KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN … · spasial penataan ruang daerah setempat yang solid...
Transcript of KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN … · spasial penataan ruang daerah setempat yang solid...
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
IKATAN ARSITEK INDONESIA
SAYEMBARA GAGASAN DESAIN PENATAAN DAN PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA
Kawasan Pusaka di Bogor dan di Palembang
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
1
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Pembuka
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini memaparkan peraturan yang mengikat pihak pelaksana dan
peserta Sayembara Gagasan Desain Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka dengan lokasi di
Kota Palembang dan Kota Bogor. Peraturan tersebut telah mengikuti peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas sarana prasarana bangunan dan lingkungan.
Sayembara ini diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Direktorat Jenderal Cipta Karya bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
2
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Daftar Isi
A. Pendahuluan
1. Gambaran Umum Kawasan Pusaka 3
2. Gambaran Umum Kawasan Pusaka di Kota Palembang 5
3. Gambaran Umum Kawasan Pusaka di Kota Bogor 11
4. Konsepsi Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka 15
5. Sasaran Sayembara Gagasan Desain Penataan dan Pelestarian
Kawasan Pusaka
15
B. Umum
1. Persyaratan Perancangan 16
2. Ruang Lingkup Sayembara 16
3. Hadiah Sayembara 16
4. Jadwal Sayembara 17
C. Khusus
1. Persyaratan Umum 17
2. Pendaftaran Peserta 17
3. Tata-cara Pemasukan Karya Sayembara 18
4. Identitas Peserta dan Karya Sayembara 18
5. Batas Waktu Penyerahan Karya Sayembara 19
6. Diskualifikasi Peserta dan Karya Sayembara 19
7. Panitia Pelaksana 19
8. Juri 19
9. Kriteria penilaian 20
10. Hasil Penjurian dan Pameran 20
11. Hasil Karya Sayembara 20
3
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
A. PENDAHULUAN
1. Gambaran Umum Kawasan Pusaka
Pusaka dan cagar budaya merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Dalam Undang-Undang
No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang dimaksud cagar budaya adalah warisan budaya
bersifat kebendaan berupa benda bagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya,
situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya. Sedangkan menurut Piagam Pelestarian Pusaka
Indonesia 2013, yang dimaksud dengan pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya,
dan pusaka saujana. Pusaka alam (natural heritage) adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka
budaya (cultural heritage) adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500
suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia,
dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka budaya
mencakup pusaka ragawi (cagar budaya) dan pusaka tidak ragawi (intangible). Pusaka saujana
(cultural landscape) adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan
waktu.
Dalam Piagam Pelestarian Kota Pusaka Indonesia 2013, disebutkan Kota Pusaka (Heritage City)
adalah kota atau kabupaten yang mempunyai aset pusaka yang unggul berupa rajutan pusaka
alam dan pusaka budaya yang lestari yang mencakup unsur ragawi (artefak, bangunan, dan
kawasan dengan ruang terbukanya) dan unsur kehidupan, ekonomi, dan sosial. Kota Pusaka pada
dasarnya memiliki ragam Kawasan Pusaka yang perlu ditangani secara spesifik namun efektif dan
komprehensif. Kawasan Pusaka (Heritage District) dapat diartikan sebagai kawasan yang
memiliki rajutan pusaka alam dan budaya (cagar budaya dan pusaka tidak ragawi) yang unggul
dan lestari namun tetap berkembang sebagai kawasan yang memiliki kualitas hidup,
mensejahterakan dan ramah lingkungan. Sementara kawasan cagar budaya berdasar Undang-
Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki
dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata
ruang yang khas.
Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyiratkan pentingnya
memperhatikan nilai budaya yang berkembang di masyarakat dalam penyelenggaraan penataan
ruang. Selain itu lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
merupakan salah satu bentuk perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya untuk
memajukan kebudayaan Indonesia. Kawasan pusaka dengan nilai peninggalan budaya yang kuat,
terwujud dalam bangunan yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya beserta pusaka alam dan
budaya tak ragawi perlu lebih komprehensif penanganannya, sehingga tidak terfragmentasi secara
sektoral. Untuk itu, pendekatan pengelolaan kawasan pusaka harus berbasis pada kebijakan
spasial penataan ruang daerah setempat yang solid dan konsisten.
Dari sisi sosial dan budaya, banyak kota-kota di Indonesia yang memiliki nilai sejarah panjang
dan peninggalan yang berharga yang telah membentuk karakter spesifik yang menyatu dengan
4
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
kehidupan kota. Kekayaan aset sosial budaya tersebut merupakan aset pusaka yang sangat
potensial sebagai inspirator maupun obyek eksplorasi pengembangan kota yang dapat bersaing di
era global. Selain itu, keberadaannya merupakan salah satu aspek strategis yang perlu didorong
penataan dan pelestariannya serta terjaga kesinambungannya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berkomitmen untuk mendorong
terwujudnya kota-kota pusaka di Indonesia yang nantinya diharapkan dapat diakui sebagai Kota
Pusaka Dunia/World Heritage City oleh UNESCO dan mengembalikan identitas kota-kota di
Indonesia dengan menyelenggarakan Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP)
sejak tahun 2012. Kegiatan P3KP ini perlu mengakomodasi peran masyarakat yang di dalamnya
melibatkan berbagai pihak seperti sektor privat, akademisi, dan kelompok masyarakat.
