Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania...

22
MIGRASI DAN KETAHANAN KELUARGA Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. Rahmah Farida 3. Wahdania Rosyada Program Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia 2013

Transcript of Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania...

Page 1: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

MIGRASI DAN KETAHANAN KELUARGA

Tugas Mobilitas Penduduk

Kelompok 11

1. Ardencius Gultom

2. Rahmah Farida

3. Wahdania Rosyada

Program Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia

2013

Page 2: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

DAFTAR ISI

Hal

1. Pendahuluan 1

2. Konsep dan Teori Migrasi 1

3. Konsep Ketahanan Keluarga 6

4. Dampak Migrasi Terhadap Ketahanan Keluarga 9

5. Studi Kasus di beberapa wilayah di Indonesia

A. Studi kasus terhadap dampak perekonomian keluarga 13

migran-non migran berdasarkan data IFLS 2000

B. Studi kasus terhadap dampak sosial migrasi 15

di kelurahan pondok cina, depok 2003

C. Studi kasus terhadap dampak psikologi pada 16

relokasi keluarga korban kerusuhan aceh, 2005

Daftar Pustaka

Page 3: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 1

1. Pendahuluan

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat memegang peranan penting

sebagai aset bangsa. Keluarga bukan hanya dianggap sekedar sasaran pembangunan tetapi

merupakan pelaku (subyek) pembangunan. Hal ini sesuai dengan UU No. 52 Tahun 2009 tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, yang menyebutkan penduduk sebagai

modal dasar dan faktor dominan pembangunan.

Pentingnya peran keluarga dalam pembangunan, menjadikan banyak kajian yang

berkaitan tentang peningkatan kualitas keluarga. Kajian keluarga sendiri, sebenarnya telah

dimulai sejak tahun 1800an, seiring dengan kebutuhan untuk memperbaiki atau menyelesaikan

masalah. Meski demikian, teori-teori tentang keluarga baru berkembang sejak awal 1900an.

Teori keluarga merupakan aplikasi dari teori sosiologi dalam institusi keluarga baik tentang

pertukaran sosial, interaksi, konflik dan struktur fungsional keluarga. (Sunarti, 2006)

Beberapa diantaranya adalah teori yang mengaitkan antara keluarga dengan mobilitas

penduduk oleh Sjastad,1962; Blau and Duncan, 1967; sandell, 1977; Mincer, 1978 (Gayle,

2008). Penelitian tersebut menekankan pada aspek mobilitas mengenai penyebab dan rintangan

di daerah asal serta kesempatan keluarga untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik di daerah

tujuan. Penelitian lainnya yang juga berkaitan adalah oleh Thomas & Wilcox than 1987 dalam

Sussman , yang menyebutkan bahwa perubahan sosial yang berlangsung cepat, industrialisasi

dan urbanisasi dipandang sebagai faktor yang dapat menyebabkan disorganisasi dalam keluarga.

(Sunarti, 2006). Makalah ini secara umumberisi kajian literatur tentang keterkaitan antara

migrasi dan pengaruhnya dengan ketahanan keluarga.

2. Konsep Dan Teori Migrasi

Konsep Migrasi

Migrasi merupakan satu dari tiga komponen dasar demografi selain fertilitas dan

mortalitas. Ketiga komponen ini mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayah. Ada

dua dimensi yang perlu ditinjau dalam menelaah masalah migrasi, yakni dimensi waktu dan

dimensi wilayah. Namun masih belum ada kesepakatan pasti di antara para ahli dalam

menentukan dimensi waktu dan wilayah dalam ber-migarsi tersebut. Lee (1976) dalam

Purnamasari (2007) mendefinisikan bahwa migrasi adalah perubahan tempat tinggal secara

permanen atau semi permanen. Tidak ada pembatasan baik pada jarak perpindahan ataupun

Page 4: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 2

sifatnya. Demikian pula definisi migrasi oleh Tjiptoherijanto dalam Safrida (2008), diartikan

sebagai perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Tujuan utama migrasi adalah

meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya, sehingga umumnya mereka mencari

pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi di daerah

tujuan . Terkait teori ekonomi tentang migrasi, Todaro (1998) dalam Khotijah (2008)

mendasarkan pemikirannya bahwa arus migrasi berlangsung sebagai akibat tanggapan terhadap

adanya perbedaan pendapatan antara kota dan desa.

Definisi BPS telah memberikan batasan wilayah dalam definisi migrasi, yakni proses

perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas wilayah adaministrasi

yang dapat berupa desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. Sedangkan PBB

dalam Rangkuti (2009) memberikan batasan migrasi sebagai bentuk dari mobilitas geografi

(geographic mobility) atau mobilitas keruangan (spatial mobility) dari suatu unit geografi ke unit

geografi lainnya yang menyangkut perubahan tempat kediaman secara ermanen dari tempat asal

atau keberangkatan, ke tempat tujuan atau tempat yang didatangi (United Nation: 1985).

Mantra (2000) dalam Purnamasari (2007), menjelaskan bahwa migrasi adalah gerak

penduduk yang melintas batas wilayah asal menuju ke wilayah lain dengan niatan menetap di

daerah tujuan. Sedangkan mobilitas penduduk non permanen adalah gerak penduduk dari suatu

wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Mantra juga

menyebutkan bahwa beberapa teori yang mengungkapkan mengapa orang melakukan mobilitas,

diantaranya adalah teori kebutuhan dan stres. Setiap individu mempunyai beberapa macam

kebutuhan ekonomi, sosial, budaya, dan psikologis. Semakin besar kebutuhan tidak dapat

terpenuhi, semakin besar stres yang dialami. Apabila stres sudah melebihi batas, maka seseorang

akan berpindah ke tempat lain yang mempunyai nilai kefaedahan terhadap pemenuhan

kebutuhannya. Perkembangan teori migrasi demikian dikenal dengan model stress-treshold atau

place-utility

Terkait hubungan migrasi dengan pembangunan, Soemardjan (1988) dalam Lubis (2003)

menyatakan bahwa perpindahan penduduk dari dan ke suatu tempat bukan berarti mengambil

hak-hak yang dimiliki masyarakat setempat, namuan merupakan suatu faktor penting bagi

kesejahteraan masyarakat setempat karena pada akhirnya turut mendukung jalannya

pembangunan nasional. Hal ini tidak terlepas dari adanya pemanfaatan yang optimal terhadap

Page 5: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 3

sumber-sumber produksi yang dahulu belum tersentuh sepenuhnya oleh masyarakat setempat.

