Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

27
PERUBAHAN JARINGAN JALAN KAWASAN PENDIDIKAN JATINANGOR Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Pengantar Jaringan Jalan Semester V Tahun Ajaran 2013/ 2014 Disusun Oleh: Adi Setiadi Supendi 111134002 Dede Agung Ginanjar 111134010 Dery Nurfian P 111134011 3 D4 TPJJ DIV - TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013

Transcript of Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

Page 1: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

PERUBAHAN JARINGAN JALANKAWASAN PENDIDIKAN

JATINANGORDisusun untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Pengantar Jaringan Jalan

Semester V Tahun Ajaran 2013/ 2014

Disusun Oleh:

Adi Setiadi Supendi 111134002Dede Agung Ginanjar 111134010Dery Nurfian P 111134011

3 – D4 TPJJ

DIV - TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2013

Page 2: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

i

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah

serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini

bertujuan untuk memenuhi mata kuliah PJJ(Pengantar Jaringan Jalan) yang diajarkan oleh

Bapak Atmam Anwar, MSCE.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari adanya kerjasama

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah kami

mengucapkan teriman kasih kepada :

1. Bapak Atmam Anwar, MSCE selaku Dosen mata kuliah PJJ(Pengantar Jaringan

Jalan).

2. Bapak Yaya selaku narasumber yang telah meluangkan waktu unutk bercerita

mengenai seluk beluk Jatinangor mulai dari zaman penjajahan Belanda.

3. Ibu Eti selaku narasumber yang terlah meluangkan waktu untuk menjawab seluruh

pertanyaan kami mengenai kawasan Jatingor, jembatan Cincin serta daerah sekitar

kampus UNPAD.

4. Bapak Ambrin selaku narasumber yang telah meluangkan waktu dan memberikan

tempat istirahat saat kami melakukan survey di Kawasan Pendidikan Jatinangor.

5. Sdri. Asti Puspa Dewi Handayani selaku mahasiswi unpad yang telah meluangkan

waktu untuk membantu meberikan foto mengenai daerah kostan sekitar kampus

unpad (Cikuda).

6. Serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Kami menyadari, Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala

kerendahan kami mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi berbagai pihak.

Bandung, Oktober 2013

Tim Penulis

Page 3: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

ii

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 11.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 11.3. Tujuan ............................................................................................................... 11.4. Ruang Lingkup.................................................................................................. 1

1.4.1 Ruang Lingkup Materi .................................................................... 11.4.2 Ruang Lingkup Wilayah.................................................................. 2

1.5. Sistematika Pembahasan ................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN TEORI ......................................................................................... 4

2.1. Tata Guna Lahan ............................................................................................... 4

2.1.1. UNPAD ........................................................................................... 4

2.1.2. IKOPIN............................................................................................ 4

2.1.3. IPDN................................................................................................ 4

2.1.4. ITB................................................................................................... 4

2.2. Jaringan Jalan .................................................................................................... 5

2.2.1 Jaringan Jalan ................................................................................. 5

2.2.2 Klasifikasi Jalan............................................................................... 5

2.2.3 Kapasitas Jalan ................................................................................ 6

2.2.4 Tingkat Pelayanan Jalan .................................................................. 7

2.2.5 Satuan Kendaraan............................................................................ 8

2.3. Kawasan Pendidikan Jatinangor........................................................................ 8

BAB 3 PEMBAHASAN PERSOALAN ..................................................................... 10

3.1. Kondisi Wilayah Sebelum Ditetapkan Menjadi Kawasan Pendidikan ............. 10

3.2. Karakteristik Kawasan Pendidikan Jatianangor ................................................ 12

3.3. Karakteristik Ruas Jalan Studi .......................................................................... 12

3.4. Karakteristik Guna Lahan Di Sekitar Kawasan Pendidikan Jatinangor............ 12

3.5. Kondisi Lalu Lintas Di Sekitar Kawasan Pendidikan Jatinangor ..................... 13

BAB 4 KESIMPULAN ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iii

LAMPIRAN.................................................................................................................. iv

Page 4: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kesadaran dan kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas semakin meningkat di

masayarakat. Jumlah perguruan tinggi negeri di Kota Bandung sendiri ada 5, yaitu :

ITB, POLBAN, UIN, UPI, dan UNPAD. Kebutuhan akan guna lahan untuk pendidikan

sangat dibutuhkan, akan tetapi di Kota Bandung sendiri sudah tidak lagi memadai.

