Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

21
MAKALAH SOSIOLINGUISTIK PEMBAKUAN BAHASA OLEH : KELOMPOK 4 RAHMADONA 1210752026 SYAHIDATUL MARDIAH 1210752027 MUHAMMAD NUR FAJRI 1210752037 MAHDIYYAH AFRIZAL 1210752038 LARA NOVELINA MASDI 1210753002 FITRINA DEWI 1210753005 YUYUN DWI GUSTRIANA 1210753010 LISAGUSTINA 1210753012 AULIA FAJRIANI 1210753021 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS

description

Pembakuan bahasa

Transcript of Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

Page 1: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

MAKALAH SOSIOLINGUISTIK

PEMBAKUAN BAHASA

OLEH :

KELOMPOK 4

RAHMADONA 1210752026

SYAHIDATUL MARDIAH 1210752027

MUHAMMAD NUR FAJRI 1210752037

MAHDIYYAH AFRIZAL 1210752038

LARA NOVELINA MASDI 1210753002

FITRINA DEWI 1210753005

YUYUN DWI GUSTRIANA 1210753010

LISAGUSTINA 1210753012

AULIA FAJRIANI 1210753021

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015

Page 2: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang membahas tentang “Pembakuan Bahasa”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sosiolinguistik dalam program

studi Sastra Jepang di Universitas Andalas.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun

penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,

dorongan, dan bimbingan dari banyak pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi

dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan motivasi dan bantuan demi kesempurnaan makalah ini. Dalam penulisan

makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada cara penulisan maupun

materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua

pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak

yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Padang, 23 Mei 2015

Penulis

i

Page 3: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijaksanaan bahasa dapat memilih dan menentukan sebuah bahasa dari sejumlah

bahasa yang ada dalam suatu negara untuk dijadikan bahasa nasional atau bahasa resmi

kenegaraan dari negara tersebut. Kemudian perencanaan bahasa dapat memilih dan

menentukan sebuah ragam bahasa dari ragam-ragam yang ada pada bahasa yang sudah dipilh

untuk mejadi ragam baku atau ragam standar bahasa tersebut.

Proses pemilihan satu ragam bahasa untuk dijadikan ragam bahasa resmi kenegaraan

maupun kedaerahan, serta usaha-usaha pembinaan dan pengembangannya, yang biasa

dilakukan terus-menerus tanpa henti, disebut pembakuan bahasa atau standardisasi bahasa.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan memaparkan secara singkat yang dimaksud dengan

bahasa baku, fungsinya, penggunaannya dan proses pembentukannya. Kemudian untuk lebih

memahaminya akan dikemukakan contoh ciri-ciri bahasa Indonesia baku.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?

2. Apa fungsi bahasa baku?

3. Bagaimanakah pemilihan ragam baku?

4. Bagaimanakah bentuk atau ciri-ciri bahasa Indonesia baku?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan bahasa baku.

2. Menjelaskan fungsi bahasa baku.

3. Menjelaskan pemilihan ragam baku.

4. Menjelaskan bentuk atau ciri-ciri bahasa Indonesia baku.

1

Page 4: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahasa Baku

Bahasa baku (lebih tepat disebut dengan ragam bahasa baku) dan bahasa nonbaku

merupakan bagian dari variasi bahasa. Bahasa baku adalah salah satu variasi bahasa (dari

sekian banyak bahasa) yang diangkat dan disepakati sebagai ragam bahasa yang akan

dijadikan tolok ukur sebagai bahasa yang “baik dan benar” dalam komunikasi yang bersifat

resmi, baik secara lisan maupun tulisan. Keputusan untuk memilih dan mengangkat salah satu

ragam bahasa, baik regional maupun sosial, merupakan keputusan yang bersifat politis, sosial

dan linguistis.

