SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit...

68
Keluarga SAHABAT EDISI 9 l TAHUN KETIGA l AGUSTUS 2018 MERAIH MASA DEPAN GEMILANG PARENTING Jangan Hanya Menuruti Orangtua ANAK MEMILIH JURUSAN KULIAH EFFENDI-TASMANIAR Antar Putranya yang Lumpuh Tempuh S3 di Australia Sempat Bingung Menjadi Orangtua MONA RATULIU Bikin Aplikasi dan Libatkan Bapak-ibu Kos SMK TELKOM MALANG

Transcript of SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit...

Page 1: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

KeluargaS A H A B AT

EDISI 9 l TAHUN KETIGA l AGUSTUS 2018

MERAIH MASA

DEPAN GEMILANG

PARENTING

Jangan Hanya Menuruti Orangtua

ANAK MEMILIH JURUSAN KULIAH

EFFENDI-TASMANIAR

Antar Putranyayang Lumpuh Tempuh

S3 di Australia

Sempat Bingung Menjadi Orangtua

MONA RATULIU

Bikin Aplikasi dan Libatkan Bapak-ibu Kos

SMK TELKOM MALANG

Page 2: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

SUKSESSUKSES

1. KERJA KERASBekerja secara bersungguh-sungguh, sekuat tenaga, penuh semangat, dan pantang menyerah.

Bekerja secara tuntas, sehingga

memberi manfaat sesuai

tujuan dari pekerjaan.

Bekerja secara kreatif

dengan

segenap cara dan strategi

untuk mencapai

hasil terbaik.

Bekerja bukan semata tugas, t

etapi juga

sebagai bagian dari ibadah untuk

mendapat keridhoan Ilahi.

2. KERJA CERDAS

3. KERJA TUNTAS

4. KERJA IKHLAS

SEMOGA KITA BISA MENJALANKAN...

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANDirektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan MasyarakatDirektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

Page 3: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

Direktorat Pembinaan Pendidikan

Keluarga melalui Subdit Kemitraan

Subdit kemitraan telah merancang,

melaksanakan dan segera akan

mempublikasikan Video Ruang Sahabat Keluarga.

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya

mengembangkan sumber belajar bagi peningkatan

pengetahuan orangtua tentang pengasuhan anak.

Video Ruang Sahabat Keluarga merupakan

video pembelajaran yang disampaikan oleh

narasumber yang berkompeten melalui video

pendek yang berisi tentang materi pengasuhan

anak sejak dalam kandungan sampai usia remaja.

Narasumbernya antara lain psikolog, pegiat dan

praktisi pendidikan, pegiat pendidikan keluarga,

pejabat di lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, dan lain-lainnya. Durasinya berkisar

5-10 menit.

Video ini diharapkan dapat menjadi media

pendidikan orangtua secara massal yang dapat

dengan mudah diakses dan dipelajari oleh

masyarakat luas melalui Whats App, Facebook,

Instagram, YouTube, Twitter, dan lain-lain. Para

narasumber memaparkan materi berupa tip-tip

praktis sehingga orangtua dapat dengan mudah

memahami isi video.

Materi yang akan dikembangkan seputar

pengasuhan yang dilakukan sehari-hari oleh

orangtua seperti pengasuhan dan perawatan anak

pada 1000 hari pertama kehidupan, pendidikan

karakter, pengasuhan positif, dan lain sebagainya.

Video ini akan disebarkan melalui laman

sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id dan berbagai

media sosial.

Sepanjang Januari-Juli 2018, Subdit Kemitraan

juga telah melaksanakan beragam kegiatan

pendidikan keluarga. Salah satunya Gerakan

Nasional Orangtua Membacakan Buku kepada

Anak (Gernas Baku). Kegiatan ini diharapkan dapat

meningkatkan budaya membaca buku di keluarga

dan meningkatkan kemampuan pengasuhan

orangtua dalam mengembangkan minat membaca

pada anak. Kegiatan ini terdiri dari beberapa

rangkaian kegiatan yang meliputi penyebarluasan

informasi tentang gerakan membaca, kelas

orangtua literasi dan gerakan serentak orangtua

membacakan buku kepada anak di PAUD.

Puncak acara Gernas Baku dilaksanakan

Video Ruang Sahabat Keluarga untuk Seluruh Keluarga Indonesia

pada 5 Mei 2018. Pada hari itu, seluruh orangtua

membacakan buku kepada anak secara serentak di

satuan PAUD, di rumah atau di komunitas literasi

di seluruh Indonesia, tepat pada pukul 08.00 waktu

setempat.

Pelaksaan Gernas Baku dilakukan dengan

membacakan buku, berdiskusi dengan anak

tentang isi bacaan atau melakukan aktivitas

yang terinspirasi dari buku yang dibacakannya

seperti menggambar, melukis dengan jari dan lain

sebagainya.

Setelah acara puncak Gernas Baku, pembiasaan

membacakan buku pada anak diharapkan terus

dilanjutkan di rumah. Orangtua menyiapkan bahan-

bahan bacaan untuk anak yang sesuai usianya

serta menyiapkan pojok baca di rumah untuk

meningkatkan minat baca anak. Tumbuhkan minat

baca anak, Ayah-Bunda bacakan buku.

SalamKeluarga

Page 4: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

2 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANDirektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan MasyarakatDirektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

SUSUNAN REDAKSI

PEMBINA Ir Harris Iskandar, Ph.D. Direktur Jenderal PAUD dan [email protected]

PENANGGUNG JAWAB Dr.Sukiman, M.Pd. Direktur Pembinaan Pendidikan [email protected]

PENGARAH Warisno, S.Sos., M.Pd. [email protected] Raraswati, MAP. [email protected] Suwaryani, Ph.D. [email protected] Budi Hartono, SE., MM. [email protected].

PEMIMPIN REDAKSIEdy, SS., [email protected]

PENULIS NASKAHDrs. Yanuar Jatnika [email protected] Lestari Yuniati [email protected]

EDITORHN Purwanto

DESAIN dan TATA LETAKDhoni Nurcahyo

FOTOGRAFERFuji Rachman Nugroho

SEKRETARIATMeitina Ventini, SE., Diah Kas Budiarti, SS.,Memet Casmat, MT.,

PENERBITDirektorat Pembinaan Pendidikan KeluargaDirektorat Jenderal PAUD dan DIKMASKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

ALAMAT REDAKSIKompleks Kemdikbud, Gedung C. Lt. 13Jl. Jenderal Sudirman, SenayanJakarta Pusat, 10270Telp. 021-5737930Email : [email protected]://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

Bagi siswa SMA, memilih jurusan di perguruan tinggi

sama halnya dengan memilih jalan hidupnya, bagaimana

dan kemana ia berkarier, dan bagaimana mengukir masa

depannya. Bagaimana peran orangtua dalam membantu

remaja menentukan jurusan yang akan diambil di perguruan

tinggi? Apakah menyerahkan sepenuhnya pada si anak atau

sebaliknya orangtualah yang memutuskan dengan alasan

mereka yang membiayai dan merasa lebih tahu apa yang

terbaik bagi anak-anaknya?

Majalah Sahabat Keluarga mengulas hal itu sebagai

Sajian Utama seiring dengan tibanya para siswa SMA kelas

12 menempuh jenjang perguruan tinggi. Masih terkait dengan

hal itu, di rubrik Parenting juga dibahas bagaimana peran

orangtua dalam membimbing anak-anaknya meniti masa

depan, salah satunya dalam karier dan pekerjaan.

Relevan dengan topik-topik itu, di edisi ini juga

ditampilkan beberapa keluarga yang berhasil membimbing

anak-anaknya menapaki jenjang kehidupan. Masih terkait

kehidupan remaja, di rubrik Ruang Keluarga kami ulas

tentang bagaimana orangtua dan orang dewasa menghadapi

remaja yang galau dan menghadapi masalah melalui apa

yang namanya Dukungan Psikologis Awal (DPA).

Edisi ke-9 ini banyak mengulas bagaimana orangtua

menghadapi anak-anaknya yang beranjak dewasa.

Harapannya, edisi ini mengingatkan kembali, bahwa salah

satu tugas orangtua adalah membina dan membimbing anak-

anaknya untuk mampu menapaki jenjang kehidupan, dan

lepas dari ketergantungan pada orangtua.

Hal ini penting agar Indonesia mampu menangkap

peluang bonus demografi, yakni komposisi penduduk yang

mayoritas berupa generasi produktif. Bonus demografi

itu akan mampu kita raih bila generasi muda Indonesia

mendatang mempunyai karakter mandiri, disiplin, tangguh,

kolaboratif, dan religius. Peran orangtua sangat penting

untuk mewujudkan hal itu.

Saat Remaja Menapaki Masa Depan

SapaRedaksi

Page 5: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

3SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Da

ftar Isi

SAJIAN UTAMAANAK MEMILIH JURUSAN KULIAH

Jangan Hanya Menuruti Orangtua 5Mengenali dan MengembangkanPotensi Anak 8Tanpa Minat, Bakat Tak Akan Terasah 11

ORANG TUA HEBATEffendi-Tasmaniar Antar Putranya yang LumpuhTempuh S3 di Australia 12

Henry Ridho-Laila SariOrangtua Paling Tahu Karakter dan Potensi Anak 18

Suharni Menerobos Batasan Orangtua Tunggal dan Guru Honorer 24

SEKOLAH SAHABAT KELUARGASMK Telkom MalangBikin Aplikasi dan Libatkan Bapak-ibu Kos 30

SD De Green Camp, Tanjung PinangTempat Belajar Siswa, Guru, dan Orangtua 36

KOMUNITASInstitut Ibu ProfesionalMencetak Pilar Keluarga yang Tangguh 42

PARENTINGMeraih Masa Depan Gemilang 47Jangan Lupa, Siapkan Dana Pendidikan 50

DONGENGCita dan Tas Baru 52

PEMDA PEDULIStrategi Dinas PendidikanKota Tanjung Pinang Sukseskan Pelibatan Orangtua 54

APA dan SIAPA?Mona Ratuliu:Sempat Bingung Menjadi Orangtua 56

RUANG KELUARGAPelibatan Keluarga akan Jadi Acuan Akreditasi Sekolah 60Dukungan Psikologis Awaluntuk Remaja yang Berkarakter 62

Page 6: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

4 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

SajianUtama

Page 7: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

5SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

ANAK MEMILIH JURUSAN KULIAH

Jangan Hanya

Menuruti Orangtua

”Rugi, kan? Waktu empat tahunan ter-buang dan anak ti-dak happy! Akibat-nya lagi anak tidak

perform dan mungkin malah mengganggu orang lain,” seru Guru Besar Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof. Rhenald Kasali Ph.D.

Maka Rhenald menyarankan, saat anak memasuki masa memilih jurusan kuliah orangtua tidak campur tangan terlalu jauh. Cukup jadi fasilitator, memberikan pertim-bangan.

Misalnya dengan mengajak mengamati sekitar, tentang bagaimana fenomena saat ini dan kemungkinannya ke depan. Di an-taranya, profesi-profesi yang mungkin dulu tak terbayang ada, sekarang jadi rebutan. Sebutlah chef atau yang baru-baru ini ber-munculan social media consultant. Bahkan tak sedikit yang memilih jadi pengusaha start up.

Maka salah satu syarat orangtua menjadi fasilitator adalah terbuka dan mengikuti perkembangan zaman. Sebab seperti yang ditulis Rhenald Kasali dalam bukunya Dis-ruption: Menghadapi Lawan-lawan Tak Ke-

BEBERAPA PENGUSAHA DAN ORANG TERNAMA SAAT KULIAH

MENEMPUH JURUSAN YANG ’DIPAKSAKAN’ ORANGTUANYA.

SAAT WISUDA MEREKA ’MENYERAHKAN’ IJAZAHNYA,

LANTAS BERPAMITAN MENGEJAR MIMPINYA, KULIAH LAGI DI

BIDANG YANG DISUKA.

Page 8: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

6 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

SajianUtama

lihatan dalam Peradaban Uber, dunia sedang berubah.

Sedikit mengulik sejarah, Rhenald mencontohkan, pada awal abad ke-20 ketika mobil bertenaga bensin mengganti-kan kereta kuda, perlahan-lahan bengkel kereta kayu dan peter-nakan kuda semakin pudar. Pada saat bersamaan hadir bengkel otomotif, perusahaan jasa asu-ransi, dan SPBU.

Jelas ini mempengaruhi jenis pekerjaan yang ada. Dari yang se-belumnya sangat dekat dengan alam dan tanpa mesin, tanpa polusi, tanpa kursus, berubah menjadi sangat mekanis, pollut-ed, dan berbasis keterampilan kursus. Saat itu di seluruh du-nia manusia menyaksikan suatu peralihan: masyarakat pertani-an-peternakan menjadi masya-rakat industri dan jasa.

Kini dunia berubah lagi, ma-syarakat tengah menyaksikan perpindahan dari mobil bertena-ga bensin ke self-driving car yang dikendalikan teknologi infor-masi (internet) melalui smart-phone. Petugas bengkel kelak bukan lagi seorang montir, me-lainkan para ahli IT yang bekerja dengan perangkat lunak.

Dunia juga sedang me-nyaksikan teknik baru dalam pengobatan yang kelak akan mengubah wajah rumah sakit, perusahaan asuransi, dan profesi tertentu. Munculnya telemedika dan wearable mengubah cara dan tentu saja layanan kesehatan.

Rhenald mencontohkan di Jakarta Selatan dan banyak ti-tik lain muncul beberapa klinik cuci darah yang melayani seg-

men low-end melalui e-medical center. ”Jangan kaget, suatu hari nanti pemimpin dan pemilik klinik semacam ini bukan lagi dokter melainkan para ahli IT,” tulisnya.

Maka tak heran jika dunia juga tengah menyaksikan run-tuhnya perusahaan-perusahaan besar, para pemilik brand yang sepuluh hingga tiga puluh ta-hun lalu begitu memesona dan berkibar. Seperti dialami Kodak dan Nokia.

Keadaan lebih parah pada perusahaan atau institusi yang tak pernah menjembatani lintas generasi. ”Bridging generations seharusnya menjadi salah satu program penting perubahan abad ini yang harus dilakukan berkali-kali,” saran Rhenald.

Biarkan Anak Ambil Keputusan Dalam ilmu psikologi, anak yang sudah menjalani pendidikan menengah atas, tepatnya berusia 18 tahun masuk kategori dewasa awal. Artinya dia mulai da-

pat menerima tanggung jawab dan membuat pilihan.

”Jadi setelah memberikan pertimbangan-pertimbangan, se-lanjutnya biarkan anak mengam-bil keputusan sendiri. Karena dia yang akan menjalani dan harus-nya happy. Kalaupun nanti ga-gal ya nggak masalah. Lebih baik anak gagal satu kali daripada sela-manya,” saran Rhenald.

Masalahnya, banyak orangtua ketakutan anaknya gagal satu kali. ”Akibatnya malah gagal sela-manya,” tandas Rhenald.

Agar orangtua tidak cemas anaknya salah pilih jurusan dan gagal, menurut Rhenald, harus dididik dari kecil. Antara lain di-mulai dengan memastikan anak memiliki kemampuan sesuai ta-hap perkembangannya. Pastinya sembari dilatih membuat kepu-tusan-keputusan dalam berbagai hal.

”Jangan semua diputuskan

Page 9: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

7SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

”JANGAN KAGET, SUATU HARI NANTI PEMIMPIN

DAN PEMILIK KLINIK SEMACAM INI BUKAN

LAGI DOKTER MELAINKAN PARA AHLI IT.”

orangtua!” pesan Rhenald. ”Ka-lau anak dari kecil nggak bisa ambil keputusan, jadinya main-main,” tambahnya.

Hal lain yang bisa diterapkan adalah memperhatikan minat dan bakat anak. ”Kalau dari ke-cil kelihatan minat jadi dokter, arsitek, bio technology atau sipil, fokuslah di sana,” saran Rhenald.

Meski begitu orangtua juga harus punya pemikiran yang longgar. Sebab hanya sekitar 5 persen bahkan kurang, maha-siswa yang ambil jurusan eko-nomi misalnya benar-benar menjadi ekonom. Selebihnya ada yang jadi akuntan, politikus, dan sebagainya. ”Angkatan Ibu Sri Mulyani, ya hanya dia yang jadi seperti itu,” sebut Rhenald.

Jadi banyak yang hanya ambil dasarnya. Tidak beda dengan ke-banyakan yang ambil filsafat dan jurusan lainnya. Setelah lulus bahkan tidak menekuni bidang yang dia pelajari.

”Jangan bayangkan anak kita jadi yang hanya lima atau bah-kan satu persen itu. Dia bisa jadi apa saja. Tapi tenanglah, dunia bukan hanya milik si jenius saja. Banyak pilihan untuk anak kita. Maka jangan diatur berlebihan, biarkan dia berkembang,” tutur Rhenald.

Gengsi atau Hanya

Ikut-ikutan

Hal lain yang perlu diingatkan orangtua pada anak adalah jangan sampai ambil jurusan tertentu hanya karena ikut-ikutan teman atau kelompoknya. Bukannya tak boleh sama, namun pastikan anak benar-benar menyukai jurusan yang dia pilih dan serius me-nekuninya. ”Banyak yang hanya ikut-ikutan dan akhirnya gagal,” Rhenald mengingatkan.

Sebagai contoh profesi chef yang belakangan naik daun. Be-berapa orang menjadi ternama, muncul di televisi serta berbagai

acara off air, dan sukses dalam hal finansial. Banyak yang kemudian tergiur lantas ikut-ikutan. Pada-hal belum tentu dapur dan segala printilannya adalah passion dia.

Artinya, dorong anak untuk mengambil jurusan yang bikin dia happy. ”Karena yang hap-py yang bikin sukses,” tandas Rhenald.

Jangan pula anak memilih bi-dang studi tertentu hanya karena gengsi. Misal karena jurusan ter-tentu terlihat mentereng dan isinya anak orang kaya semua.

”Menjadi masalah besar ka-lau orangtua dan anak hanya pu-nya uang. Prinsipnya yang pen-ting gaya, kuliah di luar negeri atau pilih sekolah mahal yang isinya orang kaya semua. Setelah lulus tidak tahu mau ngapain,” ujar Rhenald mengingatkan.

Rhenald kemudian mencon-tohkan salah satu anak kenalannya yang kuliah di luar negeri. Namun karena berbagai hal dikeluarkan dari kampus dan dideportasi.

”Sampai Indonesia bingung. Akhirnya ketika datang ke saya. Saya bilang pilihlah sesuatu yang kamu suka. Ternyata dia suka game sehingga akhirnya menem-puh pendidikan penerbangan dan jadi pilot. Dia bisa perform tapi bu-tuh waktu lama. Untunglah orang-tuanya mampu kasih fasilitas. Kalau yang tidak?” kisah Rhenald sembari mengajak merenung.

Sekali lagi Rhenald menekan-kan, hal di atas tak akan terjadi kalau orangtua bisa mendidik dari kecil. Membuat anak tahu apa yang dia mau serta bagai-mana mencapainya. l

Kristina Rahayu Lestari

Prof. Rhenald Kasali Ph.D.,Guru Besar Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia

DOKKUMENTASI PRIBADI

Page 10: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

8 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

SajianUtama

Mengamati, mengidentifikasi dan me-ngasah bakat anak tidak sulit. Na-mun tidak juga berarti mudah. Di-butuhkan kepekaan, kesabaran, dan

kesadaran untuk memberikan ruang yang cukup bagi anak untuk mengembangkan bakatnya.