Maka, pada tahun 1987 Kecamatan Jatinangor resmi ditetapkan sebagai kawasan

pendidikan oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat

No. 593/3590/1987. Diawali oleh UNPAD(1983), IKOPIN(1984), IPDN(1988),

ITB(2010).

1.2. RUMUSAN MASALAH

Kecamatan Jatinangor memiliki luas 26,20 km2 dan 3.285,5 hektar, terbagi dalam 7

wilayah peruntukkan berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No. 593/3590/1987.

1. Seperti apa jaringan jalan yang ada sekarang ?

2. Bagaimana akses angkutan umum menuju kawasan Jatinangor ?

3. Bagaimana proses pengalihan lahan di kawasan Jatinangor ?

1.3. TUJUAN

1. Sebagai tugas mata kuliah PJJ (Perencanaan Jaringan Jalan)

2. Mengetahui perkembangan jaringan jalan sejalan dengan berubahnya fungsi lahan di

kawasan Jatinangor.

1.4. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pengamatan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang lingkup

materi dan ruang lingkup wilayah. Ruang lingkup materi merupakan pembatasan materi

yang akan dibahas dalam pengamatan ini, sedangkan ruang lingkup wilayah adalah

pembatasan wilayah pengamatan secara geografis.

1.4.1 RUANG LINGKUP MATERI

Materi yang dibahas dalam pengamatan ini adalah dampak dari tarikan dan

bangkitan kawasan pendidikan Jatinangor terhadap volume kendaraan di jalan

Page 5: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

2

terpengaruh, yaitu Jalan Raya Jatinangor dan Jalan Winaya Mukti terhadap jaringan

jalan dan pola pergerakannya.

1.4.2 RUANG LINGKUP WILAYAH

Pengamatan ini dilakukan pada jalan yang terpengaruh secara langsung terhadap

akses keluar/masuk Perguruan Tinggi yang ada di Jatinangor. IPDN, ITB, IKOPIN

memiliki akses keluar/masuk utama yang terdapat pada Jalan Raya Jatinangor.

Sedangkan Jalan Winaya Mukti sebagai akses utama masuk UNPAD dan keluar/masuk

tambahan ITB.

Page 6: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

3

1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam studi pengamatan ini terdiri dari empat bagian. Yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang; rumusan persoalan; tujuan; ruang

lingkup studi, meliputi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah; dan

sistematika pembahasan.

BAB 2 TINJAUAN TEORI

Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan studi yang

dilakukan, seperti teori yang berkaitan dengan tata guna lahan, sistem transportasi,

pengertian jalan sebagai penghubung, pusat perbelanjaan, dan pengaruh guna lahan

terhadap pergerakan.

BAB 3 PEMBAHASAN PERSOALAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai keadaan Kawasan Pendidikan Jatinangor

sebelum dijadikan sebagai kawasan pendidikan, dan permasalahan setelah dijadikan

sebagai kawasan pendidikan terhadap pola pergerakan dan jaringan jalan yang

terpengaruh oleh akses keluar/masuk Perguruan Tinggi yang ada di Kawasan

Pendidikan Jatinangor.

BAB 4 KESIMPULAN

Pada bab ini dibahas mengenai temuan di lapangan, kemudian kesimpulan

pengamatan dari dampak adanya Kawasan Pendidikan Jatingangor.

