KEMITRAAN STRATEGIS UNTUK PENGUATAN PUSAT...

8
KEMITRAAN STRATEGIS UNTUK PENGUATAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) YANG BERMUTU DAN BERKELANJUTAN Muhammad Arief Rizka 1) dan Suharyani 2) Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram 1), 2) Email: [email protected] 1) dan [email protected] 2) Abstrak Eksistensi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang semakin dinamis menjadi peluang strategis untuk dapat memberikan layanan Pendidikan Non Formal (PNF) yang lebih akomodatif bagi masyarakat. Kondisi aktual Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di satu sisi masih belum mampu memberikan garansi kualitas output dari penyelenggaraan program PNF, sehingga pengembangan kemitraan dengan berbagai stakeholders perlu untuk ditingkatkan. Melalui kemitraan strategis yang dikembangkan secara sinergis, esensinya adalah membangun kepercayaan dan terciptanya hubungan mutualis yang saling menguatkan sehingga penyelenggaran program PNF yang lebih bermutu dan berkelanjutan dapat terwujud secara optimal. Selain itu, melalui kemitraan yang luas akan memberikan peluang bagi pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kelembagaan. Kata kunci: Kemitraan, PKBM, Mutu, dan Berkelanjutan Abstract Existence of CLC increasingly dinamic became a strategic opportunity could give services in Non Formal Education was more accomodating for community. Actual condition of CLC in one side was still not able to give guarantee quality of output from organization of PNF program, so that development of partnerships with various stakeholders needed to be improved. Through strategic partnerships developed in synergy, it built trust and created a mutual relationship so that the delivery of PNF program was higher quality and more sustainable could be realized optimally. In addition, through a broad partnership would provide opportunities in developing CLC could improve quality and quantity of resources based on society and institution needed. Keywords: partnerships, CLC, quality, and sustainable PENDAHULUAN Dinamika kebutuhan belajar masyarakat yang semakin variatif dan memiliki diferensiasi pola, menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai proaktif untuk mengembangkan wadah- wadah pembelajaran yang aspiratif terhadap kebutuhan belajarnya. Dalam konteks kontemporer, masyarakat sudah mulai mengalami pergeseran values dalam berbagai aspek dan tentu ini memiliki konsekuensi logis terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya terutama dalam memperoleh informasi untuk kepentingan pengembangan diri, lingkungan, dan masyarakat secara keseluruhan. Akan tetapi, pergeseran yang terjadi juga menunjukkan bahwa era informasi (information era) yang berkembangan pesat telah mengalami reduksi substansi dan bergerak ke arah era konseptual (conseptual era) (Pink, 2005), artinya bahwa masyarakat yang kreatif dan inovatif yang akan mampu menggerakkan roda kehidupan ke arah yang lebih baik. Perkembangan eksistensi satuan-satuan pendidikan memberikan harapan positif terhadap kemudahan akses layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan bagi masyarakat. Dalam realitanya, kemudahan akses layanan pendidikan tersebut masih menemui hambatan- hambatan sehingga menuntut eksistensi satuan pendidikan yang lebih akomodatif terhadap perkembangan kebutuhan belajar dan relevan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Satuan pendidikan formal (baca:: Sekolah) yang

Transcript of KEMITRAAN STRATEGIS UNTUK PENGUATAN PUSAT...

KEMITRAAN STRATEGIS UNTUK PENGUATAN

PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

YANG BERMUTU DAN BERKELANJUTAN

Muhammad Arief Rizka1)

dan Suharyani 2)

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram 1), 2)

Email: [email protected])

dan [email protected])

Abstrak

Eksistensi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang semakin dinamis menjadi peluang

strategis untuk dapat memberikan layanan Pendidikan Non Formal (PNF) yang lebih akomodatif bagi

masyarakat. Kondisi aktual Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di satu sisi masih belum

mampu memberikan garansi kualitas output dari penyelenggaraan program PNF, sehingga

pengembangan kemitraan dengan berbagai stakeholders perlu untuk ditingkatkan. Melalui kemitraan

strategis yang dikembangkan secara sinergis, esensinya adalah membangun kepercayaan dan

terciptanya hubungan mutualis yang saling menguatkan sehingga penyelenggaran program PNF yang

lebih bermutu dan berkelanjutan dapat terwujud secara optimal. Selain itu, melalui kemitraan yang

luas akan memberikan peluang bagi pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

untuk dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan kelembagaan.