Dengan kedatangan penduduk pendatang, potensi-potensi tergali lebih dalam.

Masih terkait perubahan akibat migrasi, Lubis memakai Pandangan Usman Pelly (1998)

bahwa setiap proses migrasi yang terjadi akan membawa suatu perubahan di tempat barunya,

karena di dalam migrasi tersebut terdapat misi budaya yang dimiliki oleh setiap pendatang.

Faktor Keputusan Bermigrasi

Ada banyak pertimbangan yang melatarbelakangi keputusan untuk ber-migrasi. Salah

satu karakteristik yang menjadi dasar pertimbangan dalam ber-migrasi adalah bentuk keluarga. O

Stack (1991) dalam Rangkuti (2009) menyatakan bahwa keluarga inti, yakni yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak, mempunyai peluang bermigrasi yang lebih tinggi daripada keluarga besar.

Hal ini terkait dengan biaya migrasi yang harus dipertimbangkan. Lebih lanjut Rangkuti

memakai pendapat Enhrenberg dan Smith (2002) yang menyatakan bahwa migrasi mahal. Hal

ini terkait dengan waktu yang harus dihabiskan untuk mencari informasi tentang pekerjaan yang

lain, dan yang paling sulit bagi pekerja untuk migrasi adalah meninggalkan keluarga dan teman-

teman. Para migran yang sudah berkeluarga, di awal-awal kepergian cenderung akan bermigrasi

sendiri dan meninggalkan keluarganya. Ketika pekerjaan sudah mulai mapan baru membawa

serta keluarga inti untuk tinggal bersama. Hal ini dikarenakn tingginya biaya hidup di daerah

tujuan bagi pekerja yang belum memiliki pekerjaan tetap. Keluarga ini akan melakukan upaya

optimal untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga tersebut.

Menurut Everest S. Lee dalam Munir (2007), ada 4 faktor yang menyebabkan orang

mengambil keputusan untuk melakukan migrasi:

a. Faktor-Faktor yang terdapat di daearh asal

b. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan

c. Rintangan-rintangan yang menghambat

d. Faktor pribadi

Dessyanthy (2012) menjabarkan faktor-faktor di atas bahwa dalam suatu daerah, di setiap

tempat asal ataupun tujuan, ada sejumlah faktor positif yang menahan orang untuk tetap tinggal

di daerah tersebut, dan ada pula yang menarik orang luar untuk pindah ke tempat tersebut. Ada

Page 6: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 4

pula sejumlah faktor negatif yang mendorong untuk pindah dari tempat tersebut, dan sejumlah

faktor netral yang tidak menjadi masalah dalam keputusan untuk ber-migrasi.

Selanjutnya Lee juga menambahkan bahwa besar kecilnya arus migrasi juga dipengaruhi

oleh faktor penghalang yang menghalangi seseorang untuk melakukan migrasi, seperti jarak,

biaya yang tinggi, topografi yang tidak bagus dan terbatasnya sarana transportasi. Namun bagi

sebagian orang, rintangan-rintangan tersebut bukanlah suatu kendala.

Faktor lain yang tidak kalah penting dalam menentukan keputusan ber-migrasi adalah

faktor individu, yang menentukan apakah akan pindah dari tempat asal atau tidak, dan jika ingin

pindah, daerah mana yang akan dituju. Semua itu merupakan hasil ertimbangan untung rugi dari

pemikiran individu tersebut.

Terkait karakteristik individu, Chotib (2005) dalam Santoso (2010) menyatakan bahwa

ada beberapa karakteristik yang sangat menentukan individu dalam pengambilan keputusan ber-

migrasi, sebagai berikut

a. Karakteristik demografi, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, status

perkawinan dan perbedaan perkotaan/perdesaan

b. Nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan (adat istiadat) yang dimiliki migran di

daerah asal

c. Kemampuan mental dan intelektual migran, serta sifat-sifat individu calon migran

tersebut

Faktor pendorong dan Penarik Migrasi

Salah satu turunan dari teori Ravenstein seperti dituturkan Andrew Heywood (2011)

melalui tulisannya “Identity, Culture and Challenges to the West” di buku ”Global Politics”

dalam Muhamad (2012), bahwa secara umum terdapat dua teori tentang migrasi. Teori

Individual menyatakan bahwa perpindahan manusia terjadi atas pertimbangan rasional individu

yang didorong oleh harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Teori ini menekankan

pada daya tarik ekonomi yang terdapat pada negara tujuan sebagai faktor penarik (pulled)

seseorang untuk bermigrasi. Teori kedua adalah teori struktural yang menekankan pada

Page 7: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 5

pertimbangan struktur sosial, politik, ekonomi di negara asal yang mengharuskan seseorang

meninggalkan negaranya. Dalam teori ini dikatakan bahwa seseorang pushed (terdorong)

bermigrasi karena persoalan seperti bencana alam, kemiskinan, instabilitas politik dan sosial di

negara mereka.

Faktor pedorong (push factors) migrasi di luar sebab-sebab bencana alam dan

peperangan, sebagian besar didorong oleh kepentingan peningkatan kesejahteraan dilakukan oleh

kaum laki-laki, terutama yang berusia muda dan masih produktif. Karena laki-laki dianggap

sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah utama keluarga, dan bila di tempat asal kondisi

ekonomi begitu terbatas, sementara di tempat tujuan ada permintaan yang cukup besar, maka

laki-laki yang akan lebih dulu memasuki peluang kesempatan kerja tersebut. Pola migrasi yang

demikian, diawali dnegan laki-laki, terkait langsung dengan pola hubungan gender yang memang

pada umumnya menempatkan laki-laki sebagai pemimpin dan tiang ekonomi keluarga. Dengan

kata lain, laki-laki atau suami diletakkan sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam

pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, sementara perempuan atau istri bertugas mengolah

hasil yang didapat laki-laki atau suami, termasuk mengurus rumah tangga dan anak. Inilah yang

dikenal dengan istilah pembagian kerja seksual (sexual division of labour) dalam keluarga dan

kehidupan masyarakat pada umumnya.