Page 7: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

4

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. TATA GUNA LAHAN

Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang dilakukan

sesuai dengan kodisi eksisting alam. Tata guna lahan berupa kawasan pemukiman, kawasan

perumahan, kawasan perkebunan, kawasan pertanian, kawasan ruang terbuka hijau, kawasan

perdagangan, kawasan industri dan kawasan perairan. (Fauzan; Shidiq; Sihombing, 2013)

2.1.1 UNPAD

Sejak tahun 1977, Unpad merintis pengadaan lahan yang memadai dan tahun 1979 baru

disepakati dengan adanya penunjukkan lahan bekas perkebunan di Jatinangor.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 593/3590/1987, kawasan itu

meliputi luas 3.285,5 Hektar, terbagi dalam 7 wilayah peruntukkan. Khusus untuk Unpad,

wilayah pengembangan kampus di Jatinangor mencakup 175 h.

2.1.2 IKOPIN

Kampus Ikopin di Jatinangor Kabupaten Sumedang diresmikan pemakaiannya oleh

Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Juli 1984. Upacara ini dihadiri oleh sejumlah

menteri dan beberapa duta besar dari negara sahabat, pimpinan perguruan tinggi negeri dan

swasta, tokoh gerakan koperasi dan lain-lain.

2.1.3 IPDN

Pada tahun 1988, dengan pertimbangan untuk menjamin terbentuknya wawasan nasional

dan pengendalian kualitas pendidikan Menteri Dalam Negeri

Rudini melalui Keputusan No. 38 Tahun 1988 Tentang Pembentukan Akademi

Pemerintahan Dalam Negeri Nasional. APDN Nasional kedua dengan program D

III berkedudukan di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat yang peresmiannya dilakukan oleh

Mendagri tanggal 18 Agustus 1990.

2.1.4 ITB

Berdasarkan Keputusan Rektor Institut Teknologi Bandung Nomor 147/SK/K01/2010,

pada tanggal 21 April 2010 dibentuklah Direktorat Pengembangan ITB di bawah koordinasi

Wakil Rektor bidang Keuangan, Perencanaan dan Pengembangan sebagai organisasi yang

ditugaskan untuk menyelaraskan dan mengkoordinasikan pengembangan Kampus secara fisik

maupun non fisik.

Page 8: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

5

Beberapa pengembangan yang sedang dan akan dilakukan berangkat dari arah dan tujuan

jangka panjang ITB menuju tercapainya Visi dan Misi ITB yang tertuang dalam Rencana

Induk Pengembangan (RENIP) ITB 2025. Untuk itu perlu ditetapkan fungsi dan peran

Kampus ITB masa depan sebagai perwujudan multikampus ITB yang berdaya dan berprestasi

pada dinamika tantangan ITB pada masa yang akan datang.

Gagasan mengembangkan ITB multi kampus mendapat kesempatan emas pada tanggal 31

Desember 2010 dengan ditanda-tanganinya perjanjian kerjasama ITB dengan Pemerintah

Propinsi Jawa Barat Nomor: 073/02/otdaksm/2010, untuk pengelolaan lahan pendidikan yang

terletak di Jatinangor dan di Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

Kampus ITB Jatinangor sebagai off G Campus pertama ini berada diatas lahan seluas 46

hektar direncanakan untuk pusat pengembangan keunggulan life sciences.

2.2. JARINGAN JALAN

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,

serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Wikipedia).

2.2.1. JARINGAN JALAN

Jaringan Jalan adalah satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri atas sistem jaringan primer

dan sistem jaringan Jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarkis.

Sedangkan sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling

menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam

pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.

Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan

distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan

menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem

jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi

barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

2.2.2. KLASIFIKASI JALAN

Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia menurut Undang-undang Republik Indonesia no

38 tahun 2004 tentang jalan, adalah:

Page 9: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

6

Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi

secara berdaya guna.

Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul

atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah

jalan masuk dibatasi.

Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan

ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan

dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

2.2.3. KAPASITAS JALAN

Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu

lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang

melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan mempertimbangan

berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil penumpang

sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan

satuan mobil penumpangper jam atau (smp)/jam.

Sistem Fungsi Wewewnang PenangananFisik

WewewnangPengaturan Lalu Lintas

KelasPerencanaan

Primer Arteri Dep. PU Ditjen Hubdar Tipe I Kelas ITipe II Kelas I

Kolektor Dep. PUDinas PU PropinsiDinas PU Kabupaten

Ditjen HubdarDLLAJ PropinsiDLLAJ Kabuupaten

Tipe I Kelas IITipe II Kelas ITipe II Kelas II

Lokal Dinas PU Kabupaten DLLAJ Kabuupaten Tipe II Kelas IIITipe II Kelas IV

Sekunder Arteri Dinas PU PropinsiDinas PU Kabupaten/Kota

DLLAJ Kabuupaten/Kota Tipe I Kelas IITipe II Kelas ITipe II Keas II

Kolektor Dinas PU Kabupaten/Kota DLLAJ Kabuupaten/Kota Tipe II Kelas IITipe II Kelas III

Lokal Dinas PU Kabupaten/Kota DLLAJ Kabuupaten/Kota Tipe II Kelas IIITipe II Kelas IV

Page 10: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

7

Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada gangguan dari

kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan, kecepatan akan

semakin turun sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume lalu lintas bertambah, di sinilah

kapasitas terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus dalam kondisi arus yang dipaksakan

sampai suatu saat kondisi macet total, arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi.

2.2.4. TINGKAT PELAYANAN JALAN

Tingkat pelayanan (level of service / LOS) adalah ukuran kinerja ruas jalan atau simpang

jalan yang dihitung berdasarkan tingkat penggunaan jalan, kecepatan, kepadatan dan

hambatan yang terjadi. Dalam bentuk matematis tingkat pelayanan jalan ditunjukkan dengan

V-C Ratio versus kecepatan atau VCR (V = volume lalu lintas, C = kapasitas jalan). Tingkat

pelayanan dikategorikan dari yang terbaik (A) sampai yang terburuk (tingkat pelayanan F).

Tingkat pelayanan berdasarkan KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa

Lalu Lintas Di Jalan diklasifikasikan atas:

Tingkat pelayanan A, dengan kondisi arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan

kecepatan tinggi; kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat

dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum

dan kondisi fisik jalan; pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang

diinginkannya tanpa atau dengan sedikit tundaan.

Tingkat pelayanan B, dengan kondisi: arus stabil dengan volume lalu lintas sedang

dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas; kepadatan lalu lintas rendah

hambatan internal lalu lintas belum memengaruhi kecepatan; pengemudi masih punya

cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.

Tingkat pelayanan C dengan kondisi: arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan

kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi; kepadatan lalu

lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat; pengemudi memiliki

keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau mendahului.

Tingkat pelayanan D, dengan kondisi: arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu

lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan

kondisi arus; kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan

hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar; pengemudi

memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan kendaraan, kenyamanan

rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat.

Page 11: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

8

Tingkat pelayanan E, dengan kondisi: arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D

dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah;

kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi; pengemudi

mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.

Tingkat pelayanan F, dengan kondisi: arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang

panjang; kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi

kemacetan untuk durasi yang cukup lama; dalam keadaan antrian, kecepatan maupun

volume turun sampai 0.