Penamaan bahasa baku adalah penamaan terhadap salah satu ragam dari sejumlah

ragam yang ada dalam suatu bahasa, karena itu penamaan bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional, bahasa resmi, atau bahasa persatuan adalah penamaan terhadap keseluruhan bahasa

Indonesia sebagai sebuah langue dengan segala macam ragam dan variasinya. Sedangkan

bahasa Indonesia baku hanyalah salah satu ragam dari sekian banyak ragam bahasa Indonesia

yang ada, yang hanya digunakan dalam situasi resmi kenegaraan, termasuk dalam pendidikan,

buku pelajaran, undang-undang dan sebagainya. Berikut beberapa pengertian bahasa baku

menurut para ahli dalam Chaer (2010 : 192) :

a. Halim (1980) menyatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang

dilembagakan dan diakui oleh sebagian warga masyarakat pemakainya sebagai

ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.

Sedangkan ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai

oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma bahasa baku. Sedangkan kerangka

rujukan, ragam baku ditandai oleh norma dan kaidah yang digunakan sebagai

pengukur benar atau tidaknya penggunaan bahasa.

b. Dittmar (1976 : 8) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam ujaran dari satu

masyarakat bahasa yang disahkan sebagai norma keharusan bagi pergaulan sosial

atas kepentingan dari berbagai pihak yang dominan di dalam masyarakat itu.

2

Page 5: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

c. Hartmann dan Stork (1972 : 218) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam

bahasa yang secara sosial lebih digandrungi, seringkali lebih berdasarkan pada

ujaran orang-orang yang berpendidikan di dalam dan di sekitar pusat kebudayaan

dan atau politik suatu masyarakat tutur.

d. Pei dan Geynor (1954 : 203) mengatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu

bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek

lainnya, dan disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang

paling sempurna.

2.2 Fungsi Bahasa Baku

Selain fungsi penggunaannya untuk situasi-situasi resmi, ragam bahasa baku menurut

Gravin dan Mathiot (1956 : 785-787) dalam Chaer dan Agustina (2010 : 192-193) juga

mempunyai fungsi lain yang bersifat sosial politik, yaitu fungsi pemersatu, fungsi pemisah,

fungsi harga diri dan fungsi kerangka acuan.

a. Fungsi Pemersatu (the unifying function)

Merupakan kesanggupan bahasa baku untuk menghilangkan perbedaan variasi

dalam masyarakat dan membuat terciptanya kesatuan masyarakat tutur, dalam

bentuk minimal, memperkecil adanya perbedaan variasi dialektal dan menyatukan

masyarakat tutur yang berbeda dialeknya.

b. Fungsi Pemisah (separatist function)

Ragam bahasa baku dapat memisahkan atau membedakan penggunaan ragam

bahasa tersebut untuk situasi yang formal dan yang tidak formal. Para penutur

harus bisa menentukan kapan menggunakan ragam baku dan tidak baku.

Pemisahan fungsi ragam baku dan nonbaku tidak akan menimbulkan persoalan

atau gejolak sosial selama ragam-ragam tersebut digunakan pada tempatnya. Jika

penutur tidak dapt memisahkan fungsi ragam baku dari nonbaku mungkin saja bisa

terjadi masalah sosial tersebut.

c. Fungsi Harga Diri (prestige function)

3

Page 6: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

Pemakai ragam baku akan memiliki perasaan harga diri yang lebih tinggi daripada

yang tidak dapat menggunakannya, sebab ragam bahasa baku biasanya tidak dapat

dipelajari dari lingkungan keluarga atau lingkungan hidup sehari-hari. Ragam

bahasa baku hanya dapat dicapai melalui pendidikan formal, yang tidak menguasai

ragam baku tentu tidak dapat masuk ke dalam situasi-situasi formal, di mana ragam

baku itu harus digunakan. Fungsi harga diri sesuai dengan pendaat Fishman (1970)

dalam Chaer & Agustina (2010:193) yang mengatakan bahwa ragam bahasa baku

mencerminkan cahaya kemuliaan, sejarah, dan keunikan seluruh rakyat. Ragam

bahasa baku juga merupakan lambang atau simbol suatu masyarakat tutur.

d. Fungsi Kerangka Acuan (frame of reference function)

Ragam bahasa baku akan dijadikan tolok ukur untuk norma pemakaian bahasa

yang baik dan benar secara umum.

