Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

24
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI [Ni{NH 3 } 6 ]I 2 KELOMPOK : 3 NAMA NIM SRI DWIWATI 06111010023 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 APRIANSYAH 06111010020 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI 06111010022 DITA DWI FEBRIANA 06111010024

description

Author : Sri Dwiwati

Transcript of Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

Page 1: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI [Ni{NH3}6]I2

KELOMPOK : 3

NAMA NIM

SRI DWIWATI 06111010023

FERI SETIAWAN 06111010018

ZULKANDRI 06111010019

APRIANSYAH 06111010020

AMALIAH AGUSTINA 06111010021

BERLY DWIKARYANI 06111010022

DITA DWI FEBRIANA 06111010024

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Page 2: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

I. NOMOR PERCOBAAN : V

II. JUDUL PERCOBAAN : PEMBUATAN SENYAWA KOORDINASI,

[Ni{NH3}6]I2

III. TUJUAN PERCOBAAN : Mempelajari pembuatan senyawa koordinasi

[Ni{NH3}6]I2

IV. DASAR TEORI

Senyawa Koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion sederhana

(kation maupun anion) serta ion kompleks. Unsur transisi periode keempat dapat

membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam

transisi dan ligan. Ligan adalah molekul atau ion yang terikat pada kation logam

transisi. Interaksi antara kation logam transisi dengan ligan merupakan reaksi

asam-basa Lewis. Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan

sebagai spesi pendonor (donator) elektron. Sementara itu, kation logam transisi

merupakan asam Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron.

Dengan demikian, terjadi ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan

kation logam transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam

transisi kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang

elektron bebas (PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai

ligan adalah H2O, NH3, CO, dan ion Cl-.

Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam

transisi. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah

dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan bilangan

koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan koordinasi yang

sering dijumpai adalah 4 dan 6.

Berdasarkan jumlah atom donor  yang memiliki pasangan elektron bebas

(PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, dan

polidentat. H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat (mendonorkan satu pasang

elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-NH2, sering disebut dengan

istilah en) merupakan contoh ligan bidentat (mendonorkan dua pasang elektron).

Page 3: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

Ligan bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen chelat (mampu

mencengkram kation logam transisi dengan kuat).

Muatan ion kompleks adalah penjumlahan dari muatan kation logam

transisi dengan ligan yang mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-,

bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian,

bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion

[Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0

(nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.

Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu

ion kompleks maupun senyawa kompleks :

1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa

ionik pada umumnya.

2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad, kemudian

dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.

3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat

dilihat pada Tabel Nama Ligan.

4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan

awalan di-, tri, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.

5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan

Romawi.

6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi

akhiran at. Nama kation logam transisi pada ion kompleks bermuatan

negatif dapat dilihat pada Tabel Nama.

Kation pada Anion Kompleks.

Tabel Nama Ligan

Ligan Nama Ligan

Bromida, Br- Bromo

Klorida, Cl- Kloro

Sianida, CN- Siano

Hidroksida, OH- Hidrokso

Page 4: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

Oksida, O2- Okso

Karbonat, CO32- Karbonato

Nitrit, NO2- Nitro

Oksalat, C2O42- Oksalato

Amonia, NH3 Amina

Karbon Monoksida, CO Karbonil

Air, H2O Akuo

Etilendiamin Etilendiamin (en)

Tabel Nama Kation pada Anion Kompleks

Kation Nama Kation pada Anion Kompleks

Aluminium, Al Aluminat

Kromium, Cr Kromat

Kobalt, Co Kobaltat

Cuprum, Cu Cuprat

Aurum, Au Aurat

Ferrum, Fe Ferrat

Plumbum, Pb Plumbat

Mangan, Mn Manganat

Molibdenum, Mo Molibdat

Nikel, Ni Nikelat

Argentum, Ag Argentat

Stannum, Sn Stannat

Tungsten, W Tungstat

Zink, Zn Zinkat

Bentuk ion kompleks dipengaruhi oleh jumlah ligan, jenis ligan, dan jenis

kation logam transisi. Secara umum, bentuk ion kompleks dapat ditentukan

melalui bilangan koordinasi. Hubungan antara bilangan koordinasi terhadap

bentuk ion kompleks dapat dilihat pada tabel berikut :

Bilangan Koordinasi Bentuk Ion Kompleks

Page 5: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

2 Linear

4 Tetrahedral atau Square Planar

6 Oktahedral

Senyawa Nikel(II)

Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri

oktahedrom, hanya sedikit mengadopsi geometri tertrahedron dan bujursangkar.