Kata kunci: Kemitraan, PKBM, Mutu, dan Berkelanjutan

Abstract

Existence of CLC increasingly dinamic became a strategic opportunity could give services in

Non Formal Education was more accomodating for community. Actual condition of CLC in

one side was still not able to give guarantee quality of output from organization of PNF

program, so that development of partnerships with various stakeholders needed to be

improved. Through strategic partnerships developed in synergy, it built trust and created a

mutual relationship so that the delivery of PNF program was higher quality and more

sustainable could be realized optimally. In addition, through a broad partnership would

provide opportunities in developing CLC could improve quality and quantity of resources

based on society and institution needed.

Keywords: partnerships, CLC, quality, and sustainable

PENDAHULUAN

Dinamika kebutuhan belajar masyarakat

yang semakin variatif dan memiliki diferensiasi

pola, menunjukkan bahwa masyarakat telah

mulai proaktif untuk mengembangkan wadah-

wadah pembelajaran yang aspiratif terhadap

kebutuhan belajarnya. Dalam konteks

kontemporer, masyarakat sudah mulai

mengalami pergeseran values dalam berbagai

aspek dan tentu ini memiliki konsekuensi logis

terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya

terutama dalam memperoleh informasi untuk

kepentingan pengembangan diri, lingkungan,

dan masyarakat secara keseluruhan. Akan

tetapi, pergeseran yang terjadi juga

menunjukkan bahwa era informasi (information

era) yang berkembangan pesat telah mengalami

reduksi substansi dan bergerak ke arah era

konseptual (conseptual era) (Pink, 2005),

artinya bahwa masyarakat yang kreatif dan

inovatif yang akan mampu menggerakkan roda

kehidupan ke arah yang lebih baik.

Perkembangan eksistensi satuan-satuan

pendidikan memberikan harapan positif

terhadap kemudahan akses layanan pendidikan

yang bermutu dan berkeadilan bagi masyarakat.

Dalam realitanya, kemudahan akses layanan

pendidikan tersebut masih menemui hambatan-

hambatan sehingga menuntut eksistensi satuan

pendidikan yang lebih akomodatif terhadap

perkembangan kebutuhan belajar dan relevan

dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Satuan

pendidikan formal (baca:: Sekolah) yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 348 Muhammad Arief Rizka dan Suharyani

banyak berkembang dari sisi kuantitas, belum

bisa memberikan garansi bagi kemudahan

masyarakat untuk memperoleh layanan

pendidikan yang bermutu, sehingga urgensinya

dibutuhkan satuan pendidikan yang lebih

akomodatif dengan masyatakat, mengerti dan

memahami akan kebutuhan belajar masyarakat,

serta memiliki nilai tambah (added values)

yang bersifat fungsional. Dalam konteks ini,

satuan Pendidikan Non Formal (PNF) dapat

menjadi prioritas sebagai wadah strategis

pengembangan sumber daya manusia dan

bukan hanya menjadi wadah alternatif.

Menurut Undang-Undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 26 ayat (4) dijelaskan bahwa

“Satuan Pendidikan Non Formal terdiri atas

lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok

belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan

majelis taklim, serta satuan pendidikan yang

sejenis”. Dalam dinamika perkembangannya di

tengah-tengah masyarakat, eksistensi satuan

Pendidikan Non Formal (PNF) semakin variatif

dan dari sisi kuantitas menunjukkan tingkat

pertumbuhan yang dinamis. Artinya bahwa,

kebutuhan masyarakat akan eksistensi satuan

Pendidikan Non Formal (PNF) telah menjadi

bagian yang tidak terpisahkan

(inseparedability) dari upaya pengembangan

masyarakat secara holistik. Sebagai contoh,

perkembangan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) telah menunjukkan

pertumbuhan yang signifikan dengan berbagai

konten program yang variatif dan akomodatif.

Di sisi lain, realitas di lapangan

menggambarkan bahwa eksistensi Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) tersebut

sebagian besar masih terbatas pada aktivitas

rutinitas tanpa diperkuat dengan manajemen

kelembagaan yang profesional dan memadai

sehingga menyebabkan mutu (kualitas) dan

keberlanjutan program masih menjadi persoalan

utama. Dampak dari hal tersebut, eksistensi

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

menjadi hanya terbatas pada aspek

“implementasi”, belum secara menyeluruh

untuk melalukan improvisasi dan bahkan

inovasi.

