Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

download Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

of 63

Transcript of Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    1/63

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    2/63

    HALAMAN PENGESAHAN

    LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    FARMASI PEMERINTAHAN

    di

    DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG

    UPTD PUSKESMAS DTP JATINANGOR

    Disusun oleh

    Adinda Mutiara Islami

    23131110

    Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada Program Studi DIII Farmasi

    Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

    Sumedang, Mei 2016

    Disetujui Oleh

    Preceptor PKL

    Dinas Kesehatan Kab. Sumedang

    Rita Juwita, S.Farm., Apt

    Pembimbing PKL

    Program Studi DIII STFB

    Rizki Siti Nurfitria, MSM., Apt

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    3/63

    i

    KATA PENGANTAR

    AssalamualaikumWr. Wb.

    Puji bagi Allah Tuhan seluruh alam yang telah memberikan rahmat, nikmat

    dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

    Lapangan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi

    besar kita Muhammad saw kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada kita

    semua selaku umatnya sampai akhir zaman.

    Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sumedang dan Puskesmas DTP Jatinangor, Sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada Program Studi Diploma III (D3)

    Farmasi dari Sekolah Tinggi Farmasi Bandung dengan harapan mahasiswa D3

    Farmasi sebagai calon tenaga teknis kefarmasian mendapat gambaran secara jelas

    mengenai pekerjaan kefarmasian di pelayanan farmasi pemerintahan.

    Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dan penyusunan laporan ini tidak

    terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

    mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,

    petunjuk, dan bimbingannya selama pembuatan laporan ini dan selama pelaksanaan

    Praktek Kerja Lapangan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih

    yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak H. Mulyana, SH., M.pd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna

    Kencana.

    2. Bapak Entris Sutrisno, S.Farm., MH.KES., Apt selaku Ketua Sekolah Tinggi

    Farmasi Bandung.

    3. Ani Anggriani, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi yang telah

    membantu dan memberikan bimbingan untuk pelaksanaan Praktek Kerja

    Lapangan.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    4/63

    ii

    4. Ibu Rizki Siti Nurfitria, MSM., Apt selaku pembimbing dari Sekolah Tinggi

    Farmasi Program Studi D3 Farmasi yang telah memberikan bimbingan yang

    sangat berguna selama Praktek Kerja Lapangan dan penyusunan Laporan

    5.

    Ibu Rita Juwita, S.Farm.,Apt selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di

    Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang atas segala arahan, masukan dan

    perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sumedang .

    6. Ibu Dian Nurdiani, S.Farm selaku pembimbing Kerja Praktek Ahli Madya

    Farmasi di Puskesmas DTP Jatinangor atas segala arahan, masukan dan

    perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas DTP

    Jatinangor .

    7. Seluruh staf Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dan Puskesmas DTP

    Jatinangor atas kerjasama dan bantuannya selama masa Praktek Kerja

    Lapangan.

    8.

    Seluruh rekan rekan seperjuangan Program Studi Ahli Madya Farmasi

    Sekolah Tinggi Farmasi Bandung angkatan 2013.

    9. Orang tua tercinta dan keluarga yang selalu mendoakan, mendukung,

    memberi nasihat, semangat dan dorongan serta memberikan bantuan baik

    moril maupun materil selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan

    penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan.

    Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa banyak

    kekurangan dalam penyusunan Laporan ini dan masih jauh dari kesempurnaan

    karena keterbatasan pengetahuan yang penyusun miliki.

    Akhir kata penulis berharap semoga Tuhan membalas budi baik Bapak, Ibu,

    dan Rekan-rekan sekalian dengan balasan yang berlipat ganda, penulis berharap

    semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

    WassalamualaikumWr. Wb.

    Sumedang, Mei 2016

    penulis

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    5/63

    iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR............................................................................. iDAFTAR ISI........... ................................................................................. iii

    DAFTAR LAMPIRAN......................................... .................................. vi

    BAB I PENDAHULUAN........................................... ............................. 1

    1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan............................... 1

    1.2 Tujuan, Waktu dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan........... 3

    BAB II TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN

    KABUPATEN SUMEDANG.................................................... 4

    2.1

    Gambaran Umum Dinas Kesehatan....................................... 4

    2.1.1

    Definisi Dinas Kesehatan .......................................... 4

    2.1.2 Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang........ 4

    2.1.3 Sejarah Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang....... 5

    2.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.......... 7

    2.3

    Tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang...................... 7

    2.4

    Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang ..................... 7

    2.5 Strategi ................................................................................... 8

    2.6 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang 9

    2.7 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sumedang ............................................................. 10

    Regulasi Kefarmasian............................................................ 22

    BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS.................................... 23

    3.1 Gambaran Umum Puskesmas................................................. 23

    3.1.1 Definisi Puskesmas.................................................... 23

    3.1.2 Tujuan Puskesmas ...................................................... 23

    3.1.3 Tugas Puskesmas ........................................................ 23

    3.1.4

    Fungsi Puskesmas...................................................... 24

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    6/63

    iv

    3.1.5 Jenis Puskesmas......................................................... 24

    3.1.6 Jaringan Puskesmas .................................................... 25

    3.1.7

    Program Puskesmas.................................................... 25

    3.2 Puskesmas DTP Jatinangor.................................................... 26

    3.2.1 Lokasi Puskesmas DTP Jatinangor............................ 26

    3.2.2 Visi dan Misi Puskesmas DTP Jatinangor.................. 26

    3.2.3 Struktur Organisasi Puskesmas DTP Jatinangor........ 27

    3.2.4

    Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Teknis Kefarmasian 28

    3.2.5

    Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

    Puskesmas DTP Jatinangor........................................ 29

    BAB IV PEMBAHASAN........................................................................ 36

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN....................................................... 41

    5.1 Simpulan................................................................................. 41

    5.2

    Saran ....................................................................................... 41

    DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 42

    LAMPIRAN............................................................................................. 43

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    7/63

    v

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor

    Lampiran Judul Lampiran Halaman

    Lampiran IStruktur Organisasi Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sumedang43

    Lampiran IIDenah Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten

    Sumedang44

    Lampiran III Kartu Induk Persediaan Barang 45

    Lampiran IVLaporan Pemakaian dan Lembar Permintaan

    Obat (LPLPO)46 47

    Lampiran VLembar Surat Perintah Mengeluarkan Barang

    (SPMB)48

    Lampiran VI Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) 49 50

    Lampiran VIILembar Berita Acara Pemeriksaan dan

    Penerimaan Barang51

    Lampiran VIIIStruktur Organisasi Puskesmas DTP

    Jatinangor52

    Lampiran IX Peta Lokasi Puskesmas DTP Jatinangor 53

    Lampiran X Mekanisme Pengajuan Permintaan Obat 54

    Lampiran XI Contoh Resep Puskesmas 55

    Lampiran XII Contoh Etiket Puskesmas 56

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    8/63

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kesehatan merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan

    kualitas sumber daya manusia. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,

    jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

    ekonomis. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera maka kualitas

    sumber daya manusianya perlu ditingkatkan secara terus menerus termasuk derajat

    kesehatannya.

    Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

    meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

    optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan

    dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan

    kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

    (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara

    menyeluruh, terpadu, dan berkesinambunganBerdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30

    tahun 2014 tentang Standar pelayanan Kefarmasian di Puskesmas , Pusat

    Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah unit

    pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

    menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

    Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan

    untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalahyang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

    peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari

    paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

    paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi

    Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    9/63

    2

    Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak

    terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam

    meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian

    di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat

    penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,

    dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan

    perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

    Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan Puskesmas

    adalah pelayanan kefarmasian/obat-obatan yang diberikan oleh tenaga pelaksana

    farmasi Puskesmas. Kinerja petugas pelaksana farmasi baik dalam pelayanan

    kesehatan dan selanjutnya akan berpengaruh pada kepuasan klien/pasien.

    Menyadari pentingnya akan kualitas Tenaga Teknis Kefarmasian, maka

    Sekolah Tinggi Farmasi Bandung Program Studi D3 Farmasi mewajibkan

    mahasiswa dan mahasiswi semester akhir untuk melaksanakan Praktek Kerja

    Lapangan pada instansi-instansi farmasi. Praktek Kerja Lapangan tersebut

    bertujuan agar mahasiswa dan mahasiswi dapat mempraktekan ilmu pengeetahuan

    dan keterampilan secara nyata dengan sifat profesional sesuai profesinya,sehingga

    nantinya dapat langsung terjun ke dunia kerja dengan baik. Sebagai bentuk

    pendidikan dan latihan bagi calon Ahli Madya Farmasi di Dinas Kesehatan serta

    mengetahui segala kegiatan di Dinas Kesehatan, maka STFB Program Studi D3

    Farmasi bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

    menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas. Praktek Kerja Lapangan

    ini di laksanakan di Puskesmas Jatinangor, Jl. Raya Jatinangor No.234 Kecamatan

    Jatinangor.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    10/63

    3

    1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

    1. Meningkatkan pemahaman calon Ahli Madya Farmasi tentang peran,

    fungsi dan tanggungjawab TTK dalam praktek membantu Apoteker

    melakukan pekerjaan kefarmasian di Dinas Kesehatan dan atau

    pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

    2.