Ion heksaakuanikel(II) berwarna hijau; penambahan amonia menghasilkan ion

biru heksaaminanikel(II) menurut persamaan reaksi :

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 (aq) [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6H2O (l)

Penambahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel(II)

menghasilkan endapan gelatin hijau nikel(II) hidroksida menurut persamaan

reaksi:

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- [Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)

Seperti halnya kobalt(II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri

tertrahedron yaitu halide, misalnya ion tertrakloronikelat(II) yang berwarna biru.

Senyawa kompleks ini terbentuk dari penambahan HCl pekat kedalam larutan

garam nikel(II) dala air menurut persamaan reaksi:

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq) [NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)

Hijau biru

Senyawa kompleks nikel(II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion

tetrasianonikelat(II). [Ni(CN)4]2-, yang berwarna kuning, dan bis

(dimetilglioksimato) nikel(II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink. Warna

yang karakteristik pada kompleks yang di kedua ini merupakan reaksi penguji

terhadap ion nikel(II) ; senyawa kompleks ini dapat diperoleh dari penambahan

larutan dimetilglikosim (C4N2O2H8 = DMGH) ke dalam larutan nikel(II) yang

dibuat tepat basa dengan penambahan amonia menurut persamaan reaksi:

[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2DMGH (aq) + 2OH- [Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)

a. Sifat-Sifat

Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi.

Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor

Page 6: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam

besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.

b. Kegunaan

Nikel digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat

dan alloy lain yang bersifat tahan korosi, seperti Invar®, Monel ®, Inconel ®, dan

Hastelloys ®. Alloy tembaga-nikel berbentuk tabung banyak digunakan untuk

pembuatan instalasi proses penghilangan garam untuk mengubah air laut menjadi

air segar.

Nikel, digunakan untuk membuat uang koin,dan baja nikel untuk melapisi

senjata dan ruangan besi (deposit di bank), dan nikel yang sangat halus, digunakan

sebagai katalis untuk menghidrogenasi minyak sayur (menjadikannya padat).

Nikel juga digunakan dalam keramik, pembuatan magnet Alnico dan baterai

penyimpanan Edison ®.

Senyawa Iodida

Ditemukan oleh Courtois ada tahun 1811. Iod tergolong  unsur halogen,

terdapat dalam bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut,

sendawa Chili, tanah kaya nitrat (dikenal sebagai kalis, yakni  batuan sedimen

kalsium karbonat  yang keras), air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam

air payau dari sumur minyak dan garam. Iod atau Yodium yang sangat murni

dapat diperoleh dengan mereaksikan kalium iodida dengan tembaga sulfat. Ada

pula metode lainnya yang sudah dikembangkan.

a. Sifat-sifat

Iod adalah padatan berkilauan berwarna hitam kebiru-biruan, menguap

pada suhu kamar menjadi gas ungu biru dengan bau menyengat. Iod membentuk

senyawa dengan banyak unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang

kemudian menggeser iodida. Iod menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod

mudah larut dalam kloroform, karbon tetraklorida, atau karbon disulfida yang

kemudian membentuk larutan berwarna ungu yang indah. Iod hanya sedikit larut

Page 7: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

dalam air. Ada 30 isotop yang sudah dikenali. Tapi hanya satu isotop yang stabil, 127I yang terdapat di alam. Isotop buatan 131I, memiliki masa paruh waktu 8 hari,

dan digunakan dalam proses penyembuhan kelenjar tiroid. Senyawa yang paling

umum adalah iodida dari natrium dan kalium (KI), juga senyawa iodatnya

(KIO3).  Kekurangan iod dapat menyebabkan penyakit gondok.

b. Kegunaan

Senyawa iod sangat penting dalam kimia organik dan sangat berguna

dalam dunia pengobatan. Iodida dan tiroksin yang mengandung iod, digunakan

sebagai obat, dan sebagai larutan KI dan iod dalam alkohol digunakan sebagai

pembalut luar. Kalium iodida juga digunakan dalam fotografi. Warna biru tua

dengan larutan kanji merupakan karakteristik unsur bebas iod.