Keempat fungsi di atas akan dapat dilakukan oleh sebuah ragam bahasa baku jika

ragam bahasa baku itu telah memiliki tiga ciri yang sangat penting yaitu,

a. Memiliki ciri kemantapan yang dinamis.

Wujudnya berupa kaidah dan aturan yang tetap. Namun, kemantapan kaidah itu

cukup luwes sehingga dapat menerima kemungkinan perubahan dan perkembangan

yang bersistem, baik di bidang kaidah gramatikal, kosakata, peristilahan maupun

berbagai ragam gaya di bidang sintaksis dan semnatik. Ciri kemantapan ini dapat

diusahakan dengan melakukan kodifikasi bahasa terhadap dua aspek yaitu bahasa

menurut situasi pemakai dan pemakaiannya, dan berkenaan dengan strukturnya

sebagai suatu sistem komunikasi.

b. Memiliki ciri kecendekiaan

Kecendekiaan bahasa baku harus diupayakan agar bahasa itu dapat digunakan

untuk membicarakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kehidupan modern.

Kecendekiaan dapat dilakukan dengan memperkaya kosakata dalam segala bidang

kegiatan dan keilmuan. Kecendekiaan bahasa itu harus tampak secara struktural.

c. Memiliki ciri kerasionalan

Kerasionalan bahasa harus tampak dalam penggunaan bahasa, baik di bidang

kosakata maupun struktur sintaksis. Kosakata dengan makna-makna tang

4

Page 7: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

paradoksal dan kontroversial tidak mencerminkan kerasionalan. Kerasionalan

bahasa baku sangat tergantung pada kecendekiaan penutur untuk menyusun

kalimat yang secara logika dapat diterima isinya.

Ketiga ciri di atas bukan merupakan sesuatu yang sudah tersedia di dalam kode bahasa

itu, melainkan harus diusahakan keberadaanya melalui usaha yang terus-menerus dilakukan

dan tidak terlepas dari rangkaian kegiatan perencanaan bahasa.

2.3 Pemilihan Ragam Baku

Ragam atau variasi bahasa yang harus dipilih untuk dijadikan ragam bahasa baku

menurut Moeliono (1975 : 2) dalam Chaer (2010: 194), mengatakan bahwa pada umumnya

yang layak dianggap baku ialah ujaran dan tulisan yang dipakai oleh golongan masyarakat

yang paling luas pengaruhnya dan paling besar kewibawaannya. Termasuk di dalamnya para

pejabat negara, para guru, warga media massa, alim ulama dan cendekiawan. Ada beberapa

dasar pemilihan ragam bahasa baku yaitu:

1. Dasar Otoritas

Dasar otoritas adalah penentuan baku atau tidak baku berdasarkan kewenangan orang

yang dianggap ahli atau kewenangan buku tata bahasa atau kamus. Namun, dasar

otoritas ini dibatasi oleh waktu sehingga hanya bisa dipakai pada masa tertentu saja.

Maksudnya adalah pendapat ahli atau buku yang sudah tidak sesuai dengan zaman

sekarang tidak boleh atau tidak bisa diikuti lagi, karena bahasa merupakan salah satu

bentuk dari budaya manusia yang tidak lepas dari perubahan dan perkembangan

zaman.

2. Dasar Bahasa Penulis-penulis Terkenal

Alisjahbana mengatakan dalam Chaer (2010: 196) bahwa dari penulis terkenal

sebaiknya digunakan sebagai patokan bahasa yang baik. Namun ditemukan 3

kelemahan, yaitu:

a. Bahasa yang digunakan manusia bukanlah bahasa tulis saja tapi juga bahasa lisan.