    Membekali calon Ahli Madya Farmasi agar memiliki pengetahuan,

    keterampilan, sikap perilaku (professionalism) serta wawasan dan

    pengalaman nyata (reality) untuk melakukan praktek pekerjaan

    kefarmasian di Dinas Kesehatan dan atau Puskesmas.

    3.

    Memberi kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk belajar

    berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang

    bertugas di Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

    4. Memberikan kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk

    belajar pengalaman praktek TTK di Puskesmas dalam kaitan dengan

    peran, tugas dan fungsi TTK dalam bidang kesehatan masyarakat.

    1.3 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan

    Waktu pelaksanaan PKL yaitu selama satu bulan dari tanggal 1 Mei 2016sampai dengan 31 Mei 2016. Pada tanggal 1 Mei13 Mei 2016 KP di laksanakan

    di Dinas Kesehatan Kota Sumedang. Sedangkan pada tanggal 16 Mei 28 Mei

    2016 KP di laksanakan di Puskesmas DTP Jatinangor. Untuk waktu jam kerja

    disesuaikan dengan ketentuan tempat kerja.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    11/63

    4

    BAB II

    TINJAUAN UMUM

    DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG

    2.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan

    2.1.1 Definisi Dinas Kesehatan

    Dinas Kesehatan merupakan suatu badan pemerintahan yang memiliki

    kewenangan dalam merumuskan, penyelenggaraan dan pengawasan standar

    minimal yang merupakan kebutuhan pelayanan publik di suatu daerah dalam sektor

    kesehatan. Standar pelayanan/kegiatan minimal Dinas Kesehatan adalah salah satu

    upaya untuk memperlihatkan pelayanan kegiatan apa yang minimal yang harus

    dilakukan oleh jajaran Dinas Kesehatan.

    2.1.2 Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

    Kabupaten Sumedang memiliki posisi yang strategis, letak geografis

    Provinsi Jawa Barat dan berada di bagian tengah Provinsi Jawa Barat serta

    merupakan daerah lintasan utama mobilitas penduduk pada jalur regional Bandung-

    Cirebon yang sangat padat lalu lintas. Jarak antara ibukota Kabupaten Sumedang

    dengan ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) sejauh 45 km dengan jarak tempuh

    sekitar 90 menit.

    Kabupaten Sumedang terletak antara 6o44 70o83 Lintang Selatan dan

    107 21 108 21 Bujur Timur, dengan luas wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari

    26 Kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan. Kabupaten Sumedang memiliki

    batas administratif sebagai berikut :

    Sebelah utara : Kabupaten Indramayu

    Sebelah Selatan : Kabupaten Garut

    Sebelah Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang

    Sebelah Timur : Kabupaten Majalengka

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    12/63

    5

    Jumlah penduduk di Kabupaten Sumedang berdasarkan hasil sensus

    penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2011 berjumlah 1.093.323 jiwa yang terdiri

    dari 548.389 penduduk laki-laki dan 544.934 penduduk perempuan. Jumlah

    penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Jatinangor yaitu sebesar 107.975 jiwa

    sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Surian

    yaitu sebesar 10.801 jiwa.

    2.1.3 Sejarah Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

    Pada tahun 1920 di Kabupaten Sumedang berdiri Rumah Sakit Zendin dan

    direkturnya merangkap menjadi dokter Rumah Sakit yaitu Dokter Laimena. Rumah

    Sakit tersebut berlokasi di jalan Prabu Geusan Ulun. Pada tahun 1932 tentara Hindia

    Belanda membangun sebuah Rumah Sakit sederhana yang dicat hitam, dan dikenal

    dengansebutan Rumah Sakit Hideung yang berlokasi di Lingkungan Ciuyah dan

    sekarang dibangun Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang.

    Penanggung jawab Rumah Sakit Hideung adalah seorang mantri yang bernama

    Mantri Aa, ini dikarenakan pada waktu itu tentara Hindia Belanda dibubarkan dan

    dokter militernya dipindahkan.

    Sejak itu pula didatangkan dokter dari Kota Bandung yang bernama Dokter

    Badron. Karena kesibukannya Dokter Badron pada saat itu hanya dapat

    melaksanakan pekerjaannya 2 (dua) kali dalam seminggu. Pada tahun 1934 Dokter

    Badron diberhentikan sebagai dokter Rumah Sakit Hideung dan penggantinya

    Regenachep mengangkat Dokter Djunaedi sebagai dokter pemerintah yang

    diperbantukan. Pada tahun 1945 Rumah Sakit Hideung mendapat bantuan seorang

    dokter yaitu Dokter Sanusi Ghalib.

    Pada tahun 1944 tentara Jepang mendirikan rumah sakit baru di Sayuran.

    Rumah Sakit pada saat itu selain melayani pasien yang dirawat juga berfungsi

    ganda sebagai Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.

    Pada tahun 1953 Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang memiliki kantor

    sendiri dan sebagai kepala dinasnya yaitu Dr. M. Djunaedi sedangkan kepala

    Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumedang dipegang oleh Dr. Sanusi Ghalib.

    Pada tahun 1962 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Dr. M.

    Djunaedi pensiun dan jabatan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    13/63

    6

    sementara dipegang oleh Dr. Adjidarmo. Tidak berapa lama yakni pada tahun itu

    juga pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang diserah terimakan dan

    dirangkap oleh Dr. Sanusi Ghalib selaku Pimpinan Rumah Sakit Umum Kabupaten

    Sumedang.

    Pada tahun 1963 pimpinan diserahterimakan ke Dr. Soenali Sahartapradja.

    Pada tahun 1964 Dr. Soenali Sahartapradja pindah tugas ke Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia di Jakarta dan pimpinan diserahkan ke Dr Arifin Karnadipradja.

    Pada tahun 1973 pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dan

    pimpinan Rumah Sakit Umum diganti oleh Dr. Noerony Hidayat. Rumah Sakit

    Umum Kabupaten Sumedang yang semula Type D beralih status menjadi Type C,

    maka struktur organisasi yang semula Rumah Sakit Umum sebagai UPTD (Unit

    Pelaksana Teknis Dinas) sekarang menjadi terpisah dari Struktur Organisasi Dinas

    Kesehatan Kabupaten Sumedang tepatnya pada bulan Desember 1987.

    Konsekwensi dari terpisahnya Struktur Organisasi maka Pimpinan Dinas

    Kesehatan Kabupaten Sumedang dan Pimpinan Rumah Sakit tidak dirangkap lagi.

    a. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dipimpin oleh Dr. H. Wahyu

    Purwaganda MSc.

    b.

    Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumedang oleh Dr. H. Noerony Hidayat.

    Pada Tahun 1992 kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang yang

    semula di Jalan Geusan Ulun berpindah ke Jalan Kutamaya No 21 sampai sekarang.

    Pemimpin Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dari masa ke masa :

    1. Hingga 1992 oleh Dr. H. Wahyu Purwaganda, MSc.

    2. Dr. H. Nanang Sutarja pada tahun 1992 - 1994

    3. Dr. H. Kunandar Saiman pada tahun 1994 1999

    4.

    Dr. H. Triwanda Elan, M.Kes pada tahun 1999 20015. Dr. H. Wan Suwandi S pada tahun 2001 2004

    6. Dr. H Herman Setyono Pongki, M.Kes pada tahun 2004 2006

    7. Dr. H. Hilman Taufik Ws., M.Kes pada tahun 2006 2008

    8.

    Drg. H. Agus Seksarsyah Rasjidi Mkes pada tahun 2009 2011

    9. Retno Ernawati, S.Sos, MM pada tahun 2011 2014

    10. Drg. H. Agus Seksarsyah Rasjidi Mkes padda tahun 2014 - Sekarang

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    14/63

    7

    2.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

    Visi Dinas Kesehatan Tahun 20142018 ditetapkan sebagai berikut

    DINAS KESEHATAN YANG PROFESIONAL, BERKUALITAS DAN

    MENDORONG KEMANDIRIAAN MASYARAKAT UNTUK HIDUP

    SEHAT TAHUN 2018

    Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka dijabarkan ke dalam misi

    Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Sumedang yang terdiri dari:

    1.

    Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM Kesehatan dalam mendukung

    penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

    2.

    Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau di

    Puskesmas dan jaringannya

    3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dalam

    pembangunan kesehatan.