V. ALAT DAN BAHAN

Beaker gelas 100 mL

Batang pengaduk

Corong Hirsch

Kertas saring

Silinder pengukur 10 mL

H2O2 3%

Ammonia 1 M

Etanol

Nikel klorida heksahidrat

Potassium iodide

Indikator amilum

Tabung reaksi dengan label

VI. PROSEDUR KERJA

1. Larutkan 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam gelas beker yang berisi 5 mL

air.

Page 8: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

2. Letakkan gelas beker tersebut dalam lemari asam dan tambahkan 10 mL

larutan NH3 pekat (15 M)

3. Tambahkan ke dalam campuran tersebut 2,6 gr potassium iodide. Biarkan

campuran tersebut beberapa menit.

4. Kumpulkan kristal yang terbentuk dalam corong Hirsch, cuci 2 kali dengan 2

mL larutan etanol 1:1 dan kemudian tambahkan 2 mL etanol.

5. Keringkan kristal di udara terbuka dengan diangin-angin selama beberapa

menit.

6. Pindahkan kristal-kristal yang telah kering tersebut ke dalam kertas saring.

7. Pindahkan kelebihan pelarut yang ada dengan menekan atau memampatkan

kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring.

8. Pindahkan hasilnya ke dalam tabung yang telah ditimbang beratnya dan

diberi label. Timbang berat tabung beserta isinya dan hitunglah persentase

berat yang dihasilkan berdasarkan jumlah nikel klorida heksahidrat yang

digunakan.

9. Lakukan tes pengujian adanya ion nikel dengan cara: larutkan sedikit sampel

(0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan NH3 (5 M) dan kemudian

tambahkan 5 tetes larutan dimetil glioksim, maka akan terbentuk endapan

merah strawberry bila larutan mengandung nikel (II).

10. Lakukan tes pengujian adanya ion iodide dengan cara: larutkan sedikit sampel

(0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan asam sulfat 5 M,

kemudian tambahkan larutan H2O2 3%. Ujilah larutan tersebut dengan

indikator amilum. Timbulnya warna biru kehitam-hitaman menunjukkan

bahwa dalam larutan tersebut mengandung iodin.

VII. HASIL PENGAMATAN

NO PROSEDUR HASIL PENGAMATAN

Page 9: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

1 gr nikel klorida + 5 mL air

Campuran no.1 + 10 mL NH3 15 M

Campuran no.2 + KI 2,6 gr

Diamkan beberapa menit

Kristal disaring dan dicuci dengan

etanol

Kristal dikeringkan beberapa menit

Pindahkan kelebihan pelarut dengan

menekan Kristal diantara 2 lembar

kertas saring lalu di oven.

Pindahkan kristal pada wadah dan

ditimbang.

Uji ion nikel

0,1 gr kristal larutkan dalam 0,5 mL

air + 2 tetes NH3 + 5 tetes dimetil

Nikel klorida (hijau) + air (tak berwarna)

nikel larut dalam air dan larutan berwarna

hijau.

Campuran (hijau) + NH3 (tak berwarna)

larutan berubah menjadi berwarna biru.

Campuran (biru) + KI (s) (putih) KI larut

dalam larutan dan larutan berwarna ungu

muda.

Terdapat endapan berupa kristal berwarna

ungu dan larutan bening.

Kristal tetap berwarna ungu

Kristal mengering dan tetap berwarna ungu

Kristal menjadi lebih kering

Hasil timbangan:

- Wadah porselen = 11,7585 gr

- Porselen + kristal = 14,1142 gr

Berat kristal = 14,1142 gr - 11,7585 gr

= 2,3557 gr

Kristal (ungu) + air (tak berwarna)

kristal tidak larut, larutan berwarna putih

Page 10: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

9.

glioksim.

