Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

14
p .. ffiffi HH* m, d** , 11 ;- .rq111-, 1,;i1iti.:i.i:,'7:ir-t i. / -( 'tt 'i i;:, .t,:-t;,-'ljrjl.l.tarl E,Ltl':.;r ,ri:.g -i-.tlpitiit::rii.iil ,, '_-i:.l,.i T'-_llr.i1;,.,;a, i(uii ,t-ll' Sekc lal'i ji iin,i,i ,,i.-: ;n{irrs ii 'ir,.l1,:, 1rel.l.r- l,l -,:;l.ri!.ii t r i,r4tt:,"ji: l !.il-r-,i,.r,1 [:'tn.,reciiaarr lF'a:tilitas,jtr:rll:ir-'y':.r-ll-. ir/ii;itrr,1,i;,lrriri ]i;,.rr Arset;,r-iill.;r s il-trlia'bet L-l pa,,ra. Seklia.lir dalarr-L lPiln.]--re;r.rlrlk-::n .jl.:., . ,' -- L- ,' ,, ilr. iii it,c,rrlbeLatiar,:i.1.:r l,,zit'nrL:utja"y'aka,i',1 l"..llriei ':ltrai i(oniltir,r,-l t:-ilaii:ii,, Iret,::.r.1ia,-i .1 ,-r- li:: _ ,r, ) t, 1; t ".., i ll-rtri:i Fl'oiesl Plolj:1cm" Da"l.i-lpak-, clan Solusi 'Ira.,:l,.riirrmLa:,,1 Lrl'L,ir'1"-rila.i Ag;.r-i'riil pad:i Arl;t'k .jra:;el,.ci rir lPen"u ir-l gnyar Fen d i rjilka,r lui ora l bau i Anal,. S e k r,a''i jaL:;iu' F sensi id i I a i ele i an r Xtrl'rsoerti 1' K,-ebi j r1n-;r r,' 'll ffi,H H$& ,,) al :lj ill ii ffi*li'r*rh:$* r,&K&.,LY&*$ eLffitr pr$sffi$ffiIK&ru &"rrurwffiffis|il&s rumsrrux v*il,\,AlrAH :A

Transcript of Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

Page 1: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

p

..

ffiffiHH*m,d** ,

11 ;- .rq111-, 1,;i1iti.:i.i:,'7:ir-t i. / -( 'tt 'i i;:,

.t,:-t;,-'ljrjl.l.tarl E,Ltl':.;r ,ri:.g -i-.tlpitiit::rii.iil ,, '_-i:.l,.i T'-_llr.i1;,.,;a,

i(uii ,t-ll' Sekc lal'i ji iin,i,i ,,i.-: ;n{irrs ii 'ir,.l1,:, 1rel.l.r- l,l -,:;l.ri!.ii t r i,r4tt:,"ji: l !.il-r-,i,.r,1

[:'tn.,reciiaarr lF'a:tilitas,jtr:rll:ir-'y':.r-ll-. ir/ii;itrr,1,i;,lrriri ]i;,.rr Arset;,r-iill.;r s il-trlia'bet

L-l pa,,ra. Seklia.lir dalarr-L lPiln.]--re;r.rlrlk-::n .jl.:., . ,' -- L- ,' ,, ilr. iii it,c,rrlbeLatiar,:i.1.:r

l,,zit'nrL:utja"y'aka,i',1 l"..llriei ':ltrai i(oniltir,r,-l t:-ilaii:ii,, Iret,::.r.1ia,-i .1 ,-r- li:: _ ,r, ) t, 1; t ".., i

ll-rtri:i Fl'oiesl

Plolj:1cm" Da"l.i-lpak-, clan Solusi 'Ira.,:l,.riirrmLa:,,1 Lrl'L,ir'1"-rila.i Ag;.r-i'riil pad:i Arl;t'k .jra:;el,.ci rir

lPen"u ir-l gnyar Fen d i rjilka,r lui ora l bau i Anal,. S e k r,a''i jaL:;iu'

F sensi id i I a i ele i an r Xtrl'rsoerti 1' K,-ebi j r1n-;r r,'