Selain alasan ekonomi yang menyebabkan migrasi, ada juga alasan sosial budaya yang

mempengaruhinya. Penelitian yang dilakukan oleh Maude dan Naim menyatakan bahwa

walaupun keadaan ekonomi sering dijadikan alasan migrasi atau merantau, namun mereka

memberi tekanan pada faktor tradisi dan bahwa kebudayan merantau tertanam dengan dalam

pada masyarakat-masyarakat perantau ini.(Hugo: 1982)

Dampak-dampak sosial dapat disebabkan oleh adanya migrasi ini. Misalnya, struktur

keluarga dipengaruhi karena kepala keluarga sering di daerah lain. Penelitian kualitatif tentang

dampak sangat terbatas. UNESCO mengakui adanya pengaruh-pengaruh migrasi pada orang-

orang perempuan di daerah asal. Dampak kepala keluarga berangkat migrasi adalah orang-orang

perempuan (istri) sering mengambil peran dan memikul pekerjaan yang pada umumnya

dilakukan oleh laki-laki atau suami.

Page 8: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 6

3. Konsep dan Definisi Ketahanan Keluarga

Konsep Keluarga

Definisi tentang keluarga banyak ditemukan dalam berbagai literatur kependudukan baik

dalam maupun luar negeri. Hasil kajian literatur Sunarti (2006) yang dimuat dalam jurnal

berjudul Indikator Keluarga Sejahtera, memuat beberapa pengertian keluarga sebagai berikut:

“Settles, B.H. dalam Sussman &Steinmetz (1987) mengemukakan terdapat beberapa

pendekatan dalam eksplorasi pengertian keluarga, diantaranya adalah: keluarga

diposisikan memiliki sebuah pandangan tertentu, memiliki citra romantis, sebagai satu

satuan perlakuan intervensi, sebagai proses, dan sebagai tujuan akhir. Sedangkan menurut

Burgess dan Locke (1960) mendefinisikan keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam

masyarakat yang anggotanya terikat oleh adany ahubungan perkawinan (suami-istri) serta

hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak angkat/pungut)” (Sunarti, 2006)

Di dalam negeri sendiri, instansi pemerintah yang melakukan pengurusan terhadap

keluarga, BKKBN, mendefinisikan keluarga sebagai dua orang atau lebih yang dibentuk

berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan

seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Pemerintah sendiri

memuat konsep definisi tentang keluarga dalam Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 yang

merupakan revisi dari Undang Undang Nomor 10 tahun 1992. Disitu disebutkan bahwa keluarga

adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya,

atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Keluarga juga merupakan sebuah sistem. Hal ini diartikan sebagai unit sosial dimana

individu terlibat secara intim didalamnya, dibatasi oleh aturan keluarga, terdapat hubungan

timbal balik dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga setiap waktu. (Megawangi dalam

Sunarti, 2006).

Keluarga berfungsi memberikan pengaruh yang paling utama dan pertama terhadap

individu serta memiliki dampak yang paling penting. Keluarga juga berperan dalam

keberlangsungan sistem sosial serta merupakan institusi pertama dalam pembangunan sumber

daya manusia. (Bennet dalam Sunarti, 2003). Menurut BKKBN, fungsi keluarga adalah untuk

mewujudkan keluarga yang sejahtera sekaligus berkualitas .Penjabaran fungsi ini termuat dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 dimana disebutkan ada delapan fungsi keluarga.

Kedelapan fungsi keluarga tersebut yaitu; fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih,

Page 9: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 7

fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi

lingkungan.

Pendapat lainnya oleh Rice dan Tucker (1986) yang dikutip Widiyanti (2012)

menyebutkan pembagian fungsi keluarga berdasarkan fungsi ekspresif dan instrumental. Dimana

keluarga berfungsi untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki (fungsi ekonomi) melalui

prokreasi, sosialisasi (termasuk penetapan peran sosial), dukungan dan perkembangan anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi (cinta kasih, ikatan suami-istri),

perkembangan, termasuk moral (agama), loyalitas dan sosialisasi.

Konsep Ketahanan Keluarga

Seiring dengan berkembangnya sosial kehidupan masyarakat, hal ini semakin

mengokohkan peran keluarga sebagai institusi pertama dan utama dalam pembangunan sumber

daya manusia. Hal ini dikarenakan semua proses kehidupan utama berlangsung dalam keluarga.

Seberapa mampu sebuah keluarga mampu beradaptasi dengan sosial masyarakatnya, bergantung

pada seberapa kuat ketahanan keluarga tersebut.

Berdasarkan kajian pustaka mengenai ketahanan keluarga yang dilakukan oleh Sunarti

(2003) pada sejumlah literatur (BKKBN, 1992; Hamilton, 1983; Krysan, Kristin A.Moore, &Zill

1990a dan 1990b, Achord et al, 1986; Pearsall, 1996; Frankenberger &McCaston, 1998;

McCubin &Thompson 1987; Sussman & Steinmets, 1987; Megawangi, Zeitlin &Garman, 1995)

dapat dirumuskan ketahanan keluarga berdasarkan definisi operasionalnya adalah kemampuan

keluarga dalam mengelola sumber daya yang dimiliki serta menanggulangi masalah yang

dihadapi, untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik maupun psikososial keluarga.

Serupa dengan definisi ketahanan keluarga dalam Undang Undang Nomor 52 Tahun

2009, yang menyebutkan dalam Bab I pasal 11 bahwa Ketahanan keluarga adalah kondisi

keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-materiil

guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam

menigkatkan kesejahtraan kebahagiaan lahir batin. Ketahanan keluarga berlawanan dengan

kerentanan keluarga. Dimana konsep rentan yang dimaksud, adalah ketika keluarga tidak atau

kurang mendapat kesempatan utnuk mengembangkan potensinya sebagai akibat dari keadaan

fisik/ non fisiknya.

Page 10: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 8

Penekanan dari kedua definisi diatas, menekankan pada kemampuan sebuah keluarga

untuk mampu meyelesaikan permasalahan . Bagan berikut menggambarkan kerangka pikir dari

sebuah konsep ketahanan keluarga:

Gambar 1. Kerangka Pikir Konsep Ketahanan Keluarga

Sumber: Sunarti, 2003 (Perumusan ukuran ketahanan keluarga)

Masih menurut Sunarti (2003), kesejahteraan merupakan suatu keadaan akhir yang dituju

untuk sebuah ketahanan keluarga. Kesejahteraan ini diperoleh melalui melalui proses

pengelolaan input (sumber daya keluarga) dan proses (penanggulangan masalah). Input yang

dimaksud mencakup sumberdaya keluarga yang terdiri dari : pendapatan, aset keluarga,

pendidikan suami-istri, komunikasi, nilai agama. Sementara Komponen proses terkait dengan

bagaimana pengaturan keluarga dalam penanganan permasalahan seperti perkawinan, keluarga,

sakit, dan pengasuhan anak. Adapun komponen output terkait dengan kesejahteraan yang

mencakup kesejahteraan fisik (sandang pangan papan), kesejahteraan sosial (partisipasi

lingkungan, jiwa sosial) dan kesejahteraan psikologis (Perasaan cemas, emosi, kepuasan dan

harapan masa datang).