2.2.5. SATUAN KENDARAAN

Satuan mobil penumpang disingkat SMP adalah satuan kendaraan di dalam arus lalu

lintas yang disetarakan dengan kendaraan ringan/mobil penumpang, dimana besaran SMP

dipengaruhi oleh tipe/jenis kendaraan, dimensi kendaraan, dan kemampuan olah gerak

Besaran satuan mobil penumpang bervariasi menurut lokasi apakah itu di perkotaan atau

di jalan raya, ataupun di persimpangan. Tabel berikut menunjukkan satuan mobil penumpang

yang biasanya digunakan di Indonesia yang diolah dari berbagai sumber termasuk manual

kapasitas jalan Indonesia ditunjukkan dalam daftar berikut:

Jenis Kendaraan Jalan Raya PerkotaanMobil penumpang, pickup, minibus 1 1Sepeda motor 0,5-1 0,2-0,5Bus, truk 2 dan 3 sumbu 3 2Bus temple, truk > 3 sumbu 4 3

2.3. KAWASAN PENDIDIKAN JATINANGOR

Pada mulanya didirikan UNPAD Terinspirasi oleh “Kota Akademik Tsukuba”, Rektor

keenam Unpad, Prof. Dr. Hindersah Wiraatmadja menggagas “Kota Akademis Manglayang”,

yang terletak di kawasan kaki Gunung Manglayang.

Konsep tersebut menjawab permasalahan kampus Unpad yang tersebar di 13 lokasi yang

berbeda sehingga menyulitkan koordinasi dan pengembangan daya tampung, selain untuk

meningkatkan produktivitas, mutu lulusan, dan pengembangan sarana/prasarana fisik.

Sejak tahun 1977, Unpad merintis pengadaan lahan yang memadai dan tahun 1979 baru

disepakati dengan adanya penunjukkan lahan bekas perkebunan di Jatinangor.

Page 12: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

9

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 593/3590/1987, kawasan itu

meliputi luas 3.285,5 Hektar, terbagi dalam 7 wilayah peruntukkan. Khusus untuk Unpad,

wilayah pengembangan kampus di Jatinangor mencakup 175 h.

Secara bertahap, Unpad telah mulai memindahkan kegiatan pendidikannya ke Jatinangor

sejak 1983, yang diawali oleh Fakultas Pertanian. Kemudian diikuti oleh fakultas-fakultas

lainnya yang ada di lingkungan Unpad. Pada 5 Januari 2012, gedung Rektorat Unpad resmi

pindah ke Jatinangor. Kemudian, diikuti berturut-turut oleh IKOPIN, IPDN, ITB.

Page 13: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

10

BAB III

PEMBAHASAN PERSOALAN

3.1. KONDISI WILAYAH SEBELUM DITETAPKAN MENJADI KAWASAN

PENDIDIKAN

Jatinangor adalah kawasan yang hingga masa kini memiliki beberapa jejak masa silam

yang menarik untuk di ketahui. Layaknya kota Bandung, Jatinangor juga meninggalkan

beberapa peningglan khas Belanda.

Salah satunya adalah bangunan yang kini di pakai sebagai gedung rektorat Unwim di

jalan Winaya Mukti. Bangunan ini seperti gedung-gedung yang dibuat pada awal abad XX,

menggunakan atap yang mencirikan bangunan tradisional Indonesia dan menggunakan

teknologi bangunan gaya Eropa. Gaya semacam ini disebut Indo-Eropeesche Architectuur

Stiijl.

Karena curah hujan yang tinggi dan sinar matahari yang terik, penggunaan atap sangat

diperlukan sebagai fungsi pelindung selain sebagai suatu hiasan. Bentuk atap seperti inilah

yang kemudian memberi inspirasi pada gaya gedung-gedung di Unpad, Unwim, Ikopin, dan

Bandung Giri Gahana (BGG).

Di sebelah gedung rektorat Unwim, terdapat sebuah menara yang dibuat dengan gaya

romantik dengan hiasan-hiasan di empat sisinya. Menurut penduduk di sekitar Jatinangor,

menara itu adalah menara sirine dan jam yang memberi waktu bagi penyadap karet Cultuur

Ondernemingen Van Maatschapaij Baud untuk memulai bekerja dan mengambil mangkok

lateks yang sudah penuh. Menara itu kini berusia sekitar 160 tahun.