Namun ada satu hal prinsip yang harus diperha-tikan orangtua, yaitu anak menyukai dan bahagia menjalani proses tersebut. ”Jangan hanya orangtua yang happy. Kadang yang terjadi begitu, kan?” kata Elisa Kasali, pemerhati masalah pendidikan yang juga pendiri TK dan PAUD Kutilang.

Kunci selanjutnya adalah ’baca’ anak setiap waktu. ”Sebab sering terjadi minat anak berubah karena dia membaca dan melihat sekitarnya,” im-buh Bunda Lisa, demikian sapaan akrabnya.

1.Kecerdasan linguistikBerkaitan dengan kemampuan anak

berbahasa atau berkomunikasi, baik dengan

berbicara maupun menulis.

2.Kecerdasan musikalCirinya anak suka bernyanyi, menggoyangkan

badan atau menari ketika mendengar musik,

atau suka memukul-mukul, dan bermain

benda tertentu layaknya alat musik.

3.Kecerdasan logika atau matematisBisa dilihat dari ketertarikan anak pada

angka-angka, menyukai matematika dan

sains atau hal-hal yang berhubungan dengan

logika.

Mengenali dan Mengembangkan Potensi Anak

TEORI GARDNER MENYEBUT, ANAK

TERLAHIR DENGAN MEMBAWA SATU BAKAT

ATAU LEBIH YANG DISEBUT GEN. TUGAS ORANGTUA

UNTUK MENGAMATI, MENGIDENTIFIKASI,

LANTAS MENGASAHNYA. PERSOALANNYA,

BAGAIMANA CARA MEMBACANYA SUPAYA

TEPAT?

7 KECERDASANPADA ANAK

MENURUT HOWARD GARDNER

NEW18.COM

Page 11: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

9SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Mungkin kemudian ada orangtua yang berpikir: Jadi apa yang sudah dilakukan sebelumnya sia-sia dong? ”Tidak ada yang sia-sia dan tidak ada ruginya menstimulasi anak dengan banyak hal!” seru Bunda Lisa.

Bunda Lisa lantas mencontohkan praktik dalam keluarganya. Dia dan suami, Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali, sepakat anak harus bela-jar banyak hal sehingga memiliki banyak referensi pula dalam hidupnya. Hasil berikutnya, lebih man-tap dalam memilih sesuatu.

Amati Sejak Lahir

Howard Gardner, pakar pendidikan Universitas Ha-vard menyebut setiap anak terlahir dengan memba-wa minimal satu bakat dalam gen-nya. Tidak harus dari orangtua, bisa dari nenek, kakek, paman, atau keluarga besar lainnya. Maka orangtua harus pandai melihat setiap anak dari jendela yang berbe-da-beda sejak lahir.

”Di keluarga kami, saya tidak bisa menggambar sama sekali. Sementara bapak (suami) bisa meng-gambar dengan sangat jelas. Padahal ayah beliau kuat secara kognisi, bisa hitung cepat bilangan

tinggi tanpa alat. Nah, sementara ayah saya suka musik. Selanjutnya yang terjadi pada anak kami, Fin yang sulung sangat kuat di seni. Sementara Adam, adiknya, tidak kuat baik secara akademis maupun art,” cerita Bunda Lisa mencontohkan.

Dia melanjutkan, saat Fin masih di play group, Bunda Lisa dipanggil gurunya lantaran kemampuan putranya dalam menggambar melebihi anak-anak lainnya. ”Dia menggambar kapal Titanic di sebuah kertas besar dengan detail. Bagaimana kapalnya mulai miring, laut yang berminyak, orang-orang tenggelam, dan sebagainya. Gurunya bilang suatu saat dia akan menjadi seniman,” ungkapnya.

”Maka sedari kecil saya fasilitasi dan berikan dia ’panggung’ dengan kursus melukis hingga menye-diakan galeri dan mengikutkan pameran,” lanjut Bunda Lisa.

Apakah akhirnya Fin benar-benar menjadi pe-lukis? Ternyata tidak. ”Tapi masih hobi melukis. Sekarang dia memutuskan menjadi pengusaha kayu (furniture, red) dan pastinya keahlian dia meng-gambar sangat mendukung. Jadi kesimpulannya, minat bisa berubah seiring waktu. Namun sekali lagi, tidak ada ruginya kita menstimulasi bakatnya,” jelas Bunda Lisa.

Bunda Lisa menggarisbawahi bahwa orangtua harus jeli melihat bakat dan minat anak. Lantas menstimulasi dan memberinya ’panggung’ yang tepat.

Caranya? Ibu yang pada umumnya lebih banyak waktu bersama anak misalnya, dapat mengamati kegiatan atau hal apa yang paling diminati buah hati sejak lahir. Selanjutnya, beri stimulasi dengan ba-nyak hal.

Bunda Lisa kemudian mencontohkan kebiasaan ibu-ibu di Israel. Sejak mengandung mereka sangat memperhatikan asupan makanan dan mengenal-kan anak pada musik. Kebiasaan ini terus berlanjut saat anak-anak lahir dan bertumbuh kembang. Me-reka diwajibkan berlatih piano. Menurut mereka, bermain musik dan memahami not dapat mening-katkan IQ, sehingga anak menjadi pintar.

Terbukti, rata-rata dari mereka cerdas. Bahkan sejak kecil mereka memahami tiga bahasa, yakni Hebrew, Arab, dan Inggris. l

Kristina Rahayu Lestari

4.Kecerdasan spasialYakni kecerdasan membaca ruang. Pastikan dari lahir

anak melewati seluruh tahap perkembangan, misal

dari duduk, merangkak, dan seterusnya.

5.Kecerdasan kinetik Anak yang memiliki kecerdasan kinetik pada

umumnya sangat aktif. Suka menari, olahraga, dan

sebagainya.

6.Kecerdasan interpersonalIni menyangkut kemampuan anak bersosialisasi.

Misalnya anak suka bermain dengan banyak teman,

serta memiliki empati.

7.Kecerdasan intrapersonal Adalah kecerdasan memahami diri.

Page 12: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

10 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

SajianUtama

7.MAMPU MENGARAHKAN DIRI DAN MEMBUAT PILIHANBegitu banyak pilihan dalam kehidupan sehingga anak

harus memiliki kemampuan memilih sesuatu dengan yakin.

Pastinya dengan memahami kelebihan dan kekurangan

terhadap pilihannya.

1.FOKUS DAN KONTROL DIRIDengan memiliki fokus dan kontrol diri, anak akan dapat

mencapai tujuan mereka meski dihujani informasi yang

berlebih bahkan ada gangguan. Kemampuan ini antara

lain anak bisa memusatkan perhatian, mengingat aturan

tertentu, berpikir fleksibel, serta mengontrol diri.

2.PUNYA PERSPEKTIFTermasuk di dalamnya adalah empati. Anak dapat

memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.

Dimulai dengan memahami lingkungan terdekat, yakni

orangtua dan guru. Anak yang dapat menempatkan diri

pada perspektif orang lain cenderung minim terlibat konflik.

3.KOMUNIKASIKomunikasi tak sekadar kemampuan berbicara,

membaca, dan menulis. Namun bagaimana anak dapat

membuat orang lain paham ketika dia menyampaikan

sesuatu yang dipikirkannya.

4.MEMBUAT JEJARINGTidak hanya pertemanan, namun bagaimana

anak dapat menyambungkan sesuatu di masa

lampau, sekarang, dan nanti. Misal melihat

pengalaman ke belakang dan bagaimana

kegunaannya untuk ke depan.

5.BERPIKIR KRITISAnak harus dapat memadukan pengetahuan dan

keyakinannya dalam membuat sebuah keputusan.

6.BERANI MENGHADAPI TANTANGANHidup ini penuh tantangan dan sumber stres. Anak

yang berani mengambil tantangan ketimbang

menghindarinya akan sukses dalam kehidupan.

Memahami kecerdasan anak merupakan modal

awal untuk orangtua dalam membimbing anak

dalam mengasah bakat dan minatnya. Langkah

berikutnya adalah membangun 7 kemampuan

dalam hidup. Apa saja?

Dalam membimbing buah hati mengasah

bakat dan minatnya, Elisa Kasali menyarakankan

untuk mengikuti teori Seven Essential Life

Skill dari Ellen Galinsky. Jadi, setelah orangtua

memastikan anak memiliki 7 kecerdasan dasar

seperti teori Howard Gardner, selanjutnya dapat

fokus mengembangkan 7 kecerdasan lain

sebagai bekalnya dalam menjalani kehidupan.

Kapan waktunya, akan berbeda-beda

pada setiap anak. Bisa dari taman kanak-

kanak (TK) dengan tahapan masing-

masing. Akan lebih baik pula jika

ada kerjasama antara orangtua

dan sekolah di mana anak

menghabiskan sebagian

besar waktunya.

Membangun7 Kemampuandalam Hidup

DOKKUMENTASI PRIBADI

Page 13: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

11SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

”Sebab bakat tak akan ’jadi’ tanpa adanya minat,” tegas Retno Hayu Setuti Anindita S.Psi, Praktisi Psi-kologi dan Perkembangan Anak

dari Wiloka Representative.Itulah sebabnya, menurut Dita, demikian sapa-

nya, orangtua harus peka. ”Apakah kesukaan atau kegiatan yang dilakukan seorang anak benar-benar karena minatnya atau hanya minat yang sekadar-nya,” lanjutnya.

Bagaimana cara mengetahuinya? Kata Dita tak ada teknik khusus. Orangtua hanya perlu benar-be-nar memahami anaknya beserta tahapan perkem-bangan pada umumnya.

Sebagai contoh, seorang anak saat menggambar hasilnya lebih real daripada anak seusianya, berarti anak tersebut punya bakat menggambar. ”Nah ke-tika dia menggambarnya bisa tekun dan lama, arti-nya dia ada minat di situ,” jelas Dita.

Contoh lain lanjut Dita, di usia 3 tahun seorang anak sudah bisa menyanyi dengan nada yang sangat pas, tidak blero. ”Ini berarti dia ada bakat menyanyi. Namun jika ketika diminta tampil masih malu-ma-lu, bisa jadi minatnya untuk menyanyi belum besar atau terasah. Sementara ada anak yang suaranya ti-dak seberapa tapi ketika diminta maju pede (per-caya diri red.) sekali. Ini bisa jadi karena minat tampilnya lebih besar. Jadi suara blero pun

tak masalah buat dia,” jelasnya. Lantas kapan waktu yang tepat untuk mengasah

bakat dan minat anak dengan kursus terkait?”Sebaiknya pada usia siap sekolah. Itupun seba-

gai pengisi waktu untuk mengasah minatnya. Ka-rena bisa saja minat anak berubah ketika nanti ia dewasa,” jawab Dita.

Boleh saja orangtua untuk mengasah bakat dan minat anak sedini mungkin. ”Namun kalau meng-kursuskan anak di bawah 5 tahun harus de-ngan prinsip fun, hanya untuk memancing bakat-nya keluar. Jadi jangan paksa anak harus bisa. Misal kursus menari, ternyata anak lebih senang modern dance daripada tarian jawa, ya nari jawanya harus distop,” Dita menyarankan.

Apalagi pada usia balita minat dan bakat anak pada umumnya masih abu-abu. ”Ada salah satu klien saya cerita, anaknya yang umur 4 tahun me-miliki minat di bidang musik lantas dileskan piano, gitar, dan lain-lain. Namun akhirnya jenuh. Seka-rang minta les drum. Ibunya jadi bingung, semua alat dipegang tapi kok tidak ada yang bertahan lama. Ya karena usianya masih 4 tahun itu tadi, dia masih dalam tahap eksplorasi,” jelas Dita.

Dita juga mengingatkan untuk tidak mudah tergo-da pada iklan mengenai tes minat dan bakat anak yang menyebutkan supaya masa depannya lebih terarah.

”Untuk usia emas saya rasa tidak perlu. Cukup dengan stimu-lus dari orangtua dan ling-kungan terdekatnya supaya anak merasa terdukung. Tes minat dan bakat itu diper-lukan saat anak sudah me-masuki usia remaja akhir namun belum tahu ingin apa ke depannya,” pung-kasnya. l

Kristina Rahayu

Lestari

Tanpa Minat, Bakat Tak Akan Terasah

MENGASAH BAKAT YANG MEMANG SUDAH ADA DALAM

DIRI MANUSIA SEJAK LAHIR LEBIH MUDAH DARIPADA MENGASAH

MINAT. NAMUN UNTUK SUKSES, KEDUANYA TAK DAPAT

DIPISAHKAN.

Retno Hayu Setuti Anindita S.Psi,Praktisi Psikologi dan Perkembangan Anak

dari Wiloka Representative.

DOKKUMENTASI PRIBADI

Page 14: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

12 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

EFFENDI-TASMANIAR

Antar Putranya yang Lumpuh Tempuh S3

di AustraliaMEMILIKI ANAK LUMPUH SEJAK BAYI TAK MEMBUAT EFFENDI DAN

TASMANIAR LARUT DALAM KESEDIHAN. MEREKA BERTEKAD MEMBERIKAN PENDIDIKAN TERBAIK MESKI SETIAP HARI HARUS MENDORONG KURSI

RODA PUTRANYA KE SEKOLAH.

KeluargaHebat

Page 15: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

13SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Rasa bahagia pasangan Effendi-Tas maniar sempat terusik saat putra sulungnya, Antoni Tsaputra berusia 1 tahun. Ketika mengajari berjalan, mereka baru menya-

dari ternyata putranya mengalami kelumpuhan.”Sebagai orangtua tentu saja kami sedih. Tapi

kami tidak kecewa karena anak titipan Allah SWT. Sebagai orangtua, kami harus mampu dan sangat ikhlas menerima Antoni apa adanya sebagai ben-tuk kasih sayang kepada anak,” tutur Effendi dan Tasmaniar yang sedang berada di Australia melalui wawancara jarak jauh.

Ikhlas tak berarti menerima nasib begitu saja tanpa berusaha mencari kesembuhan untuk Anto-ni. Effendi dan Tasmaniar menempuh beragam me-tode pengobatan agar putra mereka terbebas dari lumpuh.

Salah satunya berobat ke tukang ahli pijat di Talago, Sicincin, Payakumbuh, Bukittinggi. Namun hingga beberapa kali menjalani terapi tak ada per-kembangan berarti.

”Pada usia 3 tahun kami bawa ke dokter anak di Rumah Sakit Imanuel di Bukittinggi. Setelah di-periksa, dokter merujuk ke Rumah Sakit M. Dja-

mil Padang. Sebelum ke Padang, kami bawa juga ke dokter spesialis anak, dr. S. Ginting di Bukittinggi. Ternyata sama, dirujuk ke Rumah Sakit M.Djamil Padang untuk menjalani fisioterapi,” ungkap Effendi.

Antoni harus menjalani fisioterapi setiap hari. Kemudian berkurang menjadi dua kali dalam se-

”KAMI MENGAJARI ANTONI MENGHADAPI

SITUASI ITU. KITA HARUS BERSABAR DAN TERUS BERSYUKUR MENERIMA KEADAAN PEMBERIAN

ALLAH SWT.”

Tasmaniar

Page 16: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

14 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

pekan. ”Kami harus bolak-balik Bukitting-Padang. Kadang menginap,” ungkap Tasmaniar.

Effendi yang saat itu bekerja sebagai pegawai ne-geri akhirnya mengajukan mutasi ke Padang agar terapi Antoni bisa maksimal. Selain itu karena per-timbangan agar tidak sering mengajukan izin tidak masuk bekerja.

”Setelah tinggal di Padang, Antoni terus di fisio-terapi. Kami bawa juga ke dokter spesialis tulang dan dokter spesialis saraf. Juga berobat tradisional,” tutur Tasmaniar.

Dalam ikhtiar mencarikan kesembuhan putra-nya, Effendi dan Tasmaniar masih harus mengha-dapi beberapa tetangga yang mengejek kondisi An-toni. Mereka tak punya pilihan selain lebih bersabar dalam menyikapinya.

Pasangan yang memiliki dua anak ini menyadari, ada hal lain yang lebih penting dibanding menang-gapi sikap negatif tetangga tersebut. Salah satunya menyiapkan mental Antoni untuk mampu mengha-dapi situasi apapun di dunia luar. ”Kami mengajari Antoni menghadapi situasi itu. Kita harus bersabar dan terus bersyukur menerima keadaan pemberian Allah SWT,” ungkap Tasmaniar.

Effendi dan Tasmaniar juga memfasilitasi Antoni dengan kursi duduk khusus yang membuat putra mereka dapat menggerak-gerakkan kakinya. Membelikan bola besar yang bisa digunakan me ne lungkupkan badannya di atas bola agar kaki nya bisa digerakkan. ”Kami juga mengajaknya berenang dalam bak mandi.”

Mendorong Kursi Roda ke Sekolah

Meski fisik putranya memiliki keterbatasan, Effendi dan Tasmaniar bertekad memberikan pendidikan terbaik untuk Antoni. Mereka ingin putranya lebih baik daripada mereka sendiri.

Effendi dan Tasmaniar pun membelikan kursi roda ketika Antoni mulai masuk Taman Kanak-kanak. Setiap hari Tasmaniar mendorong per-gi-pulang ke sekolah. Itu berlangsung hingga putra-nya duduk di bangku SMA.

Namun rencana Effendi dan Tasmaniar menye-kolahkan Antoni bukan tanpa halangan. Ketika hendak masuk SD, Antoni sempat ditolak karena kondisi fisiknya. Kepala sekolah SD tersebut me-nyarankan untuk langsung memasukkan ke SLB.

”Kami memohon agar Antoni diterima. Kami akan menuruti saran menyekolahkan ke SLB ka-lau sampai tiga bulan dia tidak bisa mengikuti pela-jaran,” ungkap Tasmaniar.

Kepala sekolah setuju dan Antoni membuktikan diri. Tak hanya mampu mengikuti pelajaran, dia bahkan selalu menjadi juara kelas.

Ketika masuk SMP dan SMA, Antoni tidak mengalami kesulitan. Dia diterima di SMP Negeri 18 dan SMA Negeri 5 Padang. ”Kadang saya tidak perlu mengantarnya. Ada temannya yang datang menjemput ke rumah untuk berangkat bersama,” terang Tasmaniar.

Ketika Antoni diterima di Universitas Andalas, Effendi dan Tasmaniar terpaksa membeli mobil tua untuk digunakan antar jemput. ”Dari dulu sampai

KeluargaHebat

Page 17: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

15SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

sekarang tidak ada sarana transportasi umum yang aksesnya mudah untuk penyandang disabiltas,” sesal Effendi.

Namun Effendi hanya sesekali mengantar Antoni berkuliah. Kebetulan ada temannya satu kampus dari Kerinci, Jambi, Yalmiadi yang tinggal di rumah mereka yang setiap hari menyetiri mobil. ”Dia sudah kami anggap seperti anak sendiri,” tutur Tasmaniar.

Selama kuliah Antoni tak hanya belajar. Setiap Sabtu dan Minggu dia membuka kursus bahasa Inggris di rumah.

Ternyata aktivitas ini membuka jalan bagi Antoni untuk menjadi ASN di Pemerintah Kota Padang. Kebetulan orangtua salah satu siswanya

mendapat informasi adanya lowongan bagi penyandang disabilitas.

Antoni pun mengajukan lamaran dan diterima sebagai tenaga honorer mulai April 2004. Setelah enam tahun, 1 Januari 2010, SK pengangkatan se-bagai ASN turun. ”Kami sangat senang dan ber-syukur,” ujar Tasmaniar tanpa bisa menutupi rasa bahagianya.

Pada tahun yang sama Antoni mendapat bea-siswa penuh dari Australia Awards Scholarship untuk melanjutkan studi S2 di Griffith University Queensland. Lengkap dengan disability package untuk kebutuhan khusus sebagai penyandang disabilitas berupa pendampingan oleh seorang ang-gota keluarga.