Kesejahteraan Keluarga

Dalam pengukuran kesejahteraan keluarga, terdapat dua pendekatan dalam mengukur

tingkat kesejahteraan keluarga, yakni melalui indikator objektif dan indikator subjektif. Aspek

kuantitatif dapat dilihat dari indikator kesejahteraan ekonomi keluarga, sedangkan aspek

Page 11: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 9

kuantitatif kesejahteraan dapat dilihat dari indikator sosial dan indikator psikologis seperti

ketentraman, kepuasan, kebahagiaan, kebebasan, serta harapan ( Sunarti, 2006).

Pendekatan objektif mengukur kesejahteraan melalui fakta-fakta yang dapat diamati, dari

angka-angka yang langsung dihitung dari aspek yang telah ditelaah, misalnya pendekatan yang

baku seperti yang dibuat oleh BPS dan BKKBN. BPS mengukur kesejahteraan dengan melihat

dari konsep kebutuhan minimum (kalori) pengeluaran. Sementara BKKBN membagi

kesejahteraan keluarga menjadi tiga kebutuhan, yakni kebutuhan dasar, kebutuhan sosial,

psikologis dan kebutuhan pengembangan (Suandi, 2007).

Adapun Pendekatan subjektif merupakan persepsi yang dirasakan oleh masyarakat

sendiri mengenai aspek kesejahteraan sehingga hasilnya merupakan perkembangan dari aspek

kesejahteraan. Sedangkan konsep subjektif dapat memberikan pengertian yang mendalam

mengenai kesejahteraan yang dihadapi keluarga. Kesejahteraan keluarga merupakan komponen

dari proses pengelolaan sumber daya dan masalah dalam keluarga. Kesejahteraan keluarga dibagi

menjadi tiga, yakni kesejahteraan fisik mengenai perekonomian migran. kesejahteraan sosial

yaitu dari komponen penghargaan dan dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis yang

merupakan fenomena multidimensi dari fungsi emosi dan fungsi kepuasan hidup. Pada akhirnya,

apabila kesejahteraan keluarga tercapai maka ketahanan keluarga juga akan terwujud ( Sunarti

2009).

4. Dampak Migrasi Terhadap Ketahanan Keluarga

Keputusan bermigrasi telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Harapan untuk hidup

yang lebih baik tentu menjadi sasaran utama para migran. Menurut pandangan Usman Pelly

dalam Lubis (2003) terhadap migrasi adalah bahwa setiap proses migrasi yang terjadi akan

membawa suatu perubahan di tempat barunya, karena di dalam migrasi tersebut tersimpan suatu

misi budaya yang dimiliki oleh setiap pendatang. Menurut Pelly, bahwa dalam proses

keberlangsungannya mempertahankan hidup di wilayah yang didatanginya, penduduk pendatang

akan melakukan strategi-strategi adaptasi di daerah barunya.

Dampak dari bermigrasinya keluarga telah merasuk jauh kedalam kehidupan keluarga.

Adapun Pembahasan mengenai dampak bermigrasi terhadap ketahanan keluarga akan dijabarkan

kedalam 3 poin berikut:

Page 12: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 10

A. Dampak Terhadap Aspek Fisik

Ketahanan keluarga yang ditentukan oleh Kesejahteraan fisik (sandang, pangan, papan)

menekankan pada kemampuan ekonomi keluarga (Sunarti,2003). Migrasi dan ekonomi tidak

dapat dipisahkan, semenjak banyak penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa alasan utama

untuk bermigrasi adalah untuk kehidupan perekonomian yang lebih baik. Ketahanan ekonomi

yang rendah adalah faktor utama penyebab timbulnya kemiskinan yang menyebabkan kerentanan

keluarga, dan pada sisi lain ekonomi sebagai dasar motivasi bermigrasi ( De Jong dan Gardner,

1981 dalam Purnamasari, 2007). Dengan demikian dihipotesakan bahwa dengan melakukan

migrasi, pendapatan keluarga akan lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang tidak

melakukan migrasi.

Pada kenyataannya, migrasi dapat menyebabkan dan disebabkan oleh kemiskinan, yang

memicu kerentanan keluarga. Mampu bertahannya keluarga di wilayah migrasi tujuan tergantung

beberapa faktor, diantaranya pendidikan dan keterampilan individu atau sekelompok orang yang

masih rendah, kurangnya peluang untuk berkembang serta rendahnya daya saing. Beberapa

literatur mengungkapkan bahwa gagalnya migran di daerah tujuan diakibatkan karena masalah

modal, pengetahuan dan keterampilan (Purnamasari, 2007). Semakin baik kehidupan

perekonomian migran, maka akan meningkatkan kesejahteraan yang pada akhirnya menguatkan

ketahanan keluarga.

B. Dampak Terhadap Aspek Sosial

Kehidupan sosial masyarakat berkembang seiring dengan bergeraknya waktu. Banyak

faktor yang menyebabkan perubahan sosial, salah satunya adalah migrasi. Pada kasus migrasi

urbanisasi, di negara sedang berkembang, proses migrasi bukan sekedar masuknya manusia

pedesaan ke kota-kota, tetapi juga proses manusia tradisional agraris menjadi warga yang

bersifat urban dan modern (Daldjoeni dalam Lubis 2003). Lebih lanjut, urbanisasi bukan

sekedar mobilitas fisik atau geografis, tetapi mobilitas mental atau psikis, yang didalamnya

terkandung proses budaya. Bersama itu terjadi urbanisasi dalam arti proses penyebaran geografis

dari niai-nilai, norma-norma, perilaku, sikap, lembaga dan organisasi yang sifatnya urban.

Singkatnya urbanisasi dapat dipandang sebagai proses modernisasi, suatu proses perubahan

sosial yang berlangsung di dalam sistem masyarakat (Daldjoeni dalam Lubis 2003).