Masyarakat pada masing-masing kawasan pusaka memegang peran penting dalam upaya
pelestarian Kawasan Pusaka hingga Kota Pusaka. Untuk itu, sayembara ini diselenggarakan
dalam rangka membangun kesadaran masyarakat sekaligus menghimpun ide dan gagasan kreatif
penataan dan pelestarian kawasan pusaka dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas
hidup ruang kawasan pusaka di perkotaan, khususnya di kota Palembang dan Bogor yang
merupakan dua (2) dari 11 kota prioritas yang berpartisipasi dalam P3KP tahap I.
5
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
2. Gambaran Umum Kawasan Pusaka di Kota Palembang
Kota Palembang merupakan ibukota provinsi Sumatera Selatan yang merupakan kota kedua
terbesar setelah Medan. Palembang merupakan salah satu kota tertua di Indonesia yang
didasarkan pada tulisan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan pada Desember 1920 di tepi
sungai Kedukan Bukit Palembang. Kota ini juga disebut sebagai ‘Bumi Sriwijaya’ karena pernah
menjadi ibukota kerajaan Sriwijaya. Secara umum, tahapan sejarah perkembangan kota
Palembang terbagi kedalam beberapa periode yaitu Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang,
Kolonial Belanda, Pergerakan Kemerdekaan, Penjajahan Jepang, Pendudukan Sekutu atau
Belanda, dan Palembang Awal Masa Pembangunan.
Kota Palembang terbelah oleh Sungai Musi menjadi dua bagian besar yaitu Seberang Ulu dan
Seberang Ilir. Kota Palembang mempunyai 108 anak sungai dengan 4 (empat) sungai besar yang
melintasi Kota Palembang.
Dalam pemgaturan pola ruangnya, kawasan cagar budaya di Kota Palembang adalah: Benteng
Kuto Besak, Bukit Siguntang, Kel. Bukit Lama, Kampung Kapitan, Pulau Kemarau, Kelenteng
9-10 Ulu, Mesjid Agung Palembang, Mesjid Suro, Mesjid Lawang Kidul, Makam Kawah
Tengkurep, Makam Ki Gede Ing Suro, dan Makam Sabokingkin. Sedangkan kawasan strategis
Kota Palembang meliputi: Kawasan Tepian Sungai Musi (Kawasan Strategis Sosial-Budaya),
Kawasan Jakabaring (Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi), Kawasan Agropolitan Gandus
(Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi), Kawasan Kasiba-Lisiba Talang Kelapa (Kawasan
Strategis Pertumbuhan Ekonomi), Kawasan Industri Karya Jaya (Kawasan Strategis
Pertumbuhan Ekonomi), Kawasan Pusat Kota (Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi),
Kawasan Taman Purbakala Situs Sriwijaya Karanganyar (kawasan Strategis Sosial Budaya).
Dengan demikian, Kota Palembang memiliki dua kawasan strategis terkait sosial budaya. Yang
pertama yaitu kawasan Tepian Sungai Musi yang merupakan salah satu kawasan populer di kota
6
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Palembang dan memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi karena hampir semua peninggalan
bersejarah kota Palembang terletak di tepian Sungai Musi serta lokasinya yang sangat strategis di
pusat kegiatan kota (CBD). Yang kedua yaitu kawasan Taman Purbakala Situs Sriwijaya
Karanganyar yang memperkaya keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Kawasan-
kawasan pusaka yang dapat dipilih di Kota Palembang adalah sebagai berikut:
A. Kawasan Benteng Kuto Besak di kawasan Tepi Sungai Musi (seluas 25,45 Ha) berlokasi di
Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil.
Kawasan Kuto Besak berada pada daerah dengan ketinggian yang bisa dikatakan cukup tinggi
yaitu berada di ketinggian 0 – 10 meter dpl (daerah low land). Dengan kondisi topografi
tersebut serta didukung letak kawasan yang berada pada kawasan strategis pusat Kota
Palembang, kawasan ini memiliki kemampuan berkembang yang sangat besar kedepannya.
Mata pencaharian penduduk di kawasan kampung Kuto Besak sebagian besar memiliki mata
pencaharian di sektor perdagangan yaitu sebagai wirausaha atau berdagang. Kondisi ini terjadi
karena kawasan Kuto Besak berada di pusat Kota Palembang yang kegiatan perekonomiannya
didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Selain itu mata pencaharian penduduk pada
kawasan ini juga meliputi karyawan swasta dan buruh.