Cultuur Ondernemingen Van Maatschapaij Baud didirikan pada tahun 1841, milik Baron

Baud, seorang berkebangsaan Jerman yang menginvestasikan modalnya besama swasta

Belanda. Rumah Baron Baud, pemilik perkebunan Jatinangor dan emplasemennya, dahulu

terletak disebelah utara menara dan oleh penduduk disebut Loji.

Seratus meter disebelah barat terdapat dua nisan yang tidak bernama dibawah pohon

kihujan, pohon mahoni, dan cemara yang berusia lebih dari 90 tahun. Itulah makam Baron

Baud pendiri Onderneming dan Putrinya yang bernama Memosa. Menurut cerita, Baud

menikah dengan Nyai dari Bogor bernama Ibu Inciah yang makamnya hilang dibawah

gedung Ikopin sekarang.

Page 14: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

11

Disebelah timur kampus Unpad tepatnya disebrang kampus Fikom, terdapat jembatan

kereta api kerajaan Belanda SS (Staat Spoorwegen).

Jalur transportasi kereta api yang menghubungkan Bandung-Jatinangor-Tanjungsari

tersebut mulanya digunakan untuk membawa hasil perkebunan. Saat ini jembatan yang

dikenal dengan nama jembatan Cincin tersebut digunakan oleh masyarakat untuk membawa

barang-barang keperluan sehari-hari dan jalan bagi mahasiswa yang kost di sekitar Cikuda

untuk menuju kampus Unpad. Beberapa mahasiswa memanfaatkan jembatan itu untuk

rapelling.

Selain kebun teh milik tuan Baron, Jatinangor juga terkenal karena keberadaan kereta api.

Trayeknya yaitu Rancaekek-Jatinangor-Tanjung Sari. Di Jatinangor stasiunnya terletak di

tempat yang sekarang menjadi Dinas Pendidikan, seberang warung Kalde, sayangnya,

kenangan yang masih ada hingga saat ini hanya tangganya saja.

Menurut buku Wajah Bandoeng Tempo Dulu, jalur KA tersebut diresmikan pada 23

Februari 1918, dan diurus oleh SS (Staats Spoorwegar) perusahaan kereta api zaman Belanda.

Rutenya yaitu stasiun Rancaekek, memotong jalan mobil di Cipacing, masuk Cipacing, lalu

masuk ke jalan mobil dekat kampung Caringin, Cikuda, Jembatan Caringin, Cileles, dan

Tanjung Sari. Sayangnya rutenya ini tidak melewati Sumedang, awalnya memang pernah

direncanakan, tetapi permasalahan ada di kawasan Cadas Pangeran. Jurang dan cadasnya

terlalu curam sehingga tidak cocok untuk dijadikan jalan rel kereta api.

Dari Rancaekek tidak terus ke Bandung, kalau mau langsung ke Bandung harus ganti

kereta. Bekas rel kereta disebutnya tanah SS. Sekarang sudah tidak terlihat bekas-bekas

adanya rel kereta api, karena lahan tersebut sudah dijadikan kebun atau malah sudah

dijadikan bangunan,

“Kalau di Tanjung Sari ada desa yang namanya Desa SS, asal muasalnya ya dari sana

juga. Tempatnya dekat dengan alun-alun. Halte Tanjung Sari adanya di sebelah Utara

Jembatan. Jembatan itu juga dilewati oleh rel,” tambah Surpiatna.

Menurut Bah Idik, seorang teman lama Surpiatna, pemberhentian kereta api itu berada di

Tanjung Sari. Jam pertama adalah jam lima subuh, jalannya dari Tanjung Sari tiba di

Jatinangor jam lima seperempat, sampai ke Rancaekek setengah enam kurang. Jalan

keduanya jam enam, jalan dari Rancaekek, sampai di Jatinangor jam enam lewat sedikit.