Page 13: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 11

Dalam Penelitian Lubis (2003) disebutkan, dampak terhadap perubahan sosial sebagai

berikut:

Dampak perubahan sosial terjadi melalui dua proses. Proses tersebut mencakup proses

yang datang dari dalam atau proses endogen dan proses sebagai akibat kontak dengan

masyarakat atau kebudayaan dari luar atau proses exogen. Perubahan sosial yang terjadi

pada kehidupan bermasyarakat, lebih banyak perubahan yang bersifat unintended change

atau perubahan kehidupan sosial yang tidak disengaja. Karena tidak disengaja seringkali

perubahan itu tidak dapat diduga lebih dahulu dan tanpa disadari oleh masyarakat bahkan

dalam keluarga migran itu sendiri. Dan menurut Astrid Soesanto walau bagaimanapun

proes perubahan sosial pada intinya adalah perubahan norma-normanya. (Abdurrahman

dalam Lubis, 2003)

Dari beberapa konsep yang telah disebutkan, terlihat bahwa dampak terhadap aspek

sosial yang dimaksud adalah perubahan norma-norma dan proses pembentukan norma baru

merupakan inti dari kehidupan memperrtahankan persatuan kehidupan kelompok.

Selanjutnya, menurut pandangan Hirani Martono mengenai dampak migrasi terhadap

keluarga adalah “Perubahan sosial dirasakan sebagai suatu kenyataan yang dibuktikan dengan

adanya gejala-gejala yang sering terjadi seperti adanya disorganisasi dalam keluarga,

pertentangan, urbanisasi dan sebagainya. Semua ini mempunyai pengaruh dan akibat bersama

dalam masyarakat oleh karena inti dari perubahan sosial menyangkut aspek sosio-demografis

dari masyarakat dan aspek struktural dari organisasi sosial ( Martono dalam ed Nurdin, dikutip

Lubis, 2003)

Berikut adalah beberapa aspek sosial yang disebutkan Martono yang megalami

perubahan sebagai dampak dari adanya kontak sosial akibat migrasi:

a. Ikatan kekeluargaan

Bahwa di dalam masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat melayu

khususnya terdapat dua sistem kekeluargaan. Kedua sistem ini menunjukkan dan

menggambarkan adanya perbedaan di dalam pola kehidupan keluarga. Pola keluarga tersebut

adalah keluarga inti yang lazim disebut nuclear family, dan keluarga luas yang disebut pula

sebagai extended family.

Demikian pula menurut pendapat Martono dalam Lubis, 2003, dampak migrasi terhadap

aspek sosial dalam keluarga yaitu menyatakan “Bahwa pergeseran dari kawasan pedesaan dan ke

kawasan urban, dapat meningkatkan ketegangan hubungan antara-anggota keluarga besar.

Keluarga kecil sering menjadi ide utama dalam modernisasi”

Page 14: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 12

Hal ini termasuk kategori yang rasional, ketika keluarga hendak bermigrasi hanya

mengikutsertakan keluarga intinya saja, terkait dengan keterbatasan modal untuk biaya

bermigrasi. Sehingga tidak heran, jika dahulu sisitem kekeluargaan menggunakan sistem

extended family, sementara sekarang lebih banyak sistem keluarga nuclear yang dipilih.

b. Fungsi Keluarga

Dampak migrasi lainnya pada aspek sosial keluarga adalah adanya fungsi keluarga yang

berubah karena diambil oleh lembaga atau unit sosial yang lain. bahwa perubahan penting dalam

keluarga yang trlihat universal adalah pemindahan sebagian besar fungsi keluarga kepada unit

sosial lain. Sering dikemukakan, dalam masyarakat tradisional, pemenuhan kebutuhan ekonomi,

pendidikan, agama dan emosional, semuanya cenderung disediakan dalam keluarga. Tetapi

dengan modernisasi, sebagian besar tangung jawab itu diserahkan kepada unit lain seperti

pemerintah, sekolah dan badan usaha (Lubis, 2003)

C. Dampak Terhadap Aspek Psikologis

Disebutkan sebelumnya, bahwa kajian tentang ukuran ketahanan keluarga dari aspek

psikologis merupakan fenomena multidimensi dari fungsi manajemen stress (kontrol emosi) dan

fungsi kepuasan hidup. Aspek ini erat pembahasannya dengan keputusan sebuah keluarga ketika

memilih untuk migrasi. Adanya harapan di wilayah baru menjadi motivasi untuk bermigrasi dan

ketika harapan sesuai dengan kenyataan maka ada perasaan puas, dimana migran mampu

membuktikan bahwa keluarga ini mampu bertahan di wilayah tujuan migrasinya. Namun, ketika

yang terjadi justru sebaliknya, hal ini berarti ada permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

migran yang tak mampu untuk dikontrolnya dan membutuhkan penyelesaian.

Dalam konteks bermigrasinya sebuah keluarga, maka akan terjadi banyak perubahan.

Perubahan ini adalah hal-hal yang terjadi dalam keluarga, dan diantaranya merupakan sumber

stres (stressor) bagi keluarga. Perubahan-perubahan dalam keluarga yang merupakan sumber

stres (ketegangan) keluarga misalnya: masalah keluarga, perkawinan, keuangan dan usaha

keluarga, perubahan jumlah anggota keluarga, kesehatan, kekerasan, kehilangan ( Sunarti, 2005).

Reorientasi keluarga merupakan upaya yang perlu dilakukan keluarga dalam merespon

perubahan-perubahan yangterjadi dalam keluarga. Reorientasi keluarga meliputi aspek: tujuan,

Page 15: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 13

komunkasi,pembagian peran dan upaya pencarian dukungan (social support). Hal hal tersebut

menurut Sunarti mampu mereduksi ketegangan yang terjadi akibat dampak migrasi.

Kajian literatur Sunarti (2005) menjelaskan tentang stres sebagai berikut:

Stress merupakan suatu reaksi psikologi atau fisiologi khusus terhadap rangsangan fisik,

mental atau emosi baik dari dalam maupun dari luar yang mempegaruhi keadaan

keseimbangan dan kebahagiaan atau kesejahteraan (Worthington, RB & Rodwell

Williams, 1996). Sedangkan Vander (1987) mendefinisikan stress sebagai rangsangan

lingkungan baik fisik maupun psikologi yang mendatangkan keompok respons utama

tubuh. Tingkat stres dapat diprediksi berdasarkan kerentanan seseorang terhadap stres.