Guna lahan di kawasan Kuto Besak didominasi oleh bangunan militer KODAM II Sriwijaya.
Tingkat kepadatan bangunan di dalam benteng cenderung tinggi yaitu >80%. Sedangkan di
luar kawasan Benteng tingkat kepadatan bangunan cukup bervariasi. Kepadatan tinggi sekali
terdapat di sebelah barat benteng yakni di area bangunan PT. Perusahaan Perdagangan
Indonesia dan sebagian area bengkel militer.
Kuto Besak pembangunannya dimulai tahun 1780 dan diresmikan pemakaiannya pada tanggal
21 Februari 1797. Konon pemrakarsa pembangunan benteng ini adalah Sultan Mahmud
7
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Een Poort Het Fort Palembang 1930 Hoofdpoort van het Fort Palembang 1930
Masjid Agung 1916 Masjid Agung 1930
Badaruddin I, tetapi pelaksanaan dan penyelesaian pembangunannya dilakukan oleh Sultan
Muhammad Bahauddin.
Kuto Besak mempunyai ukuran
panjang 288,75 meter, lebar 183,75
meter, tinggi 9,99 meter, dan tebal
dinding 1,99 meter membujur arah
barat-timur (hulu-hilir Musi).
Dulunya di tengah-tengah antara
dinding Kuto Besak dan Sungai
Musi terdapat sebidang tanah
lapang atau alun-alun yang disebut
meidan yang kini menjadi Plaza Benteng Kuto Besak.
8
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Delineasi Kawasan Benteng Kuto Besak adalah sebagai berikut:
B. Kawasan Taman Purbakala Situs Sriwijaya Karanganyar (seluas 60 Ha) berlokasi di Jl. Syak
Yakirti, Kel. Karang Anyar, Kecamatan Gandus.
Kawasan ini berada pada daerah dengan ketinggian 0 – 5 meter dpl dengan kemiringan lereng
cukup datar (flat area). Dengan kondisi topografi tersebut serta didukung letak kawasan yang
berada di pinggir kawasan pusat Kota Palembang, kawasan ini masih memiliki potensi yang
sangat besar untuk menjadi wilayah pengembangan kegiatan perkotaan.
Intensitas pemanfaatan lahan di kawasan ini cukup rendah yaitu <20%. Hal ini mengingat
bahwa kawasan ini merupakan kawasan situs yang dilindungi. Kondisi tersebut kontradiktif
dengan intensitas pemanfaatan lahan di kawasan sekitarnya. Kawasan permukiman di sekitar
TPKS memiliki intensitas pemanfaatan lahan kategori tinggi yaitu sebesar 60-80% dan tinggi
sekali >80%. Untuk bangunan industri masuk kategori sedang dengan tingkat kepadatan
bangunan sebesar 40-60%.
9
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Kawasan Taman Purbakala Situs Sriwijaya Karanganyar dibangun pada tahun 1993 di atas
situs arkeologi Karang Anyar yang didasari konsep-konsep pelestarian dan pemanfaatan
peninggalan purbakala. Di sebelah timur situs terdapat tanah yang berbentuk pulau yang
disebut Pulau Cempaka. Di pulau ini terdapat kanal-kanal air kuno yang saling berhubungan
dan dapat dilayari sampai ke Sungai Musi. Sayangnya kanal tersebut tidak selalu terisi air.
Salah satu daya tarik dari TPKS adalah dengan dibangunnya museum untuk menyajikan
bukti-bukti kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 2011 museum itu direvitalisasi dan
namanya menjadi Museum Sriwijaya. Berbagai jenis artefak masa Sriwijaya yang ditemukan
di Sumatera disajikan di museum ini.
Situs Karang Anyar
10
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Delineasi kawasan Taman Purbakala Situs Sriwijaya Karanganyar adalah sebagai berikut:
11
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
3. Gambaran Umum Kawasan Pusaka di Kota Bogor
Kota Bogor merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat dan terletak 59 km di sebelah
selatan Jakarta. Bogor dilirik dari sejarahnya adalah tempat berdirinya kerajaan Hindu
Tarumanegara pada abad ke-5 sehingga banyak prasasti yang ditemukan termasuk Prasasti Batu
Tulis yang merupakan peninggalan kerajaan Pajajaran. Dari beberapa kajian sejarah yang
dilakukan pembagian masa sejarah Kota Pusaka Bogor dibagi menjadi 5 masa;
a. Bogor Sebagai Pusat Kerajaan Pakuan-Padjajaran (1482 -1677)
b. Bogor Pada Masa Kolonial I (1600-1754)
c. Bogor Pada Masa Kolonial II (1754 - 1845)
d. Bogor Pada Masa Kolonial III (1845-1904)
e. Bogor Pada Masa Kolonial IV (1917-1930)
Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari
permukaan laut. Sedangkan kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C dengan
suhu terendah 21,8’ C dengan suhu tertinggi 30,4’ C. Sektor perdagangan merupakan mata
pencaharian penduduk Kota Bogor terbesar pada Tahun 2007 sebesar 107.254 jiwa atau 34,8
persen. Diikuti oleh sektor jasa dan industri sebesar 26,6 persen dan 13,3 persen. Potensi sektor
ekonomi dapat dilihat dari kontribusi sektor ekonomi dalam Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kota Bogor. Dari data tersebut terlihat kecenderungan meningkatnya kontribusi sektor
perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor industri. Kota Bogor merupakan hinterland atau
daerah penyangga ibukota Jakarta. Kedua daerah ini dihubungkan dengan akses yang sangat baik
yaitu terhubung oleh keberadaan jalan tol Jagorawi (Jakarta – Bogor – Ciawi) serta jalur kereta
api dengan frekuensi perjalanan yang cukup tinggi serta beberapa jenis kelas pelayanan. Dengan
waktu tempuh lancar sekitar 1 jam dari Bogor ke Jakarta.