Antoni mengajukan permohonan membawa ayahnya sebagai pendamping untuk membantu me-ngangkat dan menurunkan dari kursi roda ke tem-pat tidur dan toilet selama kuliah di Australia.

Sebelum berangkat, Tasmaniar memberikan berbagai bekal kepada Antoni. Utamanya bekal si-kap dan mental. ”Sebagai ibunya saya hanya mem-berikan satu nasihat, jangan pernah meninggalkan salat dan selalu bersyukur apapun kondisi yang di-hadapi,” ungkapnya.

Selama Antoni kuliah di Australia, Tasmaniar berkesempatan mengunjunginya. Selama tiga bu-lan dia ikut mendapingi putranya. Begitu juga ke-tika Antoni melanjutkan program doktoral, bahkan durasinya mencapai enam bulan.

Atas semua pencapaian Antoni, Tasmaniar dan Effendi tak putus mengucapkan rasa syukur. ”Antoni telah mencapai sebagian cita-citanya. Semoga dia dapat berbakti untuk bangsa, negara, agama, dan orangtua,” harap mereka.

Tak lupa Effendi dan Tasmaniar berpesan ke-pada orangtua yang memiliki anak penyandang disabilitas untuk tak merasa malu. Turuti apapun cita-cita dan impian mereka.

”Berikan semangat dan dukungan, jangan di-halang-halangi impiannya meskipun bagi orang lain terdengar mustahil. Masih kami ingat ketika Antoni kecil bercita-cita ingin jadi Profesor. Yakinlah Allah SWT menciptakan makhluk tidak sia-sia apa pun kondisi fisiknya,” tandas Effendi dan Tasmaniar. l

Hanik Purwanto

”BERIKAN SEMANGAT DAN DUKUNGAN,

JANGAN DIHALANG-HALANGI IMPIANNYA

MESKIPUN BAGI ORANG LAIN TERDENGAR

MUSTAHIL. MASIH KAMI INGAT KETIKA ANTONI

KECIL BERCITA-CITA INGIN JADI PROFESOR. YAKINLAH ALLAH SWT

MENCIPTAKAN MAKHLUK TIDAK SIA-SIA APA PUN

KONDISI FISIKNYA,” TANDAS EFFENDI.

Effendi dan Tasmaniar

Page 18: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

16 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

KeluargaHebat

Fisik Antoni Tsaputra memang memiliki kekurangan. Sepanjang hidupnya ditak-dirkan berada di atas kursi roda. Namun itu tak menghalanginya untuk memupuk

cita-cita setinggi mungkin. Kelumpuhan sulung dari dua bersaudara akibat

muscular dystrophy yang membuat fungsi ototnya lemah sehingga tubuhnya lumpuh. Istilah medis muscular dystrophy baru diketahui Antoni dari seorang dokter di Australia tahun 2010.

Sebagai penyandang physical impairment berat sejak kecil, Antoni tidak menyesali keadaannya. Apapun yang terjadi pasti yang terbaik menurut Allah SWT, terlepas dari baik atau buruk menurut pandangan manusia.

Antoni juga tak merasa berbeda dengan teman-temannya. ”Orangtua selalu berusaha agar saya bisa melakukan apa yang bisa dilakukan anak lain. Misalnya ingin main bola dengan adik dan teman-teman, papa menggendong saya untuk ikut bermain,” ungkapnya.

Antoni bersyukur teman-teman tidak mem-bedakannya. ”Ada 1 atau 2 orang yang suka mengejek, tapi saya tidak mempedulikan,” ungkapnya.

Saat SMP ada yang menertawakan impian Antoni belajar ke luar negeri. ”Bagaimana kamu bisa keluar negeri, Ton? Ke sekolah saja selalu didorong dengan kursi roda oleh ibumu,” ujarnya menirukan kalimat temannya.

Bukannya meredup, tekad Antoni justru berko-bar. Semangatnya untuk mewujudkan impian ma-kin kuat.

”Jika Tidak Disabilitas, Belum Tentu Saya Bisa”

MENYANDANG DISABILITAS TAK MENGHALANGI ANTONI TSAPUTRA MELANJUTKAN PENDIDIKAN HINGGA PROGRAM DOKTORAL DI AUSTRALIA.

Page 19: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

17SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

”Orangtua selalu mengajari untuk bersyukur. Saya selalu bersyukur bagaimanapun kondisi fisik saya. Belum tentu saya bisa mencapai impian dan cita-cita jika terlahir tanpa disabilitas,” tegas suami Yuki Melani tersebut. Rasa syukur Antoni begitu tinggi juga karena menyadari Allah tidak pernah keliru dengan ciptaan-Nya.

Antoni bukan sosok yang suka berpangku tangan. Sejak pertengahan kuliah S1 di Universitas Andalas Padang, dia membuka les bahasa Inggris di rumah.

”Saya mencoba bekerja di pemerintahan ka-rena ingin menunjukkan bahwa penyandang disa-bilitas bisa melakukan pekerjaan di luar pekerjaan stereotype terkait kondisi fisik seseorang. Misalnya pengguna kursi roda cocoknya reparasi elektronik, tunanetra jadi pemijat, tuli menjadi tukang cat dan lain-lain,” tegas Antoni.

Advokasi ke Sesama Difabel

Kesempatan Antoni untuk mewujudkan mimpi belajar di luar negeri datang ketika mendapatkan beasiswa S2 di Griffith University Queensland ta-hun 2010. Tahun 2013 Antoni mendapat beasiswa dari Australian Leadership Awards Fellowship un-

tuk mengikuti program fellowship di University of Sydney tentang Disability Policy.

”Setahun kemudian saya menjadi satu-satunya penyandang disabilitas di antara beberapa pegawai Pemda se-Indonesia yang terpilih mengikuti Professional Fellowship on Legislative Process and Governance di Washington DC dan Austin Texas USA,” terang Antoni.

Tahun 2015 Antoni melanjutkan pendidikan doktoral di bidang kajian Disability Policy di UNSW Sydney. ”Saya mendapat beasiswa penuh plus anggaran tambahan untuk kebutuhan khusus didampingi keluarga dari LPDP,” ungkapnya.

Keberhasilan melanjutkan kuliah di luar negeri menguatkan tekad Antoni untuk mengangkat de-rajat penyandang disabilitas. Setelah kembali dari studi S2, dia bersama sesama penyandang difabel melakukan advokasi.

”Kami memberikan awareness kepada pe nyan dang disabilitas, masyarakat, dan pemerintah tentang pentingnya perubahan dari perspektif penyandang disabilitas sebagai kelompok yang mengalami masalah karena impairment-nya se-hingga harus direhabilitasi (charity based) menjadi rights based, disabilitas dipahami terjadi lebih di-sebabkan hambatan/barriers dari lingkungan fisik dan mindset masyarakat. Sehingga pemerintah wajib mengarusutamakan hak-hak penyandang disabilitas dalam seluruh sektor pembangunan,” papar Antoni.

Menurut Antoni kata kunci disability rights mainstreaming adalah partisipasi aktif penyandang disabilitas dalam pembangunan. ”Tidak lagi seba-gai masyarakat pasif, tidak berdaya, dan harus se-lalu dibantu. Tapi sebagai warga negara aktif yang bisa menjadi agent of change dan punya andil dalam decision making,” tegasnya.

Untuk itulah, Antoni berharap bisa segera mewu-judkan cita-citanya membangun Disability Research Centre untuk ikut berkontribusi mengemban gkan disability studies sebagai emergent field di dunia pe-nelitian Indonesia. ”Saya berharap hasil riset saya bisa menjadi salah satu referensi pemerintah dalam pengembangan disability inclusive policy yang se-makin baik,” katanya. l Hanik Purwanto

Page 20: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

18 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

KeluargaHebat

HENRY RIDHO-LAILA SARI

Orangtua Paling Tahu

Karakter dan Potensi Anak

DEMI MENGGALI DAN MENGEMBANGKAN SECARA MAKSIMAL POTENSI ANAK-ANAKNYA, HENRY

RIDHO DAN LAILA SARI TIDAK MENYEKOLAHKAN MEREKA DI INSTITUSI PENDIDIKAN FORMAL. TETAPI

MENGAJARINYA SENDIRI. BAGAIMANA HASILNYA?

Page 21: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

19SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Azzam Habibullah namanya. Usianya masih teramat muda, Oktober 2018 mendatang baru menginjak 17 tahun. Namun anak sulung pasangan Henry

Ridho dan Laila Sari itu diundang sebagai peserta dalam konferensi tentang lingkungan di Amerika Serikat dan Austria.

Pada tahun 2017 lalu Azzam berangkat ke Ame-rika Serikat berkat proposalnya yang berjudul Equity dan Population Adjustment. Dia menjadi salah seorang pemuda dari empat pemuda seluruh Indonesia yang diundang sebagai peserta konfe-rensi Caretakers of the Environment International (CEI). Sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada isu-isu lingkungan dan pembangunan berkelan-jutan.

Selama delapan hari di Salem, Oregon, Azzam bersama dengan puluhan pemuda lainnya dari ber-bagai negara berdiskusi tentang pembangunan ber-kelanjutan, fieldtrip, pagelaran budaya, dan meng-hadiri pameran lingkungan.

”Saya mempresentasikan dalam Bahasa Ing-gris selama sekitar 10 menit di hadapan para pro-fesor tentang aplikasi konsep transmigrasi dan kaitannya dengan pelestarian lingkungan di wila-yah transmigrasi,” ungkap Azzam saat ditemui Sa-habat Keluarga di rumahnya di Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu.

Pada 8-14 Juli 2018, Azzam kembali menjadi dele-gasi Indonesia di ajang yang sama di Kota Judenberg, Austria. Dia berhasil lolos setelah mempresentasi-kan proposalnya berjudul Let’s Write with the Nature: An Innovative Program to Improve Enviromental and Ecological Awareness of the People in Young Age.

Keikutsertaan Azzam di Amerika Serikat dan Austria itu merupakan bentuk kerjasama Jaringan Sekolah Alam Nusantara (JSAN) dengan CEI. Dia memang siswa Sekolah Alam Medan Raya (Samera) yang didirikan orangtuanya.

Di luar prestasi itu, Azzam berhasil menerbit-kan dua novel indie, yakni Laksana Bulan di tahun

”KAMI MERASA DI BAWAH BIMBINGAN KAMI,

ORANGTUANYA, ANAK-ANAK AKAN TUMBUH POTENSINYA SECARA

MAKSIMAL.”

Effendi dan Tasmaniar

Henry Ridho dan Laila Sari

Page 22: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

20 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

2016 dan Search pada tahun 2017 lalu. Kedua novel bergenre petualangan anak muda itu dijual secara personal. Bila novel pertama hanya terjual tak lebih dari 10 eksemplar, maka novel kedua terjual lebih dari 300 eksemplar.

Azzam juga aktif menulis di blognya, yakni azzamhabibullah.net. Dia mengungkapkan pe-mikirannya tentang berbagai fenomena lingkungan dan sosial dengan gaya penulisan sederhana dari sudut pandang anak muda.

”Tulisan-tulisan saya itu memotivasi anak muda untuk berani dan jujur menghadapi berbagai feno-mena di sekitarnya yang bila tidak disikapi dengan benar akan membuat anak muda terpuruk,” terang Azzam.

Pada usia yang masih belum ber-KTP itu, Azzam mampu mengungkapkan pemikirannya, baik secara lisan maupun tulisan. Remaja berkulit bersih dan berambut ikal itu nampak lebih dewasa dari usia-nya. Tutur katanya runut, sistematis, dan mengua-sai apa yang dibicarakan. Dia juga fasih berbahasa Inggris.

Menggali Potensi Anak

Azzam mengenyam sekolah formal saat menginjak jenjang taman kanak-kanak, yakni di TK Aisyiyah. Selanjutnya menjalani proses pembelajaran di ru-mah, di Samera. Dia dididik langsung kedua orang-tuanya serta pembelajaran melalui panduan video tutorial. Dengan model seperti itulah, Azzam lulus Paket A dan B tanpa kesulitan.

Tak hanya Azzam, kedua orangtuanya juga mem-perlakukan yang sama terhadap anaknya yang lain, yakni Azzami Haikal (7). ”InsyaAllah yang ketiga, Azzira Humairah (4), dan yang bungsu, Azzakira Humairah (3), juga kami dididik langsung di rumah dan di sekolah alam ini,” kata Henry.

Menurut sarjana elektro Universitas Sumatera Utara itu, dia dan istrinya bukan tak percaya pada pendidikan formal. ”Kami merasa di bawah bim-bingan kami, orangtuanya, anak-anak akan tumbuh potensinya secara maksimal,” terangnya.

Henry dan Laila mendidik setelah mengamati dan menilai proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah formal. Laila merupakan lulusan psikolo-gi pendidikan yang melanjutkan S2 pada program

studi Teknologi Pendidikan. Ia pendiri dan guru di taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang dikelola Aisyiah. Saat ini, Laila juga berprofesi sebagai train-er dan konsultan pendidikan.

”Saya melihat karakter Azzam agak hiperaktif, lebih cocok dididik langsung oleh orangtuanya,” terang Laila.

Laila dan Henry mempunyai pemikiran, cara terbaik mengoptimalkan potensi anak adalah mem-biarkan mereka mengeksloprasi segala hal di ling-kungan sekitarnya. Harapannya, saat mencapai akil baligh, pada usia sekitar 12-14 tahun, anak menemu-kan bakat dan potensinya. Bila sudah ketemu, maka

KeluargaHebat

Page 23: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

21SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

orangtua tinggal mendukung dan memfasilitasi agar potensinya bisa tumbuh dan berkembang.

”Hal itu bisa dilakukan bila dididik langsung oleh orangtuanya yang lebih tahu karakter si anak sehingga tahu cara mengarahkannya,” kata Laila.

Untuk menemukan minat dan potensi yang sebe-narnya, setelah diberi kebebasan bereksplorasi, secara berkala Azzam diuji oleh kedua orangtuanya. ”Pada usia SMP kelas 2, Azzam itu suka nulis. Terus saya tantang Azzam bikin diary. Jadi kemana dia pergi dia tuliskan pengalamannya. Itu semacam ujian, apakah memang benar potensi Azzam itu di dunia penulisan dan ternyata sampai saat ini benar,” papar Laila.

Tak cukup di situ, tahun lalu, dibantu Jamil Azzaini, pendiri Akademi Trainer Jakarta, lagi-lagi Azzam diuji bakat dan potensinya. Hasilnya tetap sama, Azzam memang punya potensi di bidang penulisan.

Hal yang sama juga diterapkan pada anak ke-dua Henry dan Laila, Azzami Haikal (11). ”Saya ikutkan adiknya itu jadi asisten Azzam untuk me-nemukan minat dan potensinya. Kami nggak mau adik-adiknya itu melihat sosok Azzam lantas harus seperti abangnya. Tapi mereka harus punya minat dan bakatnya sendiri,” tegas Laila.

Tidak Memaksa

Henry meyakini bila dididik di sekolah formal anak-anaknya akan sulit berkembang optimal ka-rena terperangkap aturan sekolah formal. Lang-sung di bawah bimbingannya, dia dan Laila me-rasa lebih bisa mengarahkan minat dan potensi mereka.

”Kami tidak memaksa tapi sejak dini memberi pilihan pada Azzam dan adiknya, Azzami, mau seko-lah formal atau di rumah. Kalau akhirnya memilih sekolah di rumah, mungkin karena mereka merasa-kan sendiri manfaatnya,” kata Henry.

Sejak usia lima tahun, Azzam yang kini setara SMA kelas 2, diajari untuk konsekuen atas pilihan kariernya. Dia diajari pula manajemen hidup de-ngan mengatur irama kegiatan hariannya.

Setelah mengetahui potensi Azzam dalam bi-dang penulisan, Henry memberi tantangan berupa menulis di blog satu tulisan setiap minggu. Bukan pemaksaan, sebagai pengingat bahwa kalau sudah memilih harus punya konsekuensi.

”Saya tantang, kalau sudah bisa konsisten dan konsekuen, saya akan berikan hosting berbayar yang selama ini berupa website gratisan,” kata Henry.

Tak hanya itu cara mendidik karakter Azzam. Henry dan Laila juga mencontohkan dan meng-arahkan Azzam sejak kecil untuk mampu menger-jakan pekerjaan rumah, seperti mencuci, menyapu, mengepel, dan membimbing adik-adiknya.

Pada saat Azzam berusia 12 tahun, Henry mem-bimbingnya untuk berangkat sendiri ke Jakarta. Se-lama sebulan, si sulung tinggal dengan saudara se-pupunya di Depok.

Page 24: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

22 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Tidak ada kegiatan yang dilakukan Azzam di De-pok selain hanya jalan-jalan. Maksud Henry agar putranya dapat hidup dengan orang lain, saling harga-menghargai, hormat-menghormati, dan ber-tenggang rasa.

Tahun 2016 lalu, Henry mengirimkan Azzam ke Lampung untuk menghadiri Kontes Robot Terbang Indonnesia (KRTI). Putranya belajar melakukan peliputan dan mewawancarai peserta untuk dimuat di blognya.

Melalui kegiatan itu, Azzam diharapkan termo-tivasi untuk terus belajar. Henry meyakini, hal itu akan bermanfaat untuk hidup anaknya kelak.

Sekali lagi Henry menegaskan, semua yang diran-cang dalam pembelajaran terhadap anak-anaknya adalah hal-hal yang akan digunakan untuk diri-nya sehari-hari. Namun, juga punya peluang untuk menuntut ilmu ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni di perguruan tinggi. Karena itu, di Se-kolah Alam Medan Raya (Samera) para siswa juga diberi materi pembelajaran khusus untuk mengha-dapi ujian nasional. l Yanuar Jatnika

KeluargaHebat

Dididik langsung orangtua sendiri di rumah, Azzam Habibullah mengaku ada ke-lebihan dan kekurangannya.

Kelebihannya bisa bebas belajar apapun sesuai minat dan potensinya, tidak diba-tasi ruang dan waktu serta aturan seperti yang bisa diterapkan di pendidikan for-mal. ”Tidak dibatasi buku atau kuriku-lum, tidak ada tuntutan kecuali kalau ada proyek atau tugas, itupun tema atau ma-terinya kita yang menentukan,” katanya.

Kekurangannya, Azzam tidak punya teman sebanyak anak-anak di sekolah formal. Namun bukan berarti tidak per-nah bergaul. Dua kali dalam setahun dia bergabung dengan teman-temannya se-

Azzam: Bisa Bebas Belajar Apapun

AZZAM HABIBULLAH MERASAKAN MANFAAT BESAR MENIKMATI METODE PENDIDIKAN YANG DIKEMBANGKAN ORANGTUANYA. KARENA ITU TAK INGIN MENJALANI PENDIDIKAN DI SEKOLAH FORMAL.

Page 25: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

23SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

sama siswa sekolah alam dan mengikuti beberapa kegiatan orangtuanya untuk menambah wawasan dan pengalaman.

”Di Jawa dan Palembang saya banyak teman sebaya. Kadang saya diundang jadi narasumber di komunitas literasi, sehingga bisa sharing,” terang Azzam.

Menurut Azzam, ayahnya sempat memberi pilihan saat lulus Paket B, apakah mau mencoba pendidikan formal atau tetap belajar di rumah. ”Saya pilih tetap seperti selama ini. Dulu saya nga-jak teman-teman yang di jalur pendidikan formal untuk menggarap proyek penulisan proposal. Me-reka nggak bisa, ada yang bikin PR, mau ulangan,

dan sebagainya. Kalau saya masuk di jalur pendi-dikan formal takut nggak bebas seperti sekarang,” katanya.