Kerentanan tersebut dapat dilakukan dengan mengukur gejala-gejala stres pada seseorang

sebagaimana pendapat Wilkinson (1989) yang menyatakan bahwa tingkat stres dapat

dikelompokkan berdasarkan gejala-gejala stres yang dialami. Gejala stres contoh yang

digunakan untuk pengelompokan tingkat stres diantaranya adalah merasa sedih setiap

saat, merasa cemas akan masa depan, merasa bersalah pada saat-saat tertentu, merasa

sedang mendapat hukuman, kecewa terhadap diri sendiri, malu pada diri sendiri ika

melakukan kesalahan, mudah menangis, tidak dapat tidur dengan mudah, merasa mudah

lelah, dan nafsu makan berkurang. (Sunarti, 2005)

Menurut hasil penelitian Holmes & Rahe dalam Goldsmith yang dikutip oleh Sunarti,

menyatakan bahwa kehilangan dalam bentuk apapun, apalagi kematian pasangan atau sanak

famili menciptakan stres dan anxiety dalam keluarga, yang seringkali diikuti dengan reaksi fisik

dan emosi yang hebat dan merupakan kejadian yang memberikan dampak terbesar bagi keluarga.

5. Studi Kasus Di Beberapa Wilayah Di Indonesia

A. Studi Kasus Terhadap Dampak Perekonomian Keluarga Migran-Non Migran

Berdasarkan Data IFLS 2000

Keputusan bermigrasi sebuah jalan memberdayakan sumber daya dan dalam usaha

meningkatkan kesejahteraan. Penelitian dilakukan oleh Hasnani Rangkuti, menggunakan data

IFLS 1993 dan 2000 dengan mengamati individu panel di tahun 1993 dan diikuti perkembangan

di tahun 2000. Kesenjangan penghasilan diperoleh dengan mengestimasi fungsi penghasilan

yang diperoleh dari perbedaan upah pekerja migran tahun 2000 dengan estimasi upah tahun 1993

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa kesenjangan penghasilan merupakan faktor yang

paling besar dalam pengambilan keputusan ber-migrasi. Setiap kenaikan kesenjangan

penghasilan akan meningkatkan peluang ber-migrasi. Ketika kenaikan kesenjangan mencapai

titik tertentu, justru akan mengurangi hasrat tenaga kerja untuk ber-migrasi.

Page 16: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 14

Tabel 1. Estimasi Upah Menurut Model Penghasilan Antara Pekerja Populasi Dan

Pekerja Migran Tahun 2000 (Rupiah Per Bulan)

Karakteristik Laki-Laki Perempuan

Kota Desa Kota Desa

Pekerja

populasi

Formal Sehat 588.575 480.908 489.692 423.835

Tidak Sehat 511.307 439.205 445.607 404.256

Informal Sehat 487.182 398.063 452.273 387.707

Tidak Sehat 450.268 386.773 418.766 379.906

Pekerja

Migran

Formal Sehat 684.728 562.255 568.231 486.995

Tidak Sehat 567.505 503.370 516.936 462.951

Informal Sehat 546.100 448.423 510.648 437.644

Tidak Sehat 491.338 435.811 479.605 429.519

Sumber: Hasnani Rangkuti (Pengaruh Kesenjangan Penghasilan Dalam Keputusan

Bermigrasi Tenaga Kerja Di Indonesia: Analisis Data IFLS 1993 dan 2000)

Berdasar tabel di atas terlihat bahwa penghasilan antara pekerja dalam populasi penelitian

dengan pekerja yang berstatus migran terjadi perbedaan, baik itu untuk pekerjaan formal maupun

informal. Perbedaan wilayah desa dan kota juga mempengaruhi perbedaan penghasilan ini.

Terlihat bahwa pekerja migran memiliki penghasilan yang lebih besar daripada pekerja dalam

populasi penelitian. Pekerja migran dengan pekerjaan formal di kota dan berjenis kelamin laki-

laki memiliki penghasilan tertinggi dibanding karakteristik lainnya.Dari simulasi tingkat upah di

atas, terlihat bahwa pekerja migran menerima upah relatif lebih tinggi dibandingkan pekerja non

migran dengan mengontrol variabel lainnya.

Tabel 2. Estimasi Upah Pekerja Menurut Model Penghasilan

Tahun 1993 (Rupiah Per Bulan)

Karakteristik Formal Informal

Sehat Tidak Sehat Sehat Tidak Sehat

Laki-Laki Kota 271.609 248.846 247.659 231.406

Desa 232.377 223.901 211.886 208.209

Perempuan Kota 226.155 223.043 220.098 217.069

Desa 214.419 211.469 208.677 205.805

Sumber: Hasnani Rangkuti (Pengaruh Kesenjangan Penghasilan Dalam Keputusan

Bermigrasi Tenaga Kerja Di Indonesia: Analisis Data IFLS 1993 dan 2000)

Dan jika dibandingkan dengan kondisi tingkat upah yang diterima sebelum migrasi,

terlihat bahwa terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini membuktikan adanya manfaat lebih

Page 17: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 15

dari migrasi yakni terjadi peningkatan taraf kesejahteraan uang relatif lebih baik bagi para

migran setelah berpartisipasi dalam migrasi. Hal ini akan berimbas pada individu yang akan

melakukan migrasi menuju daerah tujuan untuk memperoleh manfaat atau penghasilan yang

lebih banyak.

B. Studi Kasus Terhadap Dampak Sosial Migrasi Di Kelurahan Pondok Cina, Depok 2003

Studi kasus berikut dilakukan oleh Lubis pada tahun 2003. Lubis meneliti tentang

dampak perubahan sosial yang terjadi akibat adanya migrasi. Wilayah yang menjadi penelitian

adalah Pondok Cina, Kota Depok. Hasil penelitiannya mengungkapkan ada beberapa dampak

terhadap keluarga di Pondok Cina akibat adanya migrasi masuk, antara lain:

1. Perubahan dalam Kehidupan Keluarga

Pengaruh pendatang dalam masalah pendidikan cukup sedikit pengaruhnya bagi

pendidikan asli pondok Cina, kebanyakan dari penduduk asli yang ada tidak melanjutkan sekolah

bahkan sama sekali tidak sekolah. Penduduk asli menganggap penting bagi sekolah. Penduduk

asli orang Betawi Pondok Cina menganggap bahwa perkembangan daerah inilah yang membuat

pendidikan anak bagi anak-anak penduduk asli menjadi lebih baik. Padahal perkembangan

Depok disebabkan oleh salah satunya karena adanya para pendatang.

Perkembangan wilayah Pondok Cina, seiring dengan adanya pengaruh terhadap

penduudk pendatang di Pondok Cina, fungsi-fungsi yang dulu dijalankan oleh keluarga asli

betawi sepenihnya,telah mengalami perubahan ke arah masyarakat maju.