Uji ion iodin

0,1 gr kristal larutkan dalam 0,5 mL

air + 2 tetes H2SO4 5 M + H2O2 3%

Uji dengan indikator amilum

Campuran (putih keunguan) + NH3 (tak

berwarna) kristal tidak larut, larutan

berwarna putih

Campuran (putih keunguan) + dimetil

glioksim (tak berwarna) kristal

berubah warna menjadi merah keunguan

Kristal (ungu) + air (tak berwarna)

kristal tidak larut, larutan berwarna putih

Campuran (putih keunguan) + H2SO4 (tak

berwarna) larutan berwarna biru muda

dan kristal menjadi sedikit berkurang

Campuran (biru) + H2O2 3% (tak

berwarna) warna larutan menjadi lebih

pekat (biru pekat)

Campuran (biru) + 5 tetes indikator

amilum (tak berwarna) larutan

berwarna biru, endapan tetap ungu.

VIII. MEKANISME REAKSI

Reaksi Pembentukan Senyawa Koordinasi

NiCl3 (s) + 6 H2O (s) → NiCl3.6H2O (aq)

NiCl3.6 H2O (aq) → Ni 3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 6H2O (aq)

Ni 2+ (aq) + 2 NH3 (aq) + 2 H2O (aq) → Ni (OH)2 (s) ↓ + 2 NH3 (aq)

Ni (OH)2 (s) + 6 NH3 (aq) → [Ni{NH3}6] 2+ (aq) + 2 OH- (aq)

[Ni (NH3)] 2+ (aq) + 2 KI (aq) + 2 OH- (aq) → [Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 KOH (aq)

Pengujian Ion Nikel

Page 11: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

[Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 H2O (l) + NH3 (aq) → Ni 2+ (aq) + 7NH3 (aq) + 2 I- (aq) +

2 OH-(aq) + 2H+

(aq)

CH3-C=N-OHNi 2+

(aq) + 2 + 2 OH- (aq) → Ni(C4H7N2O2)2 (s) + 2H2O(l)

CH3-C=N-OH (aq)

(dimetil glioksim) (nikel dimetil glioksim)

Pengujian Ion Iod

[Ni{NH3}6]I2(s) + H2O(l) + H2SO4(aq) → [Ni{NH3}6]2+(s) + 2I- (aq) + H2SO4(aq) +

H2O (aq)

H2O2 (aq) + 2I- (aq) + 2H+ (aq) → I2 (aq) + 2 H2O (aq)

IX. ANALISA DATA

Dik : Massa NiCl3 = 1 gr

Mr NiCl3 = 129,69 gr/mol

n NiCl3= 1 gr

129,69 gr /mol = 0,00771 mol

Massa H2O = ρ . V

= 0,996 gr/ml. 5 ml

= 4,98 gr

n H2O = 4,98 gr

18 gr /mol = 0,277 mol

n NH3 = V. M

= 0,01 L. 5 M

= 0,05 mol

Massa KI = 2,6 gr

Page 12: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

n KI = 2,6 gr

166 gr /mol = 0,0157 mol

Reaksi Pembentukan :

NiCl3 (s) + 6 H2O (s) → Ni 3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 6H2O (aq)

M 0,00771 0,277 - - -

R 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771

S - 0,026929 0,00771 0,00771 0,00771

Ni 2+ (aq) + 6 NH3 (aq) → [Ni{NH3}6] 2+ (aq)

M 0,00771 0,05 -

R 0,00771 0,00771 0,00771

S - 0,04229 0,00771

[Ni (NH3)] 2+ (aq) + 2 KI (aq) + 2 OH- (aq) → [Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 KOH (aq)