Jadi yang diperlukan dalam pembakuan bahasa bukanlah bahasa tulis saja tapi juga

bahasa lisan.

5

Page 8: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

b. Tidak ada yang bisa menjamin bahasa penulis terkenal sudah sesuai dengan kaidah

atau aturan tata bahasa.

c. Penulis-penulis terkenal biasanya berada pada masa yang lalu, karena bahasa selalu

mengalami perkembangan, maka tidak dijamin kalau bahasa penulis terkenal dapat

dijadikan patokan bahasa baku.

3. Dasar Demokrasi

Dasar demokrasi adalah penentuan bahasa baku berdasarkan data statistik, yaitu setiap

bentuk satuan bahasa harus diselidiki, dicatat lalu dihitung satuan frekuensi

penggunannya. Mana yang terbanyak itulah yang dianggap benar. Namun juga

ditemukan kelemahan, yaitu dapat atau tidaknya hal tersebut dilaksanakan, karena

tentu saja akan memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar.

4. Dasar Logika

Dasar logika adalah penentuan baku atau tidaknya bahasa berdasarkan pemikiran

logika. Namun, dasar ini tidak dapat digunakan untuk penentuan bahasa baku karena

seringkali struktur bahasa tidak sesuai dengan pemikiran logika.

5. Dasar Bahasa Orang-orang yang Dianggap Terkemuka dalam Masyarakat

Dasar ini mengajukan bahwa penentuan baku atau tidaknya suatu bahasa didasarkan

pada bahasa orang-orang yang terkemuka. Namun, tidak adanya yang menjamin bahwa

bahasa orang-orang yang terkemuka sudah berdasarkan aturan tata bahasa.

Karena dasar diatas mempunyai kelemahan sebagai dasar penentu bahasa baku, khususnya

untuk bahasa Indonesia, maka Baradja mengemukakan bahwa kelima dasar di atas dapat

digunakan jika digabungkan dengan dasar yang pertama, yaitu dasar otoritas.

Otoritas untuk menentukan pembakuan bahasa Indonesia saat ini ada pada Lembaga

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan atau

lebih dikenal dengan Pusat Bahasa.

Ada beberapa sarana dalam usaha pembakuan bahasa yaitu:

a. Pendidikan

Jalur pendidikan formal merupakan salah satu sarana yang paling tepat untuk

menghidupkan eksistensi bahasa baku. Disini bisa disebarluaskan bahasa baku.

6

Page 9: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

b. Industri Buku

Melalui bukulah ragam bahasa baku (tulis) dapat ditampilkan dan disebarluaskan

ditengah masyarakat.

c. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan penyedia buku-buku yang dapat dibaca oleh masyarakat

secara gratis. Sehingga bahasa baku akan lebih cepat tersebar ke berbagai kalangan

karena tidak harus membeli buku.

d. Administrasi Negara

Kelangsungan eksistensi bahasa baku dapat terjamin dengan adanya administrasi

negara yang rapi, tertib, dan teratur. Administrasi negara yang kacau dan tidak teratur

dapat merusak kelangsungan eksistensi bahasa baku, sebab salah satu tempat

digunakannya bahasa baku adalah pada administrasi kenegaraan.

e. Media Massa

Surat kabar dan majalah merupakan sarana bacaan yang paling banyak mendekati

masyarakat. Maka melalui media massa akan lebih menjamin tercapainya pembakuan

bahasa dengan lebih luas.

f. Tenaga

Pembakuan bahasa memerlukan tenaga-tenaga terlatih dan terdidik dalam bidang

kebahasaan, dan alangkah baiknya bila pada tempat-tempat tertentu tersedia tenaga

kebahasaan sehingga bagi yang memerlukan informasi kebahasaan dapat dipermudah

dengan keberadaan tenaga-tenaga tersebut.

g. Penelitian

Tanpa adanya penelitian yang terus-menerus dalam bidang kebahasaan, maka usaha

pengembagan dan pembakuan bahasa tidak akan mencapai kemajuan.