Tanpa disadari oleh penduduk asli Pondok Cina, masyarakat yang datang dari kota

berpikiran lebih maju dan telah menerapkan metode-metode hidup yang lebih efisien, lincah dan

tepat. Masyarakat Pondok Cina, mengalami perubahan pada pola kehidupan keluarganya, baik

sistem keluarga maupun pandangan, tidak lain akibat interaksi antara masyarakat setempat

dengan masyarakat pendatang pada wilayah tersebut.

2. Perubahan Gaya Hidup

Mudahnya informasi yang diterima oleh anak-anak atau remaja membuat perilaku remaja

Pondok Cina berubah. Anak-anak lebih banyak memanfaatkan waktunya untuk bergaul dengan

teman-temannya daripada membantu ortunya di rumah. Banyak masalah yang harus ditanggung

Page 18: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 16

masyarakat akibat modernisasi ini, salah satunya penetrasi kebudayaan kota ke desa yang

kurang sesuai dengan kebudayaan ataupun tradisi desa.

Perubahan juga terjadi pada cara berpakaian remaja yang cenderung mengikuti mode,

bukan berorientasi manfaat, dan lebih meniru budaya kota, dengan baju dan celana ketat.

Pengaruh pendatang menjadi pokok permasalahan, dimana masyarakat pondok cina

melalui interaksinya dengan masyarakat pendatang telah menjadikan perubahan gaya hidup

masyarakat. Pola perubahan ini merupakan dampak dari interaksi yang merupakan proses suatu

hubungan yang sifatnya timbal balik antara pendatang dengan masyarakat setempat. Roucek

dalam Bintaro yang dikutip Lubis(2003) mengatakan bahwa makna interaksi adalah suatu proses

yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak

bersangkutan melalui kontak langsung dan hal lainnya.

3. Perubahan Pola Pekerjaan

Dengan masuknya masyarakat di Kelurahan Pondok Cina, penduduk mulai beralih

pekerjaan dari bertani ke kegiatan usaha jasa dan perdagangan seperti menjual sebagian lahan

pertaniannya untuk para pendatang, membuka usaha pemondokan/rumah kos, rumah makan,

berjualan buku-buku, dll. Perkembangan wilayah di depok telah mengundang penduduk di luar

Depok untuk datang menanamkan modal atau berusaha di Depok. Hal ini oleh Bintaro dalam

Lubis (2003) disebut sebagai daerah peripherial areas (daerah tepi). Perubahan mata

pencaharian ini merupakan wujud perkembangan perkampungan menjadi kelurahan. Pendapatan

yang dulu tidak bisa untuk ditabung sebagai cadangan, sekarang dengan mata pencaharian baru,

masyarakat dapat menyisihkan pendapatannya untuk ditabung atau dijadikan modal usaha.

C. Studi Kasus Terhadap Dampak Psikologi Pada Relokasi Keluarga Korban Kerusuhan

Aceh

Studi kasus berikut, mengangkat tema bagaimana migrasi mempengaruhi aspek

psikologis. Model migrasi yang menjadi contoh adalah termasuk jenis migrasi terpaksa yang

diakibatkan konflik wilayah.

Konflik seringkali menjadi salah satu alasan keluarga untuk bermigrasi, sebagaimana

konflik merupakan bagian dari kehidupan yang menghiasi sejarah umat manusia. Disebutkan

oleh Sunarti, Konflik dapat menyebabkan terganggunya tatanan kehidupan keluarga, padahal

Page 19: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 17

keluarga merupakan institusi pertama bagi kehidupan individu,serta merupakan tiang penyangga

ketahanan nasional (BKKBN, 1996; Rahardjo, 2003 dalam Sunarti, 2005).

Salah satu kasus konflik di Indonesia adalah yang terjadi di Aceh. Dampak konflik ini

begitu luas, hingga sebagian keluarga korban kerusuhan mengungsi dan kemudian mengikuti

program relokasi yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah,

yaitu di Dusun Maribaya, Kecamatan Bumiayu. Selama kejadian pengungsian dan relokasi,

keluarga mengalami berbagai tekanan seperti kehilangan benda, kehilangan anggota keluarga,

dihantui ketakutan serta ketidakpastian masa depan. Penelitian dilakukan di wilayah relokasi

Kecamatan Bumiayu pada tahun 2005. Melibatkan sampel berjumlah 41 keluarga (lengkap dan

tidak lengkap) dengan responden adalah ibu rumah tangga.

Sebagian besar korban kerusuhan Aceh yang dimukimkan di dusun Maribaya adalah

keturunan Jawa. Sebelum konflik, kondisi keluarga tersebut tergolong mapan dengan

penghasilan per kapita per bulan ada yang mencpai satu juta rupiah; sebagian besar bekerja

sebagai pedagang denan kondisi kesehatan yang cukup baik dan akses kesehatan yang memadai.

Tingkat pendidikan anak-anak beragam mulai SD, SLTP dan SMU.

Menempati wilayah relokasi, para pengungsi kembali memulai kehidupan baru.Mereka

dimukimkan di daerah terisolir dimana belum ada sarana transportasi. Fasilitas di wilayah ini

juga masih sangat kurang, dimana masyarakat masih membutuhkan sarana jamban dan air bersih.

Pelayanan poliklinik desa hanya sehari dalam sebulan.

Karakteristik keluarga menunjukkan antara kondisi sebelum dan sestelah relokasi. Di

Aceh, para suami umumny bekerja sebagai petani sebanyak 87,8%, di pengungsian mayoritas

sebagai buruh sebanyak 70,7%. Sedangkan istri yang bekerja sebagai petani di Aceh sebanyak

65,9 %, setelah relokasi 51,2% bekerja sebgai buruh. Rata rata pendapatan di Aceh adalah Rp.

290.203,-, sedangkan rata-rata pendapatan di pengungsian sebesar Rp. 93.250,-

Pengukuran dampak migrasi terhadap aspek psikologi di pengungsian ini dengan

mengukur gejala stres pada seseorang dengan beberapa variabel gejala: merasa sedih setiap saat,

merasa cemas akan masa depan, merasa bersalah pada saat-saat tertentu, merasa sedang

mendapat hukuman, kecewa terhadap diri sendiri, malu pada diri sendiri jika melakukan

kesalahan, mudah menangis, tidak dapat tidur dengan mudah, merasa mudah lelah, dan nafsu

makan berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh sampel yaitu 53,6 %

mengalami stres dengan tingkat berat, Stres ringan sebanyak 36 %, dan hanya 9,8 % yag tidak

Page 20: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Migrasi dan Ketahanan Keluarga 18

mengalami stres. Adanya penurunan kemampuan ekonomi, berubahnya mekanisme struktur

sosial masyarakat adalah pemicu utama stres dari kasus ini.