Untuk mengatasi persoalan tersebut,

kemitraan atau kerjasama antar satuan atau

lembaga maupun stakeholders (pemangku

kepentingan) lainnya menjadi relevan dan

sangat dibutuhakan untuk dapat memberikan

penguatan dan pengembangan bagi peningkatan

mutu dan keberlanjutan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM). Melalui kemitraan juga

dapat memberikan dampak jangka panjang

untuk bersama-sama mengembangkan metode

bagi pencapaian visi secara kolektif. Pada

dasarnya, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) memiliki hubungan interelasi dan

interdependensi dengan masyarakat secara

keseluruhan, sehingga untuk memperkuat

eksistensi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) diperlukan komitmen dan sinergitas

dalam pengembangan kerjasama yang

akomodatif dan lebih mengembangkan dimensi

mutualistik.

PEMBAHASAN

Konsep kemitraan

Kemitraan atau jejaring kerja dilihat dari

perspektif etimologis diadaptasi dari kata

partnership yang berasal dari kata partner.

Ensensi dari kata partner dapat dimaknai

sebagai pasangan, jodoh, kampanyon, atau

sekutu. Sedangkan partnership dimaknai

sebagai perkongsian atau persekutuan.

Sehingga definisi kemitraan dapat djelaskan

sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua

pihak atau lebih yang membentuk ikatan

kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa

saling membutuhkan dalam rangka

meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu

bidang tertentu sehingga dapat memperoleh

hasil yang lebih baik (Sulistiyani, 2004).

Eksplanasi dari Frank Minirth dalam

Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan

(2010) terkait dengan kemitraan mendefinisikan

sebagai seni berkomunikasi satu sama lain,

berbagi ide, informasi, pengalaman, dan sumber

daya untuk meraih tujuan atau kesuksesan

individu atau kelompok. “Networking is a

process of getting together to get ahead. It is

the building of mutually beneficial

relationship”. Kemitraan adalah proses

kebersamaan. Selain itu, kemitraan merupakan

jaringan hubungan yang saling memberikan

manfaat dan saling meguntungkan. Secara garis

besar dalam membangun kemitraan haruslah

berlandaskan prinsip saling menguntungkan

dan komunikasi dua arah. Bertolak dari konsep

tersebut, kemitraan pada Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) pada dasarnya dapat

terbentuk apabila memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

1. Ada dua belah pihak atau lebih

lembaga/organisasi

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal - 349 Muhammad Arief Rizka dan Suharyani

2. Memiliki kesamaan visi maupun misi

dalam mencapai tujuan

lembaga/organisasi maupun masyarakat

3. Memiliki kesepakatan atau

kesepahaman tujuan

4. Saling percaya (trust) dan saling

membutuhkan

5. Memiliki komitmen bersama untuk

mencapai tujuan yang lebih besar

Rasional dari pengembangan kemitraan

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

tersebut merupakan suatu keniscayaan di

tengah-tengah tinginya tingkat kompetisi antar

satuan pendidikan. Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) yang memiliki konsep

mutu dalam pelayanannya akan mendapatkan

respon dan apresiasi yang positif dari

masyarakat sebagai sasaran maupun dari

stakeholders lainnya. Sehingga membangun

kemitraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) dengan komponen atau pemangku

kepentingan lainnya yang memiliki kesamaan

visi menjadi salah satu upaya strategis dalam

melakukan penguatan kapasitas kelembagaan

secara berkelanjutan.

Membangun kemitraan strategis dengan

masyarakat maupun stakeholders kunci lainnya

menjadi sangat potensial untuk pengembangan

eksistensi ke depan, baik secara personal

maupun secara organisasional. Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM) dalam konteks

kekinian masih sulit bertahan dan memiliki

daya saing tanpa berupaya membangun

kemitraan. Perkembangan Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM) yang berkembang

di masyarakat dari sisi kuantitas, masih berjalan

dengan pola manajemen “as usual” (rutinitas).