2.4 Bahasa Indonesia Baku

Secara resmi fonem-fonem bahasa Indonesia telah ditentukan keberadaannya tetapi

mengenai pelafalannya atau ucapannya belum pernah dilakukan pembakuan. Namun, ada

semacam kosensus yang rumusnya berbentuk negatif, bahwa yang disebut lafal bahasa

Indonesia yang benar adalah lafal yang tidak lagi menampakkan ciri-ciri bahasa daerah.

7

Page 10: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

Pembakuan dalam bidang ejaan telah selesai dilakukan untuk bahasa Indonesia.

Pembakuan ejaan ini telah melalui proses cukup panjang. Dimulai dengan ditetapkannya ejaan

Van Ophuijsen pada tahun 1901, dilanjutkan dengan perbaikannya yang disebut ejaan

Suwandi atau ejaan republik pada tahun 1947. Lalu diteruskan dengan penyempurnaan dengan

ditetapkannya Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan pada tahun 1972 (dan revisinya

pada tahun 1988), yang diatur dalam ejaan adalah cara menggunakan huruf, cara penulisan

kata dasar, kata ulang, kata gabung, cara penulisan kalimat, dan juga cara penulisan unsur-

unsur serapan. Berikut ini contoh penulisan bentuk kata yang baku dan yang tidak baku.

Bentuk baku Bentuk tidak baku

Administratif Administratip

Ahli Akhli

Anarki Anarkhi, Anarsi

Anggota Anggauta

Anjlok Anjlog

Apotek Apotik,apothek

Doa Do’a

Hadis Hadist, Hadith

Izin Idzin, ijin

Maaf Ma’af, Maap

Panitia Panitya

Teater Theather

Walafiat Wal’afiat

Mengindonesiakan Meng-indonesiakan

Pembakuan dalam bidang tata bahasa juga sudah dilakukan yakni dengan

diterbitkannya buku tata bahasa yang diberi nama Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Meskipun masih banyak kritik dilancarkan terhadap buku tersebut, yang barangkali karena

perbedaan persepsi dan teori ketatabahasaan yang dianut, kehadiran buku tersebut sebagai

upaya dalam pembakuan tata bahasa merupakan sesuatu yang sangat berharga. Berikut adalah

bentuk bahasa baku secara gramatikal :

8

Page 11: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

Bentuk baku Bentuk tidak baku

Rektor meninjau perumahan karyawan

IKIP.

Rektor tinjau perumahan karyawan

IKIP.

Kuliah sudah berjalan dengan baik. Kuliah sudah sudah jalan dengan baik.

Bapak Cahyono pergi ke Surabaya. Bapak Cahyono ke Surabaya.

Dia tahu bahwa saya belum menikah lagi. Dia tahu, saya belum menikah lagi.

Dia dimarahi guru karena sering terlambat. Dia dimarahi guru, dia sering

terlambat.

Surat Saudara sudah saya baca. Surat Saudara saya sudah baca.

Mereka harus membersihkan dulu ruangan

itu.

Mereka harus bikin bersih dulu

ruangan ini.

Jika diperhatikan dan bandingkan struktur kalimat pada deretan kiri dan deretan kanan, maka

akan bisa memahami aturan gramatikal bahasa baku yang ada dalam bahasa Indonesia.

Pembakuan bahasa Indonesia dalam bidang kosakata dan peristilahan juga telah lama

dilakukan. Kebakuan unsur leksikal dapat dilihat dari (1) ejaannya, (2) lafalnya, (3)

bentuknya, (4) sumber pengambilannya. Kebakuan menurut bentuk, misalnya, tetapi dan

begitu adalah bentuk yang baku, sedangkan tapi dan gitu adalah bentuk yang tidak baku.