12
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Kota Bogor memiliki karakter yang sangat berbeda dengan kota-kota hinterland Jakarta. Dengan
sebutan sebagai kota hujan, keberadaan Kebun Raya Bogor, dekat dengan pegunungan dan
bentang alam yang bergelombang, Kota Bogor memiliki citra tersendiri. Kota ini lebih dikenal
sebagai kota peristirahatan karena suasana hijau dan asrinya serta kota wisata yang dengan
keberadaan Kebun Raya Bogor yang menjadikan magnet terbesar yang berpengaruh terhadap
citra kota. Dengan citra yang ada dan kondisi fisik alam yang berbeda dengan kota hinterland
lainnya inilah juga membuat Kota Bogor kerap menjadi tujuan kegiatan konvensi. Disamping itu,
citra kota pertanian dan kota pendidikan pertanian juga melekat kuat dengan adanya Kebun
Raya Bogor yang telah menelurkan berbagai institusi penelitian serta pendidikan pertanian yang
berkontribusi secara nasional dan internasional. Dengan kondisi yang ada ini Kota Bogor memiliki
daya tarik yang luar biasa. Daya tarik ini diiringi dengan besarnya minat investor untuk
berpartisipasi dalam penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan.
Kawasan strategis kota yang ditetapkan dalam RTRW Kota Bogor ini didasarkan kepada kriteria
sebagai berikut:
a. Kawasan strategis lingkungan, yaitu:
1. Kawasan Kebun Raya dan sekitarnya,
2. Kawasan Situgede dan hutan Cifor,
3. Sempadan sungai Ciliwung dan Cisadane.
b. Kawasan strategis sosial budaya, yaitu:
1. Kawasan perdagangan lama di Pasar Bogor, Pecinan di Suryakencana dan Kampung Arab
di Empang;
2. Kawasan Istana Batu Tulis dan sekitarnya;
3. Kawasan Perumahan berarsitektur khas di taman Kencana.
c. Kawasan strategis ekonomi, yaitu:
1. Kawasan pasar Kebon Kembang dan sekitarnya;
2. Pusat Wilayah Pelayanan (WP) / Subpusat pelayanan kota.
Kawasan Pusaka Kota Bogor dibagi menjadi 6 yaitu:
Delineasi kawasan messo adalah enam kawasan pusaka dan satu kawasan sekitar terminal
Baraangsiang. Enam Kawasan tersebut adalah: Kawasan Istana Bogor, Kawasan Permukiman
Eropa, Kawasan Pecinan Surya Kencana, Kawasan Empang, Kawasan Karsten Plan, Kawasan
Perluasan Barat, dan Kawasan Terminal Baranangsiang. Kawasan-kawasan strategis ini secara
umum memiliki karakteristik yang khas dan berperan penting dalam membentuk lingkungan
alami serta kepentingan strategis ilmiah sehingga termasuk dalam fungsi kawasan lindung dan
kawasan perlindungan plasma nutfah di Kota Bogor.
13
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Permasalahan umum yang terjadi di Kota Bogor
adalah daya tarik pembangunan yang tinggi di
kawasan- kawasan Pusaka Kota Bogor yang
tidak sesuai dengan daya dukungnya sehingga
mengakibatkan perubahan karakter kawasan
dan mengancam kelestarian aset-aset pusaka.
Untuk itu, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Bogor, Jawa Barat, sedang
menyusun rencana aksi kota pusaka untuk
menjaga identitas kota yang merupakan bagian
dari program P3KP, serta mendorong
peningkatan status Kebun Raya Bogor sebagai
pusaka dunia.