'llffi,HH$&

,,)al

:lj

ill

ii

ffi*li'r*rh:$*r,&K&.,LY&*$ eLffitr pr$sffi$ffiIK&ru &"rrurwffiffis|il&s rumsrrux v*il,\,AlrAH :A

Page 2: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

dinomikoPENDIDII(AN

MAJALAH ILMU PENDIDIKAN No. 01/Th. IV Mei 2007

Pelindung dan PenasihatPenanggung JawabPemimpin RedaksiWakil Pemimpin RedaksiSekretaris Redaksi

Tata LetakTata Usaha/Pelaksana

Muh. Farozin, M Pd.

Tatang M. Amirin, IVI.SI.Prof. Suyata, Ph.D.Sumarno, Ph.D.Eko Budi Prasetyo, M.Pd.Rosita Endang Kusmaryani, M.Si.

: Setya Raharja, M.Pd.: Rumijan, SIP/Ratna Ekawati, A.Md.

Anggota Redaksi :

Prof. Dr. Siti Partini SuardimanProf. Dr. Suharsimi ArikuntoFX. Sudarsono, Ph.D.Prof. Dr. Noeng Muhadjir (UAD Yog,,akarta)Prof. Dr. M. Sastrapratedja, SJ. (Universitas Sugiyopranoto Semarang)Dwi Siswoyo, M.Hum.Dr. C. Asri BudiningsihDr. A. DardiriEdi Purwanta, M.Pd.

Alamat RedaksiFIP Universitas Negeri Yogyakarta. Karangmalang, Yogyakarta. 55281

Telp. 027 4 586168. pesw. 22L 223. F ax. 027 4 54061 1

E - m ail. fiprury@tpgy qla; a n t a t. a. n e r.

Redaksi menerima tulisan masalah pendidikan Tu-isar bel:::t:emahdipublikasikan, dengan panjang lebih k-uran_s l-i h:r:r::: k:,::... iteri* spasi

ganda, tulisan disusun dengan sistematil:: .Tl:.;-. i.:.:::r. P;:;::--u:n.Pembahasan, Penulup. dan Daftar Pustar:.. T..--s:r ;--c::,,,,:, j::;,:. l_-rcarl.

S3.- *r -.11I- . ;

ISSN:0853-15lX

Page 3: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

Dinamika Pendidikan No. 1/Th.XIY lMei 2007

DAFTAR ISI

Kepemimpinan yang Amanah

Oleh:ThtangM.Amirin

Pendidikan Etika yang Terpinggirkan dan TerlupakanOleh: Fx. Sudarsono

Pengembangan Pembelaj aran Berbasis Kompetensi BervisiMoral di SekolahOleh:AnikGhufron*)

Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi Anak

Kultur Sekolahyang Kondusif bagi Pengembangan Moral SiswaOleh:fuiefaEfianingrum"

Penyediaan Fasilitas Publik yang ManusiawiBagi Aksesibilitas DifabelOleh:MujiminWM.

Upaya Sekolah dalam Pembenttkan SelfEsteem Siswa melaluiPembelajaran

Oleh:RahmaniaUtari*

Membudayakan Ni lai-nilai Komitmen terhadap Pekerj aan dalamUpaya Menegakkan Etika ProfesiOleh: Rosita Endang Kusmaryani

Problem, Dampak, dan Solusi Transformasi Nilai-nilai AgamapadaAnak PrasekolahOleh : KartikaNur Fathiyatr

Pentingnya Pendidikan Moral bagi Anak Sekolah Dasar

Oleh: Sigit Dwi Kusratrmadi

Esensi Nilai dalam Perspektif KebijakanOleh: Sudiyono

t2

24

ffi'''

45

90

102

60

76

fi7

127

Page 4: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

34 Dinamika Pendidikan No. 1 / Th. XtV / Mei 2OO7

KEMITRAAN SEKOLAH DAN KELUARGADALAM PENDIDIKAN MORAL BAGI ANAK

Oleh : Tina Rahmawati, S.Pd3

Abstract

The quality of our next generation and citizens depends, partly on hou, our schoolsprepare them through curriculum development and implementation. One of theimportant thing the school should prepare is moral education, since it is one of themeans of nations and character building. Our nation and country needs moralcitizens, scholars, and also leaders to be a prosperous and justice nation.It is not only school that have responsibility for character and moral building.School, community, and parents should act cooperatively in children moraleducation. The moral atmosphere at home, school and community should be createdto give the chance for children to observe and imitate. Moral education, however,will not be ffictive through lecturing alone. Parents, teachers, comntunity leadersand government afficials should be a model of moral behavior.