Kebakuan kosakata menurut sumber pengambilannya disebut tidak baku kalau kosakata itu

adalah kosakata bahasa daerah atau jelas-jelas bukan kosakata bahasa baku. Misalnya, kata

tidak dan uang adalah baku, sedangkan nggak dan duit adalah tidak baku.

Sering kali bahasa baku “harus” meminjam unsur leksikal dari kosata tidak baku

karena memang diperlukan. Sepanjang memang diperlukan karena belum ada padanannya

dalam kosakata bahasa baku maka hal itu tidak menjadi permasalahan, unsur leksikal bisa saja

diperlukan sebagai unsur pinjaman atau serapan. Artinya, aturan mengenai unsur pinjaman

dapat dikenakan kepada kosakata tidak baku tersebut.

9

Page 12: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahasa baku (lebih tepat disebut dengan ragam bahasa baku) dan bahasa nonbaku

merupakan bagian dari variasi bahasa. Bahasa baku adalah salah satu variasi bahasa (dari

sekian banyak bahasa) yang diangkat dan disepakati sebagai ragam bahasa yang akan

dijadikan tolok ukur sebagai bahasa yang “baik dan benar” dalam komunikasi yang bersifat

resmi, baik secara lisan maupun tulisan. Keputusan untuk memilih dan mengangkat salah satu

ragam bahasa, baik regional maupun sosial, merupakan keputusan yang bersifat politis, sosial

dan linguistis.

Selain fungsi penggunaannya untuk situasi-situasi resmi, ragam bahasa baku juga

mempunyai fungsi lain yang bersifat sosial politik, yaitu fungsi pemersatu, fungsi pemisah,

fungsi harga diri dan fungsi kerangka acuan. Keempat fungsi tersebut akan dapat dilakukan

oleh sebuah ragam bahasa baku jika ragam bahasa baku itu telah memiliki tiga ciri yang

sangat penting yaitu, memiliki ciri kemantapan yang dinamis, memiliki ciri kecendekiaan dan

memiliki ciri kerasionalan. Ketiga ciri tersebut bukan merupakan sesuatu yang sudah tersedia

di dalam kode bahasa, melainkan harus diusahakan keberadaanya melalui usaha yang terus-

menerus dilakukan dan tidak terlepas dari rangkaian kegiatan perencanaan bahasa.

Dasar pemilihan ragam bahasa baku terdiri atas dasar otoritas, dasar bahasa penulis-

penulis terkenal, dasar demokrasi, dasar Logika, dan dasar bahasa orang-orang yang dianggap

terkemuka dalam masyarakat. Ada beberapa sarana dalam usaha pembakuan bahasa yaitu:

pendidikan, industri buku, perpustakaan, administrasi negara, media massa, tenaga dan

penelitian.

Pembakuan dalam bidang ejaan telah selesai dilakukan untuk bahasa Indonesia. Secara

resmi fonem-fonem bahasa Indonesia telah ditentukan keberadaannya tetapi mengenai

pelafalannya atau ucapannya belum pernah dilakukan pembakuan. Namun, ada semacam

kosensus yang rumusnya berbentuk negatif, bahwa yang disebut lafal bahasa Indonesia yang

benar adalah lafal yang tidak lagi menampakkan ciri-ciri bahasa daerah.

10

Page 13: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

3.2 Saran

Penulis mengharapkan melalui makalah ini dapat menambah wawasan bagi para

pembaca tentang Pembakuan Bahasa. Penulis juga mengharapkan para pembaca untuk

mempelajari tentang Pembakuan Bahasa dari berbagai sumber tidak hanya berpatokan pada

makalah ini, karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan

materi yang disajikan hanya secara garis besar saja. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

11

Page 14: Makalah Sosiolinguistik Kelompok 4_Pembakuan Bahasa

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka

Cipta.

12