Kelir Zine Edisi 2

19

description

Bukan baru lagi ketika kelir zine ini ada untuk yang keduakalinya berupa e-book atau e-zine ini. Dalam e-zine sebelumnya tiada disebut tema yang diangkat sebagai menuutama yang disajikan, dan kini di edisi kedua ini kelir zinemenyuguhkan menu ‘Lembah Para Dewa’ yang lebih tepatnya adalah tentang hal yang berhubungan dengan DataranTinggi Dieng.

Transcript of Kelir Zine Edisi 2

  • PEMIMPIN REDAKSISEPUH REDAKTUR PELAKSANANGALIMAN @ngalimanbtPENULISJOAN PRAHARA @joanpraharaAGUNG WIDI @thuban07ENO DEWANTI @enodewantiADAM GHIFARI @adamghifnNGALIMAN @ngalimanbtJURU POTRETENO DEWANTI @enodewantiADAM GHIFARI @adamghifnZANI NOVIANSYAH @zanijJOAN PRAHARA @joanpraharaNGALIMAN @ngalimanbtAGUNG WIDI @thuban07COVER & LOGODISKA DEWANGA @saydewaLAYOUTERRIZKY ARBIE @kirzyebira

    EDITORIALYang Kedua,Bukan baru lagi ketika kelir zine ini ada untuk yang kedua kalinya berupa e-book atau e-zine ini. Dalam e-zine sebel-umnya tiada disebut tema yang diangkat sebagai menu utama yang disajikan, dan kini di edisi kedua ini kelir zine menyuguhkan menu Lembah Para Dewa yang lebih tepat-nya adalah tentang hal yang berhubungan dengan Dataran Tinggi Dieng yang dalam sumber literasi kelir zine bahwa Dieng adalah gabungan dari dua kata Di yang bermakna tempat dan Hyang yang bermakna Dewa.Dataran Tinggi Dieng yang terletak di dua Kabupaten yaitu Wonosobo dan Banjarnegara secara administratif terletak di Provinsi Jawa Tengah. Jarak Dieng dari Yogyakarta seki-tar 116 KM bisa ditempuh dengan transportasi umum atau pribadi.Dalam edisi kedua ini kelir zine menyuguhkan beberapa topik diantaranya; Anak berambut gimbal dari Dieng dan upacara pemotongan rambut gimbal, Candi Arjuna dan Telaga Warna tempat yang wajib dikunjungi saat ke Dieng, kemudian pertanian kentang, budidaya lebah madu dan manisan khas Dieng yang biasa disebut karika atau pepaya Dieng, serta ragam foto lainya. Kebetulan dalam edisi Lembah Para Dewa teman-teman kelir zine dalam kesempatan beberapa bulan lalu, tepatnya pada tanggal 30 Juni dan 1 Juli 2012 berkunjung ke Dieng untuk berpartisipasi dalam rangkaian acara Dieng Culture Festival III 2012.Kelir zine dalam menyuguhkan topik memang tidak seleng-kap dan sedetail tentang Dieng, bahkan ini segelintir saja dari Dieng yang coba kelir zine bisa suguhkan, namun jan-gan cukup disini saja perihal Dieng coba kita ketahui kare-na sebaiknya cobalah menyempatkan untuk berkunjung ke Dieng. Semoga apa yang kelir zine suguhkan ini menjadikan kerag-aman dalam berkarya semakin bisa berkreasi. @ngalimanbt

    Kontak [email protected]

    085227437195

    Dieng, Telaga Warna |1 Candi Arjuna |6 Rambut Gembel Dieng |7

    Manisan Carica |12

    Kerusakan Lingkungan Dieng |13 Budidaya Lebah Di Dieng |14

    Features

  • Dieng terletak kurang lebih 116 km dari Yogyakarta. Untuk bisa sampai ke Dataran Tinggi Dieng, Anda bisa mempergunakan mobil pribadi atau mobil sewaan langsung menuju ke Dieng dengan jarak tempuh kurang lebih 3,5 jam. Salah satu objek wisata terkenal di Dieng adalah Telaga Warna.

    foto.dok. Joan Prahara Bumi

    Kelir Edisi #2, November 2012 1

  • TelagaWarna Merupakan danau vulkanik yang berisi air bercampur dengan belerang, Apabila terkena sinar matahari akan

    memantulkan sinar warna warni karena kandungan bahan mineralnya. Terkadang berwarna biru dan

    kuning ataupun hijau.