Keyu ord : moral educat ion, school-parents-communi ty c ooperat i on, n ode I

1. Pendahuluan

Kondisi masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan bahwa telah terjadi

kegoncangan yang cukup mengerikan dalam perkembangan peradaban bangsa kita.

Nilai-nilai fundamental seperti penghargaan atas hak hidup seseorang ternyata sudah

tidak lagi dijadikan landasan dalam bertindak oleh berbagai kelompok masyarakat di

berbagai wilayah Indonesia. Kondisi yang sangat menyedihkan tersebut diatas masih

ditambah dengan merosotnya moralitas sebagian masyarakat dalam bentuk

ketergantungan pada narkotika dan obat terlarang. Norma-norma hubungan antara

pria dan wanita yang bukan makhromnya juga sering dilanggar. Demikian juga nilai-

i.

Page 5: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

Dinamika Pendidikan No. 1/Th.XtV / Mei 20A7

nilai kejujuran tampak seakan-akan telah terkubur oreh kebohongan dan tipu daya.

Melihat perkembangan dunia saat ini, setiap bangsa membutuhkan kualitas

manusianya yang mampu bersaing, mampu menghadapi berbagai tantangan dan

mampu memecahkan berbagai masalah yang timbul dari berbagai tuntutan global.

Bahkan anak dituntut untuk menguasai akan keterampilan dasar (membaca, menulis.

menutur, menyimak, dan menghitung yang sesuai dengan tingkat pendidikan masing-

masing).

Karena permasalahan yang ditemukan dalam era globalisasi saat ini juga

makin kompleks, maka keterampilan berpikir seperti berpikir kreatif, mampu

mengambil keputusan, terampil memecahkan masalah, mampu menalar, dan

mengetahui cara belajar (lerning how to learn) perlu dikuasai dengan baik. Dengan

diaplikasikannya teknologi pada semua bidang kehidupan maka terjadilah sistem

informasi yang yang tak mengenal batas (borderless information). Akibatnya dunia

menjadi sempit namun kita dituntut memiliki wawasan luas untuk mampu berenang

didalamnya.

35

Keadaan tersebut sudah barang tentu dapat

bahkan meresahkan setiap orang, yang peduli pada

permasalahan nilai-nilai moral spiritual sekarang ini

akan tetapi hampir seluruh negara mengalaminya.

membuat tidak tenang, dan

pendidikan anak. Sebenarnya

bukan mutlak milik Indonesia

2' Pendidikan morar dan spirituar sebagai ungguran sekorah

Nilai atau value adalah suatu patokan yang menjadi standar bagi suatu

'Dosen Jurusan Ap, prodi Manajemen pendidikan Flp UNy

Page 6: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

36 Dinamika Pendidikan No. 1 / Th. XtV / Mei ZOOT

masyarakat tentang peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat tersebut (lokal,

nasional maupun internasionar), mengenai apa yang boreh dan apa yang dilarang

dilakukan oleh anggotanya, termasuk semua taboo dan anjuran yang harus

dilaksanakan baik secara formal maupun informal.

Teori Ki Hadjar Dewantara mengenai pentingnya pendidikan nilai-nilai

spiritual, yang disebut dengan budi pekerti, dalam keluarga, dengan ibu sebagai

pendidik utama, sampai sekarang ini ternyata tetap berlaku. Setiap masyarakat

memiliki tata nilai dan wisdom (kebijaksanaan) yang digunakan agar masyarakatnya

dapat berfungsi. Karena itu tata nilai erat sekali hubungannya dengan budaya yang

berlaku di masyarakat tersebut.