Menurut hasil penelitian Sunarti dalam studi kasusnya tentang relokasi wilayah yang

dilakukan pada korban kerusuhan Aceh, menemukan bahwa kemampuan keluarga mengatasi

masalah serta ketahanan psikologis berpengaruh terhadap keberfungsian ekonomi keluarga.

Drastisnya perubahan kehidupan keluarga migran di wilayah yang baru, sesungguhnya

membutuhkan adanya dukungan (social support) dari pihak lain untuk memberikan bantuan dan

bimbingan agar keluarga migran memiliki akses terhadap sumber ekonomi. Bentuk bantuan

tersebut merupakan dukungan sosial yang secara konsisten terbukti membantu keluarga dalam

pemenuhan fungsi ekonomi, yang merupakan modal harapan utama migran, ketika awal

bermigrasi.

Page 21: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

DAFTAR PUSTAKA

Bkkbn.13 Juni 2012.Delapan Fungsi Keluarga Wahana Menuju Keluarga Sejahtera.

http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=35

Dessyanthy, Regilna. 2012. Studi Kelangsungan Hidup Migran Wanita (Kasus Buruh

Bangunan Wanita di Kota Makasar. Skripsi. Makasar: Jurusan Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin

Faturrochman. 2001. Revitalisasi Peran Keluarga. Buletin Psikologi, Tahun IX, No.2

Desember 2001, 39-47

Gayle, V, etc. 2008. Family Migration and Social Stratification. International Journal of

Sociology and Social Policy Vol. 28 No.78, 2008,293-303

ILO. 2003. Paparan Tehnis Singkat : Migrasi: Peluang dan Tantangan Program Strategi

Pengentasan Kemiskinan. Jakarta : International Labour Office

Ivlevs, A and King, Roswitha M. 2012. Family Migration Capital and Migration Intention.

Paper. J Fam Econ Iss (2012) 33: 118-129

Khotijah, Siti. 2008. Analisis Faktor Pendorong Migrasi Warga Klaten ke Jakarta. Tesis.

Semarang: Fakultas Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Program Pascasarjana,

Universitas Diponegoro.

Kusoma, Rani A.B, dkk. 2008. Analisis Peran Gender serta Hubungannya Dengan

Kesejahteraan Keluarga Petani Padi dan Holtikultura di Daerah Pinggiran

Perkotaan. Jurnal Media Gizi dan Keluarga, Desember 2008, 52(2): 52-64

Lubis, Fanda F. 2003. Dampak Migrasi Terhadap Perubahan Dalam Keluarga (Studi Kasus

di Kelurahan Pondok Cina). Tesis. Depok: Program Studi Pascasarjana Ilmu

Kesejahteraan Sosial Konsentrasi Pembangunan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Muhamad, Ahmad. 2012. Globalisasi dan migrasi:problematika integrasi imigran turki ke

dalam masyarakat Jerman. www.web.unair.ac.id

Munir,rozy. 2011. Migrasi, Ed Sri Moertiningsih adioetomo dan Omas Bulan Samosir

‘Dasar-Dasar Demografi’ hal 133-153. Depok: Penerbit Salemba Empat dan

Lembaga Demografi FEUI

Novindra, Huda. 1997. Kontribusi Pekerja Wanita dalam Kehidupan Keluarga Guna

Menunjang Ketahanan Keluarga dan Ketahanan Nasional (Studi Kasus di

Perkebunan Teh, Industri Pakaian Jadi dan Pasar Swalayan). Tesis. Depok:

Program Studi Pengkajian Katahanan Nasional, Program Pascasarjana Universitas

Indonesia.

Page 22: Kelompok 11 1. Ardencius Gultom 2. 3. Wahdania Rosyadademografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas... · 2013-03-26 · Tugas Mobilitas Penduduk Kelompok 11 1. Ardencius Gultom

Purnamasari, Ucik. 2007. Profil Keadaan Ekonomi, Kondisi Perumahan dan Status

Kesehatan Migrasn dan Non Migran di Kota Samarinda (Studi Kasus Persepsi

Terhadap Migran dan Nonmigran di Kota Samarinda pada bulan April Tahun 2007.

Skripsi Sarjana Sains Terapan. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.

Rachmawati, Fitriyah. 2003. Perubahan Peranan Keluarga Inti Dalam Menjalankan Fungsi

Keluarga Pada Komunitas Pendatang Di Kota (Studi Kasus Keluarga Pendatang di

Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor). Skripsi. Bogor :

Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti, Hasnani. 2009. Pengaruh Kesenjangan Penghasilan Dalam Keputusan Bermigrasi

Tenaga Kerja Di Indonesia: Analisis Data IFLS 1993 dan 2000. Tesis. Depok :

Program Studi Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Safrida. 2008. Dampak Kebijakan Migrasi Terhadap Pasar Kerja Dan Perekonomian

Indonesia.Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor (IPB).

Santoso, Insaf. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi Penduduk

Indonesia Antara Tahun 2000-2007 (Analisis Data IFLS 2000 dan 2007). Tesis

Magister Sains. Depok: Fakultas Pascasarjana, Universitas Indonesia

Suandi.2007.Modal Sosial dan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di Daerah Perdesaan

Provinsi Jambi.Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor (IPB)

Sunarti, E, dkk. 2003. Perumusan Ukuran Ketahanan Keluarga (Measurement of Family

Strength). Jurnal Media Gizi dan Keluarga, Juli 2003, 27(1):1-11

Sunarti, E, dkk. 2005. Ketahanan Keluarga, Manajemen Stres, Serta Pemenuhan Fungsi

Ekonomi dan Fungsi Sosialisasi Keluarga Korban Kerusuhan Aceh. Jurnal Media

Gizi dan Keluarga, Juli 2005, 29 (1) : 41-49

Sunarti, E, dkk. 2006.Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi, dan

Keberlanjutannya. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Sunarti, E, dkk. 2009.Indikator Kerentanan Keluarga Petani dan Nelayan: Untuk

Pengurangan Resiko Bencana di Sektor Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Widyanti, L, dkk.2012. Fungsi Keluarga dan Gejala Stres Remaja dengan Latar Belakang

Pendidikan Prasekolah Berbeda. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konseling, Januari

2012,Vol.5 No. 1: (38-47)