    4. Pengembangan sistem pembiayaan jaminan kesehatan.

    5. Menurunkan Angka kesakitan dan Angka kematian ibu, bayi dan balita.

    2.3 Tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

    Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang mempunyai tugas pokokmelaksanakan kewenangan daerah di bidang kesehatan serta tugas pembantuan

    yang diberikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

    2.4 Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

    Dalam menjalankan tugasnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

    berfungsi sebagai berikut:

    1. Melaksanakan tugas teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi

    pengembangan dan pembinaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan

    pemberantasan penyakit, kesehatan lingkungan, kesehatan keluarga serta

    pembinaan program berdasarkan kebijakan Bupati.

    2. Pelaksanaan tugas teknis fungsional dibidang kesehatan berdasarkan

    kebijakan Gubernur Provinsi.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    15/63

    8

    3. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan, Pengelolaan manajemen

    kesehatan, pelaksanaan pembinaan pelayanan kesehatan serta evaluasi dan

    pelaporan kegiatan dinas.

    4.

    Pelaksanaan pembinaan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan

    rujukan, pelayanan kesehatan khusus dan pelayanan kefarmasian dan

    makanan minuman.

    5. Penyelenggaraan pembinaan upaya kesehatan ibu dan keluarga berencana,

    kesehatan anak dan usia lanjut serta perbaikan gizi.

    6.

    Penyelenggaraan upaya pencegahan penyakit dapat dicegah dengan

    Imunisasi (PD3I), pencegahan pengamatan dan penanggulangan serta

    respon dini terhadap penyakit potensial wabah atau penyakit potensial

    Kejadian Luar Biasa (KLB) dan hygiene sanitasi.

    7. Pengelolaan administrasi umum, meliputi urusan umum, urusan keuangan,

    urusan kepegawaian dan perlengkapan dinas.

    2.5 Strategi

    Strategi bidang kesehatan meliputi :

    1. Peningkatan kesadaran, partisipasi dan keswadayaan warga terhadap

    pentingnya hidup sehat, terutama partisipasi ibu hamil, ibu dan bayi dalam

    program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, untuk menurunkan status gizi

    buruk pada balita hingga mencapai kurang dari 1% dan menurunkan angka

    kematian bayi.

    2. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama bagi

    keluarga miskin dan kelompok masyarakat rentan lainnya untuk

    mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas dan produktif.

    3.

    Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kesehatan, baik sarana dan

    tenaga maupun fungsi institusinya untuk mencapai efektifitas dan efisiensi

    pelayanan kesehatan.

    4. Peningkatan peran kelompok-kelompok kegiatan dan kader-kader

    kesehatan dalam berbagai kegiatan pra upaya kesehatan melalui berbagai

    kelembagaan yang ada di lingkungan warga.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    16/63

    9

    2.6 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

    Tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi Dinas Kesehatan

    mengalami perubahan sesuai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten

    Sumedang Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat

    Daerah Kabupaten Sumedang. Struktur Organisasi sebagai berikut :

    1. Kepala Dinas

    2. Sekretariat, dibantu oleh :

    a.

    Sub Bagian Program

    b. Sub Bagian Umum, Aset dan Kepegawaian

    c.

    Sub Bagian Keuangan

    3.

    Bidang Kesehatan Keluarga, dibantu oleh :

    a. Seksi Kesehatan Bayi dan Anak

    b.

    Seksi Gizi, Kesehatan Remaja dan Lanjut Usia

    4. Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, dibantu oleh :

    a. Seksi Kesehatan Lingkungan

    b.

    Seksi Pengendalian dan Pengamatan Penyakit

    5. Bidang Sumber Daya Kesehatan, dibantu oleh :

    a.

    Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan

    b.

    Seksi Akreditasi Sarana dan Tenaga Kesehatan

    6. Bidang Pelayanan Kesehatan, dibantu oleh :

    a. Seksi Kesehatan Dasar dan Rujukan

    b.

    Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan

    7. Bidang Jaminan Kesehatan Masyarakat, dibantu oleh :

    a. Seksi Pengendalian Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyrakat

    b.

    Seksi Pengendalian Mutu Jaminan Kesehatan Masyarakat8. UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat

    9. UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah

    10.

    UPTD Gudang Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

    11. Jabatan Fungsional

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    17/63

    10

    2.7 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Kesehatan Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sumedang

    Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten

    Sumedang meliputi :

    A. Perencanaan

    Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan bertujuan untuk

    menetapkan jenis serta jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat,

    sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk obat program

    kesehatan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan

    koordinasi dan keterpaduan dalam hal perencanaan kebutuhan obat dan

    perbekalan kesehatan sehingga pembentukan tim perencanaan obat terpadu

    merupakan suatu kebutuhan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

    efektivitas penggunaan dana melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi

    antar instansi yang terkait dengan perencanaan obat di setiap

    kabupaten/kota.

    Tim Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu di

    Kabupaten/kota dibentuk melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.

    Susunan Tim Teknis Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

    Terpadu Kabupaten/ kota terdiri dari :

    Ketua

    Sekretaris

    Anggota

    :

    :

    :

    Kepala Bidang yang membawahi program kefarmasian di

    Dinas Kesehatan Kabuapten Sumedang

    Kepala Unit Pengelola Obat Kabupaten Sumedang atau

    Kepala Seksi Farmasi yang menangani kefarmasian

    Dinas Kesehatan

    Terdiri dari unsur-unsur unit terkait :

    - Unsur Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota

    - Unsur Program yang terkait di Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota

    - Unsur lainnya

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    18/63

    11

    Proses perencanaan obat dan perbekalan kesehatan melalui beberapa

    tahap sebagai berikut :

    1. Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat

    Pengadaan obat diawali dengan perencanaan kebutuhan dimana

    kegiatan yang dilakukan adalah :

    a. Tahap pemilihan obat

    Pemilihan obat berdasarkan pada obat generik terutama yang

    tercantum dalam daftar obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dan

    Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional

    yang masih berlaku dengan patokan harga sesuai dengan Keputusan

    Menteri Kesehatan tentang daftar harga obat untuk obat pelayanan

    kesehatan dasar dan obat program kesehatan.

    b. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat

    Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian

    setiap bulan dari masing-masing jenis obat di unit pelayanan

    kesehatan Puskesmas selama setahun, serta untuk menentukan stok

    optimum (stok kerja ditambah stok pengaman = stok optimum)

    c. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

    Menentukan kebutuhan obat merupakan salah satu pekerjaan

    kefarmasian yang harus dilakukan oleh apoteker Dinas Kesehatan.

    Untuk menentukan kebutuhan obat dilakukan pendekatan perhitungan

    melalui metode konsumsi dan morbiditas.

    1) Metode Konsumsi

    Didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya.

    Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan perlu

    diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

    a) Pengumpulan dan pengolahan data

    b)

    Analisa data untuk informasi dan evaluasi

    c) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

    d) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    19/63

    12

    Data yang perlu disiapkan untuk perhitungan metode konsumsi

    adalah daftar nama obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa

    stok, obat hilang, rusak, kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian

    rata-rata obat pertahun, waktu tunggu (lead time),stok pengaman

    (buffer stock) dan pola kunjungan.

    2) Metode Morbiditas

    Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat

    berdasarkan pola penyakit. Adapun faktor yang perlu

    diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit dan lead lime.

    Langkah- langkah dalam metoda ini adalah :

    a) Memanfaatkan pedoman pengobatan

    b)

    Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani

    c) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi

    penyakit

    d)

    Menghitung jumlah kebutuhan obat

    d. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat

    Pada tahap ini dilakukan suatu kegiatan menetapkan rancangan stok

    akhir periode yang akan datang, menghitung rancangan pengadaan

    obat periode tahun yang akan datang, menghitung rancangan anggaran

    untuk total kebutuhan obat dan pengalokasian kebutuhan obat

    bersumber anggaran.

    e. Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat

    Pada tahap ini dilakukan penyesuaian perencanaan obat dengan

    jumlah dana yang tersedia sehingga informasi yang didapat adalah

    jumlah rencana pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat

    dan jumlah kemasan untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan

    datang.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    20/63

    13

    2. Tahap koordinasi kesehatan lintas program

    Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan

    Dasar (PKD) dibiayai melalui berbagai sumber anggaran.

    pembentukan Tim Perencanaan Obat Terpadu merupakan suatu

    kebutuhan dalam rangka efisiensi dan efektivitas penggunaan dana

    obat melalui koordinasi kesehatan, integrasi dan sinkronisasi antar

    instansi yang terkait dengan perencanaan obat disetiap

    Kabupaten/Kota. Berbagai sumber anggaran yang membiayai

    pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Kab.

    Sumedang antara lain : DAK dan APBD (II) kabupaten.

    B. Pengadaan

    Proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan di

    Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang sesuai dengan ketentuan-ketentuan

    dalam Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang pedoman

    pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah. Tujuan pengadaan obat

    adalah Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai

    kebutuhan pelayanan kesehatan, mutu obat terjamin, dan obat dapat

    diperoleh pada saat diperlukan.

    Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sumedang dilakukan dengan berdasarkan :

    1. E-catalogue, e-catalogue adalah cara pengadaan obat secara online

    kepada PT yang memproduksi obat di seluruh Indonesia yang telah di

    seleksi oleh pemerintah. Pengadaan obat dengan e-catalogue ini tanpa

    batasan dana.

    2.

    Tender, tender adalah langkah berikutnya untuk pengadaan obat

    apabila obat yang dibutuhkan tidak terdapat di e-catalogue dengan

    dana > 200 juta.

    3. Pengadaan langsung, pengadaan langsung dilakukan untuk obat diluar

    e-catalogue dengan dana < 200 juta.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    21/63

    14

    C. Penyimpanan

    Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara

    dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang

    dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu

    obat. Tujuan penyimpanan adalah untuk Memelihara mutu obat,

    menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab, menjaga

    kelangsungan persediaan, dan memudahkan pencarian dan pengawasan.

    Kegiatan penyimpanan meliputi :

    1. Penyiapan Sarana Penyimpanan

    Ketersediaan sarana yang ada di unit pengelola obat dan perbekalan

    kesehatan bertujuan untuk mendukung jalannya organisasi. Adapun

    sarana yang minimal sebaiknya tersedia adalah sebagai berikut :

    a. Gedung dengan luas 300 m2- 600 m2

    b. Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan jumlah 1 - 3 unit

    c.

    Komputer + Printer dengan jumlah 1 - 3 unit

    d. Telepon & Facsimile de ngan jumlah 1 unit

    e. Sarana penyimpanan

    Rak : 10 - 15 unit

    Pallet : 40 - 60 unit

    Lemari : 5 - 7 unit

    Lemari Khusus : 1 unit

    Cold chain (medical refrigerator), Cold Box, Cold Pack, dan

    Generator

    f. Sarana Administrasi Umum :

    Brankas : 1 unit

    Mesin Tik : 1 - 2 unit

    Lemari arsip : 1 - 2 unit

    g. Sarana Administrasi Obat dan Perbekalan Kesehatan :

    Kartu Stok, Kartu Persediaan Obat, Kartu Induk Persediaan

    Obat

    Buku Harian Pengeluaran Barang

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    22/63

    15

    SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)

    LPLPO (Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat)

    Kartu Rencana Distribusi

    Lembar bantu penentuan proporsi stok optimum

    2. Pengaturan Tata Ruang

    Bertujuan untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,

    penyusunan, pencarian dan pengawasan obat, maka diperlukan

    pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Pengaturan tata ruang

    selain harus memperhatikan kebersihan dan menjaga gudang dari

    kebocoran dan hewan pengerat juga harus diperhatikan ergonominya.Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang

    adalah sebagai berikut :

    a. Kemudahan bergerak, untuk kemudahan bergerak, maka

    gudang perlu ditata sebagai berikut :

    1)

    Gudang jangan menggunakan sekat-sekat karena akan

    membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,

    perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah

    gerakan.

    2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat,

    ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem Arus garis

    lurus, Arus U, dan Arus L

    3) Sirkulasi udara yang baik

    Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan stabilitas obat

    sekaligus bermanfaat dalam memperbaiki kondisi kerja

    petugas. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun

    terdapat Alternatif lain adalah menggunakan kipas

    angin/ventilator/rotator. Perlu adanya pengukur suhu di

    ruangan penyimpanan obat dan dilakukan pencatatan suhu.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    23/63

    16

    b. Rak dan Pallet

    Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat

    meningkatkan sirkulasi udara dan pemindahan obat. Penggunaan

    pallet memberikan keuntungan :

    1) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir,

    serangan serangga (rayap)

    2) Melindungi sediaan dari kelembaban

    3) Memudahkan penanganan stok

    4)

    Dapat menampung obat lebih banyak

    5) Pallet lebih murah dari pada rak

    c. Kondisi penyimpanan khusus

    1)

    Vaksin dan serum memerlukan Cold Chain (medical

    refrigerator) khusus dan harusdilindungi dari kemungkinan

    putusnya aliran listrik (harustersedianya generator).

    2) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari

    khusus dan selalu terkunci sesuai dengan peraturan yang

    berlaku.

    3)

    Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol, eter dan

    pestisidaharus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya

    disimpan dibangunan khusus terpisah dari gudang induk.

    d. Pencegahan kebakaran

    Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah

    terbakar seperti dus, karton dan lain-lain. Alat pemadam

    kebakaran harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau

    dan dalam jumlah yang cukup. Contohnya tersedia bak pasir,

    tabung pemadam kebakaran, karung goni, galah berpengait besi.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    24/63

    17

    3. Penyusunan Stok Obat

    Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk

    memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah

    sebagai berikut :

    a. Gunakan prinsipFirst Expired date First Out (FEFO)danFirst

    In First Out(FIFO)dalam penyusunan obat yaitu obat yang masa

    kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus

    digunakan lebih awal sebab umumnya obat yang datang lebih

    awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan kadaluarsanya

    mungkin lebih awal.

    b.

    Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan

    teratur. Untuk obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit disimpan

    dalam rak dan pisahkan antara obat dalam dan obat untuk

    pemakaian luar dengan memperhatikan keseragaman nomor

    batch.

    c. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan

    psikotropika.

    d.

    Simpan obat yang stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh

    temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat

    yang sesuai. Perhatikan untuk obat yang perlu penyimpanan

    khusus.

    e. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.

    f. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap

    dalam box masing-masing.

    4.

    Pengamatan mutu obat

    Mutu obat yang disimpan di ruang penyimpanan dapat mengalami

    perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi yang dapat

    diamati secara visual. Jika dari pengamatan visual diduga ada

    kerusakan yang tidak dapat ditetapkan dengan cara organoleptik,

    harus dilakukan sampling untuk pengujian laboratorium.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    25/63

    18

    Tanda-tanda perubahan mutu obat :

    a. Tablet

    1)

    Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa

    2)

    Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, pecah,

    retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab

    3)

    Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu

    obat

    b. Kapsul

    1)

    Perubahan warna isi kapsul

    2) Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan

    lainnya

    c. Tablet Salut

    1) Pecah-pecah, terjadi perubahan warna

    2) Basah dan lengket satu dengan yang lainnya

    3)

    Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan

    fisik

    d. Cairan

    1) Menjadi keruh atau timbul endapan

    2) Konsistensi berubah

    3) Warna atau rasa berubah

    4) Botol-botol plastik rusak atau bocor

    e. Salep

    1) Warna berubah

    2) Pot atau tube rusak atau bocor

    3) Bau berubahf. Injeksi

    1) Kebocoran wadah (vial, ampul)

    2) Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi

    3)

    Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada

    endapan

    4) Warna larutan berubah

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    26/63

    19

    D. Pendistribusian

    Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran

    dan pengiriman obat, terjamin keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara

    merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan

    kesehatan. Distribusi obat dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah yang

    cukup sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan

    serta mempertahankan tingkat persediaan obat.

    1. Kegiatan distribusi rutin yang dilakukan tiap 3 bulan sekali setiap

    puskesmas

    2. Kegiatan distribusi khusus yang mencakup distribusi obat untuk :

    a.

    Program Kesehatan

    b. Kejadian Luar Biasa (KLB)

    c. Bencana (alam dan sosial)

    d. Terjadi kekosongan obat dengan melakukan pembuatan LPLPO

    (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) tambahan.

    Tata cara pendistribusian obat :

    1. Dinkes Kab/Kota melalui gudang farmasi dan perbekalan kesehatan

    melaksanakan distribusi obat ke Puskesmas di wilayah kerjanya

    sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan.

    2. Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan-kebutuhan obat untuk

    Puskesmas Pembantu, Puskesling dan Unit Pelayanan Kesehatan

    (UPK) lainnya yang ada di wilayah binaannya.

    3. Tata cara distribusi obat ke UPK dapat dilakukan dengan cara dikirim

    oleh Gudang Farmasi dan Perbekalan Kesehatan (GFK) atau diambil

    oleh UPK.4. Obat yang akan dikirim ke Puskesmas harus disertai dengan LPLPO

    dan SBBK (Surat bukti barang keluar) yang dikeluarkan oleh GFK.

    E. Pencatatatan dan Pelaporan

    Pencatatandan pelaporan data obat di seksi farmasi dan alat kesehatan

    serta GFK merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan

    obat-obatan secara tertib.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    27/63

    20

    Tujuannya adalah agar tersedianya data mengenai jenis dan jumlah

    penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktu

    dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat. Pencatatan dan pelaporan

    terdiri dari :

    1. Kartu stok dan buku induk gudang

    a.

    Pencatatan kartu stok

    Fungsi :

    1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat

    (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kedaluwarsa)

    2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data

    mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber

    anggaran.

    3) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu)

    kejadian mutasi obat.

    4)

    Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,

    perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding

    terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya

    b.

    Pencatatan buku induk gudang

    Fungsi :

    1) Buku induk gudang digunakan untuk mencatat mutasi obat.