Bagi suatu masyarakat, nilai bisa saja berasal dari nilai-nilai agama yang

dianut oleh anggotanya, undang-undang atau peraturan yang dikenakan oleh

pemerintah (formal), tetapi bisa juga nilai yang hanya berlaku pada anggota

masyarakat yang terbatas serta bersifat informal. Nilai-nilai itu sendiri ada yang

bersifat hakiki yang menyangkut dasar-dasar kemanusiaaan dan berlaku secara

universal, namun ada yang sangat spesifik yang hanya bersifat lokal.

Masih banyak orang mempertanyakan keberhasilan sekolah pendidikan

agama di sekolah' Hal ini terjadi karena banyaknya terjadi tawuran antar siswa yang

tidak jarang memamakan korban jiwa, pelanggaran susila, penggunaan obat terlarang

dan minuman keras di kalangan sekolah, bahkan kasus Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme (KKN) di semua sektor masyarakat merupakan isyarat masih lemahnya

kendali nilai moral di dalam diri seseorang.

Pentingnya pendidikan nilai-nilai moral spiritual di sekolah akhir-akhir ini

Page 7: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

Dinamika Pendidikan No. 1lTh.XlV / Mei 2007

memperoleh respon positif dari masyarakat luas dan orang tua siswa. Para pakar

pendidikan pada umumnya sependapat bahwa sebagai lembaga pendidikan maka

sekolah hendaknya mampu memberikan pendidkan yang efektif dan sistematis untuk

menanamkan nilai-nilai moral spiritual pada seluruh siswanya; terlepas dari apakah

pendidikan moral atau apapun namanya itu menjadi mata pelajaran tersendiri atau

tidak menjadi mata pelajaran tersendiri.

Pendidikan nilai hendaknya tidak diberikan dalam bentuk indoktrinasi.

Kirchenbaum (1995, lewat Zuchdi, 1999: 10-24) menyarankan penerapan pendidikan

nilai secara komprehensif, yang meliputi inkulkasi (inculcation), pemodelan

(modeling), fasilitasi (facilitation), dan pengembangan ketrampilan (skill building).

Kekurangberhasilan pendidikan agama di sekolah dalam penanaman nilai

moral pada diri anak didik karena isi pendidikan agama yang ada terlalu akademis,

terlalu akademis, terlalu banyak topik, banyak pengulangan yang tidak perlu. Akhlak

dalam arti perilaku hampir tidak diperhatikan kecuali yang bersifat kognitif

(pengetahuan) dan hafalan. Seharusnya evaluasi pendidikan agama dapat dilakukan

dengan cara observasi (pengamatan). Melalui pengamatan yang cermat

orangtua/guru dapat menilai sejauh mana pendidikan agama/nilai moral diikuti oleh

anak dan menentukan bahan pengajaran yang sesuai bagi mereka.

Hal tersebut tidak sesuai bangsa Jepang dalam praktik pendidikan nilai-nilai

moral spiritual yang barangkali kita dapat melihat keseriusan dalam menanamkannya

pada anak didik. Dengan mengaplikasi pendekatan cultural, Jepang cukup berhasil

menanamkan budi pekerti kepada anak-anak. Hal itu sangat beralasan karena

masyarakat Jepang berkeyakinan atas kemampuan pendidikan di sekolah untuk

37

Page 8: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

38 Dinamika Pendidikan No. 1 / Th. XtV / Mei 2007

menanamkan nilai dan ide guna membangun bangsa Jepang sesuai dengan jati

dirinya.

Pendidikan budi pekerti, yang dalam hal ini merupakan perwujudan dari

pendidikan nilai-nilai moral spiritual, seharusnya masuk didalam kriteria keunggulal

sekolah; disamping ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta iman dan takwa

(imtak). Jadi, kiranya sangat beralasan bagi kita untuk menjadikan pendidikan nilai-

nilai moral spiritual, yang dalam hal ini khususnya pendidikan budi pekerti, sebagai

unggulan sekolah. Kalau sekolah-sekolah kita saat ini sudah ketinggalan dalam

penyampaian ilmu dan teknologi kepada anak didik dibanding sekolah-sekolah di

negara maju tentu kita tidak ingin ketinggalan lagi dalam menanamkan nilai moral

spiritual kepada anak didik di sekolah kita.