M 0,00771 0,0157 0,00771 - -

R 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771 0,00771

S - 0,00799 - 0,00771 0,00771

Massa [Ni{NH3}6]I2 secara teori = n . Mr

= 0.00771 mol . 414,69 gr/mol

= 3,19 gr

Massa [Ni{NH3}6]I2 secara praktek

Berat porselen = 11,7585 gr

Berat porselen + kristal [Ni{NH3}6]I2 = 14,1142 gr

Berat kristal = 14,1142 gr - 11,7585 gr = 2,3557 gr

% Kesalahan = produk secara teori – produk secara praktek x 100 %

Produk secara teori

= 3,19 gr – 2,3557 gr x 100 %

3,19 gr

= 26,15 %

Page 13: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

X. PEMBAHASAN

Percobaan pembuatan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2 bertujuan untuk

mempelajari langkah-langkah pembuatan senyawa koordinasi. Selain itu, melalui

percobaan ini dilakukan pengujian nikel dan iodin pada senyawa koordinasi yang

akan dibuat. Pertama, melarutkan serbuk nikel klorida dilarutkan dalam aquadest

sehingga membentuk larutan NiCl3.6H2O, yang lama – kelamaan nikel klorida

tersebut terionisasi menjadi ion Ni 3+ dan Cl- dengan reaksi sebagai berikut :

NiCl3 (s) + 6 H2O (s) → NiCl3.6H2O (aq)

NiCl3.6H2O (aq) → Ni 3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 6H2O (aq)

Nikel klorida larut dalam air yang menghasilkan larutan berwarna hijau.

Selanjutnya larutan tersebut di tambahkan dengan larutan NH3 pekat 15 M dan

menghasilkan larutan yang berwarna biru. Kemudian campuran ditambahkan lagi

dengan KI sebanyak 2,6 gram menghasilkan larutan yang berwarna ungu, lalu

didiamkan beberapa menit sehingga terlihat adanya endapan atau kristal yang

berwarna ungu sedangkan larutannya tidak berwarna. Kristal yang terbentuk

inilah yang merupakan senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2. Setelah direaksikan,

ion heksa amin nikel (II) yang bermuatan +2 ini akan berikatan dengan ion iodide

yang berasal dari kalium iodide dan menghasilkan senyawa koordinasi

[Ni{NH3}6]I2 yang berupa kristal ungu. Dengan reaksi:

[Ni{NH3}6] 2+ (aq) + 2OH- + 2KI (s) → [Ni{NH3}6]I2 (s) ↓ + 2KOH (aq)

Karena produk utama yang inginkan adalah kristal [Ni{NH3}6]I2, maka dilakukan

penyaringan untuk memisahkan endapan tersebut dari filtratnya. Untuk

mendapatkan kristal yang lebih murni, dilakukan dua kali pencucian dengan

menggunakan etanol. Etanol disini befungsi sebagai pelarut. Etanol memiliki titik

didih rendah sehingga mudah menguap dan mengakibatkan mudah tebentuknya

kristal. Selain itu, etanol tidak bereaksi dengan endapan yang didapatkan. Larutan

etanol ini akan membersihkan kristal-kristal [Ni{NH3}6]I2 yang terbentuk dengan

mengikat sisa-sisa air dan KOH yang tersisa pada endapan tersebut. Setelah itu,

kristal diangin-anginkan untuk menghilangan sisa-sisa air yang masih terkandung

dalam kristal. Karena kristal belum benar-benar kering, maka kristal dikeringkan

Page 14: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

dengan menggunakan oven. Setelah benar-benar kering, didapat kristal

[Ni{NH3}6]I2 sebanyak 2,3557 gr . Massa Kristal [Ni{NH3}6]I2 yang didapat

secara praktek ini, berbeda dengan hasil yang didapat menurut perhitungan secara

teori yang mana telah dihitung adalah 3,19 gr. Sehingga persentase kesalahan

yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebesar 26,15 %. Kesalahan yang

terjadi pada pembuatan kristal [Ni{NH3}6]I2 ini disebabkan oleh banyak faktor

diantaranya adalah :

1. Kekurangtelitian praktikan dalm mnimbang massa bahan seperti NiCl3 dan

KI, atau kekurangtelitian dalam menukar volume larutan yang digunakan.

2. Terlalu lamanya waktu yang digunakan saat mendiamkan campuran

setelah penambahan KI, sehingga ada kemungkinan endapan [Ni{NH3}6]I2

yang sudah terbentuk melarut kembali.

3. Kurang maksimalnya proses penyaringan yang dilakukan, misalnya masih

terasa endapan dalam larutan sehingga jumlah endapan yang didapat

berkurang.