Tendensi (kecenderungan) dari pelayanan

program Pendidikan Non formal (PNF) yang

bermutu dan dapat memberikan garansi

keberlanjutan bagi masyarakat masih menjadi

persoalan sekaligus tantangan utama. Hal ini

pada dasarnya disebabkan karena beberapa

faktor, antara lain yaitu:

1. Sumber daya manusia PKBM yang

“qualified” terbatas

Kondisi faktual dari keberadaan

pengelola maupun pelaksana program-

program PNF di Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) masih terbatas

dari sisi kuantitas maupun kualitas.

Persoalan distribusi, kualifikasi,

maupun kompetensi pendidik dan

tenaga kependidikan di Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM) masih

menjadi titik sentral kelemahan.

Minimnya PTK PNF yang memiliki

kualifikasi dan kompetensi yang

standart dapat menjadi penghambat

pencapain pelayanan program PNF

yang bermutu bagi masyarakat.

Penguasaan kompetensi yang rendah

dari PTK PNF secara korelatif

berpengaruh terhadap kepercayaan

masyarakat untuk dapat memperoleh

pelayanan program pendidikan

masyarakat yang bermutu.

2. Potensi sumber daya dilingkungan

PKBM belum di berdayakan

Sumber daya yang ada dilingkungan

sekitar PKBM pada dasarnya sangat

variatif dan potensial untuk

dimanfaatkan sebagai sumber kekuatan

dalam mendukung eksistensi

peyelenggaran program PNF. Sumber

daya teknologi, sumber daya alam,

sumber daya manteri, maupun sumber

daya manusia yang ada di masyarakat

perlu diidentifikasi, digali, ditelaah, dan

dianalisis untuk kepetingan pendukung

penyelenggaran PNF di masyarakat.

Masih banyak potensi sumber daya

yang ada di masyarakat sifatnya hanya

digunakan sebagai pelengkap dan

penambah, yang seharusnya potensi-

potensi tersebut harus menjadi sumber

dinamisator pengembangan PKBM.

Pengembangan program-program PNF

yang berbasis pada kearifan lokal

dalam konteks kekinian lebih impresif

dan memiliki nilai tambah jika

dikomparasikan dengan program yang

sifatnya “percontohan”.

3. Tingginya Miss-Match

Penyelenggaraan program PNF di

PKBM yang semakin berkembang di

satu sisi belum disesuaikan dengan

permintaan kebutuhan pasar atau

kebutuhan masyarakat sebagai

‘pengguna’. Program-program PNF

masih berjalan secara linear dengan

kurang melakukan analisis strategis

terhadap kebutuhan eksternal yang

semakin dinamis dan simplistik.

Tingginya miss-match dalam

implementasi program-program PNF di

PKBM berimplikasi pada rendahnya

tingkat efektivitas dalam mengatasi

masalah yang relevan dengan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 350 Muhammad Arief Rizka dan Suharyani

kebutuhan masyarakat. Untuk

meningkatkan efektivitas dalam

konteks keterpaduan program PNF,

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) harus mampu menyesuaikan

kapasitas yang dimiliki baik kapasitas

internal maupun eksternal untuk

mewujudkan keterhubungan dan

kesesuaian output program dengan

kebutuhan masyarakat.

4. Trend kebutuhan “pasar” yang

selalu berubah

Kondisi lingkungan eksternal yang

dinamis dapat memberikan implikasi

pada kemampuan daya tahan Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

untuk memberikan pelayanan

pendidikan yang lebih optimal.

Ketidakmampuan membaca dan

mengidentifikasi kebutuhan layanan

pendidikan masyarakat yang semakin

kompleks menjadikan menurunya

kepercayaan masyarakat terhadap

keberdaan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM). Sehingga

kapasitas untuk dapat menyesuaikan

“diri” dengan perubahan-perubahan

lingkungan eksternal sangat penting

untuk dikembangkan.

5. Dampak nir mutu, kesulitan “job

order”

Pola penyelenggaran program PNF

yang masih bertumpu pada “hasil” pada

konteks kekinian menjadi kurang

relevan untuk menjawab kebutuhan

akan mutu dari output layanan

pendidikan. Budaya mutu pada

prinsipnya harus menjadi panduan

penyelenggaran program PNF di Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

sehingga akan berimplikasi pada

meningkatkanya kepuasan “pelanggan”

baik internal maupun eksternal.