Sampai ke Tanjung Sari jam setengah tujuh. Jam ketiganya jam tujuh dari Tanjung Sari, dan

Page 15: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

12

begitulah bolak-balik. Tengah hari baru istirahat. Setelah itu jam lima sore dari rancaekek ke

Tanjung Sari. Jalur kereta api ini, sangat besar bantuannya bagi pemerintah dan masyarakat,

baik yang mau pergi ataupun bagi yang mau usaha.

Dulu tidak ada penumpang yang tidak kebagian duduk, karcis yang dijual selalu karcis

duduk. Yang ketahuan tidak membeli karcis dihukum tanpa ampun.

3.2. KARAKTERISTIK KAWASAN PENDIDIKAN JATINANGOR

Kawasan Pendidikan Jatinangor kini terdapat 4 universitas, yaitu : UNPAD, IKOPIN,

IPDN dan ITB; terintegrasi dengan Kementrian Pendidikan Nasional yang berada disana.

Ditunjang dengan akses langsung dari pintu tol purbaleunyi, jalan nasional dari arah

Bandung, Sumedang, Garut serta Tasikmalaya.

3.3. KARAKTERISTIK RUAS JALAN STUDI

Jalan yang menjadi objek studi adalah Jalan Raya Jatinangor(Jalan Kolektor Primer),

Jalan Winaya Mukti(Jalan lokal), Persimapangan Jalan Raya Cibiru(Jalan Kolektor Primer)-

Jalan Sindangsari(Jalan Kolektor Primer), dan Persimpangan Jalan Nasional Bandung-

Garut(Jalan Arteri Primer) dengan Jalan Sindangsari(Jalan Kolektor Primer).

3.4. KARAKTERISTIK GUNA LAHAN DI SEKITAR KAWASAN PENDIDIKAN

JATINANGOR

Berdasarkan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan Kawasan Strategis Provinsi Pendidikan Jatinangor; Bab V

mengenai Rencana Umum dan Panduan Rancangan, Bagian Kesatu ; Struktur Peruntukan

Lahan ; Pasal 8 :

(1) Kawasan Sisi Utara Koridor Jatinangor diperuntukan

bagi:

a. Kawasan Kampus dengan luas area blok 476,00 Ha,

rencana lahan blok ini sebagian besar diperuntukkan

bagi perkembangan fungsi kawasan kampus dan

kawasan pendukungnya;

b. Kawasan Perumahan, dengan luas area blok 22,60

Page 16: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

13

Ha, rencana peruntukan lahan untuk alokasi lahan

perumahan yang berada di Sisi Utara Koridor

Jatinangor;

c. Kawasan Konservasi, dengan luas area blok 400,00

Ha, rencana lahan ini sebagian besar diperuntukkan

bagi kawasan konservasi yang berada di sisi utara

kawasan kampus, seperti kawasan bumi perkemahan.

(2) Kawasan Sisi Selatan Koridor Jatinangor merupakan

kawasan mix used (campuran) dengan luas area 418.78

Ha.

(3) Kawasan sisi selatan koridor Jatinangor sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), sebagian besar diperuntukkan

bagi perkembangan fungsi utama kawasan yaitu :

a. kawasan perdagangan dan jasa umum di sepanjang

koridor jalan Jatinangor; dan

b. selain sebagai kawasan perdagangan dan jasa umum

yang dapat dikombinasikan dengan fungsi campuran

yaitu rumah, mall dan apartemen.

3.5. KONDISI LALU LINTAS DI SEKITAR KAWASAN PENDIDIKAN

JATINANGOR

Kondisi lalu lintas terdapat banyak perubahan terutama pada Jalan Raya Jatinangor(Jalan

Kolektor Primer), Jalan Winaya Mukti(Jalan lokal), Persimapangan Jalan Raya Cibiru(Jalan

Kolektor Primer)- Jalan Sindangsari(Jalan Kolektor Primer), dan Persimpangan Jalan

Nasional Bandung-Garut(Jalan Arteri Primer) dengan Jalan Sindangsari(Jalan Kolektor

Primer).

