan dan program yang termasuk kias elite, tetapi
ternyata juga sulit dilaksanakan.
Timbul pemikiran lebih serius, alangkah baiknya kalau program
yang telah diputuskan itu benar-benar menjadi kenyataan. Timbul „azam‟
yang kuat untuk meningkatkan kemampuan merealisir keputusan
tersebut, dengan sekaligus menetapkan time schedule secara mantap yang
dituangkan melalui Muktamar itulah akhirnya dikenal dengan istilah
“khittah” / “langkah pasti” yang diasumsikan benar-benar pasti.
Khittah perjuangan Muhammadiyah untuk pertama kali
dicetuskan oleh almarhum KH. Mas Mansur di kala mendapat
kepercayaan sebagai ketua PP Muhammadiyah. Khittah tersebut dikenal
dengan sebutan “12 langkah Muhammadiyah” tahun 1939.
Berikutnya melalui Muktamar Muhammadiyah Palembang tahun
1956 (Muktamar ke-33). Setiap Muktamar, khittah tersebut diadakan
peninjauan kembali, dan tidak menurutp kemungkinan timbulnya
rumusan khittah yang baru dari muktamar ke muktamar, karena
perbedaan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Berikut ini akan diperkenalkan:
Dua belas langkah Muhammadiyah (Periode Mas Mansyur)
Khittah Palembang tahun 1956
Khittah Perjuangan Muhammadiyah hasil Tanwir tahun 1969 di
Ponorogo
26
B. Duabelas Langkah Muhammadiyah
1. Memperdalam masuknya iman
Hendaknya iman ditablighkan, disiarkan seluas-luasnya, diberi
riwayat dan dalil buktinya, dipengaruhkan dan digembirakan, hingga
iman itu mendarah daging masuk tulang sumsum dan mendalam di
hati sanubari pada anggota Muhammadiyah semuanya.
2. Memperluas faham agama
Hendaknya faham agama yang sesungguhnya (murni) dibentangkan
seluas-luasnya, diujikan dan diperbandingkan, sehingga para anggota
Muhammadiyah mengerti dan meyakinkan bahwa agama Islam yang
paling benar, ringan dan berguna, hinggga merasa nikmat
mendahulukan amalan keagamaan itu.
3. Membuahkan budi pekerti
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang budi pekerti (akhlaq)
yang terpuji (mahmudah) dan sifat yang tercela (madzmumah),
dibahas pemakaian akhlaq-akhlaq yaang terpuji dan menjauhkan sifat
yang tercela sehingga amalan para anggota Muhammadiyah berbudi
pekerti yang baik lagi berjasa.
4. Menunttun amalan intiqad
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self
koreksi) dalam segala usaha dan pekerjaan itu.
Buah penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan secara khusus
untuk mendatangkan kemaslahatan dan menjauhkan mudlorat.
5. Menguatkan persatuan
Hendaklah menjadi tujuan kita menguatkan persatuan organisasi,
mengokohkan pergaulan persaudaraan, mempersamakan hak
kemerdekaan lahirnya fikiran-fikiran kita.
27
6. Menegakkan keadilan
Hendaklah keadilan dijalankan semestinya walaupun terhadap diri
sendiri dan ketetapan yang sudah seadilnya dibela dan dipertahankan
dimana juga.
7. Melakukan kebijaksanaan
Dalam gerak kita, tidaklah melupakan hikmat kebijaksanaan yang
disendikan kepada kitabullah dan sunnaah Rasulullah saw.
Kebijaksanaan yang menyalahi kedua pegangan itu haruslah dibuang,
karena itu bukanlah kebijaksanaan yang sesungguhnya.
8. Menguatkan Majelis Tanwir
Tanwir mempunyai pengaruh besar dalam kalangan organisasi
Muhammadiyah dan menjadi tangan kanan yang bertenaga di sisi PP
Muhammadiyah, karena wajiblah Tanwir diperteguh dan diatur
sebaik-baiknya. Catatan: Sekarang istilah Majelis Tanwir tidak ada.
9. Mengadakan konferensi bagian
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah dan
perjuangan kita, hendaklah diadakan musyawarah-musyawarah,
terutama untuk hal yang khusus dan penting seperti usaha-usaha
da‟wah Islam di seluruh Indonesia dan lain-lain.
10. Mempermusyawarakan keputusan
Agar dapat meringankan dan memudahkan pekerjaan, hendaklah
setiap putusan mengenai tiap-tiap majelis bagian, dimusyawarahkan
dengan pihak yang bersangkutan, sehingga dapatlah mentafidzkannya
untuk mendapatkan hasil dengan segera.