Di satu sisi, masyarakat sebagai sasaran

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

membutuhkan inovasi program-program yang

dapat memberikan kontribusi langsung bagi

pengembangan kualitas kehidupan masyarakat,

baik untuk peningkatkan skills (keterampilan)

bagi kebutuhan kerja maupun pengembangan

taraf kehidupan ke arah yang lebih baik.

Dinamika PKBM yang terus berkembang, tidak

cukup hanya mengandalkan kekuatan internal

yang ada, akan tetapi dimensi eksternal harus

mampu diterjemahkan secara cermat dan

adaptif karena kekuatan dari sisi eksternal pada

dasarnya menjadi penguat untuk eksistensi

mutu pelayanan program PNF. Di samping itu,

program Pendidikan Non Formal (PNF) yang

berbasis kebutuhan masyarakat merupakan

program yang tidak hanya memfokuskan pada

kebutuhan jangka pendek, akan tetapi lebih

berorientasi untuk pemenuhan jangka panjang.

Sustainabilitas program Pendidikan Non

Formal (PNF) adalah kemampuan suatu

program untuk tetap eksis (terselenggara)

dengan memenuhi aspek standar mutu dalam

mengelola berbagai masukan (input) untuk

berkembang dan berproduksi dengan stabil

sehingga masukan tersebut menghasilkan nilai

output (keluaran) yang optimal.

Orientasi Kemitraan PKBM

Membangun kemitraan pada Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

merupakan suatu keniscayaan di tengah arus

lingkungan eksternal yang semakin dinamis dan

penuh ketidakpastian. Menurut Tennyson

(2003) membangun kemitraan “provides a new

opprtunity for doing development better – by

recognising the qualities and competencies and

finding new ways of harnessing these for the

common good”. Kemitraan antar lembaga dan

stakeholders yang dikembangkan secara

terstruktur serta dilatarbelakangi atas dasar

persamaan visi, lebih dapat memberikan garansi

pelayanan program PNF yang bermutu. Dari

sisi sustainability (keberlanjutan) program,

dengan adanya kemitraan yang solid dapat

membawa arah pegembangan program yang

terus dapat melakukan improvisasi dan bahkan

inovasi sehingga eksistensi organisasional dari

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

menjadi lebih prospektif.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) harus dapat membangun kemitraan

yang strategis dengan berbagai stakeholders

baik yang bergerak diranah akademisi,

birokrasi, swasta, maupun diranah “user” dari

output program PNF tersebut. Membangun

kemitraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) pada umumnya bertujuan untuk

(Direktorat Pembinaan Kursus dan

Kelembagaan, 2010):

1. Meningkatkan partisipasi

masyarakat

Pada dasarnya tujuan membangun

kemitraan adalah membangun

kesadaran masyarakat terhadap

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal - 351 Muhammad Arief Rizka dan Suharyani

eksistensi Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM), menumbuhkan

minat dan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengembangan

PKBM karena pada dasarnya

masyarakat yang harus aktif untuk

menggerakkan PKBM tersebut agar

lebih akomodatif. Masyarakat disini

memiliki arti luas tidak hanya warga

belajar sebagai sasaran, akan tetapi juga

penerima manfaat (pengguna

lulusan/user), dinas atau lembaga yang

terkait, organisasi kemasyarakatan,

organisasi profesi, lembaga pendidikan,

dunia usaha dunia industri (DUDI),

tokoh atau elemen masyarakat, dan

stakeholders lainnya.

2. Peningkatan mutu dan relevansi

Dinamika perubahan masyarakat yang

sangat tinggi menjadikan Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

harus mampu untuk bersaing dengan

“kompetitor” yang lain. Oleh karena

itu, PKBM dituntut untuk terus

melakukan inovasi, peningkatan mutu

dan relevansi program sesuai dengan

kebutuhan masyarakat (pasar). Melalui

pengembangan kemitraan ditujukan

guna merancang program-program PNF

yang inovatif, meningkatkan mutu

layanan dan relevansi program dengan

kebutuhan masyarakat luas.