Kawasan Pusaka yang digunakan untuk sayembara ini adalah
a. Kawasan Permukiman Eropa, sekitar Istana Bogor, dan Kebun Raya Bogor (KRB). Luas
kawasan perencanaan Permukiman Eropa, sekitar Istana Bogor, dan Kebun Raya Bogor
(KRB) adalah 142,61 Ha yaitu terdiri dari luas Kawasan Permukiman Eropa seluas 59,88 Ha,
serta Kawasan Sekitar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor (KRB) seluas 82,73 Ha. Luas
kawasan sekitar Kebun Raya Bogor sendiri sebesar 1,42 Ha.
Kebun Raya merupakan aset Kota Bogor yang juga merupakan aset dunia sehingga perlu
dipertahankan kelestarian lingkungannya dengan dukungan kawasan sekitarnya.
Pengembangan kawasan sekitar akan mempengaruhi citra dan kondisi Kebun Raya secara
tidak langsung, hal ini menjadi pertimbangan mengapa kawasan ini dijadikan salah satu
kawasan stategis kota. Kepentingan yang berada dalam penetapan kawasan ini menjadi
kawasan strategis lingkungan yaitu sebagai:
- tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
- kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora/fauna yang perlu
dilestarikan
- perlindungan terhadap keseimbangan iklim mikro
Kawasan perencanaan Permukiman Eropa memiliki banyak perumahan peninggalan Belanda
dengan arsitektur bangunan yang indah. Keberadaan kawasan ini menjadi daya tarik Kota
Bogor, di mana pada kawasan ini mulai berkembang aktivitas lain selain hunian yaitu jasa
kuliner dan akomodasi. Kepentingan penetapan kawasan ini menjadi kawasan strategis budaya
karena:
- Pada kawasan ini terdapat bangunan yang merupakan cagar budaya yang perlu
dilestarikan
14
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
- Kawasan ini merupakan lingkungan perumahan khas yang perlu dilestarikan dan dapat
menjadi contoh pengembangan perumahan di wilayah kota lainnya
Delineasi kawasan Pusaka di Kota Bogor untuk sayembara ini adalah sebagai berikut:
15
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
4. Konsepsi Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Acuan dasar dari penataan dan pelestarian kawasan pusaka ini terletak pada keunggulan nilai dan
identitas utama tiap kawasan yang terbentuk oleh sejarah, keragaman pusaka, dan demografi
kawasan. Acuan lainnya adalah dapat mengantisipasi perkembangan kawasan pusaka tanpa
mengganggu keseimbangan dan kelestarian pusaka dan lingkungannya. Selain itu, penataan
kawasan Pusaka diarahkan sesuai dengan penataan ruang kawasan.
Penataan dan pelestarian kawasan pusaka tidak lepas juga dari pengembangan prasarana dan
sarana kawasan agar dapat menunjang kehidupan dan kesejahteraan masyarakat lokal dalam
mengantisipasi kawasan pusaka yang mengandung nilai ekonomi dengan produk-produk ekonomi
kreatif atau perdagangan berbasis pusaka serta sebagai kawasan wisata.
Sebagaimana konsepsi Kota Pusaka yang tercantum dalam Piagam Pelestarian Kota Pusaka
Indonesia 2013, dalam upaya penataan dan pelestarian kawasan pusaka perlu mempertimbangkan
8 (delapan) instrumen, yaitu:
1) Kelembagaan dan Tata Kelola Kawasan Pusaka
2) Inventarisasi dan Dokumentasi Kawasan Pusaka
3) Informasi, Edukasi dan Promosi Kawasan Pusaka
4) Ekonomi Kawasan Pusaka
5) Pengelolaan Resiko Bencana untuk Kawasan Pusaka
6) Pengembangan Kehidupan Budaya Masyarakat Kawasan Pusaka
7) Penataan Ruang dan Sarana Prasarana Kawasan Pusaka
8) Olah Disain Bentuk Kawasan Pusaka
5. Sasaran Sayembara Gagasan Desain Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Sasaran yang hendak dicapai pada Sayembara Gagasan Desain Penataan dan Pelestarian
Kawasan Pusaka ini adalah:
Menemukenali keunggulan nilai dan identitas utama kawasan pusaka dengan
mempertimbankan potensi kawasan pusaka, karakter fisik, serta sejarah dan budaya;
Gagasan dan konsep disain penataan dan pelestarian kawasan pusaka yang mampu sepanjang
masa melestarikan keunggulan nilai dan identitas utama kawasan pusaka;
Kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat terpenuhi melalui pengembangan peran serta
masyarakat beserta kelembagaan dan tata kelolanya yang mempertimbangkan pengembangan
ekonomi kawasan pusaka (di antaranya pariwisata, ekonomi kreatif, perdagangan berbasis
pusaka, dll), pengelolaan resiko bencana, penataan ruang termasuk penyediaan sarana dan
prasarana, serta olah disain bentuk kawasan pusaka yang tepat;
Disain pengembangan kehidupan budaya masyarakat, penataan ruang dan pengolahan bentuk
bangunan beserta kawasannya membentuk kawasan pusaka yang ramah lingkungan.