    foto.dok. Adam Ghifari Nuskara

    Kelir Edisi #2, November 2012 2

  • foto.dok. Joan Prahara Bumi

    Kelir Edisi #2, November 2012 3

  • Kelir Edisi #2, November 2012 4

    foto.dok. Zani Noviansyah

  • Kelir Edisi #2, November 2012 5

    foto.dok. Zani Noviansyah

  • Kelir Edisi #2, November 2012 6

    foto

    .dok

    . Zani Noviansy

    ah

    foto

    .dok

    . Zani Noviansy

    ah

    CandiArjuna

    foto

    .dok

    . Nga

    liman

    Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan candi di Kompleks Percan-dian Arjuna, Dieng. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Can-di Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Semen-tara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan. Seperti umumnya candi-candi di Dieng, masyarakat memberikan nama to-koh pewayangan Mahabarata sebagai nama candi. (wikipedia.org)

  • Kelir Edisi #2, November 2012 7foto.dok. Joan Prahara Bumi

    Rambut Gembel Dieng

    Indonesia memiliki banyak keunikan dari tiap kebudayaan yang ada didalamnya. Salah satu keunikan tersebut adanya anak yang berambut

    gimbal atau rambut gembel sebutan bagi masyarakat dieng.

    oleh: Joan Prahara Bumi

  • Indonesia memiliki banyak keunikan dari tiap kebudayaan yang ada didalamnya. Salah satu keunikan tersebut adanya anak yang beram-but gimbal atau rambut gembel sebutan bagi masyarakat dieng. Mulai dia-dakan pemotongan rambut gembel ini pada tahun 1992 dan selalu dilak-sanakan di bulan Juli. Pada era tahun 90an biasanya tidak dilaksanakan upacara besar, tetapi mulai tahun 2002 pemotongan rambut gembel ini dilaksanakan dengan upacara besar dan menjadi upacara rutin tiap tahun. Jumlah anak yang dipotong rambutnya tidak tentu, paling banyak 9 anak di tahun 2002.Masyarakat Dieng memyakini bahwa anak-anak berambut gembel se-bagai titisan Wisang Geni, dan juga titipan dari Segoro Kidul dan harus dikembalikan ke Segoro Kidul. Rambut-rambut yang telah dipotong akan dilarung di Kali Tulis yang alisannya ke Segoro Kidul.

    Biasanya rambut gembel pertama tumbuh pada usia 1-2 ta-hun. Pertumbuhan rambut ini disertai dengan sakit, anak yang akan ditumbuhi rambut gembel akan mengalami demam hingga beberapa hari, ketika sakit mulai sembuh barulah rambut gembel pertama tum-buh. Setiap pertumbuhan rambut berikutnya juga akan ditandai hal yang sama. Ketika anak mulai dapat berbicara maka ia akan meminta syarat yang aneh-aneh seperti, telur, tempe, kepala ayam, uang, main-an, jajanan, bahkan pernah ada yang meminta syarat setoples kentut. Semua syarat ini tidak akan berganti sampai anak tersebut siap untuk dipotong rambutnya, dan syarat-syarat ini harus dipenuhi oleh orang tuanya.

    Masyarakat Dieng memyakini bahwa anak-anak berambut gembel sebagai titisan Wisang Geni, dan juga titipan dari

    Segoro Kidul.

    Kelir Edisi #2, November 2012 8

    foto.dok. Joan Prahara Bumi

    foto.dok. Joan Prahara Bumi

  • Kelir Edisi #2, November 2012 9

    foto.dok. Joan Prahara Bumi

    Ketika anak mulai dapat berbicara maka ia akan meminta syarat yang aneh-aneh seperti, telur, tempe, kepala ayam, uang, mainan, jajanan, bahkan pernah ada yang meminta

    syarat setoples kentut. Pemotongan rambut ini harus dari permintaan anak, biasanya pada usia 5-7 tahun. Banyak anak gembel yang belum ingin dipotong, mereka juga hadir dalam upacara tersebut. Setelah rambut gembel ini dipotong maka rambut tersebut tidak akan tumbuh lagi dan anak tidak mengalami demam seperti pada masa pertumbuhan rambut tersebut. Upacara tersebut tersebut dipimpin oleh pemangku adat Dieng yang bernama Mbah Naryo. Beliau memimpin upacara ini sejak tahun 2002 hingga saat ini. Pada tahun 2008 hingga 2009 upacara pemotongan rambut gembel sempat berhenti dilaksanakan, dan baru dilaksanakan lagi tahun 2010. Pemotongan rambut gembel tidak harus dilakukan ketika bulan Juli, keluarga dari anak berambut gembel juga bisa men-gadakan upacara sendiri, caranya dengan mengadakan syukuran diru-mahnya tetapi pemotongan tetap dilakukan oleh Pemangku Adat. Dalam upacara tersebut sesaji harus disediakan seperti, nasi tumpeng yang berjumlah 9 buah untuk melambangkan Wali Songo, bubur merah putih melambangkan tulang dan darah, Ingkung atau ayam utuh yang melambangkan tubuh, jajanan pasar yang berupa kue-kue tradisional, buah-buahan dan hasil bumi, serta beberapa syarat dari anak gembel.

