Kelompok 3anggun Bahasa Indonesia

20
Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut penutur / pembicara dan cara penyampaiannya. Ragam bahasa menurut penutur didasarkan pada daerah, pendidikan, dan sikap penutur. Ragam daerah disebut logat/dialek. Contoh logat/dialek dalam bahasa Indonesia, antara lain, Batak, Bali, Betawi, Banyumas, Tegal, dan lain sebagainya. Ragam pendidikan dibedakan dari ragam nonpendidikan. Ragam bahasa pendidikan merupakan ragam bahasa tinggi, sedangkan ragam nonpendidikan disebut ragam rendah. Ragam menurut sikap penutur dibagi menjadi ragam bahsa resmi dan ragam santai. Varasi ini sering disebut langgam, laras, atau gaya. Selain itu, menurut bidang pemakaiannya, ragam bahasa dapat diperinci menjadi bahasa berita, bahasa laporan, bahasa hukum, bahasa prosa, bahasa puisi, dan sebagainya. Macam Ragam Bahasa Indonesia Macam ragam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, ragam bahasa berdasarkan jenis pemakai bahasa Indonesia. Kedua, ragam bahasa berdasarkan jenis pemakaian bahasa Indonesia. Berdasarkan golongan pemakai bahasa, dapat ditinjau menurut patokan: (a) daerah, (b) pendidikan, (c) sikap para pemakai atau penutur bahasa

description

unlam

Transcript of Kelompok 3anggun Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut penutur / pembicara dan cara penyampaiannya. Ragam bahasa menurut penutur didasarkan pada daerah, pendidikan, dan sikap penutur. Ragam daerah disebut logat/dialek. Contoh logat/dialek dalam bahasa Indonesia, antara lain, Batak, Bali, Betawi, Banyumas, Tegal, dan lain sebagainya. Ragam pendidikan dibedakan dari ragam nonpendidikan. Ragam bahasa pendidikan merupakan ragam bahasa tinggi, sedangkan ragam nonpendidikan disebut ragam rendah. Ragam menurut sikap penutur dibagi menjadi ragam bahsa resmi dan ragam santai. Varasi ini sering disebut langgam, laras, atau gaya. Selain itu, menurut bidang pemakaiannya, ragam bahasa dapat diperinci menjadi bahasa berita, bahasa laporan, bahasa hukum, bahasa prosa, bahasa puisi, dan sebagainya.Macam Ragam Bahasa Indonesia

Macam ragam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, ragam bahasa berdasarkan jenis pemakai bahasa Indonesia. Kedua, ragam bahasa berdasarkan jenis pemakaian bahasa Indonesia. Berdasarkan golongan pemakai bahasa, dapat ditinjau menurut patokan: (a) daerah, (b) pendidikan, (c) sikap para pemakai atau penutur bahasa Indonesia. Sedangkan berdasarkan jenis pemakaiannya, dapat ditinjau dari patokan (a) bidang atau pokok persoalan yang diungkapkan, (b) sarana yang digunakan, dan (c) adanya gangguan pencampuran dalam berbahasa.Ragam Daerah

Ragam berdasarkan patokan daerah, lazim dikenal dengan nama dialek/logat. Ragam ini digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari suatu wilayah atau daerah tertentu. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh sejumlah besar penutur dengan cakupan wilayah yang luas pula, mengenal berbagai dialek. Misalnya : dialek Medan, dialek Bali, dan sebagainya.

Dialek dapat dikomunikasikan secara timbale balik oleh penuturannya dalam konteks wilayah yang bersangkutan. Itu bersifat khas. Oleh karenanya,dialek bahasa Indonesia yang digunakan didaerah Medan berbeda dengan dialek didaerah Bali.Ragam Sosialek

Dari segi tata bunyi, perbedaan pengucapan dapat dikenali dengan mengamati pemakaian bunyi /f/ dan konsonan /ks/ pada kata-kata tertentu. Meraka yang mpernah mengecap bangku pendidikan dapat membedakan pengucapan kata-kata seperti: folio,film,golf,ekstra. Sedangkan mereka yang belum pernah mengecap bangku pendidikan akan semena-mena mengucapkan kata-kata tersebut menjadi : polio, pilm/pelem, golep, dan estra.