16
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
B. UMUM
1. Persyaratan Perancangan
Kriteria Perancangan:
a. Pemantauan Ruang
Aspek perencanaan dan perancangan dalam penataan bangunan dan lingkungan di kawasan
pusaka hendaknya dilakukan dengan kepekaan yang tinggi. Baik terhadap keberadaan
bangunan cagar budaya beserta detil elemen arsitektur khas dan tata letaknya, aspek
kesejarahan dan ragam budaya setempat, serta kondisi peran serta berbagai pihak yang
terkait termasuk masyarakat.
b. Rancangan Bangunan dan Lingkungan
Identifikasi pola pertumbuhan kawasan pusaka ditinjau dari aspek kesejarahan dan pola
perkembangan kota pada umumnya dan kawasan pada khususnya.
Rencana kebutuhan fasilitas dan disain sarana dan prasarana yang dipersiapkan perlu
mempertimbangkan dan memberi apresiasi kepada keragaman pusaka yang ada termasuk
pusaka alam, pusaka budaya hingga arsitektur lokal.
Gagasan yang diusulkan oleh para peserta harus mengandung unsur identitas lokal
kawasan/kearifan lokal yang berkaitan dengan dengan pusaka alam, pusaka budaya
seperti bangunan gedung cagar budaya yang memiliki nilai arsitektur penting/bernilai
sejarah yang berusia di atas 50 tahun, tata bangunan, pusaka budaya tak ragawi, sarana
dan prasarana infrastruktur, sistem drainase, permukiman, keberadaan vegetasi kondisi
lansekap, penataan pola pedestrian, jalur wisata, jalur transportasi publik, pola ruang luar
eksisting, penanda sejarah hingga media luar ruang.
2. Ruang Iingkup Sayembara
Sayembara ini bersifat nasional. Dari para peserta, pihak penyelenggara sayembara ini
mengharapkan masukan berupa Gagasan Desain Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka yang
dipilih oleh peserta berupa:
Konsep gagasan penataan dan pelestarian kawasan pusaka tahap skematik dengan
mempertimbangkan 8 (delapan) instrumen penataan dan pelestarian Kota Pusaka
Gambar gagasan desain kawasan yang layak untuk kemudian akan dilanjutkan ke tahap Detail
Engineering Design (DED).
3. Hadiah sayembara
Dari para peserta akan dipilih pemenang tiga karya terbaik dengan hadiah sebagai berikut:
• Pemenang pertama Rp. 125.000.000,-
• Pemenang ke dua Rp. 60.000.000,
• Pemenang ke tiga Rp. 40.000.000,-
* pajak ditanggung pemenang
Selain itu semua peserta akan memperoleh sertifikat keikut-sertaan dalam sayembara ini.
17
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
4. Jadwal sayembara
a. Pengumuman Sayembara 8 April 2015
b. Pendaftaran 13 April 2015 s/d 22 Mei 2015
c. Penjelasan/Aanwijzing 29 April 2015
f. Batas Akhir Pengumpulan Karya 22 Mei 2015
g. Penjurian 25 Mei 2015
h. Pengumuman Hasil Penjurian 26 Mei 2015
i. Expose 3 Pemenang 29 Mei 2015
C. KHUSUS
1. Persyaratan Umum
Sayembara ini bersifat terbuka bagi perseorangan atau kelompok yang salah satu atau seluruh
anggotanya terdiri dari anggota profesional bidang penataan bangunan dan lingkungan yang
tergabung dalam Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Tiap peserta memilih salah satu kawasan pusaka yang diajukan dalam satu hasil karya dari
kawasan-kawasan pusaka yang dipilih dari Kota Bogor atau Palembang.
Tiap peserta perorangan maupun kelompok dapat memasukkan lebih dari satu karya dengan
melakukan pendaftaran yang berbeda,
Anggota Panitia Penyelenggara Sayembara, Para Juri, dan instansi maupun sanak-keluarga
terkait tidak boleh mengikuti sayembara ini.
2. Pendaftaran peserta
• Kehadiran para peserta dalam acara aanwijzing/penjelasan teknis akan dianggap sebagai
kesediaan untuk mengikuti sayembara ini, • Form pendaftaran dapat di download di www.iai.or.id atau Facebook sayembara : Sayembara
Arsitektur Iai Nasional
• Kelengkapan persyaratan administratif para peserta akan diperiksa oleh Panitia Pelaksana
Penyelenggaraan Sayembara saat pra-penjurian pada tanggal 22 Mei 2015,
• TOR sayembara dapat diperoleh di situs www.pu.go.id dan www.iai.or.id atau Facebook
sayembara : Sayembara Arsitektur Iai Nasional
• Penjelasan teknis & peninjauan lapangan:
o Penjelasan teknis sayembara dan tanya-jawab akan dilaksanakan pada tanggal 29 April
2015 pukul 10.00 WIB, di Jakarta. Lokasi tempat penjelasan teknis akan diberitahukan
kepada para peserta melalui situs www.pu.go.id dan www.iai.or.id atau Facebook
sayembara: Sayembara Arsitektur Iai Nasional. Mengingat pentingnya acara tersebut,
seluruh peserta sayembara diharapkan dapat menghadirinya.
o Risalah penjelasan teknis dan tanya-jawab tersebut dapat dilihat kembali oleh para peserta
melalui situs www.iai.or.id atau Facebook sayembara: Sayembara Arsitektur Iai Nasional.