11. Mempertajam gerak langkah
Pandangan kita hendaklah kita tajamkan, mengawasi gerak kita yang
ada dalam Muhammadiyah, baik mengenai yang sudah lalu, yang
masih berlangsung maupun yang akan dihadapi.
28
12. Mempersambungkan gerakan luar
Kita berdaya upaya untuk menghubungkan diri dengan pihak luar,
seperti persyarikatan-persyarikatan dan pergerakan-pergerakan lain di
Indonesia dengan dasar silaturrahim, tolong menolong dan segala
kebaikan, dengan tidak mengubah asas masing-masing. Terutama
perhubungan dengan persyarikatan dan pemimpin Islam.
C. Mengenai Khittah Muhammadiyah Tahun 1956-1959
(Hasil) keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-33 di
Palembang tahun 1956). Muhammadiyah menetapkan khittah buat tahun
1956-1959 sebagai berikut:
1. Menjiwai pribadi para anggota, terutama para pimpinan
Muhammadiyah dengan:
1.1. Memperdalam dan mempertebal tauhid.
1.2. Menyempurnakan ibadah dengan khusyu’ dan tawadhu’.
1.3. Mempertinggi akhlaq.
1.4. Memperluas ilmu pengetahuan.
1.5. Menggerakkan Muhammadiyah dengan penuh keyakinan dan
rasa tanggung jawab, hanya mengharap keridhaan Allah dan
kebahagiaan umat.
2. Melaksanakan uswatun hasanah:
2.1. Muhammadiyah harus selalu di muka, membimbing ke arah
pendapat umum sehingga mempunyai sikap yang tetap maju,
membangun dan membaharui. Dapat bergerak dengan lincah
dan gembira (dinamis dan progresif).
2.2. Menegakkan dakwah Islam dengan menampakkan kepada dunia
manusia tentang keindahan agama Islam, mendidik mereka ke
arah budi pekerti yang mulia, supaya peraturan-peraturan Islam
dapat berlaku dalam masyarakat.
2.3. Membentuk rumah tangga bahagia, menurut sepanjang kemauan
agama Islam dan mewujudkan pergaulan yang baik antara
penghuninya yang satu dengan yang lain.
29
2.4. Mengatur hidup dan kehidupan antara rumah tangga dengan
tetangganya) sejak mulai kelahiran, perkawinan dan kematian,
sehingga akhirnya dapat mewujudkan masyarakat kampung atau
desa Islam, masyarakat kota Islam dan akhirnya negara dimana
yang sebenar-benarnya.
2.5. Anggota Muhammadiyah harus menyesuaikan hidup dan segala
gerak-geriknya sebagai seorang anggota masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.
3. Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi:
3.1. Dengan keutuhan orgnaisasi kita kuat, dan dengan kerapian
administrasi kita terpelihara dari fitnah.
3.2. Pembaharuan dan memudahkan tenaga pengurus, kalau perlu
dengan memindahkan tempat beberapa majelis, sehingga
pimpinan tetap dalam tanngan yang segar dan giat.
3.3. Menanamkan kesadaran berorganisasi kepada para anggota
untuk mewujudkan organisasi yang sehat.
3.4. Administrasi diatur menurut tuntunan yang sudah ada.
3.5. Memelihara harta benda dan kekayaan Muhammadiyah
(inventaris) dengan baik dan teliti sesuai dengan pemeliharaan
seseorang terhadap amanat yang dipercayakan.
3.6. Mendaftar tenaga-tenaga ahli dari keluarga Muhammadiyah
dengan sempurna, sewaktu-waktu ada keperluan dapat
dipergunakan.
4. Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal:
4.1. Memperbaiki dan memperlengkapkan amal usaha
Muhammadiyah (termasuk tempat ibadah pada sekolah-sekolah)
sehingga dapat mendatangkan manfaat kepada sesama manusia
dari segala lapisan dan golongan.
4.2. Menggiatkan gerakan perpustakaan, karang mengarang,
menterjemahkan, penerbitan, taman bacaan dan kutub khonnah.
4.3. Mendirikan asrama-asrama di tempat-tempat yang ada sekolah-
sekolah lanjutan dengan diberi pendidikan jasmani dan rohani.
30
5. Mempertinggin mutu anggota dan membentuk kader
5.1. Menetapkan minimum pengertian dan amalan agama yang perlu
dimiliki oleh tiap-tiap anggota Muhammadiyah.
5.2. Memberi penghargaan kepada setiap keluarga Muhammadiyah
dan anak Muhammadiyah maupun umat Islam pada umumnya
yang berjasa, yang tua dihormati, yang muda disayangi.
5.3. Menuntun anggota menurut bakat dan kecakapannya (tani,
buruh, pedagang pegawai, cerdik pandai, dan lain-lain) sesuai
dengan ajaran Islam.