3. Mensinergikan program

Pada dasarnya jika terbangun kemitraan

yang baik, banyak program-program

dari berbagai pihak atau stakeholders

yang dapat disinergikan dengan

program kerja Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM). Misalnya, setiap

perusahan baik milik pemerintah atau

swasta pasti memiliki program

Corporate Social Responsibility (CSR)

atau tanggung jawab sosial perusahaan

yang dapat disinergikan dengan

program yang dileneggarakan oleh

PKBM. Selain itu, lembaga-lembaga

pendidikan formal (sekolah) yang

belum memiliki laboratorium seperti

laboratorium bahasa inggris, komputer,

maupun dalam bentuk bengkel kerja

dapat bermitra dengan Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM).

4. Meningkatkan daya serap output Banyak Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang bergerak

dalam pengembangan skills atau

keterampilan masyarakat masih

memiliki pandangan bahwa setelah

warga belajar mengikuti proses

pembelajaran dan lulus ujian

kompetensi maka selesailah tanggung

jawab lembaga tersebut. Dalam konteks

kekinian paradigma tersebut harus

dirubah dengan memperhatikan pada

aspek “outcome” suatu program yakni

sampai pada tahap penempatan dan

penyerapan output (lulusan) ke dunia

kerja. Oleh karena itu, salah satu tujuan

kemitraan PKBM adalah untuk

meningkatkan daya serap output

program PNF ke dunia kerja.

5. Sosialisasi, promosi, dan publikasi

Pada dasarnya, membangun kemitraan

dilakukan dalam upaya untuk

sosialisasi, promosi, dan publikasi

program-program unggulan Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

sehingga semakin familiar dengan

masyarakat luas. Konsekuensi dari

semakin familiarnya Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM), maka

akan dapat berkontribusi terhadap

meningkatnya jumlah warga belajar

atau peserta didik dan pengguna lulusan

dari PKBM tersebut.

6. Peningkatan akses

Dengan membangun kemitraan yang

semakin luas dan prospektif maka akan

berimplikasi pada kemudahan akses

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) terhadap akses informasi,

teknologi, modal, pasar, praktek kerja,

magang dan lain sebagainya. Kemitraan

dengan berbagai pihak terus dibangun

baik dengan pemerintah sebagai

pengambil kebijakan, masyarakat

sebagai pelanggan, perguruan tinggi

sebagai pembina dan pengembang

ilmu, maupun dengan dunia usaha

dunia industri sebagai pengguna lulusan

dari PKBM.

7. Pencitraan publik

Salah satu tujuan membangun

kemitraan pada Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) adalah

mengembangkan benchmark dan image

positif kepada masyarakat selaku

pelanggan atau sasaran. Benchmark dan

image positif Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) yang Unggul,

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 352 Muhammad Arief Rizka dan Suharyani

Profesional, Inovatif, dan Kompeten

dapat dibangun melalui kemitraan yang

strategis dengan berbagai stakeholders

tersebut. Selanjutnya dengan

membangun benchmark dan image

positif dapat meningkatkan kredibilitas

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) di mata masyarakat luas dan

mitra kerja lainnya.

8. Penguatan kapasitas dan kapabilitas

kelembagaan

Membangun kemitraan juga pada

dasarnya memiliki nilai tambah untuk

melakukan penguatan kapasitas dan

kapabilitas kelembagaan Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Penguatan kapasitas menyangkut

optimalisasi implementasi fungsi-fungsi

kelembagaan PKBM, sedangkan

penguatan kapabilitas kelembagaan

menyangkut kemampuan PKBM itu

sendiri untuk memproses input menjadi

output yang siap di daya gunakan.

Kemitraan Strategis PKBM untuk

Penguatan Mutu

Pola pengembangan kemitraan Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM) yang terbuka

dapat memberikan ruang yang lebih demokratis

untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan

program PNF. Keterbukaan dalam menjalin

kemitraan dengan berbagai stakeholdres PNF

akan berimplikasi pada kemudahaan berbagai

akses sumber daya yang dapat didaya gunakan

untuk kepentingan pencapain indikator mutu

sehingga berkontribusi terhadap meningatkan

kredibilitas terhadap eksistensi Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM). Indikator mutu

dari penyelenggaran program PNF pada

dasarnya adalah meningkatnya kepuasaan

(Edward Sailis, 2008) dan kepercayaan

masyarakat sebagai pelangggan utama terhadap

program PNF serta fungsionalitas atau

kebermaknaannya terhadap perbaikan kualitas

hidup masyarakat secara luas.