    2) Tiap lembar buku induk gudang hanya diperuntukkan

    mencatat data mutasi 1 jenis obat yang berasal dari semua

    sumber anggaran.

    3) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 kejadian

    mutasi obat.4) Data pada buku induk gudang digunakan untuk Alat kendali

    bagi Kepala Dinkes Kab/Kota terhadap keadaan fisik obat

    dalam tempat penyimpanan dan alat bantu untuk penyusunan

    laporan, perencanaan pengadaan dan distribusi serta

    pengendalian persediaan.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    28/63

    21

    2. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

    Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

    merupakan dokumen bukti mutasi obat yang dipakai untuk

    permintaan dan pengeluaran obat. LPLPO disampaikan oleh

    Puskesmas ke Dinkes Kab/Kota melalui seksi farmasi dan alat

    kesehatan.

    a. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat dibuat rangkap

    4 (empat) :

    1)

    Asli untuk seksi farmasi dan alat kesehatan bidang pelayanan

    kesehatan

    2)

    Tindasan 1 dikirim untuk Gudang Farmasi Kesehatan (GFK)

    3) Tindasan 2 & 3 untuk arsip di puskesmas.

    b.

    Kegunaan LPLPO :

    1) Sebagai bukti pengeluaran obat di seksi farmasi dan alat

    kesehatan

    2) Sebagai bukti penerimaan obat di Puskesmas

    3) Sebagai surat permintaan/pesanan obat dari Puskesmas

    kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    4) Sebagai bukti penggunaan obat di Puskesmas

    3. Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB) yang dikeluarkan oleh

    Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan

    4. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) yang dikeluarkan oleh Gudang

    Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

    5.

    Buku Penerimaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

    6.

    Buku Pengeluaran Obat dan Perbekalan Kesehatan

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    29/63

    22

    2.8 Regulasi Kefarmasian

    a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

    b.

    Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

    c.

    Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

    d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

    Kefarmasian

    e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 Tahun 2011 tentang

    Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

    f.

    Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan

    Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Nomor 138

    tahun 1998 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781)

    g. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.

    03.01/MENKES/159/2010 tentang Pedoman Pembinaan dan

    Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan

    Kesehatan Pemerintah

    h. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.

    02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat

    Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah

    i. Keputusan Menteri Kesehatan No.1457/MENKES/SK/X/2003 tentang

    Standar Pelayanan Minimal dibidang Kesehatan Kabupaten/Kota

    j. Keputusan Menteri Kesehatan No. 468/MENKES/SK/IV/2004 tentang

    Pedoman Umum Pengadaan Obat Pelayananan Kesehatan Dasar

    k. Keputusan Menteri Kesehatan No.469/MENKES/SK/IV/2004 tentang

    Pedoman Umum Pengadaan Obat Program Kesehatan

    l.

    Keputusan Menteri Kesehatan No. 1426/MENKES/SK/IX/2002tentang Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

    m. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Daftar Obat Esensial Nasional.

    n. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 328 tahun 2013 tentang

    Formularium Nasional.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    30/63

    23

    BAB III

    TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS

    3.1 Gambaran Umum Puskesmas

    3.1.1 Definisi Puskesmas

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

    Puskesmas, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

    adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

    masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

    mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatanmasyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 30 tahun

    2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Pusat Kesehatan

    Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah unit pelaksana teknis

    dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

    pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja .

    3.1.2 Tujuan Puskesmas

    Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas

    berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

    Puskesmas adalah untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat

    yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, mampu

    menjangkau pelayanan kesehatan bermutu hidup dalam lingkungan sehat dan

    memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan

    masyarakat untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

    3.1.3 Tugas Puskesmas

    Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

    mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

    mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    31/63

    24

    3.1.4 Fungsi Puskesmas

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004

    tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, fungsi Puskesmas dibagi menjadi 3

    diantaranya :

    1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

    a)

    Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah

    kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan

    kesehatan.

    b)

    Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

    penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

    2.

    Pusat Pemberdayaan Masyarakat

    Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan

    masyarakat memiliki kesadaran dan kemauan melayani diri sendiri,

    berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

    pembiayaan, ikut serta menetapkan dan menyelenggarakan program

    kesehatan, membina peran serta masyarakan di wilayah kerjanya dala

    rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat, merangsang masyarakan

    termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan menolong dirinya sediri,

    memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan

    menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

    3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

    Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

    menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang mencakup pelayanan

    kesehatan peroranga, pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan

    masyarakat.

    3.1.5 Jenis Puskesmas

    Pada umumnya terdapat satu unit Puskesmas di setiap kecamatan,

    pembagiannya sebagai berikut :

    a. Puskesmas menurut pelayanan kesehatan medis, dikelompokkan menjadi :

    1) Puskesmas Perawatan, pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap.

    2)

    Puskesmas Non Perawatan, hanya pelayanan kesehatan rawat jalan.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    32/63

    25

    b. Puskesmas menurut wilayah kerjanya, dikelompokkan menjadi :

    1) Puskesmas Induk/ Puskesmas Kecamatan.

    2)

    Puskesmas Satelit/ Puskesmas Kelurahan.

    3.1.6 Jaringan Puskesmas

    Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki

    sub-unit pelayanan seperti :

    1. Puskesmas Pembantu

    Memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam

    wilayah kerja Puskesmas.

    2.

    Puskesmas Keliling

    Memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile), untuk

    meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah

    kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung

    Puskesmas.

    3. Bidan Desa

    Merupakan bidan yang ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa

    dalam wilayah kerja Puskesmas.

    3.1.7 Program Puskesmas

    Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga

    maupun fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-

    beda. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dilaksanakan adalah

    sebagai berikut:

    1. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)

    2.

    Keluarga Berencana (KB)3. Usaha Peningkatan Gizi

    4. Kesehatan Lingkungan (Kesling)

    5.

    Pemberantasan Penyakit Menular (PPM)

    6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan (PDK)

    7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

    8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    33/63

    26

    9. Kesehatan Olah Raga

    10. Perawatan Kesehatan Masyarakat

    11.

    Usaha Kesejahteraan Kerja

    12.

    Usaha Kesehatan Gizi dan Mulut

    13. Usaha Kesehatan Jiwa (UKJ)

    14.

    Kesehatan Mata

    15. Laboratorium (diupayakan lagi tidak sederhana)

    16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

    17.

    Kesehatan Usia Lanjut

    18. Pembinaan Pengobatan Tradisional

    3.2 Puskesmas DTP Jatinangor

    3.2.1 Lokasi Puskesmas DTP Jatinangor

    Puskesmas Jatinangor terletak di jalan negara yang menghubungkan antara

    Bandung dan Cirebon sesuai dengan batas wilayah kerja yaitu:

    a.

    Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi Kababupaten

    Bandung

    b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjungsari Kabupaten

    Sumedang

    c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cimanggung Kabupaten

    Sumedang

    d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukasari Kabupaten

    Sumedang

    Letak geografis Kecamatan Jatinangor dengan luas wilayah 2620 Km2

    berada pada ketinggian 700 800 m diatas permukaan laut, terdiri dari dataran

    rendah dan daerah berbukit-bukit. Dari segi pemerintahan Kecamatan Jatinangor

    terdiri dari 7 Desa, 24 Dusun, 91 RW, 326 RT.

    3.2.2 Visi dan Misi Puskesmas DTP Jatinangor

    Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas Jatinangor dituntut untuk dapat

    memberikan pelayanan kesehatan berkualitas yang dapat dirasakan manfaatnya

    oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    34/63

    27

    Visi Puskesmas :

    TERCIPTANYA MASYARAKAT JATI NANGOR YANG SEHAT,

    MANDIRI DAN SEJAHTERA PADA TAHUN 2019

    Misi Puskesmas :

    1. Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan.

    2.

    Menggerakan pembangunan berwawasan lingkungan.

    3. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan bermutu.

    4. Mengembangkan kemandirian Puskesmas.

    3.2.3 Struktur Organisasi Puskesmas DTP Jatinangor

    Struktur Organisasi Puskesmas DTP Jatinangor dipimpin oleh :

    1. Kepala Puskesmas

    2. Kepala sub.bagian Tata Usaha yang dibantu oleh :

    a. Bendahara

    b. Kepegawaian

    c.

    Perlengkapan dan penyimpanan barang

    d. Evaluasi

    3.

    Puskesmas DTP Jatinangor terdiri dari beberapa bidang, yaitu :

    a.

    Bidang Kesehatan Keluarga :

    Keluarga Berencana

    Kesehatan Ibu,bayi,anak

    Kesehatan lanjut usia, remaja dan Usaha Kesehatan Sekolah

    Gizi

    b.

    Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

    Program Diare

    Program Infeksi Saluaran Pernafasan Akut (ISPA)

    Program Kesehatan Haji

    Program Imunisasi

    Program TB.Paru

    Surveilance

    Rabies

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    35/63

    28

    Malaria dan DBD

    Kulit dan Kelamin

    c. Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK)

    Promosi Kesehatan

    Sumber Daya Kesehatan

    d. Bidang Pelayanan Kesehatan

    Rawat Jalan

    Rawat Inap

    Laboratorium

    Kesehatan Rujukan

    Gudang Obat

    Loket Obat

    Perkesmas

    Kesehatan Gigi dan mulut

    Unit Gawat Darurat (UGD)

    Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

    Kesehatan Mata

    Kesehatan jiwa

    4. Puskesmas DTP Jatinangor memiliki 1 Puskesmas Pembantu, 1 Balai

    Pengobatan dan 7 Bidan Desa

    3.2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Teknis Kefarmasian

    Tugas dan Tanggung Jawab TTK di gudang obat :

    1. Melaksanakan kegiatan penerimaan obat dan perbekalan kesehatan dari

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    2.

    Memeriksa kelengkapan obat dan perbekalan kesehatan

    3. Menyimpan dan mengatur obat dan perbekalan kesehatan

    4.

    Mendistribusikan obat dan perbekalan kesehatan untuk sub unit pelayanan

    5. Mengendalikan penggunaan dan persediaan obat dan perbekalan kesehatan

    6. Melaksanakan kegiatan Pencatatan dan pelaporan

    7. Menjaga mutu dan keamanan obat serta perbekalan kesehatan

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    36/63

    29

    8. Menata persediaan obat dan perbekalan kesehatan

    9. Melakukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota

    10.

    Menyusun laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    Tugas dan Tanggung Jawab TTK di loket obat :

    1. Menyimpan, memelihara, dan mencatat mutasi obat serta perbekalan

    kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh loket obat

    Puskesmas dalam bentuk buku catatan mutasi obat.

    2. Membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) serta

    perbekalan kesehatan.

    3.

    Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluawarsa kepada petugas gudang

    obat.

    4.

    Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien.

    5. Memberikan infornasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada

    pasien.

    3.2.5 Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan Puskesmas DTP

    JatinangorPelayanan kefarmasian di puskesmas terdiri dari 2 aspek yaitu :

    A. Aspek Manajerial (Farmasi non klinik)

    Kebijakan pengelolaan obat yaitu untuk menjamin ketersediaan pemerataan

    dan keterjangkauan obat terutama obat esensial dan menjamin keamanan,

    khasiat dan mutu obat agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan.

    1. Perencanaan

    Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalankesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

    kebutuhan obat puskesmas. Dalam rangka proses perencanaan kebutuhan

    obat di Puskesmas Jatinangor dilakukan untuk rencana penggunaan obat

    selama tiga bulan ke depan pada proses perencanaan harus berdasarkan stok

    awal periode sebelumnya, jumlah obat yang diterima, jumlah obat yang

    digunakan, sisa obat pada akhir bulan, jumlah kunjungan, dan pola penyakit.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    37/63

    30

    Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal seperti adanya peningkatan

    kunjungan pasien, terjadinya bencana/KLB yang tidak terduga sebelumnya,

    atau karena adanya pergantian musim penyakit di luar perencanaan.

    Jika perencanaan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan obat

    Puskesmas Jatinangor melakukan permintaan kembali ke Seksi Farmasi dan

    Alkes dan banyaknya obat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh puskesmas

    dengan menggunakan LPLPO tambahan setiap tanggal 15.

    2. Permintaan Obat

    Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masing-

    masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di

    wilayah kerjanya.

    Sumber penyediaan obat di puskesmas yaitu dari Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota. Obat yang disediakan berdasarkan Daftar Obat Essensial

    Nasional (DOEN), sesuai dengan kesepakatan global maupun Peraturan

    Menteri Kesehatan No: HK.02.02/Menkes/068/Menkes/2010 tentang

    Kewajiban menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan milik

    Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia di

    puskesmas. Dasar pertimbangan dari peraturan tersebut adalah :

    a.

    Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di

    seluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik.

    b. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar

    pengobatan.

    c. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat.

    d. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik.

    e.

    Meningkatkan efektivitas dan efisiensi alokasi dana obat di pelayanan

    kesehatan publik.

    Ruang lingkup permintaan obat yaitu :

    1)

    Permintaan Rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing puskesmas,

    setiap tiga bulan sekali.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    38/63

    31

    2) Permintaan Tambahan dilakukan di luar jadwal distribusi rutin

    apabila: Kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan,

    penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluwarsa

    3)

    Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan

    Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

    4)

    Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh Seksi Farmasi dan Alat

    Kesehatan (Alkes) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.

    3. Penerimaan

    Penerimaan yang dilakukan oleh Puskesmas Jatinangor sudah cukup

    sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Kegiatan penerimaan

    obat di Puskesmas :

    a. Penyerahan obat dari Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK), harus

    disetujui Kepala Dinas Kesehatan, kemudian barang diantar ke

    Puskesmas dan diterima oleh Tim Penerimaan Barang di Puskesmas.

    b. Tim penerima bertanggung jawab terhadap pemeriksaan,

    penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, penggunaan obat dan

    kelengkapan catatan.

    c. Distribusi dilakukan ke loket obat Puskesmas dan ke sub unit lainnya

    seperti Puskesmas Pembantu (Pustu), Posyandu dll di bawah tanggung

    jawab Kepala Puskesmas.

    d. Kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk obat, sesuai dengan LPLPO,

    dan ditandatangani Tim penerima dan kepala puskesmas.

    e.

    Setiap penambahan obat dicatat dan dibukukan ke dalam buku Induk

    Gudang obat dan kartu stok.

    4. Penyimpanan

    Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang

    diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

    kimia dan mutunya terjamin. Tujuan penyimpanan dan distribusi obat yaitu

    agar petugas mengerti penyimpanan dan distribusi obat dan supaya obat

    yang tersedia di unit pelayanan kesehatan terjamin mutu dan keamanannya.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    39/63

    32

    a. Persyaratan Gudang : Minimal 3 x 4 m2, Ventilasi, cahaya harus cukup

    dan punya pelindung, Dinding licin, Tidak bersudut, Jendela

    berteralis, Kunci ganda, Pengukur suhu dan hygrometer ruangan

    b.

    Pengaturan Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, alphabet,

    cairan pada rak bawah, prinsip FEFO (First Expire First Out) dan

    FIFO (First In First Out), sediakan lemari untuk : Narkotika dan

    Psikotropika, Cantumkan nama masing-masing obat di rak atau etiket

    obat menghadap ke depan dan pisahkan obat dalam dan obat luar

    5. Distribusi

    Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara

    merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-unit puskesmas. Tujuan

    distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub-unit puskesmas yang ada di

    wilayah kerja puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat serta

    mutu terjamin. Penyerahan obat dilakukan dengan cara :

    a. Puskesmas menyerahkan/mengirimkan obat ke sub-unit

    b.

    Obat diserahkan bersama SBBK dari gudang ke sub unit dengan

    SBBK 2 rangkap lembar pertama jadi arsip puskesmas dan lembar

    kedua menjadi arsip sub unit.

    c.

    Pengaturan pengeluaran obat di Puskesmas DTP Jatinangor

    menggunakan prinsip First In First Out (FIFO) yaitu barang pertama

    yang masuk di keluarkan pertama. Distribusi/penyaluran obat di

    Puskesmas DTP Jatiinangor dilakukan atau disalurkan ke-1 Pustu

    (Puskesmas Pembantu) yaitu di Desa Cileles, dan 4 Polindes yaitu di

    Desa Cibeusi, Cipacing, Cikeruh, dan Cilayung, serta 1 BP (Balai

    Pengobatan) yaitu di Desa Sayang.

    6. Pencatatan dan Pelaporan

    Tujuan Pencatatan dan Pelaporan adalah sumber data untuk

    melakukan pengendalian, perencanaan kebutuhan dan untuk pembuatan

    laporan. Sarana Pencatatan dan Pelaporan di puskesmas, meliputi :

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    40/63

    33

    a. Pencatatan :

    1) Obat yang masuk dan keluar Gudang Farmasi dan Perbekalan

    Kesehatan , dicatat di buku kartu stok dan kartu induk obat.

    2)

    Sub unit melakukan pencatatan rekap obat harian dan pencatatan

    di buku kartu stok.

    b. Pelaporan

    1) Monitoring Peresepan untuk 3 penyakit yaitu ISPA

    Nonpneumonia, Diare Nonspesifik, dan Myalgia. Pemantauan

    dilakukan pada 1 pasien setiap hari untuk 3 kasus penyakit

    tersebut.

    2)

    laporan penulisan obat generik

    3) Pelaporan penulisan obat generik

    4) Pelaporan pemakaian obat terpadu

    5) Pelaporan pemantauan penulisan obat generik dan ketersediaan

    obat generik

    B. Aspek Profesional (farmasi klinik)

    Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas DTP Jatinangor meliputi pelayanan

    resep. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis

    dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep,

    peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.