Saat lulus Paket C atau setara SMA, Azzam ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. ”Saya ingin kuliah di bidang politik di Universitas Indo-nesia. Tapi bukan untuk jadi politisi, mungkin jadi akademisi, pengamat, atau penulis buku politik.”

Azzam mengaku masih ingin menulis. Namun bukan fiksi seperti yang telah dia jalani. ”Seperti fenomena-fenomena di dunia, tentang motivasi dan sebagainya, tapi mungkin lebih ke arah motivasi anak muda, dan sejarah,” tutupnya. l

Yanuar Jatnika

”DI JAWA DAN PALEMBANG SAYA

BANYAK TEMAN SEBAYA. KADANG SAYA DIUNDANG

JADI NARASUMBER DI KOMUNITAS LITERASI,

SEHINGGA BISA SHARING.”

Azzam Habibullah

Page 26: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

24 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

KeluargaHebat

Menerobos Batasan Orangtua Tunggal dan Guru Honorer

MENJADI ORANGTUA

TUNGGAL DAN BEKERJA

SEBAGAI GURU HONORER TAK MENGHALANGI

TEKAD SUHARNI MENYEKOLAHKAN

LIMA PUTRINYA HINGGA

PERGURUAN TINGGI. BAHKAN

SI SULUNG TELAH MERAIH GELAR

DOKTOR DI JEPANG.

SUHARNI

Page 27: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

25SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

”Kalau dihitung secara matemati-ka ndak mungkin ketemu. Tapi matematika Allah kan ndak be-gitu,” tutur Suharni (54) ketika

ditanya bagaimana cara membiayai pendidikan ke-lima putrinya.

Pernyataan warga Gemolong, Sragen, Jawa Te-ngah ini tak mengada-ada. Di awal bekerja sebagai guru honorer pada tahun 2005 setelah sang suami, Slamet, meninggal dunia, honor yang diterima ha-nya Rp 165 ribu. Padahal dia harus membiayai ku-liah dua putrinya.

Untuk si sulung, Retno Wahyu Nurhayati yang kuliah di Institut Pertanian Bogor, Suharni harus mengirimkan biaya Rp 300 ribu. Putri nomor dua, Novia Dyah Kusumadewi, yang kuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo, setiap hari pulang-pergi dari Gemolong menggunakan bus. Biaya transpor-tasi sebulan sekitar Rp 300 ribu juga.

”Malam kadang ndak bisa tidur mikir biaya kuli-ah dan sekolah anak-anak. Apalagi kalau sudah wak-tunya ngirim,” tutur guru honorer di SMK Muham-madiyah 6 Gemolong ini.

Suami Suharni, Slamet, meninggal pada saat Retno duduk di bangku kelas 3 SMP dan si bung-su, Janita Dyah Kusuma Ratna baru berumur dua tahun. Kematian sang suami membuatnya harus mengambil alih peran dan tanggung jawab sebagai ibu sekaligus ayah.

Untuk mendapatkan penghasilan, Suharni membuka toko kelontong di rumahnya. ”Kalau kerja kantoran, anak-anak tidak ada yang ngasuh,” tuturnya.

Penghasilan dari toko kelontong tidak seberapa. Namun Suharni tak punya pilihan. ”Untuk makan, ada sepetak sawah peninggalan almarhum yang kami tanami padi. Pematangnya kami tanami sayuran. Untuk lauk, ya cukup ikan asin.”

Dalam situasi ekonomi serba terbatas, Suharni selalu mengutamakan pendidikan kelima putrinya. Sebagaimana pesan almarhum suaminya agar menyekolahkan anak-anak mereka setinggi mungkin apapun keadaannya. ”Cita-cita saya se-mua anak bisa sarjana,” katanya.

”CITA-CITA SAYA SEMUA ANAK BISA SARJANA.”

Suharni

Page 28: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

26 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Karena itulah sarjana Bahasa Jawa ini sambil menjaga toko kelontong, dia menggelar tikar yang digunakan untuk belajar bersama. Agar memahami materi pelajaran anak-anaknya, Suharni ikut bela-jar. ”Supaya bisa membuatkan soal-soal untuk la-tihan anak-anak.”

Suharni juga rajin membelikan buku dan ma-jalah untuk anak-anaknya. Namun karena tiadanya biaya, dia membelikan yang bekas.

Termotivasi Ejekan Tetangga

Keinginan Suharni untuk menyekolahkan kelima anaknya setinggi mungkin tak selalu mendapat tanggapan positif dari tetangganya. Bahkan ada yang mengejeknya karena dianggap bermimpi ter-lalu tinggi.

”Suaminya meninggal, anaknya lima, apa mung-kin bisa menyekolahkan,” begitu sebagian kalimat yang diucapkan tetangga Suharni.

Ejekan tetangga itu tak membuat semangat Su-harni kendor. Justru termotivasi untuk menunjuk-kan bahwa tanpa suami pun dia mampu dan berha-sil menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin.

Pada tahun 2005, setelah Bahasa Jawa ditetap-kan sebagai muatan lokal dalam kurikulum SMA dan SMK di Sragen, Suharni melamar menjadi guru honorer di SMK Muhammadiyah 6 Gemolong. Dia masih membuka toko kelontongnya sepulang mengajar.

Suharni kerja rangkap karena penghasilan se-bagai guru honorer sangat kecil, hanya Rp 165 ribu setiap bulan. Pada saat bersamaan Retno diterima kuliah di IPB. Beban biaya yang ditanggung makin besar setelah anak kedua, Novia, diterima di UNS.

Selain bekerja keras, Suharni memperbanyak doa. ”Setiap malam saya salat tahajud. Saya percaya Allah akan memberikan pertolongan,” tuturnya.

Doa-doa yang dipanjatkan Suharni terkabulkan. Untuk biaya kuliah Retno, dia dibantu adiknya. Tak hanya itu, berkat nilainya yang bagus, Retno dan Novia mendapatkan beasiswa.

”Alhamdulillah beasiswa itu sangat membantu. Apalagi anak-anak juga ngajar les di sela-sela kuli-ah,” ujarnya penuh syukur.

Suharni makin bersyukur kala Retno berhasil menyelesaikan kuliah. Air mata haru membasahi

KeluargaHebat

”TIDAK PERNAH MEMBAYANGKAN ANAK SAYA MENCAPAI GELAR

DOKTOR. BISA SARJANA SAJA SUDAH LUAR BIASA.

LHA WONG SAYA INI KAN SEORANG DIRI. INI BENAR-BENAR KUASA

ALLAH.”Suharni

Page 29: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

27SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

kedua pipinya saat menghadiri wisuda si sulung. ”Dia berhasil membuktikan, meski dari desa dan anaknya janda tapi bisa sekolah tinggi,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Suharni makin bangga ketika Retno berhasil mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah ke Osa-ka University, Jepang. Bahkan hingga meraih gelar doktor.

”Retno itu tegar, tak pernah mengeluh dan pan-tang menyerah. Kesulitan apapun dia hadapi. Bah-kan ketika sakit dan harus dirawat di rumah sakit, dia tak mau ngabari saya. Dia tidak ingin saya sedih dan kepikiran,” ungkap Suharni.

Ketika Retno lulus kuliah, beban yang ditang-gung Suharni tak lantas berkurang. Karena anak ke-tiganya, Agustin Ayu Kusumawati diterima di Uni-versitas Diponegoro Semarang.

Setelah Agustin lulus, Suharni membiayai anak nomor empat, Yuliana Dyah Kusumawardani yang sedang menyusun skripsi di Universitas Negeri Se-belas Maret Solo dan si bungsu, Janita Dyah Kusu-ma Ratna, yang berkuliah di Universitas Dipone-goro Semarang.

Jepang dan Tanah Suci

Suharni sangat yakin selalu ada jalan bagi orang yang mau berusaha. Keyakinan itu dia tularkan ke-

pada kelima putrinya.Kelima putri Suharni pun tumbuh jadi sosok

pantang menyerah. Dia menanamkan nilai-nilai itu melalui pembiasaan sehari-hari dengan men-contohkan langsung melalui tindakan. Seperti be-kerja rangkap, menjadi guru sekaligus membuka toko kelontong agar bisa memenuhi biaya sekolah anak-anaknya.

Guru yang selalu berjalan kaki ketika meng-ajar ini juga membiasakan kelima putrinya dekat dengan Allah. Setiap malam dia mengajak mereka menunaikan salat tahajud dan berdoa. Setelah itu dilanjutkan dengan belajar dan mengerjakan tugas yang belum selesai.

Suharni mengaku makin rajin beribadah dan berdoa sejak suaminya meninggal. ”Hati saya ne-langsa dan sering tidak bisa tidur. Jadi saya isi de-ngan tahajud, berdoa dan membaca Alquran,” tuturnya.

Kini cita-cita Suharni bersama almarhum suami terwujud satu-persatu. ”Tidak pernah membayang-kan anak saya mencapai gelar doktor. Bisa sarjana saja sudah luar biasa,” tuturnya.

Ketika mendampingi Retno dikukuhkan seba-gai doktor, Suharni sangat terharu. Perasaan seperti saat mendampingi putri sulungnya wisuda S1 di IPB kembali muncul. ”Lha wong saya ini kan seorang diri. Ini benar-benar kuasa Allah,” tuturnya.

Selain si sulung yang bergelar doktor, putri ke-dua dan ketiga Suharni telah menyandang gelar sarjana. Keduanya kini menjadi aparatur sipil ne-gara berdinas sebagai guru di sebuah SMA di Depok, Jawa Barat dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) di Jakarta.

Tak hanya membanggakan, keberhasilan ke-tiga putrinya juga meringankan beban Suharni. ”Kewajiban saya tetap mencarikan biaya untuk SPP anak nomor empat dan lima. Kakak-kakaknya ikut membantu memenuhi yang lainnya,” ung-kapnya.

Suharni makin bangga, berkat sukses yang telah diraih putri-putrinya, dia bisa menunaikan ibadah umrah. Sungguh kesempatan yang tak pernah be-rani dimimpikannya. ”Mereka urunan memberang-katkan saya dan neneknya,” tutupnya penuh syukur. l Hanik Purwanto

Page 30: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

28 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

KeluargaHebat

Suharni adalah so-sok ibu yang tegar, punya visi, dan se-lalu menenangkan

anak-anaknya. Selalu men-dorong anak-anaknya menge-jar cita-cita, terutama pendi-dikan. Begitu Retno Wahyu Nurhayati, PhD melihat sosok ibunya.

”Ibu sangat peduli pendi-dikan. Bahkan sejak TK, ibu memilihkan sekolah yang me-nurut beliau terbaik. Ketika itu kami tinggal di Kalimantan. Demi sekolah TK, saya dititip-kan ke nenek di Karanganyar,” ungkap Retno.

Ketika masuk SD, Retno tinggal kembali bersama kedua orangtuanya. Saat itu mereka tinggal di Gemolong, Sragen.

Ibu Tidak Pernah MengeluhRETNO WAHYU NURHAYATI, Ph.D, MENITIKKAN AIR MATA SAAT MENCERITAKAN SOSOK IBUNYA. SUHARNI BUKAN SEKADAR IBU TETAPI JUGA MOTIVATOR DAN INSPIRATOR BAGINYA.

”EFFORT YANG IBU TUNJUKKAN

MEMBUAT KAMI LEBIH BERSEMANGAT SEKOLAH

DAN BELAJAR. KAMI JUGA MENJADI TAHU

BAGAIMANA CARA BELAJAR YANG EFEKTIF,”

Retno Wahyu Nurhayati

Page 31: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

29SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

”Ibu telaten membangunkan, memandikan, bahkan menggendong saya ke sekolah,” ungkap lu-lusan Teknologi Pangan IPB tersebut.

Bila Retno dan adik-adiknya kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, Suharni sigap membantu. Termasuk mencarikan buku-buku yang diperlukan.

Saat ujian, Suharni selalu membuatkan rangku-man agar mudah mempelajarinya. ”Ibu juga mem-buatkan soal-soal untuk latihan. Soal yang dibuat ibu lebih banyak dari soal ujian. Kalau ujian jumlah soal 50, ibu membuat 100 soal,” ungkap Retno.

Sikap ibunya inilah yang membuat Retno dan adik-adiknya menyukai belajar. ”Effort yang ibu tunjukkan membuat kami lebih bersemangat seko-lah dan belajar. Kami juga menjadi tahu bagaimana cara belajar yang efektif,” tuturnya.

Semangat Retno untuk berprestasi makin me-ningkat setelah ayahnya meninggal saat dia duduk di bangku SMP kelas 3. ”Saya belum bisa bantu apa-pun. Yang bisa saya berikan kepada ibu hanya pres-tasi di sekolah,” tuturnya.

Kematian ayahnya juga membuat Retno selalu was-was. ”Kalau sampai ibu tidak punya untuk bayar SPP, ya berarti kami tidak bisa sekolah,” ungkapnya.

”Untungnya ada beasiswa untuk anak yatim. Ka-lau tidak salah setiap bulan dapat Rp 50 ribu. Yang Rp 35 ribu untuk SPP, sisanya ditabung untuk beli buku,” tambah Retno.

Meski mengalami kesulitan ekonomi, menurut Retno, ibunya tak pernah mengeluh. Kalau pun ada, hanya mengingatkan kepada anak-anak untuk hi-dup lebih hemat.

Meski kesulitan ekonomi, tekad Retno untuk melanjutkan kuliah tak surut. Apalagi ibu dan al-marhum ayahnya sangat ingin anak-anaknya berse-kolah setinggi mungkin.

”Saya mengikuti program PMDK karena tidak punya duit. Kebetulan saya ranking dua atau tiga satu sekolah dan ada beasiswa serta biaya pendaf-taran murah ke IPB. Kalau tidak salah waktu itu ba-yar Rp 2 juta sudah untuk biaya kuliah satu tahun dan asrama,” ungkap Retno.

Meski tergolong murah, untuk membayar biaya itu Suharni harus menjual barang-barang miliknya. Itulah yang membuat Retno khawatir dengan ke-mampuan ekonomi dan kesehatan ibu di rumah.

Namun Suharni selalu meredamnya. Bahkan se-lalu memompakan semangat Retno untuk melan-jutkan kuliah ke Bogor.

Meski serba kekurangan, Suharni tak pernah mengeluh kepada Retno. Bahkan termasuk ketika anak nomor dua, Novia masuk ke Universitas Ne-geri Sebelas Maret Solo.

”Saat saya kepepet butuh uang, ibu selalu mengirimi. Saya tidak tahu uang dari mana. Saat pulang karena libur kuliah, saya tahu ibu sama se-kali tidak punya uang,” ungkap Retno.

Memang ada bantuan dari paman Retno. Namun itu tak cukup untuk menutupi semua kebutuhan.

Maka ketika Retno lulus kuliah, Suharni sangat terharu dan bahagia. Hal yang sama terjadi ketika mendampinginya dikukuhkan sebagai doktor di Osaka. ”Ibu berpesan, jangan menjadi sombong dan ilmu saya semoga menjadi berkah,” tutupnya. l

Hanik Purwanto

Page 32: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

30 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Sekolah Sahabat Keluarga

Bikin Aplikasi dan Libatkan Bapak-ibu Kos

SMK TELKOM MALANG

MAYORITAS SISWA DARI LUAR KOTA MEMBUAT SMK TELKOM MALANG MENERAPKAN STRATEGI BERBEDA DALAM PELIBATAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN. SELAIN MENGGUNAKAN APLIKASI, SEKOLAH MELIBATKAN WALI SISWA, ALUMNI, DAN BAPAK-IBU KOS.

Page 33: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

31SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Penerapan konsep Sekolah Sahabat Ke-luarga di SMK Telkom Malang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Pemi-cunya adalah mayoritas siswa berasal

dari luar Kota Malang. Yang berarti pula orangtua siswa tidak bisa setiap saat bisa datang ke sekolah untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan bela-jar-mengajar.

Untuk itulah SMK Telkom Malang memperluas makna keluarga. Bukan hanya orangtua siswa tetapi seluruh civitas, mulai dari guru, siswa, karyawan, dan alumni. Termasuk pihak-pihak yang berhu-bungan dengan sekolah, seperti pengelola kantin sekolah, warga sekitar sekolah, dan bapak-ibu kos siswa.

Hubungan antar civitas layaknya sebuah ke-luarga yang penuh kehangatan dan kepedulian. Se-kolah seperti tempat tinggal kedua dimana sebagian besar waktu dipergunakan.

Kepala SMK Telkom Malang Drs Hendy Adri-yanto menyatakan, keluarga menanamkan ke se-mua orang untuk saling mencintai. ”Bedanya de-ngan teman, bila sakit, ya sudah sakit. Tapi kalau keluarga, bila sakit ikut merasakannya,” jelasnya.

Banyak kegiatan yang bisa dipergunakan untuk saling asah, asih, dan asuh. Tak sekadar simpati te-tapi juga empati.

Sebagai pengganti kehadiran fisik orangtua, se-kolah memanfaatkan aplikasi GAFE (Google Apps for Education). Awalnya aplikasi ini untuk menun-jang kegiatan belajar-mengajar. Dalam perkem-bangannya manfaat yang diperoleh lebih luas.

Menurut M Hadi Wijaya, bagian kurikulum SMK Telkom Malang yang mendampingi Hendy, GAFE merupakan aplikasi untuk sekolah lengkap dengan domain yang ditawarkan gratis oleh goo-gle. Ada fasilitas unlimited storage di cloud dan bisa membuat akun sangat banyak. Saat ini SMK Tel-kom Malang menggunakan lebih dari 2500 akun di GAFE.

Salah satu aplikasi di GAFE adalah Classroom yang membuat kegiatan-kegiatan ada di kelas ter-dokumentasi dan termonitor secara realtime, baik di personal computer (PC) maupun smartphone. Melalui aplikasi ini siswa saling terhubung dengan sesama siswa dan guru.

Komunikasi dan Kolaborasi

Ada banyak aplikasi di GAFE yang dimanfaatkan SMK Telkom Malang. Intinya aplikasi yang mendu-kung adanya kolaborasi antar siswa, siswa dengan guru, guru dengan orangtua, bahkan dengan masya-rakat sekitar pun bisa.

Seperti untuk ulangan, pengayaan, tes di kelas bisa menggunakan fasilitas ini secara realtime. Ha-sil pengerjaan tugas dan nilainya bisa diunggah ke aplikasi. Sehingga data-data tersebut tinggal ditarik untuk pembuatan laporan di raport.

Di manapun berada, guru dan siswa bisa meng-gunakan aplikasi ini. Seperti ketika karena tugas lain harus meninggalkan kelas, guru bisa memberi-kan materi ajar maupun tugas ke siswa melalui apli-kasi. Dengan demikian tidak ada alasan bagi siswa untuk tak mengerjakan tugas karena mereka ter-koneksi dengan aplikasi ini.

Page 34: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

32 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Laporan dari aplikasi ini secara otomatis masuk ke alamat e-mail bapak-ibu orangtua siswa atau cu-kup ke wali siswa. Jika ada kasus yang melibatkan siswa, misalnya prestasi kurang, guru bisa membe-rikan laporan juga secara realtime.

Dengan demikian, meski orangtua tidak setiap saat bisa hadir ke sekolah, semua informasi tentang sekolah dan anak tetap bisa diperoleh. Bahkan pada saat itu juga secara bersamaan.

”Melalui aplikasi ini komunikasi tidak pernah berhenti. Setiap ada permasalahan segera diketahui dan ditangani. Misal kalau ada yang bandel sehingga menyebabkan sekolah memberikan hukuman, se-perti tidak naik kelas, semua data histori tersimpan di aplikasi. Jika orangtua mempertanyakan, tinggal dibuka dan dibaca,” papar Hendy.