Bila diperhatikan dari sudut penerapan tata bahasa ,keduanya menunjukkan perbedaan cukup mencolok. Kaum terpelajar dengan mudah mengucapkan atau memilih kalimat: Paman Widyawati seorang arsitek. Sedangkan untuk mengungkapkan konsep yang sama tentangnya, umumnya dipilih pengucapan: Pamannya Widyawati seorang arsitek, bagi kaum non pelajar.

Ragam-ragam yang dicontohkan tersebut termasuk kedalam ragam sosiolek. Ragam bahasa ini dalam kaitan lebih luas, digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari suatu golongan. Misalnya ragam para pekrja di pelabuhan, berbeda dengan ragam bahasa kaum terdidik atau masyarakat yang umum.

Ragam Fungsiolek

Ragam berdasarkan sikap penutur mancakup daya ucap secara khas. Ragam bahasa ini digunakan antara lain dalam kegiatan: kesehatan, susastera, olahraga, jurnalistik, lingkungan, karya ilmiah. Karena kekhasannya,setiap bidang tersebut menampakkan ciri tersendiri dalam pengungkapannya.

Perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini!

(1) Infeksi adalah sejenis penyakit yang paling merajalela di kalangan masyarakat kita. Dari infeksi tenggorokan, infeksi alat pencernaan,sampai infeksi pada operasi dan persalinan. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan memberikan antibiotik, sehingga tidak aneh bila diantara semua media, terapi antibiotik yang tergolong paling banyak digunakan.Terpaku pada kenyataan itu, begitu berhadapan dengan pasien, banyak dokter hampir secara otomatis memberikan antibiotik. Maka, terjadilah penggunaan secara berlebihan.

(2) Persebaya dan Persib tampil cemerlang. Kedua tim ini berhasil melenggang ke grand final setelah menundukkan lawan-lawannya pada pertandingan penentuan Piala Persija II di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Kepastian itu direnggut Persebaya dengan manis. Selama tiga kali bertarung, arek-arek Suroboyo ini belum sekali pun menderita kekalahan. Terakhir,mereka menghajar PSMS Medan 2-0.Sedangkan Persib harus berjuang keras mengalahkan Persija untuk melangkah ke grand final. Pada pertandingan kedua, Maung Bandung ini memupus macan Kemayoran Persija 2-0.Atas kemenangan tersebu, Persib ada pada peringkat kedua dengan mengantongi nilai 4. Sedangkan Persebaya tetap bercokol di papan atas dengan nilai 5.

Kedua kutipan di atas, jika diperhatikan secara cermat masing-masing menampakkan cirri khas. Kekhasan tersebut tampak pada pemilihan kata, istilah, dan ungkapan yang khusus sesuai dengan bidangnya. Berdasarkan criteria tersebut, kutipan (1) merupakan wacana teknis bidang kesehatan, kutipan (2) merupakan wacana teknis bidang olah raga.

Ragam bahasa yang digunakan dalam dua kutipan diatas termasuk, ragam bahasa fungsiolek. Ragam ini selalu digunakan dalam kegiatan keprofesian dari berbagai profesi tertentu.

Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Tidak dapat kita mungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratuspersen sebab tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagai ragam tulis.

Kedua ragam itu berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut.

1) Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tuklis tidak mengharuskan adanya teman bicara ada ddepan. 2) Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsure-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini dapat disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimic, pandangan, anggukan, atau intonasi.

Contoh :

Orang yang berbelanja di pasar.

Bu, berapa cabenya?

Tiga puluh.

Bisa kurang?

Dua lima saja, Nak.

Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada didepan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang diajak bicara mengenai isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.

3) Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat mengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Ragam tulis tidak terikat oleh kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh orang yang hidup tahun 2000 dan seterusnya. Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-unsur dalam ragam tulis.