3. Wujud kemitraan sekolah dan keluarga terhadap pendidikan moral spiritual

bagi anak

Pengajaran pendidikan agama di sekolah akan memperkuat pendidikan

agama yang diperoleh anak di rumah. Biasanya anak belajar agama melalui cara-cara

sebagai berikut :

l. Secara sadar anak menyerap tingkah laku orang tua/guru pada waktu

orangtua/guru melaksanakan ke giatan agama.

2. Memberi penguatan secara terus menerus terhadap praktek keagamaan yang

dilakukan oleh anak

3. Secara sadar atau tidak, menginternalisasikan (menghayati) nilai-nilai

keagamaan yang terkandung dalam cerita-cerita agama.

Page 9: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

Dinamika pendidikan No. t/Th.XlV / Mei 2007

oleh karena itu pendekatan yang harus diambir oreh guru daram pemberianmateri agama/pendidikan n,ai yaitu dengan memberikan contoh, bercerita danmemberikan penguatan bila anak melakukan kegiatan keagamaan. pendekatan inilebih bersifat mengasuh daripada mengajar, atau dikenar pura sebagai ketramp,an

proses.

Kerjasama antara sekorah dan keruarga perru ditingkatkan supaya tidakterjadi kontradiksi atau ketidakselarasan antara nilai-nirai yang harus dipegang teguholeh anak di sekolah dan yang harus mereka ikuti di keruarga atau masyarakat. Haltersebut tentu saja agar anak memiriki pegangan nirai yang menjadi acuan daramberperilaku sehingga tetap terkontrol dari pengaruh-pengaruh negatif dari ringkungansekitar mereka.

pora kemitraan antara sekorah dan keruarg a yangbagaimana yang kiranyaefektif, dalam rangka pendidikan nilai dan spiritaritas bagi masyarakat Indonesia?Tentu saja bukann ya yangbersifat formar seperti penandatangan surat pedanjian atauyang serupa dengan itu akan tetapi penciptaan situasi yang kondusif bagi pendidikan

nilai dan spiritualitas baik di sekolah maupun di rumah tampaknya merupakan sarahsatu bentuk kemitraan yang perlu dikembangkan.

Menurut Schmuck dan Schumuck (19g3) perlu dikembangkan

39

yang positii yang memiliki karakteristik sebagai berikur :

(l) Murid-murid menginginkan hasil yang terbaik sesuai

suasana kelas

maslng-masing dan saling memberikan dukungan.

Murid-murid saling mem berikan pengaruh positi f.

dengan kemampuan

(2)

(3) Kegembiraan muncur di sekorah secara umum dan di keras secara khusus.

Page 10: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

40 Dinamika Pendidikan No. 1 / Th. XIV / Mei 2007

(4) Peraturan sekolah diikuti secara tertib tanpa paksaan, sehingga tugas-tugas

dapat dikerjakan dengan baik.

(5) Komunikasi antarwarga sekolah bersifat terbuka dan diwarnai dengan dialog

secara akrab.

(6) Proses bekerja dan berkembang bersama sebagai suatu kelompok dipandang

cocok untuk belajar.

Suasana kelas atau sekolah yang positif dengan ciri-ciri tersebut sangat

memungkinkan anak dapat mengembangkan nilai-nilai fundamental yang sangat

diperlukan dalam kehidupan sosial.

Menurut Djamaluddin Ancok (2002:52) Sekolah sebagai salah satu tempat

pembentuk kepribadian anak; Kedisiplinan serta konformitas terhadap peraturan dan

tugas adalah aspek kepribadian yang ikut dibentuk oleh sekolah, adanya peer group

(teman sepermainan/ sebaya) sangat besar fungsinya bagi si anak serta hubungan

dengan guru yang akrab akan menumbuhkan sikap positif terhadap sekolah

khususnya menghargai otoritas guru.