Risalah tersebut merupakan bagian dari dokumen sayembara dan bersifat mengikat.
18
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
Setelah itu pihak penyelenggara tidak akan melayani pertanyaan dari para peserta.
3. Tata-cara pemasukan karya sayembara
Karya sayembara dipaparkan dalam enam (6) lembar gambar berukuran A1 dengan rincian
sebagai berikut:
Temuan keunggulan nilai dan identitas utama kawasan pusaka yang dipilih, yang harus
dilestarikan sepanjang masa berdasarkan hasil inventarisasi pusaka alam, budaya dan
saujana yang ada.
Gagasan dan konsep disain penataan dan pelestarian kawasan pusaka yang mampu
melestarikan keunggulan nilai dan identitas utama kawasan pusaka, dengan
mempertimbangkan peran serta masyarakat beserta kelembagaan dan tata kelolanya,
pengembangan ekonomi kawasan (di antaranya pariwisata, ekonomi kreatif, perdagangan
berbasis pusaka, dll) dan pengelolaan resiko bencana.
Skematik Rencana Induk pengembangan kegiatan kehidupan masyarakat, terutama
dalam upaya melindungi, memanfaatkan dan mengembangkan pusaka dan ruang pusaka
yang ada.
Skematik Rencana Induk penataan ruang dan pengembangan kawasan yang
memperlihatkan rencana pola pemanfaatan ruang, struktur ruang, permukiman, rencana
aksesibilitas kawasan yang inklusif, koneksi antar area transit kawasan pusaka yang
terintegrasi dengan sistem jaringan perhubungan, sistem sirkulasi yang memperlihatkan
akses internal, akses publik, dan akses darurat didalam keseluruhan kawasan pusaka, jalur
wisata, dan penataan lanskap keseluruhan kawasan pusaka, serta lokasi pembangunan
sarana dan prasarana kawasan pusaka yang diprioritaskan,
Skematik Rencana Induk olah disain kawasan yang terkait dengan disain penanda formasi
sejarah, arahan olah disain arsitektur pusaka, blok plan yang memperlihatkan hubungan
antara bangunan-bangunan serta lingkungan luarnya, olah disain jalan pusaka, vegetasi,
panorama dan media luar ruang dalam desain kawasan pusaka,
Perspektif dan detail (tampak dan potongan) yang dianggap perlu untuk ditampilkan
dalam rangka menjelaskan konsep rancangan,
Gambar-gambar pada tiap lembar disusun dalam posisi landscape dan diberi nomor sesuai
urutannya di sudut kanan bawah. Tiap lembar gambar kemudian ditempelkan pada panil
impraboard berukuran A1. Selanjutnya seluruh panil dimasukkan ke dalam amplop besar
berukuran A1, lalu ditutup rapat dengan lakban dan dikirim ke alamat Panitia
Penyelenggara Sayembara.
Stamp pos paling telat untuk pengiriman karya selambat-lambatnya tanggal 22 Mei 2015.
Untuk menghindari diskualifikasi keterlambatan pengiriman karena faktor eksternal,
maka peserta diharuskan mengirimkan softfile karya sebelum tanggal 22 Mei 2015 kepada
Sekretariat Panitia Sayembara.
19
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
4. Identitas peserta dan karya sayembara
Untuk menjaga anonimitas, para peserta tidak boleh membubuhkan apapun pada tiap
lembar gambar kecuali judul dan nomor gambar. Para peserta juga tidak boleh
membubuhkan tanda apapun pada amplop besar yang berisi lembar-lembar gambar,
Identitas para peserta harus diketik dalam kertas berukuran folio dan ditandatangi oleh
yang bersangkutan, atau oleh pimpinan apabila peserta merupakan kelompok. Identitas
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop berukuran folio bersama dengan bukti
identitas, yaitu fotocopy KTP, Kartu Anggota IAI, IALI, dan IAP yang masih berlaku.
Amplop tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop besar berukuran A1 yang berisi
lembar gambar yang telah diberi lapisan impraboard. Pada amplop berukuran folio tersebut
juga tidak boleh dibubuhkan apapun.
Pelanggaran atas peraturan ini akan mengakibatkan diskualifikasi karya peserta yang
bersangkutan.