Contoh ragam lisan lainnya.

Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya.

Kenapa dia, San.

Tahu, Tuan, miring kali.Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang diperbincangkannya itu.

4) Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis. Perbandingan ini didasarkan atas perbedaan dan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.Ragam Lisan

a. Penggunaan Bentuk Kata(3) Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.

(4) Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.

(5) Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.

b. Penggunaan Kosakata

(4) Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.

(5) Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.(6) Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterima.

c. Penggunaan Struktur Kalimat

(7) Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.

(8) Dalam Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

(9) Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Ragam Tulis a. Penggunaan Bentuk Kata(1) Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohom mahoni.

(2) Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.

(3) Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dulu oleh pimpinan akademi.

c. Penggunaan Kosakata

(4) Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.

(5) Mereka sedang bikin denah untuk pameran nanti..(6) Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana yang diterima. d. Penggunaan Struktur Kalimat

(7) Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.

(8) Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

(9) Karena terlalu banyak saran berbeda-beda, ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.RAGAM BAKU DAN TIDAK BAKU

Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan tidak baku.

Ragam baku adalah rgan yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahsa dalam penggunaannya. Ragam tidak naku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh cirri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

a) Kemantapan DinamisMantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe-,akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidk dapat kita terima. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.

Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan tokoh tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu desebut pelanggan.

b)Cendikia

Ragam baku bersifat cendikia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Perwujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahsa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).

Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, rgam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak cendikia adalah sebagai berikut.

Rumah sang jutawan yang aneh akan di jual.

Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian, kalimat itu tidak meberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendikia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut.(1) Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.

(2) Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.

c)Seragam

Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes dan penyerpan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara atau pramugari..d) Jelas

Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas, umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.

Contoh :

Struktur cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada apikal akar berbentuk bebas dan berpengaruh tidak langsung terhadap kapasitas serapan hara oleh akar, misalnya dalam kompetisidalam memanfaatkan karbohidrat, karena cendawan pembentuk mikorisa sangat tergantung kepada kandungan karbon tanaman inang sebagai sumber energinya serta kapasitas dan mekanisme CPM dalam menyerap hara hanya akan dievaluasi dari asosiasinya dengan tanaman inang.

e) FormalBahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat.

Kata FormalKata Non-formal

Wanita

Daripada

Hanya

Membuat

Dipikirkan

Bagaimana

Matahari

Cewek

Ketimbang

Cuma

Bikin

Dipikirin

Gimana

Mentari

Tulisan ilmiah termasuk katagori paparan yang bersifat teknis.

Kata Ilmiah TeknisKata Ilmiah Populer

Modern

Alibi

Argumen

Informasi

Sinopsis

UrineMaju

Alasan

Bukti

Keterangan

Ringkasan

Air kencing

Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.Bentukan Kata bernada

FormalBentukan Kata bernada

Non-formal

Menulis

mendengarkan

Mencuci

Bagaimana

Mendapat

Tertabrak

PengesahanNulis

Dengarkan

Nyuci

Gimana

Dapat

Ketabrak

Legalisir

Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh (1) kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat), (2) ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, (3) kebernalaran isi, dan (4) tampilan esei formal. Sebuah kalimat dalam tulisan ilmiah setidak-tidaknya memiliki subyek dan predikat.

Contoh:

Apabila tanaman kekurangan unsur nitrogen, maka tanaman tersebut akan mengalami khlorosis.

f) Konsisten

Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan sesuai dengan kaidah maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.

Contoh :

Untuk mengatasi bahaya kelaparan pada musim kemarau 2001, masyarakat dihimbau untuk menghemat penggunaan beras dengan sistem diversifikasi pangan dan menggalakan kembali lumbung desa.

g) Bertolak Dari Gagasan

Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

Contoh:

Penulis menyimpulkan bahwa hifa cendawan pembentuk mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman mampu membantu tanaman untuk menyerap unsur hara fosfor dan nitrogen.

Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari.