Nilai-nilai positif yang hendak dikembangkan di sekolah, yang juga

diprogramkan untuk dikembangkan di lingkungan keluarga, hendaknya merupakan

hasil diskusi pihak sekolah dan perwakilan orang tua murid. Selanjutnya hal itu perlu

disosialisasikan kepada seluruh orang tua murid. Caranya tidak harus lewat

pertemuan tatap muka, tetapi dapat pula lewat brosur-brosur sehingga dapat dibaca

ulang oleh orang tua atau apabila memungkinkan lebih baik dibacakan oleh anak

kepada orang tuanya masing-masing. Komunikasi tertulis ini sedapat mungkin

dikembangkan, agar pihak sekolah dan keluarga dapat secara mudah saling

Page 11: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

Dinamika Pendidikan No. l/Th.XlV / Mei 2007

mengingatkan apabila terjadi penyimpangan dari keputusan yang telah dibuat

bersama.

Sebenarnya harapan masyarakat dan orang tua tersebut tidak berlebihan

mengingat terdapat dua realitas sosial yang tidak lagi menjadi rahasia umum;

pertama, semakin banyaknya anak dan remaja (sekolah) yang melakukan tindakan

asosial di masyarakat, dan kedua, makin banyaknya lembaga keluarga yang kurang

berhasil menjalankan fungsinya untuk menanamkan nilai-nilai moral spiritual kepada

sang anak.

Para ahli yang berorientasi 'social learning' dan 'information processing

theory'dapat membantu dalam memahami strtegi pendidikan nilai dan pemahaman

tentang bagaimana anak belajar untuk menahan godaan dan mempraktekan perilaku

moral, serta bagaimana mereka menghambat tingkah laku berbohong, mencuri,

menipu dll, yang melanggar norma-nonna moral. Pandangan ini lebih menekankan

pada sisi perbuatan dari moralitas. Yang penting adalah adanya model yang berbuat

baik yang dapat ditiru perbuatannya (modeling), memberi penguatan jika anak

berbuat baik (reinforcement), dan dihukum jika berbuat salah sehingga anak mampu

menahan diri jika mengalami godaan untuk pelanggaran norma moral.

Pendidikan nilai dan spiritualitas di lingkungan keluarga dan sekolah

memang memerlukan berbagai inovasi, guna mengatasi masalah-masalah yang kita

hadapi saat ini dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin muncul

pada masa yang akan dating. Karena masalah-masalah besar hanya mungkin dapat

diatasi secara bersama-sama dan dengan koordinasi yang bagus, perlu dipikirkan

kemungkinan diciptakannya suatu bentuk kemitraan antara sekolah dan keluarga

41

Page 12: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

Dinamika Pendidikan No. 1 / Th. XIV / Mei 2007

dalam melaksanakan pendidikan nilai dan spiritualitas, yang secara secara relatif

sesuai dengan tantangan masa kini dan masa yang akan datang.

Pendekatan yang baru juga diperlukan, selaras dengan kekompleksan masalah

yang muncul pada era global ini. Banyak nilai yang sering kontradiktif, sehingga

diperlukan tidak hanya pemahaman tetapi juga kemampuan dan ketetapan hati untuk

memilih dan mengamalkannya secara konsisten. Dengan kata lain peran guru dan

orang tua dalam pendidikan nilai dan spiritualitas juga memerlukan perubahan yang

mendasar.

Penggunaan pendekatan tunggal dalam pendidikan nilai, misalnya pemberian

teladan saja tampaknya sudah tidak sesuai lagi pada era global. Seperti telah

disebutkan pada bagian depan, banyak nilai yang kadang-kadang saling bertentangan

sehingga tidak mudah bagi anak untuk memilih yang mana yang akan dijadikan

contoh. Lebih-lebih lagi nilai-nilai negatif biasanya dikemas dalam media

sangat memikat dan disampaikan dengan bujuk rayu yang dapat meruntuhkan

anak bahkan juga orang dewasa.

Pendidikan nilai dan spiritualitas baik di sekolah maupun di keluarga

seharusnya tidak dilakukan dengan indoktrinasi artinya guru dan orang tua

hendaknya berperan sebagai pemimpin bukan penguasa. Menurut Dale Timpe (alih

bahasa Boedidharmo, 1999: 4-8), idealnya pemimpin memiliki delapan sifat, yaitu

dapat menangkap perhatian setiap insane yang dipimpinya, menekankan nilai yang

sederhana, selalu bergaul dengan orang lain, menghindari profesionalisme tiruan,

mengelola perubahan, memilih orang yang berbakat, menghindari 'mengerjakan

semua sendiri', serta menghadapi kegagalan dengan sabar, dan belajar dari kesalahan

yang

iman

Page 13: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

Dinamika Pendidikan No. l/Th.XlV / Mei 2007

yang telah diperbuat. Kombinasi dari delapan sifat ini menghasilkan pemimpin yang

sejati, yang antara lain memiliki kekuatan dan dedikasi, memiliki gairah yang tak

kunjung padam, dan dapat membidik sasaran.

Dalam pendidikan nilai dan spiritualitas, pemodelan atau pemberian teladan

merupakan strategi yang biasa digunakan. Orang tua memegang peran penting dalam

pendidikan nilai moral di rumah, tokoh masyarakat mempunyai peran dalam

pelaksanaan agama di masyarakat. Keduanya dapat menerapkan strategi ini, yakni

guru, tokoh masyarakat dan orang tua harus berperan sebagai model yang baik bagi

murid-murid atau anak-anaknya; anak-anak harus meneladani orang-orang terkenal

yang berakhlak mulia, terutama Nabi Muhammad SAW.

Cara guru dan orang tua menyelesaikan masalah secara adil, menghargai

pendapat anak, mengritik orang lain secara santun merupakan perilaku yang secara

alami dijadikan model oleh anak-anak. Demikian juga apabila guru dan orang tua

berperilaku yang sebaliknya., anak-anak juga secara tidak sadar akan menirunya.

Oleh karena itu para guru dan orang tua harus hati-hati dalam bertutur kata dan

bertindak, supaya tidak tertanamkan nilai-nilai negatif dalam sanubari anak.

4. Penutup

Penanaman nilai moral sudah semestinya menjadi tanggung jawab bersama

antara orangtua, guru dan masyarakat. Sebagai orangtua yang perlu diperhatikan

bahwa pendidikan agama berakar dari rumah, harus dimulai sejak dini bagi anak, dan

harus pula diikuti dengan contoh dari kedua orangtua. Bagi sekolah beberapa hal

yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kurikulum pendidikan agama yang

43

Page 14: Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi ...

44 Dinamika Pendidikan No. 1 / Th. XtV / Mei 2OO7

kongkrit dan dapat dilaksanakan, melalui pendekatan yang berbentuk pengasuhan,

penyediaan alat belajar yang sesuai terutama buku-buku cerita agama yang menarik

dan dapat dijadikan contoh, evaluasi tidak terlalu ketat dan lebih berdasarkan

observasi (pengamatan).

Kualitas moral SDM kita sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam keluarga, di

sekolah dan dalam kehidupan masyarakat. Peranan dari ketiga aspek tersebut sebagai

pembentuk dan pembina moral sangat berpengaruh terhadap kualitas kepribadian

anak yang kemudian dapat dijadikan modal untuk menghadapi tuntutan global.

Keberhasilan pendidikan nilai moral bagi generasi bangsa tidak hanya menjadi

tanggung jawab guru agama di sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita.

Sudah menjadi tugas dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan agama di sekolah

agar berjalan efektif. Jalinan kerjasama antara sekolah dan keluarga dalam

penanaman nilai moral anak menjadi modal utama keberhasilan pembangunan dan

kesiapan menghadapi persaingan bebas di era globalisasi.

Referensi

Djamaluddin, Ancok. 2002. Pendidikan dan Agama Akhlak Bagi Anak dan Remaja.

Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu

Schumuck, Richard A. and Schumuck, Patricia A. 1983. Group Process in the

ClassRoom. Wm.C. Brown Company Publisher.

Timpe, A. Dale (Boedidharmo, penerjemah). 1999. Kepemimpinan. Jakarta: pT Elex

Media Komputindo.