    1. Pelayanan resep

    a. Penerimaan resep, Setelah menerima resep dari pasien dilakukan

    skrining resep yang meliputi :

    1) Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama

    dokter, nomor surat izin praktek (SIP), paraf dokter, tanggal,

    penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan,

    nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien.

    2) Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan,

    dosis, potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    41/63

    34

    3) Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi

    dan kesesuaian dosis.

    4)

    Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan

    pada resep atau obatnya tidak tersedia

    b. Peracikan obat, Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal

    sebagai berikut :

    1) Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan

    menggunakan alat (sendok obat), dengan memperhatikan

    nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.

    2) Peracikan obat dilakukan untuk balita atau anak yang tidak

    bisa meminum tablet. Percaika dilakukan menggunakan mortir

    dan stemper serta pengepresan kertas racikan menggunakan

    alat Sealing Equipment.

    c. Penyerahan obat, Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai

    berikut :

    1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan

    pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada

    etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.

    2) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan

    cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi

    tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.

    3) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau

    keluarganya

    2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

    Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,

    tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya

    penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Informasi obat yang

    diperlukan pasien adalah :

    a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan

    dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    42/63

    35

    hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah

    makan.

    b.

    Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau

    harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika

    harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.

    c.

    Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan

    pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan

    mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan

    farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep mata, obat

    tetes hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    43/63

    36

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang merupakan unit pelayanan teknis

    yang memiliki tanggung jawab penuh dalam melayani seluruh aspek kesehatan

    yang dilakasanakan oleh pemerintah kepada masyarakat. Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sumedang membawahi 5 bidang, yaitu :

    1. Bidang Kesehatan Keluarga

    2. Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

    3. Bidang Jaminan Kesehatan Masyarakat

    4. Bidang Sumber Daya Kesehatan

    5. Bidang Pelayanan Kesehatan.

    Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang memiliki fasilitas pelayanan

    kesehatan yaitu 35 Pusat Kesehatan Masyarakat yang tersebar di seluruh wilayah

    Kabupaten Sumedang. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas

    Kesehatan Kabupaten Sumedang dilakukan oleh Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan

    yang memiliki tugas perencanaan, pengadaan, pencatatan dan pelaporan serta

    monitoring dan evaluasi sedangkan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) gudang

    farmasi dan perbekalan kesehatan memiliki tugas penerimaan, penyimpanan,

    pendistribusian, serta pencatatan dan pelaporan.

    Perencanaan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dilaksanakan setiap

    1 tahun dengan mempertimbangkan rencana untuk 18 bulan kebutuhan obat, stok

    gudang dan anggaran yang tersedia. Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan

    dilakukan oleh Tim Perencanaan Obat Terpadu. Pemilihan obat didasarkan pada

    obat generik terutama yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional dan

    Formularium Nasional. Metode perhitungan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sumedang adalah dengan metode konsumsi, dimana cara perhitungan

    yang didasarkan pada analisa data konsumsi atau pemakaian obat tahun

    sebelumnya.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    44/63

    37

    Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten

    Sumedang dilakukan oleh Seksi Farmasi dan Alkes dengan 3 cara yaitu melalui e-

    katalog yang dikumpulkan perdistibutor, pemesanan dapat dilakukan juga diluar e-

    katalog melalui tender dengan dana diatas 200 juta dan melalui pengadaan langsung

    dengan dana kurang dari 200 juta. Dana pengadaan yang di dapat melainkan dari

    APBD II (Kabupaten) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

    Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh Tim

    Pemeriksa dan Penerima di gudang farmasi dan perbekalan kesehatan Kabupaten

    Sumedang dengan melaksanakan penerimaan barang sesuai prosedur operasional

    yang telah ditetapkan.

    Penyimpanan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dilakukan

    dengan metode satu pintu, dimana obat disimpan di UPTD Gudang Farmasi dan

    Perbekalan Kesehatan. Penyimpanan obat di Dinas Kabupaten Sumedang sudah

    cukup memenuhi standar yang ada baik dalam pengaturan tata ruang, penyusunan

    stok obat, dimana obat obatan telah disimpan menggunakan pallet, serta

    pengamatan mutu obat. UPTD gudang farmasi dan perbekalan kesehatan

    menggunakan prinsip FEFO dan FIFO untuk penyimpanan obat dan perbekalan

    kesehatan.

    Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kabupaten

    Sumedang sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tata cara pendistribusian

    obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang yaitu LPLPO yang diajukan tiap

    puskesmas diberikan kepada kepala seksi farmasi dan alat kesehatan di bidang

    pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, seksi farmasi dan alat kesehatan

    akan mengeluarkan Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB) ke gudang

    farmasi dan perbekalan kesehatan, dan oleh gudang farmasi dan perbekalankesehatan dibuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), kemudian gudang farmasi

    dan perbekalan kesehatan akan mengeluarkan barang sesuai SBBK masing-masing

    Puskesmas. Selanjutnya Pendistribusian dapat dilakukan oleh pihak Gudang

    Farmasi dan Perbekalan Kesehatan kepada Puskesmas atau Puskesmas mengambil

    langsung ke Gudang Farmasi dan Perbekalan Kesehatan dengan surat tugas dari

    Kepala Puskesmas, setelah barang dikirim dicek oleh Tim Pemeriksa dan Penerima

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    45/63

    38

    di Puskesmas dan dibuat berita acara penerimaan barang oleh tim pemeriksa dan

    penerima di Puskesmas

    Pencatatan dan pelaporan mengenai obat dan perbekalan kesehatan di Dinas

    Kesehatan Kabupaten Sumedang adalah laporan memuat jumlah penerimaan,

    pengeluaran dan sisa persediaan yang dilakukan setiap bulan dengan laporan

    pemakaian obat terpadu, laporan psikotropika dilakukan setiap bulan sekali. Jenis

    laporannya yaitu distribusi, laporan pencatatan persediaan akhir tahun anggaran,

    serta laporan tahunan pengelolaan obat.

    Puskesmas DTP Jatinangor adalah Unit Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sumedang yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

    kesehatan di Kecamatan Jatinangor.Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di

    Puskesmas DTP Jatinangor dipegang oleh seorang tenaga teknis kefarmasian.

    Pelayanan kefarmasian di Puskesmas terdiri dari 2 aspek pelayanan yaitu aspek

    manajerial (farmasi non klinik) dan aspek professional (farmasi klinik).

    Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas terdiri dari :

    1. Perencanaan menggunakan LPLPO untuk 3 bulan penggunaan obat. Untuk

    mendapatkan data atau jumlah kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan

    dalam waktu 3 bulan dapat dilihat dari penggunaan obat dan perbekalan

    kesehatan pada waktu 3 bulan sebelumnya.

    2.

    Permintaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh penanggung

    jawab gudang farmasi setiap 3 bulan sekali untuk LPLPO rutin sedangkan

    untuk LPLPO tambahan dilakukan setiap tanggal 15 jika ketersediaan sudah

    habis. LPLPO dikirim ke Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan Bidang Yankes

    akan membuat SPMB yang dikirim ke gudang farmasi dan perbekalan

    kesehatan (GFK), selanjutnya GFK kemudiaan akan mengirimkan obat ke

    Puskesmas yang disertai dengan SBBK.

    3. Obat dan perbekalan kesehatan yang dikirim oleh GFK akan diterima oleh

    tim pemeriksa dan penerima barang di puskesmas. Tim pemeriksa dan

    penerima akan melihat kesesuaian antara LPLPO, SBBK dan obat yang

    dikirim, jika sesuai maka dilakukan serah terima obat dan perbekalan

    kesehatan yang selanjutnya akan dibuatkan BAP ( berita acara penerimaan

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    46/63

    39

    obat dan perbekalan kesehatan) yang di tandatangani oleh tim pemeriksa

    dan penerima obat dan perbekalan kesehatan dan Kepala Puskesmas. Lalu

    BAP diberikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.

    4.

    Penyimpanan obat di gudang obat secara alphabetis, FIFO (first in first out),

    dan FEFO (first expired first out). Penyimpanan obat juga menggunakan

    palet untuk menjaga kualitas obat, disesuaikan dengan bahan obat dan jenis

    sediaan. Semua data obat yang ada di gudang ditulis dalam kartu stok dan

    buku induk gudang.

    5.

    Pendistribusian gudang obat puskesmas dilakukan ke sub unit yaitu loket

    obat, polindes, pustu dan BP dengan LPLPO yang dilakukan setiap satu

    bulan sekali. Gudang obat mengeluarkan SBBK setiap pendistribusian obat.

    Pendistribusian ini di lakukan setiap 1 bulan sekali dan setiap 1 bulan sekali

    juga loket obat, pustu, polindes, dan BP membuat laporan obat terpadu yang

    di berikan kepada gudang obat Puskesmas Jatinangor.