  • foto.dok. Joan Prahara BumiKelir Edisi #2, November 2012 10

    foto.dok. Joan Prahara Bumi

  • foto.dok. Adam Ghifari Nuskara

    foto.dok. Zani NoviansyahKelir Edisi #2, November 2012 11

  • ManisanCaricaoleh: Agung Widi

    Pembuatan manisan Carica cukup mudah dan sederhana yaitu men-gupas kulit Carica dan pisahkan antara daging dan biji, dagingnya direndam dalam air untuk menghilangkan getah setelah itu dipotong kecil-kecil dan dicuci kembali.

    Sementara itu biji dari Carica itu tidak dibuang melainkan untuk membuat sirupnya, caranya juga cukup mudah hanya dengan memeras biji Carica untuk diambil sarinya kemudian direbus dengan gula pasir. Sirupnya nanti akan dicampur-kan dengan carica, lalu tinggal di pres dan dikemas tutupnya.

    Manisan Carica juga memiliki man-faat diantaranya manisan karika mempunyai kandungan vitamin C yang tinggi cocok juga untuk memulihkan kondisi tubuh (sebagai pengganjal perut lapar juga bisa), daya tah-an dapat mencapai lebih dari satu tahun tan-pa bahan pengawet, bahkan manisan karika dipercaya dapat membuat awet muda. Tempat pembuatan manisan Cari-ca ini adalah milik Ibu Sobi yang berada di kampung Wadas Putih, Parikesit, Kejajar, Wonosobo.

    Dieng memiliki produk kuliner yang sangat khas, yaitu Manisan

    Carica.

    foto

    .dok

    . Agung W

    idi

    foto.dok. Agung Widi

    foto

    .dok

    . Agung W

    idi

    foto.dok. Agung Widi

    Kelir Edisi #2, November 2012 12

  • Saya menjumpai peringatan bahaya longsor di salah satu jalan sekitar Candi Arjuna, ketika mengikuti jalan sehat dalam rangka Dieng Culture Festival 2012, bulan Juni lalu. Ternyata hal ini berkaitan dengan kerusakan lingkungan yang sejak lama terjadi di Dieng. Menurut berita dari nationalgeographic.co.id, bentuk ker-usakannya seperti tanah yang mudah longsor dan berkurangnya tingkat kesuburan tanah.

    Kerusakan Lingkungan Dieng

    Meskipun ada kerusakan tanah, namun kegiatan pertani-an warga tetap berjalan normal. Seperti pada foto di atas; seorang petani sedang bersiap melakukan pemupukan di ladangnya.

    foto.dok. Adam Ghifari Nuskara

    foto.dok. Adam Ghifari Nuskara

    Kelir Edisi #2, November 2012 13

    foto.dok. Ngaliman

    oleh: Adam Ghifari Nuskara

  • Di dataran tinggi Dieng juga ada warga yang membudidayakan lebah madu. Ada beragam jenis lebah madu yang layak dibudidayakan. Di antaranya dari jenis lebah hutan (apis dorsata), lebah lokal (apis cera-na), dan lebah unggul (apis mellifera). Lebah unggul, sesuai namanya, yang paling disenangi pasar. Jenis ini lebih produktif dibandingkan lebah lokal, juga lebih jinak. Racun pada sengatnya sangat cocok untuk pengobatan berbagai penyakit. Lebah yang dibudidayakan oleh banyak peternak di dunia, awalnya berasal dari daratan Eropa.

    Budidaya Lebah di Dieng

    oleh: Eno Dewati

    foto.dok. Eno Dewati

    foto.dok. Eno Dewati

    Kelir Edisi #2, November 2012 14

  • GaleriBebas

    Kelir Edisi #2, November 2012 15

  • Rekan-rekan Kelir Zine Edisi #2 Dieng Issue

    Kelir Edisi #2, November 2012 17

  • 17