Contoh:

Para dosen mengetahui dengan baik bahwa kurikulum sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di perguruan tinggi.

h) Ringkas dan Padat

Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.

Contoh:

Tri dharma perguruan tinggi sebagaimana yang tersebut pada Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Tinggi menjadi ukuran kinerja dan prosedur standar setiap sivitas akademika.

Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragrap yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.

Contoh:

Berdasarkan hasil analisis biji tanaman di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember bahwa biji kedelai tidak mengandung genetic modified organism (GMO).

Dengan demikian, tidak menyalahi aturan tentang uji coba produk berbahan baku kedelai. Artinya, produk olahan berbahan baku kedelai aman bagi kesehatan manusia. Isu negatif yang selama ini berkembang bahwa kedelai mengandung GMO adalah tidak benar.

RAGAM BAKU TULIS DAN RAGAM BAKU LISAN

Dalam kehidupan berbahasa, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu, muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Demikian pula, pengadaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan pengadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pula usaha kearah itu.

Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan? Ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.Pengenalan terhadap kedua ciri-ciri ragam tersebut dapat dibagi sebagai berikut.No.Ragam Bahasa Lisan Ragam Bahasa Tulisan

1.Memanfaatkan alat ucap dengan bantuan : intonasi,mimik,gerak-gerik anggota tubuh dalam penyampaian informasi.Menggunakan ejaan dalam penyampaian informasi.

2.Komunikasi berlangsung secara tatap muka.Komunikasi berlangsung secara tidak tatap muka.

Ragam bahasa lisan,dalam kegiatan sehari-hari terwujud melalui :(a) Ragam percakapan ;

(b) Ragam pidato ;

(c) Ragam kuliah.

Sedangkan ragam bahasa tulis dapat dilihat pada penggunaan :

(a) Ragam teknis ;

(b) Ragam undang-undang ;

(c) Ragam catatan ;

(d) Ragam surat-menyurat.

RAGAM SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL

Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia ditandai pula oleh adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahsa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri. Selain itu, ragam sosial tidak jarang dihubungkan dengan tinggi rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan. Dalam hal ini, ragam baku nasional dapat pula berfungsi sebagai ragam sosial yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah atau ragam sosial yang lain merupakan ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang rendah.

Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam professional, adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa Negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.

BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Setelah masalah baku dan nonbaku dibicarakan, perlu pula bahasa yang baik dan benar dibicarakn. Penentuan atau kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak jauh berbeda dari apa yang kita katakan sebagai bahasa baku. Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah benar suatu kata itu. Walaupun demikian, masalah baik tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kalimat.

Pengertian benar pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini akan dipaparkan sebuah contoh.

Kuda makan rumput

Kalimat ini benar karena memenuhi kaidah sebuah kalimat secara struktur, yaitu ada subjek (kuda), ada predikat (makan), dan ada objek (rumput). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna, yaitu mendukung sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halnya dengan kalimat dibawah ini.

Rumput makan kuda Kalimat ini benar menurut struktur karena ada subjek (rumput), ada predikat (makan) ada objek (kuda). Akan tetapi, dari segi makna, kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik.

Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku. Kata aktifitas tidak benar penulisannya karenapemunculan kata itu tidak mengikuti kaidah penyerapan yang telah ditentukan. Pembentukan penyerapan yang benar ialah aktivitas karena diserap dari kata activity. Kata perseuratan kabar dan pertanggungan jawab tidak benar karena tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Yang benar menurut kaidah ialah kata persuratkabaran dan pertanggungjawaban.

Pengertian baik ada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata(diksi). Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan itu sehingga kata-kata yang keluar atau dituliskan tidak itu tidak akan menimbulkan nilai rasa yang tidak pada tempatnya. Pemilihan kata ynag akan dipergunakan dalam suatu untaian kalimat sangat berpengaruh terhadap makna kalimat yang dipaparkan itu. Pada suatu ketika kita menggunakan kata menugasi, tetapi pada waktu lain kita menggunakan kata memerintahkan, meminta bantuan, memercayakan, dan sebagainya.

Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.