Kemitraan strategis untuk penguatan

mutu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) dapat dikembangkan dengan berbagai

variasi visi dan tujuan kemitraan karena pada

dasarnya heterogenitas jalinan kemitraan akan

meningkatkan citra positif PKBM yang lebih

akuntabel dan profesional. Pengembangan

kemitraan pada Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) dapat diidentifikasi

berdasarkan peran dan fungsi masing-masing

stakeholders, dan pada dasarnya harus

disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas

kelembagaan. Berbagai stakeholders satuan

PNF dapat dikembangkan untuk menjalin

kemitraan strategis dalam kerangka penguatan

mutu program dan kelembagaan PKBM seperti

deskripsi tabel di bawah ini:

No Lembaga/Instansi/Organisasi

yang relevan Pola Kemitraan Peran Lembaga

1 Pemerintah Pusat dan Daerah Formulasi kebijakan dan

pembinaan-pendampingan

teknis

Dukungan kebijakan yang

lebih akomodatif, termasuk

perijinan, perlindungan

hukum, bantuan anggaran

dan lainnya.

2 DPR/DPRD (Pihak Legislatif) Dukungan politik (Budget,

Peraturan Pendidikan,

Perlindungan, dan lainnya)

Penyusunan berbagai peraturan (legalitas

formal/yuridis) tentang

kebijakan PKBM termasuk

dukungan penganggaran

untuk APBN/D

3 Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan

Pembinaan-pendampingan

teknis

Dukungan kebijakan,

kemudahan perijinan, bantuan anggaran,

pengembangan model

pembelajaran, dukungan

manajerial, peningkatan

mutu dan kompetensi PTK.

4 Dinas Sosial, Tenaga Kerja,

Koperasi, Ekonomi Kreatif,

Pembinaan-pendampingan

teknis

Dukungan penyaluran

lulusan ke DUDI,

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal - 353 Muhammad Arief Rizka dan Suharyani

Pertanian, Perdagangan,

Pariwisata, dan lainnya

dukungan pelaksanaan

program kewirausahaan

sebagai bentuk tindaklanjut

pelatihan dalam bentuk

pembinaan maupun

permodalan.

5 Perguruan Tinggi Konsultan/Expert/

Pengembangan Penelitian

Jasa konsultasi, bimbingan,

pengembangan keilmuan

dan produk, mitra untuk

nara sumber dan lainnya.

6 PP-PAUDNI dan BP-PAUDNI Penjaminan Mutu Pengembangan model

program, penyelenggara

diklat atau orientasi teknis

SDM PKBM,

pengembangan SIM,

penilaian kinerja,

pendampingan ISO,

bimbingan belajar PTK,

dan lainnya

7 Dunia Usaha Dunia Industri

(DUDI)

Pengelolaan CSR Pengelolaan CSR untuk

warga belajar PKBM

Penyerap Output Menyerap lulusan PKBM,

sebagai tempat magang

atau praktek kerja warga

belajar, dan lainnya

8 LSK, LSP, TUK Uji Kompetensi Penyelenggara dan

penyedia fasilitas uji

kompetensi

9 BAN PNF Akreditasi Melakukan akreditasi

program PNF dan PKBM

10 BSNP Penetapan SPM atau Standar

Nasional

Menetapkan standar

pelayanan minimal dan

pencapain standar nasional

pendidikan

11 Sekolah / Pondok Pesantren

(Satuan Pendidikan Formal)

Share Sumber Daya Share pemanfaatan

laboratorium, fasilitas

bengkel kerja, penyedia

nara sumber teknis atau

instruktur.

Akses pasar Melakukan sosialisasi

untuk rekrutmen warga

belajar yang relevan

dengan kebutuhan program

PNF dan PKBM

12 Asosiasi Profesi Pengembangan Kelembagaan Peningkatan kompetensi

PTK PKBM melalui

pembinaan organisasi mitra

Sumber: modifikasi dari Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan (2010).

Melalui pengembangan kemitraan yang

strategis dengan berbagai stakeholders kunci

terebut, dapat menjadi triggers (pemicu) Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk

melakukan upaya-upaya imporvisasi dan

bahkan inovasi program serta kelembagaan.