5. Batas waktu penyerahan karya sayembara
Karya sayembara dimasukkan paling lambat pada tanggal 22 Mei 2015, selambat-Iambatnya
pukul 17.00 WIB kepada Sekretariat Panitia Sayembara dengan alamat sebagai berikut:
Ikatan Arsitek Indonesia
Sekretariat Nasional Gedung Jakarta Design Center, lantai 7
Jl. Gatot Subroto, kavling 53 Jakarta 10260
6. Diskualifikasi peserta dan karya sayembara
Peserta yang memasukkan karya dengan tidak mematuhi ketentuan seperti yang tertera
dalam tata-cara pemasukan karya sayembara akan terkena diskualifikasi sehingga hasil
karyanya tidak akan dinilai oleh para juri,
Peserta yang tidak dilengkapi bukti identitas sebagaimana yang tertera dalam identitas
peserta dan karya sayembara juga akan terkena diskualifikasi sehingga hasil karyanya
tidak akan dinilai oleh para juri.
7. Panitia pelaksana
Panitia Pelaksana Sayembara ini adalah lkatan Arsitek Indonesia (IAI) bekerjasama dengan
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebagai penyedia. Seluruh kegiatan penyelenggaraan
sayembara ini dikoordinasikan oleh sekretariat yang beralamat di:
Sekretariat Panitia Pelaksana Penyelenggaraan
BIDANG PENGHARGAAN DAN SAYEMBARA KARYA ARSITEKTUR
IKATAN ARSITEK INDONESIA
Gedung Jakarta Design Center, lantai 7
Jl. Gatot Subroto, kavling 53
Jakarta 10260
Telp : 021-5304715 / 021-5304623
Contact Person: Putri / Meta
20
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
8. Juri
Para juri sayembara ini adalah:
1. Prof. Dr.-Ing. Ir Widjaja Martokusumo
2. Dr. Ir. Laretna T. Adishakti, M. Arch
3. Ir. Martono Yuwono
4. Ir. Arya Abieta, IAI
5. Ir. Joessair Lubis, CES
9. Kriteria penilaian
Dewan juri akan melakukan penilaian atas dasar butir-butir sebagai berikut:
a. Keserasian desain kawasan kota pusaka dengan rencana tata ruang (RTRW, RDTRK),
terutama keterpaduan antara kawasan lindung, kawasan wisata dan kawasan
permukiman,
b. Kemampuan menemukenali keunggulan nilai dan identitas utama kawasan pusaka,
c. Konsep desain penataan dan pelestarian kawasan yang dapat menonjolkan potensi utama
kawasan kota pusaka dan penyelesaian terhadap permasalahan yang dimiliki,
d. Sensitivitas karya desain terhadap keseimbangan antara pelestarian pusaka dan
memfasilitasi dinamika dan kondisi sosial budaya masyarakat di kawasan pusaka,
e. Kriteria pengembangan kawasan pusaka yang mempertimbangkan keunggulan nilai dan
identitas, peran serta masyarakat, fungsi ekonomi lokal kawasan setempat, pengelolaan
resiko bencana,
f. Konsistensi antara pengembangan kehidupan budaya masyarakat, penataan ruang
termasuk pola-struktur ruang dengan tema/konsep desain kawasan,
g. Kreatifitas dalam olah disain bentuk kawasan yang tetap menghargai dan apresiasi
terhadap pusaka-pusaka yang dimiliki kawasan,
h. Kemampuan karya untuk diterjemahkan ke dalam rencana yang lebih detail atau rencana
pembangunan.
10. Hasil Penjurian dan Pameran
Hasil penjurian akan disampaikan dalam media sosial, dan website IAI. Seluruh karya peserta
sayembara akan dipamerkan oleh Kementerian PU kepada masyarakat. Waktu dan tempat
pameran ditetapkan kemudian oleh Kementerian PU.
11. Hasil Karya Sayembara
Hasil karya pemenang sayembara pertama, kedua, dan ketiga dalam sayembara ini akan
digunakan untuk kepentingan Kementerian Pekerjaan Umum.
21
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Sayembara Gagasan Desain
Penataan dan Pelestarian Kawasan Pusaka
L A M P I R A N
FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA
SAYEMBARA GAGASAN DESAIN
PENATAAN DAN PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA
MENDAFTAR SEBAGAI:
PERSEORANGAN; NAMA
(NO ANGGOTA IAI jika ada)_________________________
KELOMPOK : NAMA KETUA KELOMPOK _______________________________
NAMA ANGGOTA KELOMPOK (Sertakan NO ANGGOTA IAI jika ada):
Nama Anggota : Email :
*Anggota kelompok maksimal 5 (lima) diluar ketua kelompok
ALAMAT : _____________________________________________________________
NO.TELP/HP : _____________________________________________________________
E-MAIL : _____________________________________________________________
FOTOCOPY/SCAN KARTU ANGGOTA IAI SCAN BUKTI PEMBAYARAN
KIRIM KEMBALI FORMULIR PENDAFTARAN INI KE [email protected]