5.4. Menempatkan pecinta dan pendukung Muhammadiyah
berjenjang naik: simpatisan, calon anggota, anggota dan anggota
teras.
5.5. Mengadakan kursus kemasyarakatan di daerah.
6. Mempererat ukhuwah:
6.1. Mempererat hubungan antara sesama muslim menuju ke arah
kesatuan umat Islam.
6.2. Mengadakan ikatan yang nyata, umpamanya berjama‟ah,
himpunan berkala, ta’ziyah dan sebagainya.
6.3. Mengadakan badan ishlah untuk:
a. Sebagai penghubung bilamana ada keretakan.
b. Mencegah hal-hal yang akan menimbulkan kerusakan.
c. Menghindarkan dan menjauhkan segala hal-hal yang dapat
menimbulkan perselisihan dan perselisihan dan
persengketaan.
7. Menuntun penghidupan anggota:
Membimbing usaha keluarga Muhammadiyah yang meliputi segenap
persoalan-persoalan, penghidupan dan pencarian nafhkah dan
menyalurkannya kepada saluran yang menuju ke arah kesempurnaan.
31
D. Mengenai Khittah Perjuangan Muhammadiyah
Putusan Tanwir tahun 1969 di Ponorogo, Jawa Timur (beberapa
kutipan).
Kepribadian.
1. Seluruh pimpinan dari PP beserta Majelis hingga tingkat rantingnya
dan bagian-bagiannya tahun 1970 harus sudah memahami dan terlatih
tentang “cita-cita dan keyakinan hidup Muhammadiyah”, keputusan-
keputusan Majelis Tarjih, dan kemudian mengamalkannya, sedang
bagi segenap anggota Muhammadiyah pelaksanaan tersebut di atas
diberi waktu sampai mu‟tamar yang akan datang.
2. Paham dan terlatih hidup berorganisasi, bergerak berdasarkan AD dan
ART Muhammadiyah.
3. Paham dan terlatih untuk mengamalkan ayat-ayat:
1. Surat Al-Baqarah ayat 177
2. Surat Bani Israil ayat 23-38
3. Surat Al-Furqan ayat 63-77
4. Segenap pimpinan diutamakan untuk mengerjakan sholatullail.
5. Mengamanatkan kepada PP untuk segera membuat “tuntunan
pelaksanaannya” paling lambat akhir Maret 1970.
6. Keluarga:
a. Ditiap keluarga Muhammadiyah diadakan pembinaan sholat
berjama‟ah.
b. Setiap ranting atau jama‟ah supaya mengadakan gerakan sholat
berjama‟ah yang tetap.
c. Diadakan gerakan sholat berjama‟ah tersebut disertai pula
pendalam dan melatih diri untuk mengamalkan ayat-ayat Al-
Qur‟an sebagaimana tercantum pada nomor 3 di atas.
d. Pelaksanaan hal tersebut di atas diharapkan sudah terlaksana pada
tahun 1970.
32
7. Hidup berorganisasi:
a. Melaksanakan khittah Muhammadiyah keputusan Muktamar
Palembanng 1956.
b. Dalam pertemuan-pertemuan atau sidang-sidang Muhammadiyah
dibiaskan:
Pembukaan, dimulai dengan “pengajian singkat”
Bila terdengar suara adzan, jalannya sidang atau pertemuan
diskors
Pertemuan atau sidang ditutup dengan membaca surat Al-Ashr
Catatan:
Khittah Muhammadiyah berfungsi sebagai garis-garis besar haluan
Muhammadiyah (semacam GBHN).
Khittah Muhammadiyah tahun 1956 menitikberatkan pada kualitas
dan kuantitas anggota dan pimpinan Muhammadiyah.
Soal-Soal:
1. Jelaskan pengertian khittah!
2. Siapakah KH. Mas Mansyur itu?
3. Sebutkan 3 macam khittah yang anda ketahui lengkap dengan tahunnya
masing-masinng!
33
4. Jelaskan pengertian:
a. Akhlaq
b. Mahmudah
c. Mazmumah
d. Intikad
5. Jelaskan latar belakang munculnya khittah Muhammadiyah!
6. Jelaskan fungsi khittah bagi Organisasi Muhammadiyah!
7. Jelaskan apa yang menjadi titik perhatian khittah Muhammadiyah tahun
1956!
34
8. Jelaskan fungsi badan ishlah dalam Muhammadiyah!
9. Bagaimana cara membina keluarga menurut khittah Ponorogo?
10. Sekiranya anda membuat khittah, khittah apa namanya yang paling tepat
untuk kondisi sekarang?
35
E.