    6. Pencatatan yang dilakukan oleh gudang obat puskesmas yaitu pencatatan

    kartu stok dan buku induk gudang sedangkan pencatatan yang dilakukan

    oleh sub unit adalah pencatatan rekap pemakaian obat harian dan bulanan,

    dan pencatatan kartu stok namun pencatatan pada kartu stok belum

    dilakukan. Kegiatan pelaporan yang harus dilakukan oleh pihak Puskesmas

    untuk diserahkan ke Dinas Kesehatan adalah monitoring peresepan untuk 3

    penyakit yaitu myalgia, ISPA, dan diare non spesifik, pemakaian obat

    terpadu, laporan pemantauan penulisan obat generik dan ketersediaan obat

    generik.

    Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Puskesmas DTP Jatinangor

    adalah pelayanan resep serta pelayanan informasi obat.Pelayanan obat di loket obat

    adalah pelayanan terakhir kepada pasien yang merupakan proses kegiatan dimana

    petugas obat menerima resep yang diberikan oleh dokter melalui pasien, lalu

    petugas obat melakukam skrining resep tersebut setelah resep tersebut terbukti

    keabsahannya maka petugas obat melakukan dispensing obat yang terdiri dari

    penyiapan obat, jumlah obat, penulisan etiket sesuai yang tertera pada resep.

    Setelah obat siap diberikan kemudian petugas menyerahkan obat disertai Pelayanan

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    47/63

    40

    Informasi Obat (PIO). Pelayanan Informasi Obat hanya sebatas nama obat, khasiat

    dan cara pemakaiannya.

    Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas DTP Jatinangor belum maksimal,

    ini dikarenakan tidak adanya tenaga apoteker dan keterbatasan tenaga teknis

    kefarmasian. Jumlah tenaga teknis kefarmasian yang ada tidak sesuai dengan

    jumlah pasien yang dilayani oleh Puskesmas DTP Jatinangor.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    48/63

    41

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    Berdasarkan hasil dari praktek kerja lapangan yang telah di lakukan di Dinas

    Kesehatan Kabupaten Sumedang dan Puskesmas DTP Jatinangor dari mulai tanggal

    1 mei sampai dengan tanggal 31 mei dapat disimpulkan bahwa :

    1. Praktek kerja lapangan membekali calon tenaga teknis kefarmasian

    wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk

    melakukan pekerjaan kefarmasian di Dinas Kesehatan dan Puskesmas.

    2. Praktek kerja lapangan memberikan gambaran nyata kepada calon tenaga

    teknis kefarmasian tentang situasi, kondisi, tatacara, tanggung jawab dalam

    sebuah pekerjaan dan atau pada saat menghadapi sebuah masalah dalam

    pekerjaan atau tidak.

    3.

    Tugas pokok kefarmasian dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian di Dinas

    Kesehatan Kabupaten/kota adalah melakukan pengelolaan, pengawasan dan

    peraturan mengenai perbekalan kesehatan dan alat kesehatan serta program-

    program kesehatan lainnya untuk seluruh puskesmas di wilayahnya.

    4. Tugas pokok kefarmasian Tenaga Teknis Kefarmasian di puskesmas adalah

    melayani pelayanan obat beserta informasi obat, administrasi, pengelolaan

    perbekalan farmasi dan alat kesehatan serta menyiapkan kebutuhan

    perbekalan farmasi untuk program kesehatan lainnya yang mencakup

    seluruh wilayah kerja beserta jaringannya.

    5.2

    SaranDiharapkan disetiap Puskesmas terdapat Tenaga Teknis kefarmasian dan

    Apoteker. Karena keberadaan Tenaga Teknis Kefarmasian dan Apoteker sebagai

    penanggung jawab pengelola obat dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

    setiap puskesmas yang ada di Sumedang sangat berpengaruh terhadap pencapaian

    pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan optimal.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    49/63

    42

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Kesehatan RI. 2014.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

    No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,Jakarta.

    Departemen Kesehatan RI. 2012. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012

    tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.

    Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.2011. Profil Kesehatan Kabupaten

    Sumedang 2011. Sumedang : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.

    Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2010.Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasiandi Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Jakarta: Japan Internasional Cooperation

    Agency (JICA) dan Kementerian Kesehatan RI.

    Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian

    di puskesmas. Jakarta : Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) dan

    Kementerian Kesehatan RI.

    Departemen Kesehatan RI. 2014.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun

    2014 tentang Puskesmas.

    Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan No.

    128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas.

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    50/63

    43

    LAMPIRAN I

    Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    51/63

    44

    LAMPIRAN II

    Denah Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang

    Keterangan :

    A : Toilet

    B : Mushola

    C : Ruang Gaji

    D : Ruang Akreditasi

    E : Gudang

    A B C

    D E

    GARASI

    YANKES KANTIN

    SDK

    KESGA

    GARASI

    LAPANGAN

    P2PUMUMKEUANGANPROGRAM

    HALAMAN DEPAN

    POS

    SATPAM

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    52/63

    45

    LAMPIRAN III

    Kartu Induk Persediaan Barang

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    53/63

    46

    LAMPIRAN IV

    Laporan Pemakaian Obat dan Lembar Permintaan Obat ( LPLPO)

    Bagian Depan

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    54/63

    47

    Laporan Pemakaian Obat dan Lembar Permintaan Obat ( LPLPO)

    Bagian Belakang

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    55/63

    48

    LAMPIRAN V

    Lembar Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB)

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    56/63

    49

    LAMPIRAN VI

    Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)

    Bagian Depan

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    57/63

    50

    Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)

    Bagian Belakang

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    58/63

    51

    LAMPIRAN VII

    Lembar Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    59/63

    52

    LAMPIRAN VIII

    Struktur Organisasi Puskesmas DTP Jatinangor

    Kepala UPTD Puskesmas DTP

    Jatinangor

    Kel. Jabatan

    Fungsional

    Kepala Sub. Bag Tata

    Usaha

    Bid. Kesehatan

    Keluarga

    Bid. Pencegahan &

    Pemberantasan

    Penyakit Menular

    Bendahara Kepegawaian Evaluasi/RRPerlengkapan/

    penyimpanan

    barang

    Bid. Sumber Daya

    Kesehatan

    Promkes

    Bid.Pelayanan

    Kesehatan

    Labolatorium

    Rawat InapRawat Jalan

    Loket ObatGudang

    Obat

    Kesehatan

    Rujukan

    JKNUGD

    Kesehatan

    Gigi &

    Mulut

    Perkesmas

    Jiwa Mata

    Keluarga

    Berencana

    Kes. Ibu,

    Bayi & Anak

    Kes. Lansia,

    Remaja/ UKS

    Gizi

    Kesling

    ISPA

    Malaria

    /DBD

    Kulit &Kelamin

    Rabies

    TB. Paru

    Kes. Haji

    Surveilance

    Imunisasi

    Diare

    SDK

    Bides

    Cilayung

    Bides

    Cileles

    Bides

    Cibeusi

    Bides

    Cipacing

    Bides

    Hegarmanah

    Bides

    Cikeruh

    Bides

    Sayang

    Pustu

    Cileles

    PONED

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    60/63

    53

    DS. CILAYUNG

    DS. CILELES

    DS. HEGARMANAH

    DS. JATIROKE

    DS. CISEMPUR

    DS. CINTAMULYA

    DS.

    MEKARGALIHDS. CIPACING

    DS.

    SAYANGDS. CIBEUSI

    DS.

    JATIMUKTI

    DS. CIKERUH

    KECAMATAN TANJUNGSARI

    KABUPATEN

    BANDUNG

    KECAMATAN

    CIMANGGUNG

    PETA PUSKESMAS DTP. JATINANGOR

    LAMPIRAN IX

    Peta Lokasi Puseksmas DTP Jatinangor

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    61/63

    54

    LAMPIRAN X

    Mekanisme Pengajuan Permintaan Obat Puskesmas

    Keterangan :

    LPLPO : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

    SPMB : Surat Perintah Mengeluarkan Barang

    SBBK : Surat Bukti Barang Keluar

    Tim P2BP : Tim Pemeriksa dan Penerima Barang Puskesmas

    TIM

    P2BP

    PUSKESMAS

    (KAPUS)

    KEPALA

    DINAS

    KESEHATAN

    BIDANG

    YANKES

    UNTUK

    DIVERIFIKASI

    GUDANG

    FARMASI DAN

    PERBEKALAN

    KESEHATAN

    LPLPO

    DISPOSISI

    SPMB

    SBBK

    PETUGAS

    OBAT

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    62/63

    55

    LAMPIRAN XI

    Contoh Resep Puskesmas

  • 7/25/2019 Laporan Dinkes & Puskesmas Jatinangor (Adinda Mutiara Islami - 2313110)

    63/63

    LAMPIRAN XII

    Contoh Etiket Puskesmas

    a. Etiket Obat Dalam

    b. Etiket Obat Luar