Upaya-upaya tersebut dapat terakumulasi

dengan dukungan dari berbagai mitra lembaga

yang memiliki persamaan visi dan misi secara

integral. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 354 Muhammad Arief Rizka dan Suharyani

(PKBM) harus mampu mengidentifikasi dan

memperluas kemitraannya agar upaya-upaya

inovatif tersebut dapat bersinergi sehingga

orientasi mutu dari penyelenggaran PKBM

lebih optimal tercapai.

Prospek dari kemitraan pada dasarnya

adalah membangun kepercayaan dan hubungan

mutualis yang berimplikasi pada ketercapain

tujuan yang bersifat kolektif. Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM) yang mampu

menjalin jaringan kerja (kemitraan) secara

strategis menjadi salah satu kunci bagi

pencapaian mutu program PNF. Kemitraan

yang luas akan memberikan peluang bagi

pengembangan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) untuk dapat meningkatkan

kualitas serta kuantitas sumber daya yang

sesuai dengan kebutuhan kelembagaan. Efikasi

dari pengembangan kemitraan strategis dari

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

dapat diidentifikasi jika: (1) perencanaan

dilakukan secara partisipatif, melibatkan

seluruh stakeholders kunci; (2) memiliki

persamaan komitmen untuk mengembangkan

PNF yang bermutu dan berkelanjutan; (3)

memiliki kepedulian untuk saling melengkapi

dan menguatkan sebagai upaya daya dukung

kemitraan yang maksimal; (4) hubungan antara

PKBM dengan lembaga mitra lebih bersifat

horizontal (sejajar); dan (5) antara PKBM

dengan lembaga mitra menjadikan budaya mutu

sebagai dasar dari keseluruhan aktivitas

penyelenggaran PNF.

PENUTUP

Eksistensi dari Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) yang semakin

berkembang menjadi peluang strategis untuk

dapat memberikan pelayanan pendidikan yang

lebih akomodatif bagi masyarakat. Kondisi

aktual Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM) di satu sisi masih belum mampu

memberikan garansi kualitas output dari

penyelnggaraan program sehingga

pengembangan kemitraan dengan berbagai

stakeholders perlu untuk ditingkatkan. Melalui

kemitraan strategis yang dikembangkan secara

sinergis, esensinya adalah membangun

kepercayaan dan terciptanya atmosfer mutualis

yang saling menguatkan sehingga

penyelenggaran program PNF yang lebih

bermutu dan berkelanjutan dapat terwujud

secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Kursus dan

Kelembagaan. (2010).

Membangun Jejaring Kerja

(Kemitraan). Direktorat Jenderal

Pendidikan Non Formal dan

Informal. Kementerian

Pendidikan Nasional.

Rizka, M. Arief, and Dian Gustiana.

"Strategi Kemitraan

Penyelenggaraan Program

Pendidikan Non Formal (Studi

Kasus pada Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat

Terampil)." Jurnal

Kependidikan 14.2 (2015): 169-

177.

Pink, Daniel H. (2005). A Whole New Mind.

Riverhead Books A Member of

Penguin Group (USA) Inc: New

York.

Sallis, Edward. (2011). Manajmen Mutu

Terpadu Pendidikan.

Yogyakarta: Penerbit IRCiSoD

Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004).

Kemitraan dan Model-Model

Pemberdayaan. Yogyakarta:

Penerbit Gava Media.

Tennyson, Ros. (2003). The Parthnering

Toolbook. The International

Business Leaders Forum (IBLF)

and the Global Alliance for

Improved Nutrition.

PROFIL SINGKAT

Muhammad Arief Rizka S.Pd., M.Pd lahir di

Selong, 24 Januari 1988. Memperoleh gelar

Sarjana pada program studi PLS FIP UNY

(2006) dan gelar Magister pada program studi

PLS PPs UNY (2012). Saat ini, aktif sebagai

Dosen Tetap Yayasan Pembina IKIP Mataram

pada Program Studi PLS sekaligus sebagai

Ketua Pusat Studi Kewirausahaan dan

Pemberdayaan Masyarakat di IKIP Mataram.

Suharyani, M.Pd lahir di Keruak, 31

Desember 1973. Memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan di Fakultas Tarbiyah STAIN

Mataram (2002) dan gelar Magister pada

program studi PLS PPs UNY (2006). Saat ini,

aktif sebagai Dosen Tetap Yayasan Pembina

IKIP Mataram pada Program Studi PLS

sekaligus sebagai Ketua Program Studi PLS

FIP IKIP Mataram.