Menurut Hendy, pada aplikasi tersebut juga ter-cantum nama siswa beserta wali siswanya. ”Bila ada masalah pada siswa, misalnya tidak mengerjakan tu-gas, maka guru bisa mengirimkan email kepada siswa dan wali siswa. Jadi ada fungsi kontrol,” paparnya.

Ada pula fasilitas drive. ”Misalnya kami harus mengumpulkan foto-foto kegiatan. Maka kami bagi ke sesama guru dan siswa untuk mengirimkan fo-to-foto kegiatan ke dalam drive. Sehingga dalam setiap kegiatan kami bisa membuat laporan secara berkolaborasi. Membuat kegiatan ini menjadi lebih mudah dan ringan,” ungkap Hadi.

”Inilah bagian dari keluarga yang kami maksud. Rasa memilikinya muncul,” tambah Hendy.

Siapapun bisa mengakses aplikasi ini. Namun ada tingkatan tertentu untuk menjaga keamanan-nya. Ada public yang bisa diakses siapa saja tanpa login. Ada pula tingkatan yang hanya bisa diakses pemilik akun google, pemilik akun domain SMK Telkom Malang dan seterusnya.

”Kami menggunakan aplikasi ini karena SMK Telkom Malang adalah sekolah TI dan anak-anak sekarang tidak bisa lepas dari gadget. Untuk meng-hindarkan ekses negatif gadget, kami mengalihkan-nya dalam bentuk aplikasi ini yang positif,” jelas Hendy.

Lewat aplikasi ini pula Hendy bisa memonitor kinerja guru dan wali siswa. Sehingga bisa secara ce-pat mengambil keputusan bila dirasa ada yang ku-rang sesuai.

Menurut pria yang merangkap sebagai Kepala SMK Telkom Sidoarjo ini, SMK Telkom Malang menjadi pioner dalam penggunaan aplikasi ter-sebut. Karena hasil monitoring Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang bagus, kemudian ditularkan ke seluruh Indonesia. Digunakan oleh PAUD hingga perguruan tinggi.

”Guru-guru SMK Telkom diundang ke beberapa kota untuk mengajar pembuatan dan pengelolaan aplikasi ini. Mulai dari Medan, Banjarbaru, Makas-sar, Bandung hingga Purwokerto,” ungkap Hendy.

Wali Siswa

Seperti disinggung di atas, selain guru, ada peran besar pada wali siswa dalam kegiatan belajar-men-gajar di SMK Telkom Malang. Wali siswa tidak sama dengan wali kelas.

Wali kelas bertanggung jawab secara adminis-trasi satu kelas saja. Mempunyai kewajiban mem-bimbing dan mengawasi siswa dalam kelas tersebut.

Namun Hendy menilai peran wali kelas kurang maksimal. Apalagi setiap kenaikan kelas selalu ber-ganti. Sehingga tidak secara intensif dan berkesi-nambungan memperhatikan siswa.

Sekolah Sahabat Keluarga

Page 35: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

33SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Untuk itulah sejak dua tahun lalu dibentuk wali siswa. Seorang guru yang menjadi wali siswa ber-tanggung jawab terhadap 30 anak, masing-masing 10 untuk tiap angkatan. Jadi seorang siswa mulai dari kelas 1 hingga 3 berada dalam tanggung jawab wali siswa yang sama.

”Guru tersebut mementori mulai dari kelas 1 sampai kelas 3. Sehingga tahu persis merah-hitam-nya siswa yang berada dalam pengasuhannya,” jelas Hendy.

Bisa juga wali siswa ini disebut setengah guru bimbingan konseling. Segala permasalahan siswa lebih intensif berada dalam pengawasannya. Bah-kan bila diperlukan melakukan kunjungan ke ru-mah orangtua siswa.

”Seperti dokter yang menangani pasien, wali siswa punya riwayat lengkap siswa yang berada da-lam tanggung jawabnya. Sehingga jika terjadi per-masalahan pada seorang siswa pemberian ’obat’ menjadi lebih tepat,” terang Hendy.

Kepala sekolah yang menjabat sejak 2016 ini menyatakan, pembentukan wali siswa ini didasari oleh konsep keluarga. Kebutuhan industri yang be-gitu cepat berubah memunculkan ide-ide baru yang harus diterapkan ke siswa. ”Tidak bisa hanya meli-batkan wali kelas,” katanya.

Selain memanfaatkan aplikasi GAFE, setiap dua minggu sekali wali siswa mengumpulkan siswa-siswa yang berada dalam tanggung jawabnya. Ada yang di kelas, selasar atau tempat lain di sekolah untuk ngo-brol. Jika ada yang spesial, wali siswa akan mengajak berbicara siswa yang bersangkutan lebih personal.

”Memang awalnya rumit. Tapi memang selalu begitu sesuatu yang baru. Orang belajar naik sepe-da juga kesulitan. Meski jatuh tetap terus mencoba sampai bisa,” papar Hendy.

Setiap dua bulan sekali Hendy mengumpul-kan wali siswa untuk mendapatkan laporan. Jika ada anak yang kurang mampu mengikuti pelajaran segera terdeteksi agar mendapatkan bimbingan. Harapannya ketika tiba saatnya semester berikut-nya anak tersebut telah mampu mengejar keter-tinggalan dan bisa melewati ujian kenaikan level kompetensi.

”Bahkan kalau memang diperlukan guru mem-berikan tambahan pelajaran khusus. Diberikan pada hari Sabtu sore setelah anak menyelesaikan kegiatan sekolah,” ungkap Hendy.

Libatkan Bapak-ibu Kos

Berasal dari luar Kota Malang membuat sebagian besar siswa SMK Telkom tinggal di tempat kos. Un-tuk itulah, sekolah secara periodik mengumpulkan bapak-ibu kos.

Sekolah meminta kepada bapak-ibu kos un-tuk ikut merasa memiliki dan terlibat secara aktif

Page 36: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

34 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

mengawasi siswa SMK Telkom yang tinggal di rumah mereka. ”Bapak-ibu kos ibarat pengganti orangtua bagi siswa” tandas Hendy.

Sekolah juga menginisiasi diben-tuknya pengurus paguyuban ba-pak-ibu kos siswa SMK Telkom Malang. Termasuk membentuk grup WA sebagai sarana komunikasi de-ngan sekolah.

”Kami melibatkan bapak-ibu kos karena menyadari usia SMK masih la-bil. Masih butuh pengawasan. Berbeda dengan usia mahasiswa yang sudah bisa mikir sendiri,” kata Hendy.

Ada perkembangan positif dari ko-munikasi yang intesif antara sekolah dengan bapak-ibu kos. Salah satu con-toh, bila ada anak kos yang sakit dan tidak masuk sekolah, mereka mem-buatkan surat izin yang di dalamnya terdapat tanda tangan dan stempel kos.

Namun karena hubungan yang sebegitu dekat kadang bapak-ibu kos menggantikan peran orangtua siswa mengambilkan raport. ”Kami tidak izinkan. Karena mengambil raport adalah kesempatan kami un-tuk bertemu secara langsung dengan orangtua siswa dan menyampaikan program-program sekolah serta ber-temu wali siswa,” kata Hendy.

Pertimbangan jarak dan waktu pula yang membuat sekolah me-mutuskan kelas inspirasi hanya dise-lenggarakan sekali setiap tahun pada acara wisuda. Pada kesempatan itu orangtua siswa yang dipilih diminta berbagi pengalaman tentang dunia kerjanya.

Begitu juga dengan komite seko-lah. Sakur Wibowo, Ketua Komite SMK Telkom Malang hanya hadir un-tuk mendiskusikan program dan pe-nyaluran dana BOS. lHanik Purwanto

Sekolah Sahabat Keluarga

Alumni dan Kurikulum yang Selalu Berubah

TAK HANYA MENJADI BAGIAN KELUARGA, ALUMNI MEMBERI KONTRIBUSI BESAR TERHADAP KURIKULUM SMK TELKOM MALANG YANG SELALU BERUBAH SETIAP SEMESTER.

Peran alumni bagi SMK Telkom Malang sangat penting. Bahkan ikut menentukan arah kuriku-lum yang disusun sekolah.

Menurut Kepala SMK Telkom Malang Drs Hendy Adriyanto, setiap kali alumni berkunjung, pihaknya selalu mengajaknya berdiskusi tentang tren dunia kerja. Ter-utama yang berkaitan dengan dunia TI.

Kebetulan mayoritas alumni berada dalam industri TI dan merekalah yang menggunakan lulusan SMK Telkom. Se-hingga setiap perkembangan teknologi dan keahlian tenaga kerja yang dibutuh-kan selalu disampaikan ke pihak sekolah.

Hasil diskusi tersebut lantas diolah dan digodok untuk dikembangkan menjadi kurikulum sekolah. ”Sebelum diaplikasi-kan, guru-guru kurikulum melakukan stu-di banding ke sekolah-sekolah terbaik yang telah melaksanakannya. Tak hanya itu, se-tiap libur sekolah, guru-guru berkunjung industri untuk memastikan kesesuaian

Page 37: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

35SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

konsep kurikulum dengan kebutuhan kerja. Setelah itu kurikulum diolah lagi hingga dirasa sudah tepat untuk kemudian diterapkan ketika siswa masuk se-kolah,” terang Hendy.

Karena itulah, setiap semester kurikulum bisa berubah. Yang menjadi pedoman Hendy adalah pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa kurikulum tidak mati, bisa dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan.

”Bagi kami, kurikulum yang disusun pemerintah sebagai pedoman. Kita yang harus kreatif menge-lola karena anak sekarang berbeda. Kita yang harus mampu mengikuti tren yang berkembang di dunia anak-anak,” tegas Hendy.

Kurikulum yang dinamis tidak begitu saja diterima guru maupun siswa. Bahkan ada guru yang memper-tanyakan kurikulum yang selalu berubah. ”Saya jawab, yang abadi itu hanya perubahan. Kalau tidak percaya dengan ini, kita tidak akan bisa,” tegas Hendy.

Hasilnya selama dua tahun berturut-turut SMK Telkom Malang meraih hasil UN tertinggi se-Jawa Timur. Juga menjadi yang terbaik di antara semua SMK Telkom seluruh Indonesia.

Organisasi alumni SMK Telkom Malang yang bernama Wikusama terbentuk 1995. Setiap tahun mereka mengadakan kegiatan di sekolah. Hingga saat ini Wikusama ada di Bandung, Jakarta, Bali dan Makassar.

”Alumni bagian keluarga besar SMK Telkom Malang yang tak terpisahkan. Mereka selalu ikut memperhatikan perkembangan sekolah. Para juga alumni mau menampung dan membantu adik-adik-nya yang sedang mencari kerja,” papar Hendy.

Lebih dari 10 alumni memilih menjadi guru di SMK Telkom Malang. Inilah salah satu alasan yang membuat sekolah berani mengembangkan kuriku-lum karena jaringan dengan alumni sangat kuat. lHanik Purwanto

Page 38: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

36 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Tempat Belajar Siswa, Guru, dan Orangtua

SD DE GREEN CAMP, TANJUNG PINANG

DI SD DE GREEN CAMP TANJUNG PINANG BUKAN HANYA ANAK YANG BELAJAR DI SEKOLAH. TETAPI JUGA TEMPAT BELAJAR GURU DAN ORANGTUA. SEPERTI APA PELAKSANAANNYA?

Sekolah Sahabat Keluarga

”Sekolah adalah tempat siswa belajar, guru belajar, dan orangtua belajar” Itulah motto yang digaris-kan Sekolah Dasar Islam De Green Camp dan di-jalankan sekolah yang berlokasi di Jalan Merpati,

Batu Sembilan, Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Page 39: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

37SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Sekolah yang berdiri tahun 2011 dan berbasis Islam dengan metode pembelajaran bersentuhan langsung dengan lingkungan alam ini menerima siswa baru tidak berdasarkan akademik. Tapi me-minta komitmen orangtua untuk bersedia bekerja-sama dengan sekolah mendidik putra dan putrinya.

Bila para siswa belajar dari Senin sampai Jumat, maka para guru ditingkatkan kompetensinya setiap hari Sabtu. Pada hari Sabtu itu, para guru mene-rima pembelajaran lanjutan, tukar pengalaman dan pikiran, tentang berbagai hal terkait strategi pem-belajaran yang efektif, bagaimana mengoptimalkan potensi anak didik yang berbeda-beda, dan bagai-mana menangani permasalahan peserta didik.

Orangtua juga tak lepas ditingkatkan pengeta-huannya dalam mendidik dan mengasuh anak-anak-nya. Dalam setahun, Komite Sekolah menginisiasi parenting class atau kelas orangtua sebanyak 3 sampai 4 kali. ”Materinya tentang pola asuh, pendidikan anak di rumah, dan keterlibatan orangtua dengan sekolah,” terang Mohammad Iksan, Kepala SD De Green Camp.

Dalam pola asuh, misalnya, sekolah dan orangtua bersama-sama membicarakan keselarasan pem-biasaan baik antara di sekolah dan di rumah. Menariknya, dalam parenting class itu, dibagi dua kelompok, yakni kelompok ayah dan bunda. Kelom-pok ayah membahas tentang bagaimana menjadi pemimpin rumah tangga yang baik. Sedangkan ke-lompok bunda fokus tentang bagaimana menjalin komunikasi yang efektif, positif, dan produktif de-ngan anak-anaknya.

”KOMITMEN ITU ANTARA LAIN TENTANG

PENGGUNAAN GADGET, KOMIK,

SERTA PEMBIASAAN-PEMBIASAAN BAIK

DI RUMAH MAUPUN DI SEKOLAH. SELAIN ITU, SEKOLAH JUGA

MENGAJAK ORANGTUA UNTUK SAMA-SAMA

SEPAKAT, BAHWA HASIL PENDIDIKAN ITU BUKAN

DALAM BENTUK RANKING DI RAPORT, TAPI LEBIH

PADA PENANAMAN KARAKTER BAIK.”

Mohammad Iksan

Page 40: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

38 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Namun gelaran parenting class ini tidak berlang-sung setiap tahun, tapi bergantian dengan kegiatan Family Gathering. ”Tahun 2017 lalu kita sudah gelar Family Gathering, jadi tahun ini kita adakan parent-ing class. Keduanya diinisiasi Komite Sekolah,” kata Iksan.

Keterlibatan orangtua dalam berbagai kegiatan itu merupakan bentuk komitmen antara orangtua dan sekolah untuk bersama-sama mendidik anak yang berkarakter. ”Komitmen itu dimulai saat wa-wancara sebagai pintu masuk. Kami tidak melihat dari sisi anak, tapi apakah orangtua bisa bekerja-sama dengan baik atau tidak,” lanjut Iksan.

Menurut Iksan, komitmen itu dituangkan se-cara tertulis dalam surat pernyataan yang tidak hanya ditandatangani di atas materai. ”Komitmen itu antara lain tentang penggunaan gadget, komik, serta pembiasaan-pembiasaan baik di rumah mau-pun di sekolah. Selain itu, sekolah juga mengajak orangtua untuk sama-sama sepakat, bahwa ha-sil pendidikan itu bukan dalam bentuk ranking di raport, tapi lebih pada penanaman karakter baik,” jelasnya.

Dalam perjalanannya antara sekolah dan orang-tua terus melakukan evaluasi atas pelaksanaan ko-mitmen itu. Bila guru melihat ada sikap dan perilaku

Sekolah Sahabat Keluarga

anak yang tidak sesuai atau keluar dari komitmen, orangtua dipanggil untuk mendis kusikan bersama dan mencari penyelesaiannya.

”Misalnya anak berkata kotor atau melakukan pembiasaan yang kurang tepat, dicari penyebabnya, apakah akibat didikan dari rumah atau akibat per-gaulan di lingkungan sekitar rumah, kita bicarakan dengan orangtuanya,” jelas Iksan.

Sekolah juga menyiapkan semacam buku komu-nikasi atau buku penghubung. Melalui buku komu-nikasi itu orangtua melaporkan pembiasaan baik yang sudah dilakukan anaknya di rumah setiap hari. Sebaliknya, dalam buku penghubung itu juga guru menginformasikan pembiasaan baik yang sudah di-laksanakan anak di sekolah.

”Ada juga orangtua yang sengaja datang ke seko-lah untuk menginformasikan bahwa ada perubahan pada anaknya yang perlu didiskusikan dengan guru,” ungkap Iksan.

Ditegaskan Iksan, SD De Green Camp memiliki tujuh pilar atau dasar yang menjadi karakter utama peserta didiknya, yakni jujur, disiplin, bertanggung-jawab, adil, peduli, bekerjasama, dan bercita-cita. ”Semua pilar atau dasar ini dijabarkan, dibiasakan, dan diterapkan dalam pembiasaan sehari-hari,” katanya. lYanuar Jatnika

Page 41: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

39SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Orangtua siswa diundang berbicara di depan peserta didik sekitar dua jam pelajaran. Selama 70 menit itu diminta menceritakan dalam bahasa anak-anak tentang profesi yang dilakoninya dan bagaimana

mencapainya melalui perjuangan dan pengorbanan. ”Beberapa profesi orangtua peserta didik yang sudah kami

tampilkan antara lain wartawan, arsitektur, dan dokter. Ma-sing-masing jenjang kita gelar satu kali dalam satu semester.

Orangtua Menjadi Guru TamuPENGELOLA SD DE GREEN CAMP MENYADARI, PESERTA DIDIK MEMPEROLEH ILMU TAK SEMATA DARI GURU DI SEKOLAH. DARI KESADARAN ITULAH, PIHAK SEKOLAH MENGUNDANG BEBERAPA ORANGTUA UNTUK MENJADI GURU TAMU.

Page 42: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

40 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Jadi setahun dua kali dikalikan enam jenjang pen-didikan, maka dalam setahun kita adakan 12 kali orangtua yang jadi guru tamu,” terang Moham-mad Iksan, Kepala Sekolah SD De Green Camp.

Khusus untuk semester ganjil tahun 2018 ini, menurut Iksan, untuk peserta didik kelas enam akan dihadirkan beberapa orangtua yang ber-profesi sebagai pengusaha. ”Kita mau ubah pola pikir peserta didik sedini mungkin bahwa saat ini bukan lagi mencari pekerjaan, tapi harus bisa menciptakan pekerjaan. Sebelumnya, sejak kelas 1 sampai kelas 5 kita sudah kenalkan dengan ber-bagai macam profesi,” tambahnya.

Menghadirkan pengusaha untuk menjadi guru tamu ini juga sebagai bagian dari misi seko-lah De Green Camp dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada peserta didik. Sejak kelas satu, peserta didik rutin diajarkan berdagang

melalui event market day. Lantas di kelas empat diajarkan mengelola

cafe di lingkungan sekolah selama seminggu. Sedangkan di kelas lima dan enam, juga menge-lola cafe namun di luar sekolah. ”Orangtua oto-matis terlibat dalam mempromosikan market day ini, baik dari mulut ke mulut maupun mela-lui media sosialnya masing-masing,” kata Iksan.

Sejak tahun 2017 lalu, De Green Camp sudah meluluskan peserta didiknya. Peserta didik yang sudah lulus dihadapan orangtua untuk mem-presentasikan kegiatan-kegiatan yang pernah mereka ikuti selama sekolah disertai foto-foto kegiatan.

Pada kelulusan tahun 2018, temanya berbeda. Peserta didik menampilkan keahliannya ma-sing-masing untuk dipertunjukkan di hadapan orangtua dan guru. lYanuar Jatnika

Sekolah Sahabat Keluarga

Page 43: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

41SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Eva Falentina, salah sorang orangtua pe-serta didik, merasakan hasil pendidikan di SD De Green Camp pada anak sulung-

nya. Meski sudah, anaknya masih melaksanakan kebiasaan baik yang diajarkan ketika SD. ”Terasa beda dengan lulusan SD lainnya,” katanya.