4. Ada kemungkinan kurang maksimalnya reaksi yang terjadi, sehingga

jumlah endapan atau produk yang dihasilkan tidak maksimal.

Kedua adalah uji ion nikel, ke dalam kristal [Ni(NH3)6]I2 yang terlebih

dulu dilarutkan dalam air ditambahkan larutan ammonia dan dimetil glioksim.

Endapan yang dihasilkan dari reaksi ini adalah endapan berwarna merah

keunguan. Endapan merah ini menunjukkan adanya ion nikel dalam larutan itu.

Endapan merah ini terbentuk dari larutan yang tepat basa dengan ammonia. Jadi,

fungsi penambahan ammonia adalah agar larutan berada dalam suasana basa.

Endapan ini adalah nikel dimetilglioksim dengan rumus Ni(C4H7N2O2)3.

Terakhir adalah uji iodide, kristal [Ni(NH3)6]I2 yang telah dilarutkan ke

dalam air lalu ditambahkan dengan asam sulfat. Ketika ditambahkan dengan asam

sulfat endpan yang terbentuk sedikit larut. Fungsi asam sulfat disini sebagai

pemberi suasana asam pada larutan, sehingga akan mudah dioksidasi menjadi iod

bebas dengan sejumlah zat pengiksidasi. Kemudian ditambahkan larutan H2O2

3%, ketika ditambahkan dengan H2O2 3% perubahan warna biru yang dihasilkan

menjadi lebih pekat. Selanjutnya ditambahkan dengan larutan amilum. Larutan

Page 15: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

amilum berfungsi sebagai indikator. Setelah ditambahkan amilum, tidak tampak

adanya perubahan larutan tetap biru dan endapan tetap ungu. Seharusnya pada

literatur terjadi perubahan pada larutan, yaitu berubah warna menjadi biru

kehitaman. Warna inilah yang menunjukkan adanya ion iodide pada larutan.

Tidak adanya perubahan ini dapat terjadi karena kesalahan yang dapat berasal dari

praktikan maupun alat dan bahan yang digunakan.

XI. KESIMPULAN

1. Pembuatan senyawa koordinasi [Ni(NH3)6]I2 adalah dengan proses

kristalisasi.

2. Etanol berfungsi untuk mengikat sisa air dan larutan lain yang masih

terkandung dalam kristal.

3. Endapan berwarna merah strawberry pada uji ion nikel menunjukkan

adanya ion nikel dalam larutan.

4. Ammonia pada uji nikel berfungsi sebagai pemberi suasana basa.

5. Larutan berwarna biru kehitaman setelah ditambahkan indikator amilum

pada uji iodide menunjukkan adanya ion iodide pada larutan tersebut.

6. Fungsi asam sulfat disini sebagai pemberi suasana asam pada larutan,

sehingga akan mudah dioksidasi menjadi iod bebas dengan sejumlah zat

pengiksidasi.

7. Kristal [Ni{NH3}6]I2 yang dihasilkan adalah sebanyak 2,3557 gr.

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Susilo Tri. 2011. Senyawa Kompleks Koordinasi, (Online).

(http://chemistry35.blogspot.com/2011/11/senyawa-kompleks-

koordinasi.html, dikases 13 Maret 2014).

Page 16: Kelompok 3 - Percobaan 5 - Pembuatan Senyawa Koordinasi

Azzahra, Fleur. 2011. Pembuatan Senyawa Koordinasi, [Ni(NH3)6]I2, (Online).

(http://fleurazzahra.blogspot.com/2011/12/pembuatan-senyawa-

koordinasi-ninh36i2.html, dikases 13 Maret 2014).

Munika. 2011. Percobaan 4 Pembentukan Senyawa Koordinasi, (Online).

(http://www.scribd.com/document_downloads/direct/69964588?

extension=docx&ft=13947145, dikases 13 Maret 2014).

Zulaiha, Zila. 2011. Laporan Praktikum Kimia Anorganik 2 - Pembuatan

Senyawa Koordinasi, [Ni(NH3)6]I2, (Online).

(http://zilazulaiha.blogspot.com/2011/11/laporan -praktikum-kimia-

anorganik-2.html, dikases 13 Maret 2014).

LAMPIRAN