Page 17: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

14

Pada Jalan Raya Jatinangor lama dijadikan satu arah karena pada tahun 2008 telah

dibangun akses jalan Raya Jatinangor baru satu arah menuju Sumedang.

Pada kampus UNPAD sendiri terjadi perubahan akses keluar/ masuk gerbang utama, yang

tadinya didepan Jalan Raya Jatinangor, ditutup menjadi 2 pintu, yaitu pintu akses masuk dan

akses keluar bagi kendaraan bermotor yang berada di Jalan Winaya Mukti. Gerbang Utama

lama ditutup menjadi gerbang yang dikhusukan untuk para pejalan kaki. (lihat pada lampiran)

Perubahan arus juga terjadi pada persimapang-persimapangan yang ada pada Kawasan

Pendidikan Jatinangor, yakni Persimapangan Jalan Raya Cibiru- Jalan Sindangsari, dan

Persimpangan Jalan Nasional Bandung- Garut dengan Jalan Sindangsari. (lihat lampiran).

Dan pada hari minggu terjadi perubahan fungsi jalan pada jalan Winaya Mukti, disini

berjajar para pedagang dan dijadikan running track.

Page 18: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

15

BAB IV

KESIMPULAN

Dengan adanya pusat pendidikan pada kecamatan Jatinangor sejak tahun 1979 terjadi

perubahan terhadap guna lahan yang ada, selain itu sering terjadi kemacetan disepanjang

Jalan Raya Jatinangor-Sumedang dan akses menuju Kawasan Pendidikan Jatinangor sehingga

dilakukan pelebaran jalan dan perubahan arus lalu lintas.

Page 19: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

iii

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ipdn.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=56&Itemid=62&lan

g=en

http://site.ikopin.ac.id/index.php/profil/sejarah

http://www.unpad.ac.id/universitas/sejarah/

http://winayamukti.ac.id/sejarah%20unwim

http://newsintheblog.blogspot.com/2008/01/perubahan-jalur-jalan-raya-jatinangor.html

http://hervydsgn.blogspot.com/2010/09/jatinangor-masa-silam.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Jatinangor,_Sumedang

http://www.unpad.ac.id/universitas/rute-dan-peta/menuju-kampus-jatinangor/

http://www.unpad.ac.id/universitas/rute-dan-peta/denah-kampus-unpad-jatinangor/

http://jatinangor.itb.ac.id/?page_id=2

PERBUB RTBL JATINANGOR 2013

“Laporan Akhir Studi Kelayakn Kawasan Jatinangor Sebagai Kawasan Perkotaan”

BAPPEDA KABUPATEN SUMEDANG 2009

DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PERUBAHAN FUNGSI LAHAN MENJADIPUSAT PERBELANJAAN PARIS VAN JAVA (PVJ) TERHADAP JARINGANJALAN DI KAWASAN SUKAJADI (Studi Jalan Sukajadi dan Jalan KarangTineung) ; 2013, Fauzan, Sihombing, Shidiq.

Page 20: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

iv

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kecamatan Jatinangor

Page 21: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

v

Page 22: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

vi

Lampiran 3. Perimpangan di Jatinangor

Page 23: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

vii

Lampiran 4. Persimpangan Jalan Raya Cibiru(Jatinangor)-Jalan Sindangsari

Page 24: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

viii

Lampiran 5. Jalan Raya Jatinangor-Sumedang

Page 25: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

ix

Lampiran 6. Jalan Winaya Mukti

Page 26: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

x

Lampiran 7. Denah Kampus ITB JAtinangor

Lampiran 8. Jembatan Cincin Tempo Dulu

Page 27: Kelompok 2-Perubahan Jaringan Jalan Kawasan Pendidikan Jatinangor

xi

Lampiran 9. Jembatan Cincin Sekarang