Eva mengaku bangga dan merasa tepat menye-kolahkan dua anaknya di SD De Green Camp ka-rena misinya sesuai dengan keinginannya. Yakni mengutamakan pembentukan karakter diban-ding prestasi akademis.

Sisi lain juga dikemukakan Elmin Fitriyah, sa-lah seorang orangtua peserta didik lainnya. Nuan-sa kekeluargaannya sangat kuat. Tidak hanya di satu angkatan, tapi lintas angkatan. Tidak hanya dekat dengan orangtua peserta didik tapi juga de-ngan kakek dan neneknya.

”Dengan ketua yayasan kita bisa ngobrol bareng dengan santai, tanpa jarak,” ungkap ibu yang anak keduanya sudah duduk di kelas 5 dan anak tertuanya merupakan lulusan SD De Green

SGM, Bentuk Antusiasme OrangtuaUPAYA PENGELOLA SEKOLAH MENGAJAK KERJASAMA ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DISAMBUT ANTUSIAS. BAHKAN ORANGTUA SISWA SAMPAI MENGADAKAN SGM.

Camp ini dan kini sudah di kelas 7 juga di SMP De Green Camp.

Ketua Komite Sekolah Ivan Dwi Saputra me-ngatakan, komitmen pihak sekolah De Green Camp untuk bekerjasama dengan orangtua pe-serta didik juga dibuktikan dengan dukungan atas kegiatan Saturday Green Morning (SGM) yang diselenggaraklan empat bulan sekali ini. ”Perte-muan ini hanya melibatkan orangtua, tidak ada keterlibatan pihak sekolah,” katanya.

Pada kegiatan yang berlangsung informal, san-tai, dan penuh keakraban ini dibahas mengenai anak-anak, situasi, dan kondisi sekolah, serta lain-nya. Hasil dari pertemuan ini lantas dijadikan re-komendasi untuk masukan ke pihak sekolah. ”Bia-sanya kita gali dari anak-anak sendiri lantas kita bawa ke pertemuan orang tua ini,” terang Ivan.

Elmin menambahkan, dalam acara SGM itu juga pernah mengundang praktisi parenting Elly Risman. ”Untuk anak-anak kelas 1-3, kita diskusikan komunikasi dan mengenal diri sendiri. Sedangkan untuk anak-anak kelas 4-6, materinya tentang pelatihan menghadapi masa pubertas,” terangnya.

Pelatihan yang mengundang Elly Risman itu baru sekali diadakan karena butuh biaya besar. ”Biaya operasional dari yayasan melalui komite, tapi ditambah patungan,” kata Elmin. lYanuar Jatnika

Page 44: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

42 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Tidak mudah menjadi seorang ibu. Selain mengelola rumah tangga dan mengasuh anak, ia harus tetap menjadi perempuan yang bermartabat dan berkualitas. Baik

secara pribadi maupun sosial.Masalahnya, belum ada disiplin ilmu yang meng-

ajarkan bagaimana menjadi ibu, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, dan sekaligus berperan secara sosial. Pendek kata, untuk menjalankan peran-peran itu, seorang ibu harus bertindak pro-fesional, yakni bersungguh-sungguh menjalankan peran sebagai ibu, perempuan, dan istri. Seorang

ibu yang kuat dalam mengelola rumah tangga, men-didik anak maupun berkiprah secara sosial.

Atas pemikiran itu dan tuntutan suami, Septi Peni Wulandari mendirikan Institut Ibu Profe-sional (IIP) pada tahun 2011 di Kota Salatiga, tem-patnya tinggal. IIP ini boleh dikatakan komunitas sekaligus lembaga pendidikan nonformal para ibu yang peduli mengelola keluarga dan mengasuh dan mendidik anak

”Institut Ibu Profesional dibentuk untuk men-jadi laboratorium pencetak para ibu pilar keluarga yang tangguh,” terang Septi beberapa waktu lalu.

Komunitas

TAK HANYA HARUS MEMBEKALI DIRI DENGAN PENGETAHUAN, MENJADI IBU JUGA DITUNTUT MAMPU BERSIKAP PROFESIONAL.

UNTUK ITULAH INSTITUT IBU PROFESIONAL HADIR.

Mencetak Pilar Keluarga yang Tangguh

INSTITUT IBU PROFESIONAL

Page 45: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

43SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Sebelum mendirikan IIP, wanita kelahiran 21 September 1974 itu memulai perubahan dari diri-nya sendiri. Ia belajar meningkatkan kualitas diri sebagai perempuan, ibu, maupun istri. Selama bela-jar itu ia mencatat segala sesuatunya.

Dari pengalaman pribadinya itulah, muncul kepedulian istri Dodik Mariyanto tersebut untuk memprofesionalkan kaum perempuan Indonesia. Khususnya para ibu sehingga lahir IIP. ”IIP hadir menemani para Ibu untuk bisa belajar dan tum-buh bersama, saling menguatkan dalam mendidik

anak-anak serta mengelola keluarga,” kata Septi.Menjadi profesional merupakan tuntutan pe-

ran seorang ibu. Yaitu bersungguh-sungguh dalam menjalankan perannya itu.

”Apa yang kami lakukan di IIP bukanlah hal yang luar biasa, kami melakukan hal yang biasa-biasa saja, hal yang ’semestinya’ dilakukan seorang ibu. Namun karena saat ini tidak banyak ibu yang mau melakukannnya, maka aktivitas kami kadang diang-gap tidak biasa,” ungkap Septi.

Sampai saat ini, IIP sudah merambah ke 57 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia dan menye-

bar ke 10 negara. Masing-masing kota ada koordi-natornya dan yang di luar negeri terbagi menjadi koordinator IIP ASEAN, Asia dan Non Asia (Ero-pa, Australia, dan Amerika). ”Jumlah ibu yang ter-gabung di IIP sampai saat ini sekitar 18 ribu orang,” katanya.

Septi meyakini, dengan aktif di komunitas IIP, seorang ibu akan bangga terhadap profesinya se-bagai ibu, mendidik anak dengan sepenuh hati, ce-katan dalam mengelola manajemen domestiknya, bisa mandiri secara finansial, dan tetap menem-

patkan anak serta keluarga sebagai prioritas paling atas. Keberadaannya pun bermanfaat bagi diri sen-diri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya.

IIP ini menjadi salah satu komunitas yang ditun-juk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mengikuti studi banding ke Ministry of Fami-ly Singapore pada tahun 2015 lalu dalam rangka mempersiapkan munculnya Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga. Lantas, pada tahun 2017 di-nobatkan menjadi penggerak Pendidikan Keluarga oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. l

Yanuar Jatnika

Page 46: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

44 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Pelatihan menjadi orangtua di IIP dibuat jen-jang seperti perkuliahan. Ada kelas matriku-lasi sebanyak 12 pertemuan, sekali dalam se-

minggu. Kelas matrikulasi ini merupakan persiapan untuk para ibu yang yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran di IIP.

Di kelas matrikulasi ini setiap peserta mendapat-kan tugas. Contohnya untuk materi membangun tim dalam keluarga, tugasnya seperti membuat su-

Komunitas

TAK HANYA HARUS MEMBEKALI DIRI DENGAN PENGETAHUAN, MENJADI IBU JUGA DITUNTUT MAMPU BERSIKAP PROFESIONAL. UNTUK ITULAH INSTITUT IBU PROFESIONAL HADIR.

Kegiatan Online dan Offline di IIP

Page 47: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

45SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

rat cinta untuk suami dan menuliskan respons sua-mi ketika membacanya.

Bila lulus di kelas matrikulasi, peserta bisa mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran jadi orangtua. Beberapa kelas itu antara lain:

- Kelas Bunda Sayang, kelas untuk para ibu dan calon ibu untuk mempelajari berbagai macam ilmu tentang pola pengasuhan dan pendidikan anak.

- Kelas Bunda Cekatan, kelas untuk para ibu dan calon ibu untuk terampil mengelola diri, keluarga maupun lingkungannya.

- Kelas Bunda Produktif, kelas untuk para ibu dan calon ibu yang ingin menemukan jati dirinya

dan produktif dengan kekuatan yang dimilikinya.- Kelas Bunda Shaleha, kelas untuk para ibu dan

calon ibu agar keberadaannya memberikan keber-manfaatan bagi diri, keluarga, dan lingkungan seki-tarnya.

Menurut Septi, kelas-kelas tersebut dilakukan secara online melalui WhatsApp grup, google class-room dan webinar atau seminar online. ”Setiap kelas dipandu seorang fasilitator, yakni ibu yang sudah lulus di kelas sebelumnya dan sudah mengikuti pe-latihan sebagai fasilitator,” jelasnya.

Selain itu, ada kegiatan lain di IIP yang dilaku-kan dengan konsep O to O (online to offline), yakni kegiatan community building untuk membangun kekuatan komunitas yang dipandu langsung oleh ketua komunitas. Beberapa contoh kegiatan ini an-tara lain:

- Rumah belajar (rumbel), ruang bagi para ibu untuk menemukan passion-nya,

- Kelas ODOP (One Day One Post), sebuah kelas menulis untuk para ibu yang senang menulis. Kelas menulis ini selalu akan memiliki karya, yaitu se-buah buku.

Setiap selesai project menulis maka tulisan para ibu diterbitkan dalam bentuk buku, workshop dan seminar, playdate (kelasnya anak-anak), family Camp, kemping pendidikan untuk seluruh ke-luarga.

Di luar kegiatan itu, IIP juga menggelar finansial building, dimana para ibu belajar tentang manaje-men keuangan dan membentuk koperasi Ibu Profe-sional Mandiri (KIPMA) sebagai wadah perputaran perekonomian para ibu.

Diadakan pula community social responsibility. Melalui kegiatan ini, para ibu dan calon ibu berke-giatan sosial di program Sejuta Cinta. Para ibu me-nyelenggarakan kegiatan sedekah Jumat, berbagi nasi bungkus, menyantuni anak yatim dan dhuafa di lingkungan komunitas maupun luar komunitas.

Indikator keberhasilan dari semua kegiatan itu hanya satu, yakni ibu menjadi kebanggaan keluarga. ”Ketika ibu aktif di organisasi atau komunitas, tapi justru anak dan suaminya protes, berarti ada yang salah,” tegas Septi. lYanuar Jatnika

D. Nita P.S, Anggota IIP Bandung

SEJAK BERGABUNG DENGAN KOMUNITAS IBU PROFESIONAL DAN MENGIKUTI

PERKULIAHAN DI INSTITUT IBU PROFESIONAL, SAYA LEBIH SADAR AKAN PERAN DIRI. BAIK SEBAGAI PEREMPUAN,

SEBAGAI ISTRI MAUPUN SEBAGAI IBU.SEBAGAI INDIVIDU SAYA PERLU

MENGUPGRADE KOMPETENSI SAYA. BUKAN HANYA UNTUK KEPENTINGAN DIRI, TETAPI

DEMI BERPERAN LEBIH BAIK UNTUK MEMBANGUN PERADABAN, KELUARGA DAN

ORANG DI SEKITAR.

Page 48: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

46 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Parenting

Page 49: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

47SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

MERENDA MASA DEPAN GEMILANG UNTUK ANAK TAK DAPAT DILAKUKAN SECARA INSTAN. JUSTRU MASA KECIL ADALAH KUNCINYA. DAPAT DIMULAI DENGAN MENCIPTAKAN MASA TUMBUH YANG MENYENANGKAN.

Meraih Masa Depan Gemilang

”Setidaknya anak yang tumbuh dengan bahagia dapat menyerap banyak hal dengan baik, ter-

masuk saat sudah belajar di sekolah,” kata Psikolog Ajeng Raviando.

Apakah hal itu menjamin anak akan sukses kelak, menurut Ajeng harus diser-tai komponen lain. Sebab bicara kesuk-sesan menyangkut kemampuan anak, ko-mitmen, dan sebagainya.

Ajeng mencontohkan, anak yang ingin menjadi dokter misalnya, tidak cukup memiliki modal kemauan. Harus dilihat kemampuan intelektualnya juga.

Walau begitu orangtua tetap bisa melakukan banyak hal untuk menyiap-kan anak menyongsong masa depannya. Misalnya mengenalkan aneka profesi se-jak anak berusia balita. ”Bisa dimulai dari lingkungan terdekat, orangtua kerjanya apa. Kenalkan juga hal sederhana, seperti kerja di kantor itu seperti apa,” terang Ajeng.

Selanjutnya dapat meluas dengan pengenalan berbagai profesi lain. Saat melewati sawah misalnya, dapat dijelas-kan bahwa yang menggarapnya disebut petani. Saat naik kereta bisa disinggung yang mengemudikannya masinis, ketika

Page 50: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

48 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

naik pesawat dapat dikenalkan dengan pilot dan pramugari-pramugara. Atau ketika ke rumah sakit bisa diperkenalkan dengan dokter, perawat, dan se-bagainya. Saat belanja di supermarket dapat ditun-jukkan profesi kasir dan sebagainya.

Beruntunglah yang hidup di perkotaan, sebab banyak peluang untuk mengetahui aneka profesi yang lebih beragam. Ada pula berbagai fasilitas per-mainan edukatif yang dirancang sebagai simulasi ragam profesi.

Namun bukan berarti keluarga di kota kecil atau di desa yang lebih terbatas tak dapat mengenalkan aneka profesi pada anak-anak. Selain dari buku dan sumber lain, sekali waktu anak dapat diajak me-ngunjungi berbagai tempat, seperti lahan pertani-an, pabrik, atau perkantoran.

Seiring bertambahnya usia anak dapat disertai penjelasan lebih rinci. Sebab pada usia 9-10 tahun pada umumnya kognisi anak mulai berkembang. Apalagi ketika sudah menginjak jenjang pendidikan menengah pertama atau SMP.

”Kalau dikaitkan sistem pendidikan di Indone-sia, ketika SMP anak mulai dapat diajak merancang saat di SMA nanti hendak memilih jurusan apa. Nah ini pula saatnya mengajak anak berpikir lebih jauh, ingin menekuni profesi apa kelak. Kalau ingin jadi dokter misalnya, harus kuat di IPA. Kalau ingin me-nekuni bidang sosial, ya asah IPS-nya,” saran Ajeng.

Pahami Kecerdasan Majemuk Anak

Sembari mengenalkan ragam profesi sejak anak masih kecil, orangtua juga harus jeli mengamati ke-lebihan dan kekurangannya. Kemampuan motorik atau aktivitas fisik misalnya, bisa menjadi dasar per-timbangan untuk menentukan sekolah mana yang lebih tepat untuk anak.

Yang pasti menurut Ajeng, orangtua harus me-miliki bekal pengetahuan atau pemahaman menge-nai multiple intelligent atau kecerdasan majemuk pada anak. Jadi jangan terpaku pada kemampuan intelektualnya saja.

”Supaya orang tua nggak berpikir kalau anak nggak bisa matematika berarti nggak bisa ngapa-ngapain. Bisa saja anak bersangkutan memiliki kecerdasan ba-hasa, parsial, dan sebagainya. Amati juga kepribadian anak, apakah tergolong tekun dan teliti atau lainnya. Jadi jangan menyerah ketika anak terlihat ’kurang

Parenting

PERHATIKAN NUTRISI!

KOLINUntuk perkembangan otak serta fungsi

daya ingat. Sumber kolin antara lain

brokoli, tahu, kembang kol, yogurt, telur,

susu, kubis, dan daging sapi tanpa lemak.

OMEGA 3Dapat diperoleh dari ikan, olahan

kedelai, dan telur, lemak omega

3 berperan dalam perkembangan

otak dan penglihatan anak.

VITAMIN B12Diperoleh dari ASI, susu sapi, keju, dan

telur, vitamin B 12 membantu produksi

sel darah merah dan pembentukan lemak

dalam tubuh.

Page 51: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

49SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Untuk tumbuh dengan baik anak tidak hanya butuh jaminan keamanan fisik

dan psikologis, namun juga asupan gizi yang memadai.

Pastikan anak terpenuhi kebutuhan nutrisinya,

antara lain:

PROTEINMembangun sel dan jaringan tubuh, meningkatkan

perkembangan otak yang berguna untuk proses

berpikir dan belajar. Dapat diperoleh dari susu, keju,

yogurt, telur, dan kedelai.

LEMAKSumber tenaga dan esensial untuk membantu

pertumbuhan. Sumbernya antara lain alpukat,

tahu, kacang, biji-bijian serta keju pasteurisasi.

VITAMIN DMembantu produksi kalsium untuk

memperkuat tulang dan gigi sehingga

fisiknya berfungsi baik. Dapat diperoleh dari

sinar matahari pagi, susu sapi, dan aneka

olahan kedelai.

ZAT BESINutrisi yang bersumber dari daging

sapi, daging kambing, sayuran

hijau, dan kacang-kacangan ini

unsur penting dalam meningkatkan

aktivitas saraf dan membantu kerja

enzim untuk perangsangan saraf.

VITAMIN ADibutuhkan untuk pertumbuhan tulang,

penglihatan, serta perlindungan dari

infeksi. Sumbernya bayam, wortel, ubi,

dan paprika merah.

Page 52: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

50 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

pintar’ di sekolah. Apalagi gaya belajar anak ma-cam-macam. Ada yang dapat langsung menyerap pen-jelasan lisan, ada yang butuh diterangkan dengan alat peraga dan sebagainya,” papar Ajeng.

Selanjutnya orangtua harus melek teknologi dan perkembangan zaman. Karena profesi kini lebih beragam. Bukan saja chef dan desainer yang mero-ket, menjamur pula aneka pilihan pekerjaan terkait perkembangan internet dan segala turunannya ter-masuk media sosial.

Dulu mana terbayang istilah selebgram, youtu-ber, dan sebagainya. Nyatanya sekarang tak sedikit anak muda yang mendulang rupiah dari sana.

”Sekarang dunia cepat berubah. Maka anak ha-rus memiliki lifeskill untuk menghadapi segala pe-rubahan yang cepat itu,” Ajeng mengingatkan.

Hal lain yang harus diingat para orangtua menu-rut Ajeng adalah bahwa bakat tidak selalu berban-ding lurus dengan minat. ”Misal seorang anak bakat sekali renang tapi tidak mau jadi perenang. Dia hanya menikmatinya sebagai hobi untuk menye-imbangkan kehidupannya. Jadi jangan pula paksa anak memilih profesi berdasar sesuatu yang menu-rut orangtua menjadi bakatnya,” pungkasnya. l

Kristina Rahayu Lestari

Parenting

Atas nama masa depan gemi-lang, para orangtua punya angan dapat memberikan

pendidikan terbaik untuk anak-anak-nya. Buktinya Financial Planner Ghita Argasasmita mengatakan, dia paling banyak dicurhati mengenai persiapan dana pendidikan.

”Namun ketika orangtua mengetahui besaran biaya sekolah dan kuliah mulailah kegalauan, keti-dakpercayaan diri dan banyak lagi drama yang bermunculan,” ungkap Ghita Argasasmita.

Dia lantas menyodorkan data sur-vei dana pendidikan terkini dari bebe-rapa sekolah di Ibu Kota dan sekitarn-ya. Rata-rata menjadi dua kali lipat dalam 5 tahun. ( lihat infografis)

Githa meyakinkan, banyak klien-nya yang dengan pendapatan bulanan standard dapat menyekolahkan anak-nya di sekolah yang dicita-citakan. Ba-gaimana bisa? Inilah kuncinya:

Lakukan Financial Check Up!Ini adalah tahapan maha penting. Ke-nali potensi finansial yang dimiliki beserta hambatannya. Dengan menge-tahui amunisi aset yang dimiliki, sese-orang dapat menyusun strategi untuk mencapai tujuan finansialnya.

Ajeng Raviando,

Psikolog

SEKARANG DUNIA CEPAT BERUBAH. MAKA ANAK HARUS MEMILIKI LIFESKILL UNTUK MENGHADAPI SEGALA PERUBAHAN YANG

CEPAT ITU.

Jangan Lupa, Siapkan Dana Pendidikan

Page 53: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

51SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Miliki ProteksiProteksi jiwa dan kesehatan adalah tahapan awal untuk melindungi anak-anak se-cara finansial. Jangan sam-pai ketika orangtua mening-gal, anak putus sekolah.

Cermati Utang!Jika memiliki utang konsum-tif, segera dilunasi. Utang KPR/KPA dan mobil juga perlu dievaluasi, apakah su-dah memasuki masa floating, apakah membahayakan rasio

utang x pendapatan, apakah terdapat pilihan take over kre-dit atau melunasi sebagian.

Investasi!Setelah mengetahui biaya sekolah beserta inflasinya yang mencapai 15% per ta-hun, segeralah berinvestasi. Jika tidak, orangtua mencip-takan risiko anak tidak dapat melanjutkan sekolah.

Jangan salah beli produk!Apapun yang dilabeli kata ”pendidikan” biasanya akan menjadi top selling product. Cobalah baca dan cermati kembali isi polis asuransi pendidikan Anda. lKristina

Rahayu Lestari

Tingkat Nama Sekolah Uang Pangkal Saat IniPerkiraan Biaya

5 Tahun Lagi

SD

Al-Azhar Pusat Rp 38.000.000,00 Rp 76.400.000,00

High Scope Sentul Rp 37.000.000,00 Rp 74.500.000,00

Dwi Matra Jaksel Rp 32.250.000,00 Rp 64.900.000,00

Al Izhar Jaksel Rp 38.000.000,00 Rp 77.400.000,00

Santa Ursula BSD Rp 28.750.000,00 Rp 57.800.000,00

Tingkat Nama Sekolah Uang Pangkal Saat IniPerkiraan Biaya

10 Tahun Lagi

Kuliah Lokal

BINUS Int. Rp 148.900.000,00 Rp 602.500.000,00

Atmajaya Rp 128.500.000,00 Rp 520.000.000,00

UPH Rp 179.500.000,00 Rp 726.000.000,00

Kuliah Luar Negeri

UNSW Rp 2.500.000.000,00 Rp 3.700.000.000,00

Nanyang Singapore Rp 1.541.000.000,00 Rp 2.281.000.000,00

Harvard Rp 3.524.000.000,00 Rp 5.200.000.000,00

Ghita Argasasmita

Page 54: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

52 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Dongeng

mengenai tas baru. Nampaknya mereka berdua ada-lah dua orang yang beruntung bisa selalu mendapat-kan apa yang mereka mau dengan mudah. Cila sedih karena dirinya juga ingin mendapatkan tas koper yang bisa membuat dirinya tidak berat membawa buku-buku di tasnya, namun tidak mungkin bisa minta bapak sama ibu karena kini bapak Cila sudah tidak bekerja lagi karena sudah memasuki umur pensiun.

Siang yang begitu terik sepulang sekolah, Cila berjalan kearah pagar utama sambil melihat pe-mandangan di sekitarnya. Dia amat iri dengan teman-temannya yang selalu pulang dijemput sopir atau dijemput dengan mobil. Sementara dirinya hanya diantar dengan motor tua bapak dan kalau

“Wah Tas kamu bagus banget Tasya, beli dimana kamu? Lucu banget ya warna me-rah jambu, udah gitu

bisa didorong,” seru Zura pada tas baru kepunyaan Tasya.

“Ini dibeliin mamaku loh dari luar negeri,” kata Tasya bangga

“Ih keren banget, jadi mau minta beliin mami juga deh, hihihi”

Sementara Cila yang sedari tadi sibuk membaca buku, diam-diam menyimak obrolan Tasya dan Zura

Cita dan Tas Baru

pulang sekolah Cila naik angkutan umum. Dalam hatinya Cila selalu ingin bisa merasakan dijemput menggunakan mobil.

Tapi apa daya bagi Cila, bapak bahkan hanya me-miliki motor tua dan kini sudah pensiun. Sehingga keuangan keluarga harus bisa sehemat mungkin un-tuk tetap memenuhi kehidupan sehari-hari.

Sesampainya di rumah, Cila langsung ke ruang tengah dan mengecup tangan ibu dan bapaknya, kemudian papa menawarinya makan, tapi akibat dirinya yang sedang murung, Cila langsung masuk ke kamar tanpa menghiraukan pertanyaannya dari bapak.

Sementara Cila di dalam kamar, bapak merasa bingung dengan sikap anaknya yang tiba-tiba saja terlihat sedih dan murung. Namun bapak untuk

Page 55: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

53SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

mencoba mengerti terhadap sikap anaknya yang mungkin kelelahan dengan perjalanan yang amat terik dari sekolah menuju rumahnya.

**Malam harinya, Cila berpikir bagaimana ya dia

bisa mendapatkan uang untuk membeli tas yang dia idam-idamkan itu? Huf, harganya saja mahal, nggak mungkin bisa kalau cuma mengandalkan tabungan dari uang jajannya sehari-hari. Dia merasa sedih dan tidak seberuntung Zura dan Tasya yang bisa hidup tanpa merasa kesulitan untuk membeli apa yang mereka mau.

Kemudian Cila baru ingat kalau besok pelajaran prakarya. Ada tugas membuat karya kreatif dan yang terbaik bisa dilombakan dan mendapat hadiah.

Cila panik karena belum mempersiapkannya sama sekali. Bahkan bingung harus membuat apa, karena tidak ada uang untuk membeli bahan un-tuk membuat karya yang bagus. Semenjak minggu lalu Cila terus menundanya. Dia juga tidak mungkin bilang bapak dan ibu untuk meminta uang malam-malam begini. Sudah jam 10, toko mana daerah ru-mahnya yang masih buka.

Kemudian Cila mengambil kotak yang berisi alat dan bahan craftingnya, dan dia mencoba ke gudang mengambil limbah bekas sisa percetakan bapak. Se-telah semua bahan dan alat di depan matanya, dia diam memikirkan membuat apa. Namun tiba-tiba saja secara spontan dia membuat album bentuk ko-tak yang sangat unik. Dia membuatnya susah payah hingga larut malam sampai akhirnyapun tertidur.

Keesokan paginya, Cila melanjutkan sedikit kar-yanya tadi malam dengan memberi foto-foto dalam album kerajinan tangannya itu. Dia menaruh foto dan tulisan-tulisan yang dihiasnya.

**Saat pelajaran seni budaya, Cila dengan ma-

lu-malu menggenggam karyanya karena hanya ber-bahan dasar limbah kertas yang tidak seperti teman lainnya yang membuat boneka atau bingkai yang mahal-mahal. Seperti biasa satu sama lain saling menunjukan karyanya. Namun hanya Cila yang ti-dak. Akan tetapi tiba-tiba Litha dan Aryo mengham-piri dirinya.

“Cila, aku boleh liat punya kamu enggak?”Cila kemudian menyerahkan. Litha dan Aryo

nampak tertarik dengan hasil karya temannya.“Kamu kok bisa buat ini? Ini keren banget, aku

boleh nggak minta buatin kamu untuk kado ulang tahun mamaku? Nanti harganya mahal juga nggak apa-apa deh biar kakakku yang bayar, hihi”

“Aku juga dong Cila. Rencananya Temanku si Andi kelas sebelah mau pindah sekolah, aku mau pesen ini sebagai kenang-kenangan dariku buat dia.”

Cila nampak bingung, kemudian sangat tidak menyangka dengan hal tersebut.

“Mau,kan Cila?” tanya Litha lagi.“Iya mau dong, Cil!” Seru Aryo menambahkan.“Iya mau kok, buat kapan?”“Hari Jumat aja gapapa, mamaku ulang tahun

hari Sabtu”“Kalau aku buat kamis ya Cil.”Kemudian keriuhan mendadak sunyi karena

kedatangan ibu Sodang dan beliau juga menyam-paikan bahwa yang berhak mewakilkan lomba diumumkan besok. Namun Cila tidak peduli ka-rena ada dua pelanggan pertama yang memesan karyanya, itu artinya dia bisa mendapatkan uang sendiri. Begitu sampai rumah cila langsung ke gu-dang dan membuat dua kotak album sekaligus.

Saat hari kamis, Aryo memberinya uang lima puluh ribu dan Litha seratus ribu. Untuk seusia Cila yang masih kelas 5 SD dua bilangan tersebut sangatlah besar dan berarti untuknya.

Cila sangat bersyukur dan tidak sabar pulang ke rumah. Dan begitu di rumah dia mengkisah-kannya pada kedua orang tuanya. Bahkan setelah Aryo dan Litha. Teman lainnya seperti Putri, Zura, Tasya memesan juga kado dan membuat Cila bisa memiliki tabungan sendiri.

Meskipun akhirnya tidak berhasil memenang-kan lomba, namun karena hal ini Cila bisa meng-hasilkan karya yang kini bisa dijual. Dia jadi bisa meringankan kedua orangtuanya. Bahkan dia bisa membeli tas yang lama diidam-idamkannya itu de-ngan hasilnya sendiri.

Bahagia itu sederhana. Cukup mensyukuri apa yang dimiliki, Allah akan menambahnya dengan hal yang tidak diduga-duga.

(Litha Kusuma Wardhani – Creativepreneur)

Page 56: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

54 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Dinas Pendidikan Kota Tanjung Pinang memberi kewenangan dan kebebasan kepada komite sekolah untuk memben-tuk paguyuban orangtua di kelas-kelas.

Itu perlu dilakukan agar komite sekolah bisa beker-jasama dengan paguyuban orangtua untuk keberha-silan pelibatan keluarga di satuan pendidikan.

”Komite sekolah sebagai payung besarnya dan paguyuban orangtua jadi payung-payung kecil di kelas-kelas. Paguyuban orangtua inilah yang nanti-nya melalui komite sekolah berperan memberi ma-sukan-masukan terhadap sekolah,” kata Kepala Di-nas Pendidikan Kota Tanjung Pinang Dadang AG, beberapa waktu lalu saat ditemui Sahabat Keluarga di ruang kerjanya.

Hal itu menjadi salah satu strategi yang dilaku-kan Dinas Pendidikan Kota Tanjung Pinang, Ke-pulauan Riau dalam upaya menyukseskan pelibatan orangtua di satuan pendidikan.

Menurut Dadang, dalam pelaksanaan strategi itu, Dinas Pendidikan merangkul orangtua tidak melalui pihak sekolah tapi melalui komite seko-lah. Dengan demikian komite sekolah tidak merasa dilangkahi kewenangannya dalam mengoordinir orangtua.

”Kita sadari bahwa memang komite sekolah ini sudah ada sejak lama dan keberadaannya sudah dia-tur dalam Permendikbud. Sehingga kita tidak bisa meninggalkan peran komite sekolah,” jelas Dadang.

Melalui strategi itu juga Dinas Pendidikan ber-hasil meningkatkan peran keluarga, dalam hal ini orangtua, dalam membantu pelaksanaan pembela-

jaran di satuan pendidikan di Kota Tanjung Pinang. Sampai saat ini, sudah ada sekitar 51 sekolah dari semua jenjang pendidikan yang teah melaksanakan pelibatan keluarga.

Menurut Dadang, dalam struktur Dinas Pendi-dikan Kota Tanjung Pinang, pengelolaan program pendidikan keluarga diberi tempat tersendiri me-lalui bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendi-dikan Nonformal Informal (Bidang Paudni). ”Di Bi-dang Paudni itu ada seksi pendidikan keluarga yang khusus mengelola perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pelaksanaan pendidikan keluarga di lembaga-lembaga pendidikan formal dam nonfor-mal,” terangnya.

Dinas Pendidikan Tanjung Pinang juga selalu in-tensif menekankan pentingnya pelibatan orangtua di satuan pendidikan. Melalui kunjungan langsung maupun melalui surat edaran ke setiap satuan pen-didikan. ”Hal ini terutama kami lakukan pada setiap tahun ajaran baru menjelang Hari Pertama Sekolah (HPS). Salah satu bentuknya, misalnya ada seremo-ni serah terima siswa dari orangtua pada sekolah,” jelas Dadang.

Dadang juga menekankan agar guru atau wali kelas tidak hanya bertemu dan berdiskusi dengan ayah atau ibu peserta didik saja. ”Wali kelas perlu berkomunikasi dengan keduanya, ayah dan ibunya. Jadi kalau di satu kelas ada 36 siswa, maka wali kelas perlu berkomunikasi dengan 72 orangtua,” tegas-nya.

Menurut Dadang, apapun yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Kota Tanjung Pinang selalu me-ngacu pada rencana kerja Badan Perencana Pem-bangunan Daerah (Bappeda). Secara lebih luas, pelibatan keluarga di satuan pendidikan itu secara implisit masuk dalam poin pemberdayaan keluarga, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan sebagainya.

Pemda Peduli

Strategi Dinas PendidikanKota Tanjung Pinang Sukseskan Pelibatan OrangtuaDINAS PENDIDIKAN KOTA TANJUNG PINANG, KEPULAUAN RIAU BERKOMITMEN MENYUKSESKAN PELIBATAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN. SEPERTI APA PROGRAMNYA?

Page 57: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

55SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Mengacu pada RPJMN

Erwin Syahputra Nasution, Kepala Bidang Peme-rintahan Bappeda Kota Tanjung Pinang, saat dite-mui di ruang kerjanya, mengatakan, rencana kerja pemerintah kota selalu mengacu pada rencana kerja pemerintah provinsi yang pada akhirnya mengin-duk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

”RPJMN itu kan pelaksanaan dari visi dan misi Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang salah sa-tunya berupa Nawacita dan di dalamnya ada terkait pemberdayaan keluarga. Jadi tentunya sampai pe-merintahan kota juga pasti ada,” papar Erwin.

Namun seperti apa bentuk aslinya pember-dayaan keluarga dalam rencana kerja Kota Tan-jung Pinang, menurut Erwin, masih dalam proses penyusunan dan pembahasan. Hal itu mengingat masa transisi kepimpinanan kota Tanjung Pinang menyusul hasil Pilkada 2018.

”Rasanya bidang pendidikan akan diutamakan. Sebab Walikota Tanjung Pinang terpilih mantan guru dan mantan Ketua PGRI Kota Tanjung Pi-nang,” pungkas Erwin.

Lembaga Bimbel Diajak Libatkan Keluarga

Tidak hanya menyasar satuan pendidikan formal, dalam menyebarluaskan informasi pentingnya keluarga dalam pembentukan karakter dan pres-tasi anak, Dinas Pendidikan Kota Tanjung Pinang menyasar satuan pendidikan nonformal. Seperti PKBM, LKP, dan lembaga bimbingan belajar.

Kepala Bidang Paudni Dinas Pendidikan Kota Tanjung Pinang Sri Sumarlini menyatakan, pada prinsipnya semua satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal sudah melaksanakan pendi-dikan keluarga dalam bentuk pelibatan keluarga. Hanya saja secara administrasi belum dikemas. ”Itu hasil pemantauan kami di 51 satuan pendidikan se-mua jenjang,” katanya.

Sri mencontohkan, ada sebuah bimbingan belajar di Kota Tanjung Pinang yang menyelenggarakan ke-las orangtua. Saat penerimaan peserta bimbingan be-lajar, orangtuanya juga diundang untuk memperoleh program dan jadwal bimbel. ”Mereka juga gelar kelas orangtua per wali kelas. Kita minta bimbel juga me-mikirkan anak-anak mereka di bimbel, bukan hanya didik akademik tapi juga ada karakternya,” jelasnya.

Salah satunya saat salat harus istirahat. Pihak pe-ngelola bimbel juga harus selalu berkomunikasi de-ngan orangtua peserta bimbel. Misalnya memberita-hukan kehadiran anak di bimbel sesuai jadwal.

”Soalnya bimbel ini diadakan di luar jam se-kolah, yakni sore bahkan malam hari yang berpo-tensi rawan. Jadi walikelas di bimbel harus selalu menginformasikanpada orangtua, bahwa anak ha-dir atau tidak hadir di bimbel,” terang Sri.

Di satuan pendidikan formal, saat pentas seni akhir tahun tahun 2018 lalu ada beberapa seko-lah yang guru dan kepala sekolahnya tinggal me-nunggu undangan. ”Yang merancang acara pentas itu para orangtua, guru, dan kepala sekolah tinggal menunggu undangan. Tidak ada lagi kasus dugaan pungutan liar (pungli) sebab tidak ada lagi keterli-batan sekolah dalam acara itu,” ungkap Sri.

Soal pungli, diakui Sri menjadi salah satu kendala untuk mengajak para orangtua terlibat di satuan pendidikan. ”Mereka ragu dan takut karena terkait pungli itu sehingga kami secara intens menjelaskannya,” tutupnya. l

Yanuar Jatnika

Dadang AG, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tanjung Pinang

“KOMITE SEKOLAH SEBAGAI PAYUNG BESARNYA DAN PAGUYUBAN ORANGTUA JADI

PAYUNG-PAYUNG KECIL DI KELAS-KELAS.”

Page 58: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

56 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Menikah dan tanpa tahu bagaimana caranya menjadi orangtua yang se-harusnya dialami Mona Ratuliu (36). Artis dan presenter ini me-

nikah dengan Indra Brasco pada tahun 2002, saat usianya baru 20 tahun.

Setahun kemudian ketika punya anak pertama, Davina Shava Felisa, Mona mengaku masih tidak

Mona Ratuliu

Sempat Bingung Menjadi

OrangtuaMERASA TELAH MELAKUKAN TUGAS SEBAGAI

ORANGTUA DENGAN BAIK, MONA RATULIU KAGET SAAT MENDAPAT PROTES DARI

ANAKNYA. TERNYATA YANG DILAKUKANNYA SELAMA INI SALAH!

Apa dan Siapa?

Page 59: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

57SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

tahu caranya menjadi orangtua. Dia hanya meniru orangtua lainnya.

”Kalau kesal sama anak, ya cubit, saya marahin. Nggak tahu harus menerapkan kedisplinan kayak apa, harus ngajarin apa. Sama sekali buta,” tuturnya beberapa waktu lalu.

Klimaks atas kebingungan Mona terjadi saat Davina berusia 6 tahun. Bertepatan kelahiran anak kedua, Barata Rahadian Nezar tahun 2009.

Pemicunya adalah protes Davina. ”Aku nggak suka punya ibu kaya Bunda, rese. Suka ini suka itu, suka hukum,” ujar Mona menirukan protes putri-nya kala itu.

”Saya kaget! Selama ini sebagai orangtua saya berusaha yang terbaik tapi kok justru yang keluar dari anak malah kebalikannya,” sesal Mona.

Dari protes Davina itulah Mona menyadari, untuk jadi orangtua harus belajar. Dia mulai men-cari-cari teori mendidik anak.

Saat itu browsing melalui internet belum begitu populer seperti sekarang. Sehingga Mona sempat kebingungan.

Sampai suatu ketika Mona bertemu komunitas ibu-ibu yang peduli pendidikan anak-anaknya. Dia pun bergabung, aktif mengikuti berbagai kegiatan, dan mencari buku parenting.

Dari pengetahuan yang diperolehnya, Mona mengubah pola asuh. Dia juga meminta maaf dan menjelaskan kepada anak-anak kesalahan yang te-lah dilakukannya. Termasuk menyampaikan bahwa ketika menikah usianya masih sangat muda sehingga belum tahu cara menjadi orangtua. Mona dan Indra pun berjanji akan menjadi orangtua yang lebih baik.

Pengetahuan yang diperoleh Mona juga dibagikan kepada orangtua lain. Terutama saat mu-lai booming media sosial, Twitter dan facebook. Se-tiap mengikuti seminar parenting, dia tak lupa me-lakukan live tweet.

”Pengin tahu, apakah orangtua lain merasakan hal yang sama. Ternyata banyak yang juga meng-alami kebingungan. Dari situ mulai saling bersa-hut-sahutan. Ada yang minta diadakan kegiatan parenting di Palembang, Kalimantan dan sebagai-nya,” jelas Mona.

Menyadari tulisan di twitter menumpuk hingga postingan yang lama sulit dibaca lagi, Mona mem-

KAPANLAGI.COM

Page 60: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

58 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

buat website. Awalnya monaratuliu.com lantas diu-bah menjadi parenting.id. Dia menulis tentang pola asuh, bagaimana jatuh bangunnya, dan sebagainya.

Konsekuensi Kedisiplinan

Kini Davina telah tumbuh jadi remaja, berusia 15 tahun. Adiknya, Barata Rahadian Nezar berusia 8 tahun, dan si bungsu, Syanala Kania Salsabila ber-usia 5.

Dalam melatih kedisiplinan anak-anaknya, Mona dan Indra menerapkan prinsip konsekuensi. ”Ada aturan yang disepakati bersama. Bila dilanggar ada konsekuensi yang harus diterima,” jelasnya.

Misalnya, bila ada rencana ke mal, maka disepa-kati anak-anak harus mandi sesegera mungkin. Bila saatnya tiba pergi ternyata ada anaknya yang belum mandi, maka Mona dan Indra tak segan meninggal-kannya. ”Itu nggak pakai marah tapi tegas mengajak mereka untuk mau konsekuen atas pilihan yang di-ambil,” jelas Mona.

Mona ingin mendidik anak untuk disiplin dan siap menghadapi konsekuensi bila melanggar se-jak dini, yakni sebelum mereka menginjak usia re-maja. ”Sekarang masih bersama orangtua yang bisa melindunginya. Nanti kalau mereka sudah remaja, lepas dari jangkauan orangtua, harus siap meng-hadapi sendirian. Mendingan sekarang terpen-tok-pentok saat menghadapi risiko, tapi nantinya sudah siap menghadapinya sendirian,” tandasnya.

Tak mudah menerapkan prinsip ini. Pada awal-nya mendapat tentangan anak-anak. Tapi seiring berjalannya waktu dan terus-menerus diberi penje-lasan, anak-anak akhirnya memahami. ”Ahamdulil-lah, aturan yang diterapkan di sekolah relatif sama,” kata Mona.

Namun, ada suatu masa anak melanggar aturan, sebagai ibu, Mona merasa tak tega memberikan hukuman. Bila itu terjadi, dia menyerahkan pada Indra.

Soal penerapan pola asuh anak ini, awalnya ter-jadi perbedaan antara Mona dengan suami. Perbe-daan itu muncul karena mereka masing-masing membawa pola asuh yang diwariskan dari orangtua sehingga saat itu kerap terjadi perdebatan.

Sampai akhirnya Indra kewalahan sendiri. ”Kok sama bundanya lebih gampang sementara sama saya tersendat-sendat. Dari situ Indra mulai sadar

bahwa cara cara bundanya lebih efektif. Akhirnya dia ikut cara-cara yang saya dapatkan dari semi-nar-seminar, bahkan kemudian ia pun mulai ikut seminar-seminar,” ungkap Mona.

Apa dan Siapa?

Anak sulung Mona dan Indra, Davina Shava Felisa (15) per-nah mengalami kecanduan ga-wai. Setiap saat asyik dengan

gawai sampai sulit diajak bicara dan lupa dengan tugas-tugas sekolahnya.

”Menunduk melulu melihat gadget, tidur kemalaman sampai kesehatannya terganggu. Sekarang sudah memakai ka-camata minus. Padahal kami nggak ada yang pakai,” ungkap Mona.

Melihat itu, Mona dan Indra meng-ubah aturan. Mereka mengizinkan Davina menggunakan gawai dengan syarat:Bila semua kewajibannya sudah di-selesaikan Seperti mandi, makan, dan belajar. Selain

PASANGAN ARTIS MONA RATULIU DAN INDRA BRASCO PUNYA CARA SENDIRI UNTUK MENCEGAH ANAKNYA KECANDUAN BERMAIN GAWAI.

Mengatasi Kecanduan Gawai

Page 61: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

59SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Dari ilmu parenting yang diperolehnya, Mona dan Indra menyadari bahwa hasil mendidik ketiga anaknya akan berbeda-beda. Dipengaruhi karakter masing-masing anak.

itu, bila waktunya memungkinkan, sebelum me-makai gawai, Davina diharuskan melakukan aktivi-tas fisik, seperti bermain sepeda, lari-lari kecil atau kegiatan fisik lainnya.Hanya digunakan di rumahKe sekolah boleh membawa ponsel yang hanya bisa untuk telepon dan SMSMaksimal sampai pukul 8 malam

Setelah jam delapan itu waktunya untuk ngobrol dengan ayah dan bundanya serta persiapan tidur. Tetap aktif di media sosialDevina mengunggah atau membalas chat teman-temannya menggunakan gawai Mona. Jika di sekolah chatting menggunakan laptop. Sehingga lebih terkontrol karena akun-akunnya bisa dilihat Mona. l Yanuar Jatnika

”Karena itu, saya tak berharap hasilnya akan sama. Tapi pola asuh yang diterapkan untuk ke-disiplinan, ketangguhan dan kepedulian, semua sama,” terang Mona.l Yanuar Jatnika

Mengatasi Kecanduan Gawai

Page 62: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

60 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Sukiman, mengatakan, pelibatan keluarga di satuan pendidikan menjadi acuan akreditasi, maka hal itu kian mendorong satuan pendidikan untuk melibat-kan keluarga dan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan dan proses pembelajaran yang lebih op-timal dan berkualitas.

Menurut Sukiman, pelaksanaan pelibatan ke-luarga di satuan pendidikan itu sebagai salah satu

Ruang Keluarga

Pelibatan Keluarga akan Jadi Acuan Akreditasi Sekolah

Pelibatan keluarga di satuan pendidikan akan menjadi salah satu acuan bagi Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) dan Badan Akreditasi Nasional (BAN) da-

lam melakukan akreditasi dan dalam Standar Pe-layanan Minimum (SPM) di satuan pendidikan. Memulai langkah itu, Direktorat Pembinaan Pendi-dikan Keluarga telah melakukan pertemuan penda-huluan dengan BSNP dan BAN pada akhir Juni lalu.

Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing, Kemendikbud, Ananto Kusuma Seta Saat memberikan apresiasi bedah kelas dengan melibatkan peran orang tua di SMP 1 Karawang Barat.

Page 63: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

61SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

strategi pendidikan keluarga untuk melengkapi yang selama ini sudah diselenggarakan melalui or-ganisasi sosial masyarakat dan organisasi keaga-maan. ”Juga untuk melengkapi pengembangan ber-bagai bahan belajar yang disalurkan melalui laman sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id dan media sosial lain, serta peningkatan kerjasama dengan kemen-terian, lembaga, dan organisasi mitra penyeleng-gara pendidikan keluarga,” jelasnya.

Sementara Ketua BSNP Bambang Suryadi me-ngatakan, pelibatan keluarga di satuan pendidikan merupakan salah satu unsur dari pengelolaan pem-berdayaan masyarakat dalam pengelolaan pendi-dikan. ”Dengan berbagai pertimbangan, kami sudah mengawalinya dalam rancangan standar pengelolaan Sekolah Menengah kejuruan (SMK),” katanya.

Dikatakannya, standar pengelolaan pember-dayaan masyarakat yang salah satunya pelibatan keluarga ini untuk memberikan acuan kriteria mi-nimal keterlibatan atau peran serta masyarakat/partisipasi masyarakat dalam pendidikan.

Bambang menegaskan, saat ini BSNP sudah ber-koordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengem-bangan (Balitbang) Kemdikbud terkait pelibatan keluarga sebagai bagian utama dari pemberdayaan masyarakat. ”Namun yang terpenting saat ini sudah ada keselarasan antara BSNP dan BAN terkait akre-

ditasi bahwa sudah ada bukti pelibatan keluarga di satuan pendidikan dan tinggal menunggu penyu-sunan dokumen,” katanya.

Kiki Yuliati, Sekretaris BSNP, juga mengakui, pentingnya pelibatan keluarga dalam standar pe-ngelolaan pendidikan agar mendorong kepala se-kolah merealisasikan peran keluarga di satuan pendidikan. ”Ada dua hal penting tentang masuk-nya pelibatan keluarga di satuan pendidikan dalam akreditasi pendidikan, yakni bagaimana sekolah menerapkan pelibatan keluarga dan bagaimana ha-sil pelibatan tersebut, yang tujuannya melihat dam-pak dan perubahan karakter anak,” paparnya.

Sementara Yulina Eva Riany dari the Parenting and Family Support Centre (PFSC) The University of Queensland Australia menilai, dalam proses ini perlu dilakukan monitoring dan evaluasi yang lebih komprehensif untuk melihat bahwa program pen-didikan keluarga ini sudah membantu satuan pen-didikan.

”Membantu di sini maksudnya, meningkatnya prestasi akademik dan non akademik peserta di-dik setelah diterapkan program pelibatan keluarga yang salah satu cirinya adalah menurunnya per-masalahan di satuan pendidikan itu,” jelas Eva.

Ali Nugraha, pengajar dari Universitas Pendi-dikan Indonesia, menambahkan, masuknya peli-batan keluarga di satuan pendidikan dalam acuan akreditasi akan membuka ruang kreativitas di sa-tuan pendidikan tentang bagaimana melibatkan ke-luarga secara konsisten dan berkelanjutan.

”Masalahnya, sekarang bagaimana menyusun indikator akreditasi berupa pemetaan kategorisasi pengembangan program, upaya preventif atau pen-cegahan masalah, dan kuratif atau penanggulangan masalah,” kata Ali.

Pertemuan itu menyepakati untuk segera me-nyusun indikator-indikator pelibatan keluarga di satuan pendidikan sebagai bagian dari instrumen a-kreditasi. Indikator-indikator itu berupa upaya pe-ngembangan program, upaya preventif, dan kuratif atau upaya penanggulangan masalah yang sudah ada. Selain itu, juga perlu ditetapkan skor, bobot, dan skala akreditasi yang dapat mendorong sekolah untuk melibatkan keluarga pada satuan pendidikan dengan lebih optimal. l Yanuar Jatnika

Dr. Sukiman, M.Pd

Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga

“UNTUK MELENGKAPI PENGEMBANGAN BERBAGAI BAHAN BELAJAR YANG

DISALURKAN MELALUI LAMAN SAHABATKELUARGA.KEMDIKBUD.GO.ID DAN

MEDIA SOSIAL LAIN, SERTA PENINGKATAN KERJASAMA DENGAN KEMENTERIAN,

LEMBAGA, DAN ORGANISASI MITRA PENYELENGGARA PENDIDIKAN KELUARGA.”

Page 64: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

62 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Tahun 2017 lalu, seorang penyandang di-fabel yang nyaris sehari-harinya berada di kursi roda, Laura Aurella Dinda, ber-hasil meraih emas dalam ajang ASEAN

Para Games. Sebelumnya, dia menya bet dua medali emas dan satu perak dalam Pekan Paralimpiade Na-sional atau Pekan Paralimpik Indonesia (Peparnas) tahun 2016.

Tahun 2018 ini, Dinda mengikuti ASIAN Para Games 2018. Dia juga bersiap mengikuti Paralimpi-ade 2020 di Tokyo.

Padahal, sesaat setelah mengalami kelumpuhan pada tahun 2015, Dinda mengalami depresi, bahkan sempat terlintas niat bunuh diri. Beruntung, dia memiliki orangtua yang dapat mendampingi pada masa-masa sulit tersebut.

Ibunya tidak berdiri sendiri. Dia kemudian me-libatkan teman, guru serta lingkungan untuk mem-bantu melewatinya semua kesulitan itu dan mem-bangkitkan semangat Dinda.

Apa yang dialami Dinda dan dilakukan orangtua dan lingkungannya itu merupkan bentuk nyata dari

Ruang Keluarga

Dukungan Psikologis

Awal untuk Remaja yang Berkarakter

Page 65: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

63SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Dukungan Psikologis Awal (DPA). Bukan hanya penyandang difabel, DPA penting bagi remaja yang masih dalam kondisi labil, masa pencarian diri, dan ketidakseimban-gan pertumbuhan antara fisik, psikologi, dan sosial.

Jika pada masa tersebut anak dan re-maja tidak didampingi dengan baik akan menjadikannya mengalami masa krisis atau situasi sulit. Karena satu dan lain se-bab, banyak dari mereka yang mengalami kondisi sulit atau masalah psikosisial yang berakibat pada perilaku negatif, seperti kurang disiplin, motivasi belajar rendah, membolos, melanggar aturan, kekerasan, perundungan (bullying), mengonsumsi narkoba, dan masih banyak lagi.

Dalam situasi tersebut, dukungan teman sebaya, orangtua dan masyarakat sa-ngat dibutuhkan dalam menangani masa si-tuasi sulit anak dan remaja.

Untuk itulah, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Anak dan Remaja merancang program Dukungan Psikologis Awal (DPA). Program ini mem-bantu anak dan remaja mengatasi sejak dini berbagai masalah atau kondisi sulit yang mereka hadapi.

Program ini sejalan dengan salah satu agenda utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Beberapa nilai karakter yang dikembangkan dalam DPA ini antara lain adalah kepedulian, empati, mandiri, gotong royong, dan ketangguhan pada anak.

Direktur Pembinaan Pendidikan Ke-luarga Sukiman, menganalogikan DPA seperti kotak P3K untuk luka batin yang sering terjadi di kalangan anak. ”Kami harapkan setiap anak memiliki keteram-pilan DPA sehingga memiliki ketangguhan bagi diri sendiri dan mampu memberi DPA kepada temannya yang membutuhkan dan sedang bermasalah,” katanya. l Yanuar Jat-

nika/Aria A Mangunwibawa

Dalam buku pengembangan model Dukungan

Psikologis Awal (DPA) bagi pendidikan anak

dan remaja yang diterbitkan Direktorat

Pembinaan Pendidikan Keluarga, DPA memiliki peran

serupa dengan pertolongan pertama pada kecelakaan

(P3K). Berbeda dengan P3K, luka yang dibantu

untuk diatasi adalah luka batin atau psikologis yang

disebabkan masalah atau situasi sulit yang terjadi di

lingkungan psikososial anak.

DPA bisa dilakukan oleh siapa saja yang terlatih,

seperti teman, guru atau lingkungannya. Tujuannya

untuk mencegah dan mengurangi dampak yang lebih

buruk akibat masalah yang dihadapi.

Sejatinya DPA tidak hanya perlu untuk menolong

orang lain tapi juga menolong diri sendiri. Seseorang

yang sudah memiliki keahlian DPA akan mampu

mengatasi berbagai kegalauan dan kesulitan

atau permasalahan. Ia juga akan mampu memberi

dukungan dan jalan keluar bagi orang lain yang punya

permasalahan psikologis.

Dalam memberikan DPA, baik untuk diri sendiri atau

orang lain, ada beberapa langkah, yakni:

Memahami situasiMenanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk

membantu menghadapi masalah yang sedang

dihadapi. Bila masalah itu dihadapi sendiri, kenali

masalah yang kita hadapi, sekaligus kenali diri kita

sendiri.

BerempatiDibutuhkan keterampilan dasar untuk memberikan

DPA, di antaranya berempati. Langkah ini sangat

penting untuk membangun hubungan baik melalui

pemahaman perasaan atau masalah yang dihadapi.

Mirip P3K untuk Luka Psikologis

Page 66: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

64 SAHABAT KELUARGA AGUSTUS 2018

Ruang Keluarga

MendengarkanMendengarkan secara aktif. Langkah ini penting untuk

membangun rasa saling percaya antara pihak yang

membantu dan pihak yang dibantu.

Memberi perhatianMengenali dan memberikan perhatian, mendengarkan,

kemudian menghubungkan dengan sumber dukungan

lain yang dapat berpartisipasi aktif utuk membantu

menyelesaikan masalah. Dalam mencari sumber

dukungan, perlu kemampuan untuk mencari sumber

dukungan dari orang sekitar, seperti teman, saudara,

atau lainnya. Bila tidak ada, bisa mencari sumber

dukungan yang lebih luas, seperti guru BK, guru

pembimbing atau orang yang dituakan. Bahkan kalau

diperlukan, bisa mencari sumber dukungan yang lebih

luas lagi, seperti psikolog, lembaga pemerintah atau

lainnya.

Membantu relaksasiMerupakan cara sederhana untuk mengurangi

ketegangan yang dirasakan dan membuat tubuh

lebih nyaman. Relaksasi dapat diberikan ketika yang

membutuhkan bantuan dalam kondisi terkejut, panik,

dan histeris.

Bila kemampuan DPA ini dimiliki para remaja,

diharapkan mereka akan mempunyai ketangguhan

dalam mengatasi berbagai masalah, baik yang

dihadapi dirinya sendiri maupun yang dihadapi

teman-temannya. Pada akhirnya, akan tercipta

lingkungan, baik di satuan pendidikan maupun

di tengah masyarakat yang aman, nyaman, dan

menyenangkan.

Anak yang bisa memberikan DPA akan terasah

rasa kepeduliannya, lebih mandiri, dan percaya diri.

Dimilikinya keterampilan memberikan DPA pada

peserta didik dan tentu saja pendidik akan sangat

mendukung terciptanya budaya sekolah yang ramah

pada anak. Lingkungan yang ramah ini sangat

diperlukan semua anak dapat mengaktualisasikan

semua potensi yang mereka miliki. Aria A Mangunwibawa

Kamu mau minum dulu, biar tenang?

Page 67: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

MENGENAL RAGAM LITERASI UNTUK KELUARGA

LITERASI BACA TULISKeluarga memiliki kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah

informasi saat membaca dan menulis

LITERASI NUMERASIMeningkatkan kemampuan memahami peran dan kegunaan berhitung dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan menyelesaikan masalah.

LITERASI SAINSMenggunakan pengetahuan, mengidentifikasi pertanyaan, menarik

kesimpulan dalam memahami serta membuat keputusan yang berkenaan dengan alam.

LITERASI DIGITALMenggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas,

cermat, dan tepat untuk berinteraksi serta mendapatkan informasi yang bermanfaat.

LITERASI FINANSIALKecakapan dalam mengelola keuangan demi terciptanya

kesejahteraan keluarga.

LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAANMampu memahami, menghargai, dan berpartisipasi dalam budaya.

Berpartisipasi secara aktif dan menginisiasi perubahan dalam komunitas dan lingkungan sosial yang lebih besar.

Sahabat KeluargaKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Sahabat KeluargaSahabat Keluarga @ShbKeluarga sahabatkeluargakemdikbud [email protected]

LiterasiGerakan

Keluarga

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANDirektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan MasyarakatDirektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

Page 68: SAHABAT Keluarga fileD irektorat Pembinaan Pendidikan Keluarga melalui Subdit Kemitraan Subdit kemitraan telah merancang, melaksanakan dan segera akan mempublikasikan Video Ruang Sahabat

Sahabat KeluargaKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

ayo baca buku dimulai dari

keluarga

[email protected] sahabatkeluargakemdikbud

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA

Sahabat Keluarga @ShbKeluarga